Anda di halaman 1dari 15

I

MAKALAH BAHASA INDONESIA


PEMBELAJARAN E – LEARNING DALAM MASA
PANDEMI COVID – 19

DI SUSUN OLEH

Rozak Fitrio 044898891

UPBJJ UNIVERSITAS TERBUKA SURABAYA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
SISTEM INFORMASI
II

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga di
sela-sela kesibukan pekerjaan, saya dapat mengerjakan makalah dan tugas yang di berikan
dan di amanatkan kepada saya.

Adapun tujuan makalah ini adalah memenuhi tugas Bapak Muhammad Rizqi Romadlon pada
tugas Bahasa Indonesia, dan tidak lupa juga untuk menambah wawasan dalam menulis karya
ilmiah dan juga mengetahui strategi pengajaran online berbasis E- Learning bagi pembaca
dan penulis.

Saya berterimakasih kepada Bapak Muhammad Rizqi Romadlon selaku dosen mata kuliah
Bahasa Indonesia, dengan memberikan tugas ini sehigga menambah wawasan saya dalam
menulis karya ilmiah dan menambah pengetahuan saya tentang wabah dari Coronavirus
Disease 19 ini.

Saya juga berterimakaih terhadap rekan-rekan dan semua pihak yang memebagi informasi
dan pegetahuanya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini di sela sela kesibukan yang
saya lalui.

Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun akan saya tunggu dan terima demi kesempurnaan makalah ini.

Tuban , 09 November 2022

Rozak Fitrio
1

DAFTAR ISI

Halaman judulI
Kata Pengantar II
Daftar Isi 1
BAB I PENDAHULUAN 2
Latar Belakang ...2
Rumusan masalah 5
Tujuan………………………………………………………………………………………….6
BAB II PEMBAHASAN 7
Pengertian e-learning 7
Dampak E - Learning 8
Strategi belajar selama pendemi 10
BAB III PENUTUP 12
Kesimpulan 12
Saran dan kritik 12
DAFTAR RUJUKAN 13
2

BAB 1
pendahuluan

A. Latar Belakang

Setiap negara di belahan dunia sekarang sedang mengalami polemik yang


cukup serius dan perlu perhatian penuh untuk mengatasi hal tersebut. Polemik itu
merupakan corona virus disease 2019 atau yang kita kenal dengan Covid-19. Ozili
(2020) menyatakan bahwa “African countries have been affected by the
coronavirus pandemic, and the effect was more severe for african regions
compared to other regions”. Negara Indonesia bukan merupakan satu-satunya
negara yang terkena dampak virus corona namun juga negara Afrika, dampak
yang dirasakan di negara Afrika lebih parah dari negara lain, ini dikarenakan
mudahnya proses penyebaran virus tersebut dan dapat menelan korban jiwa.
Wabah tersebut terdeteksi sejak tanggal 02 maret 2020 masuk ke negara Indonesia
dan hingga detik ini wabah tersebut belum menemukan vaksin untuk mengatasi
orang yang teinfeksi virus tersebut. Wabah ini mengakibatkan terjadinya
perubahan kebijakan secara mendasar dalam berbagai lini, mulai dari kebijakan
pendidikan, kebijakan ekonomi dan kebijakan lain yang terkena dampak dari virus
tersebut.

Ozili (2020) menyatakan bahwa “The rising pandemic affected social


interaction and economic activities through the imposed social distancing policies
that have different levels of strictness in several african countries”. Meningkatnya
kasus pandemi di negara Afrika mempengaruhi interaksi sosial dan hal itu
menharuskan kegiatan-kegiatan ekonomi kemudian dialihkan dengan jarak jauh
agar penyebaran virus tidak semakin parah. Penyebaran virus Covid-19 telah
memberikan tantangan sendiri bagi lembaga pendidikan selaku instansi yang
terkena dampak dari kebijakan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Rajhans
(2020) menyatakan bahwa “The involvement of all stakeholders of educational
systemin Delphi study resulted in a valid.
3

Diperlukan keterlibatan semua pemangku kepentingan sistem pendidikan


untuk mendapatkan hasil yang valid dalam menentukan kebijakan. Di Indonesia
untuk mengatasi penularan virus tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan
seperti social distancing, physical distancing, hingga pembatasan sosial
bersekala besar (PSBB). Kondisi ini mengharuskan masyarakat untuk tetap diam
di rumah, belajar, bekerja dan beribadah dari rumah.

Proses pembelajaran sebagai gantinya dilakukan secara daring atau e-


learning yang memungkinkan untuk dilaksanakan dari rumah atau pembejaran
jarak jauh. Sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Covid-19 menganjurkan
untuk melasanakan proses pembelajaran dari rumah atau menggunakan e-learning.
Mainka (2006) menyatakan bahwa “E-learning offers many exciting opportunities
for supporting a wide range of students to learn more effectively”. E-learning
menurut mainka dapat menawarkan banyak peluang menarik untuk mendukung
berbagai siswa untuk belajar lebih efektif. Kesiapan dari pihak penyedia layanan
dan juga guru atau staf akademik dan menjadi tututan pertama dari pembelajaran
daring. pelaksanaan pembelajaran daring atau e-learning memerlukan perangkat
pendukung seperti komputer, koneksi internet dan juga ponsel. Mainka (2020)
menyatakan bahwa “But it has also created significant challenges for academic
staff who feel increasingly strained to rethink teaching methodologie”.
Pembelajaran e-learning memang menawarkan banyak peluang untuk keefektifan
belajar namun pembelajaran e- learning menciptakan ketegangan bagi staf
akademik untuk memikirkan kembali metodologi pembelajaran.

Hal-hal di atas juga berpengaruh pada proses pembelajaran di sekolah pada


setiap mata pelajaran. Sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun
2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Covid-19
menganjurkan untuk melasanakan proses pembelajaran dari rumah atau
menggunakan e-learning. Kesiapan dari pihak penyedia layanan atau dari siswa
merupakan tuntutan pertama dari pembelajaran daring. Pelaksanaan pembelajaran
daring atau e-learning memerlukan perangkat pendukung seperti komputer,
koneksi internet dan juga ponsel.
4

Adanya kebijakan belajar dari rumah, guru ditutut untuk lebih inovatif dalam
menyusun langkah-langkah pembelajaran. Perubahan cara belajar ini ternyata
membuat guru dan siswa harus beradaptasi dari pembelajaran tatap muka yang
biasa dilakukan menjadi pembealajaran berbasis online learning (Mastuti dkk,
2020). Selain itu dalam mencapai pembelajaran perlu adanya komponen
pendukung pembelajaran yang lain. Menurut Suyanto dan Hisyam 2008:81),
komponen komponen pembelajaran tersebut harus mampu berinteraksi dan
membentuk sistem yang saling berhubungan sehingga mampu menciptakan proses
pembelajaran yang berkualitas. Komponen-komponen pembelajaran tersebut
antara lain: tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, guru, siswa, penilaian dan evaluasi.

Semenjak adanya kebijakan pembelajaran menggunakan daring guru dan


siswa harus mulai beradaptasi dengan kondisi yang sedang terjadi, mulai dari
pembelajaran yang biasanya dilakukan secara tatap muka kini harus dibiasakan
dengan proses pembelajaran jarak jauh. Semuanya harus mulai beradaptasi
dengan kondisi yang sedang terjadi, mulai dari pembelajaran yang biasanya
dilakukan secara tatap muka kini harus dibiasakan dengan proses
pembelajaran jarak jauh. Hal ini memerlukan kesiapan yang matang yang harus
disiapkan oleh guru dan siswa untuk menghadapi berbagai konsekuensi dan
kendala yang terjadi di tengan tengah proses pembelajaran menggunakan metode
e – learning.

Proses pembelajaran yang menggunaan metode e-learing secara total


merupakan hal baru bagi guru dan siswa membutuhkan persiapan khusus dan
matang. Kebijakan pemerintah dalam menjadikan pembelajaran jarak jauh adalah
solusi satu-satunya untuk memutus penyebaran virus corona. Kebijakan tersebut
masih perlu ditinjau kembali apakah dapat terlaksana disetiap penjuru, terutama di
sekolah-sekolah yang terletak di perdesaan yang belum memiliki fasilitas yang
memadai.
5

B. Rumusan Masalah

Kesiapan penerapan e-learning dikenal dengan istilah E-learning Readiness


(ELR), dengan demikian pemilihan komponen E-learning Readiness sebagai
dasar pembentukan model menjadi tolak ukur dalam melakukan pengukuran E-
learning Readiness. Model E-learning Readiness tidak terbatas pada persiapan
sebelum penerapannya saja, akan tetapi juga dapat dilakukan untuk organisasi
yang telah melakukan penerapan e-learning. Sehingga hasil dari evaluasi ini bisa
dijadikan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan pada masa pengembangan
berikutnya.

Beberapa faktor yang dapat menjadi tolak ukur tentang kesiapan penerapan e-
learning yaitu faktor manusia, faktor pengembangan diri, faktor teknologi dan
faktor inovasi. Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran e-learning dalam masa
pandemi covid-19” Untuk mengetahui bagaimana tingkat kesiapan penggunaan
e-learning. Faktor – faktor apa saja yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan yang
memiliki dampak terhadap keberhasilan penerapan e-learning sehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus agar tidak menjadi penghambat dalam
pengembangan e-learning.

Rumusan masalahnya adalah Bagaimana tingkat kesiapan Sekolah,


Universitas, Perguruan Tinggi siswa dan guru dalam penerapan e-learning pada
masa pandemi covid- 19? Dan faktor-faktor apa saja yang masih lemah serta perlu
diperbaiki atau ditingkatkan dalam penerapan e-learning pada seluruh jaringan
sekolah maupun universitas dan Perguruan Tinggi untuk pembelajaran berbasis e-
learning. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesiapan Sekolah
dan Perguruan tinggi atau Universitas dalam penerapan e-learning pada masa
pandemi covid- 19 dan faktor-faktor apa saja yang masih lemah serta perlu
diperbaiki atau ditingkatkan dalam penerapan e-learning pada sekolah dan
Perguruan tinggi atau Universitas dan bahkan kesiapan guru dan muridnya.
6

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan serta


informasi bagaimana kesiapan dalam mengahadapi pandemi di dalam dunia
pendidikan dan juga sikap kesiapan guru dan murid untuk siap dalam menghadapi
program e-learning ini. Di masa pandemi dan keberlanjutan dari sistem e-learning
tersebut. Dan untuk mengetahui kesiapan dan apa saja yang perlu di siapkan untuk
menghadapi sistem pendidikan berbasis online atau e-larning. Dan juga untuk
mengetahui fakor – faktor apa saja pendukung dan penghambat metode
pembelajaran kali ini.
7

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian E – Learning

E – Learning tersusun dari dua kata yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari
‘electronica’ dan ‘learning’ yang merupakan ‘pembelajaran’, Jadi bisa di katakan ‘e-
learning’ yang berarti pembelajaran menggunakan bantuan atau jasa perangkat
elektronika. Jadi dalam pelaksanaanya, ‘e-learning’ menggunakan jasa audio, video,
atau perangkat koputer atau kombinasi dari ketiganya dengan kata lain ‘e-learning’
adalah pembelajaran yang dalam peaksanaanya di dukung oleh jasa teknologi seperti
telepon, audio, videotape, transmisi sattelite atau komputer.

Sejalan dengan itu, Onno W. Purbo (dalam Amin, 2004) menjelaskan bahwa
istilah “e” dalam e-learning adalah segala teknologi yang di gunakan untuk
mendukung usaha usaha pengejaran lewat teknologi elektronik internet, Internet,
satelite, tape audio/video, tv, interaktif, CD-ROM adalah sebagiandai media
elektronik yang digunakan. Pengejaran boleh di sampaikan pada waktu yang sama
(synchronously) ataupun pada waktu yang berbeda (asynchronously).

Secara sederhana e-learning adalah kegiatan pembelajaran yang


memanfaatkan jaringan (Internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian,
interaksi dan fasilitas yang di dukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainya.
Selain itu ada yang menjabarkan pegertian e-learning lebih luas lagi. Sebenarnya
materi e-learning tidak harus di distribusikan secara online baik melalui jaringan lokal
maupun internet, interaksi dengan menggunakan internet pun bisa di jalankan secara
online dan real time ataupun secara off-line atau archived. Distribusi secara offline
menggunakan media flasdisk, cd-rom, dan memorycard pun juga termasuk pola
belajar e-learning.

Dan tidak itu juga dari sekian siswa dan guru pun harus siap dan matang untuk
bisa menjalankan program pembelajran kali ini di karenakan berpusat pada guru yang
harus siap dengan inovasi agar siswanya mau belajar dengan giat pada masa pendemi
yang banyak memakan waktu di rumah sehingga kita juga memerlukan peran orang
tua dalam mengawasi kegiatan belajar anak sewaktu di rumah, tidak itu juga kendala
8

kali ini juga datang dari alat dan media pembelejaran yang akan berlangsung, di
karenakan apa di karenakan pembagian signal dan jaringanya juga tidak serta merta di
seluruh wilayah di indonesia perbedaan antara kota dan pedesaan apalagi di pulau
pulau terpencil dan pedalaman yang sangat susah di jangkau.

B. Dampak dari E - Learning


Dampak Positif
 E-Learning menciptakan solusi belajar formal dan informal
Kebanyakan orang menganggap bahwa e-learning hanya digunakan ketika
belajar secara formal. misalnya hanya digunakan untuk khursus tertentu. namun
faktanya, saat ini e-learning sudah digunakan 80% dalam pembelajaran yang
berbentuk informal. Misalnya banyak orang yang beraktivitas sehari-hari
mengalami masalah sehingga membutuhkan solusi yang tepat dan cepat, sehingga
digunakanlah e-learning tersebut.
 E-Learning menyediakan akses ke berbagai macam sumber pembelajaran
baik konten maupun manusia

Sebenarnya e-learning adalah sebuah aktivitas sosial yang menyediakan


pengalaman belajar melalui komunitas online sesama pengguna. Karena manusia
adalah makhluk sosial, maka banyak kesempatan mereka untuk belajar bersama,
baik untuk berkomunikasi, berkolaborasi, berbagi ilmu dan membentuk sebuah
komunitas online yang dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Sehingga menumbuhkan interaksi antara penggunanya.
 E-Learning mendukung sekelompok orang atau grup untuk belajar bersama
E-learning bukan hanya untuk aktivitas individu saja melainkan juga
mendukung sekelompok orang atau grup dalam belajar bersama, berkomunikasi
dan lainnya.
 Menghemat waktu proses belajar mengajar
Dalam hal ini pembelajaran e-learning dapat menciptakan suasana kelas yang
efektif dan efisien tanpa menghabiskan waktu yang sia-sia
 Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan.
Pembelajaran e-learning dapat meminimalisir pengeluaran biaya yang cukup
banyak.
9

 Menjangkau wilayah geografis yang cukup luas


Jangkauan pembelajaran e-learning sangat luas sehingga memudahkan untuk
berkomunikasi atau mencari informasi baik di tempat terdekat maupun jauh.
 Melatih pelajar yang lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan
Dalam pembelajaran e-learning ini mahasiswa dapat belajar secara mandiri
sehingga rasa keingintahuannya dapat dicarai menggunakan layanan internet yang
sudah digunakan sesuai prosedur yang ada.
Dampak Negative
 Membutuhkan Infrastruktur yang Memadai
Meskipun saat ini banyak rumah tangga yang menggunakan smartphone,
media sosial, dan laptop. Pada kenyataannya masih cukup banyak orang yang
tidak memiliki akses internet, PC, dan smartphone. Walaupun memiliki komputer
di rumah, mereka belum tentu memiliki kemampuan untuk memulai kursus e-
learning. Dengan adanya fakta seperti di atas, itu artinya e-learning belum bisa
diakses dan digunakan oleh semua rumah tangga. Mereka juga harus menyediakan
infrastruktur seperti akses internet yang lancar, komputer, atau laptop untuk
mendukung proses pembelajaran tersebut.
 Hasil Pembelajaran yang Akan Didapatkan
Banyak e-learning yang mengharuskan mahasiswa untuk berada di depan
layar untuk menonton video, membaca materi pembelajaran, dan selanjutnya
langsung mengikuti tes. Hal yang tidak disadari adalah proses pembelajaran
seperti ini terlalu cepat dan mahasiswa belum banyak mempelajari materi yang
bermanfaat. E-learning masih terbatas untuk bisa mengajarkan keterampilan
praktis, tidak memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan
mahasiswa secara langsung, dan interaksi yang terbatas.
 Membutuhkan Dosen yang Nyata Untuk Belajar
Tidak cukup rasanya apabila kita hanya membaca dan menonton video saja.
Kita membutuhkan ruang kelas untuk berdiskusi, bekerja secara kelompok, latihan
secara langsung, melakukan presentasi, dan bertanya dengan dosen.
 Hasil Belajar Tergantung dari Mahasiswa yang Mengikuti
Mahasiswa harus mau mengikuti program e-learning sesuai jadwal yang
ditentukan, memiliki motivasi untuk terlibat dalam proses pembelajaran, dan tidak
melakukan kecurangan dalam tes yang diadakan. Jika seorang mahasiswa yang
belajar dengan menggunakan metode e-learning memiliki motivasi tinggi untuk
10

mencapai tujuan, maka cara pembelajaran seperti ini bisa berfungsi sangat
baik. Tetapi bagi mahasiswa yang tidak termotivasi untuk meningkatkan
pengetahuan atau keterampilan, maka e-learning tidak akan bisa diselesaikan
dengan benar.
 E-Learning Tidak Bisa Menyesuaikan Gaya Belajar Setiap Orang
Dalam proses pembelajaran, setiap individu memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Ada orang yang yang bisa fokus
dengan belajar sendiri, ada juga orang yang belajar dengan membaca teori, belajar
dengan melihat gambar dan menonton video, dan yang lain lebih baik belajar
dengan bersuara atau mendengarkan. E-Learning tidak bisa menyesuaikan gaya
belajar dengan kepribadian setiap mahasiswa yang mengikut aktivitas
pembelajaran karena semua mahasiswa akan mengikuti program pembelajaran
yang sudah dibuat sama dan hanya mendukung satu atau dua gaya belajar saja.
11

C. STRATEGI BELAJAR SELAMA PANDEMI

Setelah munculnya wabah Covid-19 di belahan bumi, sistem pendidikan pun


mulai mencari suatu strategi untuk proses kegiatan belajar mengajar.

1. Pembelajaran secara daring, baik secara interaktif maupun non interaktif. Hal ini
perlu dilakukan meskipun tidak semua siswa ataupu mahasiswa dapat melakukan
itu karena faktor infrastruktur. Dalam hal ini, yang paling penting adalah
pembelajaran harus terjadi meski di rumah dan harus menjadi siswa atau
mahasiswa yang aktif dalam mencari info dan meteri pembelajaran.

2. Tenaga pengajar harus memberikan pendidikan kepada mahasiswa tentang


kecakapan hidup, yakni pendidikan yang bersifat kontekstual sesuai kondisi
rumah masing-masing, terutama pengertian tentang Covid-19, mengenai
karakteristik, cara menghindarinya dan bagaimana cara agar seseorang tidak
terjangkit virus dan bisa menjalankan kegiatan sehari-hari dengan semestinya dan
menhimbau untuk tetap mematuhi protokol kesehatan.

3. Pembelajaran di rumah harus disesuaikan dengan minat dan kondisi masing-


masing anak. Sehingga tidak menyamaratakan semua siswa atau mahasiswa, harus
memperhatikan semua kondisi lingkungan siswa atau mahasiswa, termasuk akses
terhadap internet dikarekan kondisi dari meraka yang berbeda beda dan tidak serta
merta semuanya sama.

4. Bagi para dosen atau guru, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa tidak harus
dinilai seperti biasanya di Kampus atau sekolah, akan tetapi penilaian lebih
banyak kualitatif yang sifatnya memberi motivasi kepada mahasiswa dan
siswanya agar bisa semangat belajar dan bisa fokus terhadap pembelajaran yang
berlaku meskipun itu terjadi di rumah.
12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan pada BAB sebelumnya adalah di
masa pandemi seperti ini memang sulit untuk meneruskan proses belajar secara tatap
muka. Sehingga pemilihan metode E learning adalah metode yang tepat untuk saat ini.
Akan tetapi proses pembelajaran daring belum bisa memenuhi kebutuhan pendidikan
para siswa dan mahasiswa, karena banyaknya kendala baik dari segi ekonomi sampai
gaya belajar setiap individu. Sehingga memerlukan kesiapan yang matang dari segi
alat dan ekonomi dan faktor-faktor pendukung lainya. Maka dari itu, perlunya
strategi-strategi baru dalam metode E learning selama masa Pandemi.

B. Saran dan Masukan


1. Apabila e-learning akan digunakan dalam pembelajaran, sebaiknya dosen perlu
meluangkan cukup banyak waktu sebelum pembelajaran, hal tersebut diperlukan
untuk mempelajari teori dan praktek teknis yang berkenaan dengan elearning
misalnya cara mengupload bahan ajar, menguasai vitur-vitur yang tersedia dalam
e-learning dan yang lainnya; menyusun bahan ajar e-learning dan melakukan
validasi bahan ajar tersebut; mengecek tersedianya alat-alat yang dibutuhkan
dalam pembelajaran seperti perangkat komputer/laptop dan akses internet yang
baik; dan melakukan latihan teknis penggunaan komputer untuk elearning bagi
mahasiswa.
2. Pembelajaran dengan e-learning disarankan untuk diteliti lebih dalam, lebih tajam
dan lebih luas penerapannya dengan memperhatikan kecukupan waktu, kesiapan
peralatan dan akses internet, serta kesiapan mahasiswa dalam memperoleh
pembelajaran menggunakan e-learning tersebut.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terima kasih Wassalamualaikum’warrahmatullah wabarrakatuh
13

DAFTAR RUJUKAN

Isfandiari, M.A. (2020). Corona Virus (Covid-19) Hasil Kajian. Dosen FKM Unair
Telaumbanua, D. (2020). Urgensi Pembentukan Aturan Terkait Pencegahan Covid-19 di
Indonesia. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Agama, 12(01), 59–70.

Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya. 2006). H. 72.

Anggraini, dkk, “Pengukuran TingatKesiapan E-Learning Menggunakan Technologi


Readiness Indeks Studi Kasus Uin Suska Riau”, Jurnal Sistem Informasi, Vol 3, (2015),
hal 237-241

Kemendikbud, Surat edaran Nomor 4 Tahun 2020, yaitu tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19), tertanggal
24 Maret 2020

Aydin & Tasci. 2005. Measuring Readiness for e-learning. Reflections from an Emerging
Country, International Forum of Educational Technology & Society (IFETS), Vol 8 No.
4, hal. 244-257

Aydin, Cengiz Hakan & Tasci D. (2005). Measuring Readiness for e-Learning:
Reflections from an Emerging country. Educational Technology & Society

Arikunto Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik edisi revisi VI.
(Jakarta: Rineka Cipta. 2006). Hal. 135

Anda mungkin juga menyukai