Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu dinamika kerja misi Kristen adalah brusaha menjangkau dunia yang terhilang,
yang terdiri dari orang-orang di segala bangsa dengan latar belakang yang berbeda-beda. Dalam
hal ini misimempunyai peranyang vital dalam hal melaksanakan tugas Amanat Agung dari Yesus
Kristus. Pada hakekatnya manusia tidak bisa memisahkan diri dari kebudayaan, karena ia lahir
dalam budaya untuk berinteraksi di dalamnya. Akan tetapi, manusia bisa memilih aspek-aspek
mana dari kebudayaan itu yang baik untuk di pertahankan, dan yang buruk untuk ditolak dengan
kekuatan Injil.

B. Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud penulisan buku ini adalah: pertama; memberikan sumbangsih pemikiran dan
pemahaman bagi para misonari, hamba Tuhan orang percaya agar dapat memahami pandangan
misi yang Alkitabiah. Kedua; memberikan sumbangsih pemikiran dan pemahaman bagi para
misoanari, hamba Tuhan dan orang percaya agar dapat memahami strategi misi Paulus. Ketiga;
memberikan sumbangsih pemikiran dan pemahaman bagi para misionari, hamba Tuhan dan
orang percaya agar dapat memahami filsafat dengan terang Injil. Keempat; memberikan
sumbangsih pemikiran dan pemahaman bagi para misionari masa kini, hamba Tuhan dan orang
percaya agar dapat memberitakan Injil kepada para cendekiawan.

BAB II

TERMINOLOGI STRATEGI MISI PAULUS

A. Strategi

Kata “strategi” adalah turunan dari kata dalam Bahasa Yunani strategos. Adapun strategos
dapat diterjemahkan sebagai ‘komando militer’ pada zaman demokrasi Athena. Strategi adalah
pendekatan perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan
menurut KBBI, strategi adalah ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk
melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.

1. Komponen-komponen Pokok Strategi

Perencanaan strategi merupakan bagian yang mutlak perlu dalam kegiatan dan hidup
manusia. Walaupun tidak setiap orang memikirkan secara serius tentang perencanaan strategi
atau menganalisanya, tetapi setiap orang tidak lepas dari perencanaan strategi dalam kegiatan
hidup sehari-hari. Dalam merencanakan strategi terdapat empat komponen pokok:

Seseorang atau sekelompok orang; Strategi perorangan mungkin dimulai seseorang. Strategi
kelompok akan dimulai dengan sekelompok orang yang mempunyai kesamaan pendapat.

Motivasi; Dalam pelayanan, orang percaya melakukan tugasnya karena adanya dorongan yang
kuat dari Roh Kudus atau karena mempunyai visi untuk melakukan hal-hal yang besar dari
Tuhan.

Menentukan sasaran; Sasaran mempunyai arti yang lebih khusus daripada tujuam (sasaran
yang lebih banyak dipakai untuk mengacu pada hal-hal yang bersifat konkret).

Strategi; Strategi adalah cara yang dipakai untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya.

2. Penerapan Strategi

Menerapkan strategi dalam setiap kegiatan terutama dalam tugas pelayanan akan
mendapat hasil yang maksimal.

Efisiensi kerja maningkat; Melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan tujuan, serta
menjauhi aktivitas yang tidak sesuai dengan tujuan sehingga efisiensi kerja meningkat.

Efektivitas kerja dapat diukur; Suatu pekerjaan dikatakan efektif apabila tujuan pekerjaan
tersebut dapat dicapai sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

Mengontrol kerja; Dalam hal ini suatu strategi yang terencana dengan baik sangatlah
membantu karena strategi dilengkapi dengan “alat pengontrol” yang memungkinkan untuk
mengavaluasi efektivitas strategi yang dipergunakan.
Mempersatukan tim kerja; Dengan adanya strategi yang terencana, maka masing-msing
anggota kelompok kerja memahami tugas-tugas yang harus diselesaikannya untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.

B. Terminologi misi
1. Arti Misi

Misi adalah segenap usaha yang dilakukan oleh orang percaya untuk menyampaikan Injil
keselamatan didalam Yesus Kristus kepada seluruh umat manusia, dimana tugas ini ini berasal
dari Allah. Sedangkan misiologi adalah refleksi secara sadar, disengaja dan terus-menerus
tentang misi. Refleksi ini menyangkut misi, studi tentang misi, penelitian dan publikasi tentang
misi. Dalam konteks kekristenan, misi dipahami dalam arti pengutusan gereja universal kedalam
dunia untuk menjangkau orang-orang kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, khusunya
melalui sekelompok pekerja yang disebut misionaris.

2. Misi dalam Alkitab


a. Misi dalam Perjanjian Lama

Sebagian orang memahami Perjanjian Lama secara eksklusif hany berfokus pada bangsa
Israel. Mereka tidak melihat bahwa Allah juga berhubungan dengan bangsa-bangsa di luar Israel
(Am. 9:7).

b. Misi dalam masa intertestamental

Antara pelayanan nabi Maleakhi dan Yohanes Pembaptis terbentang 400 tahun. Masa ini
biasanya disebut sebagai masa intertestamental (masa antar perjanjian).

c. Misi dalam Perjanjian Baru

Misi dalam Perjanjian Baru tidak bisa dilepaskan dari topik tentang kerajaan Allah.
Yohanes Pembaptis memberitakan kerajaan Allah sudah dekat (Mrk. 1:15), begitu juga para
murid (Luk. 10:9.11).

C. Filsafat

Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia berasal dari kata serapan bahasa Yunani;
philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata
(philia=persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = kebijaksanaan). Sehingga arti harafiahnya adalah
seorang “pencinta kebijaksanaan”.

1. Klasidikasi filsafat
a. Filsafat Barat, adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas;-
universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka.
b. Filsafat Timur, adalah tradisi filsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di
India, Republuk Rakyat Cina dan daerah-daeraha lain yang pernah dipengaruhi
budayanya.
c. Filsafat Timur Tengah, dilihat dari sejarahnya merupakan para filsuf yang bisa dikatakan
juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat.
d. Filsafat Islam, merupaka filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim.
e. Filsafat Menurut Bapa gereja, Bapa Gereja menyusun ajaran-ajaran yang bersumber dari
Alkitab untuk mengahadapi tantangan zaman di abad pertengahan.
2. Munculnya Filsafat

Filsafat, terutama Filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 SM. Filsafat
muncul ketika orang-orang memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan
lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

3. Sejarah Filsafat Barat

Sejarah filsafat barat bisa dibagi menurut pembagian berikut: Filsafat Klasik, Abad
Pertengahan, Modern dan Kontemporer.

4. Gambaran Sejarah Filsafat Epikuros

Filsafat Barat adalah tradisi filosofis dunia Barat dan berasal dari pemikir Pra-Socrates yang
aktif di Yunani kuno pada abad ke 6 SM seperti Thales (sekitar 624-546) dan Pythagoras (sekitar
570-495SM) yang mempraktikan “cinta kebijaksanaan” (philosophia) dan juga disebut
physiologoi (murid phyisis, atau alam).
D. Rasul Paulus
1. Paulus Sebelum Bertobat

Paulus adalah orang Yahudi asli (Rom 11,1; 2Kor 11,22; Flp3,5). Paulus berasal dari
Tarsus, seperti yang disebut dalam kitab Kisah Para Rasul. Paulus adalah seorang Ibrani lahir di
Tarsus, dan mempunyai kewarganegaraan Roma. Sebagai seorang Farisi yang fanatik, Paulus
menentang jemaat Kristen atau para pengikut Kristus.

2. Pertobatan Paulus

Perubahan radikal dalam hidup Paulus ini dipicu oleh sebuah pengalaman unik.
Pengalaman Paulus akan Kristus yang fundamental adalah peristiwa yang terjadi dalam
perjalanan ke Damsyik yang diceritakan sebanyak tiga kali (Kis. 9, 1-9; 22, 1-16; 26, 12-23).
Peristiwa ini disebut sebagai “pertobatan Paulus”.

3. Teologi Misi Paulus

Teologi dan misi Paulus merupakan hal yang menakjubkan karena praktis bersinonim
dengan keseluruhan refleksinya tentang kehidupan Kristen, sehingga tidaklah patut untuk
memisahkan antara misi Paulus dan teologinya. Bosch menjelaskan bahwa pemberitaan tentang
kematian-kebangkitan Kristus menjadi pusat pesan missioner Paulus, seperti yang dengan jelas
dipersaksikan oleh I Kor 15.

4. Panggilan Missioner

Pemahaman Paulus tentang keselamatan secara radikal telah berubah sejak


perjumpaannya dengan Yesus. Ia memahaminya dalam arti bahwa keselamatan di dalam Kristus
harus diberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi. Kristus yang telah bangkit mengubah bekas
penganiaya ini menjadi utusan-Nya yang khusus.

5. Rasul Missioner

Paulus yang dahulu bernama Saulus adalah seorang yang berasal dari aliran Hillel, yang
lebih terbuka kepada bukan Yahudi daripada aliran-aliran rabinik lainnya. Satu jal yang jelas
bahwa dengan menjadi rasul bangsa-bangsa lain, Paulus sadar bahwa dia akan dan harus
berhadapan dengan orang-orangyang mempunyai latar belakang – baik religious maupun kultural
– yang berbeda dengan yang ia hayati.

6. Strategi Misi Paulus secara umum

Pandangan misi Paulus sangat luas, bersifat mendunia, setidak-tidaknya dunia yang
dikenal olehnya. Paulus melihat bahwa misi bersidat universal, dalam pengertian bahwa seluruh
dunia yang dialami harus dijangkau dengan Injil. Usaha misi Paulus dilakukan dengan cara
berkhotbah dari satu tempat ketempat yang lain memberitakan Injil, oleh sebab itu ia disebut
sebagai pengkhotbah keliling. Paulus berkarya sebagai seorang tukang tenda dan sebagai ahli
kitab.

7. Paradigma Misioner Paulus


a. Gereja sebagai komunitas baru; Gereja adalah perintis ciptaan yang baru ini dan
seharusnyalah, mencerminkan nilai-nilai dari dunia Allah yang akan datang itu.
b. Misi kepada orang Yahudi; Tentang misi penginjilan yang berlanjut kepada orang-
orang Yahudi bukan berarti butir yang belum terselesaikan dalam agenda gereja.
c. Misi di dalam konteks kemenangan Allah yang akan segera datang; Kemenangan
Allah berada ditangan-Nya semata-mata dan bahwa hal itu mengatasi spekulasi-
spekulasi dan antisipasi-antisipasi kronologis.
d. Misi dan transformasi masyarakat; Etika Paulus tidaklah terbatas pada pengetahuan
baik, tetapi pada pengenalan siapakah Tuahn itu, tetapi pada pengenalan siapakah
Tuhan itu, karena kedudukan Kristus sebagai Tuhan itu menegaskan bahwa semua
klaim apapun sebagai Tuhan tidak sah.
e. Paulus dalam kelemahan; Paulus tidakpernah menjanjikan kehidupan yang mulus
tanpa ada penderitaan, kelemahan, dan maut dalam menjalankan tugas misi, dengan
dalil bahwa Kristus telah memenangkan kemenangan terakhir.
f. Tujuan misi; Bagi Paulus gereja bukannlah tujuan akhir misi. Jadi, keselamatan jiwa-
jiwa yang ia harapkan.
8. Perjalanan misi Paulus

Perjalanan pertama Kis. 13, 4-14, 28 sekitar tahun 45-48,

Perjalanan kedua Kis. 15,36 – 18,23 sekitar tahun 48-50,


Perjalanan kaetiga Kis. 18,23 – 18,23 sekitar tahun 52-58,

Perjalanan ke Roma Kis. 21,15 – 28,31 sekitar tahun 60 M.

BAB III

LATAR BELAKANG DAN KONTEKS

KISAH PARA RASUL 17:16-34

A. Latar belakang penulisan Kisah Para Rasul

Kisah Para Rasul (Yunani praxeis apostolon) adalah judul yang diberikan, sejak tehun-tahun
terkahir abad ke-2, pada bagian kedua sejarah permulaan kekristenan, yang bagian pertamanya
kita kenal sebagai Injil Lukas.

1. Penulis

Dalam kitab ini tidak tercatat siapa penulisnya, namun dapat dipercayai bahwa
penulisnya adalah Lukas. Sejak abad 2, telah dikenal sebagai Lukas, yang adalah seorang tabib
dan teman seperjalanan Paulus (Kol 4:14; Flm 24; 2Tim 4:11).

2. Penerima

Kitab Kisah Para Rasul ditujukan Lukas kepada seseorang yang bernama Teofilus (Kis
1:1). Dalam Lukas 1:3 ia disebut “Toefilus yang mulia”. Ungkapan ini sebenarnya berarti
“paduka yang mulia”, yang menandakan Teofilus pastilah seorang yang berkedudukan tinggi
dalam pemerintahan Romawi.

3. Tujuan Penulisan

Menurut Barclay tujuan Lukas menulis Kisah Para Rasul ialah untuk merekomendasikan
kekristenan kepada pemerintah Romawi, serta memperlihatkan bahwa orang-orang Kristen
adalah warga negara yang baik dan dapat dipercaya (Kis 18:14; Kis 23:29; Kis 25:25). Tetapi
tujuan utama Lukas adalah seperti yang terungkap pada kata-kata akan Kristus yang bangkit (Kis
8), “kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”.

4. Tema dan Ciri Khas


Ciri khas dari kitab ini adalah: pertama, kitab ini menyatakan sumber kuasa dan sifat
sejati dari misi gereja. Kedua, Roh Kudus: oknum ketiga dari trinitas disebut secara khusus lima
puluh kali. Ketiga, amanat gereja mula-mula. Keempat, Doa. Kelima, tanda-tanda, keajaiban-
keajaiban dan mujiza-mujizat. Keenam, penganiayaan. Ketujuh, urutan Yahudi.

5. Tempat dan waktu penulisan

Menurut para sarjana, kemungkinan besar kitab ini ditulis di kota Kaisarea atau Roma.
Sedangkan tanggal penulisannya diperkirakan sekitar tahun 63 Masehi.

6. Struktur Kisah Para Rasul

Pertama, pencurahan Roh Kudus (1:12 – 2:41). Kedua, hari-hari permulaan gereja di
Yerusalem (2:42 – 8:1a). Ketiga, penganiayaan menghasilkan pengembangan (8:1b – 9:31).
Keempat, kekristenan mulai tersebar dikalangan orang bukan Yahudi (9:32 – 12:25). Kelima,
perjalanan misi Paulus yang pertama (13:1 – 14:28). Keenam, sidang di Yerusalem (15:1-35).
Ketujuh, perjalanan misi Paulus yang kedua (15:36 – 18:22). Kedelapan, perjalanan misi Paulus
yang ketiga (18:23 – 21:16). Kesembilan, penangkapan Paulus dan pelayanan dalam penjara
(21:17 – 28:31).

B. Konteks Sebelum dan Sesudah Kisah Para Rasul 17:16-34


1. Konteks sebelumnya: Paulus dan Silas di Berea (pasal 17:10-15)

Di Berea, Paulus dan Silas pergi kerumah ibadat orang Yahudi dan menyampaikan
firman Tuhan. Akan tetapi setelah orang-orang Yahudi di Tesalonika mendengar bahwa Paulus
dan Silas memberitakan firman Allah diberea, datang jugalah mereka kesana untuk menghsut
dan menggelisahkan hati orang banyak.

2. Konteks sesudahnya: Paulus di Korintus (pasal 18:1-7)

Dia bekerja dan memberitakan firman Allah di Korintus selama satu tahun enam bulan.
Pelayanannya membuahkan hasil pertobatan yaitu Krispus, kepala rumah ibadat dengan seisi
rumahnya dan banyak orang-orang Korintus yang mendengarkan pemberitaan Paulus menjadi
percaya dan memberi diri dibaptis.

3. Konteks Kisah Para Rasul 17:16-34


Pada bagian ini penulis menguraikan konteks Kisah Para Rasul 17:16-34, serta
membaginya dalam beberapa topik pembahasan yaitu: situasi kota Atena pada zaman Paulus,
filsafat di Atena, yaitu golongan Epikuros dan golongan Stoa, serta retorika Paulus di Areopagus.

BAB IV

STRATEGI PENGINJILAN PAULUS KEPADA

PARA FILSUF DI ATENA

A. Strategi Misi Paulus Kepada Para Filsuf di Atena


1. Persiapan Penginjilan

Paulus terus menerus menunggu Timotius dan Silas selam kurun waktu tertentu.
Kesempatan ini disunakan Paulus sebagai persiapan diri untuk pelayanan di Atena. Teks tidak
memberitahu berapa lama masa perhatian ini, karena Kisah Para Rasul tidak pernah mencatat
tentang kunjungan Timotius dan Silas ke Atena.

2. Pemilihan Tempat Strategi

Paulus dalam memberitakan Injil selalu memilih tempat yang strategis. Pada ayat 17a,
dikatakan bahwa ia masuk kerumah ibadat Yahudi (synagogh) yang memang dapat dijumpai di
banyak tempat. Pada ayat 17b, dicatat bahwa dia memanfaatkan agora (pasar). Lebih dari
seksedar tempat untuk jual beli, agora yang terletak disebelah barat Acropolis ini merupakan
pusat kehidupan Atena.

3. Penginjilan Melalui Dialog dan Bertukar-Pikiran

Metode pemberitaan Injil yang dipakai Paulus disini ialah: bertukar pikiran (ayat 17a)
dan bersoal jawab (ayat 18a). Kata bertukar pikiran dalam teks ini berasal dari kata Yunani
dialegomai, artinya berbicara, membicarakan, bertukar pikiran, berbicara, memberitakan.
Sedangkan kata bersoal jawab berasal dari kata Yunani sumballo intransitif: bertemu, berjumpa,
berunding, berembug, berbicara, berdebat.

4. Membangun Jembatan Penginjilan


Dari ayat 22-28 dapat diperhatikan bahwa Paulus mengambil sikap yang benar, yaitu
menghargai ajaran mereka. Setelah memberi pujian terhadap kesalehan mereka, Paulus tidak
memulai khotbahnya dengan kutipan Perjanjian Lama maupun sejarah pewahyuan Allah dari
jaman Patriakh sampai Yesus seperti yang dia lakukan dirumah ibadat Antiokh (13:16-41).

5. Memakai filsafat sebagai media penginjilan

Dalam pemberitaannya, Paulus mengutip perkataan seorang penyair dari aliran Stoa yang
bernama Aratus (lahir di Kilikia tahun 315 SM) yang terdapat karyanya phaenomea, dan
merupakan sepuluh kaum Stoa – yang meyakini bahwa manusia berasal dari keturunan Allah
(17:29). Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pemahaman Paulus tentang Allah didapatnya
dari konsep kafir. Dan kini ia memakainya sebagai bahan batu loncatan untuk penginjilan.

6. Paulus memberitakan Injil


1. Allah adalah sang pencipta

Dasar konsep penciptaan yang dipahami Paulus adalah Kejadian 1:1 yang berisi
bahwa ‘pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’, menunjukan bahwa alam semesta
dijadikan bukan dari bahan apapun yang telah ada sebelumnya, melainkan dari yang tidak
ada, hanya oleh firman ilahi, dalam arti, bahwa keputusan penciptaan ilahi itu tidak didahului
oleh suatu bahan apapun yang telah ada darimacam apapun.

2. Allah Mengarahkan Sejarah Manusia

Allah adalah Tuhan atas langit dan bumi (ayat 24). Kata Tuhan berarti
pemilik/penguasa/pemerintah. Jadi, disini Paulus menentang ajaran Epikuros yang
mengatakan bahwa Allah tidak peduli pada dunia, dan juga menentang ajaran Stoa yang
mengatakan bahwa dunia/segala sesuatu adalah Allah.

3. Allah memberikan kerinduan kepada manusia

Allah telah membuat manusia sedemikian rupa, dimana secara naluri manusia ingin
mendapatkan Allah dan mencari-Nya dalam kegelapan. Karena semua manusia berasal dari
Allah dan diberi kerinduan untuk mencari Dia (Kej 2:7).
4. Allah menghakimi

Paulus tidak lupa memberitakan penghukuman. Jadi, dua aspek dari sifat Allah –
yaitu kasih dan keadilan – harus tetap diberitakan secara seimbang.

5. Bukti keutamaan Kristus adalah kebangkitan

Paulus memberitakan tentang Yesus yang bangkit dari kematian. Paulus berkata
bahwa masa pencarian dan masa kebodohan telah berlalu. Demikian lama manusia mencari
Allah didalam bayang-bayang, orang tidak dapat mengenal Allah dan Allah telah
mengampuni kebodohan dan kesalahan mereka.

6. Kontekstualisasi misi Paulus

Praktek misi harus dilaksanakan secara kontekstualisasi, bertolak dari pengertian


keagamaan orang-orang dengan cara berpikir orang-orang, yakni orang-orang yang diinjili
itu.

7. Respon para filsuf atas pemberitaan Paulus

Menolak Injil; bagaimanapun, bagi orang Atena berita seperti ini adalah hal yang tidak
masuk akal. Para filsuf Epikuros mengajarkan ‘jangan takut kepada kematian karena kita
mati kita tidak akan hidup’. Penolakan ini terhadapa injil bukan hanya terjadi sekali, tetapi
berkali-kali dalam pelayanan Paulus.

Mau mendengar lebih lanjut; dalam Alkitab TB, ayat 32b LAI menterjemahkannya sebagai
berikut: “lain kalisaja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu”. Ini salah
terjemahan. Dalam Alkita NIV “tetapi yang lain berkata: ‘kami mau mendengar engkau lagi
tentang hal ini’”. Tetapi akhirnya, keinginan ini tidak tercapai, karena Paulus setelah itu
meninggalkan Atena.

Percaya akan Injil; tidak ada alasan yang memadai untuk menganggap bahwa penginjilan
Paulus diAtena ini adalah gagal, dengan dasar penilaian bahwa Paulus menggunakan
pendekatan yang keliru.
B. Pandangan Paulus Tentang Filsafat
1. Filsafat dalam “kegelapan”

Dalam Ef. 4:17-19, Paulus menjelaskan keberadaan orang tidak percaya untuk
menyatakan bentuk filsafat yang mereka hasilkan. Paulus tidak berlebihan dalam mengomentari
soal ini, perkataannya yang berikut ini justru membuktikan kesungguhannya. Rasul Paulus
menasehati agar berhati-hati supaya jangan ada yang menawan orang Kristen dengan filsafat
yang kosong dan palsu menurut ajaran turun temurun dan roh-roh dunia, tetapi menurut Kristus
(Kol 2:8).

2. Firman Tuhan sebagai terang

Orang yang beriman kepada Kristus menunjukan usaha untuk menghindarkan diri dari
kesia-siaan yang berasal dari kesombongan pribadi. Orang percaya tinggal di dalam Kristus,
yang mana berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan. Setiap orang percaya telah
dipenuhi di dalam Yesus Kristus, Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa (Kol. 2:9-10).

3. Alkitab jawaban bagi filsafat


a. Tentang Allah
Salah satu keterbatasan filsafat adalah dalam hal pertanyaan akan keberadaan Allah.
Dalam hal ini Firman Tuhan mampu menjawab pertanyaa filsafat. Orang percaya
memiliki kepastian yang bergantung pada Allah mengenai keberadaan dan karakter Allah
melalui wahyu Allah dalam Alkitab.
b. Tentang dunia
Klaim akan keyakinan yang mutlak tela h dikemukakan misalnya, saat mengatakan
bahwa dunia ini, dalam pengertian tertentu, merupakan dunia yang teratur dan dapat
dimengerti. Orang percaya tidak terperangkap pada dilema tersebut. Kepastian yang
bergantung pada Allah dapat ditemukan dalam pandangan orang percaya yang
mengajarkan bahwa Allah telah menciptakan dunia yang teratur ini.
c. Tentang manusia
Orang percaya bersandar pada Allah dan wahyu-Nya dalam Alkitab mengetahui bahwa
dirinya adalah ciptaan Allah segambar dan serupa Allah. Sedangkan filsafat dengan
beragam cara menyelewengkan gambaran manusia dan menggantikannya dengan konsep
yang lepas dari ketergantungan pada Allah.

BAB V

FILSAFAT DALAM PERSPEKTIF TEOLOGI KRISTEN

A. Mentrasformasi Filsafat

Tantangan inilah yang dialami oleh para Bapa Gereja pada masanya. Penganiayaan terjadi
atas umat Kristen dan karangn-karangan yang menyerang ajaran Kristen membuat para Bapa
Gereja awal memberikan reaksi pembelaan (apologia) atas iman Kristen dengan mempelajari
serta mnggunakan paham-paham filosofi. Misalnya, Yustinus Martir seorang apologet mula-
mula yang semasa hidupnya membuat tulisan dalam usaha untuk meyakinkan kekristenan. Oleh
sebab itu, para misionari, teolog, maupun orang Kristen harus mentrasformasi filsafat
berdasarkan terang Injil.

B. Memberikan Apologetika terhadap Filsafat

Kata “Apologetika” berasal dari bahasa Yunani kuno, apologia, yang artinya melakukan
pembelaan yang beralasan untuk sesuatu atau seseorang. Apologetika Kristen berusaha melayani
Allah dan gereja melalui membantu orang-orang percaya untuk melaksanakan mandat 1 Ptr 3:15-
16. Adapun aspek-aspek dari apologetika yaitu: pertama, apologetika sebagai pembuktian,
menyampaikan sebuah dasar rasional bagi iman kepercayaan atau membuktikan kebenaran
Kristen. Kedua, apologetika sebagai pembelaan, menjawab keberatan-keberatan dari
ketidakpercayaan. Ketiga, apologetika sebagai penyerangan, menyerang kebodohan dari pikiran
yang tidak percaya.

C. Memberikan Jawaban kepada Filsafat


Fisafat mencari kebenaran dengan sepenuhnya bersandar pada rasio. Mengenal Allah adalah
pengenalan sistem terbuka, mengenal alam adalah sistem tertutup. Itu alasan dalam Kol 3, Paulus
berkata tentang bagaimana mempergunakan rasio dengan baik: ‘pikirkannla perkara yang diatas,
bukan yang dibumi’.

BAB VI

STRATEGI PENGINJILAN MENJANGKAU

CENDEKIAWAN MASA KINI

A. Kehidupan Berpadanan dengan Kristus

Kehidupan orang percaya (terlebih para misionaris) merupakn surat yang terbuka dihadapan
orang, sehingga berkaitan erat dengan penginjilan. Dunia sering kali menghakimi nilai dari Injil
dengan mengamati konsisetnsi kehidupan dalam diri orang-orang percaya. Penginjiln ditempat
pekerjaan, di rumah, di perkumpulan tidak menjadi efektif karena kehidupan yang konsisten.
Selain itu, orang Kristen harus senantiasa membaca dan menerapkan Firman Tuhan dalam
kehidupannya sehingga kata-kata dalam penginjilan itu merupakan sesuatu yang nyata.

B. Pendekatan Penuh Hikmat

Pendekatan dalam penginjilan harus dilakukan “dengan lembut dan hormat”. Dalam 1 Ptr.
3:15-16, Petrus mengingatkan agar para misionari berhati-hati berbicara kepada para
cendekiawan. Pendekatan yang baik akan merubah dunia saat orang percaya berbicara tentang
imannya.

1. Ketegasan yang lembut

Kelembutan tidak berarti kompromi, tetapi berpegang secara teguh kepada kebenaran
firman Tuhan.oleh karena itu, menyerang orang dengan bertubi-tubi, dengan menganggap
dirinya sebagai pahlawan pemberita Injil yang tidak terkalahkan, mencari orang untuk diserang
tanpa belas kasihan dan berusaha mendorong untuk percaya akan Injil.

2. Tantangn disertai rasa hormat

Harus siap untuk menantang para cendekiawan masa kini. Bahkan salah satu pekerjaan
yang paling penting dari seorang penginjil adalah menantang para cendekiawan sedemikian rupa
sehingga menyadari bahwa tidak ada alasan baginya untuk sombong atau percaya akan
kemampuannya.

3. Menjawab tepat sasaran

Pembicara harus diarahkan pada anugerah pertobatan. Memiliki tujuan yang pasti, yaitu
memimpin orang yang tersesat kepada Kristus. Jangn sekali-kali memamerkan kemampuan yang
mengarahkan kepada pertengkaran.

4. Persiapan diri

Petunujuk firman Tuhan mendorang pelaksana tugas misi untuk mempersiapkan diri
dalam menyampaikn Injil. Di samping itu, penting adanya metode dan petunjuk-petunjuk
Alkitabiah dari hasil penyelidikan, lalu berdasarkan penyelidikan tersebut dietrapka setiap
metode dengan teliti dalam setiap situasi.

C. Pendekatan Penginjilan

Ciri dari metode penginjilan yang efektif kepada cendekiawan adalah meyakinkan dengan
cara membicarakan tiga aspek dari iman secara terpisah dan membiarkan aspek yang satu
memimpin kepada aspek yang lain.

1. Keberadaan Allah; Proiritas utama pendekatan penginjilan adalah pembuktian akan


keberadaan Allah.
2. Ketuhanan Yesus Kristus; Pada zaman ini sangat popular untuk percaya bahwa Yesus
hidup dan mengajar pada masa lampau, namun menolak klaim-nya akan keilahian-Nya
dan hanya mengakui Kristus sebagai manusia biasa.
3. Asal mula dunia; Doktrin Alkitabiah dari penciptaan merupakan pusat yang penting
dalam iman kristiani. Namun, sejak zaman evolusi Carles Darwin sebagai bentuk dari
teori evolusi telah menjadi pengajaran-pengajaran dari sebagian besar pemikiran ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai