Anda di halaman 1dari 48

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN TINDAKAN


PEMBERIAN ORALIT PADA BALITA YANG MENGALAMI
DIARE : STUDI TRADISIONAL

Oleh :
ISMAIL SAJU
NIM. 012018107

PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian oralit pada balita yang
mengalami diare : studi tradisional

Disusun Oleh:
ISMAIL SAJU
NIM. 012018107

Proposal ini Telah Disetujui


Tanggal 30 Juni 2020

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ns. Maryam Suaib, S.Kep., M.Kes Abd. Razak, S.Farm, M.Si., Apt
NIDN. 0921018901 NIDN. 0929118603

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners

Ns. Bestfy Anitasari, M.Kep.,Sp.Mat


NIDN. 0901128401
LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian oralit pada balita yang
mengalami diare : studi tradisional

Disusun Oleh:
ISMAIL SAJU
NIM. 012018107

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Hasil


Pada tanggal, Oktober 2020
Dan dinyatalan telah memenuhi syarat

Tim Penguji :

1. Arman, S.Kep,Ns (…………………….)

2. Ns. Maryam Suaib, S.Kep., M.Kes (…………………….)

3. Abd. Razak, S.Farm, M.Si., Apt

(…………………….)

Tim Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ns. Maryam Suaib, S.Kep., M.Kes Abd. Razak, S.Farm, M.Si., Apt
NIDN. 0921018901 NIDN. 0929118603

Mengetahui,
Ketua
Program Studi Keperawatan
Profesi Ners

Ns. Bestfy Anitasari, M.Kep.,Sp.Mat


NIDN. 0901128401
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertandatangan dibawah ini:


Nama : Ismail Saju
NIM : 012018107
Program Studi : Program Studi S1 Keperawatan STIKES Kurnia Jaya

Persada Palopo

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Hubungan


pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian oralit pada balita yang mengalami
diare : studi tradisional”, adalah hasil karya saya sendiri yang belum pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Palopo, 8 Oktober 2019

Yang Menyatakan,

Ismail Saju
NIM. 012018107
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,

rahmat serta karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

“Hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian oralit pada balita yang

mengalami diare : studi tradisional” skripsi ini ditujukan untuk memenuhi

persyaratan ujian guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada

STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo

Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun dalam pembahasan

materi. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan Peneliti. Dalam

penulisan skripsi ini, Penulis selalu mendapatkan bimbingan, dorongan, serta

semangat dari banyak pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Sehubungan

dengan itu maka penulis menyampaikan penghargaan yang setulus-tulusnya dan

ucapan terimahkasih yang tak terhingga kepada :

1. Ns. Rezkiyah Hoesny, S.Kep.,M.Kep,selaku ketua STIKES Kurnia Jaya

Persada Palopo.

2. Ns. Bestfy Anitasari.,M.Kep.,Sp. Mat selaku ketua Program Studi S1

Keperawatan.

3. Ns. Maryam Suaib, S.Kep., M.Kes sebagai pembimbing I dalam

penyusunan skripsi ini yang telah memberikan arahan, bimbingan dan

saran selama penyusunan, penelitian hingga pelaporan hasil penelitian.


ix

4. Abd. Razak, S.Farm, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing II yang telah

banyak memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan

5. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan STIKES Kernia Jaya Persada Palopo

yang telah memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis selama

penulis mengikuti proses perkuliahan .

6. Orang tua,Umrah (Ibu) dan Sadju (Ayah) Almarhum, istri (Sutriani S.Pd.I)

dan anakku (Rafif Muammar Ismail) serta saudara-saudaraku tersayang

yang telah memberikan support dan doa sehingga Penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

7. Rekan – rekan mahasiswa STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo

Akhirnya, Peneliti mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak

dan apabila ada yang tidak tersebutkan Penulis mohon maaf, dengan besar

harapan semoga skripsi yang ditulis oleh Peneliti ini dapat bermanfaat khususnya

bagi Peneliti sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Palopo, 8 Oktober 2020


Penulis,

Ismail Saju
NIM. 012018107
ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN


ORALIT PADA BALITA YANG MENGALAMI DIARE : STUDI
TRADISIONAL

Ismail Saju1, Maryam Suaib2, Abd Razak3

Selama anak diare, terjadi peningkatan hilangnya cairan dan elektrolit


(natrium, kalium dan bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair anak.
Dehidrasi terjadi bila hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak diganti secara
adekuat, sehingga timbullah kekurangan cairan dan elektrolit. Derajat dehidrasi
diklasifikasikan sesuai dengan gejala dan tanda yang mencerminkan jumlah cairan
yang hilang.Selama anak diare, terjadi peningkatan hilangnya cairan dan elektrolit
(natrium, kalium dan bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair anak.
Dehidrasi terjadi bila hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak diganti secara
adekuat, sehingga timbullah kekurangan cairan dan elektrolit. Derajat dehidrasi
diklasifikasikan sesuai dengan gejala dan tanda yang mencerminkan jumlah cairan
yang hilang.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pada penelitian tentang
hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian oralit pada balita yang
mengalami diare dalam tinjauan studi tradisional.
Penelitian yang dirancang ini menggunakan desain penelitian literature
review. Penelitian ini akan menggunakan metode pengumpulan data dengan
mengumpulkan artikel hasil penelitian yang diterbitkan di google dan google
scholar yang dapat diakses secara gratis menggunakan kata kunci yang akan
digunakan yaitu diare, ibu, pengetahuan dan oralit.
Berdasarkan hasil analisa artikel diatas, disimpulkan bahwa angka
pengetahuan ibu pada masih tergolong rendah dengan persentasi pada angka 48%
keatas, perilaku ibu dalam melakukan pemberian oralit pada anak masuk dalam
kategori baik. Hal ini dikarenakan respon ibu untuk menjaga kesehatan anak dan
Berdasarkan hasil analisa artikel diatas, disimpulkan bahwa hubungan
pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian oralit pada balita yang mengalami
diare memiliki hubungan yang signifikan.
Menyaran kepada pihak puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan ibu
tentang pemberian oralit melalui pendidikan kesehatan dan pemberian skill
pembuatan oralit dirumah.

Kata kunci :Pengetahuan, ibu, diare, oralit


ABSTRACT

RELATIONSHIP OF MOTHER'S KNOWLEDGE AND ACTION OF GIVING


ORALITS IN CHILDREN WITH DIARRHEA: A TRADITIONAL STUDY

Ismail Saju1, Maryam Suaib2, Abd Razak3

During the child's diarrhea, there is an increased loss of fluids and


electrolytes (sodium, potassium and bicarbonate) contained in the child's liquid
stool. Dehydration occurs when the loss of fluids and electrolytes is not replaced
adequately, resulting in a lack of fluids and electrolytes. The degree of
dehydration is classified according to symptoms and signs that reflect the amount
of fluid lost. During the child's diarrhea, there is an increased loss of fluids and
electrolytes (sodium, potassium and bicarbonate) contained in the child's liquid
stool. Dehydration occurs when the loss of fluids and electrolytes is not replaced
adequately, resulting in a lack of fluids and electrolytes. The degree of
dehydration is classified according to symptoms and signs that reflect the amount
of fluid lost.
This study aims to analyze the relationship between maternal knowledge
and the act of giving ORS to toddlers with diarrhea in a traditional study review.
This research is designed using a literature review research design. This
study will use a data collection method by collecting research articles published
on google and google scholar which can be accessed free of charge using
keywords to be used, namely diarrhea, mother, knowledge and ORS.
Based on the analysis of the article above, it is concluded that the mother's
knowledge rate is still low with a percentage of 48% and above, the mother's
behavior in administering ORS to children is in the good category. This is
because the mother's response to maintaining children's health and based on the
results of the analysis of the article above, it is concluded that the relationship
between mother's knowledge and the act of giving ORS to toddlers with diarrhea
has a significant relationship.
Suggest to the health center to increase the knowledge of mothers about
giving ORS through health education and provision of skills for making ORS at
home.

Key words: Knowledge, mother, diarrhea, ORS.


DAFTAR ISI

SAMPUL................................................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN..........................................iv

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

ABSTRAK.............................................................................................................vii

ABSTRACT.........................................................................................................viii

DAFTAR TABEL...................................................................................................iv

BAB IPENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................4

D. Manfaat Penelitian........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

A. Tinjauan umum tentang Diare.......................................................................5

B. Tinjauan umum Balita.................................................................................10

C. Tinjauan umum tentang Oralit..................................................................177

D. Kerangka teori.............................................................................................19
iv

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................20

A. Desain Penelitian.........................................................................................20

B. Prosedur Pengumpulan Data.......................................................................20

C. Waktu Penelitian.........................................................................................21

D. Analisa Data................................................................................................21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................22

A. Gambaran pengambilan data.......................................................................22

B. Hasil studi literature....................................................................................23

C. Pembahasan.................................................................................................27

D. Keterbatasan hasil Penelitian......................................................................30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................31

A. Kesimpulan.................................................................................................31

B. Saran............................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 : Tanda Dan Gejala Diare (Kelly, 2019).................................................6

Skema 2. 1 : kerangka teori hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan


pemberian oralit pada balita yang mengalami diare 19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2016, diare adalah penyebab kematian nomor delapan di

antara semua umur (1.655.944 kematian) dan penyebab kematian nomor lima

di antara anak-anak di bawah 5 tahun (446) 000 kematian, 390 894-504 613).

Rotavirus adalah etiologi utama untuk kematian diare di antara anak-anak

yang lebih muda dari 5 tahun (128.515 kematian, 105 138-155 133) dan di

antara semua usia (228.047 kematian, 183 526–292 737) (Troeger et al.,

2018).Diare adalah pembunuh utama anak-anak, terhitung sekitar 8 persen

dari semua kematian di antara anak-anak di bawah usia 5 di seluruh dunia

pada tahun 2017. Hal ini berarti lebih dari 1.300 anak kecil meninggal setiap

hari, atau sekitar 480.000 anak per tahun. Sebagian besar kematian akibat

diare terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 2 tahun yang tinggal di Asia

Selatan dan Afrika sub-Sahara. Meskipun ada banyak korban, kemajuan

sedang dibuat. Dari tahun 2000 hingga 2017, jumlah total kematian tahunan

akibat diare di kalangan anak-anak di bawah 5 menurun sebesar 60 persen.

Semakin banyak anak yang bisa diselamatkan melalui intervensi dasar

(Unicef, 2019). Angka kejadian diare di Indonesia terdata sebanyak 35,8%

dari penyakit lainnya yang menyerang anak. Cakupan pelayanan penderita

Diare di Indonesia sebanyak 7.157.483 yang diperkirakan terjadi disarana

kesehatan dengan cakupan pelayanan kesehatan disarana kesehatan sebanyak

4.165.789 penderita (Kemenkes, 2019).


2

Diare masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di

seluruh dunia. Virus, bakteri, dan protozoa merupakan penyebab pada

sebagian besar infeksi yang terjadi pada penderita diare. Penyebab yang

paling umum ditularkan lewat feses-oral melalui air, makanan, dan penularan

dari orang ke orang. Presentasi klinis diare menular sesuai dengan tiga pola:

diare berair akut; diare berdarah (disentri); dan diare persisten, yang dapat

mencakup steatorrhoea(Kelly, 2019). Pencegahan diare dapat dilakukan

dengan cuci tangan, mengkomsumsi makanan yang aman, akses ke air bersih,

dan vaksinasi(Barr & Smith, 2014).

Selama anak diare, terjadi peningkatan hilangnya cairan dan elektrolit

(natrium, kalium dan bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair anak.

Dehidrasi terjadi bila hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak diganti secara

adekuat, sehingga timbullah kekurangan cairan dan elektrolit. Derajat

dehidrasi diklasifikasikan sesuai dengan gejala dan tanda yang mencerminkan

jumlah cairan yang hilang. Rejimen rehidrasi dipilih sesuai dengan derajat

dehidrasi yang ada (ICHRC, 2016).Sejak 2004, UNICEF dan Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk mengobati diare pada

anak dengan mengganti cairan yang hilang melalui terapi rehidrasi oral.

Seiring dengan pemberian makan terus menerus, garam rehidrasi oral (ORS)

dan suplemen seng adalah metode yang direkomendasikan untuk mengobati

diare(Unicef, 2019). Terapi rehidrasi oral menjadi intervensi pendukung yang

paling penting, terutama pada diare cair akut, di mana kematian akibat

dehidrasi dan asidosis dapat dicegah pada sebagian besar kasus(Kelly, 2019).
3

Peran ibu dalam penanganan diare sangatlah penting. Ibu

membutuhkan pengetahuan dan perilaku yang baik agar dapat melakukan

tindakan pemberian oralit pada balitanya saat mengalami diare. Hal ini

sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arsurya, Rini, & Abdiana (2017)

dalam hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan diare dengan kejadian diare pada

balita.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosalia (2016) menyampaikan

bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penatalaksanaan awal

diare pada balita (p value 0,003). Penanganan awal yang dimaksud dalam hal

ini adalah pemberian oralit diare. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan

oleh Safitri (2018) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan

ibu tentang diare dengan perilaku ibu terhadap penanganan diare pada anak

dengan nilai p value sebesar 0,002. Pada kedua penelitian tersebut terdapat

persamaan dan perbedaan. Persamaan yang ditemukan pada penelitian

tersebut nyata terlihat pada hasil penelitian yang sama-sama menyatakan

adanya hubungan pada kedua variabel. Adapun perbedaan pada kedua

penelitian tersebut terletak pada karakteristik responden yang digunakan

berbeda. Adanya perbedaan ini, membuat peneliti tertarik menggali lebih jauh

tentang perbedaan dan persamaan kedua penelitan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang bagaimanakah hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian

oralit pada balita yang mengalami diare dalam tinjauan studi tradisional.
4

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu

bagaimanakah hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian oralit

pada balita yang mengalami diare dalam tinjauan studi tradisional?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian oralit

pada balita yang mengalami diare.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian oralit pada balita

yang mengalami diare.

b. Mengetahui tindakan pemberian oralit pada balita yang mengalami

diare.

c. Menganalisa hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian

oralit pada balita yang mengalami diare.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ibu dan balita

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi ibu dalam upaya

menjaga kesehatan balita dalam hal ini melakukan penaganan diare dan

mencegah komplikasi dengan melakukan pemberian oralit.

2. Bagi puskesmas

Penelitian ini dapat menjadi rujukan berbasis penelitian bagi pihak

puskesmas dalam upaya melakukan perawatan kesehatan pada balita.


5

3. Bagi pendidikan

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan pustaka dalam proses

belajar mengajar.

4. Bagi penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan peneliti

selanjutnya dalam melakukan penelitian tentang penanganan diare.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Diare

1. Pengertian

Diare adalah pengeluaran feses sebanyak 3 kali atau lebih feses

yang encer atau cair per hari, atau lebih sering daripada biasanya untuk

individu(World Health Organization, 2016).

2. Etiologi

Diare merupakan gejala infeksi gastrointestinal, yang dapat

disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus, dan parasit. Infeksi

menyebar melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi, atau

dari orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk (World

Health Organization, 2016).

3. Dampak

Diare parah menyebabkan kehilangan cairan, dan mungkin

mengancam jiwa, terutama pada anak-anak kecil dan orang-orang yang

kekurangan gizi atau memiliki gangguan kekebalan (World Health

Organization, 2016).

4. Tanda dan Gejala

Kelly (2019) menyatakan onset, durasi, keparahan, dan frekuensi

diare harus diperhatikan, dengan perhatian khusus pada:

a. Karakter feses (mis. Berair, berdarah, dipenuhi lendir, bernanah,

berliku-liku).
6

b. Tanda-tanda dehidrasi, termasuk penurunan output urin, haus,

pusing, dan perubahan status mental. Muntah lebih mengarah pada

penyakit virus atau penyakit yang disebabkan oleh konsumsi racun

bakteri yang sudah terbentuk sebelumnya.

Gejala yang lebih mengarah pada inflamasi bakteri invasif) diare

termasuk demam, tenesmus, dan tinja berdarah (Kelly, 2019).

Tabel 2. 1 : Tanda Dan Gejala Diare(Kelly, 2019).

Faktor Noninflamasi Inflamasi

Penyebab Biasanya virus, tetapi Bakteri yang

bisa bakteri atau umumnya invasif atau

parasit penghasil racun

Patofisiologi Lebih mungkin Lebih mungkin

mempromosikan mengganggu

sekresi usus tanpa integritas mukosa,

gangguan signifikan yangdapat

pada mukosa usus menyebabkan invasi

dan kerusakan

jaringan

Pemeriksaan fisik Mual, muntah; Demam, sakit perut,

normotermia; kram tenesmus, tinja lebih

perut;volume tinja kecilvolume, tinja

besar; tinja yang tidak berdarah

berdarah dan berair

Pemeriksaan Tidak adanya leukosit Adanya leukosit tinja


7

laboratorium tinja

Pathogen penyebab Enterotoxigenic Salmonella (non-

Escherichia coli, Typhi species),

Clostridium Shigella,

perfringens, Bacillus Campylobacter, Shiga

cereus, Staphylococcus toxin–producing E.

aureus, Rotavirus, coli, enteroinvasive E.

Norovirus, Giardia, coli, Clostridium

Cryptosporidium, difficile, Entamoeba

Vibrio cholera histolytica, Yersinia

Lain-lain Penyakit umumnya Penyakit umumnya

lebih ringan. lebih parah

Kehilangan cairan

yang parah masih bisa

terjadi, terutama di

pasien malnutrisi

5. Penanganan

Selama diare, penurunan asupan makanan dan penyerapan nutrisi

dan peningkatan kebutuhan nutrisi, sering secara bersama-sama

menyebabkan penurunan berat badan dan berlanjut ke gagal tumbuh.

Pada gilirannya, gangguan gizi dapat menyebabkan diare menjadi lebih

parah, lebih lama dan lebih sering terjadi, dibandingkan dengan kejadian

diare pada anak yang tidak menderita gangguan gizi. Lingkaran setan ini
8

dapat diputus dengan memberi makanan kaya gizi selama anak diare dan

ketika anak sehat. Obat antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin.

Antibiotik hanya bermanfaat pada anak dengan diare berdarah

(kemungkinan besar shigellosis), suspek kolera, dan infeksi berat lain

yang tidak berhubungan dengan saluran pencernaan, misalnya

pneumonia. Obat anti-protozoa jarang digunakan. Obat-obatan “anti-

diare” tidak boleh diberikan pada anak kecil dengan diare akut atau diare

persisten atau disenteri. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi

ataupun meningkatkan status gizi anak, malah dapat menimbulkan efek

samping berbahaya dan terkadang berakibat fatal (ICHRC, 2016).

6. Pencegahan diare pada anak

a. ASI Eksklusif

Selama 6 bulan pertama kehidupan, pemberian ASI eksklusif (tanpa

makanan atau cairan tambahan, termasuk air) melindungi bayi dari

penyakit dan menjamin mereka sumber makanan yang aman, bersih,

mudah diakses, dan disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Hampir

setengah dari semua episode diare dan sepertiga dari semua infeksi

pernapasan dapat dicegah dengan peningkatan pemberian ASI di

negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

b. Pemberian makanan pendamping yang memadai dan pemberian ASI

yang berkelanjutan

Nutrisi yang baik mendukung sistem kekebalan yang kuat dan

memberikan perlindungan dari penyakit. Dari usia 6 bulan hingga 2

tahun, pemberian makanan pendamping ASI yang memadai -


9

menyediakan makanan yang cukup aman, bergizi, dan sesuai umur

anak di samping pemberian ASI lanjutan - dapat mengurangi

kematian anak, termasuk yang disebabkan oleh pneumonia dan

diare.

c. Suplementasi vitamin A

Suplementasi vitamin A dosis tinggi membantu menjaga sistem

kekebalan tubuh yang kuat dan dapat mengurangi semua penyebab

kematian sebesar 24 persen dan kasus diare sebesar 15 persen. Anak-

anak antara usia 6-59 bulan harus dilindungi dengan 2 suplemen

vitamin A dosis tinggi setiap tahun di negara-negara dengan angka

kematian balita yang tinggi atau di mana kekurangan vitamin A

merupakan masalah kesehatan masyarakat (Unicef, 2019).

Intervensi pencegahan membantu menghentikan penularan

penyakit dan mencegah anak-anak menjadi sakit yaitu:

a. Imunisasi

Vaksin rotavirus memberikan perlindungan terhadap salah satu

penyebab paling umum kematian terkait diare pada masa kanak-

kanak.

b. Air minum yang aman, sanitasi dan kebersihan

Hampir 60 persen kematian akibat diare di seluruh dunia disebabkan

oleh air minum yang tidak aman dan kebersihan dan sanitasi yang

buruk. Mencuci tangan dengan sabun saja dapat mengurangi risiko

diare sedikitnya 40 persen dan secara signifikan menurunkan risiko

infeksi pernapasan. Lingkungan rumah yang bersih dan kebersihan


10

yang baik adalah penting untuk mencegah penyebaran pneumonia

dan diare, dan air minum yang aman dan pembuangan limbah

manusia yang tepat, termasuk kotoran anak, sangat penting untuk

menghentikan penyebaran penyakit diare pada anak-anak dan orang

dewasa.

7. Lintas diare

a. Berikan oralit

b. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut

c. Teruskan ASI-makan

d. Berikan antibiotik secara selektif

e. Berikan nasihat pada ibu/keluarga(Hegar, 2014)

B. Tinjauan umum Balita

1. Pengertian

Selain itu dalam Permenkes (2014) disebutkan bahwa anak balita

adalah anak umur 12 bulan sampai dengan 59 bulan (Permenkes, 2014).

Anak bawah lima tahun atau sering disingkat sebagai anak balita

adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun ataulebih

popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun atau biasa

digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan(Kemenkes, 2015).

2. Pertumbuhan balita

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta

jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur

tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan

panjang dan berat (Permenkes, 2014).


11

Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Pemantauan Pertumbuhan,

Perkembangan, Dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak yang dimaksud

dengan:

a. Anak adalah seseorang yang sampai berusia 18 tahun, termasuk anak

yang masih dalam kandungan.

b. Bayi adalah anak mulai umur 0 sampai 11 bulan. Anak Balita adalah

anak umur 12 bulan sampai dengan 59 bulan.

c. Anak Prasekolah adalah anak umur 60 bulan sampai 72 bulan.

Pertumbuhan balita sangat penting. Kaena itu anak membutuhkan

stimulasi untuk tumbuh kembangnya:

a. Stimulasi anak usia 1-2 tahun

1) Ajari berjalan di undakan/tangga

2) Ajak membersihkan meja dan menyapu

3) Ajak membereskan mainan

4) Ajari mencoret-coret di kertas

5) Ajari menyebut bagian tubuhnya

6) Bacakan cerita anak

7) Ajak bernyanyi

8) Ajak bermain dengan teman

9) Berikan pujian kalau ia berhasil melakukan sesuatu

10) Ajari anak untuk bergerak bebas dalam pengawasan

11) Orang tua membimbing agar anak mematuhi aturan permainan

12) Biasakan menggunakan perkataan santun.


12

b. Stimulasi anak usia 2-3 tahun

1) Ajari berpakaian sendiri

2) Ajak melihat buku bergambar

3) Bacakan cerita anak

4) Ajari makan di piring sendiri

5) Ajari cuci tangan

6) Ajari buang air besar dan kecil di tempatnya

7) Ajari anak untuk menghormati orang lain

8) Ajari anak untuk beribadah

9) Bawa anak ke PAUD

c. Stimulasi anak usia 3-5 tahun

1) Minta anak menceritakan apa yang dilakukan

2) Dengarkan anak ketika bicara

3) Jika anak gagap, ajari bicara pelan-pelan

4) Awasi anak ketika bermain

5) Ajak anak mulai melibatkan diri dalam kegiatan bersama.

6) Ajarkan anak tentang perbedaan jenis kelamin.

7) Ajarkan anak menjaga alat kelaminnya.

8) Latih anak tidur terpisah dari orang tua dan anak yang berbeda

jenis kelamin.

9) Biasakan anak untuk berkata jujur, berterima kasih dan meminta

maaf

10) Figur ayah sebagai contoh bagi anak lakilaki, dan figur ibu

sebagai contoh bagi anak perempuan.


13

11) Kembangkan kreativitas anak dan kemampuan bergaul

(Kemenkes, 2019).

3. Perkembangan balita

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara

dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Permenkes, 2014). Adapun

tahap perkembangan anak usia balita terbagi atas:

a. Usia 3 tahun

1) Mengayuh sepeda roda tiga

2) Berdiri di atas satu kaki tanpa berpegangan

3) Bicara dengan baik menggunakan 2 kata

4) Mengenal 2-4 warna

5) Menyebut nama, umur dan tempat

6) Menggambar garis lurus

7) Bermain dengan teman

8) Melepas pakaiannya sendiri

9) Mengenakan baju sendiri

b. Usia 5 tahun

1) Melompat-lompat 1 kaki, menari dan berjalan lurus.

2) Menggambar orang 3 bagian (kepala, badan, tangan atau kaki)

3) Menggambar tanda silang dan lingkaran

4) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan

5) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar

6) Menyebut angka, menghitung jari


14

7) Bicaranya mudah dimengerti

8) Berpakaian sendiri tanpa dibantu

9) Mengancing baju atau pakaian boneka

10) Menggosok gigi tanpa bantuan (Kemenkes, 2019)

4. Periode Tumbuh Kembang Balita

Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan

terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak

halus) serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang

anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada

masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak

selanjutnya. Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,

pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan

terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya,

sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan

pengaturan hubunganhubungan antar sel syaraf ini akan sangat

mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar

berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi (Permenkes, 2014).

Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,

kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat

cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan

moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini,

sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak

dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas

sumber daya manusia dikemudian hari (Permenkes, 2014).


15

5. Ciri-ciri anak sehat

a. Rambut bersih dan mengkilap, tidak kotor, tidak kusam, tidak

berketombe, tidak ada kutu.

b. Mata bersih dan bersinar, tidak merah, tidak bengkak, tidak gatal dan

tidak nyeri/sakit.

c. Telinga bersih dan sehat, tidak berbau, tidak keluar cairan dari

lubang telinga dan tidak ada keluhan sakit telinga.

d. Hidung bersih, tidak ada ingus, tidak mudah berdarah/mimisan.

e. Rongga mulut bersih, nafas tidak bau, gusi tidak mudah berdarah,

tidak ada sariawan Gigi geligi bersih, tidak berlubang, tidak ada

keluhan sakit gigi.

f. Bibir dan lidah tampak segar, bersih, tidak pucat, tidak kering dan

tidak pecah-pecah.

g. Leher berkulit bersih, tidak bersisik, tidak ada benjolan, tidak ada

bercak putih, panu, atau kadas, dan tidak gatal.

h. Tangan bersih, kuku pendek bersih, kulit bersih tidak bersisik, tidak

ada luka, tidak ada bisul, tidak ada koreng

i. Badan bersih, kulit bersih tidak bersisik, tidak ada bercak putih, tidak

ada luka atau bisul, tidak ada benjolan.

j. Kaki bersih, kuku pendek dan bersih, kulit tidak bersisik, tidak ada

bercak putih, tidak ada luka atau borok(Permenkes, 2014).

Disamping ciri fisik tersebut status gizi dan tingkat

perkembangan anak menunjukkan tanda-tanda :


16

a. Tumbuh proporsional (berat badan dan tinggi badan sesuai umur),

tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus dan gizi anak baik.

b. Tahapan perkembangan tidak terlambat, kemampuan motorik,

kognitif dan afeksi, sosialisasi dan kemandirian anak sesuai dengan

umurnya.

c. Tampak aktif/gesit dan gembira tidak lesu, tidak murung dan tidak

pemarah.

d. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tidak cengeng dan

tidak rewel. Anak tidak mempunyai masalah kejiwaan dan kelainan

perilaku.

e. Tidak menderita penyakit seperti batuk pilek, mencret, penyakit

telinga, mata dan kulit (Permenkes, 2014).

6. Gizi anak Balita

a. Anak dibiasakan untuk makan tiga kali sehari bersama keluarga.

b. Perbanyak konsumsi makanan kaya protein seperti ikan, daging,

telur, susu, tahu, tempe, dan lain-lain.

c. Perbanyak konsumsi sayur dan buah.

d. Batasi konsumsi makanan selingan yang terlalu asin, manis dan

berlemak.

e. Hindari makanan yang mengandung pengawet, pewarna, dan

penyedap rasa (Kemenkes, 2019).


17

C. Tinjauan umum tentang Oralit

1. Pengertian

Cairan rehidrasi oral (CRO) atau yang dikenal dengan nama

ORALIT adalah cairan yang dikemas khusus, mengandung air dan

elektrolit digunakan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi saat diare

(Hegar, 2014).

2. Manfaat oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari

rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila

tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,

air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru

dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan

muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk

mengganti cairan yang hilang (Kemenkes, 2011).

3. Cara membuat oralit

Resep untuk membuat larutan oralit 1 liter menggunakan gula,

garam dan air yaitu:

a. Air Bersih - 1 liter - 5 gelas (setiap cangkir sekitar 200 ml.)

b. Gula - Enam sendok teh level

c. Garam - Setengah tingkat sendok teh (Rehydrate.org, 2019).

Kemudian aduk semua bahan diatas sampai larut. Minumlah

seteguk oralit (atau berikan larutan oralit kepada orang yang mengalami

dehidrasi) setiap 5 menit sampai buang air kecil menjadi normal (adalah

normal untuk buang air kecil empat atau lima kali sehari.).
18

Orang dewasa dan anak-anak besar harus minum setidaknya 3

liter atau liter oralit sehari sampai mereka sehat. Jika muntah, terus coba

untuk minum oralit. Tubuh akan mempertahankan beberapa cairan dan

garam yang di butuhkan tubuh meskipun mual dan muntah tetap terjadi.

Minum oralit sedikit demi sedikit (Rehydrate.org, 2019).

4. Dosis oralit

a. Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sebagai berikut :

1) Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

2) Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

3) Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b. Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan

selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa

dehidrasi(Kemenkes, 2011).
19

D. Kerangka teori

Balita Hygiene Pengetahuan Kebersihan makanan dan Risiko diare pada balita
makanan dan ibu baik ibu terjaga Rendah
ibu

Pengetahuan Perilaku ibu negatif Balita sehat


ibu kurang

Kebersihan makan dan ibu


tidak terjaga

Risiko diare pada balita


Pemberian Oralit
tinggi

Balita sehat

Skema 2. 1 : kerangka teori hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian oralit pada balita yang mengalami diare
20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian ini menggunakan desain penelitian

literature review. Penelitian literature review dilakukan untuk melakukan

analisis terhadap hasil penelitian, artikel, buku maupun hasil konfrensi suatu

topik.

Literatur review adalah melibatkan pencarian sistematis untuk studi

dan bertujuan untuk laporan transparan identifikasi studi, membuat pembaca

jelas tentang apa yang dilakukan untuk mengidentifikasi studi, dan bagaimana

temuan dari tinjauan tersebut terletak pada bukti yang relevan (Chris Cooper,

2018).

Penelitian yang akan dilaksanakan ini akan meneliti tentang hubungan

pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian oralit pada balita yang

mengalami diare.

B. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumplan data merupakan satu bagian penting dalam

sebuah penelitian. Penelitian ini akan menggunakan metode pengumpulan

data dengan mengumpulkan artikel hasil penelitian yang diterbitkan di google

dan google scholar yang dapat diakses secara gratis.

Metode pengumpulan data menggunakan teknik kata kunci untuk

mengumpulkan artikel yang terkait dengan tema penelitian yang akan diteliti.

Kata kunci yang akan digunakan yaitu:


21

1. Diare

2. Ibu

3. Balita

4. Oralit

Guna meningkatkan keakuratan data yang akan dianalisis, maka

peneliti menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi yang akan digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

Tabel 3. 1 : kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria Inklusi Eksklusi
Jangka waktu Jurnal yang terbit pada tahun Jurnal yang diterbitkan
2016 sampai dengan 2020 pada tahun 2014 kebawah
Bahasa Bahasa Indonesia Bahasa internasional
Subjek Ibu dan balita Anak usia 6 tahun keatas
Jenis jurnal Original artikel Review artikel
Jenis paper Full paper dan abstrak Tidak ada

C. Waktu Penelitian

Analisa artikel ini akandilakukan pada bulan juli sampai dengan

Agustus 2020.

D. Analisa Data

Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan analisis PICO. Adapun analisis PICO yang dimaksud adalah:

P = Patient/Populasi/Sampel

I = Implementasi/intervensi/exposure

C = Kontrol/ intervensi pembanding

O = Outcomes/hasil
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Pengambilan Data

Penelitian ini akan menggunakan metode pengumpulan data dengan

mengumpulkan artikel hasil penelitian yang diterbitkan di google dan google

scholar yang dapat diakses secara gratis menggunakan kata kunci yang akan

digunakan yaitu diare, ibu, pengetahuan dan oralit.

Berdasarkan kriteria kata kunci yang digunakan, ditemukan sebanyak

1140 artikel. Jumlah artikel yang diperoleh kemudian diperkecil sesuai

dengan jumlah kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang akhirnya diperoleh

artikel sejumlah 4 artikel yang semuanya dianalisis dalam penelitian ini.


B. Hasil Studi Literature

Tabel 4. 1 : Hasil Studi Literatur


No Judul/Peneliti/ Desain Analisis PICO/ PICOT/PICOS
Lokasi Penelitian Patient Intervention Comparison Outcomes
1 Perilaku Tentang Penelitian ini  Pengambilan sampel - - Perilaku tentang
Penggunaan merupakan menggunakan teknik penggunaan oralit dan
Oralit Dan Zink kuantitatif accidental sampling. zink sebagian besar
Terhadap dengan desain Sampel berjumlah 31 adalah pada kategori
Kejadian Diare penelitian responden. sangat baik sebanyak 17
Pada Anak Usia dekskriptif (54.8%) dan Kejadian
Balita Di correlation dan diare hampir seluruhnya
Puskesmas Mirit menggunakan adalah pada kategori
Kabupaten metode diare dalam 6 bulan
Kebumen pendekatan cross terakhir sebanyak 26
sectional. (83.9%). Perilaku tentang
penggunaan oralit dan
Lestari, Nurbaiti zink pada anak usia balita
Indah terhadap kejadian diare di
Puskesmas Mirit
Kabupaten Kebumen
menggunakan Uji
Spearman-Rank
diperoleh nilai p=0.799
yang berarti p>0.05
24

artinya tidak ada


hubungan yang signifikan
(berarti)/tidak berkorelasi
antara variabel perilaku
tentang penggunaan oralit
dan zink dengan kejadian
diare.

2 Hubungan Usia, Jenis penelitian Populasinya adalah ibu- - - Hasil univariat


Pendidikan Dan ini survei ibu yang memiliki balita menunjukkan bahwa
Sumber analitik, dengan sebanyak 479 responden lebih dari setengahnya
Informasi pendekatan cros dengan jumlah sampel ibu yang memiliki balita
Dengan s sectional. sebanyak 83 responden. berpengetahuan kurang
Pengetahuan (67,5%), pendidikan ibu
Tentang rendah (61,4%), tidak
Penggunaan terpapar sumber
Oralit Pada Ibu informasi (59,0%),
Yang Memiliki berusia < 20 tahun dan >
Balita Di 35 tahun (61,4%). Dari
Kelurahan hasil uji chi
Kebon Dalem square terdapat hubungan
Kecamatan bermakna antara
Purwakarta Kota pendidikan,sumber
Cilegon Tahun informasi, usia dengan
pengetahuan ibu yang
25

2017 memiliki balita tentang


penggunaan oralit.

Novrita Triyulvi
dan Sanawiyah

3 Tingkat penelitian. Teknik pengambilan - - Hasil penelitian dianalisis


Pendidikan Ibu Penelitian ini sampel dilakukan secara dengan menggunakan
dan Penggunaan merupakan purposive sampling chi-square dan diperoleh
Oralit dan Zinc penelitian dengan responden hasil signifikansi sebesar
pada deskriptif sebanyak 100 orang 0,528 (p > 0,05), dengan
Penanganan korelatif nilai koefisien korelasi
Pertama Kasus yang diperoleh sangat
Diare Anak Usia rendah yaitu sebesar
1-5 Tahun: 0,176. Hasil tersebut
Sebuah Studi di menunjukkan bahwa
Puskesmas Janti tingkat pendidikan ibu
Malang tidak mempengaruhi
penggunaan oralit dan
zinc dalam penanganan
pertama diare pada anak
Ratna Kurnia usia 1 hingga 5 tahun di
Illahi, Fitra Puskesmas Janti Malang
Firnanda P.,
26

Bambang
Sidharta

4 Hubungan Penelitian ini Populasi adalah orang tua - - hasil penelitian ini
Pengetahuan merupakan yang memiliki balita dianalasis menggunakan
Dan Komunikasi penelitian yang pernah terdiagnosa uji chi-square yang
Dengan kuantitatif diare yang terdata di menunjukkan bahwa ada
Kepatuhan menggunakan Puskesmas Danau hubungan antara
Penggunaan desain cross Panggang yaitu sebanyak pengetahuan (p value=
Oralit Dan Zinc sectional. 983 orang. Sampel yang 0,0001) dan komunikasi
Saat Diare Di diteliti berjumlah 87 (p value=0,018).
Daerah responden diambil Kesimpulan dari
Pinggiran menggunakan purposive penelitan ini adalah ada
Sungai sampling hubungan antara
pengetahuan dan
komunikasi dengan
Nita Pujianti kepatuhan penggunaan
oralit dan zinc oleh orang
tua saat balitanya diare di
daerah pinggiran sungai.
27

C. Pembahasan

1. Pengetahuan ibu tentang pemberian oralit pada balita yang mengalami

diare

Hasil penelitian Illahi (2016) yang menemukan bahwa

penggunaan oralit dan zinc secara keseluruhan meliputi pengetahuan

mengenai nama obat, cara penggunaan oralit dan zinc, dan waktu

pemberian oralit dan zinc, sebagian besar responden dapat dikategorikan

memiliki pengetahuan yang baik.

Hasil penelitian diatas berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Triyulfi (2018) menunjukkan bahwa lebih dari

setengahnya ibu yang memiliki balita di kelurahan kebon dalem

kecamatan purwakarta Cilegon tahun 2017 memiliki pengetahuan kurang

mengenai penggunaan oralit sebesar 67,5%.

Selain masalah kurangnya pengetahuan tentang pemberian oralit,

ditemukan pula rendahnya pengetahuan ibu tentang penyakit diare yang

diderita oleh balita. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Pujiani

(2019) menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan

yang kurang yaitu sebanyak 45 (51,7%) responden. Hal tersebut dilihat

pada jumlah yang dilakukan oleh keluarga pasien diare yang sebagian

besar keluarga kurang mengetahui apa itu diare, penyebab diare serta

cara penularannya sehingga responden lebih beresiko terkena penyakit

diare, dan hanya 42 responden (48,3%) yang pengetahuannya baik terkait

penyakit diare.
28

Berdasarkan hasil analisa artikel diatas, disimpulkan bahwa angka

pengetahuan ibu pada masih tergolong rendah dengan persentasi pada

angka 48% keatas. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa

pengetahuan ibu tentang pemberian oralit rendah. Hal ini karena ibu tidak

aktif mencari informasi tentang pembuatan oralit, pendidikan ibu rendah

dan faktor usia ibu yang masih muda. Dalam hasil penelitian yang

dilakukan oleh Triyulfia (2018) menyatakan bahwa ibu yang memiliki

balita yang pengetahuannya kurang tentang penggunaan oralit

proporsinya lebih tinggi terjadi pada ibu yang berusia < 20 tahun

dan > 35 tahun (78,4%), dibanding pada ibu yang memiliki balita

yang berusia 20 tahun -35 tahun (50,0%).

2. Tindakan pemberian oralit pada balita yang mengalami diare

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2019) menunjukkan

bahwa perilaku tentang penggunaan oralit dan zink sebagian besar adalah

pada kategori sangat baik sebanyak 54.8%).

Perilaku kesehatan (health behavior) merupakan suatu respon dari

seseorang berkaitan dengan masalah kesehatan, penggunaan pelayanan

kesehatan, pola hidup, maupun lingkungan sekitar yang

mempengaruhi.Hal-hal ini yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan

seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk

juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan

perorangan, memilih makanan, dan sanitasi (Notoatmodjo, 2007 dalam

Lestari,2019).
29

Berdasarkan analisa peneliti disimpulkan bahwa perilaku ibu

dalam melakukan pemberian oralit pada anak masuk dalam kategori baik.

Hal ini dikarenakan respon ibu untuk menjaga kesehatan anak.

3. Hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian oralit pada balita

yang mengalami diare

Analisa hasil penelitian yang dilakukan oleh Pujianti (2019)

bahwa dari hasil uji chi-square, diketahui bahwa kepatuhan yang rendah

cenderung memiliki kemampuan komunikasi yang kurang yaitu sebesar

37 (78,7%) responden sedangkan kepatuhan yang tinggi cenderung

memiliki kemampuan komunikasi yang baik yaitu 19 (47,5%) responden.

Hal ini dikarenakan responden beranggapan bahwa petugas kesehatan

belum mampu mengkomunikasikan dengan baik cara pemakaian oralit

dan zinc maka mereka juga belum mampu untuk mempraktekkannya

secara mandiri, serta petugas belum mampu untuk memberikan informasi

kepada responden dengan jelas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pujianti (2019) disimpulkan

bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan

oralit dan zinc pada diare daerah pinggiran. Dalam penelitian tersebut

diuraikan bahwa kepatuhan yang kurang sebesar 46,7% didasari oleh

pengetahuan yang juga kurang, hal ini dikarenakan oleh responden yang

memiliki pengetahuan yang rendah terhadap kepatuhan akan

menyepelekan gejala awal serta tidak bisa memberikan tindakan segera

jika ada gejala diare, sehingga jika sudah parah maka mereka mengantar

atau mendampingi pasien untuk ke Puskesmas.


30

Berdasarkan hasil analisa artikel diatas, disimpulkan bahwa

hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian oralit pada balita

yang mengalami diare memiliki hubungan yang signifikan. Pengetahuan

ibu yang baik dapat memberikan dampak pada perilaku dan kepatuhan

ibu dalam memberikan oralit sebagai tindakan penanganan awal diare

dirumah. Dalam hal ini seorang ibu yang memiliki balita harus memiliki

pengetahuan atau informasi dari berbagai sumber mengenai

penggunaan oralit. Informasi ini dapat di peroleh dari buku, majalah,

koran,radio, TV,internet dan lain-lain.Upaya yang harus dilakukan dalam

hal ini adalah pemberian informasi dari berbagai sumber untuk

meningkatkan pengetahuan ibu yang memiliki balita.

D. Keterbatasan hasil Penelitian

Pembahasan artikel ini terbatas pada penelitian artikel sehigga peneliti

tidak dapat melakukan analisa menggunakan data primer langsung dari ibu

dan berdarkan kondisi nyata dilapangan.

E. Implikasi dalam Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam tatanan keperawatan

dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu yang memiliki balita

untuk meningkatkan pengetahuan dan menjaga perilaku sehat ibu dalam

merawat anak.
31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa artikel penelitian disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan hasil analisa artikel diatas, disimpulkan bahwa angka

pengetahuan ibu pada masih tergolong rendah dengan persentasi pada

angka 48% keatas.

2. Berdasarkan analisa peneliti disimpulkan bahwa perilaku ibu dalam

melakukan pemberian oralit pada anak masuk dalam kategori baik. Hal

ini dikarenakan respon ibu untuk menjaga kesehatan anak.

3. Berdasarkan hasil analisa artikel diatas, disimpulkan bahwa hubungan

pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian oralit pada balita yang

mengalami diare memiliki hubungan yang signifikan.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisa artikel penelitian disimpulkan bahwa:

1. Bagi ibu dan balita

Menyarankan kepada ibu balita untuk meningkatkan pengetahuan

melalui informasi dari tenaga kesehatan.

2. Bagi puskesmas

Menyaran kepada pihak puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan ibu

tentang pemberian oralit melalui pendidikan kesehatan dan pemberian

skill pembuatan oralit dirumah.


32

3. Bagi pendidikan

Menyarankan kepada pihak pendidikan untuk melakukan pengabdian

kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan kepada ibu tentang

pembuatan oralit dirumah.

4. Bagi penelitian

Menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian

ibtervensi tentang pembuatan oralit dirumah.


33

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, B. S. (2010). Menu Sehat Alami Untuk Balita & batita. Jakarta:
Agromedia Pustaka.

Chris Cooper, A. B.-C. (2018). Defining the Process to Literature Searching in


Systematic Reviews: A Literature Review of Guidance and Supporting
Studies. BMC Med Res Methodol;18(1), 85 diakses pada tanggal 25 mei
2020 dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30107788/?
from_term=literature+review+is&from_pos=3.

Guandalini, S. (2020, 1 31). Diarrhea. Dipetik 3 28, 2020, dari Medscape:


https://emedicine.medscape.com/article/928598-overview

Hegar, B. (2014, 9 19). Bagaimana Menangani Diare Pada Anak. Dipetik 6 1,


2020, dari Ikatan Dokter Anak Indonesia:
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/bagaimana-menangani-
diare-pada-anak

ICHRC. (2016). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Dipetik
3 28, 2020, dari Hospital Care for Children: http://www.ichrc.org/buku-
saku-pelayanan-kesehatan-anak-di-rumah-sakit

IDAI. (2017). Pentingnya Pemantauan Tumbuh Kembang 1000 Hari Pertama


Kehidupan Anak. Dipetik Juli 30, 2018, dari Ikatan Dokter Anak
Indonesia:
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pentingnya-
pemantauan-tumbuh-kembang-1000-hari-pertama-kehidupan-anak

Illahi, R. K. (2016). Tingkat Pendidikan Ibu dan Penggunaan Oralit dan Zinc pada
Penanganan Pertama Kasus Diare Anak Usia 1-5 Tahun: Sebuah Studi di
Puskesmas Janti Malang. Pharmaceutical Journal of Indonesia, 2(1), 1-6.

Kemenkes. (2011). Buletin jendela data dan informasi kesehatan. Jakarta:


Kemenkes.

Kemenkes. (2015). Situasi Kesehtana Anak Balita di Indonesia. Jakarta: Pusat


Data dan Informasi, Kementrian Kesehatan RI.

Kemenkes. (2019). Data dan Informasi Profil kesehatan Indonesia. Jakarta:


Kemenkes RI.

Kemenkes. (2019). Materi Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pedoman untu


Puskesmas dalam Pemberdayaan Usia . Jakarta: Kemenkes.
34

Lestari, N. I. (2019). Perilaku Tentang Penggunaan Oralit Dan Zink Terhadap


Kejadian Diare Pada Anak Usia Balita Di Puskesmas Mirit Kabupaten
Kebumen. Doctoral dissertation, Universitas' Aisyiyah Yogyakarta,
http://digilib.unisayogya.ac.id/4615/.

Permenkes. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Pemantauan


Pertumbuhan, Perkembangan, Dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Pujianti, N. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Komunikasi Dengan Kepatuhan


Penggunaan Oralit Dan Zinc Saat Diare Di Daerah Pinggiran Sungai.
Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, 5(3),
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/JPKMI/article/view/6538.

Rehydrate.org. (2019, 8 23). How do I prepare an Oral Rehydration Salts ORS


solution at home? Dipetik 6 1, 2020, dari The Mother and Child Health
and Education Trust: https://rehydrate.org/faq/how-to-prepare-ors.htm

Rosalia, L. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Penatalaksanaan


Awal Diare Pada Balita Di Puskesmas Piyungan Bantul Yogyakarta.
Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, diakses pada tanggal 1 Juni
2020 dari http://digilib.unisayogya.ac.id/2012/1/NASKAH
%20PUBLIKASI%20LISA%20ROSALIA%20201510104295.pdf.

Safitri, A. R. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Perilaku


Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Anak Di Desa Jatisobo Kecamatan
Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Skipsi, Program Setudi Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, diakses
pada tanggal 2 juni 2020 dari http://eprints.ums.ac.id/59603/20/NASKAH
%20PUBIKASI.pdf.

Sugiarto, S. P. (2019). Faktor Risiko Kejadian Diare Pada Balita. Contagion :


Scientific Periodical of Public Health and Coastal Health, Vol 1 No 1, 21-
31 diakses pada tanggal 25 mei 2020 dari
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/contagion/article/download/4434/2210.

Triyulvi, N. (2018). Hubungan Usia, Pendidikan Dan Sumber Informasi Dengan


Pengetahuan Tentang Penggunaan Oralit Pada Ibu Yang Memiliki Balita
Di Kelurahan Kebon Dalem Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon Tahun
2017. ournal Of Applied Health Research And Development, 4(2), 122-
134.

Unicef. (2019, 10). Diarrhoeal disease. Dipetik 6 1, 2020, dari Unicef:


https://data.unicef.org/topic/child-health/diarrhoeal-disease/
35

WHO. (2017, 5 2). Diarrhoeal disease. Dipetik 3 28, 2020, dari WHO:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease

RIWAYAT HIDUP
36

A. IdentitasMahasiswa
1. Nama : Ismail Saju
2. JenisKelamin : Laki-Laki
3. Tempat / TanggalLahir : Lamasi Pantai, 7 September 1978
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl.Bitti Balandai Kota Palopo

B. IdentitasKeluaarga
1. Nama Ayah : Sadju
2. NamaIbu : Umrah

C. RiwayatPendidikan
1. Madrasah Ibtidaiyah No.30 Lamasi Pantai,Kabupaten Luwu Tahun 1991
2. SMPN Kalaena Kiri II Mangkutana,Kabupaten Luwu Tahun 1994
3. SMAN 1 Palopo,Tahun 1997
4. Akademi Keperawatan Yapkesbi Cirebon,Jawa Barat,Tahun 2004
5. PadaTahun 2020 Penulis menyelesaikan pendidikan Program Studi S1
Keperawatan di Stikes Kurnia Jaya Persada Palopo.

Anda mungkin juga menyukai