Anda di halaman 1dari 3

Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

        Kromatografi dalam bidang kimia merupakan sebuah teknik analisis yang digunakan untuk
memisahkan sebuah campuran ataupun persenyawaan kimia.
        Cara pemisahan dengan adsorbsi pada lapisan tipis adsorben yang sekarang dikenal dengan
kromatografi lapis tipis (Thin Layer Chromatography atau TLC) telah dipakai sejak tahun 1983.
Tekhnik ini bertujuan untuk memisahkan komponen kimia secara cepat berdasarkan prinsip
adsorbsi dan partisi.TLC atau KLT dapat digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti
ion – ion anorganik, kompleks senyawa-senyawa organik dengan dengan senyawa – senyawa
anorganik, dan senyawa-senyawa organik baik yang terdapat di alam maupun senyawa-senyawa
organik sintetik .
          Kelebihan penggunaan kromatografi lapis tipis dibandingkan dengan kromatografi kertas
adalah karena dapat dihasilkannya pemisahan yang lebih sempurna, kepekaan yang lebih tinggi,
dan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat .
        Teknik standar dalam melaksanakan pemisahan dengan KLT ini adalah sebagai berikut :
pertama kali lapisan tipis adsorben dibuat pada permukaan plat kaca atau plat lain, misalnya
berukuran 5 x 20 cm atau 20 x 20 cm. tebal lapisan adsorben tersebut dapat bervariasi,
tergantung penggunaannya. Larutan campuran yang akan dipisahkan diteteskan pada kira – kira
1,5 cm dari bagian bawah plat tersebut dengan menggunakan pipet mikro atau syringe. Zat
pelarut yang terdapat pada sampel yang diteteskan tersebut kemudian diuapkan lebih dulu.
Selanjutnya plat kromatografi tersebut dikembangkan dengan dengan mencelupkannya pada
tangki yang berisi campuran zat pelarut (solvent system). Dengan pengembangan tersebut
masing–masing komponen senyawa dalam sampel akan bergerak ke atas dengan kecepatan yang
berbeda. Perbedaan kecepatan gerakan ini merupakan akibat terjadinya pengaruh proses dengan
KLT, mulai pemilihan adsorben sampai identifikasi masing – masing komponen yang telah
terpisah. Kemudian dilakukan penampakan bercak dengan menggunakan penampak bercak UV
254, UV 366, dan asam sulfat 10%.

           Adapun mekanisme dan prinsip penampakan noda pada pegujian Kromatigrafi yaitu :
a. Pada UV 254 nm
          Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna
gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara
sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang
tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi.
Penampakan noda pada UV 254 nm
b. Pada UV 366 nm
          Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian
kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu
UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV
366 nm.
c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%
        Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan kemampuan
asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia
sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS)
sehingga noda menjadi tampak oleh mata.

Anda mungkin juga menyukai