Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KARYA INOVASI

GTK CREATIVE CAMP BATCH 4 TAHUN 2023


“GTK JATIM KREATIF DAN INOVATIF DI ERA MERDEKA BELAJAR”

A. IDENTITAS
NAMA MUKHAMAD SYAFIULLAH, S.Pd., Gr.
INSTANSI SMKN Tambakboyo
NIP 199306022022211012
NIK 3523160206930001
EMAIL mukhamadsyafiullah0@gmail.com
TELEPON 087859579416
KATEGORI Video Tourism
LOMBA
JUDUL KARYA Eksplorasi Wisata Religi, Petilasan Mbah
Sumber Banyu Atau Mbah Sayyid
Abdullah Tuban

B. LAPORAN KARYA INOVASI


1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG KARYA
Tuban, sangat terkenal dengan sebutan Bumi Wali, selain juga sebutan
bumi Ronggolawe. Sebab banyak sekali ditemukan makam para auliya’ dari
ujung timur sampai ujung barat Tuban. Dari yang paling masyhur hingga wali
yang mastur yang sampai hari ini masih dijaga kerahasiaannya oleh Allah.

Di Desa Mliwang, salah satu desa di Kecamatan Kerek Kabupaten


Tuban, terdapat satu makam wali yang berada di atas bukit. Namanya Sayyid
Abdullah. Atau orang-orang dulu lebih mengenalnya dengan makam Mbah
Buyut Sumber Banyu. Makam yang mulai ramai didatangi para peziarah dari
berbagai daerah ini masih menyimpan banyak sekali misteri yang masih
dirahasiakan olrh Allah. Termasuk siapa Sayyid Abdullah? Kapan beliau
datang? Kemudian apa peran perjuangannya? Dan lain sebagainya. (Termasuk
penulis)
Banyak tokoh yang mrnyebutkan bahwa Mbah Sayyid Abdullah datang
ke bumi nusantara jauh sebelum era Wali Songo, termasuk Gus Ali (Kh. Agus
Ali Masyhuri) Sidoarjo, Kh. Abdul Matin Bejagung, juga Bupati Tuban Kh.
Fatkhul Huda. Bahkan Kh. Abdul Matin memperkirakan bahwa kedatangan
atau perjalanan hidup Mbah Sayyid Abdullah pada abad awal masehi.

Semuanya masih serba kemungkinan, sebab tidak adanya data dan


sumber yang pasti dalam mengkaji sejarah Sayyid Abdullah. Oleh sebab itu
penulis juga mencoba memberi kemungkinan-kemungkinan dari berbagai
informasi.
1. Ada tulisan yang mengatakan bahwa Sayyid Abdullah Mliwang adalah
anak dari Amir Abdul Malik. Dalam referensinya tulisan tersebut
merujuk dari Buku Tuban Bumi Wali dan Tarikh Wali Tuban karya M.
Nawawi. Amir Abdul Malik adalah penyebar Islam di India yang
menikah dengan salah seorang bangsawan dan kemudian diberi gelar
“Azhamatkhan”. Dari sumber lain pula bahwa Amir Abdul Malik
mempunyai anak yang bernama Abdullah yang menjadi menteri di
kerajaan Narasabad India yang bertugas sebagai delegasi penyebaran
Islam di negeri-negeri timur, Cina dan wilayah Asia Tenggara.
2. Dalam masuknya Islam ke Indonesia masih banyak sekali pertentangan,
ada tiga teori dalam masuknya Islam ke Indonesia, teori Gujarat, Teori
Arab dan Teori Persia dengan waktu yang berbeda pula, ada yang
menyebut masuknya Islam pada abad ke 7 ada pula yang menyebutkan
abad ke 13. Indonesia memang negara terbuka, sudah sejak zaman
dulu Indonesia sudah menjalin hubungan dagang yang baik dengan
Cina, India juga arab dengan bukti bawa di Sumatera sudah ada
pemukiman arab yang beragama Islam(versi Buya Hamka). Tidak hanya
sumatera, di Tuban juga ada pelabuhan besar yang menjadi tempat
“jujukan” para saudagar. Pelabuhan Tuban SUDAH ADA sejak masa
kerajaan Airlangga (1019-1041), kemungkinan besar pada abad ke 7
para saudagar muslim juga banyak yang singgah di Tuban.
3. Dilihat dari silsilah yang diambil dari Kitab Tarikh Auliya karya Kh. Bisri
Mustofa bahwa wali songo yang ada di tanah jawa merupakan anak
turun dari Syekh Jumadil Kubro, sedangkan dalam tulisan lain Syeh
Jumadil Kubro adalah anak dari Sayyid Jalalludin bin Abdullah bin Abdul
