Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENGETAHUAN KEBENCANAAN

“Perkembangan teknologi Stasiun Pasang Surut di Indonesia dan hubungannya dengan


bencana Tsunami”

Diajukan untuk memenuhi tugas


Mata kuliah Pengetahuan Kebencanaan

Dosen Pengampu:
Danis S Singawilastra, S.T., M.T.

Disusun Oleh :

Alke Lofke Azkia 4122.3.19.13.0002


Rizal Ahmad Ibrahim 4122.3.19.13.0003
Januar Riyadhpriatna H 4122.3.19.13.0004
Romano Matius Danang Eko 4122.3.21.13.0017
S.W
Yunita Fawzyah 4122.3.21.13.0018

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK, PERENCANAAN DAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
BANDUNG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Tujuan .............................................................................................................................. 1

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2

2.1 Pengertian Pasang Surut .................................................................................................. 2

2.2 Teori Pasang Surut ........................................................................................................... 2

2.3 Faktor-Faktor Pasang Surut ............................................................................................. 3

2.4 Tipe-Tipe Pasang Surut.................................................................................................... 3

2.5 Pengaruh Pasang Surut Terhadap Aktivitas Manusia ...................................................... 4

BAB 3 KESIMPULAN ............................................................................................................ 5

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama dan yang paling utama puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Perkembangan teknologi Stasiun Pasang Surut di Indonesia dan hubungannya dengan
bencana Tsunami” dengan tepat waktu.

Makalah “Perkembangan teknologi Stasiun Pasang Surut di Indonesia dan hubungannya


dengan bencana Tsunami” disusun guna memenuhi tugas, Bapak Danis S Singawilastra, S.T.,
M.T. pada mata kuliah Pengetahuan Kebencanaan di Fakultas Teknik, Perencanaan, dan
Arsitektur Universitas Winaya Mukti, Bandung. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menjadi wawasan dan menambah referensi bacaan bagi para pembaca mengenai
Perkembangan teknologi Stasiun Pasang Surut di Indonesia dan hubungannya dengan bencana
Tsunami.

Penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada, Bapak Danis S


Singawilastra, S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah Pengetahuan Kebencanaan, karena atas
ilmu dan bimbingannya penulis dapat menyusun makalah yang jauh dari kata sempurna ini.
Tugas yang telah diberikan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Bandung, 04 Juli 2022

Kelompok 2 Pengetahuan Kebencanaan

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu
Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa
sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran
tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir
daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi.

Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut
dari Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang kompleks
dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan
tersebut membentuk pola pasang surut yang beragam. Di Selat Malaka pasang surut setengah
harian (semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan
pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang
surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan
tipe ganda yang menonjol. Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut
Jawa. Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar
3,80. Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut bertipe
tunggal. Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6
meter. Di Laut Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali di Selat madura
yang mencapai 3 meter. Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua (Diposaptono,
2007).

1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui definisi pasang surut.
2. Mengetahui teori pasang surut.
3. Mengetahui faktor-faktor pasang surut.
4. Mengetahui tipe-tipe pasang surut.
5. Mengetahui pengaruh pasang surut terhadap aktifitas manusia.

1
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pasang Surut

Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya
muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan
bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut
merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang
diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi
terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.

2.2 Teori Pasang Surut

a. Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)


Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727).
Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang
seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan.
Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan
pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem
bumi matahari.
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas
yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau
GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori
ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya
pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada
dua lokasi (Gross, 1987).
b. Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih
diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik
periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-
konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan
luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali
dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan
sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya

2
pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding
dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain
yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut
adalah:
• Kedalaman perairan dan luas perairan
• Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
• Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah
arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di
belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi
semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua
kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.

2.3 Faktor-Faktor Pasang Surut

Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah:


a) Kedalaman perairan dan luas perairan
b) Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
c) Gesekan dasar

2.4 Tipe-Tipe Pasang Surut

a) Pasut semi diurnal atau pasut harian ganda (dua kali pasang dan dua kali surut dalam 24
jam), Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. misalnya di perairan selat Malaka.
b) Pasut diurnal atau pasut harian tunggal (satu kali pasang dan satu kali surut dalam 24 jam),
Periode pasangsurut adalah 24 jam 50 menit, misalnya di sekitar selat Karimata
c) Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal) terhadap
merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang
dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini
terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai utara jawa barat
d) Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh
beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung
pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni.
Pasang surut memiliki banyak pengaruh bagi kehidupan yang ada di bumi terutama
didaerah yang di pengaruhi oleh arus pasang surut, baik organime laut maupun manusia

3
manusia. Pasang surut memiliki pengaruh yang cukup besar bagi aktivitas manusia, karena
manfaatnya yang banyak.

2.5 Pengaruh Pasang Surut Terhadap Aktivitas Manusia

Pengaruh pasang surut dengan manusia sangatlah banyak dan erat dapat kita lihat dari
segi manfaatnya.

• Pembuatan garam
Sebagai mana kita ketahui garam merupakan suatu kebutuhan dapur yang sangat
penting selain itu garam juga bisa dimanfaat kan sebagai pupuk untuk tanaman . Dengan
memanfaatkan pasang surut air laut seseorang dapat menbuat garam dengan cara
tertentu. Yang nantinya bisa di manfaatkan untuk semua orang.
• Persawahan pasang surut
Persawahan pasang surut merupakan persawahan yang di pengaruhi oleh air pasang dan
surut. Ketika air pasang biasanya digunakan untuk memasukan air ke lahan persawahan
supaya struktur tanah di sawa tersebut tidak kering meskipun pada saat musim kemarau.
• Sarana berlabuhnya kapal di dermaga yang dangkal
Air pasang yang tinggi atau besar bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang membawa
kapal besar untuk berlabuh di daerah (dermaga) yang dangkal, yang biasany tidak
terjangkau oleh kapalnya Karena daerah tersebut cukup dangkal untu kapalnya.
• Pembangkit listrik tenaga pasang surut (PLTPs) penggerak generator listrik
Kekuatan arus pasang surut tertentu bisa menjadi sumber tenaga pembangkit listrik
yang bisa di manfaatkan oleh kalangan banyak.
• Sarana transportasi
Pemanfaatan perairan laut sebagai sarana transportasi sudah dikenal sejak jaman nenek
moyang dulu. Mereka memanfaatkan sarana transportasi laut untuk kepentingan pindah
tempat (mencari tempat tinggal baru), ekonomi dan lain-lain.

4
BAB 3 KESIMPULAN

Pasang surut laut adalah glombang yang di bangkitkan oleh interaksi antara laut
matahari dan bulan. Secara fisik pasang surut adalah proses naik turunya permukaan air.

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil
dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut
ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
matahari
Pasang surut merupakan suatu fenomena yang sanggat berpengaruh bagi aktifitas
manusia, karena manfatnya yang begitu banyak, seperti Pembuatan garam, Persawahan Pasang
Surut, saran berlabuhnya kapal di dermaga yang dangkal, Pembangkit Listrik Tenaga Pasang
Surut (PLTPs) Penggerak Generator Listrik dan sebagai tranportasi dan masi banyak yang
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai