Anda di halaman 1dari 8

Penerapan Model Problem Based Learning Berbantuan Simulasi PhET

Berbasis Instrumen HOTS Terhadap Hasil Belajar Siswa

Hairun Nisa, Muhammad Junus, dan Laili Komariyah*


Program Studi Pendidikan Fisika. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia
*laili.komariyah@fkip.unmul.ac.id

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh model problem based learning
(PBL) berbantuan simulasi PhET berbasis Instrumen HOTS pada siswa SMA untuk
meningkatkan hasil belajar level kognitif tingkat tinggi. Penelitian ini termasuk dalam jenis
deskriptif kuantitatif. Adapun metode yang digunakan pra-eksperimental design. Desain
yang digunakan yaitu one group pretest-posttest design. Subjek dari penelitian ini siswa
kelas X yang berjumlah 26 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel
total serta teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi. Tes yang
digunakan berupa 10 butir soal esai untuk melatih siswa berpikir tingkat tinggi. Serta
instrumen HOTS berupa 3 butir soal esai setiap pertemuan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran PBL berbantuan simulasi PhET berbasis
Instrumen HOTS pada siswa SMA meningkatkan hasil belajar siswa terutama kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal tingkat tinggi (HOTS). Hal tersebut dibuktikan dengan
siswa mengalami peningkatan hasil belajar pengetahuan kognitif selama pembelajaran 3
pertemuan dengan perolehan N-Gain dari rata-rata pretest dan posttest adalah 59,10 yang
lebih dari 30 dan kurang dari 70 sehingga peningkatan hasil belajar siswa termasuk dalam
kategori sedang. Dengan hasil N-Gain tersebut, menunjukkan penguasaan materi siswa
lebih baik dari pembelajaran konvensional. Sehingga, pembelajaran lebih efektif serta
dapat membantu siswa dalam menghadapi tuntutan ketuntasan dan tuntutan kompetensi
abad 21.

Kata kunci: HOTS; PBL; PhET

Abstract
This study aimed to analyze the effect of the problem-based learning (PBL) model assisted
by the HOTS Instrument-based PhET simulation on high school students to improve
learning outcomes at a high cognitive level. This research is included in the quantitative
descriptive. The method used is a pre-experimental design. The design used is one group
pretest-posttest design. The subject of this study was class X students, totalling 26 students.
The sampling technique uses the total sample technique and the data collection technique
to test and observe techniques. The test used is in the form of 10 essay questions to train
students to think at a higher level. As well as the HOTS instrument in the form of 3 essay
questions for each meeting. The results of this study indicate that the PBL learning model
assisted by the HOTS Instrument-based PhET simulation for high school students improves
student learning outcomes, especially students' ability to solve high-level questions (HOTS).
This is evidenced by students experiencing an increase in cognitive knowledge learning
outcomes during learning three meetings with the acquisition of N-Gain from the pretest
and posttest average of 59.10, which is more than 30 and less than 70 so that the increase
Nisa et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (3) 2022 560-567

in student learning outcomes is included in the moderate category. The N-Gain results show
that students' mastery of the material is better than conventional learning. Thus, learning is
more effective and can assist students in dealing with the demands of completeness and 21st-
century competence.

Keywords: HOTS; PBL; PhET

Received : 30 Mei 2022


Accepted : 10 Desember 2022
Published : 16 Desember 2022
DOI : https://doi.org/10.20527/jipf.v6i3.5514
© 2022 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika

How to cite: Nisa, H., Junus, M., & Komariyah, L. (2022). Penerapan model problem based
learning (pbl) berbantuan simulasi phet berbasis instrumet hots terhadap hasil belajar siswa
kelas X SMA Islam Samarinda. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 6(3), 560-567.

