Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN BULLYING

DI SDN O3 ALAI PADANG 2023

Disusun Oleh
Kelompok 2:

Rima Surya Ramadani, S.Kep

Feby Andea Pricilia, S.Kep

Zhelda Reinaldi, S.Kep

Raziman Parnandes, S.Kep

Dina Aprilidilla, S.Kep

Doni Indra, S.Kep

Umar Ali Chan, S.Kep

Radialdi, S.Kep

Febriansyah, S.Kep

Riva Dalpit, S.Kep

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PADANG TAHUN 2023


LEMBARAN PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN BULLYING

DI SDN O3 ALAI PADANG 2023

PEMBIMBING AKADEMIK

Ns. Jumilia, M.Kep

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PADANG

TAHUN 2023
PROPOSAL

PENYULUHAN KESEHATAN

A. Latar Belakang
Bullying merupakan istilah yang menggambarkan beberapa tindakan atau sebuah
perilaku agresif seseorang atau sekelompok orang. Bullying merupakan segala bentuk
penindasan atau kekerasan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang yang lebih
kuat atau berkuasa dengan sengaja terhadap orang lain, yang memiliki tujuan untuk
menyakiti dan dilakukan dengan secara terus menerus. Bullying juga sering disamakan
dengan konflik atau sebuah perselisihan biasa antara dua orang. Padahal antara konflik
dengan bullying adalah sesuatu hal yang sangat berbeda dan tidak bisa disamakan.
Bullying merupakan suatu bentuk kekerasan di mana seseorang mengintimidasi
seseorang atau sekelompok orang secara psikologis atau fisik, dan orang atau sekelompok
orang itu lebih lemah dan dia pikir dia atau mereka memiliki kemampuan untuk
melakukan apa pun terhadap korban. Korban juga menganggap dirinya lemah, tidak
berdaya dan selalu merasa terancam. Kini, bullying adalah istilah yang sangat tidak asing
lagi bagi warga Indonesia. Bullying merupakan tindakan menggunakan kekuasaan untuk
menyakiti seorang atai sekelompok orang secara verbal, fisik, dan psikologis, membuat
korbannya merasa frustrasi, kaget, dan tidak berdaya. Pengganggu sering juga disebut
sebagai pengganggu 2 menggunakan terminologi. Penindas tidak mengenal jenis kelamin
atau usia. Bahkan, bullying sering terjadi di sekolah dan dilakukan oleh remaja. 1 Pada
era globalisasi saat ini, masyarakat dihadapkan dengan perkembangan teknologi yang
semakin canggih, dan kemajuan teknologi pada era globalisasi saat ini mengubah pola
hidup masyarakat dari lokal menuju global. Teknologi sangat memudahkan,
menguntungkan, dan bermanfaat untuk masyarakat. Kecanggihan teknologi melalui
internet juga memudahkan orang untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa harus
berkomunikasi secara tatap muka tanpa batasan geografis. Apalagi saat ini masyarakat
sudah mengetahui banyak tentang media sosial. Media sosial memiliki banyak pengaruh,
bahkan juga mengalihkan media konvensional lain. Dengan menggunakan media social,
misalnya Instagram, Twitter, Facebook, dan lain sebagainya, masyarakat dengan sangat
mudah bisa mendapatkan bermacam-macam informasi. Bahkan akses untuk melihat
berita sekarang juga sudah bisa dijangkau menggunakan media sosial. Media sosial juga
banyak digunakan oleh masyarakat untuk mencari suatu informasi, mencari kawan, atau
membangun self-image seseorang. Dari media social yang sangat luas jangkauannya,
perlu diketahui bahwa media sosial juga bisa berdampak yang negatif bagi masyarakat
apabila tidak digunakan dengan bijak. Banyak dari remaja yang menjadi korban bullying
lebih beresiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental
di sekitar lingkungan sekolah, atau bahkan penurunan semangat untuk belajar dan
prestasi akademis.
Sekalipun bullying telah menjadi sebuah masalah selama berabad-
abad, bullying tidak menerima perhatian penelitian signifikan sampai tahun 1970-an
(Olweus, 1978). Profesor Dan Olweus adalah ilmuwan pertama yang memfokuskan diri
pada topik tersebut dan mengkontribusikan data ilmiahnya pada literatur bullying.
Banyak penelitian Olweus menjelaskan mengapa beberapa anak melakukan bullying dan
mengapa beberapa lainnya menjadi korban bullying. Bukan itu saja, Olweus juga
menunjukkan bahwa bullying di sekolah dapat direduksi secara signifikan. Hal ini
merupakan pencapaian yang sangat penting. Hasil studi dari Olweus mengesankan
banyak peneliti sosial di dunia. Sebelum abad ke -20 berakhir, ratusan studi serupa telah
dilakukan di banyak negara. Buku, artikel, website, video dan CD mulai bermunculan
dengan maksud untuk menjelaskan apa saja yang perlu kita lakukan untuk mereduksi
bahkan menghentikan bullying di sekolah

B. Tujuan
TUJUAN INSTRUKSI UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan kepada peserta bisa memahami
tentang cara mengatasi dan mampu memahami apa perannya dalam pencegahan
terjadinya bullying di sekolah.
TUJUAN INSTRUKSI KHUSUS
Setelah mengikut penyuluhan ini diharapkan pasien dan keluarga dapat :
a. Menyebutkan pengertian kekerasan/bullying
b. Menyebutkan factor penyebab bullying
c. Menyebutkan jenis bullying/kekerasan
d. Menuyebutkaan dampak akibat bullyinng
e. Menyebutkan cara menangani bullying yang terjadi di sekolah

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Pokok Pembahasan : Mengenal Bullying di sekolah
f. Sub Topik :Penanganan dan Sikap Anak atas Bullying di
Lingkungan Sekolah
g. Sasaran dan Target : Anak usia sekolah dan lingkungan sekolah
3. Metode : Ceramah, Tanya jawab.
4. Waktu dan tempat : 3o Menit, SDN 03 Alai Padang
5. Hari/ Tanggal : senin / 17 juli 2023
6. Pengorganisasian dan Fungsinya
1) Moderator : Zhelda Reinaldi, S.Kep
: Membuka acara, menutup acara, memperkenalkan
anggota penyuluh, membuat kontrak, mengatur
jalannya acara
2) Presenter : Dina Aprilidia, S.Kep
: Memberi materi, menjawab pertanyaan
3) Observer : Feby andea pricilia S.Kep
: Mengamati dan menilai jalannya proses
penyuluhan dan melaporkan kelebihan dan
kekurangan dari proses penyuluhan
4) Fasilitator : Rima Surya Ramadani, S.Kep
Umar Ali Chan, S.Kep
Raziman Parnandes, S.Kep
Radialdi, S.Kep
Riva Dalpit, S.Kep
Doni Indra, S.Kep
Febriansyah, S.Kep
Tugas : Memfasilitasi peserta selama proses
Penyuluhan
7. Setting Tempat
LAYAR

Ket :

: Observer

: Fasilitator

: Penyaji : audince
: Moderator
8. Kegiatan Proses Penyuluhan (KPP)

No. WAKTU Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 5’ Pembukaan :
1. Salam terapeutik - Menjawab salam
2. Perkenalan mahasiswa dan - Mendengarkan
pembimbing - Mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan menjawab
4. Menjelaskan kontrak waktu, dan - Memperhatikan
bahasa dan mendengarkan

2. 20 Pelaksanaan : - Tanya jawab


A. Pemberian materi penyuluhan - Menjawab
1. Mengeeksplorasi kemampuan - Mendengarkan
audiens tentang konsep bullying
2. Memberikan respon positif
kepada audiens yang
berpartisipasi
3. Menjelaskan konsep bullying
5. Memberikan respon positif
6. Menjelaskan penyebab
terjadinya bullying di sekolaah
7. Menjelaskan jenis tindakann
bullying dan dampak akibat
bullyng
8. Menjelaskaan cara menanngani
bullyying yanng terjadi dii
sekolah
9. Memberikan respon positif

B. Proses Tanya jawab


1. Memberikan kesempatan
pada audien untuk bertanya
2. Memberikan reinforcement

Penutup :
1. Menyimpulkan materi bersama
audien
2. Melakukan evaluasi
3. 5’ 3. Menutup dan memberi salam - Mendengarkan
- Menjawab salam

TOTA 30 menit
L

9. Materi Terlampir
10. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Kesiapan Materi
b. Kesiapan media : laptop, power point, leaflet
c. Peserta hadir ditempat penyuluhan
d. Penyelenggaraan kelompok dilaksanakan diruang kelas 6 sdn 03 alai

2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan penyuluhan dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
b. Audien mendengarkan dengan seksasama pemateri
c. Audien antusias mendengarkan terhadap materi
d. Audien mengajukan pertanyaan
e. Suasana terapi kelompok konduksif
f. Audien mengikuti kegiatan samapai selesai

3. Evaluasi hasil

a. Audien yang hadir dalam kegiatan penyuluhan 95% dari keseluruhan yang
diundang.
b. Dari 95% audiens yang hadir mengerti/memahami tentang :
1) 95% peserta memahami konsep bullying
2) 95% peserta memahami penyebab terjadinya bullying
3) 95% peserta mengerti tipe-tipe buullying
4) 95% peserta mengerti cara menangani bullying yanng terjadi di sekolah

LAMPIRAN MATERI

1. Definisi Bullying
Bullying (arti harfiahnya: penindasan) adalah perilaku seseorang atau sekelompok
orang secara berulang yang memanfaatkan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan
menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara fisik. Menurut Merriam-Webster
Online Dictionary, bullying adalah “a blustering rowbeating person; especially one who
is habitually cruel to others who are weaker.” Melakukan bullying berarti to
“treat someone abusively or to affect them by means of force or coercion.”. Center for
Children and Families in the Justice System mendefinisikan bullying sebagai , “repeated
and systematic harassment and attacks on others.” Bullying bisa terjadi dalam
berbagai format dan bentuk tingkah laku yang berbeda-beda. Di antara format dan bentuk
tersebut adalah; nama panggilan yang tidak disukai, terasing, penyebaran isu yang tidak
benar, pengucilan, kekerasan fisik, dan penyerangan (mendorong, memukul, dan
menendang), intimidasi, pencurian uang atau barang lainnya, bisa berbasis suku, agama,
gender, dan lain-lain.
Bullying merupakan suatu bentuk ekspresi, aksi bahkan perilaku kekerasan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi pengertian bullying sebagai
“kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan seseorang atau
kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi di
mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang atau membuat orang
tertekan, trauma atau depresi dan tidak berdaya.”Bullying biasanya dilakukan berulang
sebagai suatu ancaman, atau paksaan dari seseorang atau kelompok terhadap seseorang
atau kelompok lain. Bila dilakukan terus menerus akan menimbulkan trauma, ketakutan,
kecemasan, dan depresi. Kejadian tersebut sangat mungkin berlangsung pada pihak yang
setara, namun, sering terjadi pada pihak yang tidak berimbang secara kekuatan maupun
kekuasaan. Salah satu pihak dalam situasi tidak mampu mempertahankan diri atau tidak
berdaya. Korban bullyingbiasanya memang telah diposisikan sebagai
target. Bullying sering kita temui pada hubungan sosial yang bersifat subordinat antara
senior dan junior.
2.       Jenis-Jenis Bullying
a.      Bullying secara verbal,
berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan (baik yang bersifat
pribadi maupun rasial), pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan
seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar,
kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip dan lain sebagainya. Dari ketiga
jenis bullying, bullyingdalam bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah
dilakukan, kerap menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi
langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih jauh.
b. Bullying secara fisik
termasuk jenis ini ialah memukuli, mencekik, menyikut, meninju, menendang,
menggigit, emiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang
menyakitkan, merusak serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas.
Kendati bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi,
namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Anak
yang secara teratur melakukan bullying dalam bentuk ini kerap merupakan anak yang
paling bermasalah dan cenderung beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih
lanjut.
c. Bullying secara relasional (pengabaian)
digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau bahkan untuk
merusak hubungan persahabatan.  Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang
tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, bahu yang
bergidik, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang kasar. Bullying secara relasional
mencapai puncak kekuatannya di awal masa remaja, saat terjadi perubahan-perubahan
fisik, mental, emosional dan seksual. Ini adalah saat ketika remaja mencoba untuk
mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya.
d. Bullying elektronik
merupakan bentuk dari perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui sarana
elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS
dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan,
animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti
atau menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang
telah memiliki pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan media
elektronik lainnya.

