KK Arlin 2
KK Arlin 2
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan
enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari
pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya
benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan
mati.
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami
fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis
sehingga trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan oklusi arteri
koroner. Gambaran patologis pada STEMI terdiri dari fibrin rich red trombus
sehingga STEMI memberikan respon terhadap terapi trombolitik (Antman dan
Braunwald, 2010). Trombolitik merupakan salah satu strategi reperfusi untuk
tatalaksana STEMI. Tatalaksana STEMI ditujukan untuk reperfusi arteri koroner
yang tersumbat dan harus segera ditatalaksana sehingga dapat mengurangi kematian
sel miokard (Sukhum, 2011). Trombolitik bekerja dengan melarutkan bekuan darah
atau trombus yang terbentuk sehingga dapat mengembalikan fungsi daerah yang
bermasalah. Trombus yang terbentuk di sistem sirkulasi mempengaruhi mekanisme
tubuh untuk memperbaiki pembuluh darah yang rusak. Jika trombus terbentuk, dapat
menyebabkan iskemik, emboli, serangan jantung, stroke dan sebagainya (Ali et al.,
2014; Dewoto, 2012). Trombolitik sebaiknya diberikan sedini mungkin agar lebih
efektif. Menurut penelitian, pasien yang menerima trombolitik dalam 6 jam dari
onset nyeri dada memiliki angka kematian yang lebih rendah (5,1%) dibandingkan
dengan pemberian setelah 6 jam (16,2%) (Mulay dan Mukhedkar, 2013; Dewoto,
2012). Di subkelompok yang terdiri dari 3300 pasien berusia di atas 75 tahun yang
datang dalam 12 jam onset gejala dengan STEMI atau bundle-brunch block, tingkat
kematian berkurang secara signifikan dengan terapi fibrinolitik (Warf, 2008).
Penelitian lain mengatakan bahwa terapi trombolitik sebagai tatalaksana STEMI
telah terbukti efektif dalam berbagai percobaan yang melibatkan 100.000 pasien.
Selain itu, trombolitik tersebut tersedia luas, mudah digunakan, dan harganya relatif
murah sehingga trombolitik menjadi pilihan untuk tatalaksana STEMI.(Yang et al.,
2008). Akan tetapi, hasil penelitian menemukan bahwa pasien STEMI dengan
distorsi QRS terminal pada EKG memiliki prognosis yang lebih buruk, IMA yang
lebih luas, dan manfaat yang kurang dari trombolisis (Mulay dan Mukhedkar, 2013).
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Penulisan.
Untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan diagnosa medik stemi melaluai pendekatan proses
keperawatann.
C. METODE PENULISAN
Metode penulisan dalam laporan ini adalah menggunakan metode wawancara
dengan melakukan pengamatan secara langsung dan catatan medik
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistem penulisan laporan studi kasus ini terdidiri dari Bab I Pendahuluan, yang
terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika
Penulisan, Bab II Tinjauan Pustaka, terdiri dari Konsep Teoritis, dan Konsep Asuhan
Keperawatan, Bab III Asuhan Keperawatan yang terdiri dari Studi Kasus dan
Pembahasan, Bab IV Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan
enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari
pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya
benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan
mati.
2. Etiologi
Stemi terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasiinjuri
vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan
akumulasi lipid.
a. Penyempitan arteri koroner nonsklerolik
b. Penyempitan aterorosklerotik
c. Trombus
d. Plak aterosklerotik
e. Lambatnya aliran darah didaerah plak atau oleh viserasi plak
f. Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
g. Penurunan darah koroner melalui yang menyempit
h. Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
i. Spasme otot segmental pada arteri kejang otot.
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
a. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar,
ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang
berlangsung ≥ 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala yang
menyertai : berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas.
b. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
c. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.
d. Bisa atipik:
1) Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
2) Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal jantung
bisa tanpa disertai nyeri dada.
5. Komplikasi
a. Disfungsi ventrikuler
Setelah STEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial
dalambentuk, ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan
non infark. Proses inidisebut remodeling ventikuler dan umumnya mendahului
berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun
pasca infark. Segera setelah infark ventrikel kiri mengalami dilatasi.Secara
akut, hasil ini berasal dari ekspansi infark al ; slippage serat otot, disrupsi sel
miokardial normal dan hilangnya jaringan dalam zona nekrotik. Selanjutnya,
terjadi pula pemanjangan segmen noninfark,mengakibatkan penipisan yang
didisprosional dan elongasi zona infark. Pembesaran ruang jantung secara
keseluruhan yang terjadi dikaitkan ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi
tersebar pasca infark pada apeks ventikrel kiri yang yang mengakibatkan
penurunan hemodinamik yang nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan
prognosis lebih buruk. Progresivitas dilatasi dan konsekuensi klinisnya dapat
dihambat dengan terapi inhibitor ACE dan vasodilator lain. Pada pasien
dengan fraksi ejeksi < 40 % tanpa melihat ada tidaknya gagal jantung, inhibitor
ACE harus diberikan.
b. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama kematian
di rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia mempunyai korelasi
yang baik dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal ( 10 hari
infark ) dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di
paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen dijumpai
kongesti paru.(a).Gagal jantung, (b).Syok kardiogenik, (c).Perlusan IM (d).
Emboli sitemik/pilmonal (e). Perikardiatis, (f). Ruptur, (g). Ventrikrel, (h).Otot
papilar, (i).Kelainan septal ventrikel, (j). Disfungsi katup, (k).Aneurisma
ventrikel, (l).Sindroma infark pascamiokardias.
6. Penatalaksanaan
a. Syok kardiogenetik
Penatalaksana syok kardiogenetik:
1) Terapi O2, Jika tekanan darah sistolik<70 mmHg dan terdapat tanda syok
diberikan norepinefrin.
b. InfarkVentrikelKanan
Infarkventrikelkanansecariklinismenyebabkantandagejalaventrikelkanan
yang berat (distensi vena jugularis, tanda kussmaul, hepatomegali)
atautandahipotensi.Penatalaksanainfarkventrikelkanan: Pertahankan preload
ventrikel kanan, Loading volume (infusNaCL 0,9 %) 1-2 liter cai bran jam I
selanjutnya 200ml/jam (terget atrium kanan>10 mmHg (13,6cmH20), Hindari
penggunaan nitrat atau diuretic, Pertahankan sinkroni A-V dan bradikardial
harus dikoreksi. Pacu jantung sekuensial A-V pada blok jantung derajat tinggi
simtomatik yang tidak repondengan atropine,Diberikan inotropik jika curah
jantung tidak meningkat setelah loading volume, Kurangi afterload ventrikel
kanan sesuai dengan disfungsi ventrikel kiri, Pompa balon intra-aortik,
Vasolidator arteri (nitropospid, hidralazin) Penghambat ACE, Reporfusi, Obat
trombolitik, Percutaneous coronari intervention (PCI) primer, Coronary arteru
bypass graft (GABG) (pada pasien tertentu dengan penyakit multivesel).
c. TakikardiadanVibrilasiVentrikel
1. Kesimpulan
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan
enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG.
2. Saran
1) Bagi perawat
Agar selalu memeperhatikan pola hidup yang sehat dan tidak mengkonsumsi