Hukum
Hukum
Bermula dari keridaan Nabi Ibrahim As atas ujian yang diberikan Allah Swt untuk
menyembelih putra kesayangannya, Ismail As, kurban menjadi ibadah yang bernilai pahala
berlipat ganda.
Peristiwa yang pada akhirnya menghadirkan keajaiban berupa digantinya Nabi Ismail As
dengan domba itu, bahkan menjelma satu hari raya yang kerap dirayakan umat Islam di
seluruh dunia, yakni Iduladha, yang diperingati setiap tanggal ke-10 bulan Zulhijah.
Dalam Lisanul Arab, Ibnu Manzhur menjelaskan bahwa Kata kurban berasal dari
lafaz qariba-yaqrabu-qurban, yang artinya dekat.
Kurban bermakna mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan sebagian perintah-
Nya.
Istilah lain dari ibadah kurban adalah udhiyyah, yang berasal dari kata dhaha dengan bentuk
plural lafaz dhahiyyah bermakna sembelihan di waktu pagi atau dhuha pada tanggal 10
Zulhijah. Atas pengertian inilah lantas nama Iduladha diambil sebagai nama hari raya yang
diperingati umat Muslim dengan menyembelih hewan kurban untuk disedekahkan kepada
yang membutuhkan.
Hukum
Ibadah kurban dihukumi sunah muakkad, atau kesunahan yang sangat disarankan atau
dikuatkan.
"Tiga perkara yang itu semua diwajibkan kepadaku, tapi disunnahkan bagi kalian: salat witir,
berkurban, dan salat dhuha.” (HR. Ahmad).
Dalam Bidayatul Mujtahid, Imam Ibnu Rusyd menerangkan bahwa hukum kesunahan
kurban ini dianut oleh jumhur ulama, terutama Imam Syafii dan Imam Malik. Sementara
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa hukum ibadah kurban adalah wajib bagi orang yang
mampu dan tidak sedang dalam menempuh perjalanan.
Ketentuan
Ibadah kurban dilakukan mulai lewatnya waktu salat Iduladha, yakni dua rakaat dan dua
khutbah, atau terhitung dari terbit sampai terbenamnya matahari pada 10 Zulhijah, sampai
hari tasyriq, yakni 11,12, dan 13 Zulhijah.
Sedangkan waktu paling utama dalam menyembelih hewan kurban adalah tepat pada
hari raya Iduladha ketika matahari setinggi satu tombak dari pandangan mata.
1. Sunah baginya memakan daging kurban , satu, dua atau tiga suap, karena
untuk tabarruk (mencari berkah) dengan udlhiyyahnya.
Kriteria Hewan
Pelaksanaan ibadah kurban juga harus memperhatikan syarat sah atau kriteria hewan yang
akan disembelih. Yakni;
1. Domba (dha’n) harus mencapai minimal usia 1 tahun lebih, atau sudah berganti
giginya (Al-jadza’).
2. Kambing jenis kacang (ma’z) yang mencapai usia minimal 2 tahun lebih.
Setiap 1 ekor unta atau sapi dihukumi telah mencukupi ibadah kurban bagi 7 orang,
sedangkan kambing dan domba hanya mencukupi untuk satu orang saja. Meskipun begitu,
seseorang yang berkurban dengan 1 ekor kambing dihukumi lebih utama ketimbang orang
yang berkurban seekor unta atau sapi yang digunakan untuk 7 orang atau secara
musyarakah.
Ibadah kurban dihukumi tidak sah ketika hewan yang disembelih ditemukan ciri-ciri berikut;
2. Hewan yang pincang salah satu kakinya, walaupun pincangnya itu terjadi ketika akan
disembelih, yaitu ketika dirubuhkan dan ia bergerak dengan sangat kuat.
Hewan yang pecah atau patah bagian tanduknya atau pun hewan yang tidak memiliki
tanduk sama sekali tetap dihukumi sah untuk berkurban.
Cara menyembelih
1. Membaca basmalah
3. Menghadap ke arah kiblat (bagi hewan yang disembelih dan orang yang
menyembelih)
1. Dzabhu (pekerjaan menyembelih)
4. Alat menyembelih
Dalam penyembelihan hewan kurban, seseorang tidak boleh menggunakan sembarang alat
yang dapat menyiksa hewan tersebut. Disyaratkan alat menyembelih hewan kurban berupa
sesuatu yang tajam yang bisa melukai, selain tulang belulang.
Tata Cara Aqiqah Menurut Islam
“Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih
hewan (kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya.”
Menurut sabda tersebut maka para ulama telah sepakat bahwa waktu aqiqah yang paling
utama adalah hari ke-7 dari awal kelahirannya. Bahkan jika berhalangan anda tetap dapat
melaksanakannya hingga hari ke-14 atau ke-21.
Dan jika seorang muslim dalam kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, maka
terlepaslah kewajiban melakukan aqiqah ini. Tidak akan berdosa seorang muslim jika
meninggalkan ibadah ini, kecuali jika ia memang tidak mampu.
Bahkan pendapat yang mengatakan aqiqah bisa dilaksanakan saat hari ke-14 atau ke-21
pun masih rendah, yang jelas Rasulullah SAW mengajurkan kita agar menyegerakan ibadah
aqiqah saat hari ke-7 agar amalan kita segera diterima Allah SWT.
Dalam tata cara aqiqah menurut islam, hewan yang menjadi syarat untuk sembelih aqiqah
adalah hewan yang memiliki kriteria sama dengan hewan qurban. Sangat dianjurkan untuk
memilih hewan kurban berjenis domba putih dan sehat. Umur dari hewan ini minimal ½
tahun.
Dalam tata cara aqiqah menurut islam, membagikan daging aqiqah berbeda halnya dengan
qurban. Dalam aqiqah, kamu harus membagikan daging yang sudah disembelih tadi dalam
kondisi sudah masak.
“Sunnahnya dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak
perempuan. Ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya. Lalu dimakan (oleh keluarganya),
dan disedekahkan pada hari ketujuh”. (HR al-Bayhaqi)”
Dalam kondisi seperti ini, kamu dan keluarga disunnahkan pula untuk mengkonsumsi daging
aqiqah. Sedangkan daging sepertiganya, dihadiahkan kepada tetangga dan fakir miskin.
“Mereka memberi makan orang miskin, anak yatim, dan tawanan, dengan perasaan
senang”.
Dalam tata cara aqiqah menurut islam saat menyelenggarakan aqiqah, kamu disunnahkan
pula untuk melakukan cukur rambut dan memberikan nama baik kepada anak yang baru
lahir. Memberikan nama baik kepada anak akan mencerminkan bagaimana akhlak dan
imannya nanti kepada Allah SWT.
5. Mencukur Rambut Saat Aqiqah
Rasulullah juga sangat menganjurkan agar melakukan cukur rambut anak yang baru lahir
pada hari ke-7 nya. Dalam tata cara aqiqah menurut islam tidak ada hadits yang
menjelaskan bahwa harus mencukur rambut anak atau tidak, yang jelas pencukuran ini
harus dilakukan secara merata.
Artinya : “Dengan nama Allah, ya Allah terimalah (kurban) dari Muhammad dan keluarga
Muhammad serta dari ummat Muhammad.” (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud)
“ U`iidzuka bi kalimaatillaahit tammaati min kulli syaithooni wa haammah. Wa min kulli `ainin
laammah. “
Artinya : Saya perlindungkan engkau, wahai bayi, dengan kalimat Allah yang prima, dari
tiap-tiap godaan syaitan, serta tiap-tiap pandangan yang penuh kebencian. “
Terdapat beberapa hikmah atau keutamaan dari proses pelaksanaan aqiqah, diantaranya
yaitu:
• Mewujudkan rasa syukur kepada Allah SWT atas karunia lahirnya seorang anak sebagai
penerus dalam keluarganya Meneladani dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW
• Sebagai momen untuk berbagi kepada sesama dan mempererat tali persaudaraan
• Sebagai bentuk rasa gembira dan membagikan kebahagiaan tersebut kepada orang lain
Apa sebenarnya makna dan hikmah aqiqah bagi seluruh umat Islam?
Makna yang akan diambil adalah menjaga anak kita dari segala gangguan setan. Hal inipun
sudah dituliskan pada Hadits: “Setiap anak itu tergadai dengan aqiqah-Nya”, dengan
melaksanakan aqiqah berarti kamu melepas segala gangguan setan yang terus
mengikutinya sedari lahir “Bahwa lepasnya dia dari setan tergadai oleh aqiqahnya”