Anda di halaman 1dari 211

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang tidak dapat
dilepaskan dari dunia komunikasi, mulai dari bangun tidur
hingga akan tidur kembali. Sebelum berangkat kerja atau
sekolah, berbagai kegiatan komunikasi mereka lakukan,
seperti mendengarkan radio atau musik dalam format CD
(Compact Disc) atau DVD (Digital Versatile Disc), menonton
acara televisi, membaca koran, tabloid, atau majalah, atau
bercengkrama dengan anggota keluarga.
Kegiatan komunikasi yang dilakukan dapat
menggunakan berbagai media informasi yang ada, baik media
komunikasi nonelektronik/konvensional maupun media
komunikasi elektronik. Media komunikasi elektronik antara
lain adalah penggunaan bahasa lisan, bahasa isyarat/tubuh,
dan aneka media komunikasi yang menggunakan kertas.
Sedangkan media elektronik antara lain adalah media audio-
visual (televisi), interkom, internet, telepon biasa,
videoconference, dan telepon seluler. Dalam dunia agribisnis
yang berskala kecil, menengah,maupun besar, orang-orang
yang berkecimpung di dalamnya tidak dapat terlepas dari
kegiatan komunikasi. Oleh karena itu, bagi mereka
komunikasi merupakan faktor yang sangat penting demi
pencapaian tujuan suatu organisasi. Mereka dapat
menggunakan berbagai media komunikasi yang ada, baik
yang konvensional, maupun yang elektronik sebagai sarana
penyampaian pesan-pesan agribisnis.
2

Seorang pimpinan suatu organisasi atau agribisnis


dapat memberikan perintah kerja atau tugas kepada
bawahannya secara lisan maupun tertulis . Pembuatan pesan-
pesan agribisnis tersebut merupakan kegiatan rutin yang
dilakukan dalam dunia agribisnis . Dalam Komunikasi
Agribisnis dibahas mengenai pentingnya komunikasi di dalam
dunia agribisnis , meliputi komunikasi verbal dan nonverbal,
proses komunikasi, sebab-sebab timbulnya kesalahpahaman
dalam komunikasi serta cara-cara memperbaiki atau
meningkatkan komunikasi.
Istilah komunikasi itu sendiri sesungguhnya berasal dari
bahasa Inggris communication, dari bahasa latin
communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi
milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing
diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi
tersebut. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman
yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah
tujuan yang diinginkan oleh keduanya.
Ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang
bersifat multidisipliner, tidak bisa menghindari perspektif
dari beberapa ahli yang tertarik pada kajian komunikasi,
sehingga definisi dan pengertian komunikasi menjadi
semakin banyak dan beragam. Masing-masing mempunyai
penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama
lain, tetapi pada dasarnya saling melengkapi dan
menyempurnakan makna komunikasi sejalan dengan
perkembangan ilmu komunikasi.
Menurut Hovland, Janis & Kelley (1953) komunikasi
adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)
3

menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata)


dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-
orang lainnya (khalayak). Menurut Berelson dan Stainer
(1964) Komunikasi adalah proses penyampaian informasi,
gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan
simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-
angka dan lain-lain. Menurut Lasswell (1960) Komunikasi
pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan
siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa?
Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which
channel? To whom? With what effect?). Dengan demikian
definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses
pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan
pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara
dua atau lebih dengan tujuan tertentu.
Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, di mana
Agri=Agriculture artinya pertanian dan Business artinya
usaha atau kegiatan yang berorientasi profit. Jadi secara
sederhana Agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai
usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian
yang berorientasi profit. Pengertian agribisnis menurut
Wikipedia adalah Agribisnis adalah bisnis berbasis
usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di
sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir"
mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja
pada rantai sektor pangan (food supply chain). Agribisnis
mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan
mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan,
hingga tahap pemasaran.
4

Pengertian Agribisnis Menurut Downey and Erickson


(1987) bahwa Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan
dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang
meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai
produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi
(agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan
kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan
berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang
kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh
kegiatan pertanian.
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai pengertian
komunikasi dan agribisnis, maka dapat disimpulkan bahwa:
Komunikasi Agribisnis adalah suatu proses pembentukan,
penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang
berkaitan dengan bisnis berbasis usaha pertanian mulai dari
aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga
tahap pemasaran. Komunikasi yang dimaksud dapat berupa
hubungan timbal balik antara sesama petani, jasa transportasi
serta para pedagang yang nantinya menjadi tujuan akhir dari
sektor usaha agribisnis tersebut.

1.2. Tantangan Kompetensi Komunikasi Agribisnis di


Masa Depan
Menurut Stephen Covey, komunikasi merupakan
keterampilan yang penting dalam hidup manusia. Unsur yang
paling penting dalam berkomunikasi adalah bukan sekedar
apa yang kita tulis atau yang kita katakan, tetapi karakter kita
dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada penerima
pesan. Penerima pesan tidak hanya sekedar mendengar
5

kalimat yang disampaikan tetapi juga membaca dan menilai


sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi yang efektif
adalah karakter kokoh yang dibangun dari fondasi etika serta
integritas pribadi yang kuat. Tidak peduli seberapa
berbakatnya seseorang, betapapun unggulnya sebuah tim
atau seberapapun kuatnya kasus hukum, keberhasilan tidak
akan diperoleh tanpa penguasaan keterampilan komunikasi
yang efektif. Keterampilan melakukan komunikasi yang
efektif akan berperan besar dalam mendukung pencapaian
tujuan dari seluruh aktivitas. Untuk dapat melakukan
komunikasi yang efektif, maka kemampuan untuk
mengirimkan pesan atau informasi yang baik, kemampuan
untuk menjadi pendengar yang baik, serta keterampilan
menggunakan berbagai media atau alat audio visual
merupakan bagian yang sangat penting. Komunikasi
seringkali terganggu atau bahkan dapat menjadi buntu sama
sekali. Faktor hambatan yang biasanya terjadi dalam proses
komunikasi, dapat dibagi dalam 3 jenis sebagai berikut :
1. Hambatan Teknis
Hambatan jenis ini timbul karena lingkungan yang
memberikan dampak pencegahan terhadap kelancaran
pengiriman dan penerimaan pesan. Dari sisi teknologi,
keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi, akan
semakin berkurang dengan adanya temuan baru di bidang
teknologi komunikasi dan sistim informasi, sehingga saluran
komunikasi dalam media komunikasi dapat diandalkan serta
lebih efisien.
Beberapa faktor yang meyebabkan terjadinya
hambatan teknis, yaitu:
6

a) Kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam


proses komunikasi
b) Penguasaan teknik dan metode berkomunikasi yang
tidak sesuai
c) Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya proses
komunikasi yang dibagi menjadi kondisi fisik manusia,
kondisi fisik yang berhubungan dengan waktu atau
situasi/ keadaan, dan kondisi peralatan (Wursanto,
2005)
2. Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses
penyampaian pengertian atau idea secara efektif. Definisi
semantik adalah studi atas pengertian, yang diungkapkan
lewat bahasa. Suatu pesan yang kurang jelas, akan tetap
menjadi tidak jelas bagaimanapun baiknya transmisi. Untuk
menghindari mis-komunikasi semacam ini, seorang
komunikator harus memilih kata-kata yang tepat dan sesuai
dengan karakteristik komunikannya, serta melihat dan
mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda
terhadap kata-kata yang digunakannya.
Menurut Onong Uchjana Efendy dalam buku dinamika
komunikasi (2009:14) Sering kali salah ucap disebabkan
komunikator berbicara terlalu cepat sehingga ketika pikiran
dan perasaan belum mantap terformulasikan, kata-kata sudah
terlanjur dilontarkan. Maksudnya akan mengatakan “kedelai”
yang terlontar “kedelai”. Gangguan semantis kadang-kadang
disebabkan pula oleh aspek antropologis, yakni kata-kata
yang sama bunyinya dan tulisannya, tetapi memiliki makna
yang berbeda.
7

3. Hambatan Manusiawi
Hambatan jenis ini muncul dari masalah-masalah
pribadi yang dihadapi oleh orang - orang yang terlibat dalam
komunikasi, baik komunikator maupun komunikan.
Hambatan perilaku tampak dalam berbagai bentuk,
seperti :
a) Pandangan yang sifatnya apriori
b) Prasangka yang didasarkan pada emosi
c) Suasana otoriter
d) Ketidakmauan untuk berubah
e) Sifat yang egosentris
1.2.1. Kebutuhan Informasi Pada Komunikasi Agribisnis
Sistem Agribisnis umunya dibagi menjadi lima
subsistem, yaitu subsistem penyedia sarana produksi,
usahatani atau kegiatan on-farm (produksi primer),
pengolahan (produksi sekunder), jasa dan pengolahan
(produksi tersier), dan sisi permintaan pasar atau konsumen,
baik luar maupun dalam negeri. Kelima subsitem agribisnis
ini adalah yang dinamakan sistem pelaku agribisnis, karena
merupakan pembagian subsistem berdasarkan peranan
pelakunya dalam membentuk keseluruhan sistem.
Setiap subsistem agribisnis didukung oleh berbagai
pihak yang terlibat di dalamnya. Subsistem penyedia sarana
produksi diperankan oleh para penangkar dan penghasil
benih/bibit, serta para produsen pupuk, obat-obatan
pertanian. Subsistem produksi primer diperankan seluruhnya
oleh para petani. Subsistem pengolahan terdiri dari para
pelaku agroindustri baik industri kecil, sedang, sampai
dengan yang tingkat perusahaan multi nasional. Subsistem
8

jasa dan pemasaran diperankan oleh para pedagang dan


bandar, kemudian distributor sampai dengan para pengecer
dan kios. Sedangkan, subsistem terakhir (hilir) terdiri dari
para konsumen produk pertanian, baik berupa hasil segar
maupun olahan di dalam dan luar negeri.
Adanya komunikasi dan koordinasi yang baik antar
subsistem agribisnis sangatlah penting dalam menunjang
keberhasilan pengembangan agribisnis. Tidak berjalannya
koordinasi antar subsistem bisa menjadi titik rawan dan
simpul-simpul lemah bagi keseluruhan sistem. Dalam hal ini,
ketersediaan informasi sangat besar peranannya dalam
mendukung komunikasi dan koordinasi antar subsistem yang
lancar. Di negara maju, untuk menjamin lancarnya informasi
dan terjadinya koordinasi yang baik antar subsistem
seringkali dilakukan integrasi vertikal dimana beberapa
subsistem yang dirasakan memiliki potensi penyebab
terjadinya biaya transaksi tinggi akhirnya seringkali diakuisisi
kedalam sebuah perusahan korporasi agribisnis yang besar.
Di Indonesia, idealnya jembatan komunikasi antar subsistem
ini dikembangkan dalam bentuk kemitraan yang setara antar
pelaku agribisnis yang memiliki kompetensi berbeda
sehingga akhirnya bisa terbentuk suatu sistem koordinasi
vertikal yang efektif dan efisien. Perbedaan antara integrasi
vertikal dengan koordinasi vertikal adalah dalam hal
kepemilikan. Terjadinya integrasi vertikal akan mendukung
tumbuhnya pelaku agribisnis yang besar. Sedangkan
koordinasi vertikal akan memberikan lebih banyak
kesempatan pada pelaku-pelaku agribisnis yang kecil
9

termasuk para petani untuk tetap berperan dalam


keseluruhan sistem agribisnis.
1.2.2 Permasalahan Yang Dihadapi Dan Kemungkinan
Solusi
Konsep ideal sistem agribisnis dalam penerapannya
dilapangan banyak sekali memperoleh permasalahan dan
hambatan. Menteri Pertanian RI, Prof Dr.Bungaran Saragih,
adalah salah seorang pemikir dan pendekar dari pemikiran
agribisnis di Indonesia. Tapi pada kenyataannya setelah tiga
tahun beliau menjadi menteri, permasalahan yang dihadapi
petani dan para pelaku agribisnis lainnya masih tetap kurang
lebih sama dengan sebelumnya. Hal ini memperlihatkan
betapa tidak sederhananya membangun pertanian, berbeda
dengan membangun industri, karena sangat banyaknya
pelaku yang terlibat dan kompleksnya permasalahan yang
dihadapi.
Masalah pertama adalah kurang berkembangnya agro
industri sehingga terlalu banyaknya produk yang dipasarkan
dalam bentuk komoditas pertanian segar, menyebabkan
terlalu dominannya peranan pasar tradisional. Dengan
demikian yang memiliki peranan dominan saat ini adalah
terpusat pada subsistem jasa dan pemasaran (produksi
tersier), utamanya untuk pemasaran masih dalam bentuk
produk segar melalui jaringan pasar induk dan pasar-pasar
tradisional. Dominasi ini menyebabkan permasalahan pada
lumpuhnya arus informasi, karena untuk melanggengkan
dominasinya pihak yang diuntungkan merasa harus juga
melakukan kontrol terhadap arus informasi.
10

Akibatnya komunikasi dan informasi hanya beredar


diantara subsistem jasa dan pemasaran, pengolahan dengan
pasar konsumen. Sementara dua subsistem lainnya yaitu
subsistem produksi (on-farm) dan penyediaan sarana
produksi menjadi terkucil dan terisolasi dari pasar
(Natawidjaja, 2001a). Informasi pasar pada petani menjadi
tidak ada artinya karena mereka terpisah dari pasar
kompetitif. Demikian pula bagi penangkar dan penyedia
benih/bibit informasi tentang produk mana yang banyak
dimita pasar menjadi tidak jelas sehingga menyulitkan
pengembangan perbenihan komoditas unggulan. Masalah ini
merupakan titik paling rawan penyebab macetnya
pengembangan agribisnis nasional, disamping juga masalah-
masalah lain yang juga semakin memperberat
Masalah kedua, sebagian besar pelaku agribisnis saat
ini bertumpuk pada susbsistem primer (on-farm) yang
diperankan oleh para petani dengan jumlah yang banyak
dengan kepemilikan lahan yang sempit, permodalan yang
lemah teknologi rendah dan informasi yang sedikit. Sehingga
walaupun jumlah pelakunya paling banyak tapi peranannya
dalam menentukan jalannya keseluruhan sistem sebetulnya
sangat kecil. Karena lemahnya informasi dari pasar, akibatnya
petani menjadi tidak terdorong untuk mengadopsi teknologi
karena tingkat insentif yang rendah dan resiko yang sangat
besar. Karena petani jumlahnya banyak dan tidak
terkoordinasi dengan baik pola penanamannya, hal ini telah
mendorong sangat berfluktuasinya harga di pasar yang
disebabkan sering terjadinya kelebihan produksi.
11

Masalah ketiga, belum jelasnya peranan sistem


koordinator dalam hal ini pemerintah, perguruan tinggi,
lembaga litbang dan lembaga keuangan pada keseluruhan
sistem agribisnis, sehingga fungsi pembina dan pemadu dari
sistem koordinator belum bisa dijalankan dengan baik. Salah
satu sebabnya adalah karena pada masa Orde Baru, peranan
pemerintah sangat dominan. Pada era tersebut pemerintah
telah menjadi komunikator berbagai pihak yang terlibat pada
sistem agribisnis dan menjadi komando dari keseluruhan
sistem agribisnis, terutama tanaman pangan. Ada dua
subsistem agribisnis yang didominasi oleh pemerintah pada
masa itu, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan
jasa pemasaran (BULOG). Pemerintah pada saat itu banyak
melakukan modifikasi dan peran antara dengan berbagai
pihak, termasuk dengan perguruan tinggi dan lembaga
keuangan. Sehingga, pada saat pemerintah menarik diri dari
peran tersebut maka seluruh sistem seakan-akan kehilang
arah dan dalam kebingungan.
Ketiga masalah diatas memperlihatkan adanya
permasalahan yang sangat mendasar pada sistem komunikasi
dan arus informasi yang menguhungkan berbagai subsistem
pelaku agribisnis dan sistem komunikasi dan arus informasi
yang menghubungkan sistem pelaku dengan sistem
koordinator. Usaha untuk mengembangkan agribisnis
nasional harus terlebih dahulu bisa mengatasi dan turut
menyelesaikan tiga permasalahan utama yang cukup berat
tersebut. Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
mewujudkan agribisnis nasional yang kuat utamanya terletak
pada titik rawan antar subsistem dan kurang menunjangnya
12

sistem koordinator dimana didalamnya terlibat pihak


pemerintah dan perguruan tinggi. Sehingga pemikiran dan
usaha untuk mencari solusi dari dukungan jaringan sistem
informasi digital untuk memperkuat koordinasi vertikal antar
subsitem agribisnis dan komunikasinya dengan sistem
koordinator adalah merupakan tantangan bagi Indonesian
Digital Library Network (IDLN) dalam keikutsertaannya
mewujudkan masyarakat mandiri berbasis informasi agar
bisa dinikmati juga oleh masyarakat pertanian yang sebagian
besar tinggal di pelosok pedesaan, paling tidak dalam bentuk
riil tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Pada saat aktivitas kegiatan pertanian ini diusahakan
dengan jumlah produksi yang melebihi dari kebutuhan
penduduk suatu daerah atau negara, maka perhatian tidak
saja harus ditujukan kepada bagaimana memproduksinya,
tapi juga sudah harus diperhitungkan keterkaitannya dengan
aktivitas-aktivitas lain yang menunjang seperti penyediaan
kebutuhan input, pemanenan, penyimpanan, pengolahan,
serta pemasaran hasilnya. Jadi tidak lagi hanya
memperhatikan sisi produksinya saja, tapi juga pemikiran
bagaimana mengusahakannya sebagai suatu bisnis yang bisa
memberikan kemakmuran pada petani dan masyarakat
secara umum. Karena agribisnis adalah suatu sistem, maka
didalamnya banyak sekali terkait faktor-faktor dan pihak-
pihak yang sangat berperan terhadap keberhasilan
pengembangannya. Disinilah peranan sistem informasi
menjadi sangat penting, karena merupakan penghubung dan
penyelaras berbagai komponen dari sistem tersebut agar
terjadi komunikasi dan koordinasi yang efektif dan efisien.
13

1.2.3 Konsep Dasar Komunikasi Agribisnis


Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia.
Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan
satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah
tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau
di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak
akan terlibat dalam konunikasi. Pentingnya komunikasi bagi
manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi
suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu
organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan
begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya
komunikasi organisasi dapat macet dan berantakan. Misalnya
bila dalan suatu sekolah kepala sekolah tidak memberi
informasi kepada guru-guru mengenai kapan sekolah dimulai
sesudah libur semester dan apa bidang studi yang harus
diajarkan oleh masing-masing guru, maka besar
kemungkinannya guru tidak dating mengajar. Akibatnya,
murid-murid tidak belajar. Hal ini menjadikan sekolah tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Dari contoh itu kelihatan,
bahwa dengan kelupaan memberi informasi saja sudah
memberikan efek yang lebih besar bagi sekolah. Karena
pentingnya komunikasi dalam organisasi maka perlu menjadi
perhatian pengelola agar dapat membantu dalam
pelaksanaan tugasnya. Komunikasi yang efektif adalah
penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para
pemimpin organisasi dan para komunikator dalam organisasi
perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan
komunikasi mereka. Untuk memahami komunikasi ini dengan
14

mudah, perlu terlebih dahulu mengetahui konsep-konsep


dasar komunikasi.
Ada empat tujuan atau motif komunikasi agribisnis
yang perlu dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak
perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka
yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan
dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak.
Keempat tujuan tersebut adalah :
a. Menemukan salah satu tujuan utama komunikasi agribisnis
menyangkut penemuan diri (personal discovery) Bila anda
berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri
sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataannya,
persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan dari apa yang
telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama
komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan
antarpribadi. Dengan berbicara tentang diri kita sendiri
dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang
berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita.
Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa
perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan
orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita merasa
“normal.” Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri
adalah melalui proses perbandingan sosial, melalui
perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai,
dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita
mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara
membanding diri kita dengan orang lain. Dengan
berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri
kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi,
15

komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan


dunia luar dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia
lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media
komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hiburan,
olahraga, perang, pembangunan ekonomi, masalah kesehatan
dan gizi, serta produk-produk baru yang dapat dibeli. Banyak
yang kita peroleh dari media ini berinteraksi dengan yang kita
peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan
banyak informasi dari media, mendiskusikannya dengan
orang lain, dan akhirnya mempelajari atau menyerap bahan-
bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini.
b. Untuk berhubungan, Salah satu motivasi kita yang paling kuat
adalah berhubungan dengan orang lain (membina dan
memelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa
dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai
dan menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu
dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara
hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di
sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda
berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak, dan saudara
anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja.
c. Untuk meyakinkan, Media masa ada sebagian besar untuk
meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita.
Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang
diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai produk.
Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai
konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui
media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan
merancang pesan-pesan itu—bekerja di suatu surat kabar,
16

menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan,


pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan
dengan komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak
waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai
sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan
antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan
perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka
melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli
produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil
mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau
benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan
sebagainya.
d. Untuk bermain, Kita menggunakan banyak perilaku
komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita
mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film
sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari
perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang
lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru,
dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik). Adakalanya
hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini
merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain
sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.

1.3 Pemahaman tentang Komunikasi Agribisnis


Pada dasarnya setiap orang dapat berkomunikasi satu
sama lain karena manusia selain makhluk individu juga
sekaligus makhluk social yang memiliki kebutuhan untuk
berkomunikasi dengan sesamanya. Namun tidak semua orang
dapat secara terampil mampu berkomunikasi, oleh karena itu
17

perlu dikenali berbagai cara penyampaian informasi dalam


berkomunikasi. Menurut cara penyampaian informasi dapat
dibedakan menjadi : (1) Komunikasi Lisan, yakni komunikasi
yang terjadi secara langsung dan tidak dibatasi oleh jarak,
dimana dua belah pihak dapat bertatap muka, misalnya dialog
dua orang dan komunikasi yang terjadi secara tidak langsung
karena dibatasi oleh jarak, misalnya komunikasi lewat
telepon dan sebagainya. (2) Komunikasi Tertulis, yaitu
komunikasi dalam bentuk Naskah, yang biasanya
dipergunakan untuk menyampaikan berita yang bersifat
kompleks serta gambar dan foto karena tidak dapat
dilukiskan dengan kata-kata atau kalimat.
Menurut keberlangsungannya, Komunikasi dapat
dikelompokkan menjadi Komunikasi Langsung yakni proses
komunikasi dilaksanakan secara langsung tanpa bantuan
perantara orang ketiga ataupun media komunikasi yang ada
dan tidak dibatasi oleh jarak dan Komunikas Tidak Langsung
yakni Proses komunikasinya dilaksanakan dengan bantuan
pihak ketiga atau bantuan alat-alat atau media komunikasi.
Sedangkan komunikasi menurut perilaku dapat dibedakan
menjadi (1). Komunikasi Formal, yaitu Komunikasi yang
terjadi diantara organisasi / perusahaan yang tata caranya
telah diatur dalam struktur organisasinya, misalnya rapat
kerja perusahaan, konferensi, seminar dan sebagainya. (2)
Komunikasi Informal, yaitu Komunikasi yang terjadi dala
suatu organisasi atau perusahaan yang tidak ditentukan
dalam struktur organisasi dan tidak mendapat pengakuan
resmi yang mungkin tidak berpengaruh terhadap
kepentingan organisasi atau perusahaan, misalnya kabar
18

burung, desas-desus, dan senagainya dan (3). Komunikasi


Nonformal yaitu Komunikasi yang terjadi antara komunikasi
yang bersifat formal dan informal, yaitu komunikasi yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan organisasi
atau perusahaan dengan kegiatan yang bersifat pribadi
anggota organisasi atau perusahaan tersebut, misalnya rapat
tentang ulang tahun perusahaan, dan sebagainya.
Komunikasi dalam dunia agribisnis merupakan salah
satu factor penting bagi pencapain tujuan suatu organisasi.
Akan tetapi, sering kali orang mengabikan arti pentingnya
komunikasi dalam dunia agribisnis. Secara garis besar, ada
dua kelompok komunikasi yang paling mendasar yaitu
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi
verbal berkaitan dengan komunikasi yang dilaukan secara
tertulis maupun lisan, misalnya dalam bentuk laporan, surat
memo, dan rapat kerja. Sedangkan komunikasi nonverbal
merupakan komunikasi yang tidak dilakukan secara tertulis
atau lisan, seperti menggunakan bahasa isyarat (body
language), symbol, seragam, ekspresi wajah, lamabng (logo)
perusahaan, jarak saat berbicara dan warna.
Dalam kaitannya dengan proses komunikasi, ada lima
tahapan yang peru diperhatikan : adanya ide atau gagasan,
mengubah ide ke dalam suatu pesan, penyampaian pesan,
menerima pesan, menafsirkan pesan, dan memberikan
respons dan umpan balik (feedback). Dalam komunikasi
sering muncul kesalahpahaman dalam mengembangkan
pesan, dalam menyampaikan pesan, dalam menerima pesan,
maupun dalam menafsirkan suatu pesan. Kesalahpahaman
dalam berkomunikasi dapat diatasi dengan memperhatikan
19

persepsi lawan bicara, ketepatan penyampaiannya,


kredibilitas pengirim pesan , dan kemampuan mengendalikan
pesan.
1.3.1. Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu
bentuk komunikasi yang dilakukan antara individu yang satu
dengan individu yang lain baik yang terjadi dalam suatu
masyarakat umum maupun dalam suatu organisasi agribisnis
maupun nonagribisnis. Namun, dalam hal ini komunikasi
antar pribadi lebih difokuskan pada komunikasi yang ada
dalam suatu organisasi agribisnis maupun nonagribisnis yaitu
antara manjer dengan karyawan atau pegawai. Komunikasi
antarpribadi memiliki bermacam-macam tujuan, antara lain :
unutk menyampaikan informasi, berbagai pengalaman,
melakukan kerja sama, memotivasi, menumbuhkan simpati,
dan melampiaskan kekecewaan dan kekesalan kepada orang
lain.
Dalam komunikasi antarpribadi suatu organisasi
agribisnis maupun nonagribisnis tidak dapat dilepaskan
dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang
manejer. Ada berbagi macam gaya kepemimpinan yang dapat
diterapkan dalam suatu organisasi, antara lain : Teori X dan Y
yang dikemukakan oleh Doughlas McGregor, directinge,
coaching, supporting dan delegating, yang dikemukakan oleh
Luwdlow dan Panton, dan gaya kepemimpinan situasional
yang dikemukakan Harsey dan Blanchard.
Dalam komunikasi antarpribadi juga perlu dipahami
tentang bagaimana kebutuhan hidup manusia yang
melakukan interaksi antarpribadi tersebut. Sebagaimana
20

diketahui bahwa kebutuhan manusia sangatlah bervariasi.


Untuk memahami bagaimana kebutuhan hidup manusia yang
sangat beragam tersebut, maka muncullah berbagi penelitian
yang dilakukan oleh para ahli sehingga mengahasilkan suatu
teori, misalnya terori tentang hierarki kebutuhan yang
dikemukakan oleh Abraham Maslow, Terdiri Dua-Faktor yang
dikemukakan oleh Herzberg. Ketika Komunikasi antar Pribadi
terjadi, maka mendengarkan memiliki peran yang sangat
penting bagi tercapainya suatu pemahaman yang benar dalam
suatu percakapan dengan orang lain. Mendengarkan dalam
hal ini merupakan kegiatan medengar secara aktif dan
dinamis yang memerlukan suatu konsentrasi secara penuh
dan utuh tanpa diinterupsi adanya gangguan dalam
berkomunikasi.
1.3.2. Komunikasi dalam suatu Organisasi
Komunikasi yang merupakan keterkaitan antara
individu-individu dengan organisasi, mempunyai peranan
yang cukup penting bagi berjalannya fungsi-fungsi
komunikasi dalam suatu organisasi. Seorang manager yang
dinamis harus memiliki tiga peran penting., yaitu : peran
antarpribadi, peran informasional, dan peran pengambil
keputusan. Peran antarpribadi mencangkup peran
monitoring, peran penyebar, dan peran juru bicara.
Sementara itu peran keputusan mencangkup peran
wirausaha, peran pengalokasi sumber daya, dan peran
negosiator.
Beberapa kegiatan organisasional yang ada dalam
suatu organisasi mencakup penentuan tujuan, pengambilan
keputusan, pengukuran hasil kerja, pengembangan staf,
21

keterkaitan dengan konsumen, negosiasi dengan pemasok,


menghasilkan produk, dan interaksi dengan peraturan yang
ada.
Untuk melakukan komunikasi secara efektif, perlu
adanya pemilihan pola komunikasi baik melalui saluran
komunikas formal dan nonformal. Saluran komunikasi formal
dapat dilakukan dengan tiga bentuk komunikasi, yaitu
komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, komunikasi
horizontal/lateral, dan komunikasi diagonal. Apabila dalam
komunikasi formal, saluran komunikasinya didasarkan pada
posisi kedudukan atau jabatan yang telah diatur sesuai
dengan jenjang hierarkinya, dalam komunikasi informal
semua informasi tidak lagi diatur menurut jenjang
hierarkinya tetapi luwes/leluasa.
Tanpa melihat di mana Anda berkerja atau apa yang
Anda lakukan, komunikasi akan memunyai peranan yang
sangat penting bagi kemajuan karier Anda. Dengan
melakukan penelaahan terhadap apa yang menajdi kekuatan
dan kelemahan yang Anda miliki, menentukan yang realistic,
dan melakukan latihan berbagai bentuk komunikasi, Anda
akan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi Anda.
1.3.3 Komunikasi Lintas Budaya
Semakin pesatnya perkembangan terknologi
informasi dan komunikasi telah memberikan peluang untuk
berkomunikasi dengan seseorang yang berbicara dengan
bahasa dan budaya yang berbeda. Pengembangan
keterampilan komunikasi agribisnis lintas budaya menjadi
semakin penting artinya, mengingat kecendrungan dunia
agribisnis yang semakin mengglobal.
22

Terdapat tiga tingkatan, yaitu : Formal, Informal, dan


Teknis. Kendala utama dalam komunikasi lintas budaya
adalah perbedaan budaya dan masalah bahasa. Perbedaan
budaya sering kali menjadi komunikas tidak efektif.
Perbedaan budaya dapat ditunjukkan dalam nilai-nilai sosial,
ide status, kebiasaan pengambilan keputusan, sikap terhadap
waktu, pengaturan jarak bicara, konteks budaya, bahasa
tubuh, adat-istiadat, perilaku hokum dan etika.
Seseorang dapat mempelajari budaya tertentu dengan
cara membaca buku-buku artikel, berbicara dengan orang
yang menjadi bagian dari suatu buadaya, mengunjungi suatu
Negara, belajar bahasanya, belajar sejarah budaya suatu
Negara, agama, politik, nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan oleh masyarakat suatu Negara.

1.4. Proses Penulisan Pesan-Pesan dalam Komunikasi


Agribisnis
1.4.1 Perencaan Pesan Agribisnis
Proses penyususnan pesan-pesan agribisnis terdiri
dari tiga hal, yaitu perencaan, komposisi, dan revisi. Dalam
melakukan perencaan , maksud / tujuan penyampaian
agribisnis harus ditentukan terlebih dahulu baik secara
umum maupun khusus. Di samping itu, dalam tahap
perencanaan, analisis audiens yang mencangkup
pengembangan profil audiens, pemenuhan kebutuhan
informasi audiens, dan pemenuhan kebutuhan motivasional
audiens juga perlu dilakukan.
Langkah lain dalam proses perencaan pesan-pesan
agribisnis adalah menentukan ide pokoknya. Ide pokok
23

meruapakan rangkuman dari pesan-pesan yang disampaikan.


Dengan mendefinisikan ide pokok, akan diperoleh arahan
atau petunjuk tentang apa yang harus dilakukan. Untuk
menemukan ide pokok ada beberapa teknik yang dapat
digunakan, diantaranya story teller’s tour , random list, CFR
worksheet, journalistic appoarch, dan question and answer
chain.
1.4.2. Pengorganisasian Pesan-Pesan Agribisnis
Dalam suatu pesan agribisnis yang diorganisasi
dengan baik, semua informasi penting dan maksud atau
tujuan penulisan pesan-pesan agribisnis dinyatakan secara
jelas. Disamping itu, ide-ide juga dihasilkan secara logis.
Organisasi yang baik penting karena hal itu membuat pesan-
pesan yang disampaikan menjadi lebih efektif dan
memudahkan atau menyerderhanakan pekerjaan
komunikator.
Pengorganisasian suatu pesan memerlukan
pengempokan ide-ide secara tepat. Ada dua pendekatan
organisasinal yang cukup mendasar yaitu pendekatan
langsung dan pendekatan tidak langsung. Dengan pendekatan
langsung, ide pokok ditempatkan pada bagian terdahulu,
kemudian baru diikuti bukti-bukti pendukungnya; sedangkan
dalam pendekatan tidak langsung, bukti-bukti pendukung
ditempatkan terdahulu, kemudian diikuti dengan ide
pokoknya.
Pendekatan langsung sangat baik diterapkan bagi
orang-orang yang sangat tertarik atau senang terhadap
pesan-pesan yang akan disampaikan. Sementara itu,
pendekatan tidak langsung tepat untuk orang-orang yang
24

bersikap skeptic atau tidak senang terhadap pesan-pesan


yang disampaikan.
1.4.3. Revisi Pesan-Pesan Agribisnis
Revisi merupakan langkah terkahir dalam
mengembangkan pesan-pesan agribisnis secara efektif. Setiap
pesan agribisnis perlu diedit baik menyangkut masalah isi
dan pengorganisasiaanya, gaya penyampaianya, maupun
format penulisannya. Gaya penulisan yang efektif dimulai
dengan pemilihan kata yang tepat. Dalam memilih kata perlu
diperhatikan antara lain memilih kata yang sudah familier /
sudah dikenal secara umum, singkat , dan hindarkan kata
yang memiliki pengertian gAnda.
Penulisan pesan-pesan agribisnis yang paling efektif
akan mencangkup keseimbangan pemilihan terhadap ketiga
jenis kalimat yaitu kalimat sederhana, majemuk, dan
kompleks. Kalimat-kalimat yang sangat singkat dan
menggunakan kalimat aktif akan mempermudah audiens
Anda dalam memahami maksud dan tujuan suatu pesan-
pesan agribisnis.
Dalam mengembangkan suatu paragraph dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain dengan
menggunakan ilustrasi, perbandingan, pembahasan mengenai
sebab-akibat, melakukan kalsifikasi (pengelompokan), dan
pembahasan mengenai pemecahan masalah (problem
solving). Pusatkan perhatian pada ide tunggal, dan usahakan
untuk setiap paragraph singkat saja.
1.4.4. Komunikasi melalui Surat
Maksud Direct request adalah untuk mendapatkan
suatu respon dari para pembaca dengan menjawab
25

pertanyaan , emngirim barang atau jasa, atau sutatu tindakan


yang lain. Meskipun berasumsi bahwa respons pembaca
adalah menyenangkan, Anda perlu meyakinkan diri Anda
dengan para pembaca dengan cara-cara yang menyenangkan
pula. Permintaan terhadap suatu informasi dapat berasal dari
dalam maupun dari luar suatu organisasi.
Surat-Surat direct Request dapat digunakan untuk
berbagi macam aplikasi, seperti melakukan pesanan barang
atau jasa (orders) , surat pengaduan agribisnis, surat
reservasi, meminta informasi penting terhadap suatu produk
baru, mengajukan klaim, dan adjustment , dan pemohonan
kredit.
Untuk mempermudah tugas-tugas pembaca, Anda
sebaiknya memulai dengan permintaaan (request)apa yang
Anda kehendaki dan memberikan penjelasan yang lebih rinci
yang akan dapat membantu pembaca melakukan apa yang
dihendaki secara benar dan tepat. Apabila Anda meminta
beberapa barang yang berbeda, maka lebih baik beri masing-
masing barang tersebut untuk lebih memudahkan pembaca
memberikan jawaban atau tanggapanya. Suatu suratdirect
request dapat ditutup dengan ucapan terima kasih, suatu
tindakan khusus dan indikasi batas waktu (deadline) suatu
pengiriman.
1.4.5. Penulisan Permintaan Pesan-Pesan Rutin dan
Positif
Strategi penulisan untuk permintaan rutin, pesan-
pesan good news , serta goodwill pada umumnya
menggunakan pendekatan langsung (direct approach), yang
memnungkinkan para pembaca secara langsung dapat
26

mengetahui apa maksud penyampain suatu pesan. Hal ini


berbeda dengan pesan-pesan agribisnis yang mempunyai
dampak yang kurang baik bagi pembacanya.
Pendekatan langsung yang digunakan dalam
penulisan permintaan rutin dan pesan-pesan positif lainnya
mencangkup tiga hal, yaitu kemukakan ide pokok pada bagian
awal, diikuti dengan penjelasan yang lebih rinci di bagian
pertengahan , dan diakhiri dengan salam penutup yang berisi
pernyataan keramahan dan tindakan khusus yang
diharapkan.
Disamping memiliki keunggulan seperti langsung
pada pokok bahasan dan menghemat waktu, pendekatan
langsung juga memiliki kelemahan seperti factor kebiasaan,
dalam arti bahwa sebagian penyampaian pesan merasa tidak
terbiasa dengan pendekatan langsung.
Dalam menjawab surat permintaan informasi yang
memiliki potensi penjualan, ada tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu berikan respon secepatnya, berikan
dukungan terhadap penjualan, dan berikan kesan yang positif
terhadap perusahaan Anda. Selain menangani berbagai
permintaan informasi, suat perusahaan sering kali menangani
berbagai permintaan kredit rutin, baik yang berkaitan dengan
memberikan persetujuan kredit maupun pemberian referensi
kredit bagi yang membutuhkannya.
Bentuk informasi positif yang lain adalah meberikan
surat rekomendasi kepada orang lain. Surat rekomendasi ini
bersifat rahasia sehingga yang meminta surat rekomendasi
tidak boleh tahu tentang isi surat tersebut. Oleh karena itu,
27

surat rekomendasi biasanya langsung dikirim ke organisasi /


lembaga yang meminta rekomendasi tersebut.

1.4.6. Penulisan Bad News


Maksud dari pesan-pesan Bad News adalah untuk
menyampaikan informasi yang kurang menyenangkan
dengan tetap menjaga atau memperhatikan bagaimana
dampaknya bagi audiens Anda. Sebagai contoh : berita duka
cita, pemutusan hubungan kerja (PHK), penurunan jabatan,
penolakan kredit, kegagaln ujian, penolakan lamaran kerja,
dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan tersebut, Anda harus
mempertimbangkan bagaimana pAndangan audiens. Bahkan,
kalau memungkinkan Anda dapat menjelaskan bagaimana
pesan-pesan bed news tetap memberikan manfaat bagi
audiens Anda.
Secara umu pendekatan organisasional yang banyak
diterapkan untuk pesan-pesan bad news adalah indirect
approach, yang dimulai dengan suatu pembuka yang bersifat
netral, kemudian diikuti dengan suatu alas an yang
mendukung pernyataan bad news, dan diakhiri dengan kata
penutup yang memiliki dampak positif bagi audiens Anda.
Pendekatan organisasional lainnya adalah direcr approach,
yang digunakan terutama untuk penyampaian pesan-pesan
bad-news yang mempunyai dampat emosional yang sangat
kecil terhadap audiens, yang dimulai dengan pernyataan bad
news, diikuti dengan alasan yang jelas dan diakhiri dengan
kata penutup yang positif.
1.4.7. Penulisan Pesan Pesan yang Persuasif
28

Dalam mengembangkan pesan pesan persuasive


secara efektif perlu diperhatikan lima komponen penting
yaitu (1) mementukan kredibilitas Anda, (2) menyiapkan
kerangka argumentasi, (3) menggunakan daya pemikat atas
dasar logika dan emosional, (4) memperkuat posisi Anda
dengan menggunakan bahasa yang baik dan bukti yang jelas.
Untuk memperkuat kredibilitas Anda dalam
menyampaikan pesan-pesan persuasif, beberapa cara dapat
dilakukan, diantarnya adalah : memebrikan dukungan
terhadap penyataan Anda dengan fakta dan sumber-sumber
lainnya; menjelaskan tujuan Anda secara jeals; menunjukkan
sikap hormat; dan menunjukkan sikap percaya kepada pihak
lain.
Dalam penyampaian pesan pesan secara persuasive,
rencana organisasional yang dapat digunakan adalah dengan
menerapka prinsip AIDA (Attention, Interest, Desire, Action).
Untuk membuka suatu dialog, lontarkan pertanyaan yang
menarik pembaca dengan fakta, penjelasan lebih rinci, dan
tambahan informasi yang bermanfaat bagi pembaca.
Berikutnya Anda perlu meningkatkan hasrat pembaca dengan
memberikan bukti-bukti yang lebih banyak dan manfaat bagi
pembaca. Yang terakhir, Anda dapat mengambil kesimpulan
dengan memotivasi pembaca agar bersedia mengambil
tindakan yang lebih spesifik, dengan menekankan hasil positif
suatu tindakan, dan dengan memberikan kemudahan bagi
pembaca dalam merespons.
Untuk meperkuat posisi Anda dalam menyampaikan
pesan-pesan persuasif, Anda dapat menggunakan semantic,
29

metafora, anekdot, bahasa yang sederhana dan mudah


dipahami, dan fakta yang mampu memperkuat posisi Anda.
Ada beberapa kunci dalam menyampaikan
pengaduan, permintaan, atau penyesuaian yang baik secara
persuasive yaitu 1) mengemukakan semua fakta dengan lebih
rinci, logis, dan menarik pembaca, 2) mengekspresiakan
perasaan Anda dengan tenang, 3) memfokuskan pada manfaat
atas problem-solusi, dan 4) memberikan pernytaan
permintaan suatu tindakan secara spesifik dan beralasan.

1.5. Peran Korespondensi dalam Komunikasi Agribisnis


Korespondensi agribisnis merupakan suatu kegiatan
korespondensi yang dilakukan dalam dunia agribisnis, baik
dalam bentuk surat, memo, agenda, proposal, maupun
laporan agribisnis. Surat merupakan sarana komunikasi
tertulis yang disampaikan oleh suatu pihak kepada pihak lain
dengan menggunakan media tertentu. Salah satu hal yang
membedakan surat biasa dengan surat agribisnis adalah
tujuan penulisannya. Surat agribisnis berorientasi pada
kegiatan agribisnis maupun gaya bahasa yang digunakannya.
Dalam perkebangannya, seorang dapat menulis dan
mengirimkan surat dengan secarik kertas maupun secara
elektronik. Di samping itu, pengrimiman surat secara
elektronik dapat dilakukan dengan menggunakan telepon
seluler untuk varian tertentu maupun dengan menggunakan
computer yang sudah dilengkapi dengan modem. Melalui
surat, seorang dapat menyampaikan informasi penting
kepada orang lain, sebagai alat bukti tertulis, alat untuk
30

mengingat-ingat, alat bukti historis, dan untuk pedoman


kerja.
Surat dapat dikelompokkan berdasarkan wujudnya,
pemakaiannya, sifat, jumlah sasaran yang dituju, urgensinya,
dan tujuannya. Bagian bagian penting dalam surat biasanya
mencangkup kepala surat, tanggal, nomor, lampiran, hal,
alamt yang dituju, salam pembuka, paragraph pembuka,
paragraf isi, paragraf penutup, salam penutup, tAnda tangan,
nama terang, tembusan dan inisial. Bentuk surat dapat
dibedakan menjadi (a) bentuk lurus penuh, (b) bentuk
setengah lurus, (c) bentuk lurus, (d) bentuk bertakuk, (e)
bentuk paragraph menggantung, (f) bentuk Amerika, dan (g)
bentuk Inggris.
Bagaimana dengan bahasa surat? Secara umum,
bahasa yang digunakan dalam dunia korespondensi
mencangkup tiga hal, yaitu (a) pemilihan kata-kata yang
sudah dikenal, (b) pemilihan kata-kata yang cermat, dan (c)
pemilihan kata-kata bermakna jelas dan dihindari yang
bermakna lebih dari satu.
Di era yang sudah semakin modern ini, ternyata sering terjadi
adaanya kesalahan dalam komunikasi agribisnis, seperti
contohnya penulisan tanda baca, tentu berakibat sangat fatal.
Bayangkan jika kita memesan produk berjumlah 1.000
(seribu) unit dan kita menuliskannya dengan kebiasaan kita,
maka pihak luar akan mengira kita hanya memesan satu unit
saja. Karena secara lazim, mereka menulis seribu dengan cara
1,000 yang artinya 1 unit.
Semua ini terjadi karena suatu hal yang mungkin kerap kita
anggap sepele, komunikasi! Apalagi bagi kita yang, merasa
31

usaha kita hanyalah usaha kecil, rasanya tidak perlu berbasa-


basi dengan pelanggan yang notabene kerap kali kita kenal.
Banyak sekali kita menemukan pengertian komunikasi dalam
suatu literatur atau catatan ilmiah, secara umum. Beberapa
diantaranya menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu
proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi
dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi yang tepat
sendiri tidak akan terjadi jika penyampainya tidak
menyampaikan informasi atau berita tersebut secara tepat
dan baik, sehingga penerimanya tidak menerima informasi
atau berita yang salah.
Masalah komunikasi ini adalah inherent (melekat = sangat
penting) bagi kebutuhan manusia. Tidak ada manusia yang
bisa hidup dengan baik, tanpa adanya komunikasi. Demikian
juga dalam agribisnis, komunikasi merupakan sumber
kehidupan agribisnis tersebut. Rasanya tidak ada agribisnis
yang bisa berhasil tanpa komunikasi yang baik. Mulai dari
perencanaan usaha, produksi hingga tahap akhir marketing
dan selling kepada konsumen. Itu semua memerlukan
komunikasi yang baik dan efektif. Baik dan efektif dalam
artian, komunikasi yang dilakukan sesuai dengan
kebutuhannya. Sebab cakupan komunikasi dalam dunia
agribisnis sangatlah luas, mulai dari mengkomunikasikan apa
yang akan kita buat kepada karyawan, hingga menyampaikan
produk kita kepada konsumen dalam bentuk iklan agar
mereka tertarik dan membeli produk kita.
Komunikasi agribisnis ini sendiri, harus kita lakukan baik di
dalam perusahaan dan di luar perusahaan. Di dalam
perusahaan komunikasi dengan karyawan sangat penting
32

dilakukan agar karyawan merasa menjadi bagian dari usaha


kita dan merasa yakin dengan produk yang kita hasilkan. Jika
karyawan tidak mengenal dan yakin akan produk yang kita
hasilkan, mereka akan sulit mengkomunikasikan produk kita
kepada konsumen. Bisa kita bayangkan jika karyawan kita
memilki pengetahuan terbatas akan produk-produk yang kita
produksi dan atau kita jual, apa yang akan dijelaskannya
kepada konsumen? Komunikasi di luar perusahaan atau
komunikasi eksternal, wajib juga dilakukan dalam
hubungannya dengan masyarakat, pemerintah pada
umumnya dan khususnya kepada pelanggan atau konsumen.
1.5.1. Komunikasi dengan Konsumen
Komunikasi dengan konsumen sangat penting kita bina
dan lakukan terus menerus, agar konsumen tidak lupa pada
kita dan produk yang kita hasilkan atau jual. Komunikasi
dengan konsumen ini dapat kita katakan sukses dilakukan
jika konsumen menjadi pelanggan kita dan tumbuh suatu
sikap hanya ingin berbelanja ke toko kita saja atau hanya
ingin menggunakan barang tertentu saja tanpa ingin
menggantinya dengan barang lain, yang diistilahkan sebagai ‘
Patronage Buying Motive” . Hal ini hanya dimungkinkan
apabila ada komunikasi yang baik antara kita sebagai pemilik
usaha, karyawan dan konsumen. Sehingga komunikasi yang
baik ini menimbulkan tingkat pelayan yang baik pula dari kita
karena banyaknya masukan yang bisa diperoleh dari
konsumen. Baik mengenai keinginan konsumen, barang apa
yang banyak disenangi konsumen dan tidak, layanan apa yang
mereka butuhkan dan sebagainya. Ini semua merupakan
informasi berharga bagi pengembangan usaha kita.
33

1.5.2. Komunikasi dengan Lembaga Pemerintah


Komunikasi dengan pemerintah wajib kita lakukan. Dengan
demikian, kita dapat memahami peraturan-peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah, mulai dari tingkat propinsi,
kota/ kabupaten, kecamatan hingga tingkat gampong dan
lingkungan. Hal ini sangat penting untuk menghindari
kerugian dan permasalahan dengan hukum.
Bayangkan jika telah mengeluarkan biaya yang banyak untuk
memasang kanopi atau papan nama merk usaha, ternyata hal
tersebut melanggar peraturan. Bisa jadi karena ukuran yang
tidak sesuai peraturan yang ditetapkan, posisi yang salah atau
hal lainnya. Tentu saja ini akan menimbulkan kerugian bagi
kita.
1.5.3. Komunikasi dengan Masyarakat
Harus kita ingat bahwa usaha kita tidak berdiri sendiri,
namun ada di tengah-tengah masyarakat. Karenanya penting
untuk memahami bagaimana kondisi sosial masyarakat di
sekitar usaha kita berada. Bagian dari pemahaman mengenai
kondisi masyarakat ini yang terkadang terlupakan oleh kita.
Akibatnya tidak sedikit usaha yang keberadaanya ditolak oleh
masyarakat sekitar. Berlaku toleran, berarti kita telah
membangun komunikasi sosial dengan masyarakat sekitar
sehingga memiliki pemahaman akan konteks sosial yang
berlaku. Menutup usaha pada saat ibadah Shalat Jum’at pada
wilyah yang mayoritas penduduknya beragama Islam atau di
Hari Minggu pada wilayah yang mayoritas penduduknya
Kristen, atau agama lainnya sesuai dengan wilayah tempat
usaha kita berada. Tidak melakukan usaha yang
bertentangan dengan budaya setempat dan sebagainya, ini
34

merupakan salah satu bentuk komunikasi dengan


masyarakat.
Jika kita mampu melakukan upaya komunikasi yang baik dan
tepat pada usaha kita, tidak peduli sekecil apapun usaha kita,
saya yakin usaha kita akan lebih baik dari sebelumnya.
Pepatah “Pelanggan Adalah Raja”, bukan berarti kita tunduk
kepada kemauan mereka, namun lebih kepada bagaimana kita
menghadapi mereka dengan tutur kata, gerak dan perbuatan
yang santun dan baik, sehingga mereka akan terus ingat dan
kembali kepada kita dan usaha kita.
35

BAB II
KEGIATAN KOMUNIKASI DALAM AGRIBISNIS

2.1. Pendahuluan
Di era yang sudah semakin modern ini, adanya
kesalahan komunikasi dalam agribisnis seperti contohnya
penulisan tanda baca, tentu berakibat sangat fatal. Bayangkan
jika kita memesan produk berjumlah 1.000 (seribu) unit dan
kita menuliskannya dengan kebiasaan kita, maka pihak luar
akan mengira kita hanya memesan satu unit saja. Karena
secara lazim, mereka menulis seribu dengan cara 1,000.
Semua ini terjadi karena suatu hal yang mungkin kerap kita
anggap sepele, komunikasi! Apalagi bagi kita yang, merasa
usaha kita hanyalah usaha kecil, rasanya tidak perlu berbasa-
basi dengan pelanggan yang notabene kerap kali kita kenal.
Banyak sekali kita menemukan pengertian komunikasi dalam
suatu literatur atau catatan ilmiah, secara umum. Beberapa
diantaranya menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu
proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi
dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi yang tepat
sendiri tidak akan terjadi jika penyampainya tidak
menyampaikan informasi atau berita tersebut secara tepat
dan baik, sehingga penerimanya tidak menerima informasi
atau berita yang salah.
Masalah komunikasi ini adalah inherent (melekat = sangat
penting) bagi kebutuhan manusia. Tidak ada manusia yang
bisa hidup dengan baik, tanpa adanya komunikasi. Demikian
juga dalam agribisnis, komunikasi merupakan sumber
kehidupan agribisnis tersebut. Rasanya tidak ada agribisnis
36

yang bisa berhasil tanpa komunikasi yang baik. Mulai dari


perencanaan usaha, produksi hingga tahap akhir marketing
dan selling kepada konsumen. Itu semua memerlukan
komunikasi yang baik dan efektif. Baik dan efektif dalam
artian, komunikasi yang dilakukan sesuai dengan
kebutuhannya. Sebab cakupan komunikasi dalam dunia
agribisnis sangatlah luas, mulai dari mengkomunikasikan apa
yang akan kita buat kepada karyawan, hingga menyampaikan
produk kita kepada konsumen dalam bentuk iklan agar
mereka tertarik dan membeli produk kita. Berbagai jenis
komunikasi yang dilakukan dalam berbagai kegiatan antara
lain dijelaskan berikut.
2.1.1. Penulisan Surat Lamaran Kerja
Surat Lamaran kerja merupakan pintu gerbang
pelamar kerja memasuki dunia agribisnis. Oleh karena itu,
pelamar kerja dapat menggunakan pendekatan Attention,
Interest, Desire, and Action (AIDA) dalam membuat surat
lamaran kerja. Secara garis besar surat lamaran kerja
mencangkup tiga hal, yaitu paragraf pembuka, paragraf
pertengahan, dan paragraf penutup. Paragraf pembuka lebih
menekankan bagaimana pelamar kerja dapat menarik
perhatian pembaca melalui suatu pernyataan rangkuman,
nama person, sumber publikasi, pertanyaan , dan cuplikan
berita. Paragraf pertengahan merupakan penjelasan terhadap
apa yang diminati dan sangat diharapkan oleh pembaca
seperti kualifikasi pendidikan, pengalaman kerja, dan
berbagai minat dan aktivitas. Dalam surat lamaran kerja,
paragraph penutup mencangkup suatu tindakan yaitu untuk
wawancara. Oleh karena itu, untuk mempermudah
37

pemanggilan pelamar kerja, pelamar kerja perlu


mencantumkan alamat yang lengkap yang memudahkan
organisasi yang menawarkan lowongan kerja menghubungi
pelamar kerja.
2.1.2. Penulisan Resume
Suatu Resume merupakan factual terhadap kualifikasi
Anda. Dalam resume, Anda harus menekankan pada poin-poin
penting kemampuan Anda. Suatu resume tak dapat dipisahkan
dari suatu lamaran kerja. Resume dapat digunakan untuk
mejual kemampuan yang Anda miliki bagi organisasi /
perusahaan yang memerlukannya. Persiapan resume meliputi
mengumpulan informasi penting, perencanaan resume, dan
menyusun resume. Sebagaimana dokumen tertulis yang lain,
resume harus direfleksikan suatu stAndar isi, organisasi, dan
gaya yang tinggi. Apabila terjadi kesalahan dalam pembuatan
resume, kemungkinan besar wawancara tak akan dapat
berlangsung sebagaimana yang Anda harapkan.
Resume kronologis menggunakan judul pendidikan
dan pengalaman secara berurutan, dimulai dari pendidikan
dan pengalaman yang terbaru. Resume fungsional
menggunakan fungsi-fungsi yang dapat Anda lakukan sebagai
judul-judul utamanya. Sedangkan penggabungan antara
kedua bentuk resume tersebut disebut dengan resume
kombinasi. Anda dapat memilih salah satu dari ketiga bentuk
resume mana yang lebih cocok dengan jenis pekerjaan yang
Anda pilih.
2.1.3. Wawancara Kerja
Suatu Organasasi / Perusahaan yang mengundang
anda untuk melakukakn wawancara kerja mencari pelamar
38

yang memiliki kualifikasi sesuai yang dibutuhkan.


Wawancara kerja merupakan sebagian kegiatan penting
dalam proses mencari pekerjaan, selain resume dan surat
lamaran kerja. Untuk menghadapi wawancara, perlu berbagai
perisapan muali cara berpakaian , nada suara, cara menjawab
pertanyaan, cara duduk dan sejenisnya. Jangan sampai
wawancara yang merupakana kesempatan emas yang sangat
berharga hilang begitu saja, tanpa persiapan yang matang.
Anda perlu mengenali jabatan pekerjaan dan
perusahaan melalui berbagai publikasi resmi yang diterbitkan
oleh perusahaan yang anda lamar. Pemahaman anda
mengenai pekerjaan dan perusahaan ygn anda lamar
menunjukkan seberapa besar kesungguhan anda dalam
mencari kerja. Antisipasi terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang kemungkinan akan ditanyakan dalam wawancara sangat
penting. Paling tidak, anda akan dapat mempersiapkan
berbagai kemungkinan jawaban yang dapat anda sampaikan
pada saat wawancara berlangsung. Segera setelah
wawancara berakhir, sudah selayaknya apabila anda
menyampaikan suatu penghormatan melalui surat ucapan
terimakasih, teruatama kepada pewawancara yang telah
meluangkan waktu dan tenaga untuk melakukan wawancara
dengan anda. Berikan kesan yang positif kepada
pewawancara, meskipun kemungkinana diterima sebagai
oegawai baru relatif kecil.
2.1.4. Peran Presentasi dalam Komunikasi Agribisnis
Presentasi Agribisnis bagi para staf manajer pada
semua level atau tingakatan dalam suatu perusahaan berskala
menengah dan besar merupakan hal yang biasa, baik dalam
39

kaitannya dengan masalah pemasaran, keuangan, personalia,


produksi , dan teknologi informasi. Oleh karena itu, mereka
perlu memperhatikan berbagai factor yang dapat menunjang
keberhasilan presentasi. Presentasi agribisnis, paling tidak
memiliki empat tujuan utama, yaitu menginformasikan pesan-
pesan agribisnis, menghibur audiens, menyentuh emosi
audiens, dan memotivasi audiens untuk bertindak sesuatu.
Meskipun dalam praktiknya, suatu perusahaan dapat saja
bertujuan sekedar menyampaikan pesan-pesan agribisnis
tertentu bagi audiens.
Sebelum melakukan presentasi agribisnis, perlu
dipersiapkan beberapa hal, seperti penguasaan materi yang
ingin disampaikan, pengusaan alat bantu presentasi
agribisnis, menganalisis audiens dan menganalisis lingkungan
tempat berlangsungnya presentasi agribisnis.
Alat bantu presentasi agribisnis yang ada di pasar saat
ini sangat bervariasi, mulai dari paling sederhana sampai
pada alat bantu visual elektronik dengan teknologi canggih.
Sarana pendukung dalam presentasi agribisnis diharapkan
mampu memperjelas pemahaman para audiens dalam
menangkap suatu materi dan menarik bagi audiens. Dalam
melakukan presentasi agribisnis, seorang presenter
sebaiknya perlu melakukan analisis audiens yang berkaitan
dengan apa, siapa, kapan, dan bagaimana presentasi
agribisnis itu dilakukan. Selain itu, seorang presenter juga
perlu menganalisis bahasa tubuh yang sebaiknya digunakan
dan meninjau lokasi secara sekilas. Satu hal yang tak boleh
dilupakan adalah bagaimana berupaya untuk selalu
40

menumbuhkan rasa percaya diri dan berlatih melakukan


presentasi agribisnis.
2.1.5. Negosiasi
Dalam komunikasi agribisnis, negosiasi merupakan
aktivitas yang lazim digunakan dalam mencapai suatu
kesepakatan bersama anatara kedua belah pihak. Negosiasi
memiliki berbagai pengertian yang pada dasarnya memiliki
kesamaan, yaitu bagaimana mencapai kesepakatan bersama.
Menurut Hartman, negosiasi adalah suatu proses komunikasi
antara dua pihak, yang masing-masing mempunyai tujuan dan
sudut pandang mereka sendiri, yang berusaha untuk
mencapai kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak
tersebut mengenai masalah yang sama. Menurut Oliver,
negosiasi adalah sebuah transaksi antara kedua belah pihak
yang mempunyai ha katas hasil akhir. Hal ini memerlukan
persetujuan kedua belah pihak sehingga terjadi suatu proses
yang saling memberi dan menerima sesuatu untuk mencapai
suatu kesepakatan bersama.
Sementara itu, menurut Casse, negosiasi adalah
proses yang paling sedikit melibatkan kedua belah pihak
dengan perserpsi, kebutuhan, dan motivasi yang berbeda,
yang mencoba untuk bersepakat tentang suatu hak demi
kepentingan bersama. Berdasarkan beberapa pengertian
negosiasi tersebut, dapat dikemukakan bahwa negosiasi
melibatkan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi,
mencari suatu kesepakatan kedua belah pihak, dan mencapai
tujuan yang dikehendaki bersama kedua belah pihak yang
terlibat dalam negosiasi. Ada enam tahapan penting yang
perlu diperhatikan dalam proses negosiasi, antara lain (1)
41

persiapan , (2) kontak pertama , (3) konfortasi, (4)


konsiliasi/kompromi, (5) solusi, (6)
pascanegosiasi/konsolidasi. Ada empat tipe negosiator, yaitu
negosiator curang , negosiator professional, negosiator bodoh,
dan negosiator naif.
2.1.6. Komunikasi Melalui Laporan
Berbagai macam bentuk laporan agribisnis sangat
diperlukan oleh suatu perusahaan agar kegiatan operasional
dapat berjalan secara efektif. Penggolongan laporan agribisnis
dapat dilakukan atas dasar fungsi, subjek, formalitas, keaslian,
frekuensi, penampilan, pelaksanaan proyek dan pelaksaan
pertemuan. Mereka yang memerlukan berbagai macam
bentuk laporan tersebut antara lain pelatih manajemen,
akuntan, ilmuan dan sebagainya. Untuk menyusun laporan,
berbagai macam persiapan perlu dilakukan seperti
mendefinisikan maslaah, tujuan dan cakupan, siapa yang akan
menerima laporan, ementukan ide/gagasan, mengumpulkan
bahan-bahan, menganalisis dan menafsirkan data, dan
mengorganisasi data dan menyiapkan kerangka akhir.
Secara umum, suatu laporan mencangkup tiga bagian
penting, yaitu bagian pendahuluan , teks, dan penutup. Bagian
pendahuluan, mencangkup antara lain otorisasi, tata letak,
masalah tujuam ruang lingkup, metodologi, sumber, latar
belakangm definisi istilah, keterbatasn dan penyataan singkat
atas hasil yang telah dilakukan. Adapun bagian teks
mencangkup antara lain penjelasan semua informasi penting
beserta pendukungnya. Pada bagian penutup meliputi antara
lain rangkuman, kesimpulan, dan rekomendasi. Cara
mengorganisasikan laporan ada dua yaitu deduktif dan
42

induktif. Sementara itu, cara mengorganisasi teks laporan


antara lain dengan menggunakan kriteria kreiteria atau topic-
topik, berdasarkan urutan kejadian, utuan lokas,
menggunakan proses, alphabet dan tingkat pentingnya.

2.2. Penulisan Laporan Singkat


Laporan Singkat sering disebut dengan istilah laporan
informal. Laporan informal memiliki berbagai karakter yang
membedakan dengan laporan yang lebih formal. Penyusunan
suatu draft laporan mencangkup berbagai keputusan seperti
panjang, gaya, format, dan pengorganisasian laporan. Laporan
yang singkat atau laporan informal seing menggunakan
bentuk memo atau surat-surat sedangkan laporan yang lebih
formal disajiakan dalam bentuk manuskrip. Suatu laporan
agribisnis yang efektif akan dimulai dengan mendefinisikan
maslah secara jelas. Setelah masalah dinyatakan secara jelas,
anda dapat menentukan informasi apa yang diperlukan untuk
memecahkan masalah. Di samping itu, anda juga akan dapat
mengembangkan suatu rencana bagiamana memperoleh
informasi tersebut.
Dalam melakukan analisis terhadap suatu masalah,
kerangka menjadi sangat penting artinya. Ada dua jenis
kerangka yang digunakan untuk melakaukan analisis
terhadap suatu masalah. Jika tujuan anda adalah untuk
meberikansuatu informasi kepada pihak lain, kerangka yang
dapat digunakan adalah kerangka informasional. Namun, jika
tujuan anda adalah mengambil kesimpulan dan memberikan
rekomendasi, kerangka yang tepat adalah kerangka analitikal.
Dalam melakukan tahapan penelitian, data yang anda
43

kumpulkan dapat diperoleh memalui dua sumber, yaitu


sumber sekunder dan sumber primer. Pada umumnya, biaya
memperoleh data sekunder lebih murah dibandingkan
dengan biaya data primer. Setelah anda menyelesaikan
penelitan dan melakukan analisis terhadap data yang anda
kumpukan, maka langkah selanjutnya adalah anda perlu
mengambil kesimpulan dan memberikan rekomendasi. Saran-
saran yang anda sampaikan hendaklah praktis dan logis,
sehingga memudahkan pembaca dalam melakukan suatu
tindakan.
Komunikasi agribisnis ini sendiri, harus kita lakukan baik di
dalam perusahaan dan di luar perusahaan. Di dalam
perusahaan komunikasi dengan karyawan sangat penting
dilakukan agar karyawan merasa menjadi bagian dari usaha
kita dan merasa yakin dengan produk yang kita hasilkan. Jika
karyawan tidak mengenal dan yakin akan produk yang kita
hasilkan, mereka akan sulit mengkomunikasikan produk kita
kepada konsumen. Bisa kita bayangkan jika karyawan kita
memilki pengetahuan terbatas akan produk-produk yang kita
produksi dan atau kita jual, apa yang akan dijelaskannya
kepada konsumen?
Komunikasi di luar perusahaan atau eksternal, wajib kita
lakukan dalam hubungannya dengan masyarakat, pemerintah
pada umumnya dan khususnya kepada pelanggan atau
konsumen.
2.2.1. Komunikasi dengan Konsumen
Komunikasi dengan konsumen sangat penting kita bina dan
lakukan terus menerus, agar konsumen tidak lupa pada kita
dan produk yang kita hasilkan atau jual. Komunikasi dengan
44

konsumen ini dapat kita katakan sukses dilakukan jika


konsumen menjadi pelanggan kita dan tumbuh suatu sikap
hanya ingin berbelanja ke toko kita saja atau hanya ingin
menggunakan barang tertentu saja tanpa ingin menggantinya
dengan barang lain, yang diistilahkan sebagai ‘ Patronage
Buying Motive” . Hal ini hanya dimungkinkan apabila ada
komunikasi yang baik antara kita sebagai pemilik usaha,
karyawan dan konsumen. Sehingga komunikasi yang baik ini
menimbulkan tingkat pelayan yang baik pula dari kita karena
banyaknya masukan yang bisa diperoleh dari konsumen. Baik
mengenai keinginan konsumen, barang apa yang banyak
disenangi konsumen dan tidak, layanan apa yang mereka
butuhkan dan sebagainya. Ini semua merupakan informasi
berharga bagi pengembangan usaha kita.
2.2.2 Komunikasi dengan Lembaga Pemerintah
Komunikasi dengan pemerintah wajib kita lakukan. Dengan
demikian, kita dapat memahami peraturan-peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah, mulai dari tingkat propinsi,
kota/ kabupaten, kecamatan hingga tingkat gampong dan
lingkungan. Hal ini sangat penting untuk menghindari
kerugian dan permasalahan dengan hukum. Bayangkan jika
telah mengeluarkan biaya yang banyak untuk memasang
kanopi atau papan nama merk usaha, ternyata hal tersebut
melanggar peraturan. Bisa jadi karena ukuran yang tidak
sesuai peraturan yang ditetapkan, posisi yang salah atau hal
lainnya. Tentu saja ini akan menimbulkan kerugian.
2.2.3 Komunikasi dengan Masyarakat
Harus kita ingat bahwa usaha kita tidak berdiri sendiri,
namun ada di tengah-tengah masyarakat. Karenanya penting
45

untuk memahami bagaimana kondisi sosial masyarakat di


sekitar usaha kita berada. Bagian dari pemahaman mengenai
kondisi masyarakat ini yang terkadang terlupakan oleh kita.
Akibatnya tidak sedikit usaha yang keberadaanya ditolak oleh
masyarakat sekitar. Berlaku toleran, berarti kita telah
membangun komunikasi sosial dengan masyarakat sekitar
sehingga memiliki pemahaman akan konteks sosial yang
berlaku. Menutup usaha pada saat ibadah Shalat Jum’at pada
wilyah yang mayoritas penduduknya beragama Islam atau di
Hari Minggu pada wilayah yang mayoritas penduduknya
Kristen, atau agama lainnya sesuai dengan wilayah tempat
usaha kita berada. Tidak melakukan usaha yang
bertentangan dengan budaya setempat dan sebagainya, ini
merupakan salah satu bentuk komunikasi dengan
masyarakat.
Jika kita mampu melakukan upaya komunikasi yang baik dan
tepat pada usaha kita, tidak peduli sekecil apapun usaha kita,
saya yakin usaha kita akan lebih baik dari sebelumnya.
Pepatah “Pelanggan Adalah Raja”, bukan berarti kita tunduk
kepada kemauan mereka, namun lebih kepada bagaimana kita
menghadapi mereka dengan tutur kata, gerak dan perbuatan
yang santun dan baik, sehingga mereka akan terus ingat dan
kembali kepada kita dan usaha kita.

2.2.4. Pengorganisasian Pesan-Pesan Agribisnis Melaui


Outline
Dalam suatu organisasi, pesan-pesan yang disampaikan
oleh pimpinan kepada para bawahannya, kadangkala tak
46

terorganisasi dengan baik. Hal ini menjadikan pesan-pesan


yang disampaikan tidak mengenai sasaran atau hasilnya tidak
sesuai dengan apa yang dikehendaki. Mengapa hal ini bisa
terjadi? Tidak terorganisasinya komunikasi dengan baik
dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Bertele-tele
Seringkali pesan pembuka awal sebuah surat terlalu panjang
hingga mencapai beberapa paragraf, baru kemudian masuk ke
topik bahasan. Dengan kata lain, pesan-pesan awal terlalu
bertele-tele, pembaca memerlukan waktu yang cukup lama
untuk memahami maksud pesan-pesan yang disampaikan
b. Memasukkan Bahan-bahan yang Tidak Relevan
Faktor berikutnya adalah adanya informasi yang tidak
relevan, dan tidak penting, dalam pesan yang disampaikan
kepada audiens. Informasi yang tidak relevan, di samping
membuang-buang waktu, juga dapat membuat pesan-pesan
yang disampaikan menjadi kabur, tidak jelas dan sulit
dipahami. Oleh karena itu, sebaiknya hanya informasi yang
relevan dan penting saja yang disampaikan kepada audiens.
c.. Menyajikan Ide-ide Secara Tidak Logis
Penyebab selanjutnya adalah adanya ide-ide yang tidak logis
dan tidak terkait dengan topik bahasan yang disampaikan
pada audiens. Hal ini menyebabkan ketidak lancaran
komunikasi, karena audiens akan sulit memahami poin-poin
penting yang disampaikan.
d.. Informasi Penting Kadangkala Tidak Tercakup Dalam
Pembahasan
Apabila pesan-pesan yang tidak relevan, pesan-pesan yang
tidak penting, dan pesan-pesan yang bersifat bombastis lebih
47

dominan, ada kecenderungan poin-poin yang penting justru


terlupakan dari topik pembahasan. Karena asyik membahas
hal-hal yang hanya bersifat pelengkap atau pendukung saja,
poin-poin yang seharusnya memperoleh porsi bahasan yang
lebih besar menjadi terabaikan.
Keempat masalah tersebut sering terjadi dalam
komunikasi bisnis. Oleh karena itu, hal-hal tersebut perlu
memperoleh perhatian yang seksama bagi para komunikator.

2.2.5. Pentingnya Pengorganisasian Yang Baik


Dengan mengatur ide-ide secara logis, berurutan, dan
tidak bertele-tele, ide yang disampaikan akan dapat
memuaskan kebutuhan-kebutuhan informasi, motivasi
maupun praktis bagi para audiens. Mengorganisasi pesan-
pesan secara baik adalah suatu tantangan bagi komunikator.
Untuk dapat mengorganisasi pesan-pesan dengan baik, ada 4
hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Subjek dan tujuan haruslah jelas.
2. Semua informasi harus berhubungan dengan subjek dan
tujuan.
3. Ide-ide harus dikelompokkan dan disajikan dengan cara
yang logis.
4. Semua informasi yang penting harus sudah tercakup.
Suatu pesan yang disusun dengan baik akan membantu
audiens memahami pesan yang disampaikan, membantu
audiens menerima pesan, menghemat waktu audiens, dan
mempermudah pekerjaan komunikator.
2.2.6. Membantu Audiens Memahami Suatu Pesan
48

Dengan mengemukakan poin-poin penting secara jelas,


menyusun ide-ide secara logis dan runtut, dan memasukkan
semua informasi yang relevan dalam pesan, audiens dengan
mudah akan memahami maksud/ tujuan pesan.
2.2.7. Membantu Audiens Menerima Suatu Pesan
Pengorganisasian pesan-pesan yang baik di samping
membantu audiens dalam memahami maksud pesan, juga
membantu audiens untuk dapat menerima isi pesan tersebut.
Misalnya, seorang konsumen yang mengadukan masalah
pembelian suatu produk kepada manajer toko, namun
memperoleh jawaban yang tidak menyenangkan atau
mengecewakannya. Mungkin saja surat jawaban yang
diberikan telah disusun logis sehingga dapat dipahami
maksudnya, namun tidak dapat diterima oleh konsumen
karena gaya bahasa yang digunakan terlalu menusuk pada
sasaran (to thepoint).
2.2.8. Menghemat waktu
Apabila suatu pesan tidak terorganisasi dengan baik,
penyampaiannya akan menghabiskan waktu audiens.
Mengapa demikian? Salah satu tujuan pengorganisasian
pesan-pesan yang baik adalah penyampaian informasi atau
ide-ide yang relevan saja. Dengan hanya menyampaikan
informasi yang relevan, waktu audiens akan dapat dihemat.
Disamping itu, audiens dapat dengan mudah mengikuti alur
pemikiran pesan yang di sampaikan, tanpa harus memeras
otak dan mengerutkan dahi.

2.2.9. Mempermudah Pekerjaan Komunikator


49

Pengorganisasian pesan-pesan yang baik dapat membantu


pekerjaan komunikator, sehingga dapat selesai lebih cepat
dan hemat waktu. Hal ini merupakan faktor yang sangat
penting dalam dunia bisnis, di mana penyelesaian pekerjaan
berjalan dengan baik, cepat, dan efisien. Dengan mengetahui
apa yang ingin disampaikan, dan mengetahui cara
menyampaikannya, rasa percaya diri komunikator akan
meningkat. Semakin tinggi rasa percaya diri komunikator,
semakin cepat dan efisien ia menyelesaikan pekerjaan.
Pada dasarnya, untuk mencapai pengorganisasian suatu
komunikasi yang efektif diperlukan dua proses tahapan yang
jelas, yaitu mendefinisikan dan menggolongkan ide-ide;
kemudian menetapkan urutan ide-ide tersebut dengan
perencanaan organisasional terpilih secara hati-hati.
1. Mendefinisikan dan Mengelompokkan Ide-ide
Memutuskan apa yang harus dikatakan adalah
masalah mendasar bagi setiap komunikator yang harus
dipecahkan. Jika materinya memang lemah, tidak memiliki
suatu gaya yang menarik, maka akan mengaburkan fakta
yang ada. Cepat atau lambat, audiens akan menyimpulkan
bahwa Anda benar-benar tidak mempunyai sesuatu yang
bernilai sedikit pun. Apakah Anda menelepon, membuat 3
paragraf surat, atau menulis laporan 200 halaman, Anda
akan mulai dengan mendefinisikan isi materinya. Semakin
panjang dan kompleks, maka semakin penting tahap
pertarna ini. Apabila Anda menyusun pesan yang panjang
dan kompleks, maka outline sangat diperlukan dan
menjadi penting artinya. Mengapa demikian? Hal ini
karena dengan adanya outline akan membantu Anda
50

memvisualisasikan hubungan antara bagian yang satu


dengan bagian yang lainnya. Di samping itu, outline juga
akan menuntun Anda untuk mengkomunikasikan ide-ide
dengan cara yang lebih sistematik, efisien, dan efektif
Melalui perencanaan yang baik outline akan membantu
Anda mengekspresikan transisi antara ide-ide, sehingga
audiens akan mengerti dan memahami pola pernikiran
Anda. Susunan suatu outline secara garis besar dapat
digolongkan ke dalam tiga golongan:
a. Mulailah dengan Ide Pokok
Ide pokok akan membantu Anda dalam menetapkan
tujuan dan strategi umum dari suatu pesan. Ide pokok
tersebut dapat dirangkum ke dalam dua hal, yaitu: (1)
apa yang Anda inginkan terhadap audiens untuk
melakukannya atau memikirkannya; (2) alasan yang
mendasar mengapa mereka harus melakukan atau
memikirkannya. Ide pokok merupakan titik awal untuk
membuat outline.

b. Nyatakan Poin-poin pendukungyang Penting


Setelah menetapkan ide pokok pesan yang akan
disampaikan, maka tahap kedua adalah menyusun poin-
poin pendukung yang penting sebagai pendukung ide-ide
pokok tersebut.
c. Ilustrasi dengan Bukti-bukti
Tahap ketiga dalam menyusun outline adalah memberikan
illustrasi dengan mengemukakan bukti-bukti yang berhasil
dikumpulkan. Semakin banyak bukti-bukti yang dapat
51

disajikan, maka outline yang Anda buat akan menjadi


semakin baik.
2. Menentukan Urutan dengan Rencana Organisasional
Setelah Anda mendefinisikan dan menggolongkan ide-ide
Anda, Anda siap untuk memutuskan bagaimana urut-
urutannya. Untuk dapat menentukan urutannya, ada dua
pendekatan penting, yaitu:
a. Pendekatan Langsung
Pendekatan langsung (direct approach) sering disebut juga
dengan istilah pendekatan deduktif (deductive approach),
di mana ide pokok muncul paling awal, kemudian diikuti
bukti-bukti pendukungnya. Gunakan pendekatan ini bila
reaksi audiens cenderung positif atau menyenangkan.
b. Pendekatan Tak Langsung
Pendekatan tak langsung (indirect approach) sering
disebut juga dengan istilah pendekatan induktif (inductive
approach), di mana bukti-bukti muncul terlebih dahulu,
kemudian diikuti dengan ide pokoknya. Gunakan
pendekatan ini, bila reaksi audiens cenderung negatif atau
tidak menyenangkan.
Kedua pendekatan dasar tersebut dapat diterapkan baik
untuk pesan-pesan singkat (memo dan surat) maupun pesan-
pesan formal atau panjang (laporan, usulan, dan presentasi).
Untuk memilih di antara kedua alternatif tersebut, Anda
harus menganalisis bagaimana reaksi audiens terhadap
maksud/tujuan dan pesan-pesan yang Anda sampaikan.
Setelah dianalisis kemungkinan reaksi para audiens dan
memilih suatu pendekatan umum, maka selanjutnya dapat
52

memilih rencana organisasional yang paling cocok sebagai


berikut :
a. Direct Request
Jenis/tipe pesan bisnis yang paling umum digunakan
adalah penyampaian yang langsung pada poin yang dituju.
Direct request (permintaan langsung) dapat berbentuk
surat maupun memo. Misalnya, Anda tertarik terhadap
suatu produk baru dan Anda ingin sekali mengetahui
berbagai hal tentang produk tersebut seperd karakteristik,
harga, cara pembayaran, dan sebagainya, maka Anda dapat
membuat surat permintaan langsung. Permintaan
langsung menggunakan pendekatan langsung, karena
langsung pada poin yang dituju.
b. Pesan-pesan Rutin, Good News, atau Goodwill
Jika Anda memberikan informasi rutin sebagai bagian dari
bisnis tetap Anda, para audiens kemungkinan akan
menjadi netral. Jika Anda mengumumkan penurunan
harga, menerima suatu undangan, atau ucapan selamat
dari teman sejawat, para audiens akan senang
mendengarnya. Jadi, pesan-pesan rutin, good news, atau
goodwill lebih cocok dengan menggunakan pendekatan
langsung.
c. Pesan-pesan Bad News
Jika Anda mengumumkan penolakan suatu. lamaran,
menolak kredit, perampingan karyawan, penurunan
pangkat, maka audiens Anda umumnya akan kecewa atau
tidak senang mendengarnya. Oleh karena itu, pendekatan
yang dapat diterapkan adalah pendekatan tak langsung.
Jika Anda mempunyai berita yang kurang menyenangkan
53

(bad news) cobalah untuk menempatkannya pada bagian.


pertengahan surat dengan menggunakan bahasa yang
halus.
d. Pesan-pesan Persuasif
Bila audiens benar-benar sangat tidak tertarik terhadap
pesan-pesan yang Anda sampaikan, maka pesan-pesan
persuasif (persuasive messages) dapat digunakan dan
pendekatannya adalah dengan cara tak langsung. Untuk
melakukan penagihan pinjaman dan penjualan produk,
pendekatan yang digunakan adalah persuasi. Anda perlu
membuka pikiran audiens Anda dengan melakukan
persuasi, sehingga mereka dapat memahami fakta yang
ada.
Kebanyakan pesan-pesan singkat dapat menggunakan
salah satu dari keempat dasar rencana organisasional.
Tetapi, untuk pesan-pesan yang lebih panjang, seperti
pembuatan laporan dan presentasi, perlu pola yang lebih
kompleks untuk menangani semakin banyaknya informasi.
Pola-pola tersebut dapat dibedakan ke dalam dua kategori,
yaitu informasional dan analitikal.

2.2.10. Perencanaan Pesan-Pesan Bisnis


Pemahaman Proses Komposisi dapat dilihat dari
proses penyusunan pesan-pesan bisnis meliputi tiga tahap
yaitu:

1. Perencanaan
54

Pada dasarnya, proses perencanaan meliputi tiga


tahapan penting yang perlu diperhatikan, yaitu
mendefinisikan tujuan, menganalisis audiens, dan memilih
saluran dan media komunikasi yang akan digunakan.
2. Pengorganisasian
Proses ini dimulai dengan merangkai kata, kalimat,
paragraf, dan memilih ilustrasi yang diperlukan untuk
mendukung ide pokok bahasannya. Perlu diperhatikan
bagaimana menggunakan kata-kata, kalimat, dan paragraf
yang sederhana, mudah dipahami, dimengerti, dan
dilaksanakan oleh si penerima pesan.
3. Evaluasi DAN Revisi
Seluruh maksud dan isi pesan harus ditelaah
kembali dari sisi substansi pesan yang ingin disampaikan
maupun dari gaya penulisannya, struktur kalimat yang
digunakan, dan bagaimana tingkat pemahamannya. Kalau
belum sesuai, perlu dilakukan pengecekkan sekaligus
revisi, sehingga apa yang telah direncakan sebelumnya
dapat dicapai seefektif mungkin.
Tahap pertama dalam merencanakan suatu pesan bisnis
adalah memikirkan maksud dan tujuan komunikasi. Harus
dapat menentukan tujuan yang jelas dan dapat diukur, sesuai
dengan tujuan organisasi.
1. Mengapa Tujuan Harus Jelas
a. Keputusan untuk Menanggapi Pesan
Jika pesan-pesan yang akan disampaikan diduga
mempunyai pengaruh yang sangat kecil kepada audiens,
sebaiknya penyampaian ditahan dulu. Sebaliknya bila
55

sangat penting dan akan membawa pengaruh yang besar,


pesan sebaiknya segera diteruskan atau disampaikan.
b. Keputusan untuk Menanggapi Audiens
Komunikator perlu mempertimbangkan motif-motif
audiens. Tanpa mengetahui motif audiensnya,
komunikator tidak akan dapat menanggapi audiens
dengan baik. Komunikator dan audiens juga akan gagal
mendapatkan apa yang mereka inginkan bila harapan
mereka tidak sesuai/sejalan.
c. Keputusan untuk Memusatkan Isi Pesan
Pihak Komunikator seharusnya hanya memasukkan
informasi yang penting, yang relevan dengan pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
d. Keputusan untuk Menetapkan Media yang akan
Digunakan
Media komunikasi yang akan digunakan dapat berupa lisan
atau tulisan.

2. Tujuan Komunikasi Agribisnis


Hubungan partisipasi audiens dengan pengendali komunikator.
Secara umum ada tiga tujuan komunikasi bisnis, yaitu:
a. Memberi Informasi
Tujuan pertama adalah memberikan informasi yang berkaitan
dengan dunia bisnis kepada pihak lain. Media komunikasi
mana yang akan dipilih sangat bergantung pada kebijakan
perusahaan dengan mempertimbangkan kemampuan internal
perusahaan tersebut.

b. Melakukan Persuasi
56

Tujuan kedua adalah melakukan persuasi kepada pihak lain


agar apa yang disampaikan dapat dipahami dengan baik dan
benar. Terutama berkaitan dengan negosiasi. Untuk
memperoleh hasil maksimal dalam bernegosiasi, setiap pihak
perlu memahami prinsip win-win solution (kedua belah pihak
dalam negosiasi tersebut saling memperoleh manfaat tanpa
merasa harus ada yang dikorbankan atau gagal).

c. Melakukan Kolaborasi
Tujuan ketiga adalah kolaborasi atau kerjasama. Melalui
jalinan komunikasi bisnis tersebut, seseorang dapat dengan
mudah melakukan kerja sama bisnis baik dengan perusahaan
domestik maupun asing. Teknologi komunikasi sangat
penting artinya dalam mempererat kerja sama dalam dunia
bisnis.

Tabel 3. Gambaran Mengenai Tujuan Umum Dan Tujuan


Khusus
tujuan umum tujuan khusus
menyajikan penjualan bulan lalu ke ma
memberi informasi pemasaran
membujuk meyakinkan manajer pemasaran untuk menga
beberapa karyawan baru bagian pemasaran
57

kolaborasi membantu departemen personalia mengem


program pelatihan bagi beberapa anggota ba

3. Cara Menguji suatu Tujuan


Empat pertanyaan untuk menguji suatu tujuan:
a. Apakah tujuan tersebut realistik?
Dalam arti bahwa ide-ide atau gagasan yang hendak
disampaikan dapat disesuaikan dengan kemampuan yang ada,
seperti kemampuan finansial, manajerial, sumber daya, dan
teknis operasional.
b. Apakah waktunya tepat?
Sebagai contoh, dalam situasi krisis moneter, ide untuk
melakukan ekspansi pabrik kemungkinan besar tidak akan
diterima. Penyampaian ide ini tidak tepat waktunya karena
pada saat itu penjualan produk sedang menurun sampai 50%
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
c. Apakah orang yang mengirimkan pesan sudah tepat?
Pesan atau ide yang disampiakan oleh orang yang memiliki
kedudukan/jabatan tinggi cenderung lebih dapat diterima
daripada disampaikan oleh orang yang kedudukannya
rendah.
d. Apakah tujuannya selaras dengan tujuan organisasi
perusahaan?
Tujuan penyampaian pesan hendaknya mengacu pada tujuan
organisasi secara keseluruhan.
58

2.2.11. Analisis Audiens


1. Cara Mengembangkan Profil Audiens
Penentuan profil audiens dikatakan gampang apabila lawan
komunikasi adalah orang yang sudah dikenal. Namun akan
mengalami kesulitan bila yang menjadi audiens adalah orang
yang belum dikenal. Dalam hal ini komunikator perlu
melakukan investigasi untuk mengantisipasi reaksi mereka.
a. Menentukan ukuran dan koposisi audiens
Bentuk dan format penulisan materi yang akan disampaikan
juga ditentukan oleh jumlah audiens. Audiens jumlahnya
kecil, materi dapat dikemas dalam suatu laporan sederhana
kemudian dipresentasikan atau dibagikan kepada mereka.
Untuk audiens jumlah besar, materi dikems dalam makalah
atau laporan dengan gaya pengorganisasian dan format
penulisan yang lebih formal. Selingan segar seperti humor
dapat dilakukan untuk menarik perhatian audiens yang
jumlahnya besar.
b. Siapa audiensnya
Bila audiens lebih dari satu orang, komunikator perlu
mengidentifikasi siapa diantara mereka yang memegang
posisi kunci/posisi paling penting.
c. Reaksi audiens
Jika komposisi audiens adalah orang-orang yang tidak suka
berdebat atau kurang kritis, presentasi sebaiknya disajikan
langsung pada bagian kesimpulan dan saran-saran, karena
jika diajak berdiskusi, reaksi mereka disuga kurang positif.
d. Tingkat pemahaman audiens
Jika komunikator dan audiens memiliki latar belakang yang
jauh berbeda, perlu diputuskan seberapa jauh audiens harus
59

dididik. Usahakan tidak terlalu menggurui agar audiens tidak


merasa jenuh, bosan, dan kurang tertarik.
e. Hubungan komunikator dengan audiens
Jika komunikator belum dikenal audiens maka komunikator
harus meyakinkan audiens sebelum penyampaian suatu
pesan dilakukan. Penampilan komunikator berpengaruh pada
penyampaian pesan komunikator tersebut. Nada suara
menunjukkan tingkat hubungan komunikator dan audiens.
2. Cara Memuaskan Audiens akan Kebutuhan Informasi
Lima tahap dalam memenuhi kebutuhan audiens:
a. Temukan/cari apa yang diinginkan audiens
b. Antisipasi pertanyaan yang tidak diungkapkan
c. Berikan semua informasi yang diperlukan
d. Pastikan informasinya akurat
e. Tekankan ide-ide paling menarik bagi audiens
3. Cara Memuaskan Kebutuhan Motivasional Audiens
Pemberian motivasi sering mengalami kendala/hambatan, hal
ini disebabkan adanya kecenderungan dari audiens untuk
tidak mau mengubah sesuatu yang ada dengan hal yang baru.
Salah satu cara mengatasinya adalah dengan mengatur pesan-
pesan sedemikian rupa sehingga informasi yang disampaikan
dapat diterima audiens dengan mudah. Pendekatan yang
dapat dilakukan adalah dengan memberikan argumentasi
yang bersifat rasional. Selain itu dapat mencoba
menggunakan pendekatan emosi audiens.
4. Penentuan Ide Pokok
1. Teknik Curah Pendapat
a. Storyteller’s Tour
60

Hidupkan tape recorder, dan telaah pesan-pesan yang


disampaikan. Dengarkan dengan teliti dan berlatihlah
sehingga ide-ide pokok dari suat pesan dapat ditemukan
dengan mudah.
b. Random List
Untuk dapat menemukan ide pokok perlu menulis segala
sesuatu dalam pikiran di atas kertas kosong. Pelajari
hubungan ide yang satu dnegan ide yang lain. Bagilah ke
dalam kelompok-kelompok dan temukan butir yang penting
dan tidak penting.
c. CFR (Conclusion, Findings, Recommendations) Worksheet
Jika subjeknya mencakup pemecahan masalah, gunakan suatu
lembar kerja (worksheet) yang akan membantu menjelaskan
hubungan antara temuan (findings), kesimpulan
(conclusions), dan rekomendasi (recommendation) yang akan
diberikan.
d. Journalistic Approach
Pendekatan jurnalistik memberikan butir yang baik sebagai
langkah awal menentukan ide pokok. Jawaban terhadap
pertanyaan siapa (who), apa (what), kapan (when), di mana
(where), dan bagaimana (how), akan dapat menjelaskan ide
pokok presentasi.
e. Question and Answer Chain
Pendekatan yang paling baik adalah melihat dari sisi
perspektif audiens.
2. Pembatasan Cakupan
Secara umum, penyajian informasi rutin kepada audiens yang
telah dikenal hendaknya menggunakan kata-kata singkat.
Cara ini membangkitkan rasa hormat audiens kepada
61

komunikator, sedangkan penyampaian pesan yang kompleks


dan kontroversial akan memakan waktu lebih lama terutama
jika audiens yang hadir belum dikenal sebelumnya. Ide pokok
yang yang lebih penting haruslah disampaikan dengan mudah
dimengerti dan diterima audiens.
E. Seleksi Saluran dan Media
1. Komunikasi Lisan
Salah satu kebaikannya adalah kemampuannya memberikan
umpan balik dengan segera. Saluran ini digunakan apabila
pesan yang disampaikan sederhana, tidak diperlukan catatan
permanen, dan audiens dapat dibuat lebih nyaman. Kelebihan
lain adalah sifatnya yang ekonomis. Bermanfaat apabila yang
disajikan informasi kontroversial, karena reaksi audiens
dapat terbaca dari bahasa isyarat mereka.
Komunikasi lisan antara lain seperti pembicaraan lewat
telepon, wawancara kerja, pertemuan kelompok kecil,
seminar, lokakarya, program pelatihan, pidato formal, dan
presentasi penting lainnya. Semakin sedikit jumlah audiens,
semakin baik interaksi diantara mereka. Presentasi formal
seringkali diadakan di auditorium. Dan kemajuan teknologi
sering digunakan untuk memberi daya tarik bagi suatu
presentasi.

2. Komunikasi Tertulis
Terdapat berbagai macam bentuk seperti surat, memo,
proposal, dan laporan. Salah satu kelebihannya adalah penulis
mempunyai kesempatan untuk merencanakan dan
mengendalikan pesan-pesan mereka.
62

2.3. Pengorganisasian Pesan-Pesan Agribisnis


Hal-Hal yang Menyebabkan Pesan-Pesan tak Terorganisasi
dengan Baik
Tidak terorganisasinya komunikasi dengan baik dapat
disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Bertele-tele
Sering kali pesan pembuka awal sebuah surat terlalu panjang,
mencapai beberapa paragraf, baru kemudian masuk ke topik
bahasan sehingga pembaca memerlukan waktu yang cukup
lama untuk memahami maksud pesan yang disampaikan.
2. Memasukkan Bahan-Bahan yang Tidak Relevan
Informasi yang tidak relevan disamping membuang-buang
waktu, juga dapat membuat pesan yang disampaikan menjadi
kabur, tidak jelas, dan sulit dipahami.
3. Menyajikan Ide-Ide Secara Tidak Logis
Hal ini menyebabkan ketidaklancaran komunikasi karena
audiens akan sulit memahami poin-poin penting yang
disampaikan.
4. Informasi Penting Kadang Kala Tidak Tercakup di dalam
Pembahasan
Apabila pesan-pesan yang tidak relevan, pesan-pesan yang
tidak penting, dan pesan-pesan yang bersifat bombastis lebih
dominan, ada kecenderungan poin-poin yang penting justru
terlupakan dari topik pembahasan. Hal tersebut perlu
memperoleh perhatian yang seksama bagi para komunikator.

2.3.1. Pentingnya Pengorganisasian yang Baik


Untuk dapat mengorganisasi pesan-pesan dengan baik, ada
empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
63

a. Subyek dan tujuan haruslah jelas.


b. Semua informasi harus berhubungan dengan subyek dan
tujuan.
c. Ide-ide harus dikelompokkan dan disajikan dengan cara
yang logis.
d. Semua informasi yang penting harus sudah tercakup.
Suatu pesan yang disusun dengan baik akan membantu
audiens memahami pesan yang disampaikan, membantu
audiens menerima pesan, menghemat waktu audiens, dan
mempermudah pekerjaan kamunikator.
a. Membantu audiens memahami suatu pesan
Dengan mengemukakan poin-poin penting secara jelas,
menyususn ide-ide secara logis dna runtut, dan memasukkan
semua informasi yang relevan dalam pesan, audiens dengan
mudah akan memahami maksud/tujuan pesan.
b. Membantu audiens menerima suatu pesan
Misalnya seorang konsumen yang mengadu masalah
pembelian produk kepada manajer toko mempeoleh jawaban
yang tidak menyenangkan. Mungkin saja surat jawaban telah
disusun secara logis sehingga dapat dipahami maksudnya
tetapi tidak dapat diterima konsumen karena gaya bahasa
yang terlalu menusuk sasaran.
c. Menghemat waktu
Dengan hanya menyampaikan informasi yang relevan, waktu
audiens dapat dihemat. Audiens juga dapat dengan mudah
mengikuti alur pemikiran pesan yang disampaikan, tanpa
harus memeras otak dan mengerutkan dahi.
d. Mempermudah pekerjaan komunikator
64

Dengan mengetahui apa yang ingin disampikan dan


mengetahui cara menyampaikannya, rasa percaya diri
komunikator akan meningkat dan semakin cepat dan efisien
ia menyelesaikan pekerjaan.

2.3.2. Pengorganisasian Pesan-Pesan Melalui Outline


Dapat dilakukan melalui dua tahapan, yaitu:
1. Mendefinisikan dan Mengelompokkan Ide-Ide
Memutuskan apa yang harus dikatakan adalah masalah
mendasar bagi setiap komunikator. Apabila pesan yang
disusun panjang dan kompleks, outline sangat diperlukan dan
menjadi penting artinya, karena outline akan membantu
memvisualisasikan hubungan antara bagian yang satu dengan
bagian yang lain. Outline juga akan menuntun untuk
mengkomunikasikan ide-ide dengan cara yang sistematik,
efisien, dan efektif. Outline akan membantu mengekspresikan
transisi antara ide-ide sehingga audiens akan mengerti dan
memahami pola pemikiran komunikator. Susunan outline
secara garis besar dapat digolongkan ke dalam tiga golongan:
a. Mulailah dengan ide pokok
Ide pokok dapat membantu menetapkan tujuan dan strategi
umum dari suatu pesan. Ide pokok dirangkum dalam dua hal,
yaitu:
1. Apa yang diinginkan terhadap audiens untuk
melakukannya atau memikirkannya
2. Alasan mendasar mengapa mereka harus melakukan atau
memikirkannya.
b. Nyatakan poin-poin pendukung yang penting
65

Setelah menetapkan ide pokok pesan yang akan


disampaikan, tahap selanjutnya adalah menyususn poin-
poin pendukung yang penting sebagai pendukung ide-ide
pokok tersebut.
c. Ilustrasi dengan bukti-bukti
Tahap ketiga adalah memberikan ilustrasi dengan
mengemukakan bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan.
Semakin banyak bukti-bukti yang dapat disajikan, outline
akan menjadi semakin baik.
3. Menentukan Urutan dengan Rencana Organisasional
Untuk dapat menentukan urutan ide-ide, ada dua
pendekatan penting, yaitu:
a. Pendekatan langsung (pendekatan deduktif)
Ide pokok muncul paling awal, kemudian diikuti bukti-
bukti pendukungnya. Digunakan bila reaksi audiens
cenderung positif atau menyenangkan.
b. Pendekatan tidak langsung (pendekatan induktif)
Bukti-bukti mncul terlebih dahulu, kemudian diikuti ide
pokoknya. Digunakan bila reaksi audiens cenderung
negatif atau tidak menyenangkan.
Kedua pendekatan tersebut dapat diterapkan baik untuk
pesan-pesan singkat maupun formal. Untuk memilih di
antara kedua alternatif, harus menganalisis bagaimana
audiens terhadap maksud/tujuan dan pesan-pesan yang
disampaikan.
Setelah memilih suatu pendekatan umum, selanjutnya
memilih rencana organisasional yang paling cocok sebagai
berikut:
66

a. Direct request
Jenis/tipe pesan bisnis yang paling umum digunakan adalah
penyampaian yang langsung pada poin yang dituju. Direct
request dapat berbentuk surat meupun memo. Permintaan
langsung menggunakan pendekatan langsung, karena
langsung pada poin yang dituju.
b. Pesan-pesan rutin, good news, atau goodwill
Memberikan informasi rutin sebagai bagian dari bisnis tetap,
audiens kemungkinan akan menjadi netral. Pesan-pesan rutin,
good news, atau goodwill lebih cocok dengan menggunakan
pendekatan langsung.
c. Pesan-pesan bad news
Jika mempunyai berika yang kurang menyenangkan, cobalah
menempatkannya pada bagian pertengahan surat dengan
menggunakan bahasa yang halus.
d. Pesan-pesan persuasif
Bila audiens sangat tidak tertarik terhadap pesan-pesan yang
disampaikan, pesan-pesan persuasif dapat digunakan dan
pendekatannya adalah dengan cara tak langsung. Perlu
membuka pikiran audiens dengan melakukan persuasi
sehingga mereka dapat memahami fakta yang ada.
Pesan-pesan singkat dapat menggunakan salah satu dari
keempat dasar rencana organisasional. Untuk pesan yang
lebih panjang, seperti pembuatan laporan dan presentasi,
perlu pola yang lebih kompleks. Pola tersebut dibedakan
menjadi dua kategori, yaitu informasional dan analitikal.
Umumnya laporan dan presentasi yang paling mudah adalah
informasional yang hanya sekedar menyajikan fakta-fakta
yang berhasil ditemukan. Kategori informasional antara lain
67

instruksi operasi, laporan status, deskripsi teknis, dan


deskripsi prosedur dalam suatu perusahaan.
Secara umum, mengorganisasi laporan dan presentasi
analitikal yang didesain ke arah suatu kesimpulan tertantu,
lebih sulit. Manakala tujuannya untuk melakukan kolaborasi
dengan audiens di dalam memecahkan masalah atau
melakukan persuasi, harus memilih rencana organisasional
yang memberikan argumen secara
logis.
68

Tabel 2. Perbedaan antara Komunikasi Lisan dan Tertulis

Komunikasi Lisan Komunikasi Tertulis


Anda menginginkan umpan balik Anda tidak memerlukan umpan ba
segera dari audiens segera

pesan Anda sangat rinci, komple


pesan Anda relatif sederhana dan dan memerlukan perencanaan ya
mudah dipahami hati-hati
Anda tidak memerlukan catatan Anda memerlukan catatan permanen
permanen

Anda dapat mengumpulkan audiens Anda ingin mencapai audiens ya


lebih mudah atau ekonomis luas

Anda menginginkan interaksi dalam Anda ingin meminimisasi disto


memecahkan masalah penyampaian pesan

Media Komunikasi Lisan Media Komunikasi Tertulis


percakapan secara langsung, pidato, surat-surat, memo, laporan, proposa
pertemuan-pertemuan email
telepon dan surat suara surat reguler dan khusus
VOIP (voice over internet protocols) Faksimile

audiotape dan videotape


telekonference dan konferensi video
69

Tabel 3. Empat Rencana Organisasional Untuk Pesan-Pesan


Singkat:
Reaksi Rencana
Pembuka Isi P
Audiens Organisasional
Tertarik direct request mulai dengan rinci / detail r
permintaan atau d
ide pokok t
k
Senang pesan rutin, good mulai dengan ide rinci/detail r
news, goodwill pokok atau good r
news g
Tidak bad news, mulai dengan beri alasan yang r
senang pernyataan netral pernyataan rasional dan
sebagai transisi ke netral, nyatakan logis
bad news bad news, dan
beri saran positif
Tidak pesan persuasif mulai dengan tumbuhkan p
tertarik pernyataan yang hasrat audiens t
mengundang
perhatian

2.3.3. Revisi Pesan-Pesan dalam Komunikasi Agribisnis


A. Keterampilan Merevisi
1. Pesan-Pesan Bisnis dalam bentuk Tertulis
Proses penulisan pesan tertulis dimulai dari penulisan
draf, selanjutnya penelaah dari sudut substansi suatu
pesan maupun pengorganisasian, gaya bahasa yang
digunakan, susunan kalimat, mekanik, format dan tata
letak penulisan.
70

a. Mengedit isi, pengorganisasian, dan gaya penulisan


Sebelum adanya evaluasi, keseluruhan dokumen perlu
dibaca dengan cepat. Saat evaluasi, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain substansi suatu pesan,
pengorganisasian pesan, dan gaya penulisan. Berikut
beberapa pertanyaan yang perlu diperhatikan:
1. Apakah Anda telah memasukkan poin-poin dengan
urutan yang logis?
2 Apakah terdapat keseimbangan yang baik antara hal-
hal yang bersifat umum dengan khusus?
3 Apakah ide ynag paling penting telah memperoleh
porsi pembahasan yang cukup?
4 Apakah Anda telah memberikan fakta-fakta pendukung
dan melakukan pemerikasaan ulang terhadap fakta-
fakta yang ada?
5 Apakah Anda ingin menambahkan informasi yang
baru?
Di samping itu, untuk lebih memudahkan audiens
menangkap pesan-pesan, perlu dibuat judul, sub-sub judul,
indentasi, huruf tebal, garis bawah, huruf miring, hruf
berwarna, tabel, gambar, dan sejenisnya.
b. Mengedit mekanik/ teknis penulisan
Langkah berikutnya melakukan pengeditan dari sudut
mekanik atau teknis penulisan suatu pesan-pesan bisnis
yang mencakup antara lain:
1. Susunan kalimat yang digunakan sesuai dengan
kaidah kebahasaan yang ada, sehingga mudah
dipahami.
71

2. Penggunaan kapitalisasi secara tepat.


3. Penulisan tanda baca secara benar.
4. Perhatikan makna keutuhan suatu kalimat, sehingga
makna suatu kalimat dapat dipahami dengan mudah.
5. Perhatikan pengulangan kata secara tidak tepat dalam
suatu kalimat.
Kesalahan mekanik dalam penulisan pesan-pesan bisnis
dapat mengganggu pemahaman maksud dan tujuan
penulisan pesan-pesan bisnis.
c. Mengedit format dan layout
Jika format penulisannya menarik, ditata rapi, bersih,
tidak penuh coretan, dan kertas yang digunakan
berkualitas baik, audiens akan senang membacanya.
2. Pesan-Pesan Bisnis Dalam Bentuk Lisan
Meskipun penyampaian pesan-pesan bisnis tersebut
dilakukan secara lisan, tetap perlu dilakukan pengeditan
yang mencakup antara lain:
a. Substansi pesan
Hal ini mencakup apakah substansi (isi) pesan yang ingin
disampaikan telah tercantum di salamnya? Dan apakah
data pendukung (tabel, grafik, bagan, gambar, audio,
audiovisual) juga sudah tercantum di dalamnya?
b. Pengorganisasian pesan
Mencakup tiga poin penting, yaitu:
1. Pembukaan (misal salam pembuka, perkenalan diri).
2. Penyampaian substansi pesan (misal pengantar
pesan dilanjutkan substansi pesan).
3 Penutup (misal kesimpulan, saran, rekomendasi,
implikasi).
72

c. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam penyajian pesan
bisnis secara lisan lebih menarik dan dinamis daripada
yang berbentuk tertulis karena cara penyampaian yang
lebih santai, luwes, dan tidak monoton. Selain itu
penerima pesan akan lebih mudah memahami maksud
dan tujuan pesan.

B. Pemilihan Kata yang Tepat


Agar maksud komunikasi Agribisnis dapat tercapai, perlu
diperhatikan beberapa hal berikut ini.
1. Pilihlah kata yang sudah familier/dikenal
Diperlukan analisis suatu audiens, terutama untuk
mengetahui latar belakang pendidikan dan pengalaman
audiens. Pemahaman yang baik terhadap audiens akan
memberikan pengaruh yang baik bagi proses penyampaian
pesan.
2. Pilihlah kata yang singkat
Kata-kata yang singkat, selain efisien, juga mudah dipahami
oleh audiens. Tetapi harus tetap diperhatikan berbagai kaidah
penulisan bahasa yang baik dan benar.
3. Hindari kata-kata yang bermakna ganda
Penggunaan kata bermakna ganda akan mengakibatkan
terjadinya penafsiran yang bermacam-macam. Akibat
selanjutnya, kemungkinan tidak tercapainya maksud
penyampaian pesan-pesan bisnis.

C. Membuat Kalimat yang Efektif


73

Kalimat efektif merupakan bentuk kalimat yang dengan sadar


dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang
tepat dan baik. Perlu diperhatikan tiga hal, yaitu kesatuan
pikiran, kesatuan susunan, dan kelogisan. Subyek dalam
kalimat akan menjawab pertanyaan “siapa” atau “apa” yang
dilakukan oleh kata kerja merupakan topik suatu bahasan
atau sesuatu yang sedang dikatakan dan biasanya berupa kata
benda. Predikat, biasanya kata kerja, nerkaitan erat dengan
subjeknya. Ia menjelaskan tentang apa yang dilakukan oleh
subjek. Pelengkap (complements) akan memperjelas arti
suatu kata kerja. Ada beberapa jenis pelengkap antara lain
objek langsung dan objek tak langsung.
1. Tiga Jenis Kalimat
a. Kalimat sederhana
Hanya memiliki sebuah subjek dan sebuah predikat. Namun
tak menutup kemungkinan suatu kalimat dilengkapi objek
baik langsung maupun tak langsung.
Contoh:
- Saya membeli buku Komunikasi Bisnis di tokok buku
“Berkah” kemarin.
b. Kalimat majemuk
Berisi dua atau lebih klausa independen dan tidak
mempunyai klausa dependen. Klausa independen merupakan
klausa yang dapat berdiri sendiri, sehingga tidak memiliki
pengertian yang utuh. Kalimat majemuk dihubungkan dengan
kata penghubung seperti “dan”, “tetapi”, “atau”.
Contoh:
- Adik membeli kertas dan kakak membeli buku.
c. Kalimat kompleks
74

Berisi sebuah klausa independen dan satu atau lebih klausa


dependen sebagai anak kalimat.
Contoh:
- Meskipun gaji tidak naik, para pegawai bekerja
sebagaimana mestinya.
2. Cara Mengembangkan Paragraf
Secara umum ada dua pendekatan yang dapat digunakan
untuk mengembangkan suatu paragraf, yaitu pendekatan
induktif dan deduktif. Pendekatan induktif dimulai dengan
mengemukakan berbagai alasan kemudian dibuat
kesimpulan. Pendekatan deduktif dimulai dari kesimpulan
kemudian diikuti dengan alasan-alasannya. Lebih lanjut, suatu
paragraf dapat dikembangkan dengan:
a. Ilustrasi
Pemberian ilustrasi terhadap suatu topik bahasan yang
relevan akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mudah dipahami audiens.
b. Perbandingan (persamaan dan perbedaan)
Cara ini memerlukan wawasan berpikir yang luas bagi
penyampaian pesan-pesan bisnis dan tentunya akan dapat
membuat perbandingan yang berkaitan dengan persamaan
maupun perbedaan terhadap suatu pokok bahasan tertentu.
c. Pembahasan sebab-akibat
Pola pengembangan paragraf dengan sebab-akibat akan
membantu memberikan arah yang jelas terhadap suatu pokok
bahasan tertentu.
d. Klasifikasi
Pola pengembangan paragraf dengan pengelompokkan ini
akan mempermudah pemahaman bagi pengirim pesan
75

meupun penerima pesan. Selain itu juga menjadikan suatu


topik bahasan menjadi lebih terarah atau terfokus.
e. Pembahasan pemecahan masalah
Cara ini akan mampu memberikan latihan analitis yang sangat
diperlukan bagi seseorang dalam pengambilan keputusan-
keputusan penting bagi suatu organisasi. Dengan kata lain
pola pengembangan ini memberikan suatu arah yang
sistematis.

2.3.4. Pengorganisasian Pesan Komunikasi Melalui


Outline
Pada dasarnya, untuk mencapai pengorganisasian yang
baik diperlukan dua prosestahapan, yaitu pendefinisian dan
penggolongan ide-ide; dan penetapan urutan ide-ide
dengan perencanaan organisasional yang terpilih secara hati-
hati.
1. Mendefinisikan dan mengelompokkan ide-ide
Memutuskan apa yang harus dikatakan adalah masalah
mendasar yang harusdipecahkan oleh setiap komunikator.
Jika materi yang disajikan lemah, apalagi tidak memilikisuatu
gaya yang menarik, fakta yang ada dapat menjadi kabur.
Cepat atau lambat, audienceakan menyimpulkan bahwa yang
disampaikan benar-benar tidak bernilai sedikitpun.
Semuakegiatan komunikasi, baik menelpon, membuat !
paragraf surat, atau menulis laporan "
a. halaman, harus dimulai dengan mendefinisikan isi
materinya. Semakin panjang dan kompleksmateri yang
76

akan disampaikan, semakin penting tahap pertama ini.


Apabila pesan yang disusun panjang dan kompleks,
pembuatan outline sangatdiperlukan dan menjadi penting
artinya. Mengapa demikian juga mem buat outline akan
membantu memvisualisasikan hubungan antara bagian
yang satu dengan bagian yang lain. 'isampingitu, outline
juga akan memberikan arahan sehinga komunikator dapat
menyampaikan ide-ide dengan cara yang sistematik,
efisien dan efektif. Melalui perencanaan yang baik, outline
akanmembantu komunikator mengekspresikan transisi
antara ide-ide, sehingga audience akanmengerti dan
memehami pola piker komunikator. susunan suatu outline
secara garis besar dapat digolongkan ke dalam tiga
golongan,yaitu (a).Mulailah dengan ide pokok, ide pokok
"main idea" akan membantu menetapkan tujuan dan
strategi umum darisuatu pesan. (b) ide pokok tersebut
dapat dirangkum ke dalam dua hal yaitu ( 1) hal-hal
apayang diinginkan agar dilakukan atau dipikirkan oleh
audience, (2) alasan yang mendasar,mengapa mereka
harus melakukan atau memikirkannya. ide pokok
merupakan titik awal untuk membuat outline
b. Nyatakan poin-poin pendukung yang penting setelah
menetapkan ide pokok pesan yang akan disampaikan,
tahap kedua adalah menyusun poin-poin penting lainnya,
sebagai pendukung ide pokok

2.3.5. Arti Penting Pengorganisasian Pesan-Pesan


Dalam suatu organisasi, pesan-pesan yang disampaikan
oleh pemimpin kepada para bawahan, terkadang tidak
77

terorganisasi dengan baik. Hal ini menyebabkan pesan-pesan


yang disampaikan tidak mengenai sasaran atau hasilnya tidak
sesuai dengan apayang dikehendaki. Dengan mengatur ide-
ide secara logis, berurutan, dan tidak bertele-tele, ide yang
disampaikan akan dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan
informasi, motivasi, maupun praktis bagi audiens.
Mengorganisasi pesan-pesan secara baik adalah suatu
keharusan dan menjadi tantangan bagi komunikator. Hal yang
perlu diperhatikan dalam mengorganisasi pesan-pesan yang
baik sebagai berikut :
1. Subjek dan tujuan harus jelas.
2. Semua informasi harus berhubungan dengan subjek dan
tujuan.
3. Ide-ide harus dikelompokkan dan disajikan dengan cara
yang logis.
4. Semua informasi yang penting harus sudah tercakup.

Suatu pesan yang disusun dengan baik akan membantu


bagi audiens terutama dalam hal-hal berikut ini :
1. Memahami pesan yang disampaikan
Dengan mengemukakan hal-hal penting secara jelas,
menyusun ide-ide secara logis dan berurutan, dan
memasukan semua informasi yang relevan dalam pesan,
maka audiens akan lebih mudah dalam memahami
maksud dan isi pesan.
2. Membantu audiens menerima pesan
Pengorganisasian pesan-pesan yang baik disamping
membantu audiend dalam memahami maksud pesan,
78

juga membantu audiens untuk dapat menerima isi pesan


tersebut.
3. Menghemat waktu audiens
Apabila suatu pesan tidak terorganisasi dengan baik,
penyampaiannya akan menghabiskan waktu audiens.
Salah satu tujuan pengorganisasian pesan-pesan yang
baik adalah penyampaian informasi atau ide-ide yang
relevan saja. Dengan hanya menyampaikan informasi
yang relevan, waktu audiens akan dapat dihemat.
Disamping itu, audiens dapat dengan mudah mengikuti
alur pemikiran pesan yang disampaikan, tanpa harus
memeras otak dan mengerutkan dahi.
4. Mempermudah pekerjaan komunikator.
Pengorganisasian pesan-pesan yang baik dapat
membantu pekerjaan komunikator, sehingga dapat
selesai lebih cepat dan menghemat waktu. Hal ini
merupakan faktor yang penting dalam dunia bisnis,
dimana penyelesaian pekerjaan berjalan dengan baik,
cepat, dan efisien.Dengan mengetahui apa yang ingin
disampaikan, dan menetahuo cara menyampaikannya,
rasa percaya diri komunikator akan meningkat. Semakin
tinggi rasa percaya diri komunikator, semakin cepat dan
efisien dalam menyelesaikan pekerjaan.

B. Hal-Hal Yang Menyebabkan Pesan-Pesan Tak Terorganisir


a. Bertele-tele
b. Memasukkan bahan-bahan yang tidak relevan
c. Menyajikan ide-ide yang tidak logis
79

d. Informasi penting kadangkala tidak tercakup dalam


pembahasan
2.3.6. Pentingnya Pengorganisasian Yang Baik
Apa sebenarnya manfaat pengorganisasian yang baik, yang
jelas apabila dapat. Membantu audience memahami suatu
pesan dan. Membantu audience menerima suatu pesan,
dengan ciri-ciri: Subjek dan tujuan harus jelas, Semua
informasi harus berhubungan dengan subjek dan tujuan dan
Ide-ide harus dikelompokkan dan disajikan dengan cara yang
logis

Menghemat waktu : apabila pesan tidak terorganisir dengan


baik. Penyampaiannya akan menghabiskan waktu audence
Mempermudah pekerjaan komunikator
pengorganisasian pesan-pesan yang baik dapat membantu
pekerjaan komunikator, sehingga dapat selesai lebih cepat
dan hemat waktu

2.3.7. Pengorganisasian Pesan-Pesan Melalui Outline


Untuk mencapai pengorganisasian pesan-pesan yang
baik maka diperlukan suatu cara agar pesan tersebut dapat
berguna dan bermanfaat bagi setiap penggunanya. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara :

1. Mendefinisikan dan Mengelompokkan Ide


Memutuskan apa yang harus dikatakan adalah masalah
mendasar bagi setiap komunikator yang harus dicari
pemecahannya. Jika materi memang lemah, tidak memiliki
suatu muatan yang menarik, maka akan mengaburkan fakta
80

yang ada. Apabila penyusunan pesan yang panjang dan


kompleks, maka outline sangat diperlukan dan menjadi
penting artinya. Hal ini karena dengan adanya outline akan
sangat membantu memvisualisasikan hubungan antara
bagian yang satu dengan bagian yang lain. Selain itu, outline
juga membantu untuk mengkomunikasikan ide-ide dengan
cara yang lebih sistematik, efisien dan efektif. Melalui
perencanaan yang baik outline akan membantu
mengekspresikan transisi antara ide-ide sehingga audiens
akan memahami pola pikir komunikator.
Susunan suatu outline secra garis besar dapat digolongkan ke
dalam tiga golongan, antara lain :
a. Memulai dengan Ide Pokok, akan sangat membantu
dalam menetapkan tujuan dan strategi umum dari
suatu pesan. Ide pokok dirangkum ke dalam dua hal
yaitu : keinginan terhadap audiens untuk melakukan
dan memikirkannya, sebagai alasan yang mendasar bagi
audiens mengapa harus melakukan dan
memikirkannya.
b. Menyatakan hal-hal pendukung yang penting, yang akan
sangat berguna dalam mendukung ide-ide pokok.
c. Membuat ilustrasi dengan bukti-bukti, semakin banyak
bukti-bukti yang dapat disajikan, maka outline yang
dibuat akan semakin baik.

2. Menentukan Urutan dengan Rencana Organisasional


Setelah mengelompokkan ide-ide, langlah selanjutnya
adalah menentukan urutan-urutan terhadap ide-ide tersebut
81

aga selaras dengan rencana organisasional, melalui dua


pendekatan yaitu :
a Pendekatan Langsung (direct approach), sering disebut
juga dengan pendekatan deduktif , dimana ide pokok
muncul paling awal, kemudian diikuti bukti-bukti
pendukungnya. Biasanya reaksi dari audiens akan
positif dan menyenangkan jika menggunakan
pendekatan ini.

b. Pendekatan Tidak Langsung (indirect approach), atau


sering disebut dengan pendekatan induktif, dimana
bukti-bukti diletakan paling awal, kemudian baru
diikuti dengan ide pokok. Biasanya audiens akan
merespon negatif dan tidak menyenangkan.

Setelah menganalisa berbagai kemungkinan respon yang


ada dari dalam diri audiens serta telah menemukan suatu
pendekatan yang terbaik, maka tahap selanjutnya adalah
menentukan jenih pesan yang akan dibuat atau disampaikan.
Secara garis besar jenis pesan yang dapat di sampaikan
meliputi permintaan langsung (direct request), pesan-pesan
rutin, good news atau goodwill, pesan-pesan bad news dan
pesan-pesan persuasif.

2.3.8. Rencana-Rencana Organisasional:

1. Permintaan Langsung (Direct Request)


82

Jenis / tipe pesan yang paling umum digunakan adalah


penyampaian langsung pada poin yang dituju. Jenis atau tipe
pesan bisnis yang paling sering digunakan adalah
penyampaian yang langsung paha hal yang dituju. Pesan ini
dapat berbebtuk surat dan memo. Contoh dari pesan
permintaan langsung ini dat terlihat pada pembuatan surat
pesanan, permintaan rutin, aduan atau klaim, permintaan
kredit rutin
Isi dari sebuah surat Direct Request harus terdiri dari 3
bagian antara lain:
a. Bagian Awal
Bagian ini merupakan bagian pendahuluan atau pembukaan,
yang berisi tentang alasan kita dalam mengajukan atau
meminta sesuatu. Kalimat yang digunakan hendaknya
haruslah jelas, singkat dan tidak bertele-tele, tujuannya
adalah agar pihak atau orang yang membaca pemintaan kita
menjadi lebih paham akan maksud yang tergan dung dalam
surat permintaan tersebut.

b. Bagian Pertengahan
Bagian ini merupakan penjelasan rinci dari apa yang kita
tulikan pada bagian pendahuluan, berisi hal-hal yang bersifat
rincian dari maksud permintaan. Teknis penyusunan kalimat
dan kata-kata dapat menggunakan serangkaian pertanyaan
terutama jika permintaan menyangkut perlengkapan yang
sangat kompleks. Dapat berisi tentang pertanyaan mengenai
teknis, dimensi serta kegunaan sesuatu yang kita minta. Jika
permintaan lebih dari satu jenis, sebaiknya kita membuat
daftar dan memberi nomor secara berurutan.
83

c. Bagian akhir
Bagian ini merupakan bagian penutup yang sebaiknya diisi
dengan suatu permintaan beberapa tanggapan khusus,
lengkap dengan batas waktu, dan ekspresi terhadap apresiasi
maupun pemberian goodwill. Untuk mempermudah pembaca,
sebaiknya perlu mencantumkan beberapa informasi penting
seperi nomor telepon, jam kerja, dan petugas yang dapat
dihubungi.

2. Permintaan Informasi Rutin


Pesan-pesan badnews: berisi berita buruk (badnews
seperti penolakan suatu lamaran, penolakan kredit,
perampingan karyawan, penurunan pangkat , audience pada
umumnya akan kecewa. Pesan-pesan persuasi : untuk
melakukan tindakan tertentu seperti penagihan pinjaman ,
penjualan produk, pendekatan yang digunakan adaah
persuasi Surat permintaan rutin layak untuk memperoleh
perhatian secara bijaksana. Dalam kebanyakan organisasi,
memo dan surat-surat seperti itu dikirim ke ratusan bahkan
ribuan karyawan, konsumen, klien dan para pemegang
saham.
Surat permintaan rutin mempunyai potensi untuk
membentuk suatu kesan positif atau citra yang baik bagi
suatu organisasi perusahaan. Oleh karena itu, ketika menulis
suatu surat permintaan rutin, anda harus menjaga maksud/
tujuan menulis suatu pesan dalam ingatan anda. Anda harus
bertanya pada diri sendiri apa yang anda inginkan terhadap
pembaca setelah mereka memahami pesan yang anda
84

sampaikan.Surat permintaan rutin layak untuk memperoleh


perhatian secara bijaksana. Dalam setiap organisasi, memo
dan surat-surat dikirim ke ratusan bahkan ke ribuan
karyawan , konsumen, klien dan sebagainya. Surat
permintaan rutin mempunyai potensi untuk membentuk
suatu kesan positif atau citra yang baik bagi organisasi yang
bersangkutan. Pedoman dalam menulis surat ini bahwa harus
dijaga maksud dan tujuan menulis suatu pesan dalam ingatan
kita. Dalam membuat surat permintaan rutin perlu
diperhatikan tiga pertanyaan, yaitu : apa yang diketahui,
mengapa hal tersebut perlu diketahui, mengapa hal ini dapat
membantu.

Dalam kaitannya dengan direct request, maka permintaan


rutin dapat berasal dari dalam maupun luar organisasi bisnis.
a. Permintaan dari dalam organisasi
Meskipun suatu permintaan dapat saja dilakukan secara lisan,
namun beberapa pesan permintaan dapat dibuat lebih
permanen dalam bentuk tertulis, seperti memo. Memo dalam
bentuk tertulis akan dapat menghemat waktu dan membantu
audiens mengetahui secara tepat apa yang diinginkan.
Pengiriman memo dapat dilakukan antara karyawan dengan
karyawan, pimpinan dengan karyawan, pimpinan dengan
supervisor dan sebagainya..

b. Permintaan dari luar organisasi


Sebagai seorang pelaku bisni prifesional perlu adanya
komunikasi dengan para pelanggan, pemasok, dan
perusahaan lain untuk berbagai keperluan bisnis. Selain itu,
85

banyak surat-surat yang harus dikirim ke luar organisasi


untuk memperoleh informasi penting, seperti informasi
produk baru, katalog buku terbaru, keinginan untuk menjalin
kerjasama bisnis, keinginan untuk berlangganan. Disamping
itu , dapat juga memberikan respon terhadap ilkan yang
dipasang di suatu surat kabar. Dalam hal ini perlu
diperhatikan tiga hal, yaitu : dimana kita membaca iklan
tersebut, jelaskan apa yang kita maksud, cantumkan alamat
yang jelas dan lengkap untuk balasan surat.

3. Penulisan Permintaan Rutin Dan Pesan-Pesan Positif


Menulis pesan-pesan baik yang berupa surat-surat
untuk kalangan intern maupun ekstern perusahaan dan
memo merupakan hal yang rutin. Penyampaian pesan-pesan
rutin, good news dan good will dapat dilakukan dengan
pendekatan langsung (direct approach).

Pendekatan langsung (direct approach) memiliki beberapa


keunggulan yaitu:
a. Peningkatkan pemahaman secara komprehensif
(menyeluruh) ketika pertama kali membaca suatu
pesan)
b. Menekankan pada hasil suatu analisis yang telah anda
lakukan
c. Menghemat waktu bagi audiens karena mereka dapat
segera mengetahui apa maksud pesan tersebut dan juga
dapat memutuskan segera pada bagian mana yang perlu
86

memperoleh perhatian dan yang tidak perlu memperoleh


perhatian secara seksama.
Sedangkan kelemahannya adalah faktor kebiasaan
dimana orang cenderung menyampaikan suatu pesan
berdasarkan cara berpikirnya dan kesulitan untuk mengubah
pola pikir yang cenderung langsung ke pokok bahasan, hal ini
terkait dengan pola pendidikan yang telah diajarkan
sebelumnya. Dalam menyampaikan pesan-pesan bisnis
(komunikasi) yang positif, bak melalui lisan atau tulisan,
maka bentuk-bentuk pesan yang disampaikan akan mengikuti
suatu formula yang sederhana, yaitu mulai dengan ide-ide
pokok yang jelas. Diusahakan dalam bagian awal, penulisan
pesan-pesan positif dimulai dengan pernyataan yang jelas dan
tegas.
Pada bagian pertengahan, sampaikan penjelasan secara
rinci. Bagian ini adalah bagian penjelasan rinci dan porsi
terbanyak dibanding dengan bagian awal dan akhir. Pada
bagian akhir pesan-pesan positif, umumnya diakhiri dengan
pemberian kesan yang baik atau pernyataan yang ramah dan
harapan tindakan khusus yang diinginkan oleh audiens.

4. Permintaan Tidak Langsung Dan Pesan Persuasif


Menuliskan Pesan Goodwill Dan Good News

Meskipun hubungan dalam bisnis sebagian besar


diwarnai dengan pertimbangan manfaat dan biaya, namun
ada saatnya perusahaan menjalin hubungan personal dengan
relasi bisnisnya. Perusahaan dapat meningkatkan
hubungannya dengan konsumen dan relasi bisnis lain dengan
87

mengirimkan pesan yang bersifat kekeluargaan. Pesan-pesan


yang bersifat kekeluargaan tsb mempunyai pengaruh positif
thd bisnis.
Beberapa bentuk goodwill yang sering dibuat oleh
perusahaan adalah ucapan selamat (congratulations),
messages of appreciation, condolences dan greetings.

Ucapan selamat (congratulations)


Bagaimana menyusunnya : pertama-tama ide pokok
diletakkan pada bagian awal pesan. Setelah itu diikuti dengan
rincian atau informasi tambahan yang mendukung ucapan
selamat. Selanjutnya diakhiri dengan penutup. Usahakan
meyakinkan dan menggambarkan penerima memang layak
mendapatkan itu

Penghargaan (Messages of Appreciation)


Dapat diberikan pada individu yang tepat yang memang
seharusnya medapat penghargaan. Atau pada relasi bisnis,
karena jasanya terhadap perusahaan

Ucapan (Condolences)
Ucapan duka cita menunjukkan perhatian terhadap
perusahaan atau individu. Bencana atau musibah dapat
berupa perush yang mengalami bencana spt kebakaran,
kemalingan, kerugian lain. Penyusunan ucapan duka cita
dimulai dengan pernyataan atau kalimat yang menunjukkan
rasa simpati.
88

Ucapan salam (greetings)


Ucapan salam biasanya diberikan kepada orang-orang yang
ada dalam perusahaan ataupun pada relasi spt pemasok,
konsumen. Tujuan ucapan salam adalah menunjukkan
hubungan yang ramah atau hangat diantara mereka

Kualifiksi bentuk goodnews dalam komunikasi bisnis :

1. Good News tentang pekerjaan


Umumnya surat yang menginformasikan kabar baik atau
berita yang menyenangkan (good news) menggunakan
pendekatan langsung. Contoh good news berkaitan dengan
masalah pekerjaan, antara lain penerimaan kerja, kenaikan
pangkat/ jabatan/ posisi, memperoleh bonus kerja, tunjangan
hari raya, kenaikan gaji dan pengakuan/ penghargaan
prestasi kerja.

2. Good News Tentang Produk


Good News yang berkaitan dengan produk antara lain,
pembicaraan diskon harga produk, sistem beli 3 produk dapat
tambahan 1 produk gratis (buy 3 get 1 free), pemberian
kupon diskon harga produk, membeli produk dalam jumlah
tertentu akan memperoleh hadiah tertentu (seperti kalender
tahun baru, produk aksesoris atau produk pelengkap).
3. Pesan-Pesan Goodwill
Goodwill adalah suatu perasaan positif yang dapat mendorong
orang untuk menjaga hubungan bisnis. Sebagai pelaku bisnis,
seseorang dapat juga mendorong hubungan baik dengan
berbagai pihak, seperti pelanggan, pemasok atau pelaku
89

bisnis lainnya dengan penyampaian pesan-pesan secara


bersahabat atau catatan-catatan singkat yang tak diharapkan,
yang secara tidak langsung berkaitan dengan tujuan bisnis
tertentu.
4. Penulisan Pesan-Pesan Persuasif
Persuasi merupakan suatu usaha mengubah sikap,
kepercayaan atau tindakan audiens untuk mencapai suatu
tujuan. Secara sederhana, persuasi yang efektif adalah
kemampuan untuk menyampaiakan suatu pesan di dalam
suatu cara yang membuat audiens (pembaca atau pendengar)
merasa mempunyai pilihan dan membuat mereka setuju.
Meskipun kebanyakan pesan-pesan bisnis adalah rutin,
namun dalam beberapa situasi tertentu diperlukan pesan
yang didesain untuk memotivasi atau memberi persuasi
kepada orang lain. Penyampaian pesan ini tidak
hanya digunakan untuk kepentingan internal organisasi
namun dapat pula digunakan untuk kepentingan eksternal
organisasi seperti permintaan atau informasi yang bersifat
menyenangkan, atau kegiatan untuk mendapatkan dana dan
kerjasama.
Pesan-pesan persuasif bertujuan untuk mempengaruhi
audiens yang cenderung mempertahankan ide atau
gagasannya. Pesan-pesan persuasif umumnya lebih lama,
lebih rinci, dan tergantung pada perencanaan strategis yang
cukup ketat.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam
menuliskan pesan-pesan persuasif antara lain :
a. Analisis Audiens
90

Penyampaian pesan-pesan persuasif yang terbaik adalah


dengan cara menhubungkan suatu pesan dengan minat dan
hasrat audiens. Untuk mengakomodasi perbedaan individual,
maka perlu menganalisis audiens dan kemudian menyusun
suatu pesan yang dapat menjadi daya tarik bagi kebutuhan
mereka. Cara yang paling mudah dalam menilai kebutuhan
audiens adalah dengan berpedoman pada teori kebutuhan
dari Maslow yang menyatakan bahwasanya manusia memiliki
lima kebutuhan yang sifatnya berjenjang..
b. Mempertimbangkan Perbedaan Budaya
c Pemahaman terhadap perbedaan budaya yang ada bukan
saja akan membantu dalam memuaskan kebutuhan audiens,
tetapi juga akan membantu bagaimana mereka akan
memberikan penghormatan. Memberikan persuasi untuk
budaya yang berbeda akan berbeda cara memberikan
persuasinya.
d. Memilih Pendekatan Organisasional
Agar penyampaian pesan persuasif dapat tempat sasaran dan
sesuai dengan apa yang dikehendaki maka perlu
diperhatikan cara penyampaiannya kepada audiens,
apakah menggunakan pendekatan langsung atau tidak
langsung.
Persuasi yang efektif mencakup empat komponen
penting, yaitu :
1. Menetapkan kredibilitas
Bagi seorang komunikator tingkat kredibilitas ditentukan
oleh sejaumana tingkat kepercayaan dan reabilitas dirinya.
Kredibilitas adalah kapabilitas untuk dapat dipercaya oleh
orang lain. Cara yang digunakan untuk menumbuhkan
91

kredibilitas seseorang adalah dengan fakta, berupa dokumen,


statistik, jaminan, dan hasil riset yang menjadi bukti objektif
yang mendukung kredibilitas seseorang.
Cara lain yang dapat dilakukan guna menambah kredibilitas
seseorang adalah menjadi seorang pakar atau ahli dalam
bidang tertentu, antusias terhadap materi yang disampaikan,
objektif dalam penilaian sesuatu, sikap hormat dapat
membantu memfokuskan kebutuhan audiens, kejujuran dapat
menumbuhkan penghargaan audiens, intensitas yang baik
akan membantu minat audiens, dan pengalaman latar
belakang baik sikap, kepercayaan sebelumnya dapat
membantu mengidentifikasi audiens.
2. Membuat Kerangka Argumentasi pada Audiens
Kerangka argumentasi dapat dibuat berdasarkan rencana
organisasional AIDA (Attention, Interest, Desire dan Action).
a. Attention (Perhatian), meyakinkan audiens dibagian
permulaan bahwa ada sesuatu yang akan disampaikan.
Memperkenalkan suatu masalah atau ide yang membuat
audiens mau mendengar pesan-pesan yang akan
disampaikan.
b. Interest (Minat), menjelaskan relavansi pesan-pesan
yang disampaikan dengan audiens. Mengembangkan
pernyataan yang telah disampaikan pada fase pertama
secara rinci. Menghubungkan pesan-pesan yang akan
disampaikan dengan manfaat secara spesifik yang dapat
dinikmati oleh audiens.
c. Desire (Hasrat), mengubah keinginan audiens dengan
menjelaskan bagaimana perubahan yang dilakukan
dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi
92

audiens, dan berusaha untuk mengimplementasikan ide


atau gagasan.
d. Action (Tindakan), menyarankan tindakan spesifik yang
diinginkan terhadap audiens. Perlu juga dipikirkan
bagaimana audiens akan memperoleh manfaat dari
tindakan yang dilakukan, serta menemukan cara agar
tindakan tersebut mudah untuk dilakukan.
3. Memilih Daya Pemikat
Umumnya pesanpesan persuasif menggunakan daya pemikat
dengan logika (logical appeals) dan daya pemikat emosional
(emotional appeals) untuk melakukan persuasi audiens.
Kedua pendekatan ini akan memiliki keseimbangan apabila
tergantung pada tindkan yang diharapkan, harapan para
audiens, tingkat resistensi yang diatasi, kemampuan menjual
ide atau gagasan tersebut.
a. Pemikat Emosional
Dalam melakukan persuasi audiens, dapat memanfaatan
emosi yang dilandasi dengan suatu argumentasi atau dalam
bentuk simpati kepada audiens sepanjang pemikat emosional
bersifat kuat. Dapat menggunakan kata-kata yang sangat
berpengaruh pada emosi seseorang seperti kebebasan,
keberhasilan, nilai, penghargaan, kenyamanan, dan
keamanan.
b. Pemikat Logika
Dalam berbagai hal, penggunaan pendekatan ini dapat
dilakukan seperti membuat aduan (claim) dan memberikan
dukungan atas aduan tersebut dengan memberikan alasan
dan bukti-bukti yang ada. Adapun penggunaan pendekatan ini
didasari atas berbagai alasan diantaranya :
93

1. Analogi, adalah menggunakan suatu alasan dari bukti-


bukti spesifik menuju bukti-bukti fisik pula.
2. Induksi, adlah memberikan berbagai alasan dari bukti-
bukti spesifik menuju kesimpulan umum.
3. Deduksi, Pemberian alasan dari yang bersifat umum
untuk kesimpulan yang khusus.
c. Pertimbangan Etika
Persuasif dapat digunakan untuk mempengaruhi audiens
dengan memberikan informasi dan menambah pemahaman
mereka dalam berbagai hal. Hal yang paling penting dalam
pendekatan ini adalah menunjukkan perhatian yang jujur
kepada audiens dengan memenuhi kebutuhan mereka.
Apabila perusahaan ingin memberikan tanggapan atas
keluhan pelanggan, mengkomunikasikan permasalahan
tentang pesanan atau memberitahukan perubahan kebijakan
perusahaan yang dapat mempengaruhi citra perusahaan
secara negatif, maka perlu memperhatikan tiga hal, yaitu
penyampaian bad news, penerimaan pesan tersebut dan
menjaga goodwill sebaik mungkin dengan audiens.
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan,
berkaitan dengan pesan yang tak menyenangkan ini :
1. Menciptakan Audience – Centerred Tone
Menyangkut nada atau intinasi dalam penyampaian bad news
mampu memberikan kontribusi yang cukup penting bagi
efektivitas penyampaian pesan-pesan bisnis yang didukung
dengan tiga tujuan yang khusus, yaitu :
a. Membantu audiens mengerti akan bad news yang
merupakan suatu keputusan yang tegas
94

b. Membantu audiens mengerti keputusan yang diambil


adalah adil.
c. Membantu audiens agar tetap memberikan goodwill bagi
perusahaan.
2. Memilih Pendekatan Organisasional
Dalam menyampaikan suatu pesan yang sifatnya bad news,
dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu perencanaan
tak langsung (indirect plan) dan perencanaan langsung
(direct plan).
a. Pendekatan tidak langsung (indirect plan), merupakan
pendekatan yang digunakan untuk penulisan pesan-
pesan yang mempunyai dampak kurang menyenangkan
kepada audiens. Dalam pendekatan ini terdapat empat
bagian penting yaitu
1. Pembuka, yang menempatkan audiens pada situasi yang
netral serta penyataan yang tanpa beban bagi audiens.
2. Alasan, dengan mengemukakan alasan mengapa suatu
keputusan harus diambil, sebelum menyampaikan yang
sebenarnya, penyampaian alasan yang efektif akan
sangat membantu audiens menyadari bahwa keputusan
yang diambil adalah fair atau logis.
3. Bad news, merupakan hal yang mungkin “menyakitkan”
bagi audiens yang endengarnya, namun demikian bagian
ini merupakan bagian utama yang merupakan keputusan
yang diambil dari suatu kondisi.
4. Penutup, setelah pesan yang kurang menyenangkan
disampaikan, maka tahap selanjutnya adalah
memberikan kata-kata penutup yang bersifat positif,
hangat, bersahabat, dan lebih menyenangkan. Dapat juga
95

diusulkan suatu cara pemecahan dari masalah yang


dihadapi oleh audiens.
b. Perencanaan Langsung
Suatu pesan yang kurang menyenangkan yang diorganisir
melalui perencanaan langsung akan diawali dengan suatu
pernyataan bad news, selanjutnya diikuti dengan berbagai
alasan yang mendukungnya, dan diakhiri dengan penutup
yang bersahabat. Pendekatan ini memiliki kelebihan bahwa
audiens hanya memerlukan waktu yang relatif singkat untuk
sampai pada ide pokok yaitu bad news.Pendekatan ini dapat
diterapakan apabila :
1. Penerima pesan lebih menyukai pesan langsung ke inti
yang dituju.
2. Pesan tersebut mempunyai pengaruh yang kecil
terhadap si penerima pesan
3. Pesan disampaikan secara empati.

2.4. Konsep Agribisnis


Agribisnis merupakan sebuah pendekatan dalam
pengelolaan usaha tani yang menekankan pada aspek
peningkatan nilai tambah dari komoditas pertanian. Nilai
tambah dalam arti kata adanya penambahan nilai guna
(fungsi utility) suatu komoditi karena faktor perubahan
produk. Penambahan nilai guna bisa berdasarkan variabel
waktu, tempat, jenis produk, dan aspek lainnya. Pada
prakteknya penerapan konsep agribisnis memerlukan
keterpaduan dan keterlibatan beberapa pihak (stakeholder)
yang mempunyai kepentingan yang berkaitan. Berdasarkan
keterkaitan antar pihak yang terlibat, konsep agribisnis
96

memerlukan setidaknya 4 unsur yang harus terpenuhi


diantaranya :
2.4.1. Unsur pelaku sektor hulu
Pelaku yang termasuk dalam sektor hulu yang
dimaksud adalah pihak yang menyelenggarakan atau
menyediakan unsur input produksi. Atau dengan kata lain
pihak yang menghasilkan sarana-sarana usaha tani yang
dibutuhkan oleh kegiatan di sektor on farm. Sebagai misal
produsen pupuk, mesin dan alat pertanian serta produsen
bahan-bahan lainnya.
a. Unsur pelaku sektor on farm (produsen/petani)
Pelaku yang tergolong dalam kegiatan on farm adalah
pelaku-pelaku langsung yang terlibat dalam kegiatan usaha
tani. Baik usaha tani bercocok tanam, perikanan, peternakan,
perkebunan, dan yang lainnya. Yang termasuk dalam
kelompok ini misalnya petani, peternak, pekebun, nelayan,
dan lain – lain.
b. Unsur pelaku sektor hilir
Yang termasuk dalam katagori pelaku sektor hiir
adalah mereka yang terlibat dalam kegiatan pengolahan dan
pengelolaan produk yang dihasilkan oleh kegiatan on farm.
Termasuk didalamnya industri pengolahan hasil pertanian,
dan lembaga pemasaran hasil pengolahan pertanian.
c. Unsur fasilitator dan pemangku kebijakan
Unsur berikutnya yang mendukung pelaksanaan
kegiatan agribisnis adalah hadirnya lembaga yang
memberikan fasilitasi dan kemudahan dalam dukungan aspek
lainnya. Sebagai contoh lembaga perbankan yang
memberikan pelayanan jasa keuangan, pemerintah yang
97

memberikan fasilitas berupa regulasi dan berbagai peraturan,


dan lembaga assosiasi yang sebagai representasi lembaga
pelaku usaha yang mempunyai kepentingan terhadap industri
pertanian. Unsur-unsur tersebut merupakan prasyarat yang
harus diperhatikan manakala kegiatan agribisnis akan
dioperasionalisasikan secara terpadu. Selain itu, kelengkapan
sarana dan prasarana lainnya terutama yang bersifat
suprastruktur menempati urutan berikutnya. Sejauh ini
kenyataan yang ada belum sepenuhnya komoditas
pertanian tersentuh oleh kegiatan agribisnis. Kenyataan
menunjukkan masih banyak kegiatan pertanian dilaksanakan
secara parsial dan tersekat-sekat.
2.4.2 Konsep Pengembangan Agribisnis Berkelanjutan
Pertanian akan selalu memerlukan bidang permukaan
bumi yang sangat luas, yang terbuka terhadap sorotan
matahari, jadi pertanian harus terpencar-terpencar dan
memerlukan jaringan pengangkutan yang menyebar luas
adalah satu keharusan dalam pertanian modern, untuk
membawa bibit unggul, pupuk pestisida ke berbagai lapangan
pertanian yang sangat luas dan untuk membawa hasil
pertanian ke pasar. Pertanian yang progresif selalu berubah,
kita harus mengganti pola pertanian yang primitive dengan
pertanian yang modern, juika telah dilaksanakan seolah-olah
bereslah segalanya, karena pertanian yang progresif selalu
berubah maka setiap langkah maju memungkinkan langkah
maju yang lain. Sebagai perorangan para petani memiliki 4
kapasitas penting untuk pembagunan pertanian yaitu :
bekerja, belajar, berfikir kreatif dan bercita-cita. Ada
98

kebiasaan penting dalam melakukan pembangunan agribisnis,


yaitu:
1. Kebiasaan melakukan pengukuran, berfikir dengan
menghitung jumlah, tidak puas dengan menyebut hsail
panennya baik, tetapi seberapa hasil panennya dalam jumlah
kilo.
2.Selalu bertanya Mengapa Tanaman ini lebih baik dari
tanaman itu?
3. Kebiasaan terus mencari alternatif terbaru
Sebagian dari tugas pembagunan pertanian adalah
mengubah sikap masayarakat yang menghargai petani yang
tetap bekerja dengan cara kuno, mengharagai sikap yang
menghargai petani yang bisa meningkatkan produkstivitas
dengan cara mengubah cara kerjanya. Petani memainkan
peran inti dalam pembagunan pertanian. Dialah yang
memelihara tanaman , ternak, dan memutuskan bagaimanan
usahataninya harus dimanfaatkan. Pembangunan pertanian
tidak dapat dilaksanakan hanya oleh petani sendiri. Pertanian
tidak dapat berkembang tanpa adanya perkembangan yang
sesuai pada bidang kehidupan lain .
Ada 5 macam fasilitas yang harus ada bagi petani jika
pertanian hendak dimajukan (syarat pokoknya) :
1. Pasar untuk hasil usahatani
2. Teknologi yang slalu berubah
3. Tersedianya sarana produksi dan peralatan secara
lokal
4. Perangsang produksi bagi petani
5. Pengangkutan
99

Pembangunan pertanian adalah meningkatakan hasil


produksi usahatani. Untuk hasil-hasil ini perlu adanya pasar
serta harga yang cukup tinggi guna membayar kembali biaya-
biaya dan pengorbanan sewaktu memproduksi.
Agar pembagunan pertanian dapat berjalan terus haruslah
selelu terjadi perubahan, bila perubahan ini terhenti maka
pembangunan itupun terhenti.

Faktor yang Memperlancar Pembangunan Pertanian


1. Pendidikan pembangunan
2. Kredit Produksi
3. Kegiatan bersama oleh petani
4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian
5. Perencanaan nasional pembagunan pertanian
Ada 4 Jenis pendidikan pembangunan
1. Pendidikan dasar dan lanjutan
2. Pendidikan pembagunan untuk petani
3. Latihan semasa kerja (penataran)
4. Pendidikan rakyat kota mengenai pendidikan yang
efektif
Supaya efektif program pendidikan petani haruslah
memenuhi 8 syarat :
1. Harus datang ke tempat petani. Mereka terikat sepanjang hari
pendidikan pembagunan harus diberikan di tempat dimana ia
berada.
2. Harus bersifat khas seseuai minat dan kebutuhan petani.
3. Petani adalah orang dewasa
4. Harus disesuaikan dengan waktu-waktu senggang petani
100

5. Unit bahan pelajaran harus merupakan suatu cara kerja


tertentu yang baru dan telah diperbaiki
6. Harus disertai kesempatan bagi petani untuk segera
mempraktekkan metode yang baru diajarkan
7. Setiap cara kerja yang baru harus teknik baik dan
ekonomis, menguntungkan.
8. Petani memerlukan dorongan untuk mau melakukan
percobaan.
Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR
(TAC-CGIAR, 1988), “pertanian berkelanjutan adalah
pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian
guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan
melestarikan sumberdaya alam. Ciri-ciri pertanian
berkelanjutan:
1. Mantap secara ekologis, yang berarti kualitas sumberdaya
alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara
keseluruhan – dari manusia, tanaman, dan hewan sampai
organisme tanah ditingkatkan. Dua hal ini akan terpenuhi jika
tanah dikelola dan kesehatan tanaman dan hewan serta
masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi
sendiri). Sumberdaya lokal digunakan secara ramah dan yang
dapat diperbaharui.
2. Dapat berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani
mendapat penghasilan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan, sesuai dengan tenaga dan biaya yang dikeluarkan,
dan dapat melestarikan sumberdaya alam dan
meminimalisasikan risiko.
101

3. Adil, yang berarti sumberdaya dan kekuasaan disistribusikan


sedemikian rupa sehingga keperluan dasar semua anggota
masyarakat dapat terpenuhi dan begitu juga hak mereka
dalam penggunaan lahan dan modal yang memadai, dan
bantuan teknis terjamin. Masyarakat berkesempatan untuk
berperanserta dalam pengambilan keputusan, di lapangan
dan di masyarakat.
4. Manusiawi, yang berarti bahwa martabat dasar semua
makhluk hidup (manusia, tanaman, hewan) dihargai dan
menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar
(kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama, rasa sayang)
dan termasuk menjaga dan memelihara integritas budaya dan
spiritual masyarakat.
5. Luwes, yang berarti masyarakat desa memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dengan ubahan kondisi usahatni yang
berlangsung terus, misalnya, populasi yang bertambah,
kebijakan, permintaan pasar, dll. Anggap saja sistem
pertanian berkelanjutan dipandang sebagai suatu paradigma
ilmu. Sistem pertanian berkelanjutan sebagai paradigma ilmu
membuat khalayak yang mempercayainya hendaknya (a)
mengetahui apa yang harus dipelajarinya, (b) apa saja
pernyataan-pernyataan yang harus diungkapkan, dan (c)
kaidah-kaidah apa saja yang harus dipakai dalam menafsirkan
semua jawaban atas fenomena pertanian berkelanjutan.
Dalam perspektif falsafah ilmu berikutnya, suatu paradigma
ilmu pada hakekatnya mengharuskan ilmuwan untuk mencari
jawaban atas suatu pertanyaan mendasar yaitu bagaimana,
apa dan untuk apa.
102

Tiga pertanyaan di atas dirumuskan menjadi beberapa


dimensi yaitu:
1. Dimensi ontologis yaitu apa sebenarnya hakikat dari sesuatu
kejadian alam dan sosial ekonomi masyarakat yang dapat
diketahuinya atau apa hakikat dari setiap kejadian di sektor
pertanian dan sistem pertanian berkelanjutan pertanian
selama ini ditinjau sebagai ilmu; mengapa terjadi kerusakan
lingkungan; bagaimana hubungan degradasi tersebut dengan
sistem nilai masyarakat dan sistem nilai suatu kebijakan
pembangunan; bagaimana sektor pertanian di Indonesia
dinilai terpinggirkan ketimbang kebijakan industri
manufaktur, sehingga terjadi transformasi struktural semu,
dan sebagainya.
2. Dimensi epistemologis yaitu apa sebenarnya hakikat
hubungan antara pencari ilmu khususnya di bidang pertanian
dengan fenomena obyek yang ditemukannya; bagaimana
prosedurnya; hal-hal apa yang seharusnya diperhatikan
untuk memperoleh pengetahuan tentang sistem pertanian
berkelanjutan yang benar; apa kriteria benar itu; tehnik dan
sarana apa untuk mendapatkan pengetahuan sistem
pertanian berkelanjutan sebagai suatu ilmu.
3. Dimensi axiologis yaitu seberapa jauh peran sistem nilai
dalam suatu penelitian tentang sistem pertanian
berkelanjutan; untuk apa mengetahui sistem pertanian
berkelanjutan; bagaimana menentukan obyek dan tehnik
prosedural suatu telaahan sistem pertanian berkelanjutan
dengan mempertimbangkan kaidah moral atau profesional.
4. Dimensi retorik yaitu apa bahasa yang digunakan dalam
penelitian sistem pertanian berkelanjutan; bagaimana dengan
103

bahasa yang dipakai sebagai alat berpikir dan sekaligus


menjadi alat komunikasi yang berfungsi untuk
menyampaikan jalan pikirannya kepada orang lain; bahasa
yang dipakai seharusnya sebagai sarana ilmiah dan tentunya
obyektif namun menafikan kecenderungan sifat emotif dan
afektif.
5. Dimensi metodologis yaitu bagaimana cara atau metodologi
yang dipakai dalam menemukan kebenaran suatu ilmu
pengetahuan sistem pertanian kaitannya dengan fenomena
pertanian berkelanjutan; apakah deduktif atau induktif;
monodisiplin, multidisiplin dan interdisiplin; kuantitatif atau
kualitatif atau kombinasi keduanya; penelitian dasar atau
terapan.Berkaitan pula dengan sistem pertanian
berkelanjutan, khususnya bagi yang berminat dalam kegiatan
penelitian, diperlukan penerapan metodologi program
penelitian.
Menurut pendapat Imre Lakatos dalam Mohammad Muslih
(2005), ada tiga elemen yang harus diketahui dalam program
penelitian. Pertama adalah inti pokok yaitu asumsi-asumsi
dasar yang menjadi ciri dari penelitian berbagai aspek yang
terkait dengan sistem pertanian berkelanjutan.Kedudukannya
sebagai dasar di atas elemen lain yang dicerminkan sebagai
hipotesis umum dan kerangka teoretis yang bersifat umum.
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah seperti mengapa
dan bagaimana timbulnya masalah degradasi lingkungan dan
degradasi sosial ekonomi pertanian serta bagaimana peran
masyarakat dalam kerusakan lingkungan fisik dan sosial-
ekonomi (eksternalitas negatif) yang kemudian dijawab
sementara dalam bentuk hipotesis berdasarkan teori dan
104

empirik. Kedua adalah sebagai lingkaran pelindung yang


terdiri dari beberapa hipotesis awal atas terjadinya fenomena
di sektor pertanian. Kedudukannya sebagai pelengkap inti
pokok agar penelitian tentang pertanian mampu
menerangkan dan meramalkan setiap fenomena pertanian
berkelanjutan yang nyata. Disini sudah dimunculkan
perlakuan bagaimana mengembangkan beragam varian yang
kompleks dari suatu sistem pertanian, bagaimana
memodifikasinya. Namun teori yang dipakai sebagai suatu
struktur yang koheren dapat tetap terbuka untuk
dikembangkan. Artinya penelitian sistem pertanian
berkelanjutan tidak selalu berlangsung sekali jadi tetapi
terbuka untuk penelitian lanjutan. Ketiga adalah serangkaian
teori yaitu keterkaitan antara teori yang satu dengan teori
lainnya. Penelitian tentang sistem pertanian berkelanjutan
seharusnya dinilai dari serangkaian teori. Karena ciri
fenomena pertanian berkelanjutan yang begitu kompleksnya
maka dalam penelitian ini sudah dapat diduga teori yang
digunakan meliputi antara lain teori ekonomimakro,
ekonomimikro, teori ekonomi sumberdaya alam dan
lingkungan, teori ekonomi produksi, teori perilaku konsumen,
teori kebijakan lingkungan, kebijakan pertanian, teori
ekonomi ketenagakerjaan, sosiologi, antropologi, ekologi
manusia, kelembagaan dan sebagainya.
2.4.3. Pendekatan Sistem dalam Implementasi Agribisnis
Sistem agribisnis mengandung pengertian sebagai
rangkaian kegiatan dari beberapa sub-sistem yang saling
terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Setidaknya ada
Lima sub-sistem yang saling terkait tersebut (Krisnamurthi
105

dan Saragih, 1992). Kelima sub-sistem tersebut adalah (1)


sub-sistem faktor input pertanian (input factor sub-system),
(2) sub-sistem produksi pertanian (production sub-system),
(3) sub-sistem pengolahan hasil pertanian (processing
subsystem), (4) sub-sistem pemasaran (marketing
subsystem), dan (5) sub-sistem kelembagaan penunjang
(supporting institution sub-system).
Penjelasan atas masing-masing sub-sistem tersebut
sebagai berikut ini. Pertama, sub-sistem produksi pertanian
sering disebut sebagai kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan pengadaan sarana produksi pertanian (saprotan).
Kedua, sub-sistem produksi pertanian disebut sebagai
kegiatan budidaya pertanian, atau karena umumnya
dilaksanakan di tingkat unit usaha pertanian, maka juga
disebut sebagai kegiatan usaha tani. Bila diperhatikan,
pengertian "pertanian" yang selama ini digunakan juga
cenderung lebih banyak mengacu pada kegiatan-kegiatan
dalam sub-sistem produksi ini. Ketiga, sub-sistem
pengolahan hasil pertanian sering disebut sebagai kegiatan
agroindustri hasil pertanian, Keempat, sub-sistem
pemasaran, baik untuk faktor produksi, hasil produksi
maupun hasil olahannya. Kelima, sub-sistem kelembagaan
penunjang yang sering disebut sebagai sub-sistem jasa
(service sub-system).
Kegiatan pertanian atau budidaya dimasukkan ke
dalam kelompokkan kegiatan usaha tani (on-farm
activities), sedangkan pengadaan sarana produksi,
agroindustri pengolahan, pemasaran dan jasa-jasa penunjang
106

dikelompokkan ke dalam kegiatan luar usaha tani (off-farm


activities).

