Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENGEMBANGAN KOMUNITAS (CSR)

PEMBERDAYAAN REMAJA DALAM PENANGGULANGAN PERILAKU SEKS


BEBAS

Mata Kuliah: Pengembangan Komunitas (CSR)

Disusun Oleh :

Muhammad Rezaldhi (21310410030)

Ira Prastiwi (21310410060)

Cica Ayu Betiyanti (21310410026)

Mustika Febriani (21310410004)

Deriska Indah Asokawati (21310410010)

Dosen Pengampu:

Dr. Theresia Dewi Setyorini, M.Si., Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA 2023


HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pemberdayaan Remaja dalam Penanggulangan Seks Bebas

Mata Kuliah : Pemberdayaan Komunitas CSR

Lokasi Studi : SMP N 3 PLERET

Disusun oleh : Muhammad Rezaldhi (21310410030)

Ira Prastiwi (21310410060)

Cica Ayu Betiyanti (21310410026)

Mustika Febriani (21310410004)

Deriska Indah Asokawati (21310410010)

Dosen Pembimbing : Dr. Theresia Dewi Setyorini, M.Si., Psikolog

Telah disetujui pada hari….tanggal…bulan 2023

Dosen Pembimbing Koordinator Komunitas

………………….. …………………..

Mengetahui

Kaprodi Psikologi

Ayu Gigih Rizqia, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan Hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.Laporan yang berjudul “Pemberdayaan
Remaja dalam Penanggulangan Seks Bebas” disusun guna memenuhi tugas Ibu Dewi
pada mata kuliah Pengembangan Komunitas (CSR) dengan Program melakukan
penyuluhan yang bertempat di SMP N 3 PLERET.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dewi selaku Dosen
pada mata kuliah Perkembangan Komunitas (CSR), karena tugas yang diberikan dapat
menambah wawasan bagi para pembaca. Kami juga berterima kasih kepada pihak
sekolah dari SMP N 3 PLERET, karena telah bersedia dan menerima kami dengan
sangat baik untuk memberikan penyuluhan kepada anak osis tentang penanggulangan
seks bebas pada remaja.

Kami juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan laporan ini.Kami menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan laporan ini.
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................2
KATA PENGANTAR.........................................................................................................4
BAB I ( MUSTIKA )..........................................................................................................7
A. Latar Belakang......................................................................................................7
B. Tujuan..................................................................................................................7
C. Manfaat.................................................................................................................7
BAB II (DERISKA).............................................................................................................9
LANDASAN TEORI...........................................................................................................9
A. Dasar Teori...........................................................................................................9
1. Pengertian perilaku seksual................................................................................9
2. Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual...................................................10
3. Aspek-aspek perilaku seksual..........................................................................10
4. Bentuk-bentuk perilaku seksual........................................................................11
B. Metode Program................................................................................................12
1. Metode Penelitian.............................................................................................13
2. Tahapan Kegiatan.............................................................................................13
BAB III ( CICA )...............................................................................................................14
A. Identitas Kelompok................................................................................................14
B. Proses dan hasil penelitian....................................................................................14
1. Proses...............................................................................................................14
2. Hasil..................................................................................................................16
BAB IV (REZA)
KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................17
A. Kesimpulan............................................................................................................17
B. Saran.....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18
LAMPIRAN......................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa


Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12-24 tahun. Remaja merupakan
tahapan seseorang dimana ia berada difase anak dan dewasa yang ditandai dengan
perubahan fisik , perilaku, kognitif, biologis dan emosi ( Ferry effendi – Makhfuldi, 2009:
221 ).

Dengan matangnya fungsi-fungsi seksual, maka timbul pula dorongan-dorongan


dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual (libido seksual). Kebudayaan kita
tidak mengizinkan hubungan seksual diluar perkawinan (Sarwono, 2010:74).

Perilaku seks bebas didasari oleh sikap para remaja yang memiliki rasa
keingintahuannya sangat besar, padahal dengan pengetahuan yang mereka miliki
seharusnya mereka menyadari berbagai resiko yang harus mereka hadapi jika para
remaja tersebut melakukannya.

Hidayana (Primawardani, 2010: 2) mengemukakan bahwa kurangnya


pengetahuan yang memadahi pada remaja mengenai resiko dari perilaku seks bebas ,
menyebabkan mereka perlu diberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai
resiko tersebut, seperti terjangkitnya berbagai PMS ( penyakit menular seksual)
seperti : HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang dapat menyebabkan AIDS (
AcquiredImmune Deficiency Syndrome) Hepatitis B atau Herpes , Gonorrhea, Siphilis ,
atau Klamidia. Belum lagi resiko kehamilan yang tidak diinginkan / diluar nikah, resiko
kematian akibat pengguguran tidak aman atau pada beberapa kasus aborsi tidak aman.
Selain resiko fisik yang dialami, dampak dan sosialnya pun juga akan sangat
berpengaruh antara lain perasaan stress dan depresi pada remaja yang melakukan
perilaku seks bebas, diskriminasi sosial, trauma, kehilangan berbagai hak dalam
lingkungan sosial akibat hamil diluar nikah.
Permasalahan remaja yang begitu kompleks disebabkan oleh berbagai faktor
sehingga diperlukan pemberdayaan remaja untuk dapat meningkatkan kemandirian
remaja, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan hidup remaja untuk
merencanakan masa depan dan mencegah remaja melakukan seks bebas. Selain
itu dengan edukasi seks yang baik akan mampu menjadi payung bagi remaja dalam
mencegah terjadinya seks pranikah. Dengan demikian diharapkan remaja lebih
berdaya untuk meraih masa depan yang dicita-citakan dan terhindar dari perilaku
yang membuat mereka mengambil keputusan untuk menikah pada usia belia.

B. Tujuan

1. Pemberdayaan remaja dapat meningkatkan pengetahuan serta


kemampuan remaja untuk memiliki rasa kemandirian dan keterampilan
untuk merencanakan masa depan dan mencegah melakukan hal
melenceng seperti seks bebas.

2. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengurangi resiko penyebaran penyakit


menular seksual, kehamilan diluar nikah, dan dampak psikologis negative
yang dapat timbul akibat perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab.

3. Diharapkan remaja lebih berdaya untuk meraih masa depan yang dicita-
citakan dan terhindar dari perilaku yang membuat mereka mengambil
keputusan untuk menikah pada usia belia.

4. Menciptakan agen-agen yang menjadi model dalam edukasi remaja untuk


pendidikan seks pra nikah.

C. Manfaat

Menurut Sigmund Freud, melalui tahap Psikoseksual yang ditulis oleh (Miller,
2002 ), selama hidup manusia akan mengalami lima tahap perkembangan berdasarkan
pada naluri seksual. Masa remaja atau yang disebut the genital phase pada teori
psikoseksual memiliki arti bahwa kesenangan seksual pada tahap ini berpusat pada
alat genitas dan keintiman seksual. Hal ini juga diikuti dengan perkembangan fisik pada
pria dan Wanita yang sudah memasuki masa pubertas , menstruasi da tumbuhnya
rambut di kemaluan. Pada pria, ditandai dengan mimpi basah, ukuran kemaluan yang
semakin membasar dan tumbuhnya rambut di kemaluan.

Tidak hanya perkembangan fisik saja yang terjadi, perkembangan psikologis


remaja pun ditandai dengan berkembangnya tingkat emosi idividu. Remaja merupakan
masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa, sehingga wajar pada remaja
tingkat emosional belum tumbuh secara sempurna.

a. Manfaat teoritis

Menjadikan kegiatan pemberdayaan ini sebagai informasi dan tambahan pengetahuan


dalam dampak perilaku seks bebas khususnya remaja.

b. Manfaat praktis

Dengan adanya kegiatan ini diharapkan remaja mempunyai pengetahuan baik tentang
seks bebas. Dan ikut serta membimbing para remaja di SMP N 3 PLERET senantiasa
melakukan hal positif agar terhindar dari perilaku seks bebas.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dasar Teori

1. Pengertian perilaku seksual

Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh


hasrat seksual, baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis, maupun
sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Bentuk-
bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik
sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. (Sarwono
2003:14).

Perilaku seks pranikah adalah hubungan seks antara pria dan wanita
meskipun tanpa adanya ikatan selama ada ketertarikan secara fisik. Menurut
Maslow dalam Hall & Lindzey, 1992 mengatakan bahwa terdapat kebutuhan
dasar manusia, salah satunya adalah kebutuhan fisiologis mencakup
kebutuhan dasar manusia dalam bertahan hidup, yaitu bersifat instinktif ini
biasanya akan sukar untuk dikendalikan atau ditahan oleh individu, terutama
dorongan seks (Nevid dkk 1995).

2. Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual

Menurut Sanderowitz dan Paxwan dalam Sarwono (2002),


a. Perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksual)
remaja. Pengikatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam
bentuk tingkah laku seksual.
b. Penundaan usia perkawinan dengan norma agama masih berlaku dimana
seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum
menikah, seperti berciuman dan mastubrasi. Untuk remaja yang tidak bisa
menahan diri akan terdapat kecenderungan melakukan larangan tersebut.
c. Adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media
masa, seperti (hp, vcd, kamera dan lain-lain). Remaja yang sedang dalam
periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat dan
didengarnya dari media masa, khususnya karena mereka belum
mengetahui tentang seksual secara lengkap.
d. Kurangnya informasi dari orang tua karena sikap orang tua yang masih
mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak dan tidak terbuka
dengan anak bahkan cenderung memberikan jarak dengan anak.
e. Kecenderungan pegaulan yang semakin bebas antara pria dan wanita
sebagai akibat adanya peran pendidikan sehingga kedudukan semakin
sejajar.
f. Adanya dorongan citra diri yang menyangkut keadaan tubuh dan kontrol
diberlakukannya kampanye keluarga berencana (KB) dengan beredarnya
alat kontasepsi yang merangsang remaja untuk berhubungan seks.

3. Aspek-aspek perilaku seksual

Aspek-aspek dalam perilaku seksual remaja menurut Jersild (Ratnawati,


2014),
a. Aspek biologis
Aspek ini respon fisiologis terhadap stimulus, seks, reproduksi, pubertas,
perubahan fisik karena adanya pertumbuhan dan perkembangan pada
umumnya.
b. Aspek psikologis
Seks merupakan proses belajar yang terjadi pada individu untuk
mengekspresikan dorongan seksual melalui perasaan, sikap dan
pemikiran tentang seksualitas.
c. Aspek sosial
Aspek ini meliputi pengaruh budaya berpacaran, hubungan interpersonal
dan semua hal tentang seks yang berhubungan dengan kebiasaan yang
dipelajari individu di dalam lingkungan sosial.
d. Aspek moral
Mempertanggung jawabkan pertanyaan tentang benar atau salah, harus
atau tidak harus serta boleh atau tidak boleh suatu perilaku seseorang.

4. Bentuk-bentuk perilaku seksual

Berdasarkan Duvall & Miller (Khairunisa, 2013) mengatakan bahwa bentuk


perilaku seksual mengalami peningkatan secara bertahap.
a. Berpegangan tangan
Berpegangan tangan tidak terlalu menimbulkan rangsangan seks yang
kuat. Namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas seksual
lainnya.
b. Cium kening
Cium kening adalah aktivitas seksual berupa sentuhan pipi dengan bibir.
Dampaknya adalah dapat menimbulkan imajinasi atau fantasi yang
disertai dengan meningkatnya keinginan untuk melakukan aktivitas
seksual lain.
c. Ciuman basah
Ciuman basah adalah aktivitas seksual yang berupa sentuhan bibir.
Ciuman basah dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat yang
mengakibatkan dorongan seksual menjadi tidak terkendali. Orang akan
mudah melakukan aktivitas seksual selanjutnya tanpa disadari.
d. Berpelukan
Berpelukan dapat menimbulkan perasaan tegang, aman, dan nyaman
disertasi dengan rangsangan seksual terutama bila mengenai daerah
sensitif.
e. Berfantasi atau berimajinasi
Berfantasi atau berimajinasi adalah salah satu bentuk membayangkan
aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.
f. Meraba
Meraba bagian-bagian sensitif rangsangan seksual, seperti payudara,
leher, paha atas, vagina, penis, dan lain-lain. Aktivitas ini dapat
melemahkan kontrol diri sehingga dapat berlanjut ke aktivitas seksual
lainnya.
g. Masturbasi
Masturbasi adalah suatu usaha merangsang bagian tubuh sendiri dengan
tujuan mencapai kepuasan seksual. Pada laki-laki biasanya merangsang
penis, sedangkan pada perempuan biasanya dengan merangsang
payudara atau vagina.
h. Petting
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan usaha merangsang bagian
tubuh tertentu yang saling dilakukan oleh pasangan, namun tidak sampai
pada berhubungan seksual.

B. Metode Program

A. Metode Kegiatan

Kegiatan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kepada siswa


dengan metode presentasi didalam kelas dengan menggunakan media PPT.
Metode yang digunakan untuk menggali pengetahuan dan informasi dengan
memberikan tes dan pengetahuan secara terstruktur. Kegiatan ini menggunakan
metode partisipan. Karakteristik subjek dalam hal ini adalah remaja berusia 14
tahun.

B. Tahapan Pelaksanaan

1. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan. Menentukan peserta yang ikut


pada kegiatan melalui pemilihan beberapa anggota osis.
2. Pelaksanaan tahap I yaitu menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat
kegiatan. Memberikan pretest berupa kuesioner, melaksanakan kegiatan
edukasi dengan pemaparan materi menggunakan media slide
(powerpoint).
3. Pelaksanaan tahap II yaitu melakukan evaluasi tahap I (posttest) dengan
menggunakan kuesioner untuk mengukur pengetahuan siswa. Melakukan
simulasi langsung menjadi peer educator FOREPABAS.
4. Pelaksanaan tahap III yaitu melakukan evaluasi tahap II untuk mengecek
keberhasilan peserta dalam memberikan edukasi pada teman sebayanya.

BAB III

A. Identitas Kelompok

1. Waktu dan tempat

Kegiatan ini dilaksanakan pada :

Hari : Kamis, 13 Juli 2023

Waktu : Pukul 09.00-12.00

Tempat : SMP N 3 PLERET BANTUL

2. Pelaksana

Jumlah personalia : 5 orang

Ketua Pelaksana : M. Rezaldhi

Wakil Ketua : Cica Ayu B

Sekertaris 1 : Ira Prastiwi

Sekertaris 2 : Deriska

Bendahara : Mustika
B. Proses dan hasil penelitian

1. Proses

Kegiatan Penjelasan Durasi

Persiapan Menyiapkan bahan ppt, proyektor, kesiapan 15 menit


ruangan, yang akan digunakan selama
kegiatan berlangsung.

Pembukaan Memberikan pengarahan dan mekanisme 5 menit


kegiatan. Adapun pembukaan berupa :

1. sambutan pihak sekolah

2. Menjelaskan mekanisme aturan selama


kegiatan berlangsung.

Perkenalan diri Agar pemateri dapat membangun rapport 5 menit


pemateri dan anggota dengan siswa dan akan menghasilkan
kelompok komunikasi yang efektif selama kegiatan
berlangsung.

Pre test Memberikan pretest kepada seluruh 10 menit


partisipan untuk mengetahui pemahaman
peserta sebelum mendapatkan materi. Pre
test berisikan pertanyaan mengenai
pemahaman definisi, bahaya serta cara
pencegahan mengenai materi.
Materi Menampilkan slide ppt, dimana meliputi 20 menit

1. pengertian remaja dan seks bebas

2. bahaya seks bebas

3. upaya pencegahan seks bebas

Movie time Menonton video bersama yang berisi konten 10 menit


akibat dari seks bebas

Post test Setelah diberikan materi dan menonton video 10 menit


diberikan pos test dengan tujuan mengetahui
pemahaman siswa setelah mendapatkan
materi.

Forum Group Dibentuk group berisi 5 siswa dan setiap 10 menit


Discussion siswa menjelaskan ulang kepada teman
sebaya / anggota lainnya mengenai materi
yang telah dipaparkan agar pengetahuannya
lebih mendalam.

Tanya Jawab Pemateri memberikan sesi tanya jawab 5 menit


kepada siswa, bagi siswa yang berhasil
menjawab pertanyaan mendapatkan
apresiasi berupa hadiah dari pemateri.

Penutupan Menutup serangkaian kegiatan dan 10 menit


melakukan foto bersama.
2. Hasil

Desain program psikoedukasi disini adalah memberikan one group pre-test dan one
group post-test. Peserta yang mengikuti kegiatan ini berjumlah 21 siswa yang
merupakan pengurus Osis SMP N 3 PLERET, partisipan terdiri dari 10 perempuan dan
11 laki-laki. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari post-test yang dilakukan oleh
partisipan dapat dinyatakan bahwa terdapat peningkatan pemahaman setelah
mendapatkan psikoedukasi.

Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Anwar dan Rahmah (2016) yang menyatakan
bahwa psikoedukasi merupakan intervensi yang dapat dilakukan untuk mendidik
partisipannya dalam menghadapi tantangan dalam hidupnya. Psikoedukasi juga tidak
hanya berfungsi sebagai memberikan informasi mengenai permasalahan namun juga
mengajarkan partisipan keterampilan yang dianggap penting untuk menghadapi
permasalahan tersebut.

Peningkatan pemahaman partisipan setelah melakukan program psikoedukasi ini juga


didukung oleh pendapat Chasanah (2018) yang menyatakan bahwa psikoedukasi
sangat efektif untuk meningkatkan sikap dan pemahaman individu karena psikoedukasi
memberikan gambaran terkait teori permasalahan. Pencegahan pernikahan dini melalui
psikoedukasi juga didukung oleh pendapat Eleanora dan Sari (2020) yang menjelaskan
bahwa salah satu upaya untuk mencegah meningkatnya perilaku seks bebas adalah
dengan melakukan psikoedukasi untuk mengetahui bagaimana pemahaman
masyarakat mengenai perilaku seks bebas.
Tabel 1. Kategori data pre-test

Tabel 2. Kategori data post-test

Tabel 1 menunjukkan pemahaman partisipan sebelum mendapatkan psikoedukasi


sementara tabel 2 menunjukkan pemahaman partisipan setelah mendapatkan
psikoedukasi.

Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman
peserta antara sebelum diberikan psikoedukasi dan sesudah diberikan psikoedukasi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa psikoedukasi yang diberikan kepada siswa
SMP N 3 PLERET memberikan peningkatan pemahaman mengenai gambaran umum
bahaya perilaku seks bebas. Gambaran umum yang dimaksud adalah pengertian
perilaku seks bebas,mendorong remaja untuk melakuakan seks bebas. Dampak
perilaku seks bebas dan bidang keilmuan apa saja yang membahas mengenai perilaku
seks bebas. Melalui pendidikan seksual yang komprehensif, informasi yang akurat, dan
keterlibatan aktif remaja dalam pengambilan keputusan yang sehat, mereka dapat
menjadi agen perubahan untuk mengurangi praktek seks bebas.

B. Saran

Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting dalam pemberdayaan remaja.
Keluarga harus terbuka untuk berkomunikasi tentang seksualitas dengan remaja dan
memberikan dukungan emosional yang positif. Sekolah dapat menyediakan kurikulum
pendidikan seksual yang inklusif dan mendukung lingkungan yang aman. Masyarakat
harus menciptakan lingkungan yang mendukung remaja, termasuk akses ke layanan
kesehatan reproduksi, konseling, dan dukungan sosial.

Saran untuk penelitian selanjutnya dapat membuat psikoedukasi yang sama dengan
materi yang lebih banyak dan lebih menarik untuk usia remaja. Selanjutnya, diharapkan
kepada peneliti selanjutnya untuk lebih menekankan pencegahan perilaku seks bebas
dan sasaran subjeck yang mencakup lebih luas dalam hal usia.
DAFTAR PUSTAKA

Irdianti, A. I. B., Harisah, H., & Indriani Carolina, K. E. A. Psikoedukasi Pernikahan Dini
pada Remaja LKSA Al-Huda Kabupaten Gowa.

Hos, J., & Supiyah, R. (2018). Kontrol Sosiala Masyarakat terhadap Maraknya Seks
Bebas di Kalangan Pelajar (Studi di Desa Roda Kecamatan Kolono Kabupaten Konawe
Selatan) (Doctoral dissertation, Haluoleo University).

Satryawan, B. (2021). Perilaku Seksual Remaja dengan Disabilitas Intelektual. Jurnal


Ilmiah Bimbingan Konseling Undiksha, 12(2).

Jempormasse, E. A. (2015). Hubungan antara harga diri dan asertifitas dengan perilaku
seksual pada remaja putri SMA Negeri 9 Lempake Samarinda. Psikoborneo: Jurnal
Ilmiah Psikologi, 3(1).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai