Anda di halaman 1dari 3

1. Mapping : pembuatan peta kerawanan hutan di wilayah teritorialnya masing-masing.

Fungsi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun yang lazim digunakan adalah
3 cara berikut:
a. Pemetaan daerah rawan yang dibuat berdasarkan hasil olah data dari masa lalu
maupun hasil prediksi,
b. Pemetaan daerah rawan yang dibuat seiring dengan adanya survai desa
(Partisipatory Rural Appraisal), dan
c. Pemataan daerah rawan dengan menggunakan Global Positioning System atau
citra satelit.
2. Informasi : penyediaan sistem informasi kebakaran hutan.
Hal ini bisa dilakukan dengan pembuatan sistem deteksi dini (early warning
system) di setiap tingkat. Deteksi dini dapat dilaksanakan dengan cara berikut :
a. Analisis kondisi ekologis, sosial, dan ekonomi suatu wilayah dan
b. Pengolahan data hasil pengintaian petugas.
3. Sosialisasi : pengadaan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat.
Penyuluhan dimaksudkan agar menginformasikan kepada masyarakat di setiap
wilayah mengenai bahaya dan dampak, serta peran aktivitas manusia yang seringkali
memicu dan menyebabkan kebakaran hutan. Penyuluhan juga bisa menginformasikan
kepada masyarakat mengenai daerah mana saja yang rawan terhadap kebakaran dan
upaya pencegahannya.
Pembinaan merupakan kegiatan yang mengajak masyarakat untuk dapat
meminimalkan intensitas terjadinya kebakaran hutan. Sementara, pelatihan bertujuan
untuk mempersiapkan masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar wilayah rawan
kebakaran hutan,untuk melakukan tindakan awal dalam merespon kebakaran hutan.
4. Standarisasi : pembuatan dan penggunaan SOP (Standard Operating Procedure)
Untuk memudahkan tercapainya pelaksanaan program pencegahan kebakaran
hutan maupun efektivitas dalam penanganan kebakaran hutan, diperlukan standar
yang baku dalam berbagai hal berikut :
a. Metode pelaporan
Untuk menjamin adanya konsistensi dan keberlanjutan data yang masuk,
khususnya data yang berkaitan dengan kebakaran hutan, harus diterapkan sistem
pelaporan yang sederhana dan mudah dimengerti masyarakat. Ketika data yang
masuk sudah lancar, diperlukan analisis yang tepat sehingga bisa dijadikan
sebuah dasar untuk kebijakan yang tepat.
b. Peralatan
Standar minimal peralatan yang harus dimiliki oleh setiap daerah harus bisa
diterapkan oleh pemerintah, meskipun standar ini bisa disesuaikan kembali
sehubungan dengan potensi terjadinya kebakaran hutan, fasilitas pendukung, dan
sumber daya manusia yang tersedia di daerah, dan
c. Metode Pelatihan untuk Penanganan Kebakaran Hutan
Standarisasi ini perlu dilakukan untuk membentuk petugas penanganan
kebakaran yang efisien dan efektif dalam mencegah maupun menangani
kebakaran hutan yang terjadi. Adanya standarisasi ini akan memudahkan petugas
penanganan kebakaran untuk segera mengambil inisiatif yang tepat dan jelas ketika
terjadi kasus kebakaran hutan.
5. Supervisi : pemantauan dan pengawasan kepada pihak-pihak yang berkaitan
langsung dengan hutan.
Pemantauan adalah kegiatan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya
perusakan lingkungan, sedangkan pengawasan adalah tindak lanjut dari hasil analisis
pemantauan. Jadi, pemantauan berkaitan langsung dengan penyediaan data, kemudian
pengawasan merupakan respon dari hasil olah data tersebut. Pemantauan, menurut
kementerian lingkungan hidup, dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Pemantauan terbuka
Pemantauan dengan cara mengamati langsung objek yang diamati. Contoh :
patroli hutan
b. Pemantauan tertutup (intelejen)
Pemantauan yang dilakukan dengan cara penyelidikan yang hanya diketahui
oleh aparat tertentu.
c. Pemantauan pasif
Pemantauan yang dilakukan berdasarkan dokumen, laporan, dan keterangan
dari data-data sekunder, termasuk laporan pemantauan tertutup.
d. Pemantauan aktif

Anda mungkin juga menyukai