Anda di halaman 1dari 10

Nama : Adetia Putra Wijaya

Npm : 22.14201.30.08

1.5 Pre Test Praktikum 1

a. Apakah yang kalian pahami tentang model PRECEDE?

PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation)
adalah suatu model pendekatan yang dapat digunakan dalam mendiagnosis masalah kesehatan
ataupunsebagai alat untuk merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau mengembangkan
suatu model pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan.

b. Sebutkan fase-fase model PRECEDE dan berikan contohnya?

Model Precede Proceed menurut Lawrence Green memiliki 9 Fase yaitu :

a. Fase 1 (Diagnosis sosial) Diagnosis sosial adalah proses menentukan persepsi masyarakat terhadap
kebutuhannya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya, melalui partisipasi dan
penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya. Untuk mengetahui masalah sosial, digunakan
indikator sosial seperti pada gambar. penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus, vital statistik
yang ada, atau pengumpulan data secara langsung ke masyarakat. Apabila data langsung dikumpulkan
dari masyarakat, cara pengumpulan data yang dapat dilakukan adalah wawancara dengan informan
kunci, forum yang ada di masyarakat, Focus Groups Discussion (FGD), nominal group process, dan
survei.

b. Fase 2 (diagnosis epidemiologi) Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah
kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, dan suku) diidentifikasi. Di samping itu, dicari pula bagaimana
pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas, morbiditas, disabilitas, tanda dan
gejala yang timbul) dan cara menanggulangi masalah tersebut (imunisasi, perawatan atau pengobatan,
modifikasi lingkungan atau perilaku). Informasi ini sangat penting untuk menetapkan prioritas masalah,
yang didasarkanpertimbangan besarnya masalah dan akibat yang ditimbulkan, serta kemungkingan
untuk diubah. Prioritas masalah harus tergambar pada tujuan program dengan ciri “who eill benefithow
much of what outcome by when”.

c. Fase 3 (Diagnosis perilaku dan lingkungan) Untuk fase ini, masalah perilaku dan lingkungan yang
memengaruhi perilaku dan status kesehatan atau kualitas hidup seseorang atau masyarakat
diidentifikasi. Penting bagi promotor kesehatan untuk membedakan masalah perilaku yang dapat
dikontrol secara individu atau harus dikontrol melalui institusi. Langkahlangkah dalam melakukan
diagnosis perilaku dan lingkungan, yaitu: 1) Memisahkan faktor perilaku dan nonperilaku sebagai
penyebab masalah kesehatan 2) Mengidentifikasi perilaku yang dapat dicegah dan perilaku yang
berhubungan dengan tindakan perawatan atau pengobatan. Untuk faktor lingkungan, melakukan
eliminasi faktor nonperilaku yang tidak dapat diubah (misalnya, faktor genetik dan demografi) 3)
Mengurutkan masalah perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya pengaruh terhadap kesehatan 4)
Mengurutkan masalah perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinan untuk diubah 5) Menetapkan
perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran proi gram. Setelah itu, tetapkan tujuan perubahan
perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai program.

d. Fase 4 (Diagnosis pendidikan dan organisasional) Identifikasi diagnosis pendidikan dan organisasional
dilakukan berdasarkan determinan perilaku yang mempengaruhi status kesehatan seseorang atau
masyarakat, yaitu: 1) Faktor predisposisi (predisposing factors), meliputi pengetahuan, sikap, persepsi,
kepercayaan dan nilai atau norma yang diyakini seseorang 2) Faktor pendorong (enabling factors), yaitu
faktor ingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang 3) Faktor penguat (reinforcing factors), yaitu
perilaku orang lain yang berpengaruh (toma, toga, guru,, petugas kesehatan, orang tua, pemegang
kekuasaan) yang dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku. Langkah selanjutnya adalah
menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai berdasarkan faktor predisposisi yang telah
diidentifikasi, dan menetapkan tujuan organisasional berdasarkan faktor penguat dan faktor pendorong
yang telah diidentifikasi melalui upaya pengembangan organisasi dan sumber daya.

e. Fase 5 (Diagnosis administrasi dan kebijakan) Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya,
dan peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program
promosi kesehatan. Untuk diagnosis administratif, dilakukan tiga penilaian, yaitu sumber daya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang terdapat di organisasi dan masyarakat,
serta hambatan pelaksanaan program. Untuk diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi dukungan dan
hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program serta pengembangan
lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.

f. Fase 6 (Implementasi) Dalam fase ini, beberapa faktor yang dapat menghambat atau menambah
dampak pada program. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan program (misalnya, sumberdaya dan
tujuan), organisasi pelaksana (misalnya, atribut karyawan, tujuanorganisasi, dan iklim organisasi),
lingkungan politik, dan lingkungan (misalnya, waktu dan organisasi lain).

g. Fase 7 (Evaluasi proses) Pada fase ini, evaluasi pertama adalah apakah intervensi telah dilaksanakan
dengan cara yang telah direncanakan. Misalnya, jika 10 kegiatan yang direncanakan, apakah semuanya
telah dilaksanakan, dan sejauh mana telah dilaksanakan? Kedua, penerimaan program di lokasi
pelaksanaannya adalag evaluasi. Ketiga, diperhatikan sikap penerima program. Seberapa puas? Apakah
mereka sudah mengikuti program ini? Apa yang mereka sukai dan apa yang tidak mereka sukai dari
program tersebut? Keempat, ditentukan respon orang yang melaksanakan program. Kesulitan apa yang
dia hadapi saat melaksanakan program? Hal-hal apa yang mudah dilakukan? Terakhir, kompetensi
operasional yang terlibat dinilai. Misalnya, jika pekerjaan pendidikan kesehatan dilakukan,

apakah itu dilakukan oleh Certified Health Education Specialist (CHES) atau orang lain.

h. Fase 8 (Evaluasi dampak) Evaluasi dampak merupakan evaluasi yang dapat menilai efek langsung dari
program pada perilaku atau lingkungan targetnya dan pendahulunya yang mempengaruhi,
memungkinkan, dan memperkuat. Misalnya, program yang dirancang untuk memerangi obesitas di
suatu komunitas akan mengukur aktivitas fisik dan konsumsi buah dan sayuran.

i. Fase 9 (Evaluasi hasil) Pada fase ini, perubahan status kesehatan (misalnya, indikator kematian,
kesakitan, dan kecacatan) dan masalah kualitas hidup (misalnya, persepsi kualitas hidup dan
pengangguran) diukur.

2.5 Pre Test Praktikum 2

a. Apakah yang kalian mengetahui macam-macam situasi kebutuhan belajar?

1. Program Kebutuhan (require program) Situasi yang membutuhkan suatu tindakan/sikap tertentu
untuk dipelajari. Dalam situasiini biasanya proses pendidikan dapat berlangsung cepat

2. Program Rekomendasi (recomended program) Dalam situasi ini perilaku tertentu disarankan untuk
dipelajari, artinya anggota masyarakat yang menjadi sasaran boleh menerima/tidak perilaku yang
disarankan itu. Tujuan dari rekomendasi ini adalah untuk memberikan informasi, menyadarkan dan
menasehati orang lain atau mendorong untuk menilai sendiri kegunaan dari program yang disarankan

3. Program Kelola Diri (Self Directed Program) Proses belajar berlangsung atas kemauan sendiri, tujuan
yang harus dicapai pun ditentukan oleh sasaran sendiri, ada proses inisiatif diri dalam program
kesehatan, dalam hal ini seringkali masyarakat berbeda pendapat dengan petugas. Dengan demikian
unsur subjektifitas turut berperan dalam penentuan sukses atau tidaknya proses belajar.

b. Sebutkan faktor-faktor apa saja yang harus dikaji dalam memenuhi kebutuhan promosi kesehatan,
dan berikan contoh?

1. Pengkajian Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

a. Pengkajian riwayat keperawatan.

Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai status perkembangan seseorang, sehingga
dapat memberi arah mengenai isi promosi kesehatan dan pendekatan yang harus digunakan pertanyaan
yang di ajukan hendaknya sederhana. Pada klien usia lanjut, pertanyaan diajukan dengan perlahan dan
diulang. Status perkembangan, terutama pada klien anak, dapat dikaji melalui observasi ketika anak
melakukan aktivitas, sehingga perawat mendapat data tentang kemampuan motorik dan perkembangan
intelektualnya.

b. Pengkajian Aspek Sosial Budaya

Ada beberapa aspek kebudayaan yang mempengaruhi tingkah laku dan status kesehatan seseorang,
yaitu persepsi masyarakat terhadap sehat - sakit, kepercayaan, pendidikan, nilai budaya dan norma.

c. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap kebutuhan belajar klien.
Contohnya: status mental, kekuatan fisik, status nutrisi. Hal lain yang mencakup pengkajian fisik adalah
pernyataan klien tentang kapasitas fisik untuk belajar dan untuk aktivitas perawatan diri sendiri.
Kemampuan melihat dan mendengar memberi pengaruh besar terhadap pemilihan substansi dan
pendekatan dalam mengajar. Fungsi system muskuloskeletal mempengaruhi kemampuan keterampilan
psikomotor dan perawatan diri. Toleransi aktivitas juga dapat mempengaruhi kapasitas klien untuk
melakukan aktivitas.

d. Pengkajian kesiapan klien untuk belajar

Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan dengan klien yang tidak siap. Seorang klien yang
siap belajar mungkin mencari informasi, misalnya melalui bertanya, membaca buku atau artikel, tukar
pendapat dengan sesama klien yang pada umumnya menunjukkan ketertarikan. Dilain pihak, klien yang
tidak siap belajar biasanya lebih suka untuk menghindari masalah atau situasi. Kesiapan fisik penting di
kaji oleh perawat apakah klien dapat memfokuskan perhatian atau lebih berfokus status fisiknya,
misalnya terhadap nyeri, pusing, lelah, mengantuk, atau lain hal.

e. Pengkajian motivasi

Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai keinginan belajar demi keefektifan
pembelajaran. Motivasi dan memberi rangsangan atau jalan untuk belajar merupakan faktor penentu
yang sangat kuat untuk kesuksesan dalam mendidik klien dan berhubungan erat dengan pemenuhan
kebutuhan klien. Motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh masalah keuangan, penolakan terhadap
status kesehatan, kurangnya dorongan dari lingkungan sosial, pengingkaran terhadap penyakit,
kecemasan, ketakutan,rasa malu atau adanya konsep diri yang negatif. Motivasi juga dipengaruhi oleh
sikap dan kepercayaan. Contohnya, motivasi belajar seorang pria

2. Pengkajian Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor pemungkin mencakup keterampilan serta sumber daya yang penting untuk menampilkan
perilaku yang sehat. Sumber daya dimaksud meliputi fasilitas yang ada. personalia yang tersedia,
ruangan yang ada, atau sumber-sumber lain yang serupa. Faktor ini juga menyangkut keterjangkauan
sumber tersebut oleh klien: apakah biaya, jarak, waktu dapat dijangkau? Bagaimana keterampilan klien
untuk melakukan perubahan perilaku perlu diketahui, karena dengan mengetahui sejauh mana klien
memiliki keterampilan pemungkin. wawasan yang bernilai bagi perencana pendidikan kesehatan dapat
diperoleh.

3. Pengkajian Faktor Penguat (Empowering Factor)

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau
tidak. Sumber penguat tersebut bergantung kepada tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan
kesehatan klien di rumah sakit, misalnya, penguat diberikan oleh perawat, dokter, ahli gizi, atau klien
lain dan keluarga. Di dalam pendidikan kesehatan di sekolah penguat mungkin berasal dari guru, teman
sebaya, pimpinan sekolah, dan keluarga. Apakah faktor penguat itu positif atau negative tergantung
pada sikap dan perilaku orang lain yang berpengaruh. Pengaruh itu tidak sama, mungkin sebagian
mempunyai pengaruh yang sangat kuat dibandingkan dengan yang lainnya dalam mempengaruhi
perubahan perilaku.

Perawat perlu mengkaji sistem pendukung klien untuk menentukan siapa saja sasaran pendidikan yang
mungkin dapat mempertinggi dan mendorong proses belajar klien. Anggota keluarga atau teman dekat
mungkin dapat membantu klien dalam mengembangkan keterampilan di rumah dan mempertahankan
perubahan gaya hidup yang diperlukan klien.

Perawat perlu mengkaji secara cermat faktor penguat ini, untuk menjamin bahwa sasaran pendidikan
kesehatan mempunyai kesempatan yang maksimum untuk mendapat umpan balik yang mendukung
selama berlangsungnya proses perubahan perilaku.

3.5 Pre Test Praktikum 3

a. Apakah kalian mengetahui macam-macam diagnosa keperawatan?

Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: (1) diagnosis negatif; dan (2) diagnosis positif.
Diagnosis negatif dibagi kembali menjadi 2 jenis, yaitu diagnosis aktual dan diagnosis risiko, sedangkan
diagnosis positif adalah diagnosis promosi Kesehatan.

b. Berikan contoh dari masing-masing diagnosa keperawatan?

1. Diagnosis Negatif

Diagnosis negatif adalah diagnosis yang menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sakit (aktual) atau
beresiko mengalami sakit (risiko).

Penegakkan diagnosis ini mengarahkan kepada intervensi yang bersifat menyembuhkan (kuratif),
pemulihan (rehabilitatif), dan pencegahan (preventif).

a. Diagnosis Aktual

Diagnosis aktual adalah diagnosis keperawatan yang menggambarkan respons klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan. Pada
diagnosis aktual, tanda dan/atau gejala mayor maupun minor dapat ditemukan dan divalidasi pada
klien. Contohnya diagnosis “Penurunan Curah Jantung“, “Gangguan Ventilasi Spontan“, “Defisit Nutrisi”
dan lain-lain.

b. Diagnosis Risiko
Diagnosis risiko adalah diagnosis keperawatan yang menggambarkan respons klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien berisiko mengalami masalah
kesehatan. Pada diagnosis risiko tidak ditemukan tanda/gejala pada klien, namun klien memiliki faktor
risiko mengalami masalah kesehatan. Contohnya diagnosis Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif“, atau
“Risiko Perdarahan“

2. Diagnosis Positif

Diagnosis positif adalah diagnosis yang menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat
mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal. Penegakkan diagnosis ini mengarahkan pada intervensi
yang bersifat edukasi (promotif), oleh karena itu diagnosis positif ini juga disebut dengan diagnosis
promosi kesehatan.

a. Diagnosis promosi kesehatan

Diagnosis promosi kesehatan adalah diagnosis keperawatan yang menggambarkan adanya keinginan
dan motivasi klien untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal.
Contohnya diagnosis “Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan” dan “kesiapan peningkatan nutrisi”

3.5 Pre Test Praktikum 4

a. Jelaskan pengertian perencanaan dalam promosi kesehatan?

Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah, penentuan prioritas
masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Dalam membuat perencanaan
promosi kesehatan, perencanaan harus terdiri dari masyarakat, profesional kesehatan dan promotor
kesehatan.

b. Sebutkan point-point tahapan membuat perencanaan promosi kesehatan (merancang SAP)?

1. Menentukan Tujuan Promosi Kesehatan.


2. Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan.
3. Menentukan Isi/Materi Promosi Kesehatan.
4. Menentukan Metode.
5. Menetapkan Media.
6. Menyusun Rencana Evaluasi.
7. Menyusun Jadwal Pelaksanaan.

c. Apakah fungsi dari pembuatan tujuan dalam rancangan SAP?

Satuan Acara Penyuluhan berfungsi sebagai pedoman kerja dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, yaitu:
a Preventif mencegah penyuluh kesehatan dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan yang telah
ditentukan dalam rencana.

b. Korektif: Satuan Acara Penyuluhan berfungsi sebagai rambu-rambu yang harus ditaati dan sebagai
pedoman dalam melaksanakan pendidikan kesehatan.

e. Konstruktif Satuan Acara Penyuluhan memberikan arah secara rinci bagi pelaksanaan dan
pengembangan pendidikan kesehatan.

5.5 Pre Test Praktikum 5

a. Jelaskan pengertian dari evaluasi?

serangkaian kegiatan atau aktivitas yang bertujuan untuk dapat mengukur tingkat keberhasilan pada
suatu program pendidikan

b. Sebutkan ukuran hasil dari upaya promosi kesehatan berdasarkan indikatornya!

1. Ukuran tentang pemahaman yang berkaitan dengan kesehatan yang meliputi tingkat pengetahuan,
sikap, motivasi, tendensi perilaku, keterampilan personal dan kepercayaan diri.
2. Ukuran pengaruh dan gerakan masyarakat yang meliputi unsur partisipasi masyarakat,
pemberdayaan masyarakat, norma sosial dan opini publik.
3. Ukuran yang mencakup kebijakan publik yang berwawasan kesehatan yang meliputi pernyataan
politik, alokasi sumber daya, unsur budaya dan perilaku.
4. Ukuran kondisi kesehatan dan gaya hidup sehat, salah satunya meliputi kesempatan untuk
memperoleh makanan sehat.
5. Ukuran efektivitas pelayanan kesehatan, yang meliputi penyediaan pelayanan pencegahan, akses ke
tempat-tempat pelayanan kesehatan, serta faktor-faktor sosial budaya yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan.
6. Ukuran Lingkungan sehat, yang meliputi membatasi akses dalam penggunaan tembakau, alkohol,
obat-obat terlarang, penyediaan lingkungan positif bagi anak-anak dan kelompok usila, kebebasan
dari kekerasan dan berbagai penyalahgunaan.
7. Ukuran dampak sosial yang meliputi kualitas hidup, kemandirian, jaringan dukungan sosial,
pemerataan atau keadilan.
8. Ukuran dampak kesehatan yang meliputi penurunan tingkat kesakitan, kematian dan
ketidakmampuan, kompetensi psikososial dan keterampilan diri.
9. Ukuran pengembangan kapasitas.

c. Sebutkan langkah-langkah evaluasi dalam program promosi kesehatan!


1. Menentukan tujuan evaluasi - Pada tahap ini harus ditetapkan aspek apa saja yang akan dievaluasi.
Misalnya: pelaksanaan program promosi kesehatan, pengetahuan, sikap, praktek dan status
kesehatan sasaran program.
2. Menetapkan indikator evaluasi - Berdasarkan tujuan evaluasi tetapkan standar evaluasi / indikator
dari aspek tersebut dengan mengacu pada tujuan (tujuan program, tujuan pendidikan dan tujuan
perilaku) yang telah ditetapkan sebelum program promosi kesehatan dilaksanakan.
3. Menentukan cara/desain evaluasi - Pemilihan desain evaluasi harus berdasarkan pada aspek dan
indikator evaluasi. Jika akan melakukan monitoring pelaksanaan program (evaluasi proses) maka
pendekatan penelitian kualitatif akan lebih tepat dan bermanfaat, sedangkan jika ingin menilai
perubahan pengetahuan, sikap, praktek, maupun status kesehatan sasaran program, maka
pendekatan penelitian kuantitatif yang harus dipilih.
4. Rencana pengumpulan data evaluasi - Pada tahap ini ditetapkan siapa yang akan melakukan
evaluasi, dimana dan kapan evaluasi akan dilakukan. Evaluasi sebaiknya dilakukan oleh pihak ketiga
atau bukan pelaksana program sehingga hasilnya akan lebih obyektif.
5. Tempat dan waktu evaluasi - Sebaiknya dilakukan di semua tempat program dilaksanakan, tetapi
kadang-kadang dana yang tersedia tidak mencukupi. Oleh sebab itu, harus ditetapkan dimana
evaluasi akan dilakukan. Berdasarkan aspek dan indikator yang telah ditetapkan kita juga dapat
menetapkan kapan evaluasi akan dilakukan. Jika ingin menilai pelaksanaan program maka evaluasi
harus dilakukan selama program sedang berlangsung. Apakah hanya akan dilakukan sekali penilaian
atau penilaian akan dilakukan secara berkala, misalnya setiap 6 bulan atau setiap tahun.
6. Melakukan pengukuran evaluasi dengan Instrumen pengumpulan data - Pada tahap ini
dikembangkan instrumen yang akan digunakan untuk menilai aspek yang telah ditetapkan pada
tujuan dan indikator evaluasi.
7. Melakukan analisis dan interpretasi data - Setelah data yang akan dievaluasi terkumpul, dilakukan
analisis. Pada tahap ini yang dilakukan oleh evaluator adalah membandingkan antara hasil dengan
standar evaluasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Buat interpretasi dan selanjutnya ditarik
kesimpulan bagaimana pelaksanaan program promosi kesehatan dan dampaknya terhadap
pengetahuan, sikap, praktek maupun status kesehatan sasaran program. Agar data yang
dikumpulkan valid dan reliabel maka pengumpulan data harus dilakukan oleh pengumpul data yang
telah dilatih dulu sebelumnya dan disupervisi oleh supervisor yang terlatih.

6.5 Pre Test Praktikum 6

a. Sebutkan langkah-langkah dalam pembuatan SAP!

1. Menetapkan tujuan.
2. Penentuan sasaran.
3. Menyusun materi / isi penyuluhan.
4. Memilih metoda yang tepat.
5. Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan.
6. Penentuan kriteria evaluasi.
7. Pelaksanaan penyuluhan.
8. Penilaian hasil penyuluhan.

b. Sebutkan susunan isi perencanaan yang dibuat/ rancangan SAP (Satuan Acara Penyuluhan/Promosi
Kesehatan)!

7.5 Pre Test Praktikum 7

a. Hal-hal apa saja yang kalian persiapkan sebelum diadakannya penyuluhan!

Untuk tahapan penyusunan programa penyuluhan dimulai dari perumusan keadaan, penetapan tujuan,
penetapan masalah, penetapan rencana kegiatan, dan pengesahan programa.

8.5 Pre Test Praktikum 8

a. Hal-hal apa saja yang kalian siapkan sebelum diadakannya penyuluhan!

1. Menetapkan tujuan
2. Penentuan sasaran
3. Menyusun materi / isi penyuluhan
4. Memilih metoda yang tepat
5. Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan
6. Penentuan kriteria evaluasi.

9.5 Pre Test Praktikum 9

a. Apa yang kalian persiapkan sebelum diadakannya penyuluhan kesehatan?

1. Mengkaji data kebutuhan kesehatan masyarakat, Data yang telah selesai diolah kemudian harus
disajikan.
2. Menetapkan prioritas masalah kesehatan masyarakat.
3. Memprioritaskan masalah terlebih dahulu melalui penyuluhan kesehatan masyarakat.
4. Menyusun perencanaan penyuluhan.

10.5 Pre Test Praktikum 10

a. Apa yang kalian ketahui tentang Theory of Planned Behavior?

Planned behavior theory adalah peningkatan dari reasoned action theory. Reasoned action theory
memiliki bukti-bukti ilmiah bahwa niat untuk melaksanakan perbuatan tertentu diakibatkan oleh dua
alasan, yaitu norma subjektif dan sikap terhadap perilaku.
11.5 Pre Test Praktikum 11

a. Apa yang kalian ketahui tentang Self Efficacy dan Social Cognitive Theory?

Salah satu variable yang ada dalam teori kognitif sosial ini adalah self-efficacy. Self-efficacy merupakan
persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Self-efficacy
juga merupakan perasaan optimis mengenai diri kita yang berkemampuan dan efektif.

12.5 Pre Test Praktikum 12

a. Apa yang kalian ketahui tentang The Health Belief Model?

Health Belief Model (HBM) atau model kepercayaan kesehatan adalah sebuah model yang menjelaskan
pertimbangan individu sebelum individu berperilaku sehat dan memiliki fungsi sebagai upaya
pencegahan terhadap penyakit.

13.5 Pre Test Praktikum 13

a. Apa yang kalian ketahui tentang The Health Promotion Model?

Health Promotion Model (HPM) merupakan suatu model promosi kesehatan yang dapat digunakan pada
seluruh rentang usia

14.5 Pre Test Praktikum 14

a. Apa yang kalian ketahui tentang The Health Promotion Model?

Health Promotion Model (HPM) merupakan suatu model promosi kesehatan yang dapat digunakan pada
seluruh rentang usia

Anda mungkin juga menyukai