Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


CA PARU (KANKER PARU)

Tim Penyusun :
1. Pulus Kilare – 21061063 (Aktif)
2. Suwandri Meta – 21061082 (Aktif)
3. Rigilkent C. toesang – 21061079 (Aktif)
4. Fadli Irham Madani – 21061055 (Aktif)
5. Erika S. palit – 21061072(Aktif)
6. Genti Pundoko – 21061060(Aktif)
7. Davne Soputan – 21061078(Aktif)
8. Michilia A. Sarese – 21061097(Aktif)
9. Veronica T. Kolinug – 21061062 (Aktif)

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Dan Ilmu Keperawatan


Universitas Sariputra Indonseia Tomohon
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatnyta kami bias menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah ini
dengan tepar waktu.

Tidak ada sesuatu yang sepurna di dunia ini. Oleh karena itu kami sebagai tim penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan sangat
jauh dari kata sempurna baik dari sisi materi maupun tim penulis. Kami dengan rendah hati dan
dengan tangan terbuka akan menerima berbagai kritik dan saran yang bersifat positif dan
membangun serta berguna bagi seluruh pembaca.

Tomohon, Agustus 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar...........................................................................................................................i

Daftar isi....................................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan....................................................................................................................1

Latar belakang.............................................................................................................................1

Tujuan penulisan.........................................................................................................................3

Manfaat Penulisan.......................................................................................................................3

Bab II Tinjauan Teoritis ..........................................................................................................5

Teori Penyakit.............................................................................................................................5

Pathway ....................................................................................................................................19

Bab III Asuhan Keperwatan Teoritis....................................................................................20

Pengakajian...............................................................................................................................20

Diagnosa....................................................................................................................................24

Intervensi...................................................................................................................................28

Implementasi.............................................................................................................................35

Evaluasi.....................................................................................................................................39

Bab IV Pentutup......................................................................................................................41

Kesimpulan...............................................................................................................................41

Saran..........................................................................................................................................42

Daftar Pustaka.........................................................................................................................43

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Paru – paru merupakan salah – satu organ vital pada tubuh manusia yang berfungsi sebagai
tempat bertukarnya oksigen dan karbon dioksida. Hal ini menjadikan paru – paru sebagai salah –
satu organ yang sangat penting pada tubuh manusia, sehingga sangat penting untuk menjaga paru
– paru tetap dalam kondisi yang sehat agar tetap berfungsi dengan baik. Tetapi tidak bisa di
pungkiri bahwa memang pada saat ini banyak sekali kasus orang – orang yang menderita kanker
paru. Hal ini bisa dikarenkan oleh udara yang masuk ke dalam tubuh yang sudah terkontaminasi
berbagai bibit penyakit yang dapat menyerang paru – paru.

Penyakit kanker paru-paru lebih banyak disebabkan oleh merokok (80%), sedangkan sisanya
disebabkan oleh zat asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan
pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada
pekerja yang juga merokok. Data internasional dari globocan 2018, menyatakan bahwa kanker
paru adalah kanker yang paling banyak ditemukan pada pria dan wanita di seluruh dunia
dibandingkan dengan jenis kanker lainnya. Dilansir dari cnnindonesia.com (2018), total kanker
paru berjumlah 11,6% dari semua kasus kanker di dunia, disusul oleh kanker payudara, usus
besar, prostat, dan perut. Kanker paru juga menjadi penyebab utama kematian akibat kanker
yang mencapai 18,4% dari total kematian karena kanker. Diprediksi terdapat 2,1 juta kasus
kanker paru dan 1,8 juta kematian kanker paru di 2018. Di Indonesia, angka itu tak jauh berbeda.
Data dari Indonesian Cancer Information & Support Center (CISC) menunjukkan kanker paru
merupakan kanker pembunuh nomor satu dengan total 14 persen dari kematian karena kanker.
Angka kematian karena kanker paru di Indonesia bahkan mencapai 88 persen.

alodokter.com - Rokok atau asap rokok mengandung lebih dari 60 zat beracun yang dapat
memicu perkembangan kanker (karsinogenik). Contoh jenis zat beracun ini adalah nikotin dan
tar. Nikotin dipakai sebagai bahan insektisida, sedangkan tar digunakan dalam pembuatan aspal
jalanan.

1
Pada tahap awal, paru-paru masih dapat memperbaiki kerusakan yang timbul dari paparan
karsinogen tersebut. Namun, makin banyak rokok yang dihisap dan makin lama kebiasaan
merokok berlangsung, kerusakan di jaringan paru-paru juga makin bertambah. Kerusakan
tersebut mengakibatkan sel-sel bereaksi secara tidak normal dan tidak terkendali sehingga
akhirnya tumbuh sel kanker.

Di bagian organ paru, sel kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel
imunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat
supaya tidak berfungsi. Paru- paru itu adalah organ bagi sel kanker atau tempat
berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat menyebar di aera payudara, ovarium,
usus, dan lain- lain (Stopler, 2010) dalam (Kevin Baskara, 2020).

