Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SHOLAT MUSAFIR DAN SHOLAT JUM'AT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah

Dosen Pengampu Bapak Dr. Sabilal Rosyad,.M. Ag

Disusun Oleh :

1. Lulu Salsabilah (4121085)


2. Lukky Aulia Rahmawati (4121086)
3. Yusuf Agung Saputra (4121087)
4. Muhammad Ardiansyah (4121114)

Kelas C

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat dan karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul “SHOLAT MUSAFIR DAN SHOLAT JUM'AT” ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada sebaik-baik manusia, Nabi
Muhammad SAW., keluarganya, dan para sahabatnya.

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah. Ucapan terimakasih dari
penulis kepada Bapak Dr. Sabilal Rosyad,.M. Ag selaku Dosen pengampu dan kepada
pihak-pihak lain yang telah membantu proses pembuatan makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah kami masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, pengetahuan, dan
menambah pemahaman kepada pembaca.Amin yaa robbal ‘alamin.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. SHOLAT MUSAFIR............................................................... 2
a. Sholat Qashar..................................................................... 3

b. Sholat Jamak...................................................................... 4

c. Sholat Menghormati Waktu............................................... 5


B. SHOLAT JUM’AT.................................................................. 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................. 10
B. Saran........................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara bahasa Shalat artinya adalah berdoa, sedangkan dalam pengertian


istilah Shalat adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam sesuai dengan rukun yang ada. Hukum seorang muslim dalam
melaksanakan Shalat adalah wajib, dan tidak dapat diganggu gugat. Secara garis
besar syarat seorang muslim dikatakan wajib dalam Shalat adalah ketika dia sudah
dewasa (baligh), berakal, dan suci. Ada banyak jenis Shalat dari mulai yang Shalat
fardhu sampai shalat yang hukumnya sunnah. Sebagai muslim yang baik dan taat,
sudah semestinya kita mengetahui apa saja jenis Shalat-Shalat yang ada.

Sebagai salah satu tiang agama Islam, mengetahui lebih spesifik mengenai
Sholat jadi hal penting. Bagaimana kita mengetahui syarat, rukun, dan segala hal
yang terkait didalamnya. Peembahasan kali ini penulis akan mencoba menguraikan
jenis shalat yang perlu diketahui, yaitu Shalat Jumat dan Shalat Musafir. Tidak kalah
penting dengan sholat fardhu yang kita lakukan setiap hari, kedua materi kali ini juga
perlu kita ketahui lebih lanjut dan perlu kita ulas lebih dalam lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sholat musafir?
2. Apa yang dimaksud dengan sholat jumat?

C. Tujuan
a. Untuk mengidentifikasi sholat musafir dan hal terkait didalamnya.
b. Untuk mengetahui sholat jum’at.dan hal terkait didalamnya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sholat Musafir

Musafir berasal dari Bahasa Arab “safara” yang artinya bepergian. Dalam hal ini maka
musafir juga diartikan sebagai orang yang berpergian, namun tidak semua orang yang
melakukan perjalanan dapat disebut sebagai musafir. Ini tergantung pada jenis perjalanan
yang ditempuh. Pada zaman Rasulullah SAW, safar ditentukan berdasarkan waktu.

Sedangkan pengartian safar menurut Mazhab Syafi’i adalah keluarnya seseorang dari tempat
tinggalnya dengan maksud melakukan perjalanan minimal selama dua hari. Sedangkan
menurut Mazhab Hanafi perjalanan ditempuh selama tiga hari.

Dalam melakukan perjalanan itu seorang musafir diberi keringanan dalam melakukan
ibadah, contohnya seperti puasa. Dalam syari’at Islam puasa tidak diwajibkan bagi mereka
yang sedang sakit, dalam perjalanan, sudah lanjut usia, perempuan yang hamil dan menyusui,
atau ada beban pekerjaan yang sangat berat. Berbeda halnya dengan melaksanakan ibadah
Sholat, Sholat wajib dilakukan setiap muslim dimanapun dan kapanpun. Jangankan seorang
musafir orang yang sakit pun wajib melaksanakan sholat, sebagaimana hadits Nabi
Muhammad SAW. Rasulullah SAW bersabda:

ِّ‫«صل‬
َ :‫ال‬ َّ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع ِن ال‬
َ َ‫ فَق‬،‫صالَ ِة‬ َ ‫ي‬ ُ ‫ فَ َسَأ ْل‬،ُ‫اسير‬
َّ ِ‫ت النَّب‬ ْ ‫ َكان‬:‫ قَا َل‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
ِ ‫َت بِي بَ َو‬ َ ‫ع َْن ِع ْم َرانَ ْب ِن ُح‬
ِ ‫صي ٍْن َر‬
ٍ ‫ فَِإ ْن لَ ْم تَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَى َج ْن‬،‫ فَِإ ْن لَ ْم تَ ْست َِط ْع فَقَا ِعدًا‬،‫قَاِئ ًما‬
)‫ب» (رواه البخارى وابوداود والترميذي واحمد‬

Dari Imran bin Hushain, ia berkata, aku dulu sakit bawasir, maka aku bertanya pada Nabi
SAW tentang (pelaksanaan) Shalat, makaBeliau bersabda: ”Shalatlah kamu dengan berdiri,
bila kamu tdk bisa maka (shalatlah) dengan duduk, bila kamu tidak bisa maka (shalatlah)
dengan berbaring “. (HR. Ahmad, Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi danIbnu Majah).

Hadist tersebut menjelaskan dengan jelas bahwasanya Sholat merupakan ibadah yang wajib
dilakukan muslim, dan tidak boleh ditinggalkan apapaun alasanya. Bagi seorang musafir
setidaknya ada tiga opsi agar tetap bisa shalat yaitu: (1) Menjamak Sholat, (2) Meng-qashar
Sholat (3) Shalat untuk menghormati waktu (lihurmatil waqti).

2
a. Sholat Qashar

Meng-qashar sholat artinya adalah mengurangi jumlah rakaat yang tadinya empat rakaat
menjadi dua rakaat. Diperkenankann bagi musafir, yaitu orang yang sedang bepergian untuk
mengqashar sholat empat rakaat, kecuali sholat dua rakaat(Sholat Shubuh) dan tiga rakaat
(shalat maghrib). Ada lima syarat mengqashar sholat yaitu:

1. Perjalanan yang dilakukannya bukan maksiat.


Yaitu mencakup perjalanan wajib seperti untuk melunasi hutang, perjalanan sunnah
seperti untuk silaturrahmi dan perjalanan mubah seperti perjalanan untuk berdagang.
Adapun perjalanan maksiat seperti perjalanan untuk membegal jalan, maka saat
melakukan perjalanan ini, seseorang tidak diperkenankan melakukan kemurahan
qashar sholat dan jama’.
2. Memenuhi Jarak Perjalanan
Mencapai enam belas farsakh secara pasti menurut pendapat al ashah. Dan jarak yang
ditempuh saat pulang tidak dihitung. Satu farsakh adalah tiga mil. Kalau demikian,
maka jumlah seluruh farsakh di atas adalah empat puluh delapan mil. Satu mil adalah
empat ribu jangka kaki. Dan satu jangka sama dengan tiga telapak kaki. Yang
dikehendaki dengan mil adalah ukuran mil keturuan bani Hasyim. Sebagian pendapat
menyatakan bahwa 1 farsakh sama dengan 5 km. Berarti 16 farsakh sama dengan 80
km. Pendapat lain menyatakan 1 farsakh sama dengan 6 km. Berarti 16 farsakh sama
dengan 90 km.
3. Orang yang melakukan qashar adalah orang yang melakukan sholat empat rakaat
secara ada’. Adapun sholat yang tertinggal saat di rumah, maka tidak diperkenankan
diqadla’ secara qashar saat melakukan perjalanan. Sedangkan sholat yang tertinggal
diperjalanan, maka boleh diqadla’ dengan diqashar saat melakukan perjalanan, tidak
diqadla’ di rumah.
4. Seorang musafir niat melakukan qashar besertaan takbiratul ihram sholat tersebut.
5. orang yang qashar sholat tidak bermakmum dalam sebagian sholatnya pada orang
muqim, yaitu orang yang melakukan sholat secara sempurna.

