Fiqih Ibadah
Fiqih Ibadah
Disusun Oleh :
Kelas C
2021
i
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat dan karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul “SHOLAT MUSAFIR DAN SHOLAT JUM'AT” ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada sebaik-baik manusia, Nabi
Muhammad SAW., keluarganya, dan para sahabatnya.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah. Ucapan terimakasih dari
penulis kepada Bapak Dr. Sabilal Rosyad,.M. Ag selaku Dosen pengampu dan kepada
pihak-pihak lain yang telah membantu proses pembuatan makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah kami masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, pengetahuan, dan
menambah pemahaman kepada pembaca.Amin yaa robbal ‘alamin.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. SHOLAT MUSAFIR............................................................... 2
a. Sholat Qashar..................................................................... 3
b. Sholat Jamak...................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu tiang agama Islam, mengetahui lebih spesifik mengenai
Sholat jadi hal penting. Bagaimana kita mengetahui syarat, rukun, dan segala hal
yang terkait didalamnya. Peembahasan kali ini penulis akan mencoba menguraikan
jenis shalat yang perlu diketahui, yaitu Shalat Jumat dan Shalat Musafir. Tidak kalah
penting dengan sholat fardhu yang kita lakukan setiap hari, kedua materi kali ini juga
perlu kita ketahui lebih lanjut dan perlu kita ulas lebih dalam lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sholat musafir?
2. Apa yang dimaksud dengan sholat jumat?
C. Tujuan
a. Untuk mengidentifikasi sholat musafir dan hal terkait didalamnya.
b. Untuk mengetahui sholat jum’at.dan hal terkait didalamnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sholat Musafir
Musafir berasal dari Bahasa Arab “safara” yang artinya bepergian. Dalam hal ini maka
musafir juga diartikan sebagai orang yang berpergian, namun tidak semua orang yang
melakukan perjalanan dapat disebut sebagai musafir. Ini tergantung pada jenis perjalanan
yang ditempuh. Pada zaman Rasulullah SAW, safar ditentukan berdasarkan waktu.
Sedangkan pengartian safar menurut Mazhab Syafi’i adalah keluarnya seseorang dari tempat
tinggalnya dengan maksud melakukan perjalanan minimal selama dua hari. Sedangkan
menurut Mazhab Hanafi perjalanan ditempuh selama tiga hari.
Dalam melakukan perjalanan itu seorang musafir diberi keringanan dalam melakukan
ibadah, contohnya seperti puasa. Dalam syari’at Islam puasa tidak diwajibkan bagi mereka
yang sedang sakit, dalam perjalanan, sudah lanjut usia, perempuan yang hamil dan menyusui,
atau ada beban pekerjaan yang sangat berat. Berbeda halnya dengan melaksanakan ibadah
Sholat, Sholat wajib dilakukan setiap muslim dimanapun dan kapanpun. Jangankan seorang
musafir orang yang sakit pun wajib melaksanakan sholat, sebagaimana hadits Nabi
Muhammad SAW. Rasulullah SAW bersabda:
ِّ«صل
َ :ال َّ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع ِن ال
َ َ فَق،صالَ ِة َ ي ُ فَ َسَأ ْل،ُاسير
َّ ِت النَّب ْ َكان: قَا َل،ُض َي هَّللا ُ َع ْنه
ِ َت بِي بَ َو َ ع َْن ِع ْم َرانَ ْب ِن ُح
ِ صي ٍْن َر
ٍ فَِإ ْن لَ ْم تَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَى َج ْن، فَِإ ْن لَ ْم تَ ْست َِط ْع فَقَا ِعدًا،قَاِئ ًما
)ب» (رواه البخارى وابوداود والترميذي واحمد
Dari Imran bin Hushain, ia berkata, aku dulu sakit bawasir, maka aku bertanya pada Nabi
SAW tentang (pelaksanaan) Shalat, makaBeliau bersabda: ”Shalatlah kamu dengan berdiri,
bila kamu tdk bisa maka (shalatlah) dengan duduk, bila kamu tidak bisa maka (shalatlah)
dengan berbaring “. (HR. Ahmad, Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi danIbnu Majah).
Hadist tersebut menjelaskan dengan jelas bahwasanya Sholat merupakan ibadah yang wajib
dilakukan muslim, dan tidak boleh ditinggalkan apapaun alasanya. Bagi seorang musafir
setidaknya ada tiga opsi agar tetap bisa shalat yaitu: (1) Menjamak Sholat, (2) Meng-qashar
Sholat (3) Shalat untuk menghormati waktu (lihurmatil waqti).
2
a. Sholat Qashar
Meng-qashar sholat artinya adalah mengurangi jumlah rakaat yang tadinya empat rakaat
menjadi dua rakaat. Diperkenankann bagi musafir, yaitu orang yang sedang bepergian untuk
mengqashar sholat empat rakaat, kecuali sholat dua rakaat(Sholat Shubuh) dan tiga rakaat
(shalat maghrib). Ada lima syarat mengqashar sholat yaitu:
3
b. Sholat Jamak
Adalah mengerjakan dua shalat dalam satu waktu, baik dilakukan di waktu yang pertama
(jama’ taqdim) maupun kedua (jama' ta'khir). Bagi seorang musafir yang melakukan
perjalanan jauh yang mubah, diperkenankan menjama’ antara sholat Dhuhur dan Ashar,
dengan jamak taqdim dan jamak ta’khir. Diperkenankan menjamak antara sholat Maghrib
dan Isya’ dengan jamak taqdim dan jamak ta’khir.
1. Di mulai dengan melakukan sholat yang waktunya lebih awal (sholat dhuhur dahulu
kemudian sholat Ashar atau sholat Maghrib dahulu kemudian sholat Isya’).
Seandainya dia melakukan sholat yang waktunya akhir didahulukan (memulai sholat
Ashar dahulu kemudian melakukan sholat dhuhur atau melakukan shalat maghrib
dulu kemudian shalat isya'), maka tidak sah dan dia harus mengulangi sholatnya
dengan sholat yang waktunya lebih awal
2. Melakukan niat jama’ di permulaan sholat yang pertama (sholat dhuhur atau sholat
maghrib), yaitu membarengkan niat jamak dengan takbiratul ihramnya (sebagai
rukun sah shalat).
Sehingga tidak cukup jika mendahulukan niat jama’ sebelum takbiratul ihram dan
mengakhirkan hingga setelah melakukan salam dari sholat yang pertama. Namun
diperkenankan melakukan niat jama’ di pertengahan sholat pertama menurut pendapat
al adhhar.
3. Muwallah (terus menerus) antara pelaksanaan sholat pertama dan sholat yang kedua,
dengan arti tidak ada pemisah yang relatif lama di antara keduannya. Jika ada pemisah
yang relatif panjang/lama, walaupun sebab udzur seperti tidur, maka wajib menunda
pelaksanaan sholat ke dua hingga masuk waktunya. Pemisah yang relatif sebentar /
pendek tidak berpengaruh di dalam muwallah antara dua sholat tersebut.
Selain itu, Adapun syarat dalam jama' ta’khir ialah. Di dalam pelaksanaannya wajib untuk
niat jama’ dan niat tersebut harus dilakukan di dalam waktunya sholat yang pertama. Boleh
mengakhirkan niat hingga waktu sholat yang pertama masih tersisa masa yang seandainya
sholat tersebut dilakukan saat itu niscaya akan menjadi sholat ada’. Di dalam jama’ ta’khir
tidak wajib melaksanakan secara tertib, muwallah dan tidak harus niat jama’, menurut
pendapat ash shahih di dalam tiga hal ini.
4
c. Sholat Menghormati Waktu
Dalam melakukan sebuah perjalanan, seorang musafir tidak semua musafir berjalan kaki. Di
masa sekarang ini perjalanan jauh dapat dilakukan dengan berbagai alat transportasi.
Kemudian dalam perjalanan itu seorang musafir berkewajiban sholat maka sholat yang
dilakukannya dinamakan sholat menghormati waktu (as-shalah lihurmatil waqti).
