Menggunakan Topik Fiqh Dan Astronomi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika
Menggunakan Topik Fiqh Dan Astronomi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika
Abstrak
Tujuan riset ini ialah untuk mendapatkan peningkatan motivasi belajar murid setelah menggunakan konten
Matematika dalam topik Astronomi dan Fiqh. Metode yang dipakai ialah eskperimen semu dengan desain
kontra seimbangan. Partisipan riset ini ialah 30 murid di salah satu sekolah menengah Kudus yang diambil
menggunakan teknik convenience sampling. Hasil menunjukkan bahwa kelompok yang menerima urutan
perlakuan topik Fiqh kemudian Astronomi mengalami peningkatan berkelanjutan, sedangkan kelompok yang
menerima urutan perlakuan topik Astronomi kemudian Fiqh mengalami peningkatan yang tidak berkelanjutan.
Simpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa topik Astronomi dan fiqh perlu disertakan dalam pembelajaran
Matematika untuk memotivasi murid.
Kata Kunci: astronomi; fiqh; motivasi belajar; pembelajaran matematika;
Abstract
The purpose of this research is to get an increase in students' learning motivation after using Mathematical
content in Astronomy and Islamic Jurisprudence (Fiqh) topics. The method used is a quasi-experiment with a
counter-balance design. The participants of this research were 30 students in a secondary school in Kudus who
were taken using convenience sampling technique. The results show that the group that received the Fiqh topic
treatment sequence then Astronomy, had continuous improvement, but not vice versa. The conclusions indicate
that the topics of Astronomy and Islamic Jurisprudence need to be included in learning Mathematics to motivate
students.
Keywords: astronomy; fiqh; learning motivation; mathematics learning;
Copyright (c) 2022 Adib Rifqi Setiawan
Corresponding author :
Email : alobatnic@gmail.com ISSN 2656-8063 (Media Cetak)
HP : +6285640676017 ISSN 2656-8071 (Media Online)
PENDAHULUAN
Kurikulum nasional Indonesia telah mengalami perubahan sebanyak 10 kali: 1947, 1952, 1964, 1968,
1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013 (Setiawan, 2018a). Semua perubahan tersebut wajar dilakukan
karena keadaan masyarakat beserta tantangan yang dihadapi senantiasa berubah. Tujuan dari semua perubahan
yang dilakukan ialah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, termasuk Matematika. Namun,
selama ini belum tampak hasil menggembirakan berkelanjutan yang diperoleh dari pembelajaran Matematika
(IMO, 2022; OECD, 2022).
Pembelajaran Matematika di Indonesia memiliki fenomena unik. Di satu sisi, murid Indonesia meraih 5
medali emas, 28 perak, dan 51 perunggu serta 32 gelar kehormatan selama 33 kali mengikuti kejuaraan
International Mathematical Olympiad (IMO) sejak kali pertama terlibat pada 1988 (IMO, 2022). Di sisi lain,
penilaian dari Programme for International Student Assessment (PISA) terhadap kinerja matematis selalu
menunjukkan bahwa murid Indonesia memperoleh skor di bawah rerata global sejak kali pertama ikut serta
pada 2003 (OECD, 2022). Tampak kentara bahwa raihan murid Indonesia dalam kejuaran IMO tidak selaras
dengan penilaian dari PISA.
Raihan olimpiade memang tidak bisa menjadi gambaran pembelajaran secara umum. Ini karena peserta
dalam kejuaraan tersebut merupakan murid pilihan yang diseleksi secara bertahap dari tingkat sekolah, lokal,
wilayah, sampai nasional. Seiring Indonesia hampir tidak pernah mengikuti kejuaraan olimpiade dengan
peserta yang diambil secara acak dari keseluruhan murid, raihan olimpiade harus diperlakukan sebagai
hiburan saja tanpa perlu ditanggapi serius apalagi dengan kepuasaan berlebihan.
Penilaian dari PISA sendiri bukan harga mati dalam mengukur hasil pembelajaran. PISA tidak
menunjukkan informasi lokasi pengambilan data. Informasi ini penting karena Indonesia masih memiliki
masalah kesenjangan pendidikan antar wilayah (OECD & ADB, 2015). Sehingga penilaian kepada murid di
wilayah tertentu, misalnya di Kudus, dengan murid di wilayah lain, seperti Kampar, memungkinkan hasil
yang berbeda.