3.      Faktor Penyebab Perilaku Bullying antar Pelajar


Banyak sekali faktor penyebab mengapa seseorang berbuat bullying. Pada umumnya
orang melakukann bullying karena merasa tertekan, terancam,terhina, dendam dan sebagainya.
Berikut faktor-faktor yang menyebabkan perilaku bullying antar pelajar :

1. faktor keluarga

Pelaku  bullying  bisa jadi menerima perlakuan bullying pada dirinya, yang


mungkin dilakukan oleh seseorang di dalam keluarga. Anak-anak yang tumbuh dalam
keluarga yang agresif dan berlaku kasar akan meniru kebiasaan tersebut
dalam kesehariannya. Kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan orangtua kepada anak
akan menjadi contoh perilaku. Hal ini akan diperparah dengan kurangnya kehangatan
kasih sayang dan tiadanya dukungan dan pengarahan membuat anak memiliki
kesempatan untuk menjadi seorang pelaku bullying. Sebuah studi membuktikan bahwa
perilaku agresif meningkat pada anak yang menyaksikan kekerasan yang dilakukan sang
ayah terhadap ibunya.

2. faktor kepribadian
Salah satu faktor terbesar penyebab anak melakukan bullying adalah tempramen.
Tempramen adalah karakterisktik atau kebiasaan yang terbentuk dari respon
emosional. Hal ini mengarah pada perkembangan tingkah laku personalitas dan sosial
anak. Seseorang yang aktif dan impulsif lebih mungkin untuk
berlaku bullying dibandingkan orang yang pasif atau pemalu.
Beberapa anak pelaku bullying sebagai jalan untuk mendapatkan popularitas,
perhatian, atau memperoleh barang-barang yang diinginkannya. Biasanya mereka takut
jika tindakan bullying menimpa diri mereka sehingga mereka mendahului
berlaku bullying pada orang lain untuk membentuk citra sebagai pemberani. Meskipun
beberapa pelaku bullying merasa tidak suka dengan perbuatan mereka, mereka tidak
sungguh-sungguh menyadari akibat perbuatan mereka terhadap orang lain.
3. faktor sekolah
Tingkat pengawasan di sekolah menentukan seberapa banyak dan
seringnya terjadi peristiwa bullying. Sebagaimana rendahnya tingkat pengawasan di
rumah, rendahnya pengawasan di sekolah berkaitan erat dengan berkembangnya perlaku
bullying  di kalangan siswa. Pentingnya pengawasan dilakukan terutama di tempat
bermain dan lapangan, karena biasanya di kedua tempat tersebut perilaku  bullying  kerap
dilakukan. Penanganan yang tepat dari guru atau pengawas terhadap
peristiwa bullying adalah hal yang penting karena perilaku bullying  yang tidak
ditangani dengan baik akan meyebabkan kemungkinan perilaku itu terulang.
Beberapa factor yang dapat menyebabkan munculnya perilaku kekerasan, yaitu:

a. Dendam
Perlakuan Kekerasan menjadi sakit hati/terhina, kemudian marah dan akhirnya muncul
perilaku kekerasan
b. Stabilitas emosi yang rendah
Berasal dari tekanan emosi/stress, kemudian tidak mampu menolerir, hilang kendali
(emosi labil)
c. Cara mendidik anak
Oranf tua yang otoriter, mendidik dengan menggunakan cara kekerasan (aturan yang
kaku), pelanggaran akan dihadapi orang tua dengan hukuman keras
d. Tradisi
Tradisi, yang dirasakan sebagai keharusan untuk dilaksanakan. Hal ini biasanya muncul
pada intuisi tertentu yang mewajibkan adanya kekerasan. Seperti Ospek di sekolah,
cenderung mengeksplorasi ketakutan pada siswa baru melalui hukuman atau acara-acara
yang keras
e. Modelling
Diperoleh dari media massa, seperti adegan kekerasan di televisi, cerita silat, dan games
action.
Contoh dari media menjadi model yang paling cepat ditiru oleh individu karena kemajuan
teknologi memudahkan akses terhadap media-media ini

4.      Dampak yang Timbul dari Tindakan Bullying antar Pelajar di Sekolah.

1. Gangguan Kesehatan Fisik

Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala,


sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bahkan dalam kasus-
kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi di IPDN, dampak fisik ini bisa
mengakibatkan kematian.

2. Menurunnya Kesejahteraan Psikologis


   

Dampak lain yang kurang terlihat, namun berefek jangka panjang adalah
menurunnya kesejahteraan psikologis (psychological well-being) dan penyesuaian sosial
yang buruk. Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga muncul pada
para korban. Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan
kalaupun mereka masih berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu prestasi
akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah. Yang paling ekstrim dari dampak
psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada
korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh
diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder).

5.      Upaya untuk Mengatasi Bullying Di Sekolah


Upaya mencegah dan mengatasi bullying di sekolah bisa dimulai dengan:

1. Menciptakan Budaya Sekolah yang Beratmosfer Belajar yang Baik.

Menciptakan budaya sekolah yang beratmosfer belajar tanpa rasa takut, melalui
pendidikan karakter, menciptakan kebijakan pencegahan bullying di sekolah dengan
melibatkan siswa, menciptakan sekolah model penerapan sistem anti-bullying, serta
membangun kesadaran tentang bullying dan pencegahannya kepada stakeholders sampai
ke tingkat rumah tangga dan tempat tinggal

2. Menata Lingkungan Sekolah Dengan Baik.


    

Menata lingkungan sekolah dengan baik, asri dan hijau sehingga anak didik
merasa nyaman juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan akan membantu
untuk pencegahan bullying.
3. Dukungan Sekolah terhadap Kegiatan Positif Siswa.
Sekolah sebaiknya mendukung kelompok-kelompok kegiatan agar diikuti oleh
seluruh siswa. Selanjutnya sekolah menyediakan akses pengaduan atau forum dialog
antara siswa dan sekolah, atau orang tua dan sekolah, dan membangun aturan sekolah dan
sanksi yang jelas terhadap tindakan bullying.

Ratiyono mengemukakan dua strategi untuk mengatasi bullying yakni strategi umum dan khusus.

1. Strategi umum

Mennciptkaann kultur sekolah yang sehat. Ratiyono mendeskripsikan kultur


sekolah sebagai pola nilai-nilai, norma, sikap, ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang
dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah dilaksanakan oleh warga
sekolah secara bersama baik oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa
sebagai dasar dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul.

2. strategi khusus

mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menyebabkan terjadinya


tindakan bullying di lingkungan sekolah, aktifkan semua komponen secara proporsional
sesuai perannya dalam menanggulangi perilaku bullying, susun program aksi
penanggulangan bullying berdasarkan analisis menyeluruh dan melakukan evaluasi dan
pemantauan secara periodik dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai