Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke
atas. Adapun kategori lansia menurut usianya yaitu usia 45-59 tahun
merupakan pra lansia, usia 60-69 tahun merupakan lansia muda, usia 70-79
tahun merupakan lansia madya, dan 80-89 tahun merupakan lansia tua
(Tamher, 2009). Proses penuaan pada lansia terjadi seiring bertambahnya
umur lansia, yang akan menimbulkan permasalahan terkait aspek kesehatan,
ekonomi maupun sosial. Oleh karena itu perlunya peningkatan pelayanan
kesehatan terhadap lanjut usia sehingga lansia dapat meningkatankan
kualitas hidupnya.
Berdasarkan aspek kesehatan, lansia akan mengalami proses penuaan
yang ditandai dengan penurunan pada daya tahan fisik sehingga rentang
terhadap penyakit. Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansia yakni
penurunan sistem tubuh seperti sistem saraf, perut, limpa, dan hati,
penurunan kemampuan panca indera seperti penglihatan , pendengaran,
penciuman, perasa serta penurunan kemampuan motorik seperti kekuatan
dan kecepatan. Berbagai penurunan ini berpengaruh terhadap kemampuan
lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan terhadap status
kesehatannya (Efendi, 2009). Penyakit yang banyak terjadi pada lansia yaitu
Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi, artritis, stroke, penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM) (Siswanto,
2020).
Peningkatan pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia diperlukan
untuk mewujudkan lansia yang sehat, berkualitas dan produktif di masa
tuanya. Pelayanan kesehatan pada lansia harus diberikan sejak dini yaitu
usia pra lansia (45-59 tahun). Pembinaan kesehatan yang dilakukan pada
lansia yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor risiko yang harus dihindari
untuk mencegah berbagai penyakit yang mungkin terjadi. Kemudian perlu

1
juga memperhatikan faktor-faktor protektif yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan lansia.
Berdasarkan Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2019, tahun 2019 capaian persentase Puskesmas yang
melaksanakan pengendalian PTM Terpadu adalah sebesar 57,32% dimana
capaian tersebut dibawah target yakni 50% dengan capaian kinerja sebesar
114,64%. Sementara berdasarkan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya Tahun 2020, Penyakit degeneratif
(hipertensi, diabetes mellitus, dll) merupakan permasalahan utama yang
dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsinya. Puskesmas Kuala Mandor B adalah
salah satu Puskesmas yang ikut berperan menyelesaikan permasalahan
utama yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya yaitu
penyakit degeneratif (hipertensi, diabetes mellitus). Untuk melihat capaian
lansia, bisa dilihat pada GAMBAR 1 dan 2.

Capaian Lansia Puskesmas Kuala Mandor B

7000
6000
5000
4000
Jiwa

3000
2000
1000
0
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022

GAMBAR 1. Grafik Capaian Lansia Puskesmas Kuala Mandor B

Persentase Capaian di Puskesmas Kuala Mandor


B

100
80
Axis Title

60
40
20
0
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022

2
GAMBAR 2. Grafik Persentase Capaian di Puskesmas Kuala Mandor
B
Peran perawat pada lansia khususnya di puskesmas diantaranya
sebagai cave giver (pemberi asuhan langsung), dimana perawat dapat
memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung
kepada klien menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan analisis data,
merencanakan intervensi keperawatan dan melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi sesuai
respon klien. Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien
mengingatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait
dengan keperawatan dan tindakan medic yang diterima sehingga klien dapat
lebih mengetahui mengenai keadaan yang sedang dialami. Sebagai
komunikasi, perawat dapat melakukan komunikasi yang baik dan benar
guna untuk mengetahui tentang keadaan klien sehingga mampu
mendiagnosa dan menemukan hal-hal yang mereka butuhkan selama proses
perawatan. Sebagai pemberi bimbingan/ konseling, tugas perawat utama
adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi pada klien. Adanya pola
interaksi merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatan
kemampuan adaptasi, perawat dapat memberikan konseling/bimbingan
kepada klien mengenai pemecahan masalah yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan mengubah perilaku hidup ke arah hidup sehat. (Stanley,
Mickey, 2007)
Berdasarkan latar belakang tersebut, Puskesmas Kuala Mandor B
berinisiatif untuk melakukan suatu program inovasi berupa LANSET HANI
(Lansia Sehat Hari Ini). Kegiatannya terbagi menjadi dua yakni didalam
gedung Puskesmas dan diluar gedung Puskesmas. Di dalam gedung
Puskesmas kegiatannya berupa melakukan pelayanan yang
“menomorsatukan” lansia. Semua pelayanan lansia mulai dari pendaftaran,
pemeriksaan, hingga pemberian obat-obatan, lansia akan didahulukan.
Lansia yang terdeteksi menderita PTM yaitu Hipertensi, dan Diabetes

3
Mellitus akan mengikuti klub Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit
Kronis) yang berisikan kegiatan berupa Pemeriksaan (Penimbangan Berat
Badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar perut, pemeriksaan
tekanan darah, pemeriksaan gula darah sementara, asam urat dan kolesterol),
Edukasi Kesehatan berupa Pengobatan, Rujukan dan Senam Lansia.
Kegiatan ini akan dilaksanakan sebulan sekali. Pelayanan Lansia yang
diprioritaskan di dalam gedung Puskesmas akan dibantu oleh satu orang
tenaga kesehatan yang telah ditunjuk sebagai Duta Pelayanan Lansia.
Sementara kegiatan di luar gedung Puskesmas berupa Posyandu Lansia dan
Kunjungan Lansia khusus Lansia yang tidak bisa melakukan pengobatan di
Puskesmas.
Program ini akan melibatkan berbagai pihak yakni Dokter, Perawat,
Analis, Gizi, PromKes yang merupakan intern Puskesmas sementara ekstern
Puskesmas melibatkan kader Lansia, Lintas Sektor yang melibatkan pihak
RT/RW, dan Desa.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada program ini meliputi wilayah kerja Puskesmas
Kuala Mandor B yang mencakup 5 Desa yaitu Kuala Mandor B, Kuala
Mandor A, Sungai Enau, Kubu Padi, dan Retok yang ditujukan pada
masyarakat lansia.
C. Tujuan
Adapun tujuan program ini adalah :
1. Meningkatkan status kesehatan dan pembinaan lansia di wilayah kerja
Puskesmas Kuala Mandor B
2. Membuat lansia lebih aktif, lebih mandiri dan lebih produktif
3. Meningkatkan capaian sasaran kunjungan lansia
4. LANSET HANI (Lansia Sehat Hari Ini) sebagai inovasi Puskesmas
Kuala Mandor B untuk memenuhi persyaratan mengikuti pemilihan
Tenaga Kesehatan teladan di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2023
D. Kegunaan
Adapun manfaat program ini adalah :

4
1. Membuat lansia lebih aktif, lebih mandiri dan lebih produktif
2. Menekan angka Penyakit Tidak Menular yang diderita oleh Lansia

BAB II
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan mengemukakan suatu program inovasi


Puskesmas Kuala Mandor B berkaitan dengan upaya promotif dalam peningkatan
kesehatan lansia. Sebelum penulis menerapkan program inovasi pada pelayanan
lansia, tentunya penulis dengan bantuan kepala Puskesmas Kuala Mandor B
memberikan sosialisasi kepada intern maupun ekstern Puskesmas. Hal ini dapat
dilihat pada GAMBAR 3 dan 4.

