Anda di halaman 1dari 7

Masyarakat global merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dibendung lagi di

masa mendatang. Hubungan dan interaksi antar orang satu dengan yang lain bukan lagi menjadi
kendala berarti, tidak hanya batas wilayah bahkan setiap orang mampu berinteraksi dengan
instan seakan hubungan antar negara sudah menjadi seperti suatu wilayah yang kecil.
Negara Indonesia sendiri telah merativikasi sejumlah kesepakatan regional dan
internasional yang membuatnya menjadi bagian tidak terpisahkan dari dunia. Salah satunya
berupa masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang banyak mengubah pola interaksi antar warga
negara di ASEAN baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun budaya. Sementara Konsep
masyarakat 5.0 menurut Harayama (2017) menekankan bahwa kehadiran teknologi adalah
bagian integral dari manusia itu sendiri. Artinya, setiap perkembangan teknologi dan informasi
berguna untuk memudahkan manusia dari berbagai lini kehidupan masyarakat sehari-hari,
sehingga setiap orang harus berupaya berpikir dan menciptakan keseimbangan antara peran
masyarakat dan pemanfaatan teknologi secara tepat.
Pendidikan adalah proses memperoleh pengetahuan, ketrampilan sertat kebiasaan yang
akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sidiknas nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencan untuk mewujutkan suatu proses suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang dibutuhkan dirinnya, masyarakat, bangsa dan negara.
Merujuk pada ketentuan tersebut maka potensi diri yang diperlukan oleh peserta didik agar
mampu menjalani peran kehidupan humanisnya adalah adanya integrasi kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor.
Berbagai kebijakan telah dikembangkan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan
masyarakat indonesia yang siap bersaing di dunia global. Menurut Utari dan Septyadi (2021)
Merdeka belajar adalah memberikan kebebasan kepada guru dan peserta didik dalam
menentukan sistem pembelajaran yang berfokus kepada perkembangan berpikir, kreativitas, dan
ketrampilan keahliah yang dimiliki siswa, sehingga dituntut untuk dapat berpikir kritis yang
bertujuan agar siswa dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Lebih lanjut Zasmansyah dan
Sesmiarini (2022) berpendapat bahwa Merdeka belajar bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi peserta didik, baik soft skills maupun hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan
kebutuhan zaman.
Sementara itu pandemi Covid-19 mempunyai peengaruh yang besar terhadap proses
pembelajaran yang dilaksanakan secara online. Kadafi dkk (2022) menjelaskan bahwa proses
pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa pada masa pandemi mengalami kesulitan dari
ketersediaan media pendukung serta kesiapan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Lebih lanjut Andini dkk (2022) menjelaskan bahwa terjadi penurunan hasil belajar siswa
dikarenakan kesulitan memahami materi matematika secara daring, meskipun guru telah
menjelaskan kepada peserta didik mengenai berbagai konsep yang diberikan.
Baumert (2002) Self-Regulated Learning adalah bentuk belajar individual dengan
menggabungkan pada motivasi belajar peserta didik, secara otonomi mengembangkan
pengukuran (kognisi, metakognisi, dan prilaku) dan memonitor kemajuan belajar mereka.
Schunk & Zimmerman (2003) Self-Regulated Learning merupakan suatu konsep mengenai
bagaimana seseorang menjadi pengelola dirinya sendiri dalam kegiatan belajar dan dapat
mengaktifkan dan mendorong pemikiran (kognisi)), perasaan (afeksi) dan tindakan (aksi) yang
diharapkan mampu mencapai tujuan pendidikan. Menurut Winne (dalam Santrock, 2007) Self-
Regulated Learning adalah kemampuan untuk memunculkan dan memonitor sendiri, pikiran,
perasaan dan prilaku untuk mencapai tujuan.
Ma’ruf, Syafii, dan Kusuma (2019) berpendapat bahwa motivasi yang dimiliki oleh
peserta didik mempengaruhi hasil pembelajaran matematika. Peserta didik dengan motivasi
tinggi cenderung mempunyai hasil belajar yang lebih baik. sementara Pangestu dan Yunianta
(2018) berpendapat bahawa pada saat pembelajaran peserta didik mempunyai motivasi lebih jika
apa yang dipelajarinya menarik perhatiannya dan relevan dengan kebutuhan peserta
didik ,menyebabkan mereka puas dan menambah percaya diri siswa.
Festus (2013) dalam penelitianya yang berjudul Active Base Learning Strategies in The
Mathematics Classrooms mendapatkan bahwa siswa akan memahami konsep matematika dan
memiliki kemampuan retensi yang baik ketika mereka secara mandiri aktif berpatsisipasi dalam
pembelajaran. Sementara Muzamiroh (2013) menyatakan bahwa matematika berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan berbagai gagasan melalui model, diagram,
grafik, dan tabel. Pembelajaran matematika akan efektif dalam meningkatkan performa
akademik siswa dengan cara menitik beratkan pada strategi konsep belajar dan pembelajaran
berpusat kepada kolaborasi guru dengan peserta didik serta pentingnya kegiatan diskusi selama
proses pembelajaran di kelas.
Stemn (2017) Realistic Mathematic Education pertama kali diperkenalkan dan
dikembangkan di Belanda tahun 1971 dalam memfasilitasi siswa mengembangkan konsep
berpikir matematika dengan cara penekanan penggunaan kondisi belajar kontekstual yang bisa
dibayangkan oleh siswa dan representasi visual dalam pembelajaran. Lebih lanjut Wijaya (2012)
berpendapat bahwa pada penggunaan konteks pada pendekatan matematika realistik pada awal
pembelajaran membantu siswa dalam membangun konsep matematika dan memberikan
kebebasan kepada siswa mengeksplorasi strategi-strategi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Melalui penggunaan konteks juga menumbuhkan minat dan motivasi siswa karena matematika
yang dipelajari dekat dengan kehidupan sehari-hari. Proses kegiatan interaktivitas juga
memberikan ruang untuk saling berkomunikasi mengembangkan strategi membangun konsep
matematika.
Menurut Suherman et al. (2003) karakteristik yang dimiliki oleh Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia adalah menggunakan konteks dunia nyata, model-model, produksi dan
konstruksi siswa, interaktifitas, dan keterkaitan (intertwinment). Lebih lanjut lagi Hough et al.
(2015) berpendapat bahwa tujuan pendidikan realistik memungkinkan siswa memvisualisasi
proses matematika menggunakan konteks dunia nyata dan pengembangan pemodelan
matematika yang dengan mudah diperoleh siswa karena berdasarkan pengetahuan yang sudah
dimiliki sebelumnya.
Berbagai faktor tersebut menarik untuk dilakukan penelitian mengenai bagaimana
hubungan antara Self-Regulated Learning dan Motivasi pada pembelajaran matematika melalui
pendekatan Pendididikan Matematika Realistik Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, diharapkan baik peneliti, pedidik, sekolah maupun pihak terkait
dapat membuat dan menerapkan desain pembelajaran matematika yang mampu memfasilitasi
kemampuan berpikir peserta didik sehingga mereka dapat mencapai tujuan belajar dan
menguasai berbagai ketrampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut utari dan septyadi (2021) Merdeka belajar adalah memberikan kebebasan
kepada guru dan peserta didik dalam menentukan sistem pembelajaran yang berfokus kepada
perkembangan berpikir, kreativitas, dan ketrampilan keahliah yang dimiliki siswa, sehingga
dituntut untuk dapat berpikir kritis yang bertujuan agar siswa dapat menyelesaikan masalah
dengan baik.

(PDF) MERDEKA BELAJAR DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN.


Available from:
https://www.researchgate.net/publication/355955590_MERDEKA_BELAJAR_DALAM_PENI
NGKATAN_MUTU_PENDIDIKAN [accessed Dec 26 2022].

Menurut zasmansyah dan sesmiarini (2022) Merdeka belajar bertujuan untuk


meningkatkan kompetensi peserta didik, baik soft skills maupun hard skills, agar lebih siap dan
relevan dengan kebutuhan zaman.

(PDF) KONSEP MERDEKA BELAJAR KURIKULUM MERDEKA. Available from:


https://www.researchgate.net/publication/363562756_KONSEP_MERDEKA_BELAJAR_KURI
KULUM_MERDEKA [accessed Dec 26 2022].

Dalam penelitian ditemukan bahwa pendidikan karakter maupun karakter siswa saat
sangat memprihatinkan. Sebagian besar sekolah dan guru belum siap dalam menghadapi
perubahan sosial serta penggunaan media pembelajaran modern sebagai upaya pemanfaatan
kemajuan teknologi.

Pandemi covid-19 yang melanda mempunyai peengaruh yang besar terhadap proses
pembelajaran yang dilaksanakan secara online. Kadafi dkk (2022) menjelaskan bahwa proses
pembelajaran oleh guru dan siswa pada masa pandemi mengalami kesulitan dari ketersediaan
media pendukung serta kesiapan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Lebih lanjut
andini dkk (2022) menjelaskan bahwa terjadi penurunan hasil belajar siswa dikarenakan
kesulitan memahami materi matematika secara daring, meskipun guru telah menjelaskan kepada
peserta didik mengenai berbagai konsep yang diberikan.

(PDF) Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Proses Pembelajaran di Kelas IV SDN 34


Mataram. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/362224537_Dampak_Pandemi_Covid-
19_Terhadap_Proses_Pembelajaran_di_Kelas_IV_SDN_34_Mataram [accessed Dec 26 2022].

amun terjadi penurunan hasil belajar siswa karena siswa kesulitan memahami materi
matematika secara online, padahal guru sudah menjelaskan jawaban secara tatap muka selama
satu jam di kelas dengan mematuhi protokol kesehatan

sementara pangestu dan yunianta (2018) berpendapat bahawa Pada saat pembelajaran
peserta didik mempunyai motivasi lebih jika apa yang dipelajarinya menarik perhatiannya dan
relevan dengan kebutuhan peserta didik ,menyebabkan mereka puas dan menambah percaya diri
siswa.

Pangestu, N. S., & Yunianta, T. N. H.(2018). Proses Berpikir KreatifMatematis Siswa


Extrovert danIntrovert SMP Kelas VIII BerdasarkanTahapan Wallas. Mosharafa:
JurnalPendidikan Matematika, 8(2). 215-226.

Ma’ruf, syafii, dan kusuma (2019) berpendapat bahwa motivasi yang dimiliki oleh
peserta didik mempengaruhi hasil pembelajaran matematika. Peserta didik dengan motivasi
tinggi cenderung mempunyai hasil belajar yang lebih baik. sementara pangestu dan yunianta
(2018) berpendapat bahawa Pada saat pembelajaran peserta didik mempunyai motivasi lebih jika
apa yang dipelajarinya menarik perhatiannya dan relevan dengan kebutuhan peserta
didik ,menyebabkan mereka puas dan menambah percaya diri siswa.
(PDF) Pengaruh Model Pembelajaran Mind Mapping Berbasis HOTS terhadap Motivasi
dan Hasil Belajar Siswa. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/356637413_Pengaruh_Model_Pembelajaran_Mind_M
apping_Berbasis_HOTS_terhadap_Motivasi_dan_Hasil_Belajar_Siswa [accessed Dec 26 2022].

Bakker, Arthur. (2004). Design Research in Statistics Education: On Symbolizing and Computer
Tools. Utrech: CD-β Press.
Cohen, Luis., Manion, Lawrence., and Marisson Keith. (2007). Research Methods in Education.
London: Routledge.
Cresswell, Jhon W. (2016). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gravemeijer, Koeno. (2004). Local Instruction Theory as Means of Support for Teaching in
Reform of Mathematics Education. Journal of Mathematical Learning and Thinking,
6(2), 72-113.
Gibbs. G.R. (2007). Analyzing Qualitative Data. Dalam U. Flick (Ed). The Sage Qualitative
Research Kit. Thousand Oaks. California: Sage.
Harayama, Y. (2007).Society 5.0: Aiming for a New Human-centered Society. Journal in
Innovation for Creating the Future, 66 (6), 8-13.
Hough., dkk. (2015). Investigating The Impact of a Realistic Mathematics Education Approach
on Achievement and Attitudes in Post-16 GCSE Resit Classes. London: Manchester
Metropolitan University Press.
Jacobs, L. C., dkk. (2010). Introduction to Research in Education (8th Edition). Canada:
Wadsworth.
Kvavilashvili, Lia. (2004). Ecological Validity and The Real-Life/Laboratory Controversy in
Memory Research: A Critical and Historical Review. London: University of
Hertfordshire press.
Ma’ruf, Abdul Hakim. dkk. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Mind-Mapping berbasis
HOTS Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Mosharafa: JurnalPendidikan
Matematik, 8 (3).
Miles, M.B. and Huberman A.M. (2013). Qualitative Data Analysis. Arizona State University.
Sage.
Mohajan, Haradhan. (2017). Two Criteria for Good Measurements in Research: Validity and
Reliability. Munich: MPRA.
Pangestu, N. S., & Yunianta, T. N. H.(2018). Proses Berpikir KreatifMatematis Siswa Extrovert
danIntrovert SMP Kelas VIII BerdasarkanTahapan Wallas. Mosharafa:
JurnalPendidikan Matematika, 8(2). 215-226.
Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Santrock, J.W. (2007). Psikologi Pendidikan (2sted.). Jakarta: Pranada Media Group.
Schunk, D.H., & Zimmerman, B.J (2003). Handbook of psychology: Educational Psychology.
New Jersey: John Wiley & Sons Inc.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Stemn, Blidi S. (2017). Rethinking Realistic Mathematic Education in Leberia. Realistic
Mathematic Education. London: Routlege.
Wijaya, Aryadi. (2012). Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yasmansyah & Sesmiarini, Z. (2022). Konsep Merdeka Belajar Kurikulum Merdeka. Jurnal
Penelitian Ilmu Pendidikan Indonesia, 1 (1), 29-34.

Anda mungkin juga menyukai