Anda di halaman 1dari 12

Analisa Postur Tubuh Pada Operator Forklift di PT.

PANLI
Menggunakan Metode RULA dan REBA

Aldiano Pangestu, Hery Hamdi Azwir


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas President Jl. Ki Hajar Dewantara
Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi – Indonesia 17550
Email : 1aldianopangestu1690@gmail.com, 2hery.azwir@president.ac.id

Abstrak

Ergonomi menjadi salah satu aspek yang mendukung produktivitas para operator forklift
dalam melakukan kerjanya. Apabila aspek ergonomi tidak diperhatikan, maka produktivitas
para operator pun akan terhambat dan mempengaruhi proses produksi lalu rangkaian proses
lainnya. Penelitian yang berlangsung di PT. Puninar Anji Nyk Logistics Indonesia atau biasa
disebut sebagai PT. PANLI, bertujuan untuk meminimalisir kelelahan yang terkadang dialami
oleh operator forklift. Dalam meminimalisir kelelahan tersebut, penelitian ini menggunakan
beberapa metode seperti Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan Rapid Entire Body
Assessment (REBA). Analisa akan dilakukan dengan data yang telah didapatkan dan diubah ke
dalam bentuk tabel yang disediakan oleh masing masing metode sehingga hasil pun akan
diperoleh. Hasil perhitungan menggunakan RULA dan REBA menunjukkan bahwa postur tubuh
para operator forklift ketika sedang melakukan kerja membutuhkan evaluasi dan tindakan
lebih lanjut, sehingga perbaikan yang diajukan adalah dengan membuat visualisasi yang dapat
diletakkan pada bagian atas kanan kaca forklift sehingga operator dapat mengetahui dan
menerapkan postur yang baik sebelum melakukan kerjanya.
Keyword: Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Rapid Entire Body Assessment (REBA),
Ergonomi, Antropometri, Perancangan Alat Bantu, Gangguan Muskuloskeletal.
1. Pendahuluan
Secara teknis, produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai dengan
usaha yang telah dilakukan. Ergonomi sebagai aspek yang menyokong tingkat produktivitas di
dalam suatu perusahaan khususnya dalam proses produksi dapat diterapkan sehingga
produktivitas kerja meningkat dengan cara membuat pekereja merasa nyaman dan aman.
Departemen Service Order Recruitment III memiliki fungsi untuk pengumpulan data material
yang diterima dan akan dikelola untuk diproduksi. Proses kerja juga dapat dilihat langsung
terlebih ketika operator forklift sedang memindahkan kotak berisi material dari satu tempat
ke tempat yang lain. Ketika operator sedang mengoperasikan forklift, terkadang operator
berhenti dan keluar dari alat tersebut untuk meregangkan otot atau hanya duduk dan
menghentikan kemudi. Hal ini menjadi masalah yang dapat mempengaruhi kesehatan jangka
panjang operator.
Sekitar setengah dari kasus penyakit akibat kerja berdasarkan The Labour Force Survey (LFS)
U.K (2014), adalah musculoskeletal disoders. Lebih dari 500.000 kasus MSDs terjadi dari total
1.200.000 kasus penyakit akibat kerja. Sebagian besar kasus terjadi pada pekerja kosntruksi
dan petugas kesehatan (Buckley, 2015)
Menurut jurnal medicine di Inggris, 180 juta waktu kerja terbuang akibat sakit pinggang, yang
disebabkan karena duduk di kursi dengan standar kelayakan yang tidak cukup baik. Disebutkan
juga bahwa Low Back Pain (LBP) merupakan keluhan kesehatan nomor dua pada manusia

1
setelah influenza. Menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan,
angka kecelakaan kerja di Indonesia terus meningkat. Terdapat lebih dari 120 ribu kasus
kecelakaan kerja pada tahun 2017, angka ini membuat 20% lebih banyak dari tahun 2016.
Sedangkan, menurut data statistik OSHA, terdapat lebih dari 80 kecelakaan fatal, lebih dari
30 ribu kecelakaan berat, dan lebih dari 60 ribu kecelakaan ringan yang terjadi pada operator
forklift di Amerika Serikat pada tahun 2016. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak
kelalaian yang diakibatkan oleh para operator forklift karena postur tubuh yang aneh dan
cenderung tidak normal pada saat pengoperasian forklift, sehingga perbaikan dibutuhkan
dengan cara memvisualisasikan gambaran postur tubuh yang baik dan benar pada saat
mengoperasikan alat tersebut.