Dilihat dari berbagai aspek, seperti potensi


sumberdaya yang dimiliki, arah kebijakan pembangunan
nasional, potensi pasar domestik dan internasional produk-
produk agribisnis, dan peta kompetisi dunia, Indonesia
memiliki prospek untuk mengembangkan sistem agribisnis.
Prospek ini secara aktual dan faktual ini didukung oleh hal-
hal sebagai berikut:
Pertama, pembangunan sistem agribisnis di
Indonesia telah menjadi keputusan politik. Rakyat melalui
MPR telah memberi arah pembangunan ekonomi
sebagaimana dimuat dalam GBHN 1999-2004 yang antara
lain mengamanatkan pembangunan keunggulan komparatif
Indonesia sebagai negara agraris dan maritim. Arahan GBHN
tersebut tidak lain adalah pembangunan sistem agribsinis.
Kedua, pembangunan sistem agribisnis juga searah
dengan amanat konstitusi yakni No. 22 tahun 1999, UU No. 25
tahun 1999 dan PP 25 tahun 2000 tentang pelaksanaan
Otonomi Daaerah. Dari segi ekonomi, esensi Otonomi Daerah
adalah mempercepat pembangunan ekonomi daerah dengan
mendayagunakan sumberdaya yang tersedia di setiap daerah,
yang tidak lain adalah sumberdaya di bidang agribinsis. Selain
itu, pada saat ini hampir seluruh daerah struktur
perekonomiannya (pembentukan PDRB, penyerapan
tenagakerja, kesempatan berusaha, eskpor) sebagian besar
(sekitar 80 persen) disumbang oleh agribinsis. Karena itu,
107

pembangunan sistem agribisnis identik dengan pembangunan


ekonomi daerah.
Ketiga, Indonesia memiliki keunggulan komparatif
(comparative advantage) dalam agribisnis. Kita memiliki
kekayaan keragaman hayati (biodivercity) daratan dan
perairan yang terbesar di dunia, lahan yang relatif luas dan
subur, dan agroklimat yang bersahabat untuk agribisnis. Dari
kekayaan sumberdaya yang kita miliki hampir tak terbatas
produk-produk agribisnis yang dapat dihasilkan dari bumi
Indoensia. Selain itu, Indonesia saat ini memiliki sumberdaya
manusia (SDM) agribisnis, modal sosial (kelembagaan petani,
local wisdom, indegenous technologies) yang kuat dan
infrastruktur agribisnis yang relatif lengkap untuk
membangun sistem agribisnis.
Keempat, pembangunan sistem agribisnis yang
berbasis pada sumberdaya domestik (domestic resources
based, high local content) tidak memerlukan impor dan
pembiayaan eksternal (utang luar negeri) yang besar. Hal ini
sesuai dengan tuntutan pembangunan ke depan yang
menghendaki tidak lagi menambah utang luar negeri karena
utang luar negeri Indonesia yang sudah terlalu besar.
Kelima, dalam menghadapi persaingan ekonomi global,
Indonesia tidak mungkin mampu bersaing pada produk-
produk yang sudah dikuasai negara maju. Indonesia tidak
mampu bersaing dalam industri otomotif, eletronika, dll
dengan negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Jerman
atau Perancis. Karena itu, Indonesia harus memilih produk-
produk yang memungkinkan Indonesia memiliki keunggulan
bersaing di mana negara-negara maju kurang memiliki
108

keunggulan pada produk-produk yang bersangkutan. Produk


yang mungkin Indonesia memiliki keunggulan bersaing
adalah produk-produk agribisnis, seperti barangbarang dari
karet, produk turunan CPO (detergen, sabun, palmoil, dll).
Biarlah Jepang menghasilkan mobil, tetapi Indonesia
menghasilkan ban-nya, bahan bakar (palmoil diesel), palmoil-
lubricant.
Namun dari segi potensi pasar (demandside),
pengembangan sistem agribisnis di Indonesia juga prospektif
dengan alasan-alasan berikut ini.
Pengeluaran terbesar penduduk dunia adalah untuk
barang-barang pangan (makanan, minuman), sandang
(pakaian), papan (bahan bangunan dari kayu, kertas), energi
serta produk farmasi dan kosmetika. Kelima kelompok
produk tersebut merupakan kebutuhan dasar bagi
masyarakat dunia. Sebagian besar dari kelompok produk
tersebut dihasilkan dari agribisnis. Bahkan melihat
kecenderungan perubahan di masa depan, agribisnis
merupakan satu-satunya harapan untuk menyediakan kelima
kelompok produk tersebut.
Di bidang pangan, kemampuan negara-negara maju
untuk menghasilkan bahan pangan makin terbatas, baik
karena kelangkaan lahan maupun karena kalah bersaing
dengan produkproduk non agribisnis. Hasil penelitian FAO
mengungkapkan bahwa pertumbuhan produksi bahan
pangan dunia ke depan akan mengalami penurunan. Pada
periode tahun 1970-1990, pertumbuhan pangan dunia masih
mampu mencapai 2,3 persen per tahun, pada periode 1990 -
109

2010 pertumbuhan pangan dunia akan turun menjadi 1,8


persen per tahun.
Penurunan produk pangan dunia akan lebih cepat
terjadi pada produksi bahan pangan ikan dan daging sapi.
Dari 17 wilayah penangkapan ikan dunia saat ini, hanya tiga
wilayah penangkapan ikan (termasuk perairan Indonesia)
yang masih dapat dieksploitasi (under fishing), sedangkan
wilayah lainnya sudah over fishing. Kemudian, penurunan
produksi daging sapi dunia akan terjadi terutama akibat
munculnya penyakit sapi gila, penyakit mulut dan kuku,
antraks di daratan Eropa akhir-akhir ini. Perlu dicatat bahwa
hanya lima negara yakni, USA, Australia, Kanada, Selandia
Baru dan Indonesia yang diakui dunia sebagai negara yang
bebas penyakit hewan berbahaya (yang berarti hanya negara
tersebut bebas
mengekspor ke negara lain).
Kecenderungan situasi pangan dunia masa depan
tersebut memberi peluang bagi agribisnis Indonesia.
Indonesia yang masih memiliki ruang gerak luas dalam
pengembangan agribisnis bahan pangan berkesempatan
untuk memperbesar pangsanya di pasar internasional.
Di bidang barang-barang serat (tekstil, barang-barang
karet, kertas, bahan bangunan dan kayu) sedang terjadi
beberapa perubahan yang makin menguntungkan Indonesia
ke depan. Makin meningkatnya kesadaran masyarakat dunia
akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup telah
mendorong masyarakat dunia mengkonsumsi barang-barang
yang bersifat bio-degradable. Hal ini akan menggeser
penggunaan produk petro-fiber baik dalam industri tekstil
110

maupun dalam industri barang-barang dari karet.


Penggunaan karet sintetis yang kini mencapai 60 persen
dalam industri barang-barang karet dunia akan beralih pada
penggunaan karet alam. Demikian juga penggunaan petro-
fiber yang mendominansi berbagai bahan baku benang
industri tekstil dunia, akan digantikan oleh bio-fiber (serat
tanaman) seperti rayon. Sementara itu, produk kertas dunia
juga sedang bergeser dari dominansi negara - negara
Skandinavia ke negara tropis termasuk Indonesia yang secara
alamiah paling efisien memproduksi serat alam.
Kecenderungan pasar serat dunia yang demikian akan
memberi peluang bagi Indonesia yang memiliki keunggulan
komparatif dalam produksi serat alam.
Di bidang energi dunia juga sedang terjadi perubahan
yang fundamental. Selama ini sumber energi utama dunia
adalah dari sumberdaya mineral (petroleum). Namun
cadangan minyak dunia makin tipis, bahkan menurut OECD
Outlook 2001, persediaan minyak dunia tahun 2001 berada
pada titik terendah. Sementara alternatif energi seperti energi
nuklir terbukti beresiko tinggi (kasus Rusia, Jepang). Hal ini
memicu harga minyak dunia meningkat menjadi US$ 25-
30/barel. Kelangkaan energi dunia ini memberi kesempatan
untuk mengembangkan bio-energi seperti palmoil-diesel (dari
minyak sawit), ethanol (dari tebu). Hal ini memberi prospek
baru bagi Indonesia sebagai salah satu produsen minyak
sawit terbesar di dunia.
Kelangkaan petro-energi tersebut juga akan berdampak
pada industri-industri yang berbasis pada petro kimia, seperti
pupuk, pestisida, detergent, dll. Industri petro-pesticida akan
111

bergeser kepada bio-pesticide, industri petro-detergent akan


beralih pada bio-detergent dan industri petro-fertilizer akan
beralih kepada bio-fertilizer. Perubahan ini juga membuka
peluang bagi negara-negara agribisnis seperti Indonesia.
Kemudian dalam bidang farmasi dan kosmetika juga
sedang terjadi proses perubahan yang makin menguntungkan
negara-negara agribisnis seperti Indonesa. Makin meningkat
kebutuhan hidup akan kebugaran (fittness), hidup sehat dan
cantik, akan meningkatkan permintaan akan produk-produk
farmasi, toiletries (sabun kecantikan; shampo, detergent, odol,
dll). Indonesia yang memiliki kekayaan keragaman
biofarmaka terbesar seperti tanaman, obat-obatan, tanaman
minyak atsiri dan penghasil minyak olein (minyak sawit,
minyak kelapa) berkecenderungan untuk menjadi satu global
player pada industri bio-farmasi dan kosmetika.
Selain itu, pasar domestik Indonesia juga sangat besar
bagi produk-produk agribisnis. Konsumsi produk agribisnis
masyarakat Indonesia masih tergolong terendah di dunia,
kecuali konsumsi beras. Karena itu, pasar produk agribisnis di
Indonesia masih akan terus bertumbuh setidak-tidaknya
sampai 20 tahun ke depan. Dengan jumlah penduduk
keempat terbesar di dunia, dan disertai dengan peningkatan
pendapatan (setelah keluar dari krisis), pasar domestik
Indonesia untuk produk-produk agribisnis akan bertumbuh
dan dengan market size yang cukup besar.
112

2.5. Strategi Pengembangan Agribisnis


2.5.1. Pengertian stategi
John A. Pearce II dan Richard B. Robinson Jr.,
(2003), “Strategic Management, formulation, implementation
and control”, Irwin McGraw-Hill., mendefinisikan strategi
sebagai seperangkat keputusan dan tindakan yang
menghasilkan formulasi dan implementasi dari rencana yang
didesain untuk mencapai tujuan. Sistem agribisnis
merupakan kesatuan atau kumpulan dari elemen agribisnis
yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan dan sasaran
bersama, menggunakan input dan mengeluarkan output
produk agribisnis melalui pengendalian proses yang telah
direncanakan.
Jadi, menurut pendapat saya, Strategi pengembangan sistem
agribisnis adalah, seperangkat tindakan dan keputusan yang
merupakan kesatuan dari elemen agribisnis yang saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan,
menggunakan input dan mengeluarkan output produk
agribisnis melalui pengendalian proses yang telah
direncanakan.

2.5.2. Strategi pengembangan sistem agribisnis itu sendiri


meliputi :
1. Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri
dan pertanian serta jasa yang dilakukan
sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis.
2. Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan
bersaing diatas keunggulan komparatif.
113

3. Menggerakkan kelima subsistem agribisnis secara simultan,


serentak dan harmonis.
4. Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector.
5. Membangun Sistem agribisnis melalui pengembangan Industri
Perbenihan.
6. Dukungan Industri Agro-otomotif dalam pengembangan
sistem agribisnis.
7. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi
Agribisnis.
8. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan
sistem informasi agribisnis.
9. Tahapan pembangunan cluster Industri Agribisnis.
10. Membumikan pembangunan sistem Agribisnis dalam
otonomi daerah
11. Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis
di daerah.
12. Pengembangan strategi pemasaran.
13. Pengembangan sumberdaya agribisnis.
14. Penataan dan pengembangan struktur agribisnis.
15. Pengembangan pusat pertumbuhan sektor agribisni suktur.
16. Pengembangan infrastruktur agribisnis.
17. Kebijaksanaan terpadu pengembangan agribisnis.
18. Pengembangan agribisnis bersekala kecil.
19. Pembinaan sumberdaya manusia untuk mendukung
pembangunan agribisnis dan ekonomi pedesaan.
20. Pemberdayaan sektor agribisnis sebagai upaya
penanggulangan krisis pangan dan devisa.
114

Dalam strategi pengembangan sistem agribisnis maka peran


kelompok tani sangat baik untuk dijalankan. Karenanya
dinamika kelompok sebagai indikator yang digunakan untuk
menilai apakah suatu kelompok sudah dinamis baik dilihat dari
tujuan, proses maupun kondisi fisik dan non fisik yang ada.

Pembangunan pertanian tidak terlepas dari


pengembangan kawasan pedesaan yang menempatkan
pertanian sebagai penggerak utama perekonomian. Lahan,
potensi tenaga kerja, dan basis ekonomi lokal pedesaan
menjadi faktor utama pengembangan pertanian. Konsep
pertanian yang berkelanjutan dapat diwujudkan dengan
perencanaan wilayah yang berbasiskan sumberdaya alam
yang ada di suatu wilayah tertentu. Konsep perencanaan
mempunyai arti penting dalam pembangunan nasional karena
perencanaan merupakan suatu proses persiapan secara
sistematis dari rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam
usaha pencapaian suatu tujuan tertentu. Perencanaan
pembangunan yang mencakup siapa dan bagaimana cara
untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki agar
pelaksanaan pembangunan tersebut dapat berjalan lebih
efektif dan efesien.
Perencanaan pembangunan wilayah adalah suatu
upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori
kedalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang
didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan
mengintegrasikan aspek sosial lingkungan menuju
tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.
115

Untuk memberhasilkan pembangunan ekonomi


nasional melalui pengembangan sektor agribisnis, kita perlu
menemukenali terlebih dahulu kondisi dan tantangan yang
dihadapi sektor agribisnis nasional. Dengan menmu-kenali
hal-hal tersebut, kita dapat merumuskan strategi untuk
menghadapinya dan mempercepat pembangunan sektor
agribisnis dari kondisi saat ini menuju kinerja sektor
agribisnis yang diharapkan.
Pengembangan sektor agribisnis di masa depan,
khususnya menghadapi era globalisasi, akan menghadapi
sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan
pembangunan ekonomi domestik, perubahan lingkungan
ekonomi Internasional, baik karena pengaruh lieberalisasi
ekonomi maupun karena perubahan-perubahan fundamental
dalam pasar produk agribisnis internasional.
Pertanian sangat berperan dalam pembangunan suatu
daerah dan perekonomian dengan, pertanian harapannya
mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk,
sebagai sumber pendapatan, sebagai sarana untuk berusaha,
serta sebagai sarana untuk dapat merubah nasib ke arah yang
lebih baik lagi. Peranan pertanian/agribisnis tersebut dapat
dilakukan dengan meningkatkan ekonomi petani dengan cara
pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Peranan agribisnis dalam perekonomian
Indonesia sangat penting. Memang belum ada data kuantitatif
yang secara eksplisit dapat menggambarkan peranan
agribisnis ini. Agribisnis tidak digambarkan sebagai suatu
sektor yang secara jelas tercatat kontribusinya dalam
pembentukan PDB ataupun penyerapan tenaga
116

kerja. Sehingga diperlukan penghitungan ulang terhadap


datadata yang ada yang disesuaikan dengan definisi
agribisnis. Berdasarkan informasi dan data yang terbatas
tersebut, peranan agribisnis dalam ekonomi Indonesia dapat
digambarkan sebagai berikut ini.
Pertama, peranan agribisnis dalam pembentukan PDB
(Produk Domestik Bruto). Sampai saat ini non-migas
menyumbang sekitar 90 persen PDB, dan agribisnis
merupakan penyumbang terbesar dalam PDB non-
migas. Diperkirakan kontribusi agribisnis, dalam PDB non-
migas, mencapai 80.5 persen pada tahun 1995 dan menjadi
sekitar 70 persen pada tahun 1997.
Kedua, peranan agribisnis dalam penyerapan tenaga
kerja. Karakteristik teknologi yang digunakan dalam
agribisnis bersifat akomodatif terhadap keragaman kualitas
tenaga kerja, sehingga tidak mengherankan agribisnis
menjadi penyerap tenaga kerja nasional yang terbesar. Pada
tahun 1987 sekitar 78 persen tenaga kerja berada di bidang
agribisnis, dimana sektor pertanian menjadi penyerap yang
terbesar, yaitu 55 persen. Diperkirakan pada tahun 1997
agribisnis masih menyerap sekitar 73 persen dan pada tahun
1998 diperkirakan melonjak menjadi 80 persen.
Ketiga, peranan agribisnis dalam perolehan
devisa. Selama ini selain ekspor migas, hanya agribisnis yang
mampu memberikan net-ekspor secara konsisten. Bahkan
sejak 1993 net-ekspor agribisnis telah mampu melampaui
net-ekspor migas. Net-ekspor agribisnis terus mengalami
kenaikan, dan pada tahun 1997 mencapai sekitar US$ 13
milyar.
117

Keempat, peranan agribisnis dalam penyediaan bahan


pangan. Ketersediaan berbagai ragam dan kualitas pangan
dalam jumlah pada waktu dan tempat yang terjangkau
masyarakat merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan
pembangunan di Indonesia. Sejarah modern Indonesia
menunjukkan bahwa krisis pangan secara
langsung mempengaruhi kondisi sosial, politik, dan keamanan
nasional.
Kelima, peranan agribisnis dalam mewujudkan
pemerataan hasil pembangunan (equity). Pemerataan
pembangunan sangat ditentukan oleh 'teknologi' yang
digunakan dalam menghasilkan output nasional, yaitu apakah
bias atau pro terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki
oleh rakyat banyak. Saat ini faktor produksi yang
banyak dimiliki oleh sebagian besar rakyat adalah
sumberdaya lahan, flora dan fauna, serta sumberdaya
manusia. Untuk mewujudkan pemerataan di Indonesia perlu
digunakan 'teknologi' produksi output nasional yang banyak
menggunakan sumberdaya tersebut, yaitu agribisnis. Melalui
pembangunan agribisnis, yang sumberdayanya tersebar di
seluruh pelosok tanah air, diharapkan mampu melibatkan
partisipasi seluruh wilayah dan rakyat Indonesia dan
sekaligus ikut menikmati outputnya melalui pendapatan yang
diperoleh dari pembayaran faktor produksi.
Keenam, peranan agribisnis dalam pelestarian
lingkungan. Kegiatan agibisnis yang berlandaskan pada
pendayagunaan keanekaragaman ekosistem di seluruh tanah
air memiliki potensi melestarikan lingkungan hidup. Peranan
agribisnis dalam pelestarian lingkungan ini sudah disadari
118

oleh banyak negara. Jepang, dimana perekonomiannya tidak


lagi berbasis agribisnis, berupaya mempertahankan sekitar
30 persen wilayahnya sebagai wilayah pertanian guna
menjaga keseimbangan alamnya.
119

BAB III
ARTI, SEJARAH, TUJUAN DAN DASAR PENYULUHAN
PERTANIAN

3.1 Arti Penyuluhan Pertanian


Batasan, penyuluhan pertanian adalah suatu sistem
penddikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani di
pedesaan, dmana mereka belajar sambil berbuat untuk
menjadi mau, tahu dan bisa menyelesaikan sendiri masalah-
masalah yang dihadapinya secara baik, menguntungkan dan
memuaskan. Jadi penyuluhan pertanian itu adalah suatu
bentuk pendidikan yang cara, bahan dan sarananya
disesuaikan kepada keadaan, kebutuhan dan kepentingan,
baik dari sasaran, waktu maupun tempat. Karena sifatnya
yang demikian maka penyuluhan biasa juga disebut
pendidikan informal.
Selanjutnya penyuluhan itu sering disebut suatu bentuk
pendidikan pembangunan karena sifatnya yang selektif,
dalam arti memilih bahan dan metode pendidikannya yang
langsung dan segera menunjang pelaksanaan pembangunan
yang dikehendaki.

Untuk kelangsungan hidup dan juga untuk peningkatan


tarafnya setiap masyarakat harus berusha mengadakan
perubahan kebudayaan. Kemusanahan dan kemunduran taraf
hidup dapat terjadi karena: bencana alam, kemerosotan moral
manusia, kemunduran sumber-sumber daya (seperti hilangya
hutan fungsional, keringnya mata air, larutnya lapisan atas
tanah, berkurangnya kesuburan tanah, hilangnya
120

keseimbangan biologi dst), penyakit menular, peningkatan


jumlah penduduk yang tidak terkendalikan dll.

Pada hakekatnya setiap masyrakat itu berubah, tidak ada


yang tinggal diam atau statis. Jadi perbedaan antara
masyarakat yang disebut statis dan yang dinamis itu hanya
terletak pada tarap kecepatan perubahannya saja.

Perubahan kebudayaan itu disebabkan ntara lain oleh


penemuan-penemuan baru, dari dalam maupun luar
masyarakat itu sendiri, dan penyebarannya secara cept
maupun lambatlaun ke seluruh pelosok dan lapisan
masyarakat. Penemuan-penemuan baru itu adalah kombinasi-
kombinasi baru dari unsur-unsur yang sudah diketahui lebih
dahulu, baik dari kebudayaan materiil maupun dari spirituil.

Perbedaan antara penyebaran cepat (= penularan) dan


yang lambat-laun (= defusi) adalah karena perbedaan
kematangan masyarakat untuk menerima (= reseptivitas)
perubahan yang bersangkutan. Dan derajat reseptivitas ini
tergantung dari berbagai keadaan dalam masyarakat seperti
tingkatan pendidikan, adat istiadat, kontak social, nilai-nilai
hidup, kebutuhan yang dirasakan, tekhnologi, susunan (=
pengelompokan dan pelapisan) masyarakat, perspektif
ekonomi dll.

Dengan demikian besar-kecilnya, panjang-pendeknya,


lama-singkatnya dan meluas-terbatasnya reseptivitas sesuatu
masyarakat itu ada dalam kuasa manusia untuk
121

diusahakannya. Orang-orang yang menjadikan tugas


hidupnya, secara bayaran maupun sukarela, usaha-usaha
pematangan masyarakan untuk perubahan itu biasa disebut
penggerak perubahan (= change agent). Dalam masyarakat
itu ternyata ada juga orang-orang yang tidak suka perubahn
tadi atau tidak percaya akan faedahnya, malahan ada yang
menghalanginya sama sekali. Mereka adalah perintang atau
penghambat kemajuan dan biasanya terdiri dari golongan-
golongan:
a. Yang ingin melindungi kepentingannya (= vested
interest), mereka merasakan setiap perubahan
sebagai usaha pendongkelan kedudukannya yang
empuk. Tidakan-tindakannya diarahkan untuk
menghalangi terjadinya perubahan-perubahan, yaitu
yang biasa disebut usaha-usaha konservatif.
b. Yang mengenangkan waktu yang lampau yang
bahagia bagi mereka (ingat selalu kepada zaman
normal saja), hingga mereka tidak menginginkan
perubahan atau paling sedikitnya tidak percaya
perubahan itu akan bermanfaat. Mereka yang
demikian biasa disebut yang sintementalis.
c. Yang menglah sebelum berusaha penuh. Mungkin
mereka pernah mengalami kegagalan, kemudian jadi
putus asa dan menganggap tidak perlu ada usaha-
usaha perbaikan, toh akan gagal lagi. Mereka tidak
percaya akan adanya kegemilangan dihari esok dan
bersikap meremehkan usaha-usaha kea rah itu.
Meeka adalah yang biasa disebut yang sinis.
122

d. Yang menentang perubahan tanpa alasan, kecuali


hanya ingin menentang saja, terutama bila
perubahan itu diprakarsai oleh orang lain. Mereka
adalah penentang-penentang azasi dan dapat
menjengkelkan setiap penggerak perubahan. Maka
mereka harus dihadapi dengan kesabaran dan tidak
perlu menjadikan sakit hati atau putus asa.
e. Mereka yang harus diyakinkan terlebih dahulu
sebelum mau melakukan perubahan-perubahan itu.
Tetapi bila sudah merasakan kemanfaatan
perubahan tersebut, maka mereka akan menjadi
penggerak atau penerus perubahan yang gigih sekali.
f. Yang tidak sanggup mengadakan perubahan
meskipun mungkin diinsyafi kemnfaatannya,
disebabka karena keadaan ekonomi sosialnya
tidak mengizinkan atau karena cacat badan dan
rohaninya.
Jadi banyak terdapat golongan yang menyukarkan usaha-
usaha pematangan masyarakat untuk menerima perubahan-
perubahan. Tetpi perubahan-perubahan tersebut tidak dapat
dihalangi, sudah tentu kedatangannya, tingal menunggu
waktunya saja.

Penerimaan perubahan-perubahan oleh suatu


masyarakat dapat dipercepat secara teratur (= akselerasi)
dengan berbagai jalan seperti dengan:
a. Peniruan (= imitation) secara disengaja atau aktif
karena pengaruh demonstratif (demonstration
effect), yang disebabkan oleh adanya hubungan
123

social. Peniruan yang cepat sekali, melusa dan


kurang mempergunakan akal disebut penularan
masyarakat (social contagion), seprti pada soal
mode, kegemaran, kegila-gilaan gerakan masa dst.
b. Pendidikan (= education), yaitu usaha mengadakan
perubahan perilaku manusia secara teratur sejak
lahir sampai mati. Dilakukan dalam keluarga, di
sekolahan dan di luar kedua lingkungan tadi (biasa
disebut lingkungan ketiga misalnya dalam
kepramukaan, golongan sepermainan dll). Dianggap
sebagai kewajiban setiap generasai untuk
menjadikan angkatan kemudiannya lebih sempurna.
c. Pembujukan (= persuasion), yaitu usaha merubah
perilaku dengn janji imbalan jasa atau dengan
pemberian bantuan. Perubahan akan lebih cepat
terjadinya, tetapi akan cepat pula kembali kepada
keadaan asalnya bila bantuan tadai dihentikan.
d. Propaganda, yaitu usaha merubah perilaku orang
dengan mempengaruhi emosinya, sehingga orang
tersebut akan memihak kepada orang atau golongan
pengusaha propaganda itu. Propaganda banyak
dilakukan pada lpangan-lapangan perdagangan
(ingat adanyanya iklan-iklan), kekusaaan atau politik
(ingat waktu pemlihan umum), agama (khotbah-
khotbah untuk mencarai penganut), ketenaran social
(tindak-tanduk bintang-bintang film yang aneh-aneh
agar dapat banyak perhatian dan selanjutnya dapat
banyak kontrak) dan di lapangan-lapangan lainnya
lagi.
124

e. Perintah (= instruction), yaitu usaha mengatur


perilaku orang lain berdasar kelebihan wewenang
dari orang yang memerintah (perntah, atasan, orang
tua, guru dll). Sifatnya hanya satu arah, dari atas ke
bawah dan biasa ada sangsinya (mungkin diberi
pujian bila dilakukan dengan baik, tetapi jelas aka
dicela atau dhukum bila perntah itu tidak
dilaksanakan).
f. Paksaan (= coercion), yaitu usaha mengatur
perilaku orang lain berdasar kekusaan yang dipunyai
orang yang memaksa (yang kalah perang oleh yang
menang, penodong terhadap korbannya dsb) dan ad
terkandung ancaman badan.
Adapun penyuluhan pertanian kita artikn sebagai suatu
sistem pendidikan, yang dalam prakteknya juga
mempergunakan cara-cara lainnya seperti peniruan,
pembujukan dan propaganda. Cara perintah sedikit
sekali dilakukan sementara paksaan malahan
dihindarinya. Kadang-kadang keadaan masyarakat
memerlukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan
makna penyuluhan secara teoritis. Hal yang demikian
terpaksa diterima asal saja untuk kepentingan seluruh
masyarakat, tidak lama kelangsungannya dan tidak
bersifat menambah kesukaran/penderitaan dari yang
sudah ada.

Cara peniruan banyak dipergunakan dalam usaha-usaha


penyuluhan pertanian seperti dalam penyelenggaraan
berbagai demonstrasi atau percontohan. Karna petani-petani
125

biasanya lebih mudah mau meniru temannya sedesa yang


berhasil, maka para petugas penyuluhan pertanian sering
meminta bantuan petani-petani maju untuk menjadi contoh
atau teladan bagi teman-temannya. Para pelaksana
demostran (= demonstrator) ini adalah orang-orang yang
terpilih dan di bawah bimbingan langsung para penyuluh
pertanian. Mereka melakukan percontohan-percontohan itu
di dalam usaha taninya sendiri, sehingga dapat meyakinkan
teman-temannya tadi. Petak-petak percontohan/demonstrasi
itu kemudian akan ditiru dan dengan demikian menyebarlah
tekhnologi baru keseluruh pelosok masyarakat.
Cara pendidikan merupakan cara yang paling utama
dipergunakan dalam penyuluhan pertanian, maka karan itu
akan dibahas tersendiri, kemudian.
Propaganda ada juga dipergunakan dalam penyuluhan
pertanian pada waktu sekarang. Umpamanya dalam kegiatan-
kegiatan kampanye (penyuluhan yang intensif dalam waktu
singkat terbatas) seringkali dipakai cara-cara dengan alat-alat
yang masal, yang bersifat lebih banyak informative menarik
perhatian sepintas lalu daripada edukatif mendalam
meyakinkan. Misalnya sekarang banyak dipergunakan radio
dan televisi untuk penyaluran informasi pertanian, surat
kabar dan majalah untuk pemberitaanpemberitaan pertanian,
penempelan poster-poster di tempat-tempat strategis untuk
menarik perhatian atau mengingatkan kembali orang-orang
akan sesuatu hal yang sedang dianjurkan, pawai dan pameran
untuk merangsang penggugahan hati masyarakat.
Cara pembujukan ada kalanya dipergunakan juga dalam
bentuk surat-surat penghargaan untuk jasa-jasa yang
126

diberikan, hadiah-hadiah untuk usaha-usaha yang perlu tetapi


berat bagi para pelaksananya, contoh-contoh perkenalan
untuk mengambil hati dan kemudian mudah-mudahan ditiru
oleh sasaran. Pemberian sesuatu untuk menghargai prestasi
dapat merangsang para pelaksana untuk lebih giat lagi. Tetapi
bantuan untuk megambil hati saja tidak akan berpengaruh
lama, sebab begitu bantuan dihentikan, maka orang-orang
akan kembali kepada cara usaha atau tekhnologi yang lama.
Semua masyarakat di dunia tidak sama
perkembangannya. Ada yang sudah maju sendiri tanpa
dorongan dari pihak luaran, tetapi banyak juga yang masih
memerlukan dorongan itu. Baik dalam bentuk perintah secara
terang-terangan, perintah halus ataupun anjuran-anjuran
yang mengharuskan. Dalam hal yang demikian, maka mereka
yang bertanggung-jawab untuk maju-mundurnya masyarakat
tersebut, wajib memberikan dorongan itu. Sebaiknya dalam
bentuk yang paling cocok dan dapat memuasakan pihak-pihak
yang bersangkutan.
Cara paksaan, baik dengan ancaman badan maupun jiwa,
harus dihindarkan, sebab aakan menimbulkan rasa
memberontak dan dendam, sedang pengertian dan keyakinan
justeru akan hilang. Tetapi dalam keadaan darurat kadang-
kadang terpaksa diadakan tindakan-tindakan memaksa untuk
kepentingan umum, seperti dalam keadaan bencana alam,
perang atau bahaya. Asal saja tidak terus-menerus dalam
waktu yang lama dan mengakibatkan lebih banyak
penderitaan lagi. Dalam kegiatan-kegiatan penyuluhan
pertanian biasanya cara paksaan itu tidak dipergunakan.
127

Sebagai dasar bagi cara-cara peningkatan reseptivitas


masyarakat tersebut di atas adalah adanya komunikasi atau
antar hubungan dalam masyarakat, sehingga terjadi transmisi
atau penerusan fakta-fakta, kepercayaan, sikap, reaksi emosi
atau lain-lain pengetahuan diantara orang-orangnya.
1. Pendidikan adalah usaha mengadakan peubahan
perilaku berdasarkan ilmu-ilmu dan pengalaman-
pengalaman yang sudah diakui dan direstui oleh
masyarakat. Perubahan-perubahan yang dharapkan
terjadi adalah umpamanya dalam hal:
a. Pengetahuan, baik dalam jenis maupun jumlah
b. Keterampilan melaksanakan pekerjaan badaniah
dan kecakapan berfikir untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan sehari-harinya dan
c. Sikap, yaitu kecendrungan untuk bertindak, seperti
tidak berprasangka terhadap hal-hal yang belum
dikenal, ingin mencoba sesuatu yang baru, mau
bergotong-royong dalam menyelesaikan masalah-
masalah bersama denga swadaya dan swadaya
sedapat mungkin dll.
Perubahan perilaku karena pendidikan ini akan lebih
kekal, meskipun lebih lambat terjadinya. Hal ini karena
orang-orang itu harus diberi pengertian dan kesadaran
yang mendalam, sampai meyakinkan. Untuk itu
dipergunakan metode dan pendekatan. Tadi
disebutkan bahwa penyuluhan pertanian itu adalah suatu
sistem pendidikan yang informil. Dengan ini
dimaksudkan bahwa dalam usaha mencapai tujuannya si
penyuluh pertanian itu bekerja sebagai pendidik atau
128

guru. Tetapi dengan metode, pendekatan dan alat-alat


yang disesuaikan kepada keadaan sasaran, waktu dan
tempat. Ia tidak perlu selalu harus tunduk kepada
persyaratan-persyaratan pendidikan formil, seperti:
a. Adanya ruangan/kelasa tertentu
b. Murid-murid yang setahap/homogin (umur,
pengetahuan dll)
c. Macam-macam pelajaran yang teratur/sistematis,
berurutan/kronologis
d. Bahan-bahan pelajaran sudah diakui dan disetujui
oleh masyarakat
Jadi penyuluhan pertanian itu lebih bebas dalam memilih
dan mempergunakan metode, bahan alat, waktu serta
sasaran pelajarannya daripada seorang guru formil.
Pendidikan informil tersebut diberikan kepada
masyarakat tani yang terdiri dari bapak, ibu dan anak-
anak tani, menurut kebutuhan yang dirasakan mereka
sendiri.

2. Bergandengan dengan usaha pendidikan adalah usaha


belajar. Yaitu usaha seseorang untuk merubah
perilakunya. Ia hanya dapat melakukan ini untuk hanya
dirinya sendiri, tidak untuk orang lan. Untuk mendapat
pendidikan maka seseorang itu harus belajar. Untuk
mengetahui sesuatu maka seseorang harus berusaha
untuk memperoleh pengetahuan tersebut atau harus
belajar. Ia harus belajar menggunakan pnca indra dan
fikirannya. Seorang petani tidak cukup dengan hanya
menerima dan mengerti pengetahuannya yang baru itu,
129

tetapi harus pula dapat melakukannya. Artinya ia harus


pula belajar/berlatih pengetrapan pengetahuannya, jadi
cakap dan terampil dalam usaha taninya.
Agar orang itu giat dan besar kemungkinan berasil dalam
usaha belajarnya maka diperlukan adanya motivasi (alas
an-alasan untuk berusaha), keinginan, kesempatan,
kepercayaan terhadap guru dan dirinya sendiri, serta
terdapatnya pasilitas-pasilitas untuk mempraktekkan
pelajarannya.
Sedang tugas dari penyuluh pertanian dalam proses
belajar ini adalah untuk memberikan arah dan bimbingan
kepada sasarannya, yaitu menjelasakan apa yang jadi
tujuan pelajaran dan menciptakan suasana belajar yang
menggairahkan sehingga proses belajar itu dapat
berlangsung lebih lancar dan cepat daripada biasanya.

3. Sementara itu sering terjadi pemberian arti yang sama


kepada penerangan dan penyuluhan pertanian. Bagi
seorang penyuluh pertanian istilah penerangan itu
diartikan sebagai berikut: penerangan adalah usaha
penerusan/transmisi suatu amanat (dapat berupa:
keterangan, penjelasan, peraturan, fakta, ideologi,
kepercayaan dan lain-lain pengetahuan) kepada orang-
orang supaya mereka menjadi tahu dan sadar akan
adanya sesuatu. Jadi tidak ada maksud lebih jauh
daripada itu, seperti misalnya ingin meyakinkan dan
pengetrapan sesuatu anjuran. Pada pihak yang menerima
amanat tidak terjadi banyak perubhan perilaku kecuali
menjadi sadar aka suatu hal, berkat adanya penerangan
130

itu. Menerima saja apa yang telah disajikan oleh pemberi


penerangan, lepasa dari soal suka atau tidak sukanya
yang menerima. Contoh yang jelas perihal pemberian
penerangan itu adalah misalnya: Bapak camat dalam
rapat bulanan di desa telah memberikan penerangan
dalam bentuk pidato, mengenai manfaat pemakaian
pupuk pada tanaman padi. Meskipun penerangan itu
sudah mengenai tekhnik pertanian, tetapi sifatnya hanya
pengumuman suatu keterangan atau anjuaran saja.
Tetapi Pak penyuluh pertanian telah mendemonstrasikan
cara dan waktunya pemberian pupuk, telah mengajarkan
maksud pemupukan dalm kursus tani, telah pula
membuktikan dalam percobaan bahwa pemupukan itu
menghasilkan lebih banyak daripada tanpa pemupukan.
Ia kemudian juga menerangkan secara tekhnis kepada
rapat kontak tani bahwa pemupukan di daerah A akan
memberiakan hasil yang menguntungkan. Rentetan
usaha itu (demonstrasi, kursus tani, percobaan dan
penerangan tekhnis) merupakan contoh beberapa usaha
dari keseluruhan kegiatan penyuluhan pertanian. Jadi
jelasa bahwa penyuluhan pertanian itu mempunyai arti
yang lain dan lebih luas daripada penerangan tekhnis
belaka.

3.2 Sejarah Penyuluhan Pertanian di Indonesia


Sejarah mencatat bahwa kegiatan penyuluhan
pertanian di Indonesia ada sejak zaman penjajahan hingga
sekarang. Di mulai dari zaman penjajahan Belanda, zaman
penjajahan Jepang sampai dengan zaman kemerdekaan.
131

a. Perkembangan Penyuluhan Pertanian pada


Zaman Belanda (1905-1942)
Penyuluhan pertanian di Indonesia telah dimulai
sejak tanggal 17-5-1817, ketika Dr. CGL Reinwardt,
mendirikan Kebun Raya Bogor dan memperkenalkan 50
jenis tanaman baru, antara lain: kelapa sawit, ketela
pohon, dll. Pada tahun 1831, dilaksanakan Sistem Tanam
Paksa (cultuurstelsel) yang memaksa pribumi menanam
nila/tarum, kopi, gula dan tembakau. Selanjutnya Direktur
ke III Kebun Raya Bogor, Dr. R.H.C.C. Scheffer, tahun 1876,
mendirikan Kebun Tanaman Dagang (Cultuurtuin) seluas
75 ha (bagian Kebun Raya Bogor) di Desa
Cikeumeuh, dan menyebarkan ke seluruh pelosok
Indonesia tanaman perkebunan dan tanaman makanan,
seperti karet, serat (roselia, rami, dll), berbagai jenis padi,
kacang tanah, kedelai, jagung, ubi jalar dan ketela pohon.
Tahun 1877, Scheffer mendirikan Sekolah
Pertanian di Kebun Raya. Tahun 1884 Sekolah Pertanian
di Kebun Raya ditutup, karena kekurangan dana, kurang
perhatian dan kurang dukungan politis. Tahun 1903,
Direktur ke V Kebun Raya Bogor, Dr. Melchior Treub,
mendirikan Sekolah Pertanian, yang selanjutnya
berkembang menjadi Sekolah Pertanian Menengah Atas
(SPMA), lulusannya banyak menjadi penyuluh pertanian,
pegawai kehutanan dan sinder perkebunan.
Tanggal 1 Januari 1905 Pemerintah Kolonial
Belanda mendirikan Departemen Pertanian, Kerajinan
dan Perdagangan (Landbouw Nijverheid en Handel) atas
usul Melchior Treub. Tugasnya antara lain melakukan
132

penyuluhan yang dilaksanakan melalui Pangreh Praja, dan


mendasarkan kegiatannya atas perintah-perintah kepada
petani.
Tahun 1908, diangkat lima orang penasehat
pertanian (Landbouw Adviseur) dan beberapa
pembantunya (Asisten Landbouw Adviseur) sebagai
pegawai Departemen Pertanian, yang diperbantukan
kepada Pangreh Praja setempat. Tugasnya memberi
nasehat pertanian dan menyelenggarakan pendidikan
pertanian kepada petani.
Tahun 1910, didirikan Dinas Penyuluhan
Pertanian (Landbouw Voorlichtings Dienst - LDV) dalam
Departemen Pertanian. Petugas-petugas penasehat
pertanian bisa berhubungan langsung dengan petani atas
dasar pendidikan dan kesukarelaan.
Tahun 1921, LDV dijadikan Dinas Daerah Provinsi,
karena hasil nyata yang dicapainya. Sejak itu petugas-
petugas Dinas Penyuluhan berdiri sendiri dan
bertanggung jawab kepada Departemen Pertanian,
disamping tetap bertindak sebagai penasehat Pangreh
Praja. LDV menangani penyuluhan tanaman pangan dan
perkebunan, dan ikut dalam bidang perkreditan.
Pada periode 1921-1942, Dinas Penyuluhan terus
berkembang sampai datang tentera Jepang.
Hasil penyuluhan yang menonjol selama masa
penjajahan Belanda berupa:
 Modernisasi usahatani berdasarkan hasil penelitian,
terutama pengolahan tanah, pengairan, pemupukan
(hijau, kompos dan an-organik), pemakaian
133

varietas/benih unggul,dan pemberantasan hama


penyakit. Adanya Panca Usaha padi, palawija, sayuran
dan buah-buahan.
 Hama sundep dan beluk dapat dikendalikan di
Karawang sampai Pekalongan (berdasarkan hasil
penelitian Dr.P.Van der Goot dan kawan-kawannya).
 Pupuk hijau mulai meluas digunakan di persawahan
dan di perkebunan. Jenis Crotalaria, Centrosema,
Lamtoro dan lain-lain mulai banyak diusahakan,
sementara kompos mulai dikenal.
 Penyempurnaan alat-alat pertanian dengan introduksi
dari hasil penelitian, seperti bajak Muara dan
Kerorejo, garu Madura, penyiang Muara, penyiang
Landak (tunggal dan ganda), parut rotasi untuk bikin
tapioka, dll.
 Perbaikan pekarangan dengan menanam sayur, buah,
bunga dan tanaman obat, menjadi lebih cantik, bersih,
berfaedah dan menguntungkan.
 Pendirian 200 buah Balai Benih dan Kebun Bibit di
seluruh kepulauan untuk menangkar benih/bibit
unggul padi, palawija, sayuran, bunga, buah, tanaman
keras (karet, cengkeh, randu, kopi, teh, tembakau,
kelapa, dll).
 Pengembangan pendidikan pertanian melalui
pendidikan formal dan non formal. Pendidikan
pemuda (kelas masyarakat Sekolah Desa 5 tahun)
yang dirintis tahun 1910 dikembangkan menjadi 6
tahun, kelas pertanian untuk daerah pedesaan, kelas
perdagangan/ perkantoran untuk daerah kota, dan
134

kelas kerajinan/pertukangan untuk daerah yang


banyak industrinya.
 Tahun 1939 ada 139 kelas pertanian. Pendidikan
pertanian yang dilaksanakan dalam bentuk sekolah
adalah MLS Bogor, CS di Sukabumi dan Malang (di
Malang namanya Landbouw School/LS setara SMP).
 Tahun 1927 dibuka Kursus Tani Desa (KTD) bagi
wargatani di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Kemudian dibentuk kelompok tani, yang
disebut Rukun Tani (Jawa Barat), Kring Tani (Jawa
Timur) dan nama setempat lainnya. Diadakan pula
kursus bagi wanita tani dan anak tani/pemuda tani.

b. Perkembangan Penyuluhan Pertanian


pada Zaman Jepang (1942–1945)
Setelah Jepang menguasai Indonesia, penyuluhan
pertanian malah menghilang. Selain itu, Jepang memaksa
petani untuk memproduksi bahan makanan dan bahan
strategis lainnya. Son Sidoing (Mantri Pertanian
Kecamatan) dan Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian di
setiap kecamatan) ditugaskan memperlancar usaha
produksi dan mengumpulkan hasilnya bagi keperluan
angkatan perang Jepang. Tentunya hal ini sangat
merugikan pihak Indonesia, khususnya para petani.

c. Perkembangan Penyuluhan Pertanian pada Masa


Kemerdekaan (1945–1995)
1) Periode Liberal (1945 – 1959)
135

Pada periode 1945–1950, pengembangan


pertanian dimulai dengan Rencana Kasimo, yaitu
rencana produksi pertanian 3 tahun (1948–1950).
Pada periode 1950–1959, pemerintah memulai usaha
pembangunan pertanian lebih sistematis, rencana
Kasimo yang belum terlaksana sepenuhnya digabung
dengan Rencana Wisaksono menjadi Rencana
Kesejahteraan Istimewa (RKI) tahap ke-1 tahun 1950–
1955 dan tahap ke-2 tahun 1955–1960.
Untuk menunjang program tersebut
dilaksanakan:
 Perbanyakan benih unggul padi dan palawija
dengan memperluas dan menambah jumlah Balai
Benih dan Kebun Bibit.
 Perbaikan dan perluasan pengairan pedesaan.
 Peningkatan penggunaan pupuk untuk segala jenis
tanaman, terutama pupuk phospat dan nitrogen
pada padi.
 Peningkatan pemberantasan hama penyakit
tanaman serta memperlancar penyaluran pestisida
dan peralatannya.
 Peningkatan pengendalian bahaya erosi.
 Peningkatan pendidikan masyarakat pedesaan
dengan mendirikan Balai Pendidikan Masyarakat
Desa (BPMD) di tiap kecamatan.
 Intensifikasi pemakaian tanah kering, diawali
pembangunan beberapa Kebun Percobaan
Perusahaan Tanah Kering (PPTK) di kabupaten.
136

Pada periode ini, pendekatan dan metode


penyuluhan mirip sebelum perang. Masalah dan
tantangan pertanian makin luas dan kompleks,
aparatur dan cara kerjanya belum sistematis dan
komprehensif.
Tahun 1958 intensifikasi padi dimulai pada
sentra yang luasnya ± 1.000 ha. Petani diberi kredit
natura (bibit dan pupuk) serta uang. Program itu
disebut Padi Sentra. Padi Sentra ini, dijadikan bagian
dari Badan Perusahaan Produksi Bahan Makanan dan
Pembukaan Tanah Kering (BMPT). BMPT gagal dan
dihentikan tahun 1963, karena banyak
penyelewengan, dan kurangnya keahlian para
manager dalam menyuluh, pelayanan dan pemasaran.

2. Periode Terpimpin (1959 - 1963)


Terbitlah Dekrit Presiden untuk kembali ke
UUD 1945. Sejak itu mulailah periode terpimpin,
demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin.
Penyuluhan mengalami banyak perubahan.
Filsafat “alon-alon asal kelakon” menjadi ”segalanya
harus cepat dan tepat”. Kegiatan-kegiatan
berdasarkan menggerakkan massa, pendekatan dan
metoda penyuluhan harus sesuai. Kesemuanya di
bawah pimpinan tertentu, sesuai dengan prinsip
ekonomi terpimpin.
RKI diganti dengan Pola Pembangunan
Nasional Semesta Berencana (PNSB) Tahap I, yang
meluas dan menyeluruh. Pelaksanaannya merupakan
137

gerakan dinamis. Gerakan intensifikasi produksi padi


Swa-Sembada Beras (SSB), berlangsung dari tingkat
nasional sampai ke desa, dengan pimpinan Komando
Operasi Gerakan Makmur (KOGM) pada setiap tingkat
operasi.
Tahun 1970 KOGM meluas menjadi Gerakan
Swa-Sembada Bahan Makanan (SSBM), tetapi tidak
berhasil mencapai tujuannya. Karena penyuluhan
sistem ”komando”, membuat petani menjauhi
penyuluh.

3. Periode Konsolidasi (1963 – 1974)


Pada masa ini berbagai usaha telah dilakukan
oleh Departemen Pertanian dengan berbagai pihak,
seperti penyuluhan dijalankan oleh Jawatan Pertanian
Rakyat, Direktorat Pertanian Rakyat (Dirtara),
Fakultas Pertanian, dan organisasi massa tani.
Kemudian Fakultas Pertanian UI (Institut
Pertanian Bogor) bekerjasama dengan Lembaga
Koordinasi Pengabdian Masyarakat Departemen PTIP
(Pendidikan Tinggi Ilmu Pengetahuan) mengadakan
pilot proyek penyuluhan yang efektif (1963/1964)
dengan penerapan Panca Usaha Lengkap di
Kabupaten Karawang. Petani dibimbing intensif dan
disediakan saprodi secukupnya. Hasilnya, produksi
padi meningkat dua kali lipat.
Demonstrasi Massal (DEMAS) dilanjutkan
pada MT 1964/1965, dan diperluas lagi MT
1965/1966. Proyek ini diubah menjadi Bimbingan
138

Massal AABM dan akhirnya menjadi sistem Bimas,


yang mengalami perbaikan menjadi Bimas Berdikari,
Bimas Biasa, Bimas Baru, Bimas Gotong Royong, dan
Bimas yang disempurnakan. Bimas meliputi masukan
(input) yang harus dilakukan, ditetapkan dengan
Inpres No. 4/1973 tentang Unit Desa, terdiri dari: (1)
penyediaan kredit oleh BRI, (2) pelayanan
penyuluhan oleh PPL dinas pertanian, (3) sarana
produksi yang murah dan mudah oleh penyalur, kios
dan KUD, serta (4) pengolahan dan pemasaran hasil
oleh KUD, Kelompok Tani dan swasta perorangan.
Petani yang telah menjalani Bimas atas
bantuan kredit dari Pemerintah pada akhirnya akan
mampu berdiri sendiri. Mereka diberi kesempatan
membeli sarana produksi secara tunai. Kemudian
terjadi perubahan kemasyarakatan dan politik. Pola
dan cara penyuluhan dalam menyongsong Era
pembangunan, diprogramkan oleh Orde Baru dalam
program Pembangunan Lima Tahun (PELITA) I. Bimas
diartikan sebagai kegiatan penyuluhan massal, untuk
meningkatkan produksi pertanian dengan cara
intensifikasi khusus padi/beras.
Pada Pelita I, penyuluhan harus nyata
menunjang pembangunan pertanian berprioritas
tinggi mencapai swa-sembada beras. Pengaturan dan
pelayanan penyuluhan di lapangan disempurnakan,
Keppres No. 95/1969 membentuk Badan Pengendali
Bimas yang diketuai Menteri Pertanian, dan Sekretaris
139

BP Bimas, yang sejajar dengan Dirjen lingkup


Departemen Pertanian.
Pada tahun 1971 diselenggarakan PENAS
(Pekan Nasional) pertama di Cihea, Jawa Barat atas
inisiatif Oyon Tachyan (KTNA Jawa Barat), dan PENAS
II tahun 1973 di Jember, Jawa Timur. Memantapkan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian dengan
merekrut 2001 orang PPL dan 113 orang PPS pada
tahun 1971.

4. Periode Pemantapan I (1974-1983)


Keppres No.44 dan 45/1974 membentuk
Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian
(Badan Diklatluh) di tingkat nasional. Di daerah
dilakukan oleh berbagai dinas sesuai dengan UU No.
5/1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah.
SK Mentan No. 664/1975 membentuk Forum
Koordinasi Penyuluhan Pertanian di tingkat pusat,
provinsi, kabupaten dan Balai Penyuluhan Pertanian
(BPP). Peraturan ini merupakan landasan menggalang
kerjasama dalam penyuluhan.
Mulai tahun 1976 diterapkan sistem kerja
Latihan dan Kunjungan (LAKU). Penyuluh sejak 1979
ditata menurut sistem Penyuluhan Pertanian
Lapangan (PPL) di tingkat Wilayah Unit Desa (wilud
600-1.000 ha sawah atau setaranya), dan dibina oleh
Penyuluh Pertanian Madya (PPM) kemudian
berubajadi Penyuluh Pertanian Urusan Program
(PPUP). PPM/PPUP berkedudukan di BPP
140

(pengembangan dari Balai Pendidikan Masyarakat


Desa/BPMD tahun 1948).
Sistem LAKU tahun 1976 dilaksanakan di 9
provinsi, tahun 1977 diperluas ke 14 provinsi dan
tahun 1980 ke seluruh Indonesia untuk seluruh
subsektor pertanian. Pada masa penyuluhan itu
pelayanan kebijaksanaan, diberikan kepada swasta
dan masyarakat tani sendiri. Penyediaan dan
penyaluran sarana produksi seperti pupuk, pestisida,
alat-alat pertanian, benih dan bibit, diusahakan oleh
perusahaan swasta, BUMN, KUD, Kelompok tani
sendiri.
Pada tahun 1979 dimulailah INSUS
(Intensifikasi Khusus) dan dilanjutkan dengan OPSUS
(Operasi Khusus) pada daerah terkebelakang
intensifikasinya, OPSUS Tekad Makmur (1980) di
Provinsi NTB dan Opsus Lapo Ase di Sulawesi Selatan
(1981) dan seterusnya di lain daerah.
Tahun 1980, formasi penyuluhan diperbesar
menjadi 20.626 orang (PPL/PPUP 19513 orang, PPS
1.113 orang). Pada tahun itu Penas III dilaksanakan di
Bali dan Penas IV di Kalimantan Selatan tahun 1981.
Pada rembug KTNA di Bali disepakati peningkatan
metode penyuluhan berupa Mimbar Sarasehan, Temu
Wicara dan Temu Karya.

5. Periode Pemantapan II (1983-1993)


Keppres No.24/1983, membentuk Direktorat
Penyuluhan pada semua Direktorat Jenderal lingkup
141

pertanian dan Pusat Penyuluhan pada Badan


Diklatluh. Di Dinas tingkat I dan II/cabang Dinas
pertanian, dibentuk subdinas dan seksi penyuluhan.
Pada 1993, Penyuluh ditingkatkan jumlahnya
menjadi 39.108 orang (PPL/PPUP 36.830 orang dan
PPS 2.278 orang). Pemantapan penyuluhan dengan
adanya kesatuan aparat penyuluhan dan kesatuan
pengertian penyuluhan.
Pada MT 1987 dikembangkan pola Supra
Insus. Keberhasilan Supra Insus terletak pada
kerjasama antar Kelompoktani dalam intensifikasi di
satu WKPP, menerapkan pola tanam yang menjamin
terwujudnya keserempakan panen dan keragaan
varietas dalam hamparan areal usahatani se WKPP.
Sesuai perkembangan zaman, metode massal
relatif berkurang dan lebih banyak penerapan metode
kelompok dan perorangan karena berkembangnya
tingkat pengetahuan petani-nelayan.
Penas V diselenggarakan di desa Purbolinggo
Lampung Tengah tahun 1983, Penas VI di desa
Pematang Krasan Simalungun Sumatera Utara, tahun
1986 dihadiri 2.500 orang peserta dari 27 provinsi
dengan 20 jenis kegiatan.
Bimas yang didukung penyuluhan membawa
Indonesia sukses mencapai swasembada beras tahun
1984 yang diakui FAO. Pada Hari Ulang Tahun FAO ke-
40 tanggal 14 Nopember 1985, Presiden Suharto dan
masyarakat pertanian Indonesia secara simbolis
menyerahkan sumbangan 100.150 ton gabah kering
142

giling (senilai Rp.15,6 milyar) kepada penduduk


Afrika yang menderita kelaparan melalui Dirjen
FAO.Atas jasa mencapai swasembada beras, Direktur
Jendral FAO memberi penghargaan medali emas
kepada Presiden Suharto, yang bertuliskan PRESIDEN
SUHARTO – INDONESIA dan FROM RICE IMPORTED TO
SELF SUFFICIENCY – FAO-ROME.
Tahun 1986 ditetapkan jabatan fungsional
penyuluh. Kualifikasi tenaga penyuluh ditingkatkan
pendidikannya melalui Akademi Penyuluhan
Pertanian (APP) mulai tahun 1987 dan Pendidikan
Tinggi Pertanian Lapangan/PTPL (pendidikan jarak
jauh, kerjasama Departemen Pertanian dengan
Universitas Terbuka/UT) mulai tahun 1991. Penyuluh
S1, secara bertahap dan terbatas ditingkatkan menjadi
S2 atau S3, baik di dalam maupun luar negeri.
Kemudian penyuluh mampu membentuk
Pusat Pelatihan Pertanian & Pedesaan Swadaya (P4S).
Petani Indonesia menerima petani magang dari
Afrika/GNB.
Sejak tahun 1990, jumlah dan mutu kegiatan
di Penas makin ditingkatkan. Penas diselenggarakan 4
kali dalam periode Pemantapan II. Penas V di
Lampung tahun 1983 Penas VI di Sumatera Utara
tahun 1986, Penas VII di Sulawesi Selatan tahun 1988
dan Penas VIII di Magelang tahun 1991.
Untuk menyiapkan generasi muda pertanian,
dijalin hubungan antara taruna tani dan siswa SPP
melalui kegiatan Temu Siswa dan Taruna Tani
143

Nasional (TESISTANAS) dan dibentuknya Kelompok


Siswa dan Taruna Tani (KOSISTA).
Upaya percepatan alih teknologi dilakukan
melalui kerjasama antara Badan Diklat Pertanian dan
Badan Litbang Pertanian dalam bentuk Temu Aplikasi
Teknologi dan Gelar Teknologi.
Melalui SK Mentan Nomor:
789/Kpts/OT.210/1294, fungsi BIP ditingkatkan dan
diubah menjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP). Tugas BPTP adalah melaksanakan kegiatan
penelitian komoditas, pengujian dan perakitan
teknologi tepat guna spesifik lokasi, menyampaikan
paket teknologi hasil pengkajian dan perakitan untuk
bahan penyusunan materi penyuluhan pertanian,
pelayanan teknik kegiatan penelitian, pengkajian, dan
perakitan teknologi pertanian, Pelaksanaan tata usaha
dan rumah tangga Balai.
Sejak tahun 1993 penyuluh non sarjana dan
BPP diserahkan/ diperbantukan kepada daerah
tingkat II, beserta anggarannya. Penyuluh
berpendidikan sarjana tetap sebagai pegawai pusat
yang dipekerjakan di wilayah, administrasinya
dikelola oleh Kanwil Deptan.
Tahun 1989, sistem LAKU dievaluasi oleh
Pusat Pengembangan Agribisnis/ PPA dan proyek
NAEP III. Hasil evaluasi menunjukkan, LAKU tidak
berfungsi sebagaimana mestinya karena kebudayaan.
Sebanyak 300 kelompok etnis dengan 200 dialek dan
tinggal di 13.667 pulau, menuntut ketangguhan cara
144

kerja penyuluhan. Kemudian titik berat LAKU diubah


dari komoditi ke komunitas (masyarakat) sebagai
pemeran utama pembangunan pertanian. Modifikasi
sistem LAKU dengan metode sensus masalah, dapat
membawa penyuluhan pertanian kepada pendekatan
yang menyeluruh (holistik).
Keppres no.4/1990, Badan Diklatluh
Pertanian diubah menjadi Badan Pendidikan dan
Latihan (Diklat) Pertanian, Pusat Penyuluhan
Pertanian diubah menjadi Pusat Pendidikan dan
Latihan Penyuluhan Pertanian (Pusdiklatluhtan).
SK Mentan No. 58/Kpts/LP.120/2/91,
mengubah koordinasi penyuluhan. Di tingkat provinsi
dipegang oleh Kepala Kanwil Deptan, di
Kabupaten/Kotamadya oleh Kepala Dinas Lingkup
Pertanian/Ketua Pelaksana Harian Bimas. Koordinasi
di tingkat BPP dan desa tidak diatur. Kedudukan dan
tugas BPP tidak lagi sebagai unit pelaksana
penyuluhan, melainkan hanya sebagai instalasi
penyuluhan.
Keppres No. 83/1993, menghapus Direktorat
Penyuluhan pada Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan & Holtikultura, Perkebunan, Peternakan, dan
Perikanan.
SK Mentan No. 96/Kpts/OT.210/2/1994,
membentuk Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan),
yang bertanggung jawab pada Menteri Pertanian.
Secara administratif dibina oleh Sekjen dan secara
145

teknis dibina oleh Dirjen sesuai dengan bidang tugas


masing-masing.

6. Periode Agribisnis-Agroindustri (1993-1997)


Kebijakan Menteri Pertanian pada awal
kebangkitan nasional II (PJP II), memantapkan
penyelenggaraan penyuluhan di Indonesia. Dalam
PELITA VI, penyelenggaraan penyuluhan menghadapi
berbagai tantangan berupa lingkungan sosial ekonomi
nasional maupun global yang dinamis.
Orientasi pembangunan pertanian ke arah
penerapan pendekatan agribisnis. Adanya
peningkatan peranan dan peran-serta masyarakat,
dalam hal ini petani dan anggota masyarakat
pedesaan lainnya. Dan pelaksanaan desentralisasi
mengarah kepada pelaksanaan otonomi daerah
tingkat II yang lebih luas dan lebih bertanggung
jawab. Perubahan kebijakan dari petani-nelayan yang
hanya terampil berproduksi menjadi kebijakan yang
dapat menciptakan iklim motivasi petani-nelayan
untuk lebih rasional dan efisien dalam
mengembangkan usaha berdasarkan kemampuan
wilayah, informasi dan mengenali potensi pasar.
Pada PELITA VI, penyelenggaraan penyuluhan
diarahkan untuk :
 Memberi dorongan bagi berkembangnya
kelembagaan tani-nelayan agar mampu
mengambil keputusan secara mandiri melalui
perencanaan wilayah yang partisipatif perlu
146

dikembangkan secara bertahap, mengambil


manfaat sebesar-besarnya dari keberadaan BPP
melalui kunjungan para petani dan nelayan secara
berkala ke BPP, memperkuat BPP dengan
personil, sarana, prasarana dan pembiayaan yang
memadai dalam menghadapi arah perkembangan
perilaku petani/nelayan sebagai sistem pengguna
aktif berbagai informasi dan kesempatan
berusaha.
 Membangun dan mengembangkan jaringan
kelembagaan penyuluh yang mampu mendukung
pengembangan kelembagaan petani-nelayan serta
mampu menciptakan iklim kepemimpinan
demokratis dalam mengembangkan agribisnis.
 Mengorientasikan para petugas lingkup pertanian
(penyuluh dan aparat pembinanya) agar memiliki
satu kesatuan tindak dalam penyelenggaraan
penyuluhan.
Penyelenggaraan penyuluhan diletakkan pada
Daerah Tingkat II dengan materi yang sesuai dengan
mandat, misi, tujuan penyuluhan, dan kondisi/potensi
riil daerah serta berkaitan dengan berbagai program
prioritas pembangunan pertanian. Penyuluhan di
tingkat provinsi maupun nasional, diarahkan untuk
mampu mendukung penyelenggaraan dan
pelaksanaan kegiatan penyuluhan di kab./kota dan
BPP.
Pendekatan dan metode penyuluhan
disesuaikan dengan perkembangan atau tingkat
147

kemajuan sosial ekonomi wilayah dan tujuan yang


hendak dicapai dalam wilayah bersangkutan.
Pendekatan ”partisipatory and cost sharing” dalam
penyelenggaraan penyuluhan cocok diterapkan guna
mengembangkan peran-serta dan kemandirian
petani/nelayan dalam pembangunan pertanian.
Untuk memberikan dukungan nyata pada
penyelenggaraan penyuluhan, tahun 1994 dibentuk
lembaga pengkajian teknologi pertanian di tiap
provinsi. Pada April 1995, unit kerja itu mulai
dioperasikan dengan status organisasi BPTP, LPTP
dan IPPTP.

3.3. Tujuan Penyuluhan Pertanian


Setiap usaha adanya. Dan semua usaha seseorang adalah
untuk memperoleh hasil-hasil yang dapat memenuhi
keinginan-keinginannya. Menurut W.I. Thomas bahwa
keinginan-keinginan manusia itu dapat digolongkan dalam
empat golongan keinginan dasar, yaitu:
a. Keinginan untuk mendapat pengetahuan dan
pengalaman baru, yang menimbulkan kehendak
untuk perubahan, keharuan dan petualangan
b. Keinginan untuk mendapat keamanan dan
ketentraman, yaitu untuk terhindar dari segala
bahaya dan kekurangan (a.l. sandang, pangan, dan
papan), serta melanjutkan pemuasan keinginan-
keinginan lainnya
c. Keinginan untuk mendapat pengakuan, yang pada
dasarnya adalah meminta pujian dan
148

gengsi/prestige. Juga untuk meminta persetujuan


kelompoknya; dan
d. Keinginan untuk mendapat balasan/respons, yang
pada dasarnya adalah untuk meminta kasih sayang
dari teman-teman hidupnya, dari orang tua dan
keluarganya, serta keakraban dari teman-teman
karibnya.

Penyuluhan pertanian dilaksanakan untuk menambah


kesanggupan para petani dalam usahanya memperoleh hasil-
hasil yang dapat memenuhi keinginan-keinginan mereka tadi.
Jadi penyuluhan pertanian tujuannya adalah perubahan
perilaku (= bertambahnya kesanggupan) keluarga-keluarga
tani sasaran, sehingga mereka dapat memperbaiki cara
bercocok-tanamnya, lebih beruntng usaha taninya dan lebih
layak hidupnya, atau yang sering dikatakan keluarga tani
maju itu. Bila keluarga-keluarga tani itu maju, maka kaum
taninya juga akan dinamis, yaitu tinggi resptivitasnya dn
penuh responsive terhadap hal-hal yang baru. Bila kaum tani
dinamis (dan kaum-kaum lainnya juga demikian), maka
masyarakat luas akan besar kesadarannya untuk masalah-
masalah social. Tujuan-tujuan demikian biasa disebut tujuan-
tujuan edukatif yang member hasil sosiologis, yaitu misalnya:
perubahan perilaku, keluarga tani maju, kaum tani dinamis
dan masyarkat yang besar kesadarannya.
Di samping tujuan-tujuan edukatif sosiologis ada juga
tujuan-tujuan edukatif yang member hasil-hasil ekonomis,
misalnya: penyuluhan pertanian bertujuan tercapainya
penambahan pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang
149

selanjutnya menyebabkan keluarga-keluarga tani bertambah


penghasilannya, maka kaum tani akan tambah baik taraf
hidupnya. Dan bila kaum tani taraf hidupnya jadi baik (dan
kaum-kaum lainnya juga demikian), maka akan terdapat
suatu masyarakat yang adil dan makmur atau sejahtera. Jadi
tujuan-tujuan edukatif ekonomis itu adalah seperti: tambah
pendidikan, tambah penghasilan, taraf hidup meningkat dan
adanya keadilan dan kemakmuara.

Selanjutnya tujuan-tujuan itu dapat dibedakan menurut


tingkatnya, seperti tujuan dasar, tujuan umum dan tujuan
kerja. Tujuan dasar adalah tujuan akhir yang danggap
seharusnya ada dalam masyarakat, seperti yang biasa
dijumpai dalam peraturan, anggaran dasar atau undang-
undang sesuatu organisasi. Sifatnya umum sekali da masih
kabur, contohnya: keadailan dan kemakmuran, warga Negara
yang baik, demokrasi, pengembangan pribadi dll.
Tujuan umum adalah tujuan yang sifatnya sudah agak
jelas, tetapi masih untuk golongan yang besar. Umpamanya
untuk kaum tani dan contoh-contohnya: memperbaiki taraf
hidup, meningkatkan penghasilan, menambah keakhlian dll.
Tujuan kerja atau operasional adalah tujuan yang jelasa
dan dipergunakan sebagai arah kegiatan usaha. Dalam hal
penyuluhan pertanian maka ada dua macam, yaitu untuk
penyuluh pertanian dan untuk petan sendiri. Untuk
pihakpenyuluh pertanian maka tujuannya adalah misalnya
mempengaruhi para petani di kecamatan A agar melakukan
pemupukan. Sedang tujuan kerja para petani adalah misanya
150

menambah produksi padi, mengurangi ongkos usaha,


mengurangi hasil yang terbuang dll.
Dalam hal penetapan tujuan kerja penyuluhan pertanan
supaya dilkukan secara matang dan didasrkan atas
kenyataan-kenyataan yang ada dalam masyarakat. Tidak
menurut apa yang dipikirkan perlu menurut si penyuluh
pertanian, tetapi apa yang dirasakan sebagai kebutuhan oleh
para petani.
Selanjutnya masih ada pembagian tujun-tujuan itu dalam
golongan jangkauan waktu tercapainya, seperti ada tujuan
jangka panjang dan ada tujuan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang (= aim) adalah tujuan yang karena
sifatnya hanya akan tercapai dalam waktu yang lama sekali
(25-30 tahun), misalnya masyarakat tani yang sejahtera
spiritual dan materiil, atau taraf hidup yang tinggi dll.
Tujuan jangka pendek (= objegtive) adalah tujuan yang
dapat dicapai dalam waktu yang dekat (5-10 tahun). Misalnya
peningkatan produksi pada dalam waktu 5 tahun karena
melakukan panca usaha. Kemudian objective ini biasanya
diperinci dalam apa yang harus dicapai dalam waktu tertentu,
misalnya dalm satu tahun, yaitu yang biasa disebut target.

Agar menjadi lebih jelas lagi mengenai tujuan


penyuluhan pertanian ini, maka di bawah secara sederhana
diberikan bagan perbandingan antara tukang kayu dan
penyuluh pertanian.

Tabel 5 Perbedaan antara Tukang kayu dengan Penyuluh


Pertanian
151

Tukang kayu Penyuluh pertania


Bahan Papan, paku dll Orang-orang
Pekakas/alat-alat Palu, gergaji dll Kursus, de
publisitas dll
Tukang kayu Penyuluh pertania

Keahlian Memasang/mempersatukan Merubah, mengem


menurut pola yang telah mendorong dll
dtetapkan
Tujuan (objektive) Sebuah rumah Perilaku yang ber

Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan itu bermanfaat,


maka mereka harus memenuhi persyaratan-persyaratan
seperti berikut:
a. Dinamis, mendorong bereaksi
b. Diinginkan masyarakat, biasanya akan mengarah
kepada tujuan akhir dari penyuluhan pertanian
c. Dapat dicapai dengan singkat kematangan orang-
orang yang bisa dan dimungkinkan oleh sumber-
sumber yang ada
d. Membangun, senantiasa menjenjang kepada
tingkatan yang lebih tinggi
e. Dapat dinilai, diukur, memungkinkan pembuktian
tentang adanya pengembngan perseorangan
f. Jelas, tertentu
g. Dapat diuraikan dalam artian perilaku atau
perubahan-perubahan pada orang.
152

3.3. Mengenal Filsafat Dasar Penyuluhan Pertanian


Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan penyuluhan
pertanian. Maka dipergunakan pelbagai cara dan alat.
Seringkali kita lupa bahwa cara dan alat itu bukan tujuan.
Tetapi sarana belaka. Juga bahwa sesuatu cara dan alat itu
bukan tujuan. Tetapi sarana belaka. Juga bahwa sesuatu cara
atau alat terteuntuk setiap keadaan. Mungkin ntu itu tidaklah
selalu sesuai mungkin pula tidak diinginkan atau tidak dapat
di pertanggung-jawabkan dari segi pendidikan. Agar dapat
melakukan usaha-usaha penyuluhan pertanian dengan baik
dan benar, maka perlu kita mengetahui dasar-dasar
pemikirannya guna dijadikan landasan kerja selanjutnya.
Usaha-usaha yang sistematis untuk memperoleh
pengetahuan tentang dasar-dasar pemikiran sesuatu hal bila
biasa disebut Filsafat. Karena filsafat seseorang itu akan
mempengaruhi tingkah lakunya, sedang tingkah-laku
teresebut selanjutnya akan mempengaruhi respons orang-
orang lain dengan siapa ia bekerja-sama, maka penting juga
untuk menelaah sedikit-banyak perihal fisafat penyuluhan
pertanian itu.
Karena penyuluhan pertanian adalah suatu sistem
pendidikan, maka seyogyanya kita perlu pula mengetahui
beberapa aliran filsafat penyuluhan pertanian itu sendiri.

Filsafat pendidikan. Pada waktu sekarang terdapat


banyak sekali aliran filsafat pendidikan. Tetapi untuk
sementara cukup bila kita mengetahui 3 aliran yang besar
saja, yaitu aliran-aliran idealistis, pragmatis dan realistis.
153

1. Idealisme. menurut alirahn idealism maka kenyataanitu


ada dalam fikiran. Dan manusia itu adalah makhluq spiritual
yang erat hubungannya dengan Tuhan. Kebenaran adalah
abadi dan mutlaq, diketemukan dengan jalan pemiikiran yang
tepat dan karena ilham-ilham.
Pengaruhnya aliran ini bagi pendidikan adalah, bahwa
realitas itu ada dalam fikiran, sehinggatujuan pendidikan
adalah untuk melatih fikiran. Maka dipentingkan sekali
kedudukan guru, yang bertanggung-jawab untuk latihan-
latihan itu. Ia harus berwenang dan cukup mulutnya serta
mempunyai dedikasi/pengabdian yang besar terhadap
pekerjaannya. Aliran ini juga mementingkan kurikulum, yang
mencakup mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan usaha. Mata
pelajaran harus bernilai dan dapat dipercayai. Pengetahuan
tentang yang sudah lampau dihubungkan dengan
pengetahuan waktu sekarang harus dapat meramalkan
penggunaan pengetahuan itu dikemudian hari. Caranya
mengejar tak begitu penting sebab hanya merupakan alat bagi
guru. Cara kuliah dipakai di samping pengajuan pertanyaan-
pertanyaan yang menimbulkan pemikiran-pemikiran yang
mendalam, diskusi yang terpimpin, adanya proyek-proyek
perorangan maupun kelompok dan darmawisata yang
disiapkan sebaiknya.

2. Pragmatisme. Menurut al;iran ini kenyataan ada dalam


pengalaman, berbeda untuk masing-masing orang karena
berbeda latar belakang dan pengalamannya. Barang-barang
yang kita lihat tidaklah menuut wujudnya, tetapi menurut
bagaimana keadaan kita sendiri. Karena kenyataan itu adalah
154

pengalaman, maka apa yang kita lakukan itu adalah


sesungguhnya merupakan hasil lingkungan. Dan apa yang
dapat dipercayai adalah hanya hasil yang praktis saja.
Manusia itu adalah makhluq biologis dan sosiologis, yang
memberikan respon terhadap rangsangan biologis dan
sosiologis dari lingkungannya. Bagi aliran pragmatis
kebenaran itu dapat berubah-ubah dan sifatnya nisbi atau
relative. Apa yang benar sekarang mungkin tidak benar lagi
esok harinya. Hal ini tergantung sekali dari pengalaman, erat
berhubungan dengan penilaian dan kebutuhan manusia.
Pengaruh aliran pragmatis ini terhadap pendidikan
adalah banyak sekali, terutama karena pengaruh Jhon DEWEY
dan pengikut-pengikutnya. Mereka menempatkan pendidikan
sebagai lembaga utama dalam kehidupan. Bila kebenaran itu
adalah hasil pengalaman, maka kita harus belajar sambil
berbuat (learning by doing). Maka guru harus berusaha agar
murid mendapat kesempatan memperoleh pengalaman. Dan
juga untuk menolong mereka menemukan perhatiannya. Ia
harus membimbing pelajaran dengan perencanaan dan
pengawasan yang baik dan bebas dari pembatasan-
pembatasan ruangan kelas. Cara-cara seperti proyek-proyek
kreatif dan konstruktif, diskusi kelompokan, laboratorium,
penelitian, perpustakaan, darmawisata dan rapat-rapat untuk
pemecahan persoalan (problem solving) diperguakan untuk
mendapat pengalaman belajar yang memuaskan, berkesan
dan nyata.

3. Realisme. Seseorang realis percaya bahwa kenyataan itu


terpisah dari orangnya, tetapi ada dalam alam. Hokum alam
155

adalah hokum kenyataan. Maka kenyataan itu kita harus


menyesuaikan diri kepada alam dan lingkungan kita harus
ilmiah dan objektif, harus bebas dari subjektifitas, takhayul
dan prasangka. Kita hanya memperdulikan fakta-fakta saja,
bekerja sesuai dengan keadaan alam untuk mendapatkan
kenyataan tadi.
Karena kenyataaan dapat diketemukan dalam hokum-
hukum alam, maka kebenaran itu dapat dicari dengan jalan-
jalan yang objektif, dengan cara ilmiah yang teliti dan tepat.
Pengaruhnya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut.
Mereka percaya bahwa murid itu dapat berpikir dan
menghubungkan sesuatu dalam ruang dan waktu. Guru harus
membantu murid-muridnya mengenal dan mengerti
kekuatan-kekuatan alam yang membentuk dunia ini. Murid-
murid itu harus mempunyai jiwa yang berpikir dan
memperoleh didikan yang kuat dalam ilmu pasti, yang
disyaratkan untuk mengerti ilmu-ilmu-ilmu itu. Ia harus dapat
membaca dan berbicara dengan baik. Maka sekolah-sekolah
harus menyediakan laboratorium yang dapat memberikan
fakta untuk di telaah dan sampai kepada hokum-hukum dasar
dari alam secara ilmiah.

4. Filsafat penyuluhan pertanian. Setelah mengenal tiga


aliran besar filsafat pendidikan tadi, maka tinggallah untuk
mengetahui filsafat penyuluha, yang akan memberika
landasan bagi pekerjaan kita.
Seperti telah di terangkan terlebih dahulu, maka
penyuluhan pertanian itu adalah suatu sistim pendidikan
diluar ruangan sekolah, di mana tua dan muda belajar sambil
156

berbuat. Dengan demikian nyatalah bagi kita, bahwa filsafat


penyuluhan pertanian itu akan banyak persesuaiannya
dengan filsafat pendidikan.
Dalam hal ini kita akan berpijak lebih kokoh bila
landasannya lebih kuat dan lebih luas. Maka kita
bercenderung untuk menganut suatu kombinasi dari ketiga
aliran filsafat pendidikan tadi.
Kita harus mempunyai cita-cita atau idialisme, tetapi
berpijak teguh atas kenyataan-kenyataan yang kita alami itu,
jadi pragmatis. Sedang kita bekerja secara logis dan objektif
sebagaimana halnya dengan seseorang realis. Bentuk
kombinasi ini terkenal dengan sebutan Filsafat yang
eclecetic. Contoh dari kombinasi ini dapat kita lihat pada
beberapa semboyan penyuluhan pertania, seperri :
- Gantungkan cita-citamu pada bintang-bintang yang
tertinggi ; masyarakat yang adil dan makmur. Contoh dua
semboyan di atas adalah pencerminan dan makmur
ada;ah pecerminan idealisme
- Bekerja sembil berbuat (learning by doing) adalah
sesuai dengan aliraj pragmatis, adalah dengan aliran
pragmatism.
- Melihat baru percaya (seeing is believing), sebaagai dasar
untuk kepercayaan yang logis dan ilmiyah dariu aliran
realism.
Tetapi para penyuluh pertanian harus berusaha tidak
menjadi seorang opurtunis, yang tidak mempunyai dasar
hidup dan berulang-kali berubah pendapat dan sikap
menurut kehendak pihak yang kebetulan sedang berkuasa.
Selanjutnya filsafat penyuluhan pertanian mengakui
157

pentingnya individu dalam usaha-usaha pembangunan.


Penyuluh-penyuluh pertanian bekerja bersama-sama dengan
orang-orang agar mereka dapat mengembankan dirinya,
sehingga dapat mencapai peningkatan hasil usaha dan
kesejahteraannya.
Dan semua usaha harus sesuai dengan filsafat Negara, yang
berupa pancasila, serta menurut kaidah-kaidah yang
tercantum dan tersirat dalam UUD 1945.

Prinsip2 penyuluhan pertanian. Setelah di atas tadi


ditelaah landasan kerja penyuluhan pertanian, maka sekarang
akan dilihat beberapa prinsip atau azas-azas yang biasa
dianut dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan penyuluhan
pertanian.
Prinsip adalah pedoman atau pegangan yang baik dan
dapat di terima oleh yang bersangkutan mengenai cara
bertingkah laku. Jadi prinsip penyuluhan pertanian adalah
pedoman atau pegangan kerja dalam menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan/penyuluhan pertanian. Karena pedoman-
pedoman itu banyak sekali jumlahnya, maka di sini hanya
beberapa saja yang akan dibahas.
Penyuluhan pertanian seyogyanya diselenggarakan menurut
keadaan-keadaan yang nyata. Prinsip ini paling banyak di
kemukakan oleh para ahli sebagai prinsip penyuluhan
pertanian yang penting. Dengan istilah keadaan atau situasi
yang nyata itu harus juga tercakup pengertian semua daya
tenaga yang ada; dan dengan mengerahkan daya tenaga
tersebut, maka tersusunlah program dan jadwal waktu secara
ber-angsur-angsur untuk mencapai tujuan. Dengan ini juga
158

berarti, bahwa kita harus mengetahui kondisi atau keadaan


yang nyata. Dan ini adalah pekerjaan yang pertama-tama
harus dilakukan oleh seorang penyuluh.
Ini berarti harus ada hubungan pribadi dengan orang-
orang dan penelitian yang cermat mengenai daerah
lingkungan, susunan kemasyarakatan, keadaan
perekonomian, kebiasaan, tradisi, sikap dan kepercayaan.
Terlampau sering kita membuat dugaan-dugaan secara cepat
atau menentukan pendapat2 secara tergesa-gesa dalam
menyelesaikan tugas kita.
Meluangkan waktu secukupnya untuk mengenal daerah
lingkungan merupakan bagian yang penting dari pekerjaan
penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertania seharusnya
ditujukan kepada kepentingan dan kebutuhan sasaran. Kita
telah maklum bahwa maksud dan tujuan umum penyuluhan
pertanian adalah peningkatan taraf hidup masyarakat tani.
Hal tersebut dapat dicapai bila para petani sudah dapat
menyelesaikan sendiri masalah2nya, yang kita sebut panca
karya, yaitu :
- Peningkatan hasil dengan panca usaha;
- Penguasaan hasil ;
- Pengelolahan hasil;
- Pemasaran hasil; dan
- Pembangunan masyarakat desanya.
Dalam usaha meyakinkan para petani tentang perlunya
pemecahan panca karya tersebut, kita harus menyadari
kepentingan dan kebutuhan sasaran yang nyata dirasakan.
Kesemuanya itu dapat di ketahui setelah kita mengenal
daerah kerja secara sungguh-sungguh.
159

Penyuluhan pertanian yang di dasarakan atas kepentingan


dan kebutuhan sasaran akan lebih mudah dan lebih menarik.
Sebab dengan demikian ada dorongan atau alasan (motif)
bagi para petani untuk melaksanakan apa yang dianjurkan
oleh para ahli penyuluh.
Jadi cara pendekatan (approach metode) kita harus untuk
menyelesaikan masalah-masalah (problem solving)
kepentingan dan kebutuhan masyarakat tani. Dan tidak
pertama-tama menyelesaikan masalah-masalah yang oleh
penyuluh dirasakan sebagai masalah sasaran.
Paradigma pertanian ditujukan kepada seluruh anggota
keluarga petani.
Di daerah pedesaan tiap anggota keluarga tani ikut dalam
usaha pencaharian nafkah dan peningkatan kesejahteraan.
Tiap keluarga tani merupakan suatu kesatuan kerja di
lapangan maupun dalam rumah tangga. Setiap orang
mendapat kesempatan ikut serta dalam pengambilan
keputusan mengenai kesejahteraan keluarganya.
Ruang lingkup usaha dan program penyuluhan pertanian
akan berbeda menurut tempat dan waktu. Tetapi yang
penting adalah bahwa penyuluhan pertanian harus
mengembangkan kesempatan, perhatian dan partisipasi
dalam usaha pendidikan pembangunan seluruh anggota
keluarga tani itu.
Penyuluhan pertanian adalah pendidikan untuk demokrasi.
Dalam proses pendidikan penyuluhan dipergunakan cara-
cara deemokrasi seperti mengikut sertakan orang-orang,
pemikulan bersama tanggung-jawab, melibatkan semua orang
160

dalam program yang dibuat secara bersama dan untuk


mereka sendiri.
Dengan demikian maka orang-orang akan menjadi percaya
kepada sanggupan menyelesaikan masalah-maslahnya
dengan daya dan dana sendiri. Pula mereka akan terbiasa
bertingkah-laku berdasar azas-azas demokrasi.
Harus ada kerja-sama yang erat antara penyuluhan, penelitian
dan pendidikan.
Tanpa kerja sama ini maka penyuluhan segera akan
kehilangan inti tugasnya, yaitu mengajukan dan
menterjemahkan (bikin lebih jelas) bahan-bahan persoalan
kepada orang-orang yang memerlukan. Pendidikan calon-
calon penyuluh harus berdasarkan fakta-fakta. Sedang fakta-
fakta itu berasal dari penelitian.
Rencana-rencana kerja sebaiknya disusun bersama oleh
penduduk setempat dan penyuluh pertanian.
Menyusun rencana kerja secara bersama-sama dengan orang-
orang yang bersangkutan adalah tugas mendidik dari para
penyuluh pertanian. Orang-orang tidak akan mengerti dan
tidak akan tertarik oleh rencana-rencana yang dibuat tanpa
partispasinya. Prinsip keterlibatkan seseorang tersebut tadi
mempunyai dasar psychologis yang baik sekali. Dan akan
mendidik orang2 untuk bersama-sama (gotong royong).
Penyuluhan pertanian adalah luwes dan dapat menyesuaikan
diri kepada perobohan2.
Suatu sifat yang baik dari penyuluhan pertanian adalah
keluwesannya untuk dapat berubah, bila keadaan dan
kebutuhan orang-orang telah berubah. Orang2 yang biasa
bekerja sama dengan penyuluhan pertanian akan mendapat
161

pandangan dan keinginan2 baru. Mereka akan dapat menilai


kebutuhan2nya secara lebih nyata lagi. Juga keadaan2 akan
berubah, seperti sumber2 pengetahuan akan selalu bertambah
banyak. Untuk menghadapi kesemuanya itu diperlukan
keluwesan dalam perencanaan dan penentuan kebutuhan.
Dengan demikian peningkatan mutu pada sasaran itu dapat di
manfaatkan dan dipakai membantu mereka mencapai
tujuannya.
Metode demonsrasi adalah gagasan dasar bagi penyuluhan
pertanian.
Pada permulaannya pekerjaan penyuluhan itu terutama di
dasarkan pada metode2 lainnya lagi. Tetapi demonstrasi itu
masih tetap jadi asar, terutama bagi orang2 yang belum dapat
menggunakan bahan2 tertulis, radio dan mass media lainnya.
Penilaian hasil penyuluhan pertanian harus didasarkan atas
perubahan2 yang terjadi pada sasaran.
Penyuluhan pertanian ditujukan untuk menyebabkan
perubahan perilaku pada sasran. Penilaian yang baik adalah
dengan menentukan jumlah dan mutu perubahanmengenai :
pengetahuan, kebiasaan, kecakapan serta ketrampilan dan
sikap sasaran.
Penyuluhan pertanian dikatakan berhasil baik, bila
pengaruhnya banyak sekali terhadap cara bertingkah-laku
sasaran dan nyata menimbulkan perubahan kebudayaan.
Masih banyak prinsip2 penyuluhan pertanian lainnya lagi
tetapi untuk sementara dipandang sudah cukup dengan
pembahasan prinsip2 tersebut di atas.
162

3.4. Proses Komunikasi dan Adopsi dalam Penyuluhan


Pertanian

3.4.1. Proses Komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian


Sewaktu kita menyelenggarkan kegiatan penyuluhan
pertanian terjadilah beberapa proses, yang kadang berlainan
sifatnya. Di antaranya ada proses kumunikasidan proses
adopsi. Proses komunikasi timul karena penyuluh berusaha
mengadakan hubungan dengan para petani. Sedang proses
adopsi timbul pada diri petani itu sendiri. Meskipun proses
terakhir tidak nampak bagi penyuluh, tetapi dapat
diperkirakan dari gejala atau tingkah-laku petani yang
bersangkutan.

Dalam penyuluhan pertanian kita mengadakan


komunikasi, yang paling sedikitnya menyangkut dua orang.
Misalnya A (= penghubung, sumber atau komunikator)
memberikan isyarat yang di arahkan kepada orang kedua,
yaitu B (= sasaran, penerima atau komunikati). Isyarat ini
dapat berbentuk omongan, isyarat tangan, kerlingan mata,
gerak anggota badan lainnya, tulisan, gambar, dst. Seringkali
komunikasi ini tidak berjalan dengan baik. A memberikan
isyarat dengan harapan dapat ditangkap dengan baik oleh B.
tetapi kadang tidak diterima, sehingga ada istilah salah
terima, salah faham, tidak mengerti, dsb. Jadi dalam
komunikasi itu A mengharapkan adanya isyarat kembali dari
B, sehingga dapa diketahui bagaimana penerimaan
isyaratnya. Istilahnya adalah feedback, jawaban atau
tanggapan.
163

Komunikasi yang baik akan berjalan timbal-balik, jadi


ada dua arah. Dari A menuju B dan kemudian ada reaksi dari
B ke arah A kembali. Contoh komunikasi yang satu arah
adalah umpama siaran radio, televisi, film, dll. Dalam
penyuluhan pertanian diperlukan suatu komunikasi yang dua
arah atau two way traffic of communication. Apa yang di
isyaratkan oleh kita diharapkan adanya jawaban oleh sasaran.
Bila tidak ada feedback, maka kita akan meraba-raba saja,
apak isyarat kita itu tercecer dijalan, tidak sampai atau tidak
dapat diterima oleh sasaran. Feedback ini penting bagi para
penyuluh, yaitu untuk dapat mengambil tindakan selanjutnya.
Dengan demikian maka komunikasi tersebut dapat
dilanjutkan dan dapat dipelihara dengan baik.
Bila isyarat tidak diterima sebagian atau seluruhnya, maka
tentu ada sebabnya, umpamanya karena:
a. Penyuluh tidak tahu apa yang akan disuluhkan atau tidak
menguasai bahan penyuluhannya;
b. Cara penyuluhannya tidak tepat, misalnya kesalahan
dalam bahasa, waktu, media, personalia, intensitas, dst;
c. Petaninya sendiri tidak dapat atau tidak mau menerima.
Sikap tidak mau menerima isyarat pada pihak sasaran
mungkin sudah kebiasaan mereka untuk berbuat demikian.
Lebih bila penyuluhannya agak keras. Jadi kita harus
hindarkan sifat perintah atau paksaan, tetapi lebih banyak
memberi contoh, sehingga petani itu mendapat pilihan untuk
mengambil keputusan cara mana yang akan ia pergunakan.
Petani-petani pada umumnya sudah mempunyai banyak
pengalamanberusaha-tani. Sehingga memberikan kesan
kepada mereka, bahwa caranya adalah yang paling mantap.
164

Kalau ada cara yang baru, maka sikapnya adalah menanti


dahulu, atau harus dibuktikan dengan contoh-contoh yang
meyakinkan. Jadi kalau kita ingin meyakinkan orang lain,
maka harus:
a. Mengetahui benar apa yang disuluhkan;
b. Mengetahui cara atau metoda penyuluhannya, sehingga
apa yang ingin disampaikan itu dapat disalurkan dengan
baik kepada sasaran;
c. Mengetahui halangan-halangan apa yang harus dihadapai
dalam melakukan komunikasi itu. Yang dimaksud dengan
halangan atau rintangan disini adalah hal-hal yang dapat
menghalangi terjadinya komunikasi yang baik. Misalnya
but-huruf untuk komunikasi tertulis, adat-kebiasaan
yang tidak sesuai dengan apa yang disuluhkan, takhayul,
intensitas hubungan dll.

Dalam penyuluhan pertanian keadaannya adalah lebih


rumit, sebab tidak hanya ada dua pihak, melainkan ada tiga
pihak yang berhubungan. Pihak ketiga ini adalah ahli-ahli di
lapangan pendidikan dan penelitian pertanian. Mereka
mempunyai pengetahuan pertanian yang banyak sekali, tetapi
langka berhubungan langsung dengan petani. Sebabnya
adalah umpamanya: kurang kesempatan, kurang menguasai
cara-cara berkomunikasi, perbedaan bidang gerak dll.
165

Ahli

Penyuluh Petani

Gambar 1. Hubungan antara Penyuluh, Petani denga Para Ahli

Tetapi sebaliknya para petani mempunyai masalah-


masalah yang harus diketahui oleh para ahli pertanian tadi.
Dan nyatanya tidak dapat ditanggapi karena tidak ada
hubungan. Dalam hal ini, maka para penyuluh menjadi
penghubung antara kedua pihak itu. Untuk menjadi
penghubung yang baik, maka penyuluh harus:
a. Mengetahui dimana dapat memperoleh pengetahuan
yang akan disuluhkan itu. Yaitu dari pihak ketiga. Denga
pihak ketiga ini (para ahli dikantor inspeksi, pusat,
lembaga penelitian, lembaga pendidikan dll) para
penyuluh harus dapat berkomunikasi dengan baik.
Bahasanya berbeda dari pada bahasa petani, yaitu agak
ilmiyah dan banyak istilah-istilah asing. Penyuluh tidak
boleh pura-pura mengerti, sebab bisa berbahaya salah
menyuluhkannya. Prakarsa komunilkasi disini harus ada
pada penyuluh.
166

b. Mengenal sifat-sifat para petani, bahasa dan istilah-istilah


yang mereka biasa pergunakan, cara berfikir dan tingkat
pendidikannya. Para penyuluh harus dapat mempelajari
seluruhnya. Jadi dapat mengetahui anjuran-anjuran apa
yang akan ditolak atau disukai oleh para petani. Dalam
hal ini dapat menolong sekali pelajaran-pelajaran
sosiologi, anthropologi, psychology (umum, pendidikan,
dan sosial) dan ilmu-ilmu pendidikan.
c. Mengetahui tekhnik berkomunikasi. Pada dasarnya ada 3
golongan cara atau metoda, yaitu:
- Secara lisan,
- Secara tercetak, dan
- Secara terproyeksi.
Jika dilihat dari jumlah orang yang hendak dituju,
maka ada 3 pendekatan (approach), yaitu:
- Secara perorangan,
- Secara kelompokan, dan
- Secara masal.
Dalam pelaksanaannya maka cara dan pendekatan
tersebut di atas dapat dikombinasikan menjadi:
- Secara lisan untuk perorangan, kelompok, atau
masal;
- Secara tercetak untuk perorangan, kelompok,
atau masal;
- Secara terproyeksi untuk perorangan,
kelompok, atau masal.
Semua kombinasi satu per satunya adalah baik, hanya
kita harus dapat memilih cara yang terbaik untuk
167

kesempatan tertentu. Dan yang terbaik adalah kombinasi


dari ketiga cara dengan masing-masing pendekatan tadi.

Dalam proses komunikasi ini terdapat lima tahap usaha,


yaitu:
a. Menarik perhatian, yaitu menimbulkan perhatian
atau kesadaran pada pihak sasaran tentang adanya
sesuatu hal yang baru. Cara komunikasi dalam tahap
ini lebih bersifat propaganda, seperti yang dilakukan
oleh perusahaan2 dalam sales promotion barangnya.
Biasanya dipakai poster, gambar, iklan, kain
terbentang, pawai, pameran, dll.
b. Menggugah hati, yaitu menimbulkan perasaan
terbuka pada sasaran untuk sesuatu yang baru
disadarinya tadi. Ada kemauan untuk mengetahui
lebih banyak lagi. Dalam tahap ini cara-cara yang
dipergunakan adalah: kunjungan rumah,
darmawisata, demonstrasi (cara dan hasil), pameran,
dll.
c. Membangkitkan keinginan, yaitu menumbuhkan
keinginan untuk memperoleh atau mengerjakan cara
baru yang dianjurkan itu. Usaha para penyuluh
pertanian adalah umpamanya: kunjungan rumah
yang lebih sering dan lebih mendalam anjuran-
anjurannya, selebaran, pameran, dmonstrasi, latihan,
dll.
d. Meyakinkan, yaitu menghilangkan persaan ragu-
ragu pada sasaran, sehingga terjadi keyakinan akan
kebaikan dan kemanfaatan hal yang baru itu.
168

Caranya dengan percobaan dan demonstrasi ditanah


sasaran. Dengan demikian ia dapat melaksanakan
hal-hal yang baru itu secara sendiri. Darmawisata ke
orang-orang atau tempat-tempat yang sudah
melaksanakan hal yang baru itu dan mendapat hasil
yang baik. Ini akan menolong dalam usaha
menimbulkan keyakinan tadi.
e. Menggerakkan usaha, yaitu mengusahakan agar
anjuran yang telah diberikan itu sekarang oleh
sasaran dilaksanakan atau dipraktekkan, secara luas
dan kontinyu. Tetapi selalu dalam bimbingan
penyuluh pertanian.
Pengetahuan tentang tahap-tahap proses komunikasi ini
penting untuk dapat memilih cara-cara yang paling tepat bagi
sesuatu situasi tertentu. Lebih-lebih hal ini akan menolong
kita bila dikombinasikan dengan hasil penelaahan tahap-
tahap proses adopsi pada pihak sasaran, yang akan dibahas
kemudian itu.
Proses komunikasi ini mempunyai bebrapa komponen,
yang satu sama yang lainnya erat berhubungan, yaitu:
a. Penghubung atau komunikator,
b. Tujuan atau objective,
c. Sasaran atau target,
d. Amanat atau message,
e. Saluran atau channel, dan
f. Perlakuan atau treatment.
Keenam komponen tersebut tidak dapat dihilangkan salah
satunya, karena masing2nya merupakan bagian yang pokok.
Satu sama lain berbeda baik dalam bentuk maupun sifatnya.
169

a. Penghubung atau komunikator adalah pihak yang


mempunyai prakarsa menggerakkan proses komunikasi
dan memelihara kelangsungannya. Contoh2nya seperti
penyuluh pertanian, guru, juru penerang, propagandis,
tukang jualan obat, dst.
b. Tujuan atau objective dalam komunikasi adalah apa yang
diharapkan oelh penghubung. Dalam penyuluhan
pertanian tujuan itu dapat berupa peningkatan produksi
padi misalnya. Tujuan demikian adalah tegas dan terang.
Dapat juga kabur atau tidak jelas karena terlampau
umum. Umpamanya kalau disebutkan tujuan itu adalah
untuk menaikkan taraf hidup.
c. Sasaran atau target dalam proses komunikasi adalah
pihak yang diusahakan untuk menerima anjuran
perbaikan atau perubahan. Jiak pada sasaran tidak
Nampak tanda-tanda perubahan, maka komunikasi itu
tidak berhasil.
d. Amanat atau message adalah apa-apa yang disampaikan
oleh penghubung kepada sasaran untuk mencapai tujuan
usaha. Misalnya anjuran untuk memupuk pertanaman
padi agar naik produksinya.
e. Saluran atau channel adalah jalan dan cara yang
dipergunakan untuk menyampaikan amanat kepada
sasaran. Dalam penyuluhan pertanian saluran ini dapat
berbentuk kunjungan rumah, demonstrasi, perlombaan,
pertunjukan, kursus, latihan, pameran, darmawisata,
publikasi, film, radio, kontak tani, kelompok tani, dll.
Mempergunakan kombinasi dari pelbagai macam saluran
170

akan menambah kemungkinan sampainya amanat


kepada sasaran.
f. Perlakuan atau treatment dari amanat adalah bagaimana
kita meneruskan amanat itu melalui suatu saluran
tertentu. Misalnya yang menjadi saluran adalah siaran
radio. Sedang perlakuan amanatnya adalah umpamanya
amanat itu disampaikan dalam bentuk pidato, dialog,
dagelan atau wayang dll. Juga dipersoalkan frekwensi
penyiaran amanat itu.
Selanjutnya harus jelas bagi kita, bahwa pada dasarnya tidak
ada persaingan antara saluran-saluran atau cara-cara
komunikasi itu. Soalnya bagi kita adalah bagaimana dapat
menyampaikan amanat kepada sasaran secara cepat dan
tepat. Untuk kesemuanya itu kita dapat mengerahkan segala
cara yang ada atau kombinasinya pada waktu dan tempat
yang diperlukan.
Bagaimana efektifnya komunikasi tadi tergantung dari
pengetahuan penyuluh pertanian yang bersangkutan perihal
dasar-dasar mengajar, saluran komunikasi dan keterampilan
menggunakannya. Selanjutnya ia harus pula mengenal betul-
betul orang yang diberi amanat itu. Untuk dapat menduga
rintangan-rintangan apa yang akan dihadapinya. Dana apabila
belum Nampak tanda-tanda perubahan pada pihak sasaran,
maka penyuluh pertanian itu harus tabah dan ulet. Tidak
merasa lekas putus asa, tetapi gigih melanjutkan usahanya.

3.4.2. Proses Adopsi Dalam Penyuluhan Pertanian


171

Tujuan penyuluhan pertanian mengadakan komunikasi


dengan sasarannya adalah untuk mengadakan perubahan-
perubahan perilaku. Karena perubahan-perubahan itu maka
sasaran akan menjadi lebih terbuka untuk hal-hal yang baru.
Perubahan-perubahan ini tidak timbul dengan sekonyong-
konyong, tetapi memerlukan waktu yang agak lama. Sampai
waktu sasaran melaksanakan anjuran penyuluh tadi, telah
berlangsung suatu proses mental pada dia. Suatu proses yang
tidak dapat dilihat, hanya dapat dimaklumi dari tingkah laku
sasaran selama itu, yang biasa kita anggap sebagai indikasi
atau ciri-ciri berlangsungnya proses itu. Proses mental ini
yang kita sebut proses adopsi. Dalam proses adopsi atau
penerimaan ini kita dapat melihat adanya lima tahap, yaitu:
a. Kesadaran atau penghayatan,
b. Minat,
c. Penilaian,
d. Percobaan, dan
e. Adopsi atau penerimaan.
Adapun indikasi2nya yang dapat kita lihat pada tiap
tahapnya adalah umpamanya:
a. Pada tahap kesadaran atau penghayatan
(awareness) sasaran sudah maklum atau
menghayati sesuatu hal yang baru atau yang aneh
tidak biasa. Hal ini diketahuinya karena hasil
berkomunikasi dengan penyuluh.
b. Pada tahap minat (interest) sasaran mulai ingin
mengetahui lebih banyak perihal yang baru atau
aneh itu. Ia menginginkan keterangan-keterangan
yang lebih terperinci lagi. Ia mulai bertanya-tanya.
172

c. Pada tahap penilaian (evaluation) sasaran mulai


berfikir-fikir dan menilai keterangan-keterangan
perihal yang baru itu. Juga ia menghubungkan hal
yang baru itu dengan keadaan ia sendiri
(kesanggupan, risiko, modal, dst). Pertimbangan-
pertimbangan tehnis, ekonomis dan sosiologis
difikirkan secara mendalam.
d. Pada tahap percobaan (trial) sasaran sudah mulai
mencoba-coba dalam luas dan jumlah yang sedikit
atau kecil saja. Sering juga terjadi bahwa usaha
mencoba ini tidak dilakukan sendiri, tetapi sasaran
itu mengikuti (dalam fikiran dan percakapan-
percakapan) sepak-terjang tentangganya atau
jawatan mencoba hal yang baru itu (dalam
pertanaman percobaan atau demonstrasi). Kalau ia
sudah yakin tentang apa yang dianjurkan, maka ia
akan mengetrapkannya secara lebih luas. Bila gagal
dalam percobaan ini, maka petani yang biasa akan
berhenti dan tidak akan percaya lagi. Tapi petani
maju yang ulet akan mengulangi percobaannya lagi.
Sampai ia mendapat keyakinannya.
e. Pada tahap penerimaan (adoption) sasaran sudah
yakin akan kebenaran atau keunggulan hal yang
baru itu. Maka ia akan mengetrapkan anjuran secara
lebih luas dan kontinyu. Juga ia akan
menganjurkannya kepada tetangga dan teman-
temannya.
Dalam prakteknya pentahapan tadi tidak poerlu secara
berurutan harus dilaluinya. Dapat saja sesuatu tahap
173

dilampaui, karena tahap tersebut dilaluinya secara


mental. Atau bisa juga proses ini berhenti pada suatu
tahap dan tidak terus melanjut. Tidak semua orang
mempunyai waktu, kesempatan, ketekunan, kesanggupan
dan keuletan yang sama untuk menjalani, kadang-kadang
mengulangi proses adopsi sampai akhir dan mendapat
sukses.
Kegunaan praktis bagi para penyuluh pertanian perihal
proses adopsi itu adalah untuk mengetahui sampai tahap
mana sasaran yang dihadapinya itu. Jadi harus tahu cirri-
ciri dari tiap tahap. Dan pengetahuan ini digunakan untuk
dapat memberikan bahan-bahan penyuluhan yang tepat
dan sesuai kepada orang2 tertentu pada masing-masing
tahap dan pada waktu2 tertentu pula. Juga untuk dapat
memilih metodapenyuluhan yang tepat pada kesempatan
( tahap ) tertentu.

4. Bagi para penyuluh pertanian tiap tahap dari proses


adopsi itu akan memberikan indikasi golongan usaha
penyuluhan yang harus digunakan, umpamanya:
a. Pada tahap kesadaran adalah usaha untuk
menimbulkan perhatian atau kesadaran. Cara-
caranya lebih banyak di lapangan komunikasi masal,
seperti yang pernah diuraikan diatas, misalnya
dengan siaran melalui radio (siaran pedesaan),
surat kabar, majalah, film, televise, poster, dll.
b. Pada tahap minat maka usaha yang dilakukan
adalah usaha yang banyak terletak pada hubungan
perorangan, baik lisan maupun tertulis. Orang-
174

orang yang sudah sadar dan memperlihatkan


adanya sedikit minat terhadap perobahan, supaya
diberi lebih banyak penjelasan agar minatnya dapat
tumbuh dan berkembang.
c. Pada tahap penilaian maka usaha para penyuluh
adalah memberikan bahan-bahan pertimbangan
kepada sasaran. Dapat berbentuk kunjungan rumah
yang lebih sering, pameran, darmawisata,
demonstrasi, latihan, surat selebaran, dst.
d. Pada tahap percobaan penyuluh akan memberikan
data tehnis yang dapat meyakinkan sasran. Juga
sasran akan dapat kesempatan mencoba atau
melakukan demontrasi ditanahnay sendiri, dibawah
bimbingan penyuluh.. Darmawisata ke orang-orang
yang telah berhasil akan menambah keyakinan tadi.
e. Pada tahap penerimaan atau pengetrapan maka
penyuluh akan terus mendampingi atau
membimbing sasaran, yang sudah melaksanakan
anjuran secara lebih luas dan kontinyu itu. Biasanya
pada tahap ini sasaran sudah diakui sebagai petani
maju. Mungkin selanjutnya juga dijadikan petani
teladan, terus jadi kontak tani pada akhirnya.

5. Antara tahap-tahap dalam proses komunikasi dan proses


adopsi serta metoda penyuluhan pertanian terdapat
banyak sekali hubungannya, seperti dapat terlihat pada
bagian di bawah ini.
175

Gambar 2. Metode Penyuluha, Tahap Komunikasi dan Tahap


Adopsi

Berdasar pada waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan


seluruh proses adopsi, dari tahap kesadaran sampai tahap
penerimaan/pengetrapan, maka kita dapat membagi sasaran
itu dalam lima golongan, yaitu :
a. Pelopor atau inovator.
b. Pengetrap dini atau early adopter.
176

c. Pengetrap awal atau early majority


d. Pengetrap akhir atau late majority, dan
e. Penolak atau laggard.

Uraian mengenai golongan-golongan tersebut adalah seperti


berikut:
a. Golongan pelopor tidak terdapat banyak jumlahnya
dalam suatu daerah, satu atau dua orang saja, mungkin
juga tidak ada. Mereka merupakan orang-orang yang
maju sekali, pandai, pengetahuannya tinggi dan luas,
usahanya maju, penghasilannya tinggi, kaya dan
pengalamannya luas. Tanah usahanya luas, mempunyai
kegemaran dan kesempatan untuk mencoba hal-hal yang
masih baru. Sifat istimewanya adalah selalu ingin tahu
saja dan aktif mencariketerangan kemana-mana. Petugas
penyuluhan sering dibuat kewalahan.biasanya mereka
kurang memperdulikan orang-orang sekitarnya, tidak
aktif menyebar-luaskan pengetahuan dan
pengalamannya. Tetapi para tetangganya selalu
mengamati dan memperhatikan gerak-gerik golongan
pelopor ini. Umurnya setengah baya, empat puluhan dan
mempunyai hubungan yang erat dan luas dengan pihak
luaran. Misalnya dengan perguruan tinggi, lembaga
penelitian dan jawatan tingkat atasan/pusat.
b. Golongan pengetrap dini biasanya umur antara 25 dan
40 tahun, pendidikannya lebih dari kebanyakan orang
sekitarnya. Gemar membaca buku atau surat kabar dan
suka mendengarkan radio. Memiliki faktor-faktor
produksi sehingga mudah untuk mempraktekan yang ia
177

inginkan. Biasanya aktif dalam masyarakat dan oleh


tetangga-tetangganya disegani dan dianggap sebagai
contoh. Prakarsanya besar dan terbuka cepat untuk hal-
hal yang baru. Suka membantu jawatan-jawatan yang
bergerak dalam pembangunan. Jumlah orang dari
golongan pengetrap dini di suatu daerah biasanya tidak
besar. Tetapi lebih banyak dari golongan yang pertama.
c. Golongan pengetrap awal lebih lambat dalam adopsi
sesuatu yang baru bila dibandingkan dengan golongan-
golongan yang terdahulu. Tetapi mudah terpengaruh
bila hal yang baru itu mulai masuk dan meyakinkan
keunggulannya.
Mereka biasanya tokok masyarakat setempat.
Pendidikan, pengalaman, dan tingkat social ekonominya
tergolong sedang. Umur biasanya lebi 40 tahunan. Ia
mengetrapkan sesuatu yang baru itu agak lambat karena
menjadi tokoh masyarakat. Tidak ingin dan perlu cepat-
cepat asal meras safe/aman, supaya tidak perlu jatuh
gengsi kalau usahanya agak gagal. Jika tokoh-tokoh ini
sudah mengetrapkan anjuran, maka golongan-golongan
pengetrap akhir dan penolak akan mengikutinya.
d. Golongan pengetrap akhir biasanya umur sudah agak
tua, lebih dari 45 tahun. Keadaannya kurang mampu.
Sifatnya kurang giat dalam pengetrapan hal-hal yang
baru. Tetapi jika sudah yakin dan dipengaruhi oleh
contoh-contoh hasilnya golongan pengetrap awal, maka
merekapun akan melaksanakan anjuran hal yang baru
itu.
178

e. Golongan penolak umurnya sudah tua, 50 tahun ke atas.


Pendidikannya kurang, keadaan sosial ekonominya juga
kurang baik. Mereka kurang menyukai perubahan-
perubahan yang berlainan sifatnya dari pada yang
mereka lazim lakukan. Golongan ini kurang jumlahnya
dalam sesuatu daerah Di Indonesia belum ada angka-
angka mengenai jumlah atau proporsi masing-masing
golongan adopsi tersebut. Di Amerika Serikat angka-
angka itu adalah seperti berikut: Bagi para penyuluh
pertanian yang perlu diperhatikan sekali adalah
golongan kedua dan kemudian yang ketiga. Alasannya
adalah seperti berikut :
a. Golongan yang pertama sudah mempunyai sifat dan
kegemaran untuk mencoba-coba teknologi baru.
Mereka akan berusaha sendiri mencari informasi
yang diperlukan. biasanya mereka sudah tidak dapat
dilayani oleh petugas-petugas penyuluhan setempat,
harus oleh ahli yang sudah menjurus, yaitu para
spesialis di tingkat kabupaten, propinsi, atau pusat.
Juga mereka tidak banyak diikuti oleh kebanyakan
petani di daerahnya, karena perbedaan keadaan yang
besar juga.
179

Gambar 3. Penggolongan Masyarakat dalam Mengadopsi


Inovasi Baru

a. Golongan pengetrap dini mempunyai pengikut di


daerahnya dan dianggap sebagai contoh atau teladan.
Kalau mereka sudah dapat dibina memnji pembantu
penyuluhan sebagai kontak tani misalnya, maka
peranan mereka dalam usaha memasukkan teknologi
baru akan besar sekali.
b. Golongan pengetrap awal harus dapat perhatian pula
dari para penyuluh, karena kedudukannya dalam
masyarakat. Yang perlu diusahakan adalah agar masa
proses adopsi pada golongan ketiga ini jangan
terlampau lama.
c. Golongan pengetrap akhir akan mengikuti jejak
golongan ketiga, sedangkan golongan penolak tidak
akan memberikan tanggapan yang memuaskan. Maka
para penyuluh tidak perlu memberikan perhatian
yang terlalu besar kepada golongan yang terakhir ini,
180

sebab hanya akan meminta banyak tenaga, waktu dan


biaya saja.
181

BAB IV
KOMUNIKASI AGRIBISNIS DALAM KOMODITAS UMBI
PORANG

4.1 Pendahuluan
Berkaitan dengan semakin meningkatnya
kebutuhan akan pangan, saat ini berbagai komoditi
yang mempunyai prospek sebagai bahan pangan
alternatif mulai dikembangkan. Hal ini bertujuan agar
masyarakat tidak hanya menggantungkan kebutuhan
pokok terhadap padi (serealia), tetapi juga sumber
pangan lainnya seperti jenis tanaman umbi-umbian.
Salah satu jenis umbi-umbian yang mulai banyak
dikembangkan adalah umbi porang (Amorpho-phallus
spp.).

Tanaman Porang merupakan tumbuhan herba


dan "menahun". Memiliki batang semu (sebenarnya
tangkai daun) yang tegak, berkulit halus, berwarna
hijau pucatdan putih yang belang-belang dan
berkelok-kelok. Di ujung batang memecah menjadi
tiga batang sekunder yang akan memecah lagi
menjadi beberapa batang dimana helaian daun
berjajar beriringan. Pada setiap pertemuan batang
terdapat bubil/katak berwarna coklatkehitaman
sebagai bahan perkembangbiakan tanaman. Di akhir
musim hujan, batangnya akan rebah dan mati,
selanjutnya umbi porang akan istirahat (dorman)
tidak mengadakan aktivitas pertumbuhan sepanjang
182

musim kemarau. Pada musim hujan umbi yang


dorman di dalam tanah akan tumbuh tunas baru
sehingga lama-kelamaan umbi semakin mengecil dan
akan semakin membesar menjelang musim kemarau
dan begitu selanjutnya. Tanaman Porang yang telah
berumur di atas tiga tahun, akan muncul bunga yang
disangga tangkai bunga tunggal yang keluar tepat di
pusat umbi. Tangkai bunga akan menjulur ke
permukaan tanah, panjangnya bisa mencapai 0,5 m
s.d. 1,5 m. Permukaan tangkai bunga berwarna hijau
segar dan berbau tidak enak. Tongkol bunga terdiri
dari tiga bagian. Bagian paling atas merupakan bunga
mandul, bagian tengah bunga jantan dan paling bawah
merupakan bunga betina. Tinggi tanaman dapat
mancapai 1,5 m tergantung pada tingkat kesuburan
tanah. Dari bunga ini akan menghasil biji -biji yang
dapat digunakan sebagai benih/bibit.

Umbi porang yang saat ini diekspor masih


berasal dari usaha masyarakat tani dengan
mengumpulkan umbi yang tumbuh liar di perkebunan
maupun di hutan. Saat ini umbi porang dibuat dalam
bentuk chip yang berupa bahan baku mentah sehingga
memiliki nilai jual rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa umbi porang belum dapat diolah menjadi
produk yang bervariasi serta teknologi
pengolahannya pun belum berkembang.
183

Tumbuhan porang termasuk ke dalam familia


Araceae (talas-talasan) dan tergolong genus
Amorphophallus. Di Indonesia, ditemukan beberapa
spesies yaitu A. Campanulatus, A. oncophyllus, A.
variabilis, A. spectabilis, A. decussilvae, A. muellleri dan
beberapa jenis lainnya (Koswara, 2013). Taksonomi
porang menurut Tjitrosoepomo, (2002) dalam
Dawam, (2010) :
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Tracheobionta
Super Divisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Sub Class : Arecidae
Ordo : Arales
Familia : Araceae
Genus : Amorphophallus
Species : Amorphophallus oncophyllus Prain
Tumbuhan porang (Amorphophallus
oncophyllus Prain) sinonim dengan Amorphophallus
muelleri Blume dan Amorphophallus blumei Scott
(Sumarwoto, 2005). Porang dikenal dengan beberapa
nama lokal, tergantung pada daerah asalnya seperti
acung atau acoan oray (Sunda), kajrong (Nganjuk)
(Dewanto dan Purnomo, 2009).
Amorphophallus spp. awalnya ditemukan di
daerah tropis dari Afrika sampai ke pulau-pulau
Pasifik, kemudian menyebar ke daerah beriklim
sedang seperti Cina dan Jepang. Jenis A. onchophyllus
184

awalnya ditemukan di Kepulauan Andaman (India)


dan menyebar ke arah timur melalui Myanmar lalu ke
Thailand dan ke Indonesia (Jansen, et al., 1996 dalam
Sumarwoto, 2005).

Tumbuhan porang mempunyai batang tegak,


lunak, halus berwarna hijau atau hitam dengan bercak
putih. Batang tunggal (sering disebut batang semu)
memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan
memecah menjadi tangkai daun. Perkembangan
morfologinya berupa daun tunggal menjari dengan
ditopang oleh satu tangkai daun yang bulat. Pada
tangkai daun akan keluar beberapa umbi batang
sesuai musim tumbuh (Sumarwoto, 2005). Helaian
daun memanjang dengan ukuran antara 60 - 200 cm
dengan tulang-tulang daun yang kecil terlihat jelas
pada permukaan bawah daun. Panjang tangkai daun
antara 40 - 180 cm dengan daun-daun yang lebih tua
berada pada pucuk di antara tiga segmen tangkai daun
(Ganjari, 2014).

Tumbuhan ini mencapai tinggi ±1,5 meter,


tergantung umur dan kesuburan tanah. Daur
tumbuhnya antara 4 - 6 tahun, dan menghasilkan
bunga besar di bagian terminal (terdiri atas batang
pendek, spatha, dan gagang) yang mengeluarkan bau
busuk (Purwanto, 2014). Tangkai bunga polos, bentuk
jorong atau oval memanjang, berwarna merah muda
pucat, kekuningan, atau cokelat terang. Panjang biji 8 -
185

22 cm, lebar 2,5 - 8 cm dan diameter 1 - 3 cm (Ganjari,


2014).

Umbi porang terdiri atas dua macam, yaitu


umbi batang yang berada di dalam tanah dan umbi
katak (bulbil) yang terdapat pada setiap pangkal
cabang atau tangkai daun. Umbi yang banyak
dimanfaatkan adalah umbi batang yang berbentuk
bulat dan besar, biasanya berwarna kuning kusam
atau kuning kecokelatan. Bentuk umbi khas, yaitu
bulat simetris dan di bagian tengah membentuk
cekungan. Jika umbi dibelah, bagian dalam umbi
berwarna kuning cerah dengan serat yang halus,
karena itu sering disebut juga iles kuning.

Panen umbi dengan cara digali pada saat


daunnya layu dan mati, bobot umbi 3 - 9 kg
tergantung kondisi iklim yang sesuai untuk
pertumbuhannya (Purwanto, 2014). Pada setiap
pertemuan batang dan pangkal daun akan ditemukan
bintil atau umbi katak (bulbil) berwarna cokelat
kehitam-hitaman yang berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan secara generatif. Sumarwoto
(2005) menyatakan bahwa bulbil ini merupakan ciri
khusus yang dimiliki porang dan tidak ditemukan
pada jenis tanaman iles lainnya.
186

4.2 Kondisi Ekologis Tumbuhan Porang


Kondisi ekologis jenis porang tumbuh secara
sporadis di hutan maupun di pekarangan sebagai
tumbuhan liar (wild type), belum dibudidayakan
secara besar-besaran serta belum banyak dikenal di
kalangan masyarakat tani. Dewanto dan Purnomo
(2009) menyatakan bahwa porang dapat tumbuh
pada ketinggian 0 - 700 m dpl, namun tumbuh baik
pada ketinggian 100 - 600 m dpl. Pertumbuhan
porang membutuhkan intensitas cahaya maksimum
40%, dapat tumbuh pada semua jenis tanah pada pH 6
- 7 (netral), dan tumbuh baik pada tanah yang gembur
serta tidak tergenang air.

Tumbuhan porang sifatnya toleran naungan


(membutuhkan naungan), sehingga sangat cocok
dikembangkan sebagai tanaman sela di antara jenis
kayu-kayuan, yang dikelola dengan sistem
agroforestry. Intensitas naungan yang dibutuhkan
porang untuk mendukung pertumbuhannya adalah
minimal 40%. Jansen, et al. (1996) dalam Purwanto
(2014) bahwa untuk mencapai produksi umbi porang
yang tinggi diperlukan intensitas naungan antara 50 -
60%.

Tumbuhan porang dapat dibudidayakan


sebagai tanaman sela di antara pohon jati, mahoni,
sonokeling, rumpun bambu, atau di antara semak
belukar. Berdasarkan hasil analisis vegetasi oleh
187

Wahyuningtyas, et al. (2013), porang banyak


ditemukan di bawah naungan tegakan bambu
(Gigantochloa atter), jati (Tectona grandis), dan
mahoni (Swietenia mahagoni). Porang tumbuh
optimal pada kondisi lingkungan, yaitu; suhu 25 - 35
°C dan curah hujan antara 300 - 500 mm/bulan.
Produksi umbi yang optimal dapat diperoleh setelah
tiga periode daur, yaitu sekitar tiga tahun
(Sumarwoto, 2012).

4.3 Perbanyakan Tanaman Porang


Tumbuhan porang memiliki beberapa siklus
(periode) pertumbuhan dimana satu periode siklus
berlangsung selama 12 - 13 bulan. Siklus pertama
dimulai pada musim penghujan yang ditandai dengan
munculnya tunas berasal dari umbi, kemudian tunas
akan tumbuh selama 6 - 7 bulan. Selanjutnya pada
musim kemarau yang berlangsung selama 5 - 6 bulan,
tunas akan mengering dan rebah. Siklus berikutnya
dimulai pada awal musim hujan dengan tangkai daun
dan diameter tajuk daun yang lebih panjang/lebar
dibandingkan pada siklus sebelumnya. Tumbuhan
porang yang sudah mengalami beberapa periode
siklus memiliki umbi yang lebih berat. Umbi batang
umumnya dipanen pada siklus ketiga. Pada siklus
pertama dan kedua merupakan fase pertumbuhan
vegetatif dan setelah siklus ketiga, mengalami fase
pertumbuhan generatif (Saputra, et al., 2010).
188

Umbi batang yang tumbuh sehat dan subur


serta berumur ± 1 tahun dapat dijadikan bibit. Satu
umbi hanya menghasilkan satu bibit untuk ditanam
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Porang
Indonesia, 2013). Sedangkan bulbil dapat
dikumpulkan pada masa panen sehingga bila
memasuki musim hujan, dapat langsung ditanam pada
lahan yang telah disiapkan. Tumbuhan porang yang
cukup tua dapat menghasilkan bulbil ±40 buah/pohon
(Dewanto dan Purnomo, 2009).

Tumbuhan porang dapat berkembang biak


secara generatif melalui biji. Porang akan berbunga
pada setiap periode 3 - 4 tahun, selanjutnya
menghasilkan biji/buah. Dalam satu tongkol buah
dapat menghasilkan biji ±250 butir yang dapat
dijadikan benih/bibit dengan cara disemaikan terlebih
dahulu (Dewanto dan Purnomo, 2009).

Perbanyakan secara generatif dilakukan


dengan cara mengecambahkan biji, satu kecambah
akan menghasilkan satu bibit baru. Sedangkan dengan
cara poliembrioni, dalam satu biji dilakukan proses
pembelahan biji untuk memisahkan embrio-embrio
dalam satu biji. Embrio yang telah dipisahkan tersebut
kemudian disemai sampai tumbuh tunas sehingga
dihasilkan lebih dari satu bibit baru dari satu biji.
Perbanyakan dengan metode ini biasanya
dilaksanakan saat bunga mulai jatuh dan biji dapat
189

dikumpulkan. Biji-biji tersebut dibelah dan embrio-


embrionya dipisahkan. Embrio membutuhkan waktu
6 - 7 minggu sejak disemaikan untuk berkecambah.
Embrio yang telah berkecambah membutuhkan waktu
±8 minggu untuk siap ditanam di lapangan (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Porang Indonesia,
2013).

Biji porang mengalami dormansi sepanjang


musim kemarau, oleh karena itu, untuk persiapan
perbanyakan diusahakan bertepatan dengan periode
musim hujan. Biji yang akan dijadikan bibit, perlu
diperlakukan dengan menggunakan zat pemecah
dormansi seperti CPPU (N-(2-chloro-4-pyridinyl)-N-
phenylurea). Zat ini merupakan sitokinin sintesis yang
efektif memacu pertumbuhan sehingga diharapkan
tanaman mampu tumbuh dengan baik serta
berproduksi secara maksimal (Lebi, 2013). Porang
juga dapat diperbanyak secara kultur jaringan, bagian
vegetatif ditumbuhkan dalam kondisi aseptik,
sehingga dapat memperbanyak diri dan tumbuh
menjadi tanaman yang lengkap (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Porang Indonesia, 2013).

Porang dapat dipanen setelah tanamannya


rebah dan daunnya telah kering. Pada saat itu,
kandungan glukomanan lebih tinggi dibandingkan
pada saat sebelum rebah. Kandungan glukomanan
pada awal pertumbuhan lebih rendah karena
190

digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan


daun. Setelah daun mengalami pertumbuhan yang
maksimal, glukomanan tidak digunakan untuk proses
metabolisme, sehingga terakumulasi pada umbi
hingga mencapai fase dormansi (Chairiyah, et al.,
2014).

Budidaya porang perlu pengelolaan yang


intensif seperti pengolahan lahan untuk pembibitan
dan penanaman, pemeliharaan tanaman serta cara
panen umbi. Jika benih/bibit tanaman berasal dari
biji, perlu disiapkan persemaian untuk pembibitan,
dan jika sudah berkecambah dapat dipindahkan di
persemaian (Sumarwoto, 2008).

Kedalaman tanah untuk penanaman perlu


diperhatikan agar diperoleh pertumbuhan yang baik.
Apabila bibit berupa bulbil besar maka kedalaman
tanam ±5 cm. Sedangkan bibit yang menggunakan
umbi batang dengan bobot kurang dari 200 g, maka
kedalaman tanam adalah ±10 cm dan jika bobot umbi
lebih berat maka kedalaman tanamnya ±15 cm.
Budidaya porang, sebaiknya ada pemisahan
penggunaan lahan atau dilakukan tanam bergilir pada
lahan yang tersedia yaitu lahan untuk pembibitan
terpisah dengan lahan untuk produksi sehingga dapat
dilakukan pemanenan secara rutin (Sumarwoto,
2012).
191

4.4 Pengolahan Umbi Porang


Dewanto dan Purnomo (2009) bahwa proses
pengolahan umbi porang diawali dengan mencuci
umbi hingga bersih lalu diiris tipis dengan ketebalan 5
- 7 mm. Irisan umbi kemudian dihamparkan di atas
nampan dan dikeringkan sampai kadar air mencapai
±12 %. Apabila pengeringan di bawah sinar matahari,
maka dibutuhkan waktu 3 - 4 hari, jika menggunakan
oven maka dibutuhkan waktu hanya sekitar 2,5 jam
dengan suhu ±80°C. Hasil proses pengeringan ini
disebut ‘chip’ atau keripik porang. Chip akan digiling
(ditumbuk) menjadi tepung selanjutnya dipisahkan
antara serbuk manaan dan tepungnya. Cara
pemisahannya dapat menggunakan ayakan 35 mesh
atau blower. Serbuk manaan yang dihasilkan segera
dikemas atau diolah karena bila terlalu lama akan
berkurang daya lekatnya.

Widyastuti (2012) telah menyusun standar


mutu keripik porang dan tepung porang sebagaimana
disajikan dalam Tabel 1 dan 2 sebagai berikut :
192

4.5 Prospek Pengembangan Tumbuhan Porang


Porang (Amorphophallus onchophyllus Prain)
merupakan jenis umbi-umbian yang memiliki potensi
dan prospek untuk dikembangkan di Indonesia.
Tumbuhan ini populasinya banyak dan mudah
diperbanyak, umbinya mengandung karbohidrat
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pangan
alternatif.

Umbi porang mengandung karbohidrat


berbentuk polisakarida. Turunan karbohidrat ini
dinamakan glukomanan yang memiliki sifat larut
dalam air dan dapat difermentasi (Thomas, 1997
dalam Purwanto, 2014). Selanjutnya oleh Koswara
(2013) bahwa glukomanan mempunyai beberapa sifat
istimewa, di antaranya dapat membentuk larutan
yang kental dalam air, dapat mengembang, dapat
193

membentuk gel, dapat membentuk lapisan kedap air


(dengan penambahan NaOH atau gliserin), serta dapat
mencair seperti agar sehingga dapat digunakan untuk
media pertumbuhan mikroba.

Glukomanan memiliki manfaat dalam bidang


industri yaitu dapat digunakan sebagai bahan perekat
kertas, bahan pengisi (filler) untuk pembuatan tablet
(obat), pengikat mineral yang tersuspensi secara
koloidal pada penambangan, serta sebagai penjernih
air minum yang berasal dari sungai dengan cara
mengendapkan lumpur yang tersuspensi di dalam air
(Lahiya, 1993 dalam Sumarwoto, 2012). Struktur
kimia glukomanan mirip dengan selulosa sehingga
dapat digunakan dalam pembuatan seluloid, bahan
peledak, isolasi listrik, bahan negatif film, bahan toilet,
kosmetik dan bahan pemadat dalam media kultur
jaringan. Pradipta dan Mawarani (2012) bahwa umbi
porang yang mengandung ± 55 % glukomanan dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan plastik
biodegradable.

Umbi porang yang mengandung glukomanan


15 % - 64 % (basis kering), dapat digunakan sebagai
bahan baku untuk industri pangan dan kesehatan
(Faridah, et al., 2012). Umbi porang mengandung
serat tinggi dan tidak mengandung lemak sehingga
dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol
dan mencegah kegemukan, serta cocok dikonsumsi
194

untuk penderita darah tinggi dan kencing manis. Jenis


umbi ini mengandung mineral konsentrasi tinggi
seperti kalium, magnesium, fosfor, unsur kelumi,
selenium, seng dan tembaga sehingga bermanfaat bagi
metabolisme . Umbi yang sudah tua (matang) dapat
dijadikan olahan makanan tradisional, seperti brem
padat yang merupakan hasil fermentasi oleh khamir
yang dipadatkan. Brem padat memiliki rasa manis
atau manis keasaman, tekstur padat, kering, tidak
lembek, serta mudah hancur (Purwanto, 2014).

Kadar glukomanan pada umbi ini dipengaruhi


oleh berbagai faktor antara lain, jenis tanamannya,
umur tanaman, lama waktu setelah panen, perlakuan
pengeringan, bagian yang digiling, dan alat penggiling
yang digunakan (Sumarwoto, 2005).
195

Pengolahan umbi porang harus cermat, karena


mengandung kalsium oksalat berbentuk jarum yang
menyebabkan rasa gatal dan zat konisin penyebab
rasa pahit. Asam oksalat dapat menyerap kalsium
yang penting untuk fungsi saraf dan serat-serat otot.
Asam oksalat yang terlarut akan mengikat kalsium
dalam tubuh manusia sehingga terjadi kekurangan
kalsium. Oksalat tak larut berupa kalsium oksalat yang
dikonsumsi bersama makanan akan terakumulasi
pada ginjal yang dapat menyebabkan batu ginjal
(Indriyani, et al., 2010).

Umbi porang tidak dapat disimpan dalam


waktu lama, sehingga harus segera diolah menjadi
tepung agar awet. Cara pengolahan umbi menjadi
tepung belum banyak diketahui oleh masyarakat,
sehingga umbi ini hanya dapat dibuat dalam bentuk
chip atau keripik kering yang harga jualnya rendah
dan selanjutnya dikirim ke pabrik. Umbi porang dapat
juga diolah menjadi bahan dasar dalam pembuatan
mie dan kosmetik. Peluang pemasaran ke luar negeri
masih sangat terbuka, terutama untuk tujuan ke
Jepang, Taiwan, Korea dan beberapa Negara Eropa.
Pitojo (2007) menyatakan Jepang membutuhkan
porang sekitar 3.000 ton /tahun, tetapi Indonesia baru
mampu memenuhi sekitar 600 ton per tahun.
196

4.6 Manfaat Umbi Porang


Porang mengandung banyak glukomanan
berbentuk tepung. Glukomanan merupakan serat
alami yang larut dalam air dan biasa digunakan
menjadi aditif makanan sebagai emulsifier dan
pengental, bahkan dapat digunakan jadi bahan
pembuatan lem ramah lingkungan dan pembuatan
komponen pesawat terbang.
Selain beragam manfaat tersebut, porang juga
memiliki manfaat lain seperti:
- Banyak digunakan untuk bahan baku tepung.
- Digunakan untuk pembuatan kosmetik.
- Bisa digunakan sebagai penjernih air.
- Digunakan sebagai bahan pembuatan lem ramah
lingkungan.
- Digunakan sebagai bahan pembuatan komponen
pesawat terbang.
- Selain itu juga untuk pembuatan lem dan "jelly" yang
beberapa tahun terakhir kerap diekspor ke negeri
Jepang.

4.7 Peluang Bisnis Porang


Dilansir dari situs Kementerian Pertanian
Republik Indonesia, tanaman Porang memiliki nilai
bisnis yang tinggi. Disebutkan bawa tanaman Porang
telah diekspor ke empat negara pada 2018 yaitu
Jepang, Vietnam, Australia, dan Tiongkok. Tidak
tanggung-tanggung, nilai ekspor tahun lalu mencapai
Rp 11,31 Miliar untuk 254 ton.
197

Sekilo umbi Porang dihargai 4.000 Rupiah di


pasar domestik. Sementara itu, jika diekspor harganya
mencapai 14.000 Rupiah. Tentu ini akan memberikan
keuntungan yang besar. Di luar negeri, umbi Porang
biasa digunakan untuk bahan baku lem. Sementara
itu, di Indonesia tanaman ini dijadikan bahan baku
membuat komestik dan juga mie.
Jika tertarik untuk membudidayakannya, Anda
bisa mengambil bibit tanaman ini dari potongan umbi
batang. Anda juga bisa mengambilnya dari umbi yang
telah memiliki titik tumbuh. Bisa juga diambil dari
umbi katak atau bulbil yang ditanam langsung.

4.8 Produk Olahan Porang


Umbi porang dapat dijadikan beberapa olahan
seperti:
 Tepung Suweg/Porang
198

Tepung tersebut memiliki harga yang bermacam-


macam tergantung beratnya:
- 100 gr, ± Rp 18.000
- 250 gr, ± Rp 40.000
- 1 kg, ± Rp 120.000

 Stick Porang

Stick porang tersebut memiliki harga yang


berkisar antara Rp 15.000 – Rp 30.000.
199

 Mie Porang

Mie porang tersebut memiliki harga ± Rp 15.000.

 Sari Porang

Sari porang merupakan tepung tambahan untuk


pembuatan mie, puding, bakso, dan bahan
makanan lainnya. Sari porang tersebut memiliki
harga ± Rp 70.000.
200

Review Jurnal

ASPEK MUTU DAN TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN


TERHADAP PRODUK MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI
TEPUNG PORANG

Tiurma W Susanti Panjaitan


Dwi Agustiyah Rosida

PENDAHULUAN
Produk pangan lokal Indonesia sangat melimpah.
Beraneka ragam dan jumlah yang sangat besar dari produk
pangan lokal tersebut, tentu sangat potensi dalam
mewujudkan kemandirian pangan nasional, namun demikian,
hingga saat ini, produk pangan lokal belum mampu
menggeser beras dan tepung terigu yang mendominasi
makanan di Indonesia.
Mie merupakan jenis makanan olahan dari tepung
terigu yang cukup banyak digemari oleh masyarakat
Indonesia, karena penyajiannya yang praktis dan cepat, baik
sebagai bahan makanan tambahan maupun sebagai makanan
pengganti makanan pokok. Oleh karena tingginya minat
masyarakat pada produk ini menyebabkan kebutuhan akan
tepung terigu juga semakin meningkat.
Indonesia memiliki banyak sekali tanaman penghasil
bahan pangan kaya pati atau karbohidrat yang dapat
dijadikan bahan baku bahan pangan pokok, antara lain tepung
dari tanaman porang (Amorphophallus konjac) yang potensial
201

dikembangkan sebagai bahan baku substitusi tepung terigu..


Tanaman porang atau iles-iles bermanfaat karena keunggulan
dari umbi ini adalah memiliki kandungan serat yang tinggi
terutam serat larutnya ( sekitar 64% dari Berat Kering) yang
sangat baik untuk kesehatan seperti mengurangi kadar gula
darah dan kolesterol sehingga sangat baik untuk penderita
diabetes. Selain itu, tepung iles-iles (yang dihasilkan dari
umbi Amorphophallus konjac) atau sering disebut dengan
tepung konjac memiliki kemampuan menyerap air dan dapat
membentuk gel (gelling agent) sehingga diduga dapat
meningkatkan kekenyalan dan keelastisan pada mie basah.
Dengan demikian diharapkan tepung porang atau iles-iles
dapat menggantikan peran bahan kimia yang sering
digunakan sebagai pengenyal mie dan sekaligus
meningkatkan kadar serat larut dalam produk mie basah,
sehingga dihasilkan produk pangan yang aman dan memiliki
sifat fungsional (Retnaningsih dan Laksmi, 2005).

Pembuatan Tepung Porang


Pembuatan tepung porang dari umbi porang
tergolong sederhana. Umbi porang mentah yang telah dikupas
kemudian dicuci dan diiris tipis (untuk hasil yang baik dapat
di slice dengan mesin) lalu dikeringkan dengan sinar matahari
(12 jam – 24 jam) atau dapat juga dikeringkan dengan
menggunakan pengering oven dalam waktu kurang lebih 24
jam. Umbi porang yang telah teriris – iris tipis dan kering
disebut dengan chips. Tahapan selanjutnya adalah (a). Chip
porang yang telah kering dimasukkan dalam mesin penepung
(disc mill), (b) setelah keluar dari disc mill, tepung porang
202

dihaluskan menggunakan mesin penepung (ball mill). (c)


tepung porang difraksinasi (pemisahan senyawa berdasarkan
berat jenis, pada tahap ini, kalsium oksalat dan zat pengotor
yang lain akan dibuang dengan cara dihembuskan)
selanjutnya (d) dilakukan pencucian dengan etanol. Tahap ini
bertujuan untuk meminimalisir kandungan kalsium oksalat
(dapat menyebabkan gatal pada kulit dan mengendap di ginjal
serta merusak hati) dan zat-zat pengotor pada tepung porang
sehingga yang tersisa sebagian besar adalah glukomanan,
sehingga diperoleh hasil akhir (e) tepung porang murni.

Proses Pembuatan Mie Basah


Secara diagram proses pembuatan mie basah seperti
ditunjukkan pada Gambar 1. Mula-mula tepung terigu
ditempatkan dalam wadah yang kering dan bersih, dan
kemudian dicampurkan dengan tepung porang pada berbagai
konsentrasi (0%, 10%, 15%, 20% dan 25%), garam dan telur.
Adonan tersebut diaduk rata (diuleni) sambil dituangi air
sedikit demi sedikit sampai diperoleh adonan yang rata,
homogen, dan kalis. Setelah itu adonan diistirahatkan dulu
selama 15 menit, baru kemudian digiling tipis (diroting) agar
tebalnya sama (1,5-2 mm). Lembaran adonan tersebut
dibedaki dengan tepung tapioka agar tidak melekat satu sarna
lain, baru kemudian dipotong-potong/dicetak menjadi
untaian mie. Mie mentah ini kemudian direbus dalam air
mendidih selama 2 menit menggunakan api besar, lalu segera
ditiriskan, setelah dingin ditambahkan/ditaburi minyak sawit
dan diaduk-aduk sampai merata agar tidak lengket.
Selanjutnya mie ini diuji kimia dan organoleptik.
203

Tingkat Kesukaan Panelis


P0 : Tanpa substitusi tepung porang
P1 : Substitusi tepung porang 10%
P2 : Substitusi tepung porang 15%
P3 : Substitusi tepung porang 20%
P4 : Substitusi tepung porang 25%

1. Tekstur
Panelis yang memilih tidak suka perlakuan P4
menduduki persentase tertinggi. Panelis lebih
menyukai perlalukan tanpa substitusi tepung porang.
Hal ini disebabkan karena keistimewaan tepung terigu
dibandingkan tepung lainnya dalam hal
kemampuannya membentuk gluten pada saat
dibasahi dengan air yang erat hubungannya dengan
meningkatnya elastisitas mie basah.
2. Aroma
Panelis yang memilih tidak suka perlakuan P4
menduduki persentase tertinggi. Ada kecenderungan
semakin banyak tepung porang yang disubstitusikan
maka aroma mie basah semakin tidak disukai oleh
konsumen, hal ini dapat disebabkan karena aroma
tepung porang agak apek dibandingkan tepung terigu.
3. Rasa
Tidak ada satupun panelis yang menyukai perlakuan
P4, karena semakin banyak tepung porang yang
disubstitusikan pada mie basah menyebabkan mie
basah yang dihasilkan agak kasar sehingga
mempengaruhi penilaian panelis terhadap rasa.
204

4. Warna
Panelis yang memilih tidak suka perlakuan P4
menduduki persentase tertinggi, karena semakin
banyaknya tepung porang yang disubstitusikan
menyebabkan warna mie basah yang dihasilkan lebih
gelap sehingga tidak disukai konsumen.

Kesimpulan
Substitusi tepung porang memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap kadar air, kadar protein, kadar lemak,
karbohidrat dan kadar abu dari mie basah yang dihasilkan.
Semakin banyak tepung porang yang disubstitusikan, maka
kadar air, kadar lemak dan kadar abu semakin meningkat,
sedangkan kadar protein dan karbohidrat semakin menurun.
Hasil uji tingkat kesukaan konsumen terhadap mie
basah matang yang dihasilkan, menunjukkan bahwa
substitusi tepung porang sampai dengan 15% (P2) tekstur
dan warnanya masih disukai konsumen (disukai oleh 30-35%
panelis). Untuk aroma, substitusi tepung porang 10% (P1)
masih disukai konsumen dengan frekuensi yang memilih
40%, sedangkan substitusi tepung porang diatas 10% hanya
sedikit yang menyatakan suka dengan aroma mie basah yang
dihasilkan (dipilih oleh 10-20% panelis). Rasa mie basah yang
disukai konsumen berada pada perlakuan substitusi tepung
porang 10% (P1), dipilih oleh 30% panelis.
205

DAFTAR PUSTAKA

Chairiyah, N., N. Harijati, dan R. Mastuti. 2014. Pengaruh


Waktu Panen Terhadap Kandungan
Glukomanan pada Umbi Porang
(Amorphophallus muelleri Blume) Periode
Tumbuh Ketiga. Research Journal of Life
Science, 1 (1) : 37-42.

Dawam. 2010. Kandungan Pati Umbi Suweg (Amorphophallus


campanulatus) pada Berbagai Kondisi Tanah di
Daerah Kalioso, Matesih dan Baturetno.
(Tesis). Fakultas Pertanian UNS. Semarang.

Dewanto, J. dan B. H. Purnomo. 2009. Pembuatan Konyaku


dari Umbi Iles-iles (Amorphophallus
oncophyllus). [Tugas Akhir]. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.

Faridah, A., Widjanarko, S.B., Sutrisno, A., dan Susilo, B. 2012.


Optimasi Produksi Tepung Porang dari Chip
Porang Secara Mekanis dengan Metode
Permukaan Respons. Jurnal Teknik Industri,
Vol.13, No. 2, Agustus 2012:158‒166.

Ganjari, L. E. 2014. Pembibitan Tanaman Porang


(Amorphophallus muelleri Blume) dengan
Model Agroekosistem Botol Plastik. Widya
Warta No. 01 Tahun 2014: 43 -58.
206

Garnadi, Attila : Penggunaan Visual Aid dalam Penjualan


Pertanian ; Direktorat Penjualan Pertanian,
Djakarta ; 1971.

Hasmosoewignjo, dan Garnadi, Attila : Penjualan kepada


Rakyat Tani ; Djawatan Pertanian, Djakarta
; 1962.

Indriyani, S., E. Arisoesilaningsih, T. Wardiyati, dan H.


Purnobasuki. 2010. Hubungan Faktor
Lingkungan Habitat Porang
(Amorphophallus muelleri Blume) pada
Lima Agroforestry di Jawa Timur dengan
Kandungan Oksalat Umbi. Proceeding Book
Volume 1. 7 th Basic Science National
Seminar. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Brawijaya.
Malang.

Jansen, P.C.M., C. van der Wilk, and W.L.A. Hetterscheid.


1996. Amorphophallus Blume ex Decaisne.
In Flach, M. and F. Rumawas (eds.).
PROSEA: Plant Resources of South-East Asia
No 9. Plant Yielding Non-seed
Carbohydrates. Leiden: Backhuys
Publishers.
207

Kelsey, Lincoln David, and Hearne, Cannon Chiles:


Cooperative Extention Work ; second edition,
Comstock Publishing Association, Ithaca, New
York ; 1955.
Koswara, Sutrisno. 2013. Modul: Teknologi Pengolahan Umbi-
Umbian Bagian 2: Pengolahan Umbi Porang.
Southeast Asian Food And Agricultural Science
and Technology (SEAFAST) Center. Bogor
Agricultural University.

Krisnamurthi, Y.B. dan-B. Saragih. 1992. Perkembangan


Agribisnis Kecil. Mimbar Sosek No.6 Desember
1992. Sosek Faperta IPB, Bogor.

Lahiya, A. A. 1993. Budidaya Tanaman Iles-iles dan


Penerapannya untuk Sasaran Konsumsi serta
Industri. cit. Anam, K., R. Azrianingsih & G.
Ekowati. 2010. Perbandingan Kadar Senyawa
Gluko-manan dan Kalsium Oksalat pada
Beberapa Varian Porang (Amorphophallus
muelleri Blume) dari Desa Klangon, Kecamatan
Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas
Brawijaya. Malang.
208

Lebi, M. E. 2013. Kajian Konsentrasi CPPU dan Dosis Pupuk


Anorganik terhadap Pertumbuhan
Tanaman Porang (Amorphophallus
oncophyllus). [Skripsi]. Universitas
Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Jawa
Timur. Surabaya.

Lortz, Helen B., et. Al. : Using Visuals in Agricultural


Extention Programs ; U.S. Depetment of
Agriculture, Washington D.C, ; July 1967.

Padmanagara, Salmon : Membina Penyuluhan Pertanian ;


Badan Pembinaan Pendidikan dan Latihan
Pertanian, Jakarta ; 1973.

Pitojo, S. 2007. Seri Budidaya Suweg : Bahan Pangan


Alternatif, Rendah Kalori. Kanisius :
Yogyakarta.

Purwanto, A. 2014. Pembuatan Brem padat dari Umbi


Porang (Amorphophallus Omcophyllus
Prain). Widya Warta, No. 01 Tahun 2014:16
-28.
209

Pusat Penelitian dan Pengembangan Porang Indonesia. 2013.


Budidaya dan Pengembangan Porang
(Amorphophallus muelleri Blume) Sebagai
Salah Satu Potensi Bahan Baku Lokal. Modul
Diseminasi. Universitas Brawijaya. Malang.

Pradipta, I Made D. dan Mawarani, Lizda J. 2012. Pembuatan


dan Karakterisasi Polimer Ramah Lingkungan
Berbahan Dasar Glukomanan Umbi Porang.
Tugas Akhir Jurusan Teknik Fisika, FTI, ITS.

Saputra, R. A., R. Mastuti, dan A. Roosdiana. 2010. Kandungan


Asam Oksalat Terlarut dan Tidak Terlarut
pada Umbi Dua Varian Porang
(Amorphophallus muelleri Blume) di KPH
Saradan, Madiun, Jawa Timur pada Siklus
Pertumbuhan ketiga. [Skripsi]. Universitas
Brawijaya. Malang.

Saragih, Bungaran. 1998. “Kumpulan Pemikiran Agribisnis:


Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi
Berbasis Pertanian”. Yayasan Persada Mulia
Indonesia.

Soekartawi. 2001. Agribisnis ( Teori & Aplikasinya ). PT


RajaGrafindo Persada. Jakarta.
210

Soekartawi, dkk. 1993. Resiko dan Ketidakpastian Dalam


Agribisnis (Teori & Aplikasinya). PT
RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Soejitno, R. : Petundjuk Penjuluhan Pertanian ;


Soeroengan, Djakarta ; 1968.+

Sumarwoto. 2005. Iles-iles (Amorphophallus muelleri


Blume); Deskripsi dan sifat-sifat lainnya.
Biodiversitas 6(3), 185 – 190.

Sumarwoto. 2008. Letak Biji pada Tongkol Buah dan Media


Persemaian Pengaruhnya pada Mutu Benih
Iles-iles (Amorphophallus muelleri Blume).
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop
Perbenihan dan Kelembagaan dengan Tema
Peran Perbenihan dan Kelembagaan dalam
Memperkokoh Ketahanan Pangan,
Yogyakarta, 10-11 November 2008.

Sumarwoto. 2012. Peluang Bisnis Beberapa Macam Produk


Hasil Tanaman Iles Kuning di DIY melalui
Kemitraan dan Teknik Budidaya. Business
Conference (BC) 2012. Yogyakarta, 6
Desember 2012.

Syafa’at, Nizar. 1998. Konsep Agribisnis, Industrialisasi


Pertanian dan Pembangunan. JUBC. Jember.
211

Thomas, W.R., 1997. Konjac Gum. Dalam Alan Imeson. 1999.


Thickening and Gelling Agents for Food,
Blackie Academic and Professional, London.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2002. Taksonomi Tumbuhan


(spermatopyta). Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Wahyuningtyas, R. D., R. Azrianingsih, dan B. Rahardi. 2013.


Peta dan Struktur Vegetasi Naungan Porang
(Amorphophallus muelleri Blume) di Wilayah
Malang Raya. Jurnal Biotropika, 1 (4) : 139-
143.

Widyastuti, E. 2012. Teknologi Pemanfaatan Porang.


Universitas Brawijaya. Malang.

Wiriaatmadja, Soekandar : Pokok-pokok Sosiologi Pedesaan ;


C.V. Yasaguna, Jakarta ; 1971.

Anda mungkin juga menyukai