Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. RUMUSAN MASALAH:
1. Apa sejarah dan pengaruh kaum sofis terhadap Masyarakat Yunani Kuno?
2. Apa saja tokoh beserta pemikiran-pemikiran di filsafat klasik?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH KAUM SOFIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP YUNANI


KUNO
Sophist berasal dari kata yunani Sophistikos, Sophistes berarti “bijaksana,
pintar, halus”, dari kata ini Sophist diartikan sebagai seorang yang mencintai
kebijaksanaan. Kata Sophist dalam budaya Yunani pra-socrates digunakan untuk
sinonim dari filosof, professor ataupun guru. Mereka yang memiliki keterampilan
khusus sebagai pembuat kereta perang, senjata dan alat-alat pertempuran kata
Sophist sudah dikenal bahkan sebelum thales (550 SM) abad ke-6 SM, dengan
makna ini Thales bisa disebut juga sebagi seorang Sophist (filosof).1
Kata Sophist mengalami perubahan makna ketika memasuki Athena pada
pertengahan abad ke-5 SM. Sophist menjadi hanya sebagai nama sebuah gerakan
guru keliling yang mengajar untuk mendapatkan uang. Mereka mengajari anak-
anak bangsawan Athena, dan mereka yang mampu membayar; cara berdebat,
retorika dan orator. Ketrampilan tersebut dibutuhkan oleh masyarakat Athena
untuk membela diri dalam persidangan dihadapan dewan mahkamah Athena yang
berjumlah 1505 orang dalam arena yang luas sehingga membutuhkan cara
mengartikulasikan suara dalam ketrampilan orasi.2 Kehebatan kaum Sofis dalam
berargumentasi membuat siapa saja yang bertemu dan berdiskusi dengan mereka
akan mempercayai serta mengikuti ajaran mereka. Tetapi, dibalik itu semua, kaum
Sofis hanya memiliki tujuan uang.
Perkembangan kaum Sofis pada abad-abad awal disebabkan karena
stabilnya pemerintahan dan demokrasi Athena. Demokrasi yang kuat di Athena
membuat kemampuan dalam beretorika sebagai seni berbicara menjadi
berkembang dan maju. Retorika menjadi seni berbahasa yang diformulasikan
kepada pendengar melalui penekanan yang kuat pada kehebatan dan keindahan
1
Hasib Amirullah, Sophist Dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Islam Liberal Di
Indonesia, Jurnal Pemikiran Islam, (Ponorogo, 2017)
2
Tjahyadi, Simon Petrus L. Petualangan Intelektual: Konfrontasi Dengan Para Filsuf
Dari Zaman Yunani Hingga Zaman Modern. (Yogyakarta, 2015)

2
kata-kata. Kemampuan ini membuat perhatian warga Athena mengikuti apa yang
disampaikan oleh sang orator. Kaum Sofis mendirikan sekolah retorika untuk para
pemuda Athena yang kaya belajar seni retorika. Pendidikan yang dilakukan
tentunya memungut biaya yang mahal karena soft skill yang akan didapatkan. Di
sekolah-sekolah inilah kemampuan retorika digunakan untuk mempertahankan
dan menyangkal argumen dalam posisi apapun.3
Tokoh yang menguasai seni retorika dan argumentasi ini adalah Sokrates.
Keterampilannya dalam beretorika menghasilkan pandangan yang dipegang erat
mengenai moralitas.4 Kaum sofis merupakan kelompok yang ahli dalam berteori
tentang hakikat, nilai dan dasar masyarakat manusia. Analisis mereka juga begitu
tajam yang memunculkan atau memberikan hal spekulatif sehingga pendengarnya
mengalami dilematis. Mereka mampu menawarkan pilihan kepada audiensi yang
kritis pertunjukan dalam pidato resmi dan gaya perkuliahannya, ataupun daya
analisis dan kemampuan spekulatif. Karena kemampuan beretorika beberapa
catatan sejarah memberikan sebutan bagi mereka sebagai ”tukang obat” yang
dengan kefasihan bicaranya berkeliling untuk menyampaikan kebenaran palsu dan
banyak masyarakat menyukai serta mempercayainya.
Kaum Sofis memberikan pengetahuan mereka guna untuk dijual. Mereka
juga memiliki pengalaman dalam memberi pengajaran bagi kaum-kaum elite.
Keahlian kaum Sofis inilah yang membawa beberapa orang dari kelompok
mereka menjadi politisi. Itu sebabnya, mereka memperlengkapi diri dengan
menambah pengetahuan yang luas terkait sejarah dan pemerintahan. Selain itu
juga, mereka mempelajari ilmu alam, aritmatika, geometri, astronomi dan musik.
Kehebatan kaum Sofis adalah mengembangkan sistem mnemonics (seni
mengingat) bagi manusia.5
Protagoras (480 – 411 SM) seorang tokoh Sophist yang paling terkenal ia
lahir di Abdera, kota kelahiran Demokritus, ia menulis buku On the Gods buku itu
dimulai dengan kalimat ”Perihal dewa-dewa, saya tak tahu apakah mereka ada
atau tidak, dan seperti apa wujud mereka; sebab ada banyak hal yang mengelak
3
Susanto, Sandy Hardian. Pijar Filsafat Yunani Klasik. Bandung: Perkumpulan Studi
Ilmu Kemasyarakatan ITB, (2016)
4
Cahyadi, Simon Petrus L. Petualangan Intelektual: Konfrontasi Dengan Para Filsuf
Dari Zaman Yunani Hingga Zaman Modern. (Yogyakarta, 2015)
5
Susanto, Sandy Hardian. Pijar Filsafat Yunani Klasik. Bandung: Perkumpulan Studi
Ilmu Kemasyarakatan ITB, (2016)