PENDAHULUAN daring. Hal tersebut mengakibatkan siswa


Pandemi Covid-19 sebelumnya memaksa sulit untuk memahami materi yang
sekolah melaksanakan pembelajaran disampaikan (Hidayah et al., 2020).
secara daring (Fahrina et al., 2020). Selain itu, faktor dari menurunnya hasil
Pembelajaran yang dilaksanan secara belajar siswa diantaranya ialah media
daring mengakibatkan pembelajaran pembelajaran yang monoton dan kurang
kurang efektif (Baety & Munandar, menarik selama proses pembelajaran
2021). Hal tersebut dibuktikan dengan daring (Pawicara & Conilie, 2020).
siswa cenderung kurang memahami Akan tetapi dalam keadaan di masa
materi ketika mengerjakan soal-soal yang pandemi ini, tuntutan ketuntasan
diberikan guru (Hidayah et al., 2020). pembelajaran dan tuntutan kompetensi
Selain itu, siswa terkendala dalam abad ke-21 tetap berjalan. Implementasi
memahami instruksi yang diberikan oleh Kurikulum 2013 Revisi guru dituntut
guru dikarenakan informasi yang diterima mengembangkan pembelajaran dengan
siswa tidak lengkap dan kurang jelas mengintegrasikan empat hal penting,
(Hidayah et al., 2020). Hasil observasi yaitu Penguatan Pendidikan Karakter
selama penulis melaksanakan Kuliah (PPK), Literasi, Keterampilan Abad ke-
Kerja Nyata Pengenalan Lapangan 21 , dan Higher Order Thinking Skill
Persekolahan (KKN-PLP) Tematik (HOTS) (Mulyasa, 2018). Keterampilan
Terintegrasi tahun 2021 di SMA Islam Abad ke-21 ialah keterampilan berpikir
Samarinda diperoleh data nilai tugas kreatif, berpikir kritis dan pemecahan
siswa hanya 45% dari seluruh siswa kelas masalah, berkomunikasi, dan
X IPA yang mencapai ketuntasan. Selain berkolaborasi (Septikasari & Frasandy,
itu hasil dari Penilaian Tengah Semester 2018).
(PTS) siswa mata pelajaran Fisika kelas X Penelitian sebelumnya yang
IPA menunjukan bahwa seluruh siswa dilakukan oleh (Prasetyanti et al., 2016)
memperoleh nilai dibawah Kriteria dengan judul “Penerapan Model
Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu nilai Pembelajaran Problem Based Learning
terendah siswa sebesar 15 poin dan nilai (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan
tertinggi siswa sebesar 60 poin. Proses Berpikir Kognitif Siswa Kelas
Penyebab kurang efektifnya XI” diperoleh hasil sebaran pertanyaan
pembelajaran daring diantaranya suara dan pernyataan berdasarkan dimensi
guru yang terputus-putus saat proses berpikir tingkat rendah secara
menyampaikan materi melalui media persentase menurun pada setiap siklus,

561
Nisa et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (3) 2022 560-567

sedangkan pertanyaan dan pernyataan kompetensi abad ke-21 ialah multimedia.


berdasarkan dimensi proses berpikir Dikutip dari (Nurdyansyah, 2019 &
konseptual, prosedural dan metakognisi Zainuddin et al., 2019) multimedia
secara persentase secara umum adalah media presentasi yang dinamis
meningkat. Mengacu pada penelitian dan interaktif dengan mengkombinasikan
tersebut, pada penelitian ini, setelah antara teks, audio, grafik, animasi dan
diterapkan pembelajaran PBL, siswa video. Multimedia simulasi PhET dapat
diberikan asesmen dengan soal-soal yang membantu siswa dalam mengkaji atau
berbasis instrumen HOTS untuk melatih menemukan informasi terkait suatu
siswa berpikir tingkat tinggi. fenomena fisika melalui ilustrasi yang
Menunjang pencapaian hasil menarik (Mahtari et al., 2020; Maulani et
pembelajaran yang optimal untuk al., 2018; Rizaldi et al., 2020). Selain itu
mencapai ketuntasan pembelajaran dan multimedia interaktif online dapat
tuntutan kompetensi abad ke-21 mengembangkan kemampuan HOTS
diperlukan model pembelajaran yang siswa (Widyaningsih et al., 2020).
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang Setelah guru menentukan model dan
akan di capai (Dywan et al., 2020). media pembelajaran, guru juga harus
Implementasi pembelajaran abad ke-21 menguasai dan membuat alat evaluasi.
adalah pembelajaran yang Salah satu alat evaluasi yang dapat
mengintegrasikan teknologi informasi melatih siswa untuk berpikir tingkat
dan komunikasi pembelajaran yang tinggi ialah soal-soal yang berbasis
berpusat pada siswa (Notanubun, 2019). instrumen HOTS. Pembiasaan evaluasi
Dari hasil penelitian (Handayani & pembelajaran menggunakan soal dengan
Koeswanti, 2021) model PBL mampu instrumen HOTS pada siswa bertujuan
meningkatkan daya pikir kreatif siswa. meningkatkan kemampuan/keterampilan
selain itu, media pembelajaran berperan berpikir tingkat tinggi untuk memenuhi
penting dalam pembelajaran. Penelitian kompetensi abad ke-21 (Mariam et al.,
yang dilakukan oleh (Faqiroh, 2020) 2020). Variasi pembelajaran yang
yang membahas permasalahan terkait memotivasi siswa untuk aktif belajar
Problem-Based Learning Model for mandiri dengan pembelajaran yang
Junior High School in Indonesia (2010- berkualitas agar siswa mampu berpikir
2019). Berdasarkan data yang tingkat tinggi (Pujiasih, 2020).
dikumpulkan dari buku, artikel, catatan, Model PBL merupakan pembelajaran
dan berbagai literatur ilmiah lainnya yang berdasarkan masalah dalam
menunjukkan PBL memiliki potensi kehidupan sehari-hari yang tidak
sebagai model pembelajaran untuk terstruktur dan bersifat terbuka sehingga
berbagai konteks dan tujuan dapat mengembangkan keterampilan,
pembelajaran, karena cenderung menyelesaikan masalah dan berpikir
mendorong praktik pembelajaran siswa tingkat tinggi (Untari et al., 2018). Selain
untuk memecahkan masalah-masalah itu dengan bantuan simulasi` PhET dapat
yang dimana merupakan salah satu membantu siswa memvisualisasikan
Keterampilan yang paling penting di konsep secara utuh dan jelas. Dengan
abad ke-21. Variasi media pembelajaran penerapan PBL dan media simulasi
yang memotivasi siswa untuk aktif PhET, siswa terbiasa berpikir tingkat
belajar mandiri. Hal ini sejalan dengan tinggi. Sehingga dapat membantu siswa
pendapat (Dea et al., 2021) aspek penting dalam menyelesaikan soal-soal berbasis
yang harus dikuasai guru adalah HOTS.
memiliki media pembelajaran yang Mempertimbangkan pentingnya
efektif dan interaktif. Salah satu media model, media dan instrumen
yang dapat menunjang siswa memiliki pembelajaran untuk mencapai tuntutan

562
Nisa et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (3) 2022 560-567

kentuntasan dan tuntutan kompetensi dengan soal yang diambil dari beberapa
abad ke-21, maka peneliti mengangkat sumber buku . Teknik analisis data yang
judul penelitian Penerapan Model PBL digunakan yaitu, uji normalitas, uji
Berbantuan Simulasi PhET Berbasis Paired Samples T-test, dan uji
Instrumen HOTS. Dimana kelebihan dari Normalized gain.
multimedia Simulasi PhET menurut
(Finkelstein et al., 2006) ini diantarnya HASIL DAN PEMBAHASAN
ialah informasi yang disajikan mengenai Sebelum penerapan pembelajaran dengan
proses atau konsep fisika yang cukup model PBL berbantuan simulasi PhET
komplek. Mudah digunakan tanpa berbasis instrumen HOTS (pretest),
bimbingan guru sehingga dapat melatih diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai
kemandirian siswa. Tampilan simulasi rata-rata 40,88. Hasil pretest skor
yang menarik diharapkan motivasi minimum siswa sebesar 17 poin dan skor
belajar siswa dapat meningkat. Serta maksimum siswa sebesar 71 poin.
dapat digunakan siswa baik di kelas Persentasi kategori penilaian hasil belajar
maupun di rumah secara mandiri. siswa tertera pada Gambar 1.
Sedangkan instrumen HOTS untuk
mempersiapkan siswa dalam
menghadapi kompetensi abad ke-21.
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui
hasil belajar dari 5 penerapan model PBL
berbantuan simulasi PhET berbasis
instrumen HOTS pada siswa kelas X
SMA. Gambar 1 Diagram kategori hasil belajar
siswa (pretest)
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan Setelah penerapan pembelajaran dengan
kuantitatif dengan jenis penelitian model PBL berbantuan simulasi PhET
eksperimen. Sedangkan metode yang berbasis instrumen HOTS (posttest),
digunakan adalah pre-eksperimental tipe diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai
one group pretest-posttest. Pretest rata-rata 75,73. Hasil posttest skor
diberikan pada kelas eksperimen Setelah minimum siswa sebesar 60 poin dan skor
dilakukan pretest, peneliti memberikan maksimum siswa sebesar 93 poin.
perlakuan berupa penerapan model Persentasi kategori penilaian hasil belajar
pembelajaran PBL berbantuan simulasi siswa tertera pada Gambar 2.
PhET berbasis Instrumen HOTS pada
siswa kelas X. Kemudian pada tahap
akhir peneliti memberikan posttest.
Selisih antara hasil posttest dan hasil
pretest dinilai sebagai efek dari
perlakuan eksperimen. Subjek dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
X IPA SMA Islam Samarinda semester
genap tahun ajaran 2021/2022 berjumlah Gambar 2 Diagram kategori hasil belajar
26. siswa (posttest)
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan adalah Berikut hasil uji normalitas data pretest
observasi dan tes tertulis. Tes yang dan posttest tertera pada Tabel 1.
dilakukan peneliti dalam bentuk esai

563
Nisa et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (3) 2022 560-567

Tabel 1 Hasil Uji Normalitas Data namun penggunaan simulasi PhET dapat
Pretest-Posttest meningkatkan pemahaman siswa
Tests of Normality terhadap materi, menarik dan dapat
Shapiro-Wilk mensimulasikan fenomena yang sulit
Statistic df Sig. diamati secara langsung. Dari hasil
Pretest 0,935 26 0,104 penelitian Rizaldi et al. (2020)
Posttest 0,939 26 0,126 multimedia simulasi PhET dapat
membantu siswa dalam mengkaji atau
Nilai signifikansi pada hasil uji menemukan informasi terkait suatu
normalitas telah membuktikan bahwa fenomena fisika melalui ilustrasi yang
data pretest dan posttest berdistribusi menarik. Selama siswa melakukan
secara normal, oleh karena itu dapat kegiatan eksperimen, siswa mengamati
dilakukan uji selanjutnya yaitu uji paired kesesuaian antara hipotesis dengan fakta
samples test. Hasil uji t tertera pada Tabel yang terjadi selama kegiatan eksperimen.
2. Jika hipotesis sesuai dengan fakta yang
Tabel 2 Nilai hasil uji-T terjadi selama proses eksperimen, maka
Paired Samples Test dapat memperkuat pemahaman siswa
T df Sig. mengenai materi yang sedang dipelajari.
(2- Sebaliknya, apabila hipotesis belum
tailed) sesuai dengan fakta yang terjadi selama
proses eksperimen, maka siswa akan
pretest - -13,341 25 0,000
mendapatkan pemahaman yang benar.
posttest
Kegiatan eksperimen dapat membuat
siswa terlibat aktif dalam proses
Berdasarkan Tabel 2 hasil uji-T
pembelajaran sehingga dapat
didapatkan nilai signifikansi 0,00 lebih
membangun pengetahuan siswa untuk
kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan
memecahkan masalah. Hal ini sejalan
bahwa adanya perbedaan signifikan
dengan pendapat (Finkelstein et al.,
antara hasil pretest dan posttest pada hasil
2006) bahwa simulasi PhET dapat
belajar siswa SMA Islam Samarinda.
menyajikan konsep fisika terlihat nyata
Perolehan N-Gain rata-rata pretest dan
sehingga siswa mudah untuk memahami
posttest adalah 59,10% sehingga
materi.
peningkatan hasil belajar siswa termasuk
Penerapan instrumen HOTS
dalam kategori sedang.
meningkatkan kemampuan berpikir
Proses pembelajaran Fisika materi
tingkat tinggi siswa. Instrumen berbasis
usaha dan energi dilaksanakan di kelas X
HOTS melatih siswa dalam
MIPA SMA Islam Samarinda. Pada awal
memecahkan masalah (problem solving),
pembelajaran siswa diberi permasalahan
meningkatkan kemampuan keterampilan
dalam Lembar Kegiatan Peserta Didik
berpikir kritis (critical thinking), dan
(LKPD) terkait materi usaha dan energi
kemampuan mengambil keputusan
yang akan dipelajari. Pada LKPD
(decision making). Dengan kemampuan
tersebut, siswa diberi permasalahan yang
berpikir tingkat tinggi, siswa mempunyai
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
kreativitas ketika menyelesaikan
Terkait masalah yang ada, siswa
masalah. Kreativitas tersebut diantaranya
diarahkan untuk membuat hipotesis
adalah kemampuan dalam
sesuai dengan kemampuan siswa. Setelah
menyelesaikan permasalahan,
itu siswa diarahkan untuk melakukan
mengevaluasi strategi penyelesaian
kegiatan eksperimen dengan bantuan
masalah dari beberapa sudut pandang
simulasi PhET untuk membuktikan
yang berbeda, serta menemukan metode-
hipotesis. Meskipun simulasi PhET tidak
metode penyelesaian baru yang berbeda
menggunakan alat-alat yang konkrit,

564
Nisa et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (3) 2022 560-567

dari metode sebelumnya. Sesuai dengan (Jauhari et al., 2016) menunjukkan


pendapat (Widana, 2017) bahwa HOTS peningkatan nilai rata-rata kelas
memberikan manfaat terasahnya eksperimen dengan model pembelajaran
kemampuan melakukan evaluasi, berbasis masalah berbantuan media
mengadu argumentasi, dan menarik PhET lebih besar dari peningkatan nilai
kesimpulan. Hal ini membuat penguasaan rata-rata kelas kontrol dengan model
materi menjadi lebih baik. pembelajaran konvensional. Menurut
Hasil belajar siswa dari setiap (Shoimin, 2016) kelebihan model
pertemuan dan hasil posttest pembelajaran PBL siswa dilatih agar
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan memiliki kemampuan pemecahan
yang signifikan walaupun masih ada masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
siswa dengan nilai di bawah kriteria mampu membangun pengetahuannya
ketuntasan minimum (KKM). Nilai melalui aktivitas belajar agar hasil belajar
selisih antara pretest dan posttest cukup siswa meningkat. Sejalan dengan
jauh berbeda dikarenakan siswa terlatih pendapat (Munandar et al., 2018). Selian
untuk mengerjakan soal-soal berbasis itu, hasil penelitian (Handayani &
instrumen HOTS selama pembelajaran. Koeswanti, 2021) model PBL mampu
Seperti menurut (Mafudiansyah et al., meningkatkan daya pikir kreatif siswa.
2020) penilaian kompetensi pengetahuan Akan tetapi masih terdapat 8% siswa
siswa merupakan penilaian potensi dengan peningkatan hasil belajar dalam
intelektual yang terdiri dari tingkatan kategori rendah. Berdasarkan
mengetahui, memahami, menerapkan, pengamatan peneliti selama pelaksanaan
menganalisis, mengevaluasi, dan penelitian siswa dengan kategori N-Gain
mencipta. Sehingga siswa harus rendah cenderung tidak aktif saat
menguasai tingkat kognitif yang lebih pembelajaran. Hal ini berakibat pada
rendah agar dapat menuju tingkat kognitif hasil belajar siswa tersebut kategori
yang lebih tinggi. kurang. Faktor penyebab dari siswa yang
Soal HOTS adalah soal dengan kurang aktif berupa faktor internal seperti
karakter kekampuan pemecahan masalah, kondisi kesehatan peserta didik yang
berpikir kritis, berpikir kreatif, kurang baik di masa pandemi Covid-19.
beragumen, dan mengambil keputusan Sehingga pembelajaran tatap muka harus
(Untari et al., 2018). Hal ini sangat linier sesuai protokol kesehatan.
jika diterapkan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dan SIMPULAN
simulasi Phet yang tentunya akan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
mempermudah dan meningkatkan data yang telah dilakukan diperoleh data
keberhasilan belajar siswa. hasil belajar pada posttest siswa
Uraian di atas menunjukkan bahwa mendapatkan hasil pada kategori sangat
penerapan model pembelajaran problem baik sebanyak 34,6%, kategori baik
based learning (PBL) berbantuan sebanyak 34,6%, kategori cukup
simulasi PhET berbasis instrumen HOTS sebanyak 23,1%, kategori kurang
pada siswa SMA Islam Samarinda dapat sebanyak 7,7%. Siswa mengalami
meningkatkan hasil belajar pada peningkatan secara signifikan
pengetahuan kognitif secara signifikan berdasarkan uji Paired Samples T-test
yang terbukti dari uji Paired Samples T- dari nilai rata-rata 40,88 menjadi nilai
test dengan signifikansi 0,00 dan uji N- rata-rata 75,73 dengan nilai N-Gain
Gain dengan nilai 59,10 kategori sedang. 59,10 kategori sedang.
Keberhasilan model pembelajaran
berbasis masalah berbantuan media
PhET sejalan dengan penelitian oleh

565
Nisa et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (3) 2022 560-567

DAFTAR PUSTAKA 2015/2016. Jurnal Pendidikan Fisika


Dea, H., Cendana, W., & Daeli, B. A. S. Dan Teknologi, II(1), 7–12.
D. (2021). Penerapan kompetensi Mafudiansyah, Sari, S. S., & Arsyad, M.
pedagogi guru abad 21 dalam (2020). Analisis hasil belajar fisika di
pembelajaran daring. Jurnal Ilmiah sma negeri 3 makassar. Jurnal Sains
Kependidikan, 2(2), 172–178. Dan Pendidikan Fisika (JSPF),
https://doi.org/https://doi.org/10.175 16(1), 8–19.
09/ijpe.v2i2.15100 Mahtari, S., Wati, M., Hartini, S.,
Dywan, A. A., Airlanda, G. S., Kristen, Misbah, M., & Dewantara, D.
U., Wacana, S., & Tengah, J. (2020). (2020). The effectiveness of the
Efektivitas model pembelajaran student worksheet with PhET
project based learning berbasis stem simulation used scaffolding
dan tidak berbasis stem terhadap question prompt. In Journal of
keterampilan berfikir kritis siswa. Physics: Conference Series,
Jurnal Basicedu, 4(2), 344–354. 1422(1), 012010
https://doi.org/https://jbasic.org/inde Mariam, P., Nurhayati, Y., Studi, P.,
x.php/basicedu Ekonomi, P., Studi, P., Guru, P., &
Faqiroh, B. Z. (2020). Indonesian journal Dasar, S. (2020). Penerapan evaluasi
of curriculum problem-based pembelajaran berbasis hots. Jurnal
learning model for junior high school Pengabdian Tri Bhakti, 2(2), 171–
in indonesia (2010-2019). Indonesian 178.
Journal of Curriculum and Maulani, R. N., Wati, M., Misbah, M.,
Educational Technology Studies, Dewantara, D., & Mahtari, S.
8(5), 42–48. (2018). The development of the
Finkelstein, N., Adams, W., Keller, C., PhET learning program's learning
Perkins, K., & Wieman, C. (2006). support worksheet. In Prosiding
High tech tools for teaching physics: Seminar Nasional Fisika (SNF), 2,
The physics education technology 105-110.
project. Merlot Journal of Online Mulyasa, E. (2018). Implementasi
Learning and Teaching, 2(3), 110– kurikulum 2013 revisi (bunga sari
121. fatmawati, ed.). Jakarta: PT Bumi
Handayani, A., & Koeswanti, H. D. Aksara.
(2021). Meta-analisis model Munandar, H., Sutrio, S., & Taufik, M.
pembelajaran problem based learning (2018). Pengaruh model
(pbl) untuk meningkatkan pembelajaran berbasis masalah
kemampuan berpikir kreatif. Jurnal berbantuan media animasi terhadap
Basicedu, 5(3), 1349–1355. kemampuan berpikir kritis dan hasil
Hidayah, A. A. F., Adawiyah, R. Al, & belajar fisika siswa SMAN 5
Mahanani, P. A. R. (2020). Mataram tahun ajaran
Efektivitas pembelajaran daring di 2016/2017. Jurnal Pendidikan Fisika
masa pandemi covid-19. Jurnal dan Teknologi, 4(1), 111-120.
Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, 21(2), Notanubun, Z. (2019). Pengembangan
53–56. kompetensi profesionalisme guru di
Jauhari, T., Hikmawati, H., & Wahyudi, era digital (abad 21). Jurnal
W. (2016). Pengaruh model Bimbingan Dan Konseling Terapan,
pembelajaran berbasis masalah 3(2), 54–64.
berbantuan media phet terhadap hasil https://doi.org/http://dx.doi.org/10.3
belajar fisika siswa kelas x sman 1 0598/jbkt.v3i2.1108
gunungsari tahun pelajaran

566
Nisa et al/Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 6 (3) 2022 560-567

Nurdyansyah. (2019). Media pembelajaran pendidikan dasar.


pembelajaran inovatif. Sidoarjo: Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, 8(2),
UMSIDA Press. 107–117.
Pawicara, R., & Conilie, M. (2020). Shoimin, A. (2016). Model pembelajaran
Analisis pembelajaran daring inovatif dalam kurikulum 2013.
terhadap kejenuhan belajar Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
mahasiswa tadris biologi iain jember Untari, E., Rohmah, N., & Lestari, D. W.
di tengah pandemi covid-19. (2018). Model pembelajaran problem
ALVEOLI: Jurnal Pendidikan based learning ( pbl ) sebagai
Biologi, 1(1), 30–38. pembiasaan higher order thinking
https://doi.org/https://doi.org/10.357 skill ( hots ) pada pembelajaran ipa di
19/alveoli.v1i1.7 ssekolah dasar. Prosiding Seminar
Prasetyanti, N. M., Sari, D. N., & Nasional Pendidikan Sains, 135–
Sajidan, S. (2016). Penerapan model 142.
pembelajaran problem based learning Widana, I. W. (2017). Modul penyusunan
(pbl) untuk meningkatkan soal higher order thinking skill.
kemampuan proses berfikir kognitif Jakarta: Direktorat Jenderal
siswa kelas xi mipa-1 sma negeri 3 Pendidikan Dasar dan Menengah.
surakarta. Jurnal Inkuiri, 5(2), 1–7. Widyaningsih, S. W., Yusuf, I., Prasetyo,
Pujiasih, E. (2020). Membangun generasi Z. K., & Istiyono, E. (2020). Online
emas dengan variasi pembelajaran interactive multimedia oriented to
online di masa pandemi covid-19. hots through e-learning on physics
Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru, material about electrical circuit.
5(1), 42–48. Jurnal Pendidikan Indonesia (JPI),
https://doi.org/10.51169/ideguru.v5i 9(1), 1–14.
1.136 https://doi.org/10.23887/jpi-
Rizaldi, D. R., Jufri, A. W., & Jamal, J. undiksha.v9i1.17667
(2020). PhET : Simulasi interaktif Zainuddin, Z., Hasanah, A. R., Salam,
dalam proses pembelajaran fisika. M. A., Misbah, M., & Mahtari, S.
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, (2019, February). Developing the
5(1), 10–14. interactive multimedia in physics
https://doi.org/10.29303/jipp.v5i1.10 learning. In Journal of Physics:
3 Conference Series, 1171(1), 1-5.
Septikasari, R., & Frasandy, R. N.
(2018). Keterampilan dalam

567

Anda mungkin juga menyukai