1.1 Studi Pustaka


Dalam menyelesaikan masalah yang ada salah satunya dengan membuat desain alat bantu
agar dapat memperbaiki permasalahan dalam pekerjaan. Desain alat bantu adalah proses
mendesain dan mengembangkan alat-alat bantu, metode dan teknik untuk meningkatkan
efisiensi dan produktifitas. Tujuan utama dalam mendesain alat bantu adalah menurunkan
waktu dan biaya produksi dengan tetap menjaga kualitas dan meningkatkan produksi (Daryus,
2005). Untuk memenuhi tujuan tersebut maka perancang harus memenuhi hal-hal sebagai
berikut:
1. Menyediakan alat bantu yang sederhana, dan mudah dioperasikan untuk efisiensi
maksimum.
2. Mengurangi pengeluaran dalam sebuah aktifitas dengan menghasilkan waktu dan biaya
serendah mungkin.
3. Mendesain alat bantu yang secara konsisten memproduksi komponen dengan kualitas
tinggi.
4. Meningkatkan laju aktifitas/produksi dengan alat bantu yang tersedia.
5. Mendesain alat bantu yang tidak mudah melakukan kesalahan dan mencegah
penggunaan yang tidak benar.
6. Memilih material yang akan memberikan umur alat bantu yang cukup.
7. Memberikan proteksi dalam desain alat bantu untuk keselamatan operator yang
maksimum.
Jumlah perencanaan dalam desain alat bantu sangat mempengaruhi sukses tidaknya desaign.
Semua informasi dan spesifikasi yang berkaitan dengan produk di evaluasi sehingga desain alat
bantu yang paling efisien dan ekonomis bisa ditentukan, maka dari itu perancang alat bantu
harus memahami komponen dan proses produksinya (Daryus, 2005).
Ketika menganalisis gambar, perancang harus memperhatikan faktor-faktor berikut:
1. Ukuran keseluruhan dan bentuk komponen.
2. Jenis dan kondisi material yang digunakan komponen.
3. Jenis operasi pemesinan yang dilakukan.
4. Derajat akurasi yang dilakukan.
5. Jumlah yang dibuat.
6. Permukaan buat pengkleman dan penepatan.
Posisi tubuh dalam bekerja ditentukan oleh jenis pekerjaan yang di lakukan. Masing-masing
posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh.
Batasan stasiun kerja untuk posisi duduk dan berdiri, sebagai berikut:
1. Pekerjaan dilakukan dengan duduk dan pada saat lainnya di lakukan dengan berdiri
saling bergantian.
2. Perlu menjangkau lebih dari 40 cm ke depan dan atau 15 cm diatas landasan.
3. Tinggi landasan kerja 90-120 cm.

2
Sikap tubuh dalam beraktivitas pekerjaan diakibatkan oleh hubungan antara dimensi kerja
dengan variasi tempat kerja. Sikap tubuh pada saat melakukan setiap pekerjaan menentukan
atau berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan.
Sikap tubuh (posture) manusia secara mendasar keadaan istirahat, yaitu:
1. Sikap berdiri (standing).
2. Sikap berdiri adalah posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki. Berdiri dengan posisi yang benar, dengan tulang punggung
yang lurus dan bobot badan terbagi rata pada kedua kaki
3. Sikap duduk (sitting).
4. Sikap dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja
5. Sikap berbaring (lying).
6. Sikap terlentang dimana bagian lordosis dipertahankan dengan paha dan lutut 45°.
7. Sikap jongkok (squatting).
8. Sikap kerja dimana posisi lutut fleksi max, paha, badan fleksi max, dan lumbal juga
fleksi max.
Apabila dari sikap tubuh terdapat alat atau peralatan yang digunakan untuk bekerja
selanjutnya disebut dengan sikap kerja. Prinsip kerja secara ergonomi agar terhindar dari
resiko cidera, yaitu:
1. Gunakan tenaga se-efisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dikurangi atau
dihilangkan, perhitungan gaya berat yang mengacu pada berat badan dan bila perlu
gunakan pengungkit sebagai alat bantu
2. Sikap kerja duduk, berdiri dan jongkok disesuaikan dengan prinsip ergonomi.
3. Panca indera dipergunakan sebagai kontrol, bila merasakan kelelahan harus istirahat
(jangan dipaksa), dan bila lapar atau haus harus makan atau minum (jangan ditahan).
Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur melalui denyut nadi per menit, yaitu
jangan lebih dari jumlah maksimum yang diperbolehkan.

2. Metodologi
Dalam hal ini penulis mencoba berpikir secara sistematis dengan membuat kerangka kerja
penelitian. Terdapat beberapa faktor yang membuat operator forklift sering merasa
kelelahan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi produktivitas kerja operator forklift
ketika sedang mengantarkan kotak berisi material dari satu area ke area yang lain. Kelelahan
pada operator forklift akan membuat banyak waktu yang terbuang dan produksi menjadi
terhambat. Oleh karena itu, perbaikan sesuai dengan metode diperlukan untuk menghasilkan
solusi yang tepat sehingga mampu mengurangi kesalahan yang sering dilakukan.
2.1. Kerangka Penelitian
Pada kasus ini, kerangka penelitian akan ditampilkan seperti pada Gambar 2.1.

3
Gambar 2.1.

2.2. Identifikasi masalah

Berdasarkan pengamatan yang terjadi dan data yang diperoleh, masalah yang terjadi adalah
penurunan peforma kinerja operator forklift karena posisi kerja yang kadang tidak sesuai
dengan posisi yang sudah ditetapkan oleh standar operator forklift di perusahaan, akibatnya
operator yang tidak mengikuti standar kerja perusahaan akan mengalami mudah kelelahan,
kualitas pandangan menurun dan kecelakaan kerja lainnya.

2.3. Instrumen Penelitian


Pengumpulan data dimulai dari mengamati operator yang sedang melakukan aktifitas, lalu
dilakukan dokumentasi pada proses kerja yang sedang dilakukan untuk melihat setiap
prosesnya serta lama waktu operator melakukan aktivitas yang sedang dikerjakan. Setelah
proses kerja sudah dilakukan, lalu dilakukan wawancara terhadap operator forklift tersebut
untuk mengetahui dan mendata keluhan atau ketidaknyamanan saat melakukan aktifitas
kerja.
Adapun alat yang digunakan dalam pengambilan data dalam proses kerja operator forklift,
yaitu:
1. Kamera Hand Phone.
Kamera Hand Phone digunakan membantu dalam pengambilan gambar serta
dokumentasi pada saat aktivitas produksi
2. Rol Meter
Roll Meter digunakan dalam penelitian ini digunakan oleh karyawan/ pekerja sebagai
alat ukur mengecek dimensi sebuah ruang gerak dalam proses kerja berlangsung