3
dari pengetahuan yang pasti, ketidakjelasan persoalan karena singkatnya hidup
manusia” namun kata-kata yang melambungkan namanya adalah “manusia adalah
ukuran segalanya, jika manusia mengganggapnya demikian maka demikianlah
adanya, jika tak demikian maka tak demikian pula” doktrin ini kemudian
ditafsirkan bahwa setiap manusia adalah ukuran segala sesuatu, dan jika manusia
saling berbeda pandangan maka tak ada kebenaran objektif sesuai dengan mana
yang benar dan mana yang salah. 6 Dan berikut pemikiran para pemikir setelahnya
semacam Gorgius & Pyyrho. Dari pemikiran tokoh-tokohnya, secara sistematis
pemikiran Sophist dapat dikatagorikan sebagai berikut;
a. Kelompok al-Lā adriyyah (Agnostik)
Kelompok Sophist jenis ini selalu ragu-ragu tentang keberadaan sesuatu
sehingga menolak kemungkinan seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan
(knowledge/certainty). Orang yang seperti ini, pada gilirannya juga akan
meragukan sikapnya yang serba meragukan keberadaan segala sesuatu. Istilah
yang demikian kemudian dikenal dalam Islam sebagai allaadriyyah, Disebut
dengan demikian karena mereka selalu bilang tidak tahu (la adri, “saya tidak
tahu”) 7
Dalam terminology filsafat Barat; al-la adriyyah adalah mereka yang
memiliki faham agnostic, pengertian agnostisisme adalah; keyakinan bahwa
mustahil untuk membuktikan ada atau tidak adanya Tuhan. Pengertian yang
lainnya adalah; keyakinan akan ketidak mampuan untuk memahami atau
memperoleh pengertian, terutama pengertian Tuhan dan tentang asas-asas pokok
Agama dan filsafat. Agnostisisme juga diartikan sebagai ajaran yang secara
keseluruhan atau sebagian menyangkal kemungkinan untuk mengetahui Alam
semesta.
b. Kelompok al-‘Indiyyah (Relativis)
Mereka yang selalu bersikap subyektif. Berbeda dengan kelompok
pertama, kelompok ini menerima kemungkinan Ilmu pengetahuan dan kebenaran.
Tetapi menolak tujuan ilmu pengetahuan dan kebenaran. Bagi mereka, tujuan
ilmu pengetahuan dan kebenaran adalah subjektif (‘indi, yaitu “Menurut saya”),
6
Hasib Amirullah, Sophist Dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Islam Liberal Di
Indonesia, Jurnal Pemikiran Islam, (Ponorogo, 2017)
7
Mohd Nor Wan Daud, Epistomologi Islam Dan Tantangan Pemikiran Uma, Jurnal
Islamia,(Jakarta: 2005)

4
bergantung pada pendapat masing-masing. Relativisme sendiri kemudian menjadi
ajaran yang dianut hampir oleh seluruh filosof barat. Ajaran ini menyatakan
bahwa semua kebenaran adalah relative. Relativisme etis berpendapat bahwa tidak
terdapat kriteria absolut bagi putusan-putusan moral. Menghubungkan kreteria
putusan dengan kebudayaan individual, yang memperlihatkan perbedaan
perbedaan individual.13
c. Kelompok al-‘Inādiyyah, (Skeptis)
Kelompok Sophist yang keras kepala, yang menafikan realitas segala
sesuatu (haqaiq al-ashya’) dan menganggapnya sebagai fantasi (Awham) dan
hayalan semata-mata. Para Sophist dengan pandangan ini tidak akan pernah dapat
menjelaskan kedudukan mereka. Kalaupun dapat, satu-satunya kedudukan yang
sesuai untuk mereka adalah mendekonstruksi setiap wacana keilmuan.8
Paham ini di dalam peradaban Barat disebut dengan paham Skeptisisme,
oyaitu paham yang menyatakan bahwa kita tidak dapat mencapai kebenaran, dan
tidak dapat mengetahui realitas. Skeptisisme melebar dari ketidak percayaan
komplit serta total akan segala sesuatu ke keraguan tentative akan proses
pencapain kepastian.9

B. TOKOH-TOKOH YANG TERLIBAT DALAM FILSAFAT KLASIK


1. Socrates
a. Riwayat Hidup Sokrates
Socrates adalah anak seorang pemahat yang bernama Sophro-niscos dan
seorang bidan yang bernama Phainarete. Tahun lahir Socrates tidak ada yang
mengetahui dengan pasti. Hanya dapat diketahui bahwa pada tahun 399 SM ia
dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun. Karena itu diambil
kesimpulan bahwa ia lahir pada tahun 469 SM dari keluarga yang kaya. Socrates
tidak meninggalkan tulisan-tulisan dan tidak mengetahui ajarannya. Apa yang
didapat diperoleh dari murid-muridnya. Socrates lebih fokus kepada manusia
sebagai objek pemikiran filsafat. Berbeda dengan kaum sofis, Socrates tidak
memungut bayaran dari murid-muridnya. Walaupun ia mendapat banyak simpati

8
Hasib Amirullah, Sophist Dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Islam Liberal Di
Indonesia, Jurnal Pemikiran Islam, (Ponorogo, 2017)
9
Loren Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005),

5
dari murid-muridnya terutama para pemuda, tetapi banyak juga orang yang tidak
menyukainya karena dianggap merusak moral para pemudapemuda tersebut
disamping Socrates dituduh menolak dewadewa atau Tuhan-Tuhan yang telah
diakui negara.10
Socrates di dahului oleh kemunculan kaum sofis. Socrates hadir guna
untuk menjawab apa yang telah matang dalam pemikiran kaum Sofis. Kaum
Sofis sejak zaman Yunani Kuno sudah memiliki sifat tidak baik. Kelebihan
mereka dalam berargumentasi, mereka dianggap sering menghalalkan segala
cara untuk memenangkan perkara agar mendapatkan simpati masa-tujuannya
akhirnya uang.
b. Pemikiran dan ajaran socrates
Adanya kaum sofis dalam sejarah filsafat memiliki arti penting. kaum
Sofis menjadikan manusia sebagai pusat pemikiran filsafatnya. Pandangan
relativisme kaum Sofis mengatakan bahwa tidak ada pengenalan pun yang
bersifat absolut atau objektif. Akibat dari paham yang demikian, maka ukuran
kebenaran menjadi relatif dan subjektif. Socrates adalah orang yang juga
menguasai seni berargumentasi seperti kaum Sofis, ia mempertanyakan
pandangan-pandangan tradisional mengenai moralitas.11
Socrates hadir sebagai upaya untuk memberikan sebuah jawaban
terhadap pandangan kaum Sofis. Socrates memulai filsafatnya dengan bertolak
dari pengalaman sehari-hari. Menurut Socrates di dunia ini ada kebenaran yang
bersifat objektif, di mana kebenaran itu tidak bergantung pada saya atau kita.
Dan untuk membuktikan adanya kebenaran yang objektif, Sokrates
menggunakan metode yaitu Metode dialektika akar dari kata kerja Yunani yang
berarti bercakap cakap atau berdialog. Metode Sokrates ini dikatakan sebagai
metode dialektika karena memiliki peranan penting di dalamnya. Di dalam
metode itu terdapat dua penemuan, kedua-duanya menyangkut berkenaan
dengan dasar pengetahuan. Yang pertama ia menemukan induksi dan yang
kedua ia menemukan definisi.12 Dengan definisi tersebut Socrates dapat
membuktikan kepada kaum Sofis bahwa pengetahuan yang umum ada, dan
10
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum,(Depok:PT RAJAGRAFINDO PERSADA,2018)
11
Hasib Amirullah, Sophist Dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Islam Liberal Di
Indonesia, Jurnal Pemikiran Islam, (Ponorogo, 2017)
12
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal Dan Hati, (Bandung: remaja Rosydakarya, 1990)

6
Dalam hal ini kaum Sofis tidak seluruhnya benar yang benar ialah sebagian
pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus; yang khusus itulah
pengetahuan yang kebenarannya relatif. Sebagai contoh: apakah kursi itu?
Sekarang coba kita analisis atu kita lihat secara keseluruhan kursi yang ada di
dunia ini. Kita menemukan kursi hakim, ada tempat duduk dan sandaran,
kakinya ada empat. Walaupun terdapat perbedaan pada jumlah kaki di setiap
masing-masing kursi. Namun pada setiap kursi ada tempat duduk dan
sandarannya. Kedua ciri ini akan ada pada setiap kursi yang ada di seluruh
dunia. Dari sini semua orang akan bersepakat bahwa kursi ada tempat duduk
yang memiliki sandaran, ketika semua orang bersepakat tentang ciri dari kursi
maka inilah yang dikatakan kebenaran objektif. Socrates dalam dialog hanya
menolong mengeluarkan apa yang tersimpan dalam jiwa orang yang terkubur
oleh pengetahuan yang salah. Contoh pengetahuan yang salah itu adalah ketika
seseorang telah merasa tahu banyak semua urusan ia menjadi merasa paling ahli.
Biasanya seorang ahli merasa seluruh kehidupan dapat dipahami melalui kosep-
konsep yang dimilikinya. Sikap seperti ini membuat orang menganggap remeh
gejala-gejala gagal menjalani kehidupan. Socrates menyatakan “saya tahu
bahwa saya tak tahu apa-apa” menjadi penting karena baginya kesadaran akan
kekebalan mengarahkan manusia untuk bisa terbuka segala kemungkinan
terbaik pada segala kemungkinan terbaik bagi jalan hidup seseorang. Socrates
juga memiliki ajaran tentang Etika dan Negara. Atas ajarannya tersebut
kemudian Socrates yang harus rela minum racun sebagai konsekuensi atas
ajaran filsafatnya.13 Socrates dianggap sebagai filsuf sejati karena rela dihukum
mati daripada berhenti berfilsafat dan karena ia tidak menjadikan filsafat sebagai
teori yang ruwet dan membosankan.

2. GORGIAS
1. Riwayat Hidup Gorgias
Gorgias lahir di Leontini, Sisilia. Gorgas hidup sejaman dengan
Sokrates. Sekitar tahun 427 SM, ia tiba di Athena sebagai duta besar dari kota

13
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal Dan Hati, (Bandung: remaja Rosydakarya, 1990)

7
kelahirannya dalam rangka meminta bantuan kepada polis Athena untuk
mendukung pertempuran kotanya melawan Syrakusa. Belakangan, ia
memperoleh ketenaran akibat kesuksesan pengajaran pidatonya. Baginya, pidato
tidak lebih dari sekedar seni mempersuasi. Ia mencemooh guru yang
mengajarkan keutamaan hidup. Gagasan utama dalam karyanya, Peri Tou Mê
Ontos ê Peri Phuseos, dapat ditemukan dalam risalah Aristoteles (yang
dikumpulkan kembali oleh Andronikos), De Melisso, Xenophane, et Gorgia.
Ajaran Gorgias sepenuhnya bersifat nihilistik. Pokok – pokok ajaran Gorgias
dapat diringkas menjadi suatu trilemma di bawah ini: - Pertama, tidak ada
sesuatu pun, - Kedua, seaindainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat dikenali, -
Ketiga, seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan tersebut tidak
dapat disampaikan kepda orang lain.14
2. Pemikiran Gorgias
Dalam hal ini gorgias melakukan perlawanan kepada doktrin parmides
yang menyatakan bahwa "hanya yang ada, ada, yang tidak ada, tidak ada"
pikiran, bagi permides hanya bisa dimulai berpikir ketika "ada sesuatu" yang
dipikirkan. kalau yang dipikirkan tidak ada, maka pikiran tidak bisa memulai
bekerja. Bisakah kita berpikir tentang suatu yang "tidak ada"? kalau kita
memikirkan "ketiadaan" kita justru mengadakannya. Dokrin parmides teguh
mengatakan bahwa "pikiran dan ada adalah satu yang sama"15
Dengan persuasi kata-kata, Georgias sering membuktikan dengan
entengnya bahwa kebalikannya juga mungkin, kalau parmindes yakin bahwa
"yang ada, ada yang tidak ada, tidak ada" maka gorgias membantahnya dengan
pernyataan bahwa "tidak ada sesuatu pun, tidak ada realitas apapun yang ada
hanyalah ketiadaan" biala parmindes menyatakan "ada" maka gorgias
menunjukkan bahwa siapapun bisa pada "ketiadaan". Jika "ada"nya parmindes
penuh, menyeluruh, menyatu dengan pemikiran sehingga tak terkatakan maka
gorgias menyatakan hal yang sama "ketiadaan" takk mungkin
dikomunikasikan.16

14
Rachel Barney, Gorgias OF Leotini, Encyclopedia Of Philosophy, (USA:
Macmillan,2006)
15
Bertens, K, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta:1999)
16
Sudin, Dari Spohia Dan Sophos, Jurnal Filsafat Dan Pemikiran islam,(Yogyakarta: UIN
Kalijaga, 2016)

8
3. PLATO
a. Riwayat Hidup Plato
Plato Hidup di antara tahun 427 347 SM adalah Filsuf Yunani pertama
yang kita dan banyak karya-karyanya yang utuh. Ia di lahirkan dari keluarga
yang terkemuka, dari kalangan politisi. Semula ia ingin bekerja sebagai seorang
politikus, akan tetapi kematian Sokrates memadamkan ambisinya untuk
menjadin seorang politikus, selama 8 tahun ia menjadi murid Sokrates. Banyak
ia bepergian sampai di Italia dan Sisilia. Setelah kembali dari pengembaraannya
ia mendirikan sekolah "akademi" (dekat kuil pahlawan akademos). Maksud
Plato dengan mendirikan sekolah itu ialah: memberikan pendidikan yang
intensif dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Ia memegang pimpinan akademi
itu selama 40 tahun.17
b. Pemikiran Plato
Plato adalah seorang penulis terbesar dalam filsafat dan seorang penulis
drama yang genius. Plato memiliki pemikiran yang sangat luar biasa. Yang
terkenal dari pemikiran filsafat Plato adalah tentang Ide. Melalui ajarannya
tentang ide-ide, Plato bukan hanya berhasil menciptakan suatu sistem filsafat
yang merangkum berbagai persoalan filosofis sebelumnya. Akan tetapi Ia juga
membangun kerangka pemikiran yang memiliki pengaruh luar biasa, bahkan
hingga beratus-ratus tahun setelah kematiannya. Ide dalam pandangan Plato
adalah citra pokok dan perdana dari realitas (berasal dari kata Yunani, eidos,
yang berarti gambar atau citra) hal ini berbeda dengan ide di bahasa Indonesia
ide tersebut bersifat non material, abadi, dan tidak berubah. Menurut ide-ide
inilah, segala benda yang pasti dan kelihatan terbentuk mendapatkan wujudnya.
Ide-ide ada secara objektif. Artinya, ide-ide ada begitu saja tanpa tergantung
pada dunia pemikiran dan proses pencerapan indrawi kita. Yang ada di dunia ide
ialah ide, sifatnya: satu dalam macamnya, tetap dari itu tidak berubah ubah. Ide-
ide itu merupakan suatu yang sungguh-sungguh ada: realitas. Dunia ide ada
tingkatan-tingkatan di antara ide adapun ide tertinggi adalah ide kebaikan, Ide
yang baik ini adalah ide dari segala ide.18
17
Mahfud, Patsun, Mengenal Filsafat Antara Metode Praktik Dan Pemikiran Socrates,
Plato Dan Aristoteles, Jurnal Studi Keislaman, (STAI Hasan Jufri Bawcan, 2019 )
18
Solomon, Robert C. dan Kathleen M. Higgins. Sejarah Filsafat. Terj. Saut Pasaribu.
(Jogjakarta: Bentang Budaya, 2003}

9
Lalu, Plato mengajarkan bahwa ide-ide tidak lepas dari yang lain. Ide
seekor singa misalnya memiliki hubungan dengan "ide satu" sedangkan "ide
satu" memiliki hubungan dengan "ide ganjil". Contoh yang lain "ide api"
memiliki hubungan dengan " ide panas" dan lain sebagainya.19
Berdasarkan pandangannya tentang ide-ide ini, Plato menyatakan adanya
dua dunia, yakni dunia ide-ide yang hanya terbuka bagi rasio kita (dunia
rasional), dan dunia jasmani yang hanya terbuka bagi indra kita (dunia indrawi).
Dalam dunia rasional, tidak ada perubahan dan kenisbian. Perubahan dan
kenisbian hanya ada dalam dunia indrawi yang memang memperlihatkan
ketidakmantapan tanpa henti. Singa ini atau singa itu akan mati, namun singa
pada umumnya, yakni ide tentang singa, tinggal tetap. Begitu juga dengan
benda-benda yang lain semisal kursi, meja dan lain-lain. Meja, kursi, serta
sesuatu yang ada pasti akan musnah akan tetapi ide tentang meja, kursi dan lain-
lain akan tetap.
Di atas telah di paparkan tentang ide-ide dan teori dua dunianya, maka
dari itu perlu dipaparkan di sini tentang mite sebagai mana di jelaskan dalam
buku ketujuh Politeia. Dalam keterangan di sebutkan bahwa ada sebuah goa
yang gelap. Di dalam gua tersebut terdapat beberapa orang tahanan yang
terbelenggu sedemikian rupa, sehingga ia pun tidak bisa menggerakkan
kepalanya dan hanya menghadap ke dinding gua. Sedangkan di belakang
mereka ada api menyala. Di antara api dan para tahanan ada jalan, di mana para
budak berlalu lalang dengan berbagai macam barang bawaannya. Hal yang
demikian itu kemudian mengakibatkan adanya berbagai macam bayangan yang
dipantulkan pada dinding gua. Para tahanan tentu menganggap hal itu sebagai
realitas sejati dan tidak ada realitas yang lain. Akan tetapi, pada suatu ketika ada
seorang tahanan berusaha melepaskan diri dari belenggu dalam penjara itu. Ia
berhasil dan lantas mengerti bahwa pemandangan yang selama ini dia lihat di
dalam gua hanyalah bayang-bayang dari sebuah benda yang dibawa oleh budak.
Akan tetapi setelah berada di luar gua, matanya membiasakan diri dengan
cahaya. Ia melihat pohon, sungai, gunung, dan berbagai macam bentuk yang ada
di dunia di luar gua. Waktu berjalan, di mulai melihat matahari, semula ia
19
Solomon, Robert C. dan Kathleen M. Higgins. Sejarah Filsafat. Terj. Saut Pasaribu.
(Jogjakarta: Bentang Budaya, 2003}

10
berpikir telah meninggalkan realitas, tetapi secara berangsurangsur mulai
menyadari bahwa itulah realitas yang sebenarnya dan bahwa ia dulu belum
pernah sama sekali memandangnya.20
Selain ide Plato juga pemikiran lain seperti Etika dan Negara ideal.
Etika Plato sama dengan Sokrates, juga bersifat intelektual dan rasional. Dasar
ajarannya adalah mencapai budi baik. Budi adalah tahu, oleh karena itu, orang
yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Sebab itu,
sempurnakanlah pengetahuan dengan pengertian.
Manusia yang disinari oleh idea kebaikan, tidak dapat tidak akan
mencintai kebaikan. Keinginannya tidak lain kecuali naik ke atas. Syarat untuk
itu adalah dengan mengasah budi. Budi adalah tahu, siapa yang tahu akan yang
baik, tidak akan dan tidakdapat menyimpang dari itu. Siapa yang cinta akan idea,
pasti menuju kepada yang baik. Siapa yang hidup dalam dunia idea, tidak dapat
berbuat jahat. Maka, untuk mencapai budi baik berarti menanam keinsafan untuk
memiliki idea dengan pikiran. Tujuan hidup adalah untuk mencapai kesenangan,
tetapi kesenangan hidup di sini bukanlah memuaskan hawa nafsu. Kesenangan
hidup diperoleh dengan pengetahuan yang tepat tentang nilai barang-barang
yang dituju. Di bawah cahaya idea kebaikan dan keindahan orang harus
mencapai terlaksananya keadilan dalam pergaulan hidup. Antara kepentingan
orang-orang dan kepentingan masyarakat tidak boleh ada pertentangan.
Sedangkan untuk negara ideal Peraturan yang menjadi dasar untuk mengurus
kepentingan umum, menurut Plato, tidak boleh diputus oleh kemauan atau
pendapat orang seorang atau oleh rakyat seluruhnya, melainkan ditentukan oleh
suatu ajaran yang berdasarkan pengetahuan dengan pengertian. Pemerintahan
harus dipimpin oleh idea yang tertinggi, yaitu idea kebaikan. ujuan pemerintahan
yang benar adalah mendidik warga negara mempunyai budi. Manusia
memperoleh budi yang benar hanya dari pengetahuan, oleh karena itu ilmu harus
berkuasa di dalam negara. Negara yang ideal harus berdasar pada keadilan.
Keadilan adalah hubungan antara orang-orang yang bergantung pada suatu
organisasi sosial’. Sebab itu masalah keadilan dapat dipelajari dari struktur
masyarakat. Oleh karena struktur masyarakat bergantung kepada kelakuan
20
Hasib Amirullah, Sophist Dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Islam Liberal Di
Indonesia, Jurnal Pemikiran Islam, (Ponorogo, 2017)

11
manusia, maka kelakuan manusia itulah yang harus dibangun dan dibentuk
melalui pendidikan. .
Negara, menurut Plato adalah manusia dalam ukuran besar. Kita tidak
dapat mengharapkan negara menjadi baik, apabila kelakuan warga negara tidak
bertambah baik. Plato, membagi warga negara ke dalam tiga golongan.
1) Golongan rakyat jelata, yang meliputi petani, pekerja, tukang, dan
21

saudagar. Mereka merupakan dasar ekoomi bagi masyarakat dan memiliki


hak milik dan berumah tangga.
2) Golongan penjaga atau pembantu dalam urusan negara. Golongan ini
bertugas untuk mempertahankan negara dari serangan musuh, dan menjamin
peraturan dapat berlaku dalam kehidupan masyarakat. Mereka tidak boleh
memiliki harta perorangan dan keluarga. Mereka tinggal dalam asrama,
hidup dalam sistem komunisme yang seluas-luasnya, meliputi perempuan
dan anak-anak. ‘Milik’ bersama atas perempuan tidak berarti bahwa mereka
dapat memuaskan hawa nafsunya. Hubungan mereka dengan perempuan
diatur oleh negara.
3) Golongan pemerintah atau filosof. Mereka terpilih dari yang paling cakap an
terbaik dari kelas penjaga, setelah menempuh pendidikan dan latihan special
untuk tugas tertentu. Tugas mereka adalah membuat undang-undang dan
mengawasi pelaksanaannya. Merek harus menyempurnakan budi yang tepat
sesuai dengan golongannnya, yaitu budi kebijaksanaan.
4. ARISTOTELLES
a. Riwayat Hidup Aristotelles
aristoteles terlahir pada tahun 385 SM di Stagira, sebelah timur
Makedonia. Karena kota kelahirannya, Aristoteles sering disebut sebagai
‘Stagrit’. Meskipun Stagira dekat dengan Makedonia, secara politik Stagira
merupakan koloni dari Yunani. Keluarga Aristoteles cukup terpelajar, ayahnya
Nikomaxia adalah seorang tabib dari keluarga Asklepiades, yang dianggap
masih keturunan dewa penyembuhan, Askleipos. Nikomaxia merupakan tabib
Istana Makedonia. Menurut informasi yang bersumber dari Souda (ensklopedia
Byzantium dari abad 10 M), Nikomaxia bukan sekedar tabib biasa, melainkan
21
https:staffnew.uny.ac.id/upload/132051059/pendidikan /Aristoteles_ed.pdf

12
juga seorang ilmuwan yang mempublikasikan dua buah buku, yang bertopik
tentang farmakologi, dan fisika. Jika informasi ini benar adanya, boleh jadi
Aristoteles mewarisi minat ayahnya pada bidang ilmu pengetahuan. Nikomaxia
meninggal ketika Aristoteles masih belia. 22
Aristoteles memiliki kecenderungan berpikir saintifik tampak dari
pandangan-pandangan filsafatnya yang sistematis dan banyak menggunakan
metode empiris. Dan pandangan filsafatnya lebih mengarah kepada hal-hal yang
konkret. Dia juga pernah menjadi guru dari seorang jenderal terkenal yaitu
Alexander Agung. Aristoteles memiliki karya luar biasa adalah filsafat etika,
negara, logika, dan metafisika.
b. Pemikiran Aristotelles
Di dalam dunia filsafat Aristoteles di kenal sebagai bapak logika. Logika
Aristoteles dikenal sebagai logika tradisional dan sebagai pengantar pada logika
modern. Logika tradisional di sini di sebut dengan logika formal. Sedangkan
bagi kaum santri dikenal dengan sebutan ilmu Manthiq.23 Aristoteles walaupun
menjadi murid Plato, namun dalam beberapa hal ia tidak sependapat dengan
pandangan Plato. Berbeda dengan Plato tentang persoalan kontradiktif antara
tetap dan mejadi, Aristoteles menerima yang berubah dan menjadi, yang
bermacam-macam bentuknya, yang semua itu berada di dunia pengalam sebagai
realitas yang sesungguhnya. Itulah sebabnya filsafat Aristoteles di sebut sebagai
realisme. Pandangan Plato bagi Aristoteles merupakan filosofi tentang adanya
yang ada dan adanya yang tidak ada. Aristoteles melengkapinya dengan bahwa
manusia berpotensi mengembangkan ide, dan pengembangannya tersebut
dipengaruhi oleh penglihatan, pengalaman, dan pengertian-pengertian, sehingga
ide dan realitas segala yang ada menyatu dalam suatu terminologi filosofis. Di
sini sebenarnya Plato mempelajari keberadaan yang ada sebagai suatu
keseluruhan, dan yang dipelajarinya adalah dunia yang tidak kelihatan yakni
dunia ide. Sedangkan Aristoteles membagi adanya itu dalam berbagai
lingkungan seperti fisika, biologi, etika, politik, dan psikologi. Di sini
Aristoteles mempelajari sesuatu kenyataan yang tampak. pandangan Aristoteles

22
Sandy Hardian, Pijar Filsafat Yunani Klasik, (Bandung: Perkumpulan Studi Ilmu
Kemasyarakatan ITB, 2016)
23
Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008 )

13
sangat luas dalam bidang filsafat, maka dari itu ia juga memberikan suatu
pandangan tentang konsep Tuhan. Aristoteles adalah orang yang percaya
terhadap adanya Tuhan, baginya bukti adanya Tuhan ialah bahwa Tuhan adalah
penyebab utama adanya gerak (a first cause of motion). 24 Sedangkan
pandangannya mengenai etika, Aristoteles mengatakan bahwa etika adalah
sarana untuk mencapai kebahagiaan dan sebagai barang tertinggi dalam
kehidupan, etika juga dapat mendidik manusia supaya memiliki sikap yang
pantas dalam segala perbuatan.
Berbicara tentang filsafat Aristoteles sesungguhnya masih banyak
bahasan yang perlu disajikan dalam pembahasan ini. Namun yang paling
penting dari ajaran Aristoteles adalah masalah logika dan dia memperkenalkan
cara berpikir silogisme. Silogisme adalah setiap penyimpulan dari dua
keputusan yang disimpulkan dengan suatu keputusan yang baru. Keputusan baru
itu berkaitan erat dengan premispremis sebelumnya. Jika kedua premis benar,
dengan sendirinya penyimpulan akan benar. Sedangkan contoh silogisme itu
sendiri antara lain adalah sebagai berikut: Setiap makhluk akan musnah - Dunia
adalah makhluk - Maka, dunia akan musnah.

24
Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sophist berasal dari kata yunani Sophistikos, Sophistes berarti
“bijaksana, pintar, halus”, dari kata ini Sophist diartikan sebagai seorang yang
mencintai kebijaksanaan. Kata Sophist dalam budaya Yunani pra-socrates
digunakan untuk sinonim dari filosof, professor ataupun guru. Kata Sophist
mengalami perubahan makna ketika memasuki Athena pada pertengahan abad
ke-5 SM. Sophist menjadi hanya sebagai nama sebuah gerakan guru keliling
yang mengajar untuk mendapatkan uang.
Kaum Sofis memberikan pengetahuan mereka guna untuk dijual.
Mereka juga memiliki pengalaman dalam memberi pengajaran bagi kaum-kaum
elite. Keahlian kaum Sofis inilah yang membawa beberapa orang dari kelompok
mereka menjadi politisi.
secara sistematis pemikiran Sophist dapat dikatagorikan sebagai berikut;
a. Kelompok al-Lā adriyyah (Agnostik)
b. Kelompok al-‘Indiyyah (Relativis)
c. Kelompok al-‘Inādiyyah, (Skeptis)
TOKOH-TOKOH YANG TERLIBAT DALAM FILSAFAT KLASIK
1. Sokrates
2. Gorgias
3. Plato
4. Aristoteles

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal Dan Hati, (Bandung: remaja Rosydakarya,
1990)
Achmadi, A, Filsafat Umum, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2018)
Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)
Bertens, K, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta:1999)
Cahyadi, Simon Petrus L. Petualangan Intelektual: Konfrontasi Dengan Para
Filsuf Dari Zaman Yunani Hingga Zaman Modern. (Yogyakarta, 2015)
Hasib Amirullah, Sophist Dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Islam Liberal
Di Indonesia, Jurnal Pemikiran Islam, (Ponorogo, 2017)
Sudin, Dari Spohia Dan Sophos, Jurnal Filsafat Dan Pemikiran islam,
(Yogyakarta: UIN Kalijaga, 2016)
Mahfud, Patsun, Mengenal Filsafat Antara Metode Praktik Dan Pemikiran
Socrates, Plato Dan Aristoteles, Jurnal Studi Keislaman, (STAI Hasan
Jufri Bawcan, 2019 )
Mohd Nor Wan Daud, Epistomologi Islam Dan Tantangan Pemikiran Uma,
Jurnal Islamia,(Jakarta: 2005)
Loren Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005),
Rachel Barney, Gorgias OF Leotini, Encyclopedia Of Philosophy, (USA:
Macmillan,2006)
Solomon, Robert C. dan Kathleen M. Higgins. Sejarah Filsafat. Terj. Saut
Pasaribu. (Jogjakarta: Bentang Budaya, 2003}
Sandy Hardian, Pijar Filsafat Yunani Klasik, (Bandung: Perkumpulan Studi Ilmu
Kemasyarakatan ITB, 2016)
Susanto, Sandy Hardian. Pijar Filsafat Yunani Klasik. Bandung: Perkumpulan
Studi Ilmu Kemasyarakatan ITB, (2016)
Tjahyadi, Simon Petrus L. Petualangan Intelektual: Konfrontasi Dengan Para
Filsuf Dari Zaman Yunani Hingga Zaman Modern. (Yogyakarta, 2015)

16

Anda mungkin juga menyukai