Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Wisata Religi Goa Sayyid Abdul Wahid

Pada suatu massa ada seorang Sayyid (Keturunan Nabi) yang melakukan
perjalanan dari Johor (Malaysia) untuk menyebarkan agama islam di Indonesia
yang bernama Sayyid Abdul Wahid. Sayyid Abdul Wahid merupakan putra dari
Sayyid Sulaiman keturunan arab yang beristri Puteri Sultan Johor. Pada massa
itu Sayyid Abdul Wahid melakukan perjalanan untuk menyebarkan agama
islam di Indonesia karena mayoritas di Indonesia belum ada yang mengenal apa
itu agama islam. Sayyid Abdul Wahid menyisiri lautan bersama dengan
perahunya, tetapi di tengah laut kitab Al-Qur’an nya tiba-tiba terjatuh sehingga
menyebabkan Sayyid Abdul Wahid kehilangan kitab Al-Qur’an nya karena laut
itu sampai di tebing yang akhirnya Sayyid Abdul Wahid tidak bisa mengambil
lagi kitab al-Qur’an tersebut. Peristiwa itulah yang membuat Sayyid Abdul
Wahid ingin memberhentikan perjalanannya dalam menyiarkan agama islam di
Indonesia. Namun pada saat ingin kembali ke Johor (Malaysia) dari kejauhan
Sayyid Abdul Wahid melihat ada sebuah kapal, akan tetapi setelah kapal itu
terlihat lebih dekat lagi ternyata itu bukanlah sebuah kapal. Melainkan itu
adalah gurunya sendiri, yakni Imam Pasai yang bernama Ahmad Bin Qois Al
Aidrus yang datang dari ternate hendak kembali ke negeri Pasai. Pada zaman
dahulu ilmu menghilang di miliki oleh orang-orang tertentu sehingga itu
mengapa Sayyid Abdul Wahid melihat gurunya seperti kapal namun ternyata
saat dari dekat itu bukan lah kapal. Dalam pertemuan tersebut beliau di
amanahkan oleh gurunya agar menunda perjalanannya kembali Ke Johor
(Malaysia) dengan tujuan untuk singgah terlebih dahulu ke negeri Buton.
Sayyid Abdul Wahid pun menjalankan amanah tersebut dan saat itu
Sayyid Abdul Wahid melakukan perjalanan ke Batu atas tetapi tidak untuk
menyiarkan agama islam,batu atas hanyalah sebagai tempat persinggahan
beliau.Sayyid Abdul Wahid mengarahkan perahu yang di tumpanginya dan
mendarat di pantai Burangasi yakni di rampea dekat tanjung matana sangia
sebelah selatan pulau Buton. Kedatangan Sayyid Abdul Wahid di pantai rampea
di temukan pertama kali oleh warga yang bernama La Buntouno. La Buntouno
adalah seorang Moji (Tokoh Adat) yang mencari ikan di pantai rampea. La
Buntouno melihat Sayyid Abdul Wahid di sebuah goa melakukan hal yang tidak
biasa yaitu seperti orang gila yang sedang memegangi telinga nya lalu berteriak.
Karena bingung La Buntouno pun menghampiri Sayyid Abdul Wahid dan
bertanya apa yang sedang di lakukannya ? Sayyid Abdul Wahid pun menjawab
bahwa hal yang dilakukannya adalah mengumandangkan adzan. Kemudian La
Buntouno membawa informasi kepada warga Burangasi bahwa ketika masuk
waktu-waktu tertentu terdengar suara seseorang yang berteriak sambil
memegangi telinganya di sebuah goa yang tanpa di sadari oleh masyarakat
massa itu hal yang dilakukan oleh Sayyid Abdul Wahid adalah
mengumandangkan Adzan. Goa tersebut dinamai La Batu Poaro sebagai tempat
sujudnya Sayyid Abdul Wahid. hal ini pun di sampaikan La Buntouno kepada
Parabela pada masa itu.
Kedatangan Sayyid Abdul Wahid di Burangasi melakukan misi utama
adalah mengislamkan penduduk Burangasi, karena penduduk Burangasi pada
masa itu tidak mengenal apa itu agama Islam. Berselang beberapa lama
kemudian Sayyid Abdul Wahid di tawarkan oleh La Buntouno untuk di
perhadapkan dengan tokoh adat Burangasi.Tetapi pada saat tiba di satu tempat
yang bernama Kambeta Sayyid Abdul Wahid melihat ada banyak kandang dan
ternyata itu adalah kandang babi. Sayyid Abdul Wahid pun tidak ingin masuk di
perkampungan itu terkecuali semua hewan yang di pelihara itu di musnahkan
semua,lalu semua hewan itu di musnahkan sesuai dari permintaan Sayyid Abdul
Wahid.tetapi di saat itu masyarakat bingung akan di buang di mana bangkai
babi tersebut karena banyak nya babi yang telah di musnahkan. Saat semua
masyarakat mempertanyakan akan di buang kemana bangkai babi tiba-tiba
turun hujan yang luar biasa sampai semua bangkai babi itu habis. Sayyid Abdul
Wahid sudah mengajarkan agama islam di burangasi dan juga Entah berapa
lama kemudian ajaran islam tersebut tersiar di Buton. Awal mula tersiarnya itu
karena setiap bulan itu mengutus makanan Kadie (Pembagian Wilayah) yang di
jaga oleh parabela. Jadi 77 hidangan itu di bawah di kerajaan. Pada saat itu
Burangasi sudah tidak membawa hidangan babi lalu Raja Buton pun bertanya
kenapa seperti ini? Akhirnya di sampaikan kalau di Burangasi ada seseorang
yang datang dan melarang kami untuk tidak lagi memakan babi, Burangasi
sudah di ajarkan seperti ini. Raja pun menyampaikan bahwa apakah bisa kamu
mengantar orang itu untuk datang kesini? Akhirnya Sayyid Abdul Wahid pun di
bawah kehadapan Raja.
Sayyid Abdul Wahid selain meminta agar semua peliharaan babi di
bunuh beliau juga melakukan penyunatan baik laki-laki maupun perempuan.
Bagi masyarakat burangasi sampai hari ini masih meyakini bahwa pisau yang
dipakai Sayyid Abdul Wahid untuk menyunat penduduk burangasi kala itu
masih tersimpan rapi. Dalam tradisi di burangasi bahwa benda peninggalan
Sayyid Abdul Wahid tersebut menjadi simbol kebesaran adat di bawah
penguasaan parabela. Jika terjadi pergantian parabela, maka perangkat alat
sunat (Keris) tersebut akan diserahkan oleh parabela yang baru dan begitu
seterusnya.
Itulah sejarah dari Goa Religi Sayyid Abdul Wahid.
Sumber (Tokoh Masyarakat Desa Burangasi Rumbia)

Anda mungkin juga menyukai