4
3. Rapid Upper Limb Assesment (RULA) Worksheet, yang akan digunakan untuk menilai
setiap pergerakan leher (neck), kaki (leg), lengan atas (upper arm), lengan bawah
(lower arm), pergelangan tangan (wrist), punggung (trunk), serta mengukur beban
(load/force), dan kegiatan (activity).
4. Rapid Entire Body Asessment (REBA) Worksheet, yang akan digunakan untuk menilai
setiap pergerakan pergerakan badan operator bagian atas.
Dalam penelitian ini, data yang digunakan terdiri dari:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian secara terhadap
objek penelitian di lapangan yaitu kondisi aktual dari lapangan dan aktifitas operator forklift.
Data yang diperlukan adalah :
1. Data metode kerja
2. Data postur kerja, berupa foto pegawai ketika melakukan aktivitas dengan postur
kerja tertentu
3. Data waktu postur kerja

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur dan referensi yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas, dan juga data yang diperoleh dari perusahaan,
yaitu gambaran umum dan sejarah perusahaan, jumlah pegawai, organisasi dan manajemen
perusahaan.

Data yang dibutuhkan demi berlangsungnya penelitian akan diperoleh dari pengamatan yang
sudah dilakukan sebelumnya. Data ini akan di hitung dan di analisa untuk mengetahui
perlunya perbaikan atau tidak pada objek yang diteliti. Dalam hal ini, topik yang diangkat
adalah tentang analisa postur tubuh pada operator forklift di PT. PANLI sehingga data yang
dibutuhkan dalam bentuk gambar dan akan dihitung secara kuantitatif menggunakan RULA
dan REBA.

3. Hasil dan Pembahasan


Hasil pengamatan yang sudah dilakukan lalu akan di tinjau dan dianalisa untuk mencari tau
letak kesalahan yang dilakukan oleh operator forklift. Setelah mendapatkan data yang sudah
di analisa, maka selanjutnya dilakukan pembahasan mengenai perbaikan kerja agar
mendapatkan solusi yang akan digunakan oleh perusahaan untuk mengurangi kelelahan pada
operator forklift.
3.1 Data operator forklift
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan, didapatkan data keluhan yang
disampaikan operator. Masalah ini dapat dideteksi dari adanya keluhan yang disampaikan oleh
para operator. Masalah tersebut dapat dilihat seperti pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.1
Berikut adalah data yang didapatkan :

Jumlah
No Keluhan
Keluhan
1 Tidak memahami kapasitas forklift. 2

5
2 Tidak memahami rute forklift. 1
3 Ceroboh saat mengangkut palette 2
Minim komunikasi dengan pekerja lain saat mengoperasikan 4
4 forklift
5 Terpeleset saat sedang menaiki atau menuruni forklift 3
6 Mengoperasikan forklift diatas kecepatan yang dianjurkan 1
Mudah lelah setelah mengoperasikan forklift lebih dari 30 7
8 menit
Tabel 3.1

Gambar 3.1
Tabel diatas menunjukkan masalah masalah yang terjadi pada saat, sebelum, ataupun
sesudah mengoperasikan forklift oleh operator. Masalah tersebut diperoleh dari keluhan
operator yang mengoperasikan forklift. Pada tabel tersebut, masalah yang paling tinggi dan
yang paling banyak dikeluhkan oleh para operator adalah para operator menjadi mudah lelah
setelah mengoperasikan forklift lebih dari 30 menit. Sehingga, perbaikan perlu diajukan agar
tidak menyebabkan gangguan kesehatan lebih lanjut pada operator.
Data ini akan di hitung dan di analisa untuk mengetahui perlunya perbaikan atau tidak pada
objek yang diteliti. Dalam hal ini, topik yang diangkat adalah tentang analisa postur tubuh
pada operator forklift di PT. PANLI sehingga data yang dibutuhkan dalam bentuk gambar dan
akan dihitung secara kuantitatif menggunakan RULA dan REBA. Berikut adalah beberapa
kegiatan operator forklift ketika sedang melakukan tugasnya yang digambarkan pada Gambar
3.2 dan Gambar 3.3
Gambar pengamatan berdasarkan RULA:

6
Gambar 3.2
Hasil penilaian berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan menggunakan
metode RULA didapatkan nilai sebagai berikut:

7
Dari tabel diatas, dapat dideskripsikan hasil perbandingan antara gambar operator forklift
dengan gambar standar postur tubuh. Diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Posisi lengan atas kurang lebih antara 20° sampai 45° bernilai 2.
2. Posisi lengan bawah yang bergerak secara vertikal karena digunakan untuk menyetir
bernilai 2, dan masing-masing lengan yang terkadang bergerak melewati satu sama lain
bernilai 1, total nilai menjadi 3.
3. Posisi pergelangan tangan yang menggenggam dan condong ke arah dalam bernilai 3.
4. Posisi pergelangan tangan memutar yang memutar dengan jarak medium bernilai 1.
5. Posisi leher kurang lebih antara 10° sampai 20° bernilai 2.
6. Posisi batang tubuh kurang lebih antara 0° sampai 20° bernilai 2. Posisi ini cenderung
tegak karena operator duduk di kursi forklift.
7. Posisi kaki yang menapak permukaan forklift sehingga bernilai 1.
8. Hasil lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan pergelangan tangan
memutar akan dimasukkan ke dalam tabel agar dapat memperoleh hasil A atau hasil
pergelangan tangan dan lengan dengan nilai 4.
9. Hasil leher, batang tubuh, dan kaki akan dimasukkan ke dalam tabel agar dapat
memperoleh hasil B atau hasil leher, batang tubuh, dan kaki dengan nilai 2.
10. Hasil A akan ditambahkan dengan nilai penggunaan otot dan berat beban. Dalam hal
ini bernilai 1 dan 0, sehingga hasilnya menjadi 5 dengan menambahkan hasil A dengan
nilai penggunaan otot dan berat beban.
11. Hasil B akan ditambahkan dengan nilai penggunaan otot dan berat beban. Dalam hal
ini bernilai 1 dan 0, sehingga hasilnya menjadi 3 dengan menambahkan hasil B dengan
nilai penggunaan otot dan berat beban.

Kedua hasil A dan B akan dimasukkan ke dalam tabel C dan memperoleh hasil 4 yang berarti
postur tubuh memerlukan evaluasi lebih lanjut dan bisa saja memerlukan perbaikan
Gambar pengamatan berdasarkan REBA:

Gambar 3.3

8
Hasil penilaian berdasarkan pengamatan menggunakan metode REBA yang sudah
dilakukan didapatkan nilai sebagai berikut :

Setelah membandingkan gambar operator forklift dengan gambar standar postur tubuh, dapat
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Posisi leher kurang lebih antara 0° sampai 20° bernilai 1.
2. Posisi batang tubuh kurang lebih diantara 0° sampai 20° yang sedikit condong ke
depan dengan nilai 2.
3. Posisi kaki yang menekuk kurang lebih 80° karena operator forklift melakukan
pekerjaannya dengan duduk sehingga bernilai 2 dan telapak kaki yang menapak
permukaan forklift sehingga bernilai 1. Hasil akhir menjadi 3.
4. Posisi lengan atas kurang lebih antara 20° sampai 45° bernilai 2.
5. Posisi lengan bawah yang bergerak secara vertikal karena digunakan untuk menyetir
bernilai 2, dan masing-masing lengan yang terkadang bergerak melewati satu sama lain
bernilai 1, total nilai menjadi 3.
6. Posisi pergelangan tangan yang menggenggam dan condong ke arah dalam bernilai 3.
7. Hasil leher, batang tubuh, dan kaki akan dimasukkan ke dalam tabel agar dapat
memperoleh hasil A atau hasil leher, batang tubuh, dan kaki dengan nilai 4.
8. Hasil lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan akan dimasukkan ke dalam
tabel agar dapat memperoleh hasil B atau hasil pergelangan tangan dan lengan dengan
nilai 4.
9. Hasil A akan ditambahkan dengan berat beban sehingga bernilai 4.
10. Hasil B akan ditambahkan dengan nilai coupling sehingga bernilai 4.