Lebih jelasnya lagi, kalau memang musafir dalam perjalanan dan masih berada diatas
kendaraan sedangkan sudah memasuki waktu sholat, dan sepertinya tidak memungkinkan
untuk turun dari kendaraan. Kemudian ditambah lagi dengan ketidakmungkinan untuk
menjamak sholat karena waktu berikutnya juga masih diatas kendaraan, maka seorang
musafir harus tetap melaksanakan sholat dengan apa adanya. Perlu diingat sholat ini tetap
wajib diulangi nanti setelah kondisinya normal kembali. Imam An Nawawi (mazhab Syafi’i)
juga menjelaskan tentang sholat ini, beliau mengatakan bahwa:
“Jika memang tidak memungkin turun dari kendaraan pada waktunya untuk shalat wajib dan
menghadap qibllat, maka boleh untuk mengerjakan shalat wahib diatas kendaraan namun
wajib diulangi shalatnya dengan turun dari kendaraan dan mengahadap qiblat jika memang
itu mungkin dilakukan.”
Dapat kita pahami bersama menurut Imam An Nawawi sholat wajjb dilakukan meskipun
tidak menghadap kiblat ketika kita sedang dalam perjalanan musafir.
5
B. Sholat Jum’at
Sholat Jum’at adalah ibadah salat yang hukumnya fardhu ain, dikerjakan di hari jum’at dua
rakaat dan secara berjamaah. Perintah pertama kali disyariatkannya shalat Jumat adalah
ketika Rasulullah SAW sudah tiba di Madinah Al-Munawarah. Saat itu turunlah ayat
kesembilan dari surat Al-Jumuah.
َي لِلص َّٰلو ِة ِم ْن يَّوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْس َعوْ ا اِ ٰلى ِذ ْك ِر هّٰللا ِ َو َذرُوا ْالبَ ْي ۗ َع ٰذلِ ُك ْم خَ ْي ٌر لَّ ُك ْم اِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُموْ ن
َ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا نُوْ ِد
Yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari
Jum‘at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian
itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Pada saat itu Nabi menjalankan Sholat di Masjid Kabilah Bani Salim bin Auf yang sekarang
dikenal dengan nama Masjid Al Jum'ah. Terletak di tengah Madinah Al-Munawarah.
6
5. tidak wajib mengerjakan shalat Jum’at bagi :
a. Orang kafir
b. Anak kecil (yang belum baligh)
c. Orang gila
d. Budak
e. Orang perempuan
f. Musafir
7
Sunat-Sunat Shalat Jumat
1. Mandi sebelum datang ke tempat pelaksanaan sholat jum at.
2. Memakai pakaian yang baik (diutamakan putih) dan berhias dengan rapi seperti
bersisir, mencukur kumis dan memotong kuku.
3. Memakai pengaharum / pewangi (non alkohol).
4. Menyegerakan datang ke tempat salat jumat.
5. Memperbanyak doa dan salawat nabi.
6. Membaca Alquran dan zikir sebelum khutbah jumat dimulai
Kemudian ada lagi hal penting yang perlu kita ketahui dalam Sholat Jum’at yaitu salah satu
rukunya, Khutbah. Adalah satu bagian dalam Sholat Jum’at setelah adzan yang dilakukan
oleh seorang khatib. Dalam khutbah khotib memberikan pujian dan sanjungan kepada Allah
SWT kemudia memberi wejangan, nasehat ataupun ceramah kepada jamaah Sholat Jum’at.
Adapun syarat melakukan Khutbah adalah sebagai berikut:
1. Khutbah dilakukan sebelum salat Jum’at 2. Niat
2. Disampaikan dengan bahasa yang bisa dipaham oleh Jamaah
3. Antara khutbah satu dan khutbah dua dilakukan dalam satu waktu. (antara
keduanya tidak boleh dipisahkan dengan salat Jum’at )
4. Disampaikan dengan suara yang bisa didengar oleh jamaah, minimal sejumlah
orang yang wajib dipenuhi sebagai syarat sahnya salat Jum’at, 40 orang
5. Salat Jum’at segera dilakukan begitu khutbah usai, tidak boleh diselingi dengan
hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan pelaksanaan salat Jum’at.
8
Rukun di atas adalah rukun khutbah dalam Mazhab Syafi’i. Menurut mazhab ini,
semua rukun tersebut harus disampaikan dalam bahasa Arab, adapun pesan-pesan
lain yang tidak termasuk rukun bisa disampaikan dengan bahasa yang dipahami
oleh jamaah. DanDan yang terakhir adalah Hikmah dari Solat Jum’at, secara garis
besar adalah sebagai berikut:
1. Simbol persatuan sesama Umat Islam dengan berkumpul bersama, beribadah bersama
dengan barisan shaf yang rapat dan rapi.
2. Untuk menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antar sesama manusia. Semua sama
antara yang miskin, kaya, tua, muda, pintar, bodoh, dan lain sebagainya.
3. Menurut hadis, doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT akan dikabulkan.
4. Sebagai syiar Islam.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sholat Musafir adalah sholat yang dilakukan oleh seorang musafir ketika dia sedang
melakukan suatu perjalanan. Dalam Sholat ini ada tiga jenis yang perlu diketahui,
yang pertama Sholat jama' yaitu mengerjakan dua shalat dalam satu waktu, baik
dilakukan di waktu yang pertama (jama’ taqdim) maupun kedua (jama' ta'khir),
kemudian yang kedua ada Sholat Qashar yaitu mengurangi jumlah rakaat yang tadinya
empat rakaat menjadi dua rakaat dan yang terakhir ada Sholat menghormati waktu yaitu
sholat yg dilakukan sementara saat si musafir diatas kendaraan dan tidak
memungkinkan untuk turun. Sholat yang terakhir inj harus disusul Sholat ulang
setelah si musafir sampai di tempat tujuan.
Selanjutnya Sholat Jum'at yaitu ibadah salat yang hukumnya fardhu ain, dikerjakan di
hari jum’at dua rakaat dan secara berjamaah. Dalam Sholat ini ada beberapa syarat,
rukun dan sunnah yang harus dipenuhi dan diketahui, terutama syarat dalam satu
rukunya yaitu Khutbah.
B. Saran
Kami berharap pembaca dapat memahami tentang materi pada makalah ini. dan kami
menghimbau pembaca agar mencari referensi buku lainnya guna untuk memperdalam
wawasan dan menambah pengetahuan, dikarenakan keterbatasan penulis dalam
menulis makalah ini yang mana sesungguhnya dalam makalah ini masih banyak
kekurangan, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca supaya menjadi acuan untuk penulis agar membuat makalah menjadi lebih
baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
)Ahmad Sarwat, Lc., MA, Sholat Jumat (Rumah Fiqih Publishing: Jakarta Selatan 2018
Maktab al-Buhuts wad-Dirosat diterjemahkan oleh Abu Salik, Berbagai Persoalan dan
)Hukum dalam Sholat dan Shiyam (Penyebar Berita
(https://kumparan.com/berita-hari-ini/musafir-adalah-orang-yang-melakukan-perjalanan-ini-
)konsekuensi-ibadahnya-1v6wn1025o7 pada 5-10-2021
https://www.alkhoirot.org/2017/08/sholat-jamak-dan-qashar-musafir.html?m=1
https://ldnukabkediri.wordpress.com/2019/01/11/sholat-jumat/
http://ghufronalfi.blogspot.com/2014/02/pasal-shalat-jumat.html?m=1
في قصر الصالة وجمعها (ويج¡¡وز للمس¡افر) أي المتلبس بالس¡فر (قص¡ر الص¡¡الة الرباعي¡¡ة) ال غيره¡¡ا من ثنائي¡¡ة ):فصل(
وثالثية .وجواز قصر الصالة الرباعية (بخمس شرائط) األول (أن يكون سفره) أي الشخص (في غير معص¡¡ية) ه¡¡و ش¡¡امل
للواجب كقضاء دين ،وللمندوب كصلة الرحم ،وللمباح كسفر تجارة ،أما سفر المعصية كالسفر لقط¡¡ع الطري¡¡ق فال ي¡¡ترخص
فيه بقصر وال جمع (و) الثاني (أن تكون مسافته) أي السفر (ستة عشر فرسخاً) تحديداً¡ في األصح وال تحسب م¡¡دة الرج¡¡وع
منها ،والفرسخ ثالثة أميال ،وحينئذ¡ فمجموع الفراس¡¡خ ثماني¡¡ة وأربع¡¡ون ميالً ،والمي¡¡ل أربع¡¡ة آالف خط¡¡وة ،والخط¡¡وة ثالث¡¡ة
أقدام ،والمراد باألميال الهاشمي (و) الثالث (أن يكون) القاصر (مؤديا ً للصالة الرباعية) أما الفائت¡¡ة حض¡¡راً فال تقض¡¡ى في¡¡ه
مقصورة ،والفائتة في السفر تقض¡¡ى في¡¡ه مقص¡¡ورة ال في الحض¡¡ر (و) الراب¡¡ع (أن ين¡¡وي) المس¡¡افر (القص¡¡ر) للص¡¡الة (م¡¡ع
اإلحرام) بها (و) الخامس (أن ال يأتم) في جزء من صالته (بمقيم) أي بمن يصلي صالة تامة ليشمل المسافر المتم (ويج¡¡وز
للمسافر) سفراً طويالً مباحا ً (أن يجمع بين) صالتي (الظهر والعصر) تقديما ً وتأخيراً وهو معنى قوله (في وقت أيهم¡¡ا ش¡¡اء
و) أن يجمع (بين) صالتي (المغرب والعشاء) تقديما ً وتأخيراً وهو معنى قوله (في وقت أيهما ش¡¡اء) وش¡¡روط جم¡¡ع التق¡¡ديم
ثالثة :األول أن يبدأ بالظهر قبل العصر ،وب¡المغرب قب¡ل العش¡اء ،فل¡و عكس ك¡أن ب¡دأ بالعص¡ر قب¡ل الظه¡ر مثالً لم يص¡ح،
ويعيدها بعدها إن أراد الجمع .والثاني نية الجمع أول الصالة األولى بأن تقترن نية الجم¡¡ع بتحرمه¡¡ا ،فال يكفي تق¡¡ديمها على
التحرم ،وال تأخيرها عن السالم من األولى ،وتج¡¡وز في أثنائه¡ا على األظه¡ر .والث¡الث الم¡¡واالة بين األولى والثاني¡¡ة ب¡¡أن ال
يطول الفصل بينهما ،فإن طال عرفا ً ولو بعذر كنوم ،وجب تأخير الص¡¡الة الثاني¡¡ة إلى وقته¡¡ا ،وال يض¡¡ر في الم¡¡واالة بينهم¡¡ا
فصل يسير عرفاً ،وأما جمع التأخير ،فيجب فيه أن يكون بنية الجمع ،وتك¡¡ون الني¡¡ة ه¡¡ذه في وقت األولى ،ويج¡¡وز تأخيره¡¡ا
إلى أن يبقى من وقت األولى زمن لو ابتدئت فيه كانت أداء ،وال يجب في جمع التأخير ترتيب ،وال مواالة وال نية جمع على
11
الص¡¡حيح في الثالث¡¡ة (.ويج¡¡وز للحاض¡¡ر) أي المقيم (في) وقت (المط¡¡ر أن يجم¡¡ع بينهم¡¡ا) أي الظه¡¡ر والعص¡¡ر والمغ¡¡رب
والعشاء ال في وقت الثانية بل (في وقت األولى منهما) إن ب ّل المطر أعلى الثوب ،وأسفل النعل ،ووج¡¡دت الش¡¡روط الس¡¡ابقة
في جمع التقديم ،ويشترط أيضا ً وجود المطر في أول الصالتين ،وال يكفي وج¡¡وده في أثن¡¡اء األولى منهم¡¡ا ،ويش¡¡ترط أيض¡ا ً
وجوده عند السالم من األولى ،سواء استمر المط¡¡ر بع¡¡د ذل¡¡ك أم ال ،وتختص رخص¡¡ة الجم¡¡ع ب¡¡المطر بالمص¡لي في جماع¡¡ة
.بمسجد أو غيره من مواضع الجماعة بعيد¡ عرفاً ،ويتأذى الذاهب للمسجد أو غيره من مواضع الجماعة بالمطر في طريقه
الجمعة فرض عين عليهم اذا كانوا اربعين المكلفين في ابني¡¡ة وعلى من ن¡¡وى االقام¡¡ة عن¡دهم اربع¡¡ة اي¡¡ام ص¡حاح وعلى من
بلغه نداء صيت من طرف يليه من بلدها
12