3
b. Sholat Jamak

Adalah mengerjakan dua shalat dalam satu waktu, baik dilakukan di waktu yang pertama
(jama’ taqdim) maupun kedua (jama' ta'khir). Bagi seorang musafir yang melakukan
perjalanan jauh yang mubah, diperkenankan menjama’ antara sholat Dhuhur dan Ashar,
dengan jamak taqdim dan jamak ta’khir. Diperkenankan menjamak antara sholat Maghrib
dan Isya’ dengan jamak taqdim dan jamak ta’khir.

Ada beberapa syarat dalam menjalankan jamak taqdim yaitu:

1. Di mulai dengan melakukan sholat yang waktunya lebih awal (sholat dhuhur dahulu
kemudian sholat Ashar atau sholat Maghrib dahulu kemudian sholat Isya’).
Seandainya dia melakukan sholat yang waktunya akhir didahulukan (memulai sholat
Ashar dahulu kemudian melakukan sholat dhuhur atau melakukan shalat maghrib
dulu kemudian shalat isya'), maka tidak sah dan dia harus mengulangi sholatnya
dengan sholat yang waktunya lebih awal
2. Melakukan niat jama’ di permulaan sholat yang pertama (sholat dhuhur atau sholat
maghrib), yaitu membarengkan niat jamak dengan takbiratul ihramnya (sebagai
rukun sah shalat).
Sehingga tidak cukup jika mendahulukan niat jama’ sebelum takbiratul ihram dan
mengakhirkan hingga setelah melakukan salam dari sholat yang pertama. Namun
diperkenankan melakukan niat jama’ di pertengahan sholat pertama menurut pendapat
al adhhar.
3. Muwallah (terus menerus) antara pelaksanaan sholat pertama dan sholat yang kedua,
dengan arti tidak ada pemisah yang relatif lama di antara keduannya. Jika ada pemisah
yang relatif panjang/lama, walaupun sebab udzur seperti tidur, maka wajib menunda
pelaksanaan sholat ke dua hingga masuk waktunya. Pemisah yang relatif sebentar /
pendek tidak berpengaruh di dalam muwallah antara dua sholat tersebut.

Selain itu, Adapun syarat dalam jama' ta’khir ialah. Di dalam pelaksanaannya wajib untuk
niat jama’ dan niat tersebut harus dilakukan di dalam waktunya sholat yang pertama. Boleh
mengakhirkan niat hingga waktu sholat yang pertama masih tersisa masa yang seandainya
sholat tersebut dilakukan saat itu niscaya akan menjadi sholat ada’. Di dalam jama’ ta’khir
tidak wajib melaksanakan secara tertib, muwallah dan tidak harus niat jama’, menurut
pendapat ash shahih di dalam tiga hal ini.

4
c. Sholat Menghormati Waktu

Dalam melakukan sebuah perjalanan, seorang musafir tidak semua musafir berjalan kaki. Di
masa sekarang ini perjalanan jauh dapat dilakukan dengan berbagai alat transportasi.
Kemudian dalam perjalanan itu seorang musafir berkewajiban sholat maka sholat yang
dilakukannya dinamakan sholat menghormati waktu (as-shalah lihurmatil waqti).

Lebih jelasnya lagi, kalau memang musafir dalam perjalanan dan masih berada diatas
kendaraan sedangkan sudah memasuki waktu sholat, dan sepertinya tidak memungkinkan
untuk turun dari kendaraan. Kemudian ditambah lagi dengan ketidakmungkinan untuk
menjamak sholat karena waktu berikutnya juga masih diatas kendaraan, maka seorang
musafir harus tetap melaksanakan sholat dengan apa adanya. Perlu diingat sholat ini tetap
wajib diulangi nanti setelah kondisinya normal kembali. Imam An Nawawi (mazhab Syafi’i)
juga menjelaskan tentang sholat ini, beliau mengatakan bahwa:

“Jika memang tidak memungkin turun dari kendaraan pada waktunya untuk shalat wajib dan
menghadap qibllat, maka boleh untuk mengerjakan shalat wahib diatas kendaraan namun
wajib diulangi shalatnya dengan turun dari kendaraan dan mengahadap qiblat jika memang
itu mungkin dilakukan.”

Dapat kita pahami bersama menurut Imam An Nawawi sholat wajjb dilakukan meskipun
tidak menghadap kiblat ketika kita sedang dalam perjalanan musafir.

5
B. Sholat Jum’at

Sholat Jum’at adalah ibadah salat yang hukumnya fardhu ain, dikerjakan di hari jum’at dua
rakaat dan secara berjamaah. Perintah pertama kali disyariatkannya shalat Jumat adalah
ketika Rasulullah SAW sudah tiba di Madinah Al-Munawarah. Saat itu turunlah ayat
kesembilan dari surat Al-Jumuah.

َ‫ي لِلص َّٰلو ِة ِم ْن يَّوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْس َعوْ ا اِ ٰلى ِذ ْك ِر هّٰللا ِ َو َذرُوا ْالبَ ْي ۗ َع ٰذلِ ُك ْم خَ ْي ٌر لَّ ُك ْم اِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُموْ ن‬
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا نُوْ ِد‬
Yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari
Jum‘at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian
itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Pada saat itu Nabi menjalankan Sholat di Masjid Kabilah Bani Salim bin Auf yang sekarang
dikenal dengan nama Masjid Al Jum'ah. Terletak di tengah Madinah Al-Munawarah.

Hukum Shalat Jumat


1. Wajib bagi laki-laki yang merdeka, mukim, baligh dan tidak memiliki udzur
2. Wajib bagi 40 orang mukallaf yang mustawthin; tinggal di bangunan permanen baik
terbuat dari batu, kayu atau bambu. Orang yang tinggal di kemah/tenda tidak wajib
melakukan sholat Jum’at.
3. Shalat jumat juga wajib bagi orang yang berniat mukim selama 4 hari penuh (selain
hari masuk dan hari keluar) atau lebih, karena dengan berniat tinggal di suatu daerah
selama 4 hari atau lebih maka safar (bepergian) telah berhenti. Orang yang bepergian
tidak wajib sholat Jum’at dengan syarat dia sudah dihukumi musafir sebelum terbit
fajar. Seseorang yang bepergian pada hari Jum’at setelah terrbit fajar tetap wajib
melaksanakan sholat Jum’at.
4. Wajib bagi orang yang mendengar suara adzan dari muadzdzin yang keras suaranya
dari ujung daerah yang berdekatan dengan baladul jum’at (daerah pelaksanaan sholat
Jum’at). Orang yang tinggal di tenda jika dapat mendengar suara adzan seorang
muadzin yang keras suaranya juga wajib menunaikan sholat Jum’at

6
5. tidak wajib mengerjakan shalat Jum’at bagi :
a. Orang kafir
b. Anak kecil (yang belum baligh)
c. Orang gila
d. Budak
e. Orang perempuan
f. Musafir

 Syarat wajib sholat Jum’at


orang yang wajib mengerjakan shalat Jum’at adalah orang-orang yang telah memenuhi 7
syarat berikut:
a. Islam
b. Baligh
c. Berakal
d. Merdeka
e. Laki-laki
f. Sehat badan
g. Menetap (bukan musafir, tidak dalam perjalanan jauh).

 Syarat Sah Melaksanakan Solat Jumat


1. Shalat jumat diadakan di tempat yang memang diperuntukkan untuk sholat jumat.
Tidak perlu mengadakan pelaksanaan solat jum’at di tempat sementara seperti
tanah kosong, ladang, kebun, dll.
2. Minimal jumlah jamaah peserta salat jum’at adalah 40 orang.
3. Shalat Jum’at dilaksanakan pada waktu shalat dhuhur / zuhur dan setelah dua
khutbah dari khatib.

7
 Sunat-Sunat Shalat Jumat
1. Mandi sebelum datang ke tempat pelaksanaan sholat jum at.
2. Memakai pakaian yang baik (diutamakan putih) dan berhias dengan rapi seperti
bersisir, mencukur kumis dan memotong kuku.
3. Memakai pengaharum / pewangi (non alkohol).
4. Menyegerakan datang ke tempat salat jumat.
5. Memperbanyak doa dan salawat nabi.
6. Membaca Alquran dan zikir sebelum khutbah jumat dimulai

Kemudian ada lagi hal penting yang perlu kita ketahui dalam Sholat Jum’at yaitu salah satu
rukunya, Khutbah. Adalah satu bagian dalam Sholat Jum’at setelah adzan yang dilakukan
oleh seorang khatib. Dalam khutbah khotib memberikan pujian dan sanjungan kepada Allah
SWT kemudia memberi wejangan, nasehat ataupun ceramah kepada jamaah Sholat Jum’at.
Adapun syarat melakukan Khutbah adalah sebagai berikut:
1. Khutbah dilakukan sebelum salat Jum’at 2. Niat
2. Disampaikan dengan bahasa yang bisa dipaham oleh Jamaah
3. Antara khutbah satu dan khutbah dua dilakukan dalam satu waktu. (antara
keduanya tidak boleh dipisahkan dengan salat Jum’at )
4. Disampaikan dengan suara yang bisa didengar oleh jamaah, minimal sejumlah
orang yang wajib dipenuhi sebagai syarat sahnya salat Jum’at, 40 orang
5. Salat Jum’at segera dilakukan begitu khutbah usai, tidak boleh diselingi dengan
hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan pelaksanaan salat Jum’at.

 Rukun Khutbah yaitu:


1. Memuji kepada Allah (Dengan membaca: “al-hamdulillah, atau, ahmadullah, atau
hamdan lillah, dan sesamanya”) dalam setiap khutbah pertama dan kedua
2. Membaca salawat untuk Nabi Muhammad saw dalam setiap khutbah, satu dan dua
(salawatnya: “Allahumma sholli ‘ala Muhammad, dan atau semacamnya”)
3. Berwasiat untuk melakukan ketakwaan dalam setiap khutbah (pesannya:
“ittaqullah, atau athi’ullah, atau ushikum bitaqwallah, dan atau semisalnya”)
4. Membaca satu atau sebagian ayat al-Qur`an
5. Doa untuk kebaikan dan ampunan bagi orang-orang beriman pada khutbah kedua.

8
Rukun di atas adalah rukun khutbah dalam Mazhab Syafi’i. Menurut mazhab ini,
semua rukun tersebut harus disampaikan dalam bahasa Arab, adapun pesan-pesan
lain yang tidak termasuk rukun bisa disampaikan dengan bahasa yang dipahami
oleh jamaah. DanDan yang terakhir adalah Hikmah dari Solat Jum’at, secara garis
besar adalah sebagai berikut:
1. Simbol persatuan sesama Umat Islam dengan berkumpul bersama, beribadah bersama
dengan barisan shaf yang rapat dan rapi.
2. Untuk menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antar sesama manusia. Semua sama
antara yang miskin, kaya, tua, muda, pintar, bodoh, dan lain sebagainya.
3. Menurut hadis, doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT akan dikabulkan.
4. Sebagai syiar Islam.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sholat Musafir adalah sholat yang dilakukan oleh seorang musafir ketika dia sedang
melakukan suatu perjalanan. Dalam Sholat ini ada tiga jenis yang perlu diketahui,
yang pertama Sholat jama' yaitu mengerjakan dua shalat dalam satu waktu, baik
dilakukan di waktu yang pertama (jama’ taqdim) maupun kedua (jama' ta'khir),
kemudian yang kedua ada Sholat Qashar yaitu mengurangi jumlah rakaat yang tadinya
empat rakaat menjadi dua rakaat dan yang terakhir ada Sholat menghormati waktu yaitu
sholat yg dilakukan sementara saat si musafir diatas kendaraan dan tidak
memungkinkan untuk turun. Sholat yang terakhir inj harus disusul Sholat ulang
setelah si musafir sampai di tempat tujuan.
Selanjutnya Sholat Jum'at yaitu ibadah salat yang hukumnya fardhu ain, dikerjakan di
hari jum’at dua rakaat dan secara berjamaah. Dalam Sholat ini ada beberapa syarat,
rukun dan sunnah yang harus dipenuhi dan diketahui, terutama syarat dalam satu
rukunya yaitu Khutbah.

B. Saran
Kami berharap pembaca dapat memahami tentang materi pada makalah ini. dan kami
menghimbau pembaca agar mencari referensi buku lainnya guna untuk memperdalam
wawasan dan menambah pengetahuan, dikarenakan keterbatasan penulis dalam
menulis makalah ini yang mana sesungguhnya dalam makalah ini masih banyak
kekurangan, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca supaya menjadi acuan untuk penulis agar membuat makalah menjadi lebih
baik.

10
‫‪DAFTAR PUSTAKA‬‬

‫)‪Ahmad Sarwat, Lc., MA, Sholat Jumat (Rumah Fiqih Publishing: Jakarta Selatan 2018‬‬

‫‪Maktab al-Buhuts wad-Dirosat diterjemahkan oleh Abu Salik, Berbagai Persoalan dan‬‬
‫)‪Hukum dalam Sholat dan Shiyam (Penyebar Berita‬‬

‫)‪Syaikh Hasan Ayyub, Fiqih Ibadah (Pustaka Al-Kautsar‬‬

‫‪(https://kumparan.com/berita-hari-ini/musafir-adalah-orang-yang-melakukan-perjalanan-ini-‬‬
‫)‪konsekuensi-ibadahnya-1v6wn1025o7 pada 5-10-2021‬‬

‫‪https://www.alkhoirot.org/2017/08/sholat-jamak-dan-qashar-musafir.html?m=1‬‬

‫‪https://ldnukabkediri.wordpress.com/2019/01/11/sholat-jumat/‬‬

‫‪http://ghufronalfi.blogspot.com/2014/02/pasal-shalat-jumat.html?m=1‬‬

‫فتح القريب ‪ ١٨ - ١٧ :‬دارالعلم‬

‫في قصر الصالة وجمعها (ويج¡¡وز للمس¡افر) أي المتلبس بالس¡فر (قص¡ر الص¡¡الة الرباعي¡¡ة) ال غيره¡¡ا من ثنائي¡¡ة ‪):‬فصل(‬
‫وثالثية‪ .‬وجواز قصر الصالة الرباعية (بخمس شرائط) األول (أن يكون سفره) أي الشخص (في غير معص¡¡ية) ه¡¡و ش¡¡امل‬
‫للواجب كقضاء دين‪ ،‬وللمندوب كصلة الرحم‪ ،‬وللمباح كسفر تجارة‪ ،‬أما سفر المعصية كالسفر لقط¡¡ع الطري¡¡ق فال ي¡¡ترخص‬
‫فيه بقصر وال جمع (و) الثاني (أن تكون مسافته) أي السفر (ستة عشر فرسخاً) تحديداً¡ في األصح وال تحسب م¡¡دة الرج¡¡وع‬
‫منها‪ ،‬والفرسخ ثالثة أميال‪ ،‬وحينئذ¡ فمجموع الفراس¡¡خ ثماني¡¡ة وأربع¡¡ون ميالً‪ ،‬والمي¡¡ل أربع¡¡ة آالف خط¡¡وة‪ ،‬والخط¡¡وة ثالث¡¡ة‬
‫أقدام‪ ،‬والمراد باألميال الهاشمي (و) الثالث (أن يكون) القاصر (مؤديا ً للصالة الرباعية) أما الفائت¡¡ة حض¡¡راً فال تقض¡¡ى في¡¡ه‬
‫مقصورة‪ ،‬والفائتة في السفر تقض¡¡ى في¡¡ه مقص¡¡ورة ال في الحض¡¡ر (و) الراب¡¡ع (أن ين¡¡وي) المس¡¡افر (القص¡¡ر) للص¡¡الة (م¡¡ع‬
‫اإلحرام) بها (و) الخامس (أن ال يأتم) في جزء من صالته (بمقيم) أي بمن يصلي صالة تامة ليشمل المسافر المتم (ويج¡¡وز‬
‫للمسافر) سفراً طويالً مباحا ً (أن يجمع بين) صالتي (الظهر والعصر) تقديما ً وتأخيراً وهو معنى قوله (في وقت أيهم¡¡ا ش¡¡اء‬
‫و) أن يجمع (بين) صالتي (المغرب والعشاء) تقديما ً وتأخيراً وهو معنى قوله (في وقت أيهما ش¡¡اء) وش¡¡روط جم¡¡ع التق¡¡ديم‬
‫ثالثة‪ :‬األول أن يبدأ بالظهر قبل العصر‪ ،‬وب¡المغرب قب¡ل العش¡اء‪ ،‬فل¡و عكس ك¡أن ب¡دأ بالعص¡ر قب¡ل الظه¡ر مثالً لم يص¡ح‪،‬‬
‫ويعيدها بعدها إن أراد الجمع‪ .‬والثاني نية الجمع أول الصالة األولى بأن تقترن نية الجم¡¡ع بتحرمه¡¡ا‪ ،‬فال يكفي تق¡¡ديمها على‬
‫التحرم‪ ،‬وال تأخيرها عن السالم من األولى‪ ،‬وتج¡¡وز في أثنائه¡ا على األظه¡ر‪ .‬والث¡الث الم¡¡واالة بين األولى والثاني¡¡ة ب¡¡أن ال‬
‫يطول الفصل بينهما‪ ،‬فإن طال عرفا ً ولو بعذر كنوم‪ ،‬وجب تأخير الص¡¡الة الثاني¡¡ة إلى وقته¡¡ا‪ ،‬وال يض¡¡ر في الم¡¡واالة بينهم¡¡ا‬
‫فصل يسير عرفاً‪ ،‬وأما جمع التأخير‪ ،‬فيجب فيه أن يكون بنية الجمع‪ ،‬وتك¡¡ون الني¡¡ة ه¡¡ذه في وقت األولى‪ ،‬ويج¡¡وز تأخيره¡¡ا‬
‫إلى أن يبقى من وقت األولى زمن لو ابتدئت فيه كانت أداء‪ ،‬وال يجب في جمع التأخير ترتيب‪ ،‬وال مواالة وال نية جمع على‬

‫‪11‬‬
‫الص¡¡حيح في الثالث¡¡ة ‪(.‬ويج¡¡وز للحاض¡¡ر) أي المقيم (في) وقت (المط¡¡ر أن يجم¡¡ع بينهم¡¡ا) أي الظه¡¡ر والعص¡¡ر والمغ¡¡رب‬
‫والعشاء ال في وقت الثانية بل (في وقت األولى منهما) إن ب ّل المطر أعلى الثوب‪ ،‬وأسفل النعل‪ ،‬ووج¡¡دت الش¡¡روط الس¡¡ابقة‬
‫في جمع التقديم‪ ،‬ويشترط أيضا ً وجود المطر في أول الصالتين‪ ،‬وال يكفي وج¡¡وده في أثن¡¡اء األولى منهم¡¡ا‪ ،‬ويش¡¡ترط أيض¡ا ً‬
‫وجوده عند السالم من األولى‪ ،‬سواء استمر المط¡¡ر بع¡¡د ذل¡¡ك أم ال‪ ،‬وتختص رخص¡¡ة الجم¡¡ع ب¡¡المطر بالمص¡لي في جماع¡¡ة‬
‫‪.‬بمسجد أو غيره من مواضع الجماعة بعيد¡ عرفاً‪ ،‬ويتأذى الذاهب للمسجد أو غيره من مواضع الجماعة بالمطر في طريقه‬

‫سلم التوفيق ‪ ٣٤ - ٣٣ :‬الحرمين‬

‫الجمعة فرض عين عليهم اذا كانوا اربعين المكلفين في ابني¡¡ة وعلى من ن¡¡وى االقام¡¡ة عن¡دهم اربع¡¡ة اي¡¡ام ص¡حاح وعلى من‬
‫بلغه نداء صيت من طرف يليه من بلدها‬

‫‪12‬‬

Anda mungkin juga menyukai