673-Article Text-2572-1-10-20220426

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

© Jurnal Media Inovasi Teknik Sipil Unidayan

ISSN : 2301-5241, e-ISSN : 2580-023X,


Vol. X, No. 2, Oktober 2021

Analisa Pengaruh Perendaman Campuran Buton Granular


Aspal (BGA) Mengunakan Air Laut, Air Payau Dan Air Tawar
Terhadap Karakteristik Marshall Test
*
Laswar Gombilo Bitu1, Larasati2
1,2
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Dayanu Iksanuddin, Indonesia
*laswarbitu@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran aspal BGA terhadap perendaman air laut, air payau
dan air tawar terhadap konstruksi perkerasan jalan yang di nilai karakteristik Marshall. Metode dalam penelitin ini
yaitu dengan melalukan perendaman aspal selama 24 jam dengan mengguanakan air laut, air payau dan air tawar.
Dengan bahan-bahan yang digunakan untuk campuran aspal panas seperti agregat kasar, agregat halus, filler,
modifier dan aspal sebagai bahan pengikat harus sesuai dengan spesifikasi dan beragam pengujian yang telah
dilakukan. Hasil pengujian Marshall test pada 3 jenis perendaman air laut, air payau dan air tawar dapat di ketahui
bahwa nilai stabilitas yang tertinggi yaitu pada perendaman air payau dengan nilai 3259 kg, dan pada Marshal
Quostion (MQ) air payau juga mendapat nilai tertinggi yaitu 821,30 kg. Dapat di simpukan dari hasil interpolasi
kadar garam yang di guanakan pada air payau sebesar 0,32 % menyebabkan nilai stabilitas yang tinggi jika di atas
0,32% maka nilai stabilitasya akan terus menurun. Sedangkan nilai flow, VIM (Voids in the mix) dan VFA (Voids
filled with asphalt) tidak memenuhi Spesifikasi.

Kata kunci : Air laut. Air Payau, Air Tawar, Marshall Test, Buton Granular Aspal

Pendahuluan air payau dan air tawar terhadap konstruksi


jalan.
Indonesia sebagai salah satu negara penngahsil b. Sebagai bahan referensi atau pertimbangan
aspal alam, tepatnya Pulau Buton, Sulawesi dalam penanganan masalah jalan di daerah
Tenggara, merupakan penghasil terbesar dengan yang sering terjadi genangan air.
jumlah ±662 juta ton. BGA adalah produk aspal
alam yang terjaga dan telah di proses sedemikian 1. Buton Granular Asphalt (BGA)
rupa sehingga bitumennya keluar permukaan Buton Granular Asphalt atau BGA adalah salah
bitumen. BGA mengandung kurang lebih 20- satu produk aspal alam yang ditemukan di Pulau
25% bitumen dan berbentuk butiran halus. Buton, Sulawesi Tenggara. Aspal ini diharapkan
Keunggulan BGA yaitu kadar aspal lebih tinggi, dapat digunakan sebagai bahan tambah maupun
kadar air konstanta di bawah 2% serta dapat bahan inti pada perkerasan jalan di Indonesia.
digunakan sebagai additive maupun sebagai Pemanfaatan dan penggunaannya juga
subtitusi aspal. diharapkan dapat meningkatkan produksi pada
perusahaan penambang yang ada di Pulau
Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dilihat Buton
bahwa genangan air sering menjadi masalah BGA mengandung kurang lebih 25-30%
pada konstruksi perkerasan jalan, itu sebabnya bitumen. Dan memiliki butiran halus yang ukuran
saya ingin melakukan penelitian secara khusus maksimumnya 1.2 mm (lolos saringan #16). Di
mengenai " Analisa Pengaruh Perendaman dalam Asbuton terdapat dua jenis unsur utama,
Campuran Buton Granular Aspal (BGA) yaitu aspal (bitumen) dan mineral. Asbuton
Mengunakan Air Laut, Air Payau Dan Air memiliki stabilitas yang lebih tinggi dan juga
Tawar Terhadap Karakteristik Marshall lebih tahan retak akibat cuaca maupun
Test” lingkungan. Asbuton juga memiliki produk
Manfaat yang diharapkan dari hasil samping dengan manfaat besar seperti high oil,
penelitian ini antara lain : bentonit, mineral (fosfat dan kapur).Spesifikasi
a. Mengetagui mendapatkan gambaran BGA dapat di lihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
seberapa besar pengaruh genangan air laut,

78
© Jurnal Media Inovasi Teknik Sipil Unidayan
ISSN : 2301-5241, e-ISSN : 2580-023X,
Vol. X, No. 2, Oktober 2021

Tabel 1. Spesifikasi BGA agregat kasar yang bersumber dari Bina


No Spesifikasi Marga 1987. Persyaratan kualitas agregat
1 Bentuk Powder halus dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:
2 Kadar Aspal 25% - 30% Tabel 3. Persyaratan kualitas agregat kasar
3 Mineral Filler 70% - 75% (Lime stone) Cara Persya
Jenis pemeriksaan Satuan
pemeriksaan ratan
4 Kadar Air 2%
Tingkat keausan
1 dengan mesin los PB-0202-76 ≤ 40 %
2. Jenis Air Perendaman angeles
Kelakuan
a. Air Laut 2 PB-0205-76 ≥ 95 %
terhadap aspal
Air laut adalah air yang berasal dari Samudera Penyerapan
yang memiliki kadar garam rata-rata 3,5%, 3 PB-0202-75 ≤3 %
terhadap air
artinya dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 4 Berat jenis semu PB-0202-76 2,5 -
35 gram garam. Walaupun kebanyakan air laut di
dunia memiliki kadar garam 3,5% air laut juga Berat jeis kering
5 permukaan jenuh
PB-0202-76 2,5 -
berbeda beda kandungan garamnya. Yang paling
tawar adalah di Timur Teluk Finlandia dan di Tingkat keawetan
6 PB-0202-76 ≤ 12 %
(Soundness)
Utara Teluk Bothia dan yang paling asin adalah
di Laut Merah.
2) Agregat Halus, adalah batuan yang lolos
b. Air payau saringan No. 8 (2,36 mm) dan tertahan
Air payau adalah campuran antara air tawar dan saringan No. 200 (0,075 mm). Fungsi utama
air laut (air asin). Jika kadar gram yang di agregat halus dalam campuran adalah untuk
kandung dalam satu liter air adalah 0,5 sampai menambah stabilitas campuran dengan
30 gram, maka air ini disebut payau, namun jika memperkokoh sifat saling mengunci dari
lebih disebut air asin. Data keasian air laut dapat agregat kasar. Ketentuan agregat halus dapat
di lihat pada Tabel 2 sebagai berikut: di liahat pada Tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 2. Tabel keasinan air
Tabel 4. Ketentuan Agregat Halus
Keasinan air berdasarkan presentase (semua garam
yang terlarut) Jenis Cara
Persyarata Sat
No pemeriksaa pemeri
Air Air Air asin atau Air garam n uan
n ksaaan
tawar payau Air laut
PB-
< 0.05 0.05-3% 3-5 % >5% Berat jenis
1 0202- ≥ 2,5 -
% semu
07
Penyerapa PB-
c. Air Tawar 2 n terhadap 0202- ≤ 3 %
Air tawar adalah air yang tidak berasa dan lawan air 07
dari air asin, merupakan air yang tidak PB-
Nilai sand
mengandung banyak larutan garam dan larutan 3 0202- ≥ 50 %
equivalent
mineral di dalamnya. 07

3. Bahan Campuran Beraspa 3) Agregat pengisi (filler) adalah material yang


a. Agregat lolos saringan No. 200 (0,075 mm) Filler
Agregat merupakan butir-butir batu pecah, bisa berupa semen Portlan, debu batu, batu
kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal kapur dan lain sebagainya. Filler berfungsi
dari alam maupun batuan yang berbebtuk mineral mengisi rongga dalam campuran dan
padat berupa ukuran besar maupun kecil. meningkatkan kerapatan dan stabilitas
1) Agregat Kasar, yaitu batuan yang tertahan campuran.
pada saringan No. 8 (2,36 mm), agregat kasar
dalam campuran akan berfungsi memberikan 4. Aspal
stabilitas campuran dengan cara saling Aspal adalah suatu cairan kental yang
mengunci dari masing-masing artikel agregat merupakan senyawa hidrokarbon dengan sedikit
kasar, dibawah ini tabel persyaratan kualitas mengandung sulfur, oksigen dan klor yang
berwarna hitam kecoklatan. Aspal akan mencair
79
© Jurnal Media Inovasi Teknik Sipil Unidayan
ISSN : 2301-5241, e-ISSN : 2580-023X,
Vol. X, No. 2, Oktober 2021

jika di panaskan sampai temperatur tertentu, 2) Mudah penggunaanya


dan kembali membeku jika temperatur turun. 3) Mudah bercampur dengan aspal
Bersama dengan agregat, aspal merupakan 4) Mudah diperolehnya
material pembentuk campuran perkerasan jalan. 5) Murah harganya
Ketentuan untuk Aspal keras dapat di lihat pada 6) Tahan terhadap temperatur campuran
Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui 7) Tidak memerlukan alat tambah yang
proses penyulingan atau dapat ditemukan dalam rumit.
kandungan alam sebagai bagian dari komponen
alam yang di temukan bersama sama material 6. Gradasi
lain. Aspal dapat pula di artikan sebagai bahan Gradasi adalah distribusi dari variasi
pengikat pada campuran beraspal yang ukuran butir agregat. Gradasi agregat
terbentuk dari senyawa-senyawa kompleks berpengaruh pada besarnya rongga dalam
ketentuan aspal keras dapat di lihat Tabel 5 campuran dan menentukan workabilitas
sebagai berikut: (kemudahan dalam pekerjaan) serta stabilitasi
campuran. Gradasi agregat ditentukan dengan
Tabel 5. Ketentuan untuk Aspal Keras cara analisa saringan, dimana sampel agregat
N
Jenis Pengujian
Metoda Aspal Pen. harus melalui satu set saringan. Seluruh
o Pengujian 60/70 spesifikasi perkerasan mensyaratkan bahwa
Penetrasi, 25°C; SNI partikel agregat harus berada dalam rentang
1. 60 – 70
(0,1 mm) 2456:2011
Viskositas ASTM ukuran tertentu dan untuk masing-masing ukuran
2. ≥ 300 partikel harus dalam proporsi tertentu. Distribusi
Kinematis 135°C D2170-10
Titik Lembek SNI dari variasi ukuran butir agregat ini disebut
3. ≥ 48
(°C) 2434:2011 gradasi agregat. Gradasi agregat dapat
Daktalitas pada SNI dibedakan menjadi :
4. ≥ 100
25°C, (cm) 2432:2011
1) Gradasi seragam yaitu agreagat dengan
SNI
5. Titik nyala (°C) ≥ 232 ukuran yang hampir sama/sejenis atau
2433:2011
Kelarutan dalam mengandung agregat halus yang sedikit
AASHTO jumlahnya sehingga tidak dapat mengisi
6. Trichloroethylen >99
T44-14
e (%) rongga antar agregat.
7. Berat Jeni
SNI
≥1 2) Gradasi rapat yaitu agregat kasar dan halus
2441:2011 dalam porsi yang seimbang.
SNI 03-
8.
Kadar Parafin Lilin
3639- ≤2
3) Gradasi senjang yaitu gradasi agregat yang
(%) tidak memenuhi dua kategori di atas,
2002
umumnya digunakan untuk lapisan perkerasan
5. Modifier lentur dengan satu fraksi hilang atau satu
Penggunaan bahan peremaja (modifier) bertujuan fraksi sedikit.
untuk mengaktifkan kembali bitumen yang
7. Karakteristik Marshall
terkandung dalam partikel Asbuton agar menjadi
Nilai satabilitas yang terlalu tinggi menyebabkan
lembek atau paling tidak dapat menyamai aspal beton aspal terlalu kaku mudah mengalami retak
minyak penetrasi 60/70. Sehingga dapat bila menerima beban. Sebaliknya bila nilai
berfungsi sebagai perekat yang tahan lama (awet) stabilitas terlalu rendah beton aspal akan mudah
dan tidak getas. (Gompul Dairi, 1991, h. 11). mengalami rutting oleh beban laulintas. Bina
Bahan peremaja (modifier) adalah bahan Marga (1983) memberikan persyaratan nilai
yang digunakan untuk meremajakan dan stabilitas beton aspal untuk lalu lintas berat
minimal 550 kg.
melunakkan bitumen dalam Asbuton. Bahan
peremaja (modifier) yang digunakan pada 8. Uji Marshall
penelitian ini adalah modifier aspal Buton. Menurut Sukirman (2003), metode campuran
Suatu syarat bahan tambah (modifier) yang paling banyak dipegunakan di Indonesia
aspal agar dapat berdaya guna, maka bahan saat ini adalah metode rancangan campuran
tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut berdasarkan pengujian empiris, yaitu dengan
: menggunakan alat Marshall.
1) Dapat meningkatkan mutu aspal

80
© Jurnal Media Inovasi Teknik Sipil Unidayan
ISSN : 2301-5241, e-ISSN : 2580-023X,
Vol. X, No. 2, Oktober 2021

a. Stabilitas
Pengujian stabilitas merupakan kemampuan g. Marshall Quontient (MQ)
benda uji menerima beban sampai terjadi Marshall Quontient adalah perbandingan nilai
kelelehan plastis. Nilai stabilitas dapat diperoleh stabilitas dan flow. Nilai stabilitas Marshall yang
dari hasil pembacaan dial pada alat pengujian tinggi dan flow yang rendah menunjukan
Marshall dan kemudian data hasil pengujian campuran aspal beton yang kaku, sehingga bila
harus dikalikan dengan kalibrasi alat dan faktor menerima beban mudah retak
koreksi benda uji.
Metodologi Penelitian
b. Kelelehan (Flow)
Flow Kelelehan plastis adalah besarnya 1. Tujuan Umum Peneitian
deformasi vertikal dari campuran akibat beban Pada penelitian ini aspal yang digunakan adalah
yang bekerja padanya mulai awal pembebanan aspal jenis AC 60-70, bahan-bahan yang
sampai kondisi kestabilan menurun, penguran digunakan untuk campuran aspal panas seperti
nilai flow dilakuan bersamaaan dengan agregat kasar, agregat halus, filler, modifier dan
pengukuran nilai stabilitas marshall. aspal sebagai bahan pengikat harus sesuai dengan
spesifikasi dan beragam pengujian yang
c. Kepadatan (Density) dilakukan untuk menjamin bahan yang digunakan
Density adalah tingkat kerapatan setelah memiliki sifat-sifat seperti yang diharapkan
campuran dipadatkan, density dipengaruhi oleh 2. Lokasi dan Waktu Penelitian
gradasi campuran, jenis dan kualitas bahan, kadar Penelitan dilakukan di laboratoriumTeknik Sipil
aspal kekentalan aspal jumlah dan suhu Universitas Dayanu Ikhsanudidin Baubau yang
pemadatan. beralamat d Jalan Dayanu Ikhsanudin Baubau
Kelurahan Lipu Kota Baubau. Penelitan ini mulai
d. Rongga Dalam Campuran (VIM) dilaksanakan pada bulan September-Oktober
Rongga dalam campuran atau Void In Mix (VIM) 2021
adalah presentase rongga udara yang ada Tahapan waktu penelitian disusun dalam
terhadap volume pada satu campuran. agar penelitian tersusun dengan baik
Selanjutnya Sukirman menyatakan banyaknya
pori yang berada dalam beton aspal padat adalah 3. Pengumpulan Bahan
banyaknya pori di antara butir-butir agregat yang
Pengambilan sampel untuk agregat kasar dan
di selimuti aspal. Roangga dalam campuran
agregat halus dilaksanakan secara langsung
dinyatakan dalam persen terhadap volume beton
dilokasi. Hal ini dilakukan agar sampel yang
aspal.
diambil benar-benar langsung bersumber dari
lokasi tersebut. Sampel kemudian dibawa ke
e. Rongga Dalam Mineral Agregat (VMA)
Laboratorium Teknik Sipil Universitas Dayanu
Rongga dalam mineral agregat atau rongga
Ikhsanuddin untuk dilakukan pemeriksaan data-
butiran agregat adalah volume rongga yang
data karakteristik dan mix design. Lokasi
terdapat diantara partikel agregat suatu campuran
pengambilan material agregat kasar dan agregat
perkerasan yang telah dipadatkan, yaitu rongga
halus di Kecamatan Sorawolio Kota Baubau hasil
udara dan volume kadar aspal efektif, yang
produksi PT. Lakina Wolio..
dinyatakan dalam persen terhadap volume total
benda uji
5. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
a. Bahan Penelitian
f. Rongga Terisi Aspal (VFA)
Bahan-bahan penelitian yang digunakan adalah :
Rongga terisi aspal atau Void Filled by Asphalt
1) Agregat Kasar yang bersumber dari
(VFA) merupakan presentase rongga dalam
Kecamatan Sorawolio Kota Baubau hasil
agregat padat yangb terisi aspal. VFA yang
produksi PT. Lakina Wolio.
terlalu tinggi dapat menyebabkan aspal naik
2) Agregat Halus yang bersumber dari
kepermukaan campuran bersifat porus dan
Kecamatan Sorawolio Kota Baubau hasil
mudah teroksidasi (Robert et al, 1991). Sukirman
produksi PT. Lakina Wolio.
menyebutkan presentase pori antara butir agregat
yang berisi aspal . b. Pengujian Material di Laboratorium

81
© Jurnal Media Inovasi Teknik Sipil Unidayan
ISSN : 2301-5241, e-ISSN : 2580-023X,
Vol. X, No. 2, Oktober 2021

1) Pengujian material yang dilaksanakan pada Tabel 8. Pemeriksaan Laboratorium


penelitian ini, meliputi pemeriksaan terhadap No Pengujian Laboratorium
Standar
agregat kasar, agregat halus dan aspal dengan Uji
mengacu pada standar Departemen Pekerjaan Pengujian analisa lolos ASTM
1
Umum, Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi saringan No. 200 C117:2012
6 Perkerasan Aspal, 2018.
SNI 03-
2 Pengujian berat jenis
2) Pemeriksaan Agregat Kasar 1970-2016
Fraksi agregat kasar untuk perencanaan ini
adalah agregat yang tertahan di atas saringan 5) Pemeriksaan Aspal
No. 8 (4,76 mm). Pemeriksaan laboratorium Aspal yang digunakan dalam penelitian ini
dan standar uji agregat kasar dapat dilihat adalah aspal panas penetrasi 60/70.
pada Tabel 6 berikut ini : Pemeriksaan laboratorium dan standar uji
aspal yang dilaksanakan dapat dilihat pada
Tabel 6.Pemeriksaaan Agregat Standar Uji Tabel 9 sebagai berikut :
Agregat Kasar
No Pengujian Laboratorium Standar Uji Tabel 9. Pemeriksaan Aspal
SNI 03-2417-
1 Pengujian abrasi Pemeriksaan
2008 No. Standar Uji
ASTM Laboratorium
2 Pengujian analisa saringan SNI 06-2456-
C136:2012 1 Pemeriksaan Penetrasi
2011
Pengujian berat jenis dan SNI 03-1969-
3 Pemeriksaan Titik SNI 06-2434-
penyerapan air 2016 2
Lembek 2011
Pengujian analisa lolos ASTM Pemeriksaan Daktalitas SNI 06-2432-
4 3
saringan No. 200 C117:2012 pada 2011
SNI 06-2441-
4 Pemeriksaan Berat Jenis
3) Pemeriksaan Agregat Halus 2011
Pemeriksaan laboratorium dan standar uji Pemeriksaan SNI 06-2441-
5
agregat halus dapat dilihat pada Tabel 7 Kehilangan Berat Aspal 1991
berikut ini :
Tabel 7. Pemeriksaan Laboratorium dan Standar c. Mix Design Campuran Aspal
Uji Agregat Halus 1) Penentuan komposisi bahan
Metode penggabungan agregat adalah
No. Pemeriksaan Laboratorium Standar Uji pencampuran kasar dan halus menjadi suatu
campuran yang homogen dan mempunyai
1 Pemeriksaan Berat Jenis dan SNI 1970 : susunan butir yang kita harapkan atau sesuai
Penyerapan
2008 standar spesifikasi yang disyaratkan. Sebelum
melakukan pencampuran bahan-bahan
2 Pemeriksaan Analisa SNI 03-
Saringan campuran beraspal untuk campuran aspal
1968-1990 dingin dan campuran aspal panas.
3 Pemeriksaan Bahan Lolos SNI 03-
200 2) Pembuatan benda uji
4142-1996
Modifier yang digunakan adalah AC/Minyak
4 Pemeriksaan Angularitas AASHTO Tanah dengan perbandingan 70:30. Total
TP 33 bitumen dalam campuran sebesar 6%, dan
dengan metode campur panas hampar panas.
Perencanaan benda uji dapat di lihat pada
4) Pemeriksaan Filler
Tabel 10 sebagai berikut.
Fraksi agregat halus untuk perencanaan ini
adalah agregat yang lolos saringan No. 200
(0,075 mm). Pemeriksaan laboratorium dan
standar uji agregat halus dapat dilihat pada
Tabel 8 sebagai berikut :
82
© Jurnal Media Inovasi Teknik Sipil Unidayan
ISSN : 2301-5241, e-ISSN : 2580-023X,
Vol. X, No. 2, Oktober 2021

Tabel 10. Perencanaan Benda Uji Tabel 12. Hasil Pemeriksaan Karakteristik
Agregat
Jenis air perendaman
Tot
Metode Pay taw
Laut al
au ar
Campur Panas
5 5 5 15
Hampar Panas

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian menggunakan alat Salinitas
di Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu
Kelas II Kota Baubau maka dari sampel air laut
yang di ambil di Kelurahan Waruruma. Hasil
pengujian Salinitas untuk mengetahui tinggat
keasaman dan kadar garam pada sampel air yang 2. Mix Design Campuran Beraspal
di gunakan dapat di lihat pada Tabel 11 sebagai a. Hasil Penggabungan Agregat
berikut :
TOTAL MIX DESIGN
Tabel 11. Hasil pengujian Salinitas untuk 120.00

mengetahui tinggat keasaman dan kadar garam 100.00


Persentase Lolos (%)

pada sampel air yang di gunakan 80.00

Kadar 60.00
Jenis Air Suhu PH
Garam 40.00

3,34 20.00
Laut 25°C 5,53 %
% 0.00
No. 200 No. 100 No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8" 1/2" 3/4"
0,32
Payau 26°C 5,60 % No. Saringan (#)
% Total Mix Batas Bawah Batas Atas

0,02
Tawar 26,6°C 5,53 %
% Gambar 1. Grafik Gabungan Agregat Campuran
Laston Lapis Aus (AC-WC)
a. Hasil pengujian dan karakteristik agregat
Pemeriksaan dan pengujian material dilakukan 3. Hasil Pengujian Marshall
sesuai dengan Spesifikasi Umum 2018 Divisi 6 Hasil pengujian karakteristik marshall dapat di
Perkerasan Aspal. Hasil pemeriksaan dan lihat pada Tabel 13 sebagai berikut :
pengujian karakteristik agregat berdasarkan hasil
analisa data dapat dilihat pada Tabel 12 sebagai
berikut :

83
© Jurnal Media Inovasi Teknik Sipil Unidayan
ISSN : 2301-5241, e-ISSN : 2580-023X,
Vol. X, No. 2, Oktober 2021

Tabel 13. Hasil Pengujian Karakteristik Marshall


Variasi Jenis
Perendaman Asal
Karakteristik Campur Panas Spesifikasi
Campuran Hampar Panas Bina
Lau Taw Marga
Payau 2018
t ar
260 296
Stabilitas (kg) 3259 Min. 1000
9 4
Flow (mm) 4.13 4.442 5.14 02 – 04
Gambar 3. Tinjauan menggunakan Variasi
Density (t/m²) 2.10 2.15 2.15 Perendaman air laut, air payau dan air tawar
terhadap Nilai Kelelehan
VIM (%) 8.76 6.60 6.56 03 – 05
18.2 16.2 Dari Gambar 3 menunjukan nilai flow terendah
VMA (%) 16.27 Min. 15
1 4 adalah perendaman pada air laut yaitu 4,13mm,
51.9 59.7 sedangkan flow pada perendaman air payau
VFB (%) 59.49 Min. 65
5 4 adalah 4,44 mm dan flow pada perendaman air
647. 821.3 665. tawar merupakan yang tertinggi yaitu sebesar
MQ (kg/mm) Min. 250
00 0 60 5,14 mm. Pada penelitian ini semua jenis
perendaman tidak ada yang memenuhi
a. Tinjauan Terhadap Nilai Stabilitas Spesifikasi Bina Marga Tahun 2018 yaitu antara
2 – 4 mm di karenakan pada variasi perendaman
menggunakan air laut, air payau dan tawar
dengan penggunaan kadar aspal 6% menyebakan
nilai kelelehan (flow) terlalu tinggi memeberikan
ciri campuran yang plastis karena kadar aspal
yang terlalu tinggi.

c. Tinjauan terhadap Nilai Marshall


Quotient (MQ)

Gambar 2. Tinjauan menggunakan Variasi Jenis


Perendaman air laut, air payau dan air tawar
terhadap Nilai Stabilitas
Dari Gambar 2 menunjukkan nilai stabilitas
terendah adalah pada perendaman menggunakan
air laut yaitu sebesar 2609 kg, nilai stabilitas
tertinggi adalah pada air payau yaitu sebesar
3259 kg. sedangkan nilai stabilitas dengan
perendaman air tawar adalah 2964 Kg variasi
perendaman di atas memenuhi spesifikasi yaitu ≥ Gambar 4. Tinjauan menggunakan Variasi
800 kg. Dari semua jenis perendaman yang saya Perendaman air laut, air payau dan air tawar
gunakan yaitu air laut, air payau dan tawar terhadap Nilai Marshall Quotient (MQ)
memenuhi spesifikasi stabilitas karena pada
semua jenis air perendaman yang digunakan Dari Gambar 4 menunjukkan nilai Marshall
tidak terlalu berpengaruh besar terhadap nilai Quotient (MQ) terendah terdapat pada
stabilitas yang merupakan nilai paling utama perendaman air laut yaitu sebesar 647,00kg/mm,
dalam campuran beton aspal. nilai tertinggi terdapat pada perendaman air
payau yaitu sebesar 821,30 kg/mm. dan pada
b. Tinjauan terhadap Nilai Kelelehan perendaman air tawar sebesar 665,60 kg/mm
Plastis (Flow)
84
© Jurnal Media Inovasi Teknik Sipil Unidayan
ISSN : 2301-5241, e-ISSN : 2580-023X,
Vol. X, No. 2, Oktober 2021

d. Tinjauan terhadap Nilai Kepadatan menyebabkan nilai VIM tidak memenuhi


(Density) spesifikasi, sedangkan pengertian niali VIM
adalah volume total udara yang berada di antara
partikel agregat yang terselimuti aspal dalam
suatu campuran yang telah di padatkan.

f. Tinjauan terhadap Nilai Voids in Mineral


Aggregate (VMA)

Gambar 5. Tinjauan menggunakan


Variasi Perendaman air laut, air payau
dan air tawar terhadap Nilai Density

Dari Gambar 5 menunjukkan nilai density


terendah adalah perendaman air laut yaitu
sebesar 2,10 gr/cm³, perendaman air payau Gambar 7. Tinjauan terhadap Nilai VMA
sebesar 2,15 gr/cm³ sedangkan pada perendaman
air tawar sama dengan air payau yaitu sebesar Dari Gambar 7 menunjukkan nilai rongga dalam
2,15 gr/cm³ , karena yang pempengaruhi faktor- agregat (VMA) pada perendaman air laut sebesar
faktor density atau kepadatan adalah temperatur 18, 21%, perendaman air payau sebesar 16, 24%
pemadatan, komposisi bahan penyusun, kadar dan Pada perendaman air tawar sebesar 16,24%.
filler, energi kepadatan dan kadar aspal, semakin payau dan air tawar memenuhi spesifikasi yaitu
tinggi nilai stablitas nya, maka nilai density juga ≥ 15%. Sebab VMA adalah rongga antar bitumen
naik sampai dengan density maksimumnya, agregat dalam campuran aspal yang sudah di
karena dalam keadaan tersebut campuran sudah padatkan.
dalam keadaan padat.
g. Tinjauan terhadap Nilai Voids Filled
e. Tinjauan terhadap Nilai Voids in The Mix with Asphalt/Bitumen (VFA)
(VIM)

Gambar 6. Tinjauan menggunakan Variasi Gambar 8. Tinjauan menggunakan Variasi


Bitumen Perendaman air laut, air payau dan air Perendaman air laut, air payau dan air tawar
tawar terhadap Nilai VIM terhadap Nilai VFA

Dari Gambar 6 menunjukkan nilai rongga dalam Dari Gambar 8 diperoleh nilai VFA terendah
campuran (VIM) pada perendaman air laut pada perendaman air laut yaitu sebesar 51,95%,
sebesar 8,76%, air payau sebesar 6,60% dan pada perendaman air payau yaitu 59,49% dan pada
perendaman air tawar sebesar 6,56 % dari ketiga perendaman air tawar sebesar 59,74%. Nilai
variasi perendaman tersebut tidak ada yang (VFA) pada variasi perendaman air laut, air payau
memenuhi spesifikasi yaitu 3-5%. Di karenakan dan air tawar tidak ada yang memenuhi
penggunaan kadar aspal 6% serta perendaman spesifikasi yaitu ≥ 65% dikarenakan pada nialai
menggunakan air laut, air payau dan air tawar VFA adalah rongga yang berada di anatara
85
© Jurnal Media Inovasi Teknik Sipil Unidayan
ISSN : 2301-5241, e-ISSN : 2580-023X,
Vol. X, No. 2, Oktober 2021

mineral agregat yang terisi aspal efektif dan di Anonimus. (2008). SNI 1970:2008 : Pemeriksaan
nyatakan dalam satuan persen tetapi tidak Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Filler.
termasuk aspal yang di serap oleh agregat, Jakarta.
dengan pengguanan kadar aspal 6% dan Anonimus. (2008). SNI 1970:2008 : Pemeriksaan
perendaman selama 24 jam menggunakan air laut Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus.
, air payau dan air tawar menyebab kan niali Jakarta.
VFA tidak memenuhi spesifikasi. Anonimus. (2011). SNI 2441:2011 : Pemeriksaan
Bahan Lolos Saringan No. 200 Filler.
Kesimpulan Jakarta.
Anonimus. (2012). SNI ASTM C117:2012:
Setelah melakukan pengujian dan menganalisa Pemeriksaan Bahan Lolos Saringan No.200
hasil pengujian Marshall pada 3 jenis Agregat Kasar dan Agregat Halus. Jakarta
perendaman air laut, air payau dan air tawar Departemen Pekerjaan Umum, (2007),
dengan durasi perendaman selama 24 jam dapat Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan
di simpulkan bahwa perendaman menggunakan dan Jembatan Divisi VI Perkerasan
air laut, payau dan air tawar pada perkerasan Beraspal, Edisi April 2007, Departemen
jalan menggunaka sapal BGA tidak berpengaruh Pekerjaan Umum, Jakarta.
besar pada karakteristik marshall di lihat dari Direktorat Jenderal Bina Marga, (2018).
nilai Stabilitas dan nilai Marshall Quostion (MQ) Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan
masih cukup tinggi, dalam penelitian ini nilai Jembatan Divisi 6 Perkerasan Aspal.
Stabilitas dan Marshall Quostion (MQ) pada Direktorat Jenderal Bina Marga, (2014),
perendaman air payau mendapat nilai yang paling Spesifikasi Umum Direktorat Jendral Bina
tinggi berdasarkan hasil interpolasi yang telah Marga Edisi 2010 Revisi 3 Divisi 6,
saya lakukan pada nilai stabilitas air payau dapat Kementrian Pekerjaan Umum, Jakarta.
di simpulkan kadar garam pada air payau yang di Direktorat Bina Marga, (2010). Spesifikasi
uji atau di gunakan yaitu sebesar 0,32% Khusus Interm Campuran Beraspal Panas
menghasilkan nilai stabilitas paling tinggi jika di dengan Asbuton BGA . Republik Indonesia
atas 0,32% makan niali stabilitasnya akan Kementrian Pekerjaan Umum.
semakin menurun. Sedangakan nilai flow, VIM Sukirman, S. (1999). Perkerasan Lentur Jalan
(Voids in The Mix) dan VFA (Voids filled with Jalan Raya. Jakarta: Granit
asphalt) tidak memenuhi Spesifikasi. Sukirman, Silvia. (2003). Beton Aspal Campuran
Sebagai penyusun ingin menyampaikan Panas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
saran sebagai berikut : Sukiaman, S. (1992). Perkerasan Lentur Jalan
1. Perlu adanya peneilitan kembali mengenai Raya. Bandung: Penerbit NOVA.
perendaman menggunakan air laut, air payau Anonimus. (2008). SNI 03-2417-2008 : Metode
dan air tawar dengan menggunakan variasi Pengujian Abrasi dengan Mesin Los
kadar aspal agar dapat di bandingkan Angeles. Jakarta.
kembali. Anonimus. (1991). SNI 06-2489-1991 :
2. Dari kadar garam yang saya gunakan yaitu Pengujian Benda Uji dengan Alat
3,32% sampai dengan kadar payau 0,32% Marshall. Jakarta.
yang paling bagus di gunakan yaitu dengan
garam 0,32% di karenakan jika kadar garam
di atas 0,32% maka nilai stabilitas nya akan
semakin menurun.

Daftar Pustaka

Badan Standarisasi Nasional. (1990). SNI 03-


1968-1990 : Metode Pengujian Analisa
Saringan Agregat. Jakarta
Anonimus. (2008). SNI 1969:2008 : Pemeriksaan
Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar.
Jakarta.

86

Anda mungkin juga menyukai