9
11. Kedua hasil A dan B akan dimasukkan ke dalam tabel C dan memperoleh hasil 4. Hasil
ini kemudian akan diakumulasikan dengan nilai aktivitas yang bernilai 1 sehingga hasil
perhitungan menggunakan metode REBA bernilai 5 dengan arti memiliki tingkat resiko
medium, membutuhkan evaluasi lebih lanjut, dan membutuhkan perbaikan
secepatnya.

3.2 Perbaikan
Visualisasi atau rekayasa pembuatan gambar akan menjadi salah satu cara untuk menampilkan
perbaikan selain dengan menggunakan data kuantitatif. Walaupun penghitungan yang
dilakukan menggunakan data kuantitatif melalui standar postur pada tabel RULA dan REBA,
visualisasi dibutuhkan untuk memperjelas gambar perbaikan sehingga dapat tersampaikan
lebih baik.
Salah satu visualisasi yang akan digunakan untuk memperbaiki kinerja pada operator forklift
adalah dengan visualisasi berupa poster yang berisi informasi cara menggunakan forklift
dengan posisi badan yang baik dan benar. Poster yang berisi informasi lengkap akan di
laminating dan di gantungkan di atas bagian kanan dekat kemudi operator. Berikut desain
gambar visualisasi yang diajukan untuk menambah kefektifan kerja operator forklift :

Pada gambar diatas, dapat dideskripsikan bahwa perbaikan yang ingin diajukan ialah dengan
menampilkan visualisasi berupa poster dengan panjang 15 cm dan lebar 25 cm yang
menunjukkan postur tubuh yang benar dan diharapkan dapat ditiru oleh para operator forklift
yang sedang mengoperasikan atau melakukan aktivitasnya. Visualiasi akan di lampirkan dalam
bentuk poster, lalu di laminating dan akan digantungkan di atas kanan alat forklift sehingga
pada saat operator masuk dan mempersiapkan diri untuk mengoperasikan alat tersebut,
operator akan melihat postur tubuh yang aman dan sebaiknya di lakukan. Beberapa kriteria
postur tubuh yang baik dan menjadi faktor-faktor untuk mengurangi resiko cidera ialah:

10
1. Posisi badan yang tegak lurus, tidak disarankan untuk menyender atau terlalu condong
ke arah depan.
2. Pandangan mata harus fokus dan lurus ke depan.
3. Lebar tangan sejajar dengan bahu.
4. Posisi kaki harus menapak pada permukaan lantai forklift, tidak boleh gantung atau
menjinjit.

4. Kesimpulan
Dengan menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan Rapid Entire Body
Assessment (REBA), dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Setelah perbaikan diterapkan, resiko kelelahan pada operator forklift dapat berkurang
sehingga operator dapat bekerja dengan nyaman.
2. Perbaikan akan diajukan dengan membuat poster mengenai postur tubuh yang
seharusnya di ikuti agar tidak meningkatkan dan menimbulkan resiko kelelahan pada
operator forklift.

Saran dapat diberikan dalam aktivitas kerja untuk menciptakan kerja yang lebih teratur.
Berikut adalah saran-saran yang dibutuhkan setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, yaitu:

1. Sebaiknya penelitian tentang analisa postur tubuh dan perbaikannya diterapkan di


seluruh departemen di PT. PANLI.
2. Sebaiknya kemudi forklift bisa di atur tinggi rendahnya sesuai dengan postur tubuh
forklift
3. Selanjutnya perlu adanya Improvement pada desain rancangan untuk memudahkan
operator dalam memahami visualisasi yang diberikan
4. Perlu adanya safety analysis terhadap setiap tahapan pekerjaan yang akan dilakukan
untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buckley, P. (2015, January 8). MusculoSkeletal Disorder in Great. Retrieved from


http://www.hse.gov.uk/statistics/causdis/

Daryus, A. (2005). Diktat Kuliah Proses Produksi II.

12

Anda mungkin juga menyukai