Perkembangan Teknologi Stasiun Pasang Surut Di Indonesia Dan Hubungannya Dengan Bencana Tsunami
Perkembangan Teknologi Stasiun Pasang Surut Di Indonesia Dan Hubungannya Dengan Bencana Tsunami
Dosen Pengampu:
Danis S Singawilastra, S.T., M.T.
Disusun Oleh :
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama dan yang paling utama puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Perkembangan teknologi Stasiun Pasang Surut di Indonesia dan hubungannya dengan
bencana Tsunami” dengan tepat waktu.
ii
BAB I PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu
Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa
sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran
tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir
daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi.
Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut
dari Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang kompleks
dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan
tersebut membentuk pola pasang surut yang beragam. Di Selat Malaka pasang surut setengah
harian (semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan
pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang
surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan
tipe ganda yang menonjol. Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut
Jawa. Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar
3,80. Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut bertipe
tunggal. Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6
meter. Di Laut Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali di Selat madura
yang mencapai 3 meter. Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua (Diposaptono,
2007).
1.2 Tujuan
1
BAB 2 PEMBAHASAN
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya
muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan
bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut
merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang
diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi
terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
2
pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding
dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain
yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut
adalah:
• Kedalaman perairan dan luas perairan
• Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
• Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah
arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di
belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi
semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua
kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
a) Pasut semi diurnal atau pasut harian ganda (dua kali pasang dan dua kali surut dalam 24
jam), Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. misalnya di perairan selat Malaka.
b) Pasut diurnal atau pasut harian tunggal (satu kali pasang dan satu kali surut dalam 24 jam),
Periode pasangsurut adalah 24 jam 50 menit, misalnya di sekitar selat Karimata
c) Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal) terhadap
merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang
dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini
terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai utara jawa barat
d) Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh
beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung
pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni.
Pasang surut memiliki banyak pengaruh bagi kehidupan yang ada di bumi terutama
didaerah yang di pengaruhi oleh arus pasang surut, baik organime laut maupun manusia
3
manusia. Pasang surut memiliki pengaruh yang cukup besar bagi aktivitas manusia, karena
manfaatnya yang banyak.
Pengaruh pasang surut dengan manusia sangatlah banyak dan erat dapat kita lihat dari
segi manfaatnya.
• Pembuatan garam
Sebagai mana kita ketahui garam merupakan suatu kebutuhan dapur yang sangat
penting selain itu garam juga bisa dimanfaat kan sebagai pupuk untuk tanaman . Dengan
memanfaatkan pasang surut air laut seseorang dapat menbuat garam dengan cara
tertentu. Yang nantinya bisa di manfaatkan untuk semua orang.
• Persawahan pasang surut
Persawahan pasang surut merupakan persawahan yang di pengaruhi oleh air pasang dan
surut. Ketika air pasang biasanya digunakan untuk memasukan air ke lahan persawahan
supaya struktur tanah di sawa tersebut tidak kering meskipun pada saat musim kemarau.
• Sarana berlabuhnya kapal di dermaga yang dangkal
Air pasang yang tinggi atau besar bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang membawa
kapal besar untuk berlabuh di daerah (dermaga) yang dangkal, yang biasany tidak
terjangkau oleh kapalnya Karena daerah tersebut cukup dangkal untu kapalnya.
• Pembangkit listrik tenaga pasang surut (PLTPs) penggerak generator listrik
Kekuatan arus pasang surut tertentu bisa menjadi sumber tenaga pembangkit listrik
yang bisa di manfaatkan oleh kalangan banyak.
• Sarana transportasi
Pemanfaatan perairan laut sebagai sarana transportasi sudah dikenal sejak jaman nenek
moyang dulu. Mereka memanfaatkan sarana transportasi laut untuk kepentingan pindah
tempat (mencari tempat tinggal baru), ekonomi dan lain-lain.
4
BAB 3 KESIMPULAN
Pasang surut laut adalah glombang yang di bangkitkan oleh interaksi antara laut
matahari dan bulan. Secara fisik pasang surut adalah proses naik turunya permukaan air.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil
dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut
ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
matahari
Pasang surut merupakan suatu fenomena yang sanggat berpengaruh bagi aktifitas
manusia, karena manfatnya yang begitu banyak, seperti Pembuatan garam, Persawahan Pasang
Surut, saran berlabuhnya kapal di dermaga yang dangkal, Pembangkit Listrik Tenaga Pasang
Surut (PLTPs) Penggerak Generator Listrik dan sebagai tranportasi dan masi banyak yang
lainnya.