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, manajemen penatalaksanaan


pada penyakit kanker paru dibagi berdasarkan klasifikasinya. Pada kanker paru jenis karsinoma
bukan sel kecil (KPKBSK), terdiri dari berbagai jenis, antara lain adalah karsinoma sel skuamosa
(KSS), adenokarsinoma, karsinoma bukan sel kecil (KBSK) penatalaksanaannya tergantung
pada stadium penyakit, tampilan umum penderita, komorbiditas, tujuan pengobatan, dan cost-
effectiveness. Modalitas penanganan yang tersedia adalah bedah, radiasi, dan kemoterapi.
Kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang sering digunakan, dengan segala
manfaatnya tentu terapi ini juga mempunyai beberapa efek samping, di antaranya yaitu : rasa
lemas dan lemah, mual muntah, rambut rontok, mudah terserang infeksi, seperti influenza,
anemia atau kadar hemoglobin darah rendah, terkadang mudah terjadi perdarahan, contohnya
pada gusi sehabis sikat gigi, sariawan, nafsu makan menurun, sembelit atau malah diare (Fadhil,
2018) dalam (Kevin Baskara, 2020).

Peran perawat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien kemoterapi dengan
penderita penyakit ini, yaitu sebelum tindakan kemoterapi (pre kemoterapi), saat kemoterapi
berlangsung (intra kemoterapi), dan setelah tindakan kemoterapi (post kemoterapi). Adapun
peran perawat pada pre kemoterapi yaitu memberikan dukungan serta motivasi pada pasien
untuk menjalani kemoterapi, dan meminta informed consent. Peran perawat pada intra
kemoterapi yaitu mengobservasi tanda- tanda vital, pemasangan infus, memberikan obat

2
premedikasi, pemberian obat kemoterapi, memantau tanda-tanda ekstravasasi, memberikan obat
post medikasi dan mengobservasi keadaan pasien. Sedangkan peran perawat pada post
kemoterapi yaitu memantau keadaan umum pasien, mengobservasi tanda-tanda vital,
memantau efek samping kemoterapi dan memberikan penguatan psikologis (Usolin et al., 2018).

1. 2 Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah, denganharapan makalah ini dapat diterima.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Pengakjian keperawatan teoritis pada penyakit Ca paru
2. Untuk mengetahui cara merumuskan diagnosa keperawatan pada penyakit Ca paru
3. Untuk mengetahui Luaran atau kriteria hasil pada penyakit Ca paru
4. Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan perencanaa atau intervensi yang tepat
pada penyakit Ca paru
5. Untuk mengetahui apa itu implementasi keperawatan
6. Untuk mengetahui apa itu Evaluasi keperawatan

1. 3 Manfaat Penulisan
A. Bagi mahasiswa
Bisa menjadi salah satu referennsi belajar yang bisa membantu menambah wawasan
mengenai penyakit yang dibahas dan cara pemberian asuhan keperawatan yang tepat
kepada pasien penderita penyakit tersebut.

B. Bagi Tim Penyusun


Sebagai bahan tambahan yang bisa memperkaya lagi wawasan tentang penyakit
kanker paru, dan mempertajam keterampilan untuk menganalisa sebuah masalah
kesehatan yang nantiny perlu sebuah penanganan berupa perumusan diagnosa,
perencanaan untuk asuhan keperawatan, untuk mencapai target capaian kesehatan
yang ditetapkan.

3
C. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai salah – satu sumber informasi dan tolak ukur keberhasilan program
pendidikan Kesehatan dan keperawatan.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. 1 Teori Penyakit
A. Definisi Kanker Paru
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau
epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal,
tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel
bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa
prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel
dan menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami
proliferasidalam paru (Underwood, Patologi, 2000). Kanker paru-paru adalah
pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan
oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok ( Suryo, 2010).

B. Etiologi Dan Faktor Resiko Kanker Paru


Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,
genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
1. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting,
yaitu 85% dari seluruh kasus (Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000
bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian
kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok
yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok
(Stoppler,2010).

5
2. Perokok Pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan
risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada
orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko
mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).

3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan
dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih
sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling
rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.
Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi
yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka,
tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang
ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren
(Wilson, 2005).

4. Paparan zat karsinogen


Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin,
2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh
kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak
dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.

2
5. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,
selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin,
2006).

6. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan
bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting
dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan
onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen
penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).

7. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik
berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari
merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).

Faktor Risiko Kanker Paru


1. Laki-laki
2. Usia lebih dari 40 tahun
3. Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
4. Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
5. Radon dan asbes
6. Lingkungan industri tertentu
7. Zat kimia, seperti arsenic
8. Beberapa zat kimia organic
9. Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
10. Polusi udara
11. Kekurangan vitamin A dan C

3
C. Klasifikasi kanker paru
Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC)
dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini
digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak
kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari
ketiganya.
1. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan,
berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia,
atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului
timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar
hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui
beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar
getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih
sering pada laki-laki daripada perempuan (Wilson, 2005).

2. Adenokarsinoma
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer
segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut
lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke
pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh
sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.

3. Karsinoma bronkoalveolus
Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru
tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer,

4
tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang
jauh.
4. Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral
dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah
bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk
bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran
mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel
tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush
artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang
paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat
letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar,
2007).

5. Karsinoma sel besar


Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini
cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan
penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh (Wilson, 2005).
Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan
mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat
menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.

5
D. Gambaran Klinis kanker Paru
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila
sudah menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut.

Gejala – gejala dapat bersifat :


1. Lokal (Tumor setempat)
a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi (wheezing, stidor) karena ada obstruksi saluran napas
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
e. Aelektasis
2. Invasi lokal
a. Nyeri dada
b. Dispne karena efusi pleura
c. Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
d. Sindrom cava superior
e. Sindro horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
f. Suara sesak karena penekanan pada nervus laryngeal reccurent
g. Syndrom pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis
3. Gejala penyakit mestatasis
a. Pada otak, tulang, hati, adrenal
b. Limfadenopati servikal supraklavikula (sering menyertai mestatasis)
c. Sindrom paraneoplastik : terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala
d. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
e. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
f. Hipertrofi : osteoartropati
g. Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
h. Neuromiopati
i. Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
j. Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
k. Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)

6
E. Manifestasi klinis
Gejala-gejala kanker paru yaitu:
1. Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi pada bronkus.
2. Gejala umum.
a. Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk  
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai
titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap
infeksi sekunder.
b. Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor  
yang mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

F. Patofisiologis Kanker Paru


Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan
berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.

7
G. Tingkatan kaker Paru
Tingkatan (staging) Kanker paru ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan kalenjer getah
bening (N) dan penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan tambahan harus dilakukan
dokter spesialis paru untuk menentukan staging penyakit. Pada pertemuan pertama akan
dilakukan foto toraks (poto polos dada). Jika pasien membawa foto yang lebih dari 1 minggu
pada umumnya akan dibuat foto yang baru. Foto toraks hanya dapat menentukan lokasi
tumor, ukuran tumor, dan ada tidaknya cairan. Foto toraks belum dapat dirasakan cukup
karena tidak dapat menentukan keterlibatan kalenjer getah bening dan metastasis luar paru.
Bahkan pada beberapa kondisi misalnya volume cairan yang bnayak, paru kolaps, bagian
luas yang menutup tumor, dapat memungkinkan pada foto tidak terlihat. Sama seperti pada
pencarian jenis histologis Kanker, pemeriksaan untuk menentukan staging juga tidak harus
sama pada semua pasien tetapi masing-masing pasien mempunyai prioritas pemeriksaan yang
berbeda yang harus segera dilakukan dan tergantung kondisinya pada saat datang.

Staging (Penderajatan atau Tingkatan) Kanker Paru


Staging kanker paru dibagi berdasarkan jenis histologis Kanker paru, apakah SLCC atau
NSLCC. Tahapan ini penting untuk menentukan pilihan terapi yang harus segera diberikan
pada pasien. Staging berdasarkan ukuran dan lokasi : tumor primer, keterlibatan organ dalam
dada/ dinding dada (T), penyebaran kalenjer getah bening (N), atau penyebaran jauh (M).
Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Tahapan kanker paru jenis karsinoma sel kecil (SLCC)
a. Tahap terbatas
Yaitu Kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan pada
jaringan disekitanya.
b. Tahap ekstensif
Yaitu Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar paru-paru tempat
asalnya, atau Kanker yang ditemukan pada organ-organ tubuh jauh.
c. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)

8
2. Tahap tersembunyi
Merupakan tahap ditemukannya sel Kanker pada dahak (sputum) pasien dalam
sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor diparu-paru.
a. Stadium 0
Merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan terdalam
paru-paru dan tidak bersifat invasif.
b. Stadium I
Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum
menyebar ke kalenjer getah bening sekitarnya.
c. Stadium II
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer getah
bening di dekatnya.
d. Stasium III
Merupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya, seperti 
dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah bening di sisi
yang sama ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
e. Stadium IV
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru yang
sama, atau di paru-paru yang lain. Sel –sel Kanker telah menyebar juga ke
organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kalenjer adrenalin , hati dan tulang.

H. Pemeriksaan diagnostik
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa
udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau
vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

9
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.

c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.


Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2
cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang  terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MR

10
I. Penatalaksanaan kanker paru
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
2. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
4. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, 
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit
Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
5. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin
fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
6. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
7. Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
8. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
9. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
10. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji
(potongan es).

11
11. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
12. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi
efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
13. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk
melengkapi bedah atau terapi radiasi.

J. Pengkajian Keperwatan kanker paru


1. Anamnesis
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk
diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal penyakit
kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang bercampur darah,
sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat
badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia,
jenis kelamin, keniasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat
menyebabkan nodul soliter paru.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa perubahan
bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-tanda
obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.

12
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :
a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru.
Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau
pemeriksaan analisis gas.
b. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
organ-organ lainnya.
c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena
metastasis.
4. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan untuk
kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor,
kelenjar getah bening, dan metastasis ke organ lain.
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi komputer. Pada
pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan dinding
toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi komputer
tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi
tumor ke dinding toraks. Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih
tinggi, dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur normal
yang berdekatan.
5. Sitologi
Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan
dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan
gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu
dapat juga menunjukkan proses dan sebab peradangan.
Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk
mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan yang paling
sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun

13
invasif. Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk kanker paru
yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap
kanker paru pada golongan risiko tinggi.
6. Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk
bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik
mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan
lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di
perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.
7. Biopsi Transtorakal
Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis tumor
pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini diperlukan peranan
radiologi untuk menentukan ukuran dan letak, juga menuntun jarum mencapai massa
tumor. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding
kulit toraks yang berdekatan dengan tumor.
8. Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan
histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat
torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan
mengambil sebahagian jaringan paru yang tampak. Pengambilan jaringan dapat juga
dilakukan secara langsung ke dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih
panjang dari jarum suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor yang
ada

14
2. 2 Pathway Ca Paru

Merokok Polusi Udara Paparan zat Genetik Penyakit paru

Bahan karsinogen Mengendap

Metaplasia, Hiperplasia

Menyumbat jalan Napas Kanker Paru

Karsinoma Sel besar


Pola napas tidak Efektif

Sesak Napas Penyebaran neoplastik


Nyeri akut
ke mediastilin
Anemis

Malas makan
Kelelahan Area Pleuritik
Intolenransi
Defisit Nutrisi Aktifitas

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3. 1 Pengkajian Keperawatan Teoritis


Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik,
mental, social dan lingkungan (Dermawan, 2012).
A. Pengumpulan data
1. Nama : Tulis nama panggilan pasien atau inisial
2. Umur : Resiko Ca paru meningkat pada orang berumur >40 tahun
3. Jenis kelamin : Ca paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki
di Indonesia dan terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada
perempuan
4. Agama : Tidak ada agama tertentu yang penganutnya memiliki resiko
lenih banyak mengidap Ca paru.
5. Pendidikan : Tingkat pendidikan akan mempengaruhi resiko
terserang Ca paru, orang dengan pendidikan tinggi mungkin akan lebih
berhati-hati ketika berhadapan dengan asap yang berbahaya
6. Alamat : Jumlah kejadian Ca paru dua kali lebih banyak di daerah
perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan karena banyaknya polusi
udara di perkotaan
7. No. RM : Dapat dicatat sesuai dengan urutan pasien masuk
8. Pekerjaan : Pekerjaan yang berhubungan erat dengan asap dan zat
karsinogen akan meningkatkan resiko lebih besar terserang Ca paru.
Beberapa pekerjaan yang meningkatkan resiko Ca paru adalah pekerja
asbes, kapster salon, pabrik industri, dan lain-lain.
9. Status Perkawinan : Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan
angka kejadian Ca paru
10. Tanggal MRS : Dilihat sejak klien masuk IGD
11. Tanggal Pengkajian : Ditulis dengan tanggal ketika perawat melakukan
pengkajian pertama kali
12. Sumber Informasi : Sumber informasi bisa didapat dari pasien,
keluarga, atau pasien dan keluarha. Dari pasien biasanya jika pasien tidak
ada keluarga, dari keluarga biasanya jika pasien tidak kooperatif, dan dari

20
pasien dan keluarga apabila keduanya kooperatif dalam memberikan
informasi

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau
purulen, atau batuh darah; malaise; anoreksia; sesak nafas; nyeri dada
dapat bersifat lokal atau pleuritik
3. Riwayat penyakit dahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami :
Kaji apakah klien memiliki riwayat penyakit paru dan penyakit
menular atau menurun lainnnya sebelumnya. Penyakit paru seperti
tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi
risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik
berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru.

2) Alergi :
Kaji alergi klien terhadap makanan, obat, plester, dan lain-lain

3) Riwayat imunisasi :
kaji apakah klien mendapatkan imunisasi lengkap?

4) Kebiasaan / pola hidup/ Life style :


Kebiasaan yang sangat berkaitan denga Ca paru adalah kebiasaan
merokok, menghirup asap rokok, zat karsinogen, dan polusi udara.
Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85%
dari seluruh kasus. Jika terjadi pada laki-laki maka yang harus
dikaji adalah usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap
setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti
merokok. Jika terjadi pada wanita maka yang harus dikaji adalah
seberapa sering menghirup asap rokok atau terpapar zat lainnya

5) Obat-obat yang digunakan


Menanyakan pada klien obat apa saja yang dikonsumsi
sebelum MRS

21
22
6) Riwayat Penyakit keluarga :
Mengkaji apakah terdapat riwayat keluarga sebelumnya yang mengidap Ca
paru, penyakit menular, atau menurun lainnya

4. Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)


1) Kepala
 Inspeksi : kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam kaji
uban), distribusi normal, kaji kerontokan rambut jika sudah dilakukan
kemoterapi.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi, tidak ada perdarahan,
tidak ada lesi.

2) Mata
 Inspeksi : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks
pipil terhadap cahaya (+/+), kondisi bersih, bulu mata rata dan hitam
 Palpasi : tidak ditemukan nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal

3) Telinga
 Inspeksi : telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen, tidak
ada kelainan bentuk.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal

4) Hidung
 Inspeksi : hidung simetris, hidung terlihat bersih, terpasang alat bantu
pernafasan

5) Mulut
 Inspeksi : mukosa bibir lembab, mulut bersih, lidah berwarna merah, gigi
bersih tidak ada karies gigi.
 Palpasi : tidak ada pembesaran tonsil

23
6) Dada
 Inspeksi : Betuk dada kadang tidak simetris, kaji adanya retraksi dada,
 Palpasi : Pengembangan paru tidak simetris, kaji adanya
kemungkinan flail chest,
 Perkusi : Suara paru sonor,
 Auskultasi : Ada suara nafas tambahan Wheezing.

7) Abdomen
 Inspeksi : bentuk abdomen datar
 Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan,
 Perkusi : Kaji adanya ketegangan abdomen,
 Auskultasi : Kaji adanya penurunan bising usus karena penurunan nafsu
makan

8) Urogenital
 Inspeksi : Tidak terpasanga alat bantu nafas

9) Ekstremitas
 Inspeksi : ekstremitas biasanya sulit digerakkan karena takut sesak nafas,
 Palpasi : akral dingin, tidak ada edema, tugor kuit baik

10) Kulit dan kuku


 Inspeksi : Turgor kulit tidak baik, tidak ada lesi, kuku berwarna pink,
 Palpasi : kondisi kulit lembab, CRT <2 detik, dan akral dingin.

11) Keadaan local


 Pasien tampak lemah berbaring di tempat tidur, terpasang alat bantu
pernafasan, kesadaran compos mentis (sadar penuh).

24
3. 2 Diagnosa keperawatan

P Pola Napas tidak efektif (D.0005) Gejala dan tanda mayor :

Definisi : Subjektif :
1. Dispne
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
Obejktif :
Penyebab :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan
1. Depresi pusat pernapasan
2. Fase ekspirasi memanjang.
2. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi
pernapasan) kussmaul cheyne-stokes).
3. Deformitas dinding dada.
Gejala Dan Tanda Minor :
4. Deformitas tulang dada.
Subjektif :
5. Gangguan neuromuskular.
1. Ortopnea
6. Gangguan neurologis (mis elektroensefalogram [EEG] positif, cedera Objektif :
kepala ganguan kejang). 1. Pernapasan pursed-lip.
7. Maturitas neurologis. 2. Pernapasan cuping hidung.
8. Penurunan energi. 3. Diameter thoraks anterior—posterior meningkat
9. Obesitas. 4. Ventilasi semenit menurun

10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru. 5. Kapasitas vital menurun

11. Sindrom hipoventilasi. 6. Tekanan ekspirasi menurun


7. Tekanan inspirasi menurun
12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf CS ke atas).
8. Ekskursi dada berubah
13. Cedera pada medula spinalis.
14. Efek agen farmakologis.
15. Kecemasan.

25
Defisit nutrisi b.d nafsu makan menurun [D.0019] Gejala Dan tanda Mayor :
Definisi : Subjektif :
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme 1. Tidak Ada
Penyebab : Objektif :
1. Ketidakmampuan menelan makanan 1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien Gejala Dan Tanda Minor :
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme Subjektif :
5. Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi) 1. Cepat kenyang setelah makan
6. Faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan) 2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Kondisi Klinis Terkait : 8. Kerusakan neuromuskular Objektif :
1. Stroke
9. Luka bakar 1. Bising usus hiperaktif
2. Parkinson
10. Kanker 2. Otot pengunyah lemah
3. Mobius syndrome
11. Infeksi 3. Otot menelan lemah
4. Celebral palsy
12. AIDS 4. Membran mukosa pucat
5. Cleft lip 5. Sariawan
13. Penyakit Crohn’s
6. Cleft palate 6. Serum albumin turun
14. Enterokolitis
7. Amyotropic lateral 7. Rambut rontok berlebihan
15. Fibrosis kistik
sclerosis 8. Diare

26
Intoleransi aktivitas b.d kelelahan akibat anemia [D.0056] Gejala Dan Tanda Mayor :
Definisi : Subjektif :
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari 1. Mengeluh lelah
Penyebab : Objektif :
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 1. frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat
2. Tirah baring
Gejala Dan Tanda Minor
3. Kelemahan
Subjektif :
4. Imobilitas
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
5. Gaya hidup monoton
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
Kondisi Klinis terkait : 3. Merasa lemah
1. Anemia Objektif :
2. Gagal jantung kongesif 1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
3. Penyakit jantung koroner 2. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
4. Penyakit katup jantung 3. Gambaran EKG menunjukan iskemia
5. Aritmia 4. Sianosis
6. Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
7. Gangguan metabolik
8. Gangguan muskuloskeletal

27
Nyeri akut b.d Kerusakan jaringan akibat penyebaran neoplastik ke Gejala dan tanda mayor :
mediastilin [D.0077] Subjektif :
Definisi : 1. Tidak Ada
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan Objektif :
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat 1. Tampak meringis
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
bulan. 3. Gelisah
Penyebab : 4. Frekuensi nadi meningkat
1. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma) 5. Sulit tidur
2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan) Gejala Dan Tanda Minor :
3. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, Subjektif :
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik 1. Tidak Ada
berlebihan). Objektif :
1. Tekanan darah meningkat
Kondisi klinis Terkait : 2. pola napas berubah
1. Kondisi pembedahan 3. nafsu makan berubah
2. Cedera traumatis 4. proses berpikir terganggu
3. Infeksi 5. Menarik diri
4. Sindrom koroner akut 6. Berfokus pada diri sendiri
5. Glaukoma 7. Diaforesis

28
3. 3 Luaran (Kriteria Hasil)
1. Pola Napas L. 01004
Definisi : Inspirasi dan / atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat.
Ekspektasi : Membaik

Cukup Cukup
menurun sedang meningkat
menurun meningkat
Venlasi
1 2 3 4 5
semenit
Kapasitas vital 1 2 3 4 5
Diameter
thorak anterior 1 2 3 4 5
– posteilor
Tekanan
1 2 3 4 5
ekspirasi
Tekanan
1 2 3 4 5
inspirasi
Cukup Cukup
meningkat sedang membaik
meningkat membaik
Dispnea 1 2 3 4 5
Pengguanaan
otot bantu 1 2 3 4 5
napas
Pemanjangan
1 2 3 4 5
fase ekspirasi
Ortopnea 1 2 3 4 5
Pernapasan
1 2 3 4 5
pursed – tip
Pernapasan
1 2 3 4 5
cuping hidung
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
memburuk membaik
Frekuensi
1 2 3 4 5
napas
Kedalaman
1 2 3 4 5
napas
Eskursi dada 1 2 3 4 5
Kriteria Hasil

29
2. Nafsu makan L. 03024
Definisi : Keadekuatan asupan nutrisi untuk memnuhi kebutuhan metabolisme
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil

Cukup Cukup
menurun sedang meningkat
menurun meningkat
Porsi makan yang
1 2 3 4 5
dihabiskan
Kekuatan otot
1 2 3 4 5
menelan
Serum albumin 1 2 3 4 5
Verbalisasi
keinginan untuk
1 2 3 4 5
meningkatkan
nutrisi
Pengetahuan
tentang pilihan 1 2 3 4 5
makanan yang sehat
Pengetahuan
tentang minuman 1 2 3 4 5
yang sehat
Pengetahuan
tentang standar
1 2 3 4 5
asupan nutrisi yang
tepat
Penyiapan dan
penyimpanan 1 2 3 4 5
makanan yang aman
Penyiaman dan
penyimpanan
1 2 3 4 5
minuman yang
aman
Sikap terhadap
makanan atau
1 2 3 4 5
minuman sesuai dgn
tujuan kesehatan
Cukup Cukup
meningkat sedang menurun
meningkat menurun
Perasaan cepat
1 2 3 4 5
kenyang
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
diare 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Memburu Cukup Cukup
Sedang Membaik
k memburuk membaik

30
Berat badan 1 2 3 4 5
Indeks masa
1 2 3 4 5
tubuh(IMT)
Frekuensi makan 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal lipatan kulit
1 2 3 4 5
trisep

31
3. Toleransi Aktivitas L. 05047
Definis : Respon Fisiologi terhadap aktivitas yang membutuhkan tenanga
Ekspektasi : Meningkat
Kriteria Hasil

Cukup Cukup
menurun sedang meningkat
menurun meningkat
Kemudahan
melakukan
1 2 3 4 5
aktivitas sehari
- hari
Kecepatan
1 2 3 4 5
berjalan
Jarak berjalan 1 2 3 4 5
Kekuatan
tubuh bagian 1 2 3 4 5
atas
Kekuatan
tubuh bagian 1 2 3 4 5
bawah
Toleransi
menaiki
tangga
Cukup Cukup
meningkat sedang menurun
meningkat menurun
Keluhan lelah 1 2 3 4 5
Dispnea saat
1 2 3 4 5
aktivitas
Dispnea
setelah 1 2 3 4 5
aktivitas
Aritmia saat
1 2 3 4 5
aktivitas
Aritmia
setelah 1 2 3 4 5
aktivitas
Sianosis 1 2 3 4 5
Perasaan
Lemah
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
memburuk membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
warna kulit 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Saturasi
1 2 3 4 5
oksigen
Frekuensi
1 2 3 4 5
napas

32
EKG iskimia 1 2 3 4 5

4. Tingkat Nyeri L. 08066


Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual dan fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat badan konstan.
Ekspektasi : Menurun
Kriteria Hasil

Cukup Cukup
menurun Sedang Meningkat
menurun meningkat
Kemampuan
menuntaskan 1 2 3 4 5
aktivitas
Cukup Cukup
Meningkat sedang menurun
meningkat menurun
Keluhan
1 2 3 4 5
nyeri
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap
1 2 3 4 5
protektif
gelisah 1 2 3 4 5
Kesulisan
1 2 3 4 5
tidur
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus
pada diri 1 2 3 4 5
sendiri
Diaforesis 1 2 3 4 5
Perasaan 1 2 3 4 5

33
depresi
(tertekan)
Perasaan
takut
mengalami 1 2 3 4 5
cedera
berulang
anoreksia 1 2 3 4 5
Perineum
terasa 1 2 3 4 5
tertekan
Uterus teraba
1 2 3 4 5
membulat
ketegangan
1 2 3 4 5
otot
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
muntah 1 2 3 4 5
mual 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk sedang membaik
memburuk membaik
Ferkuensi
1 2 3 4 5
nadi
Pola napas 1 2 3 4 5
Tekanan
1 2 3 4 5
darah
Proses
1 2 3 4 5
berpikir
Fokus 1 2 3 4 5
Fungsi
1 2 3 4 5
berkemih
Perilaku 1 2 3 4 5

34
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5

35
3. 4 Intervensi Keperawatan
1) Manajemen jalan Napas I.01011
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas.

Tindakan
Observasi :
1) Monitor pola napas
2) Monitor bunyi napas
3) Monitor sputum

Terapeutik :

1) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head – tilt , dan chin lift (jaw – trust
jika curiga trauma servikal)
2) Posisikan semi fowler atau fowler
3) Berikan minum hangan
4) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
8) Berika oksigen jika perlu

Edukasi :

1) Anjurkan asupan cairan 2000ml / hari jika tidak kontra indikasi


2) Anjurkan teknik batuk efektif

Kolaborasi :

Pemberian brokodilator ekspektoran, mukolitik jika perlu.

36
2) Manajemen Nutrisi I. 03119
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang.
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan toleransi makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
6) Monitor asupan makanan
7) Monitor berat badan
8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik :

1) Lakukan oral hygine sebelum makan


2) Fasilitasi menentukan pedoman diet
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6) Berika suplmenen makanan jika perlu
7) Menghentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik, jika asupan oral dapat
ditoleransi

Edukasi :

1) Anjurkan posisi duduk jika mampu


2) Ajarkan diet yang di programkan

Kolaborasi :

1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan


2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan

37
3) Manejemen energi 1.05178
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi untuk mengatasi atau
mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan.
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola dan jam tidur
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik :
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (misalnya cahaya
suara,kunjungan)
2) Lakukan latihan lintang gerak pasif dan atau aktif
3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4) Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi :
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
Kolabora dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

38
4. Manajemen nyeri I.08238
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan ber
intensitas ringan hingga berat dan konsta.

Tindakan
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri nonverbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah di berikan
9) Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


2) Jelaskan strategi meredekan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

39
3. 5 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam (Potter
& Perry, 2011).
Komponen tahap implementasi :
1. Tindakan keperawatan mandiri
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.

3. 6 Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009). Evaluasi dilakukan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian,
perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,dkk.,2011).

Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam Wardani, 2013):


 S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
 O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
 A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
 P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

40
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan
kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan
dalam memberikan asuhan keperawatan. (Nurhayati, 2011)

Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :

 Masalah teratasi
Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah laku dan
perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.

 Masalah sebagian teratasi


Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan dan
perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.

 Masalah belum teratasi


Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak menunjukkan perubahan
perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah yang baru.

41
BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
1. Tim penulis menyimpulkan bahwa, dalam proses keperawatan pengkajian memiliki
fungsi yang sangat penting. Hal ini berguna untuk mengetahui mengenai data – data
pasien yang nantinya akan sangat berpengaruh dalam pemberian asuhan keperawatan
yang tepat, efektif dan dapat diterima oleh pasien untuk mencapai kesembuhannya.
2. Diagnosa yang kami angkat adalah diagnosa yang menurut kami dapat secara spesifik
fokus pada keluhan pasien sebagai dampak dari Ca Paru, yang berdasar dari SDKI.
3. Intervensi yang kami angkat adalah intervensi keperawatan yang akan mendukung
proses proses keperawatan pasien yang berdasar dari fokus utama diagnosa, berdasar
dari SIKI.
4. Kami menyimpulkan bahwa target capaian yang akan kami capai dengan proses
keperawatan, sudah relevan dengan diagnosa dan Intervensi keperawatan untuk
menjadi sebuah tujuan yang target penyembuhan pasien.
5. Kami menyimpulkan bahwa, implementasi keperawatan merupakan sebuah tindakan
nyata dari intervensi yang sudah di rencanakan sebelumnya.
6. Kami juga menyimpulkan bahwa, evaluasi dalam keperawatan, merupakan kumpulan
dari hasil akhir yang di dapat setelah pemberian asuhan keperawatan meliputi,
diagnosa, intervensi, dan implementasi yang sesuai dengan target capaiaan

42
4. 2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dengan demikian kami tim penyusun mengaharapkan mahasiswa yang membaca
makalah ini, agar membaca dengan seksama dan memahami dengan baik menganai
isi atau konten yang termuat dalam makalah, supaya dapat menjadi salah - satu
referensi belajar yang berguna kedepannya.

2. bagi Tim Penyusun


Dengan adanya hasil dari penyusunan makalah ini, diharapkan untuk tim penyusun
bisa lebih kompak, konsisten, berkontribusi, dalam penyusunan makalah.

3. Bagi institusi Pendidikan


Dengan adanya hasil dari penyusunan makalah asuhan keperawatan teoritis ini,
diharapkan bisa menjadi tolak ukur atau evaluasi bagi institusi pendidikan sebagai
tanda kebehasilan dari program pendidikan yang diterapkan.

43
Daftar pustaka
https://www.academia.edu/41409162/LAPORAN_PENDAHULUAN_CA_PARU

https://www.academia.edu/36334156/Asuhan_Keperawatan_pada_Pasien_Ca_Paru_docx

https://www.academia.edu/12534953/pathway_kanker_paru

http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1065/1/KTI%20KEVIN%20BASKARA.pdf

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/458/3/BAB%20II.pdf

https://eprints.umm.ac.id/23147/2/jiptummpp-gdl-widyawahyu-42528-2-bab1.pdf

https://dharmais.co.id/news/262/Kanker---Ayooo-Kenalan-dengan-
NEOPLASIA#:~:text=Neoplasia%20merupakan%20pertumbuhan%20sel%20baru,lama
%2Dlama%20bisa%20jadi%20kanker.

https://www.dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/kanker-paru-rokok-who-diagnosis-kenali-gejala-
kanker-paru#:~:text=Kanker%20paru%20dapat%20menyebabkan%20rasa,paru)%20atau
%20rusuk%20yang%20membengkak.

https://www.lvngwithindonesia.com/about-lung-cancer/now-what.html#:~:text=Karsinoma
%20sel%20besar%3A,kanker%20paru%20adalah%20tipe%20ini.

https://www.halodoc.com/artikel/jangan-langsung-panik-begini-cara-meredakan-dyspnea

https://hellosehat.com/nutrisi/berat-badan-turun/nafsu-makan-menurun/

https://www.alodokter.com/kanker-paru-paru

https://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-penyakit/gejala-kanker-paru-yang-sering-diabaikan

https://www.emc.id/id/care-plus/gejala-kanker-paru-paru

https://www.halodoc.com/kesehatan/kanker-paru

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/kanker-paru-bisa-dicegah-bagaimana-
caranya

https://www.halodoc.com/artikel/inilah-alasan-asap-rokok-bisa-memicu-kanker-paru-paru

44
http://p2p.kemkes.go.id/penyakit-kanker-di-indonesia-berada-pada-urutan-8-di-asia-tenggara-
dan-urutan-23-di-asia/

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181128150744-255-349930/kanker-paru-paru-
kanker-pembunuh-nomor-satu-di-indonesia

https://rsud.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/jenis-kanker-paru-paru-stadium-92

https://www.kemkes.go.id/article/view/19020100003/hari-kanker-sedunia-2019.html

file:///C:/Users/L%20E%20N%20O%20V%20O/Downloads/Pengkajian%20Dalam%20Proses
%20Keperawatan.pdf

file:///C:/Users/L%20E%20N%20O%20V%20O/Downloads/LP%20CA%20Paru.pdf

https://www.mitrakeluarga.com/artikel/artikel-kesehatan/kanker-paru#:~:text=Penderita%20ini
%20harus%20melakukan%20pemeriksaan,penyakit%20sudah%20terdeteksi%20lebih%20dini.

https://www.mitrakeluarga.com/artikel/artikel-kesehatan/kanker-paru#:~:text=Penderita%20ini
%20harus%20melakukan%20pemeriksaan,penyakit%20sudah%20terdeteksi%20lebih%20dini.

http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-paru-kronik/page/5/bagaimana-cara-
mencegah-kanker-paru

https://hellosehat.com/kanker/kanker-paru/pengobatan-kanker-paru/

https://www.halodoc.com/artikel/kenali-7-gejala-kanker-paru-di-stadium-4

http://repo.stikesperintis.ac.id/147/1/25%20PANI%20AGUSTIA%20ca%20paru.pdf

45

Anda mungkin juga menyukai