GAMBAR 3. Sosialisasi kepada staf Puskesmas Kuala Mandor B mengenai


program inovasi

5
GAMBAR 4. Sosialisasi kepada Kepala Desa Kuala Mandor B tentang
Posyandu Lansia di desa bersama kader dan Bidan Desa

Selain memberikan sosialisasi, penulis sebagai pencetus dari inovasi ini juga
memberikan pembinaan kepada kader lansia terkait kegiatan posyandu lansia agar
kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Hal ini dapat dilihat pada GAMBAR 5.

GAMBAR 5. Pembinaan kepada kader lansia terkait kegiatan posyandu lansia

Pada pembahasan ini pula penulis mengacu pada kerangka pikir yang
penulis pakai dimana ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
lansia yaitu usia, kondisi penyakit kronis, interaksi sosial, tingkat depresi,
dukungan keluarga, status ekonomi, tingkat pendidikan, tingkat aktivitas sehari-
hari dan jenis kelamin.
A. Pengetahuan Lansia
Berdasarkan data yang dimiliki Puskesmas Kuala Mandor B dari tahun 2020
– 2022, pada umumnya tingkat pendidikan terakhir masyarakat Kuala Mandor B
mayoritas tidak sekolah. Tentunya hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan lansia. Lansia yang pendidikan terakhirnya tidak sekolah mereka
lebih pasif dibandingkan dengan lansia yang tingkat pendidikannya lebih tinggi.
Hal ini dapat dilihat pada saat posyandu lansia ketika diadakannya diskusi dan
tukar pengalaman dengan tujuan melihat sejauh mana pengetahuan lansia tentang
kesehatan lansia, kebanyakan dari mereka tidak menjawab, sebagian lagi tidak
tahu. Berbeda dengan lansia yang pendidikannya lebih tinggi mereka lebih aktif

6
saat diberikannya penyuluhan. Pengetahuan lansia sangat berperan penting untuk
mencapai derajat kesehatan. Semakin tingginya pengetahuan lansia maka semakin
tinggi pula tingkat kesadaran lansia akan pentingnya kesehatan.
Dengan latar belakang pengetahuan lansia yang minim dan rendahnya
pendidikan lansia tentunya perlu kesabaran untuk memberikan ilmu pengetahuan
terhadap lansia. Informasi yang disampaikan tidak mudah untuk cepat dimengerti
dan dipahami oleh lansia. Sebenarnya keingintahuan lansia di Kuala Mandor B
sangat tinggi namun beberapa faktor yang menjadi kendala yaitu dukungan
keluarga, dukungan sebagai informasi verbal dan non verbal, saran, bantuan yang
nyata atau tingkah laku sosialnya atau yang berupa kehadiran.
Namun upaya penulis untuk meningkatkan pengetahuan lansia yaitu dengan
mengadakan penyuluhan kesehatan secara terjadwal yaitu posyandu lansia dan
prolanis setiap sebulan sekali. Proses pemantauan kesehatan lansia melalui
kegiatan posyandu lansia dan prolanis melalui kartu monitoring yang telah
disiapkan. Kartu monitoring dapat dilihat pada GAMBAR 6 dan 7.

Gambar 6 Kartu Monitoring Kegiatan Prolanis dan Posyandu Lansia (Tampak


Depan)

7
GAMBAR 7 Kartu Monitoring Kegiatan Prolanis dan Posyandu Lansia
(Tampak Belakang)

Dan untuk memotivasi lansia datang ke posyandu lansia dan prolanis,


penulis mengadakan kegiatan senam lansia dan pengobatan. Dengan demikian
diharapkan lansia lebih giat datang ke posyandu dan prolanis untuk mendapatkan
pengetahuan kesehatan. Antusias lansia pun cukup bagus. Secara perlahan lansia
dapat memahami informasi yang sudah disampaikan penulis tentang pentingnya
kesehatan untuk lansia, namun ada pula lansia yang sulit untuk memahami
informasi yang disampaikan. Tetapi penulis terus berupaya bagaimana pun
caranya supaya lansia dapat menerima informasi dan pendidikan kesehatan agar
dapat dimengerti yaitu dengan memberikan penyuluhan ke setiap lansia sampai
lansia benar-benar mengerti dan paham akan pentingnya kesehatan, bahkan
sampai penyuluhan dengan materi yang sama pun terus di ulang agar lansia tidak
lupa. Adapun kegiatan posyandu lansia dan prolanis dapat dilihat pada GAMBAR
8 dan 9

8
GAMBAR 8. Kegiatan Posyandu Lansia

GAMBAR 9. Kegiatan Prolanis bagi Lansia penderita Hipertensi dan


Diabetes Mellitus

Jika terdapat lansia yang tidak mengikuti kegiatan posyandu dan prolanis,
maka penulis melakukan kunjungan rumah untuk mengetahui alasan tidak
memeriksakan kesehatannya serta memberikan penyuluhan kesehatan. Hal ini
dapat dilihat pada GAMBAR 10.

9
GAMBAR 10. Kegiatan Kunjungan rumah lansia

Jika terdapat lansia yang ingin melakukan pengobatan di puskesmas, penulis


telah berinovasi dengan mendahulukan pelayanan kepada lansia dengan
menggunakan “Duta Lansia”. Duta lansia bertanggung jawab melayani lansia
mulai dari pengobatan, pengantrian, pemeriksaan hingga pengambilan obat
sehingga lansia tentu akan merasa senang. Adapun pelayanan yang dilakukan oleh
Duta Lansia dapat dilihat pada GAMBAR 11.

GAMBAR 11. Pelayanan lansia oleh Duta


Lansia di Puskesmas

B. Dukungan keluarga
Fase lansia merupakan krisis bagi
kehidupan keluarga yang dapat diikuti
dengan stres kecemasan. Perubahan dan
adaptasi selama fase lansia, tidak hanya dirasakan oleh lansia tetapi seluruh
anggota keluarga. Oleh karena itu, selama fase lansia seluruh anggota keluarga
harus terlibat. Dukungan dan kasih sayang dari anggota keluarga dapat
memberikan perasaan nyaman dan aman ketika lansia merasa takut dan khawatir
dengan kesehatannya.

10
Meyakinkan keluarga bahwa fase lansia adalah suatu hal yang wajar dan
tidak memberatkan, dalam hal ini dukungan keluarga sangat diperlukan baik
secara finansial maupun psikologis dan moral agar seorang lansia memiliki
kekuatan baik secara fisik maupun psikologis dalam menjalani fase lansia.
Penulis sebagai perawat berupaya memerankan hal penting tersebut dengan
memberikan support dan dukungan kepada keluarga berupa sharing pengetahuan,
pengalaman dan menerangkan tentang faktor-faktor resiko yang terjadi terhadap
kesehatan lansia.
Penulis juga memberikan supprot psikologis kepada lansia dan keluarga
serta wawasan bahwa dukungan keluarga serta lingkungan keluarga yang kondusif
akan sangat membantu secara psikologis terhadap lansia. Dukungan keluarga bisa
berupa pendampingan selama pemeriksaan kesehatan, support nutrisi yang baik.

C. Dukungan tenaga kesehatan


Tenaga kesehatan khususnya perawat yang dibantu dokter, analisis,
promkes, dan gizi sangat berperan dalam memberikan dukungan pada lansia.
Tenaga kesehatan harus mampu mengenali keadaan yang terjadi di sekitar lansia.
Hubungan yang baik saling mempercayai dapat memudahkan tenaga kesehatan
dalam memberikan pendidikan kesehatan.
Dampak positif bagi lansia akan pentingnya dukungan tenaga kesehatan
akan menumbuhkan perasaan tenang dan nyaman sehingga terhindar dari
hambatan-hambatan secara psikologis seperti stres, cemas dan tertekan ketika
menderita penyakit diabetes mellitus ataupun hipertensi. Maka dari itu pentingnya
pemeriksaan lansia sangat dianjurkan untuk mengetahui kondisi dari lansia. Selain
itu kondisi mental lansia juga sangat berperan penting untuk membantu proses
pemulihan kesehatan. Maka dari itu supprot mental dari tenaga kesehatan sangat
dibutuhkan lansia.
Adapun bentuk dukungan tenaga kesehatan adalah :
1. Memberikan perhatian terhadap masalah kesehatan lansia
2. Menghargai pendapat dan keinginan lansia
3. Sabar dalam memberikan pelayanan

11
4. Tempat pelayanan yang aman, nyaman, ramah dan menyenangkan
5. Meyakinkan bahwa lansia dapat sembuh
6. Mengajarkan dan menganjurkan latihan fisik seperti senam lansia
7. Mengadakan senam lansia dan pengobatan untuk memotivasi lansia dalam
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan
kesehatan untuk mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan
8. Mendahulukan pelayanan terhadap lansia saat berobat di puskesmas dengan
duta lansia
Adapun peran penulis dalam memfasilitasi lansia adalah
1. Pengukuran tinggi dan timbang badan
2. Pengukuran lingkar perut
3. Pengukuran tekanan darah
4. Pengecekan kesehatan (tes gula darah, asam urat dan kolesterol)
5. Pemberikan penyuluhan kesehatan
6. Pemberian pengobatan
7. Melakukan senam lansia
8. Membantu proses perujukan ke Rumah Sakit jika dirasa perlu. Apabila lansia
tersebut tidak memiliki kartu BPJS, maka perawat akan membantu dalam
pembuatan BPJS PBI melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya dan
BPJS.
9. Mengadakan komunikasi mengenai program lansia kepada ekstren Puskesmas
dan Lintas Sektor

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Tidak Menular adalah penyakit yang menjadi momok bagi
lansia sehingga diperlukan pemahaman dan penanaman kesadaran akan
pentingnya menjaga kesehatan. Peran dan dukungan berbagai pihak sangat
diperlukan dalam proses penyadaran dan perubahan perilaku positif lansia
dalam pemeriksaan kesehatannya. Dukungan tersebut dapat diperoleh dari
pengetahuan lansia, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan serta
fasilitas penunjang lainnya yang akan berpengaruh terhadap perilaku lansia
dalam memeriksakan kesehatannya.
Upaya promotif yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam hal ini
perawat pada dasarnya adalah mengoptimalkan potensi yang ada baik pada
sarana kesehatan dan potensi lansia dalam mengembangkan pengetahuannya
sebagai dasar bagi pengembangan kesadaran diri akan pentingnya
pemeriksaan kesehatan.
B. Saran
1. Pihak pemerintah dalam hal ini puskesmas hendaklah lebih
mengoptimalkan perannya dalam upaya promotif terhadap masyarakat
dengan melibatkan berbagai potensi yang ada di wilayah kerja
puskesmas.
2. Pihak desa sebagai mitra kerja perawat diharapkan lebih proaktif dan
memberikan dukungan penuh terutama peran serta keluarga dan
masyarakat dalam proses penyembuhan lansia dari PTM.

13
3. Keluarga sebagai pihak yang sangat dominan bagi seorang lansia
hendaklah memberikan dukungan penuh baik secara moril, materil dan
psikologis agar proses penyembuhan yang dijalaninya menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry & Makhfud. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. 2019. Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (Satker 05). Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat,
Pontianak. 80 hal.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya, 2021. Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah Tahun 2020. Pemerintah Kabupaten Kubu Raya Dinas
Kesehatan, Sungai Raya. 43 Hal.
Siswanto, Y., & Lestari, I. P. (2020). Pengetahuan Penyakit Tidak Menular dan
Faktor Risiko Perilaku pada Remaja. Pro Health Jurnal Ilmiah Kesehatan,
2(1), 1-6.
Stanley, Mickey dkk. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik .Edisi 2. Jakarta :
EGC
Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

14
15

Anda mungkin juga menyukai