Dengan tetap memperhatikan acuan raihan dalam kejuaraan IMO dan hasil penilaian dari PISA,
ketidakselasaran kedua informasi dipandang cukup untuk menunjukkan bahwa proses pembelajaran
Matematika belum optimal sehingga mengakibatkan hasil tidak maksimal. Salah satu penyebab proses
pembelajaran belum optimal ialah motivasi belajar murid. Survei terhadap murid sekolah menengah
menggunakan kuesioner adaptasi Setiawan & Saputri (2020) menunjukkan bahwa motivasi belajar murid
masih tergolong rendah, misalnya anggapan bahwa pembelajaran Matematika tidak membantu dalam
berkarier.
Motivasi belajar merupakan faktor penting karena kehadiran murid dalam pembelajaran bukan jaminan
kalau mereka ingin belajar (Setiawan, 2021). Tidak dapat dimungkiri bahwa beberapa murid yang hadir hanya
untuk menggugurkan kewajiban dari sekolah dan orangtua, sekadar cara agar mendapat uang saku harian, atau
ingin berkumpul dengan teman. Karena itu, guru sebagai pemandu pembelajaran memiliki tanggung jawab
untuk memastikan agar murid memiliki motivasi belajar (Fadhilaturrahmi, 2018).
Cara yang dapat dilakukan untuk memastikan agar murid memiliki motivasi belajar bisa beragam
selama tidak bertentangan dengan arah pembelajaran. Utama (2012) menyampaikan bahwa pembahasan
Matematika dapat menjadi lebih menarik kalau disertai dengan topik yang mengulik emosi keingintahuan
sebagai pembawaan alamiah manusia. Lebih lanjut, disebutkan 7 buah cerita perkembangan Astronomi yang
memerlukan penggunaan konten Matematika (Utama, 2012). Selain turut memicu perkembangan Astronomi,
Matematika juga dapat dipakai dalam pelaksanaan kajian ilmu tertentu seperti Fiqh (Setiawan, 2020). Boleh
dikatakan bahwa Matematika ialah pembantu abadi karena kehadirannya berguna dalam mengembangkan
dan/atau menerapkan kajian dari beberapa cabang keilmuan (Fadhilaturrahmi, 2014; Setiawan, 2017).
Kebergunaan ini bisa dimanfaatkan untuk dipakai sebagai topik dalam pembelajaran Matematika.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar Matematika, seperti
menggunakan media matching snake card (Fitriasari et al., 2021), permainan ular tangga (Sancang et al.,
Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 4 No 4 Bulan Agustus
p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071
5293 Menggunakan Topik Fiqh Dan Astronomi untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika – Adib Rifqi Setiawan
DOI : 10.31004/edukatif.v4i4.2787
2021), serta game math-island (Yeh et al., 2019). Berdasarkan informasi pustaka yang disampaikan, kami
memilih untuk menggunakan topik Astronomi dan Fiqh sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar
Matematika. Pilihan ini diambil karena keseharian murid yang dihadapi tinggal di pondok pesantren.
Marcharis (2015) menyebut bahwa murid di pondok pesantren memiliki kemampuan menerima dan mengolah
informasi yang termasuk ke dalam kategori sedang. Melalui kajian deskriptif diperoleh saran agar strategi
yang dipilih diupayakan agar menghasilkan pembelajaran bermakna (Marcharis, 2015). Selain itu, kurikulum
yang berlaku menunjukkan bahwa murid tidak asing dengan topik Astronomi yang diperoleh dari
pembelajaran Falak dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) serta Fiqh yang diperoleh dari pembelajaran Fiqh dan
membaca kitab kuning (Setiawan, 2018b). Penggunaan kedua topik tersebut juga memperkaya upaya
meningkatkan motivasi murid dalam mempelajari Matematika, seiring upaya lain yang dilakukan lebih
banyak menggunakan media maupun permainan tertentu alih-alih mengaitkan dengan topik tertentu.
Berdasarkan tuturan tersebut, tujuan riset ini ialah untuk mendapatkan peningkatan motivasi belajar
murid setelah menggunakan konten Matematika dalam topik Astronomi dan Fiqh. Kami bermaksud untuk
memberi perlakuan kepada murid berupa kegiatan mengukur keliling bumi dan bak mandi berdasarkan
pengamatan, guna melihat perubahan motivasi belajar murid. Dengan demikian, rumusan masalah riset ini
ialah, “Bagaimana peningkatan motivasi belajar murid dalam pembelajaran Matematika menggunakan topik
Astronomi dan Fiqh?” Hasil yang diperoleh diharapkan memberi informasi tentang manfaat penggunaan topik
Astronomi dan Fiqh dalam pembelajaran Matematika terhadap motivasi belajar murid.
METODE PENELITIAN
Tujuan riset ini ialah untuk mendapatkan peningkatan motivasi belajar murid setelah menggunakan
konten Matematika dalam topik Astronomi berupa kegiatan mengukur keliling bumi dan Fiqh berupa kegiatan
mengukur bak mandi. Karena itu diperlukan data motivasi belajar sebelum dan setelah diberi perlakuan.
Berdasarkan tujuan riset dan kebutuhan data, metode riset yang dapat dipilih ialah quasi-experimental dengan
desain counterbalanced (Fraenkel et al., 2012). Desain ini memperkenankan peneliti untuk mengukur data
sebelum dan setelah diberi perlakuan yang dilakukan terhadap beberapa kelompok berdasarkan urutan
penyajian yang tidak sama. Partisipan riset ini ialah 30 murid di salah satu sekolah menengah Kabupaten
Kudus yang diambil menggunakan teknik convenience sampling (Fraenkel et al., 2012). Keseluruhan
partisipan tinggal di satu asrama pondok pesantren dalam waktu bersamaan selama mengalami perlakuan.
Partisipan yang terlibat dalam riset ini dibagi menjadi dua kelompok, yakni BlackPink dan Itzy, yang masing-
masing terdiri dari 15 murid.
Desain riset yang digunakan berupa tiga kali pengamatan, yakni sebelum diberi perlakuan apapun (O 1)
serta setelah diberi perlakuan berupa mengukur isi bak mandi (O2) dan mengukur keliling bumi (O3). Desain
tersebut ditunjukkan dengan pola berikut:
Tabel 1. Pola desain riset
Kelompok Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan 3
BlackPink O1 O2 O3
Itzy O1 O3 O2
Perlakuan yang diberikan berupa kegiatan mengukur bak mandi dan keliling bumi berdasarkan
pengamatan. Bak mandi yang diukur sebanyak 10 buah yang terdapat di asrama Pondok Pesantren Ath-
Thullab Kudus, sementara keliling bumi diukur berdasarkan jam kiblat harian pada 4-17 Februari 2020.
Analisis dilakukan terhadap hasil pretest dan posttest motivasi belajar yang diperoleh menggunakan
kuesioner adaptasi Setiawan & Saputri (2020). Adaptasi dilakukan karena kuesioner tersebut menggunakan
ungkapan terkait pembelajaran IPA. Kuesioner terdiri dari 25 buah pertanyaan yang dinilai menggunakan
Skala Likert tipe 5 skala untuk mengukur lima komponen motivasi belajar: motivasi intrinsik, determinasi
diri, efikasi diri, motivasi karier, serta motivasi nilai. Contoh butirnya ialah, “Matematika yang saya pelajari
sesuai dengan kebutuhan hidup saya.” yang ditanggapi dengan “tidak pernah” (skor=1), “jarang” (skor=2),
“kadang” (skor=3), “sering” (skor=4), dan “selalu” (skor=5).
Penyekoran instrumen motivasi belajar dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:
(Persamaan 1. Skor murid)
keterangan:
= skor setiap murid = skor setiap butir kuesioner
Dari skor tersebut, nilai peningkatan (gain) yang dinormalisasi dari rerata posttest (P2) terhadap
pesttest (P1) untuk setiap pengamatan dihitung menggunakan persamaan berikut (Hake, 1998):
( )
( )
(Persamaan 2. Peningkatan)
keterangan:
= nilai peningkatan = hasil pretest = hasil posttest
yang ditafsirkan berdasarkan tabel berikut:
Tabel 2. Kategori Peningkatan
Nilai Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
(Hake, 1998)
Peningkatan yang diperoleh dari penggunaan topik Fiqh di setiap kelompok sama seperti diperoleh
Suwarma (2015) yang melakukan pembelajaran berbasis STEM (Science, Technology, Engineering,
Mathematics). Hasil ini bukan berarti bahwa penggunaan topik Fiqh sama dengan pembelajaran berbasis
STEM. Pasalnya keduanya punya daya cakup konten Matematika yang berbeda. Topik Fiqh sebagian besar
hanya memerlukan operasi Aritmetika dan topik Geometri serta sebagian kecil menggunakan operasi
Trigonometri dan Statistik. Sementara STEM dapat mencakup lebih banyak konten Matematika termasuk
Aljabar dan Kalkulus. Kesamaan hasil keduanya justru menunjukkan bahwa penting bagi setiap guru untuk
mengenali latar murid sehingga dapat memilih strategi yang cocok dalam pembelajaran guna memperoleh
hasil optimal.
Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 4 No 4 Bulan Agustus
p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071
5295 Menggunakan Topik Fiqh Dan Astronomi untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika – Adib Rifqi Setiawan
DOI : 10.31004/edukatif.v4i4.2787
Topik Astronomi memberi peningkatan motivasi belajar di kategori tinggi untuk setiap kelompok
sekaligus menyiratkan pesan kepada guru Matematika untuk lebih bersikap luwes dalam melaksanakan
pembelajaran. Sikap luwes bisa diterapkan dengan tidak enggan menggunakan contoh penerapan konten di
setiap hal, mulai peristiwa keseharian seperti membeli jajan sampai pemanfaatan untuk permainan (game)
seperti permainan macan-macanan. Tentu untuk mewujudkan pembelajaran seperti ini diperlukan kajian
lanjutan terkait kaitan konten Matematika dengan seluruh topik yang memungkinkan dipakai sebagai contoh
penerapan.
Hasil riset yang diperoleh menjadi dasar bagi kami untuk mengatakan bahwa topik Fiqh dan Astronomi
perlu disertakan guna melengkapi pembelajaran Matematika. Memang penyertaan tersebut tidak selaras
dengan nature Matematika yang memiliki objek kajian abstrak serta berpola pikir deduktif (Fadhilaturrahmi,
2019). Namun, ini bukanlah masalah berarti karena tujuan utamanya untuk meningkatkan motivasi belajar
bukan menertibkan pemikiran matematis murid. Fadhilaturrahmi (2018) menyampaikan bahwa prinsip utama
pembelajaran ialah bertolak dari keadaan murid atau lingkungan yang dihadapi, bukan mengacu kepada sifat
maupun perkembangan terbaru sebuah ilmu. Berbekal motivasi belajar yang tinggi, murid diharapkan lebih
mudah untuk dilibatkan dalam pembelajaran yang telah dirancang oleh guru, sehingga proses berlangsung
lebih optimal dengan hasil yang diharapkan lebih optimal.
Burhān al-Dīn al-Nu’mān ibn Ibrōhīm al-Zarnūjī dalam risalah pedagogik berjudul Ta’līm al-
Muta’allim Ṭorīq al-Ta’allum mengungkap bahwa terdapat 6 faktor penentu keberhasilan belajar: kecerdasan,
motivasi, komitmen belajar, kecukupan finansial, bimbingan guru, dan manajemen waktu (Setiawan, 2021).
Ungkapan tersebut diperkuat oleh Kışoğlu (2018) dan Yeh et al. (2019) yang menemukan bahwa terdapat
kaitan positif antara motivasi belajar dan sikap murid dalam pembelajaran sehingga guru perlu mendorong
motivasi murid. Memang survei dari PISA menunjukkan anomali untuk Korea Selatan berupa hasil belajar
yang tinggi justru disertai motivasi rendah, tapi secara umum motivasi belajar cenderung linear dengan hasil
belajar (Mo, 2019). Artinya, secara umum motivasi belajar berkorelasi positif dengan hasil belajar. Hasil ini
selaras dengan temuan yang menunjukkan bahwa hasil belajar cenderung rendah ketika motivasi rendah
(Nurohmah, 2015).
KESIMPULAN
Riset menggunakan metode eskperimen semu dengan desain pengaruh imbangan ini mengungkap
bahwa kelompok BlackPink yang menerima urutan perlakuan topik Fiqh kemudian Astronomi mengalami
peningkatan berkelanjutan, sedangkan kelompok Itzy yang menerima urutan perlakuan topik Astronomi
kemudian Fiqh mengalami peningkatan yang tidak berkelanjutan. Lebih lanjut, untuk kelompok BlackPink
dan Itzy, peningkatan motivasi belajar murid dalam pembelajaran Matematika menggunakan topik Astronomi
berada dalam ketegori tinggi dengan nilai 0,807 dan 0,737 serta topik Fiqh berada dalam kageori sedang
dengan nilai 0,622 dan 0,699. Secara keseluruhan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa motivasi belajar
murid mengalami peningkatan untuk seluruh perlakuan di setiap kelompok
Simpulan yang didapat menunjukkan bahwa topik Astronomi dan Fiqh perlu disertakan dalam
pembelajaran Matematika untuk lebih memotivasi murid. Kekurangan riset ini ialah hanya menggunakan
konten matematika terkait Aritmetika, Aljabar, Geometri tiga dimensi, serta perbandingan sudut Trigonometri.
Berdasarkan kekurangan itu, kami menyarankan agar melakukan riset lanjutan yang menggunakan konten lain
seperti Kalkulus dan Geometri multidimensi.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhilaturrahmi. (2014). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI Terhadap Peningkatan
Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar [Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI)]. http://repository.upi.edu/11431
Fadhilaturrahmi. (2018). Lingkungan Belajar Efektif Bagi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 2(2), 61–
69. https://doi.org/10.31004/basicedu.v2i2.52
Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 4 No 4 Bulan Agustus
p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071
5296 Menggunakan Topik Fiqh Dan Astronomi untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika – Adib Rifqi Setiawan
DOI : 10.31004/edukatif.v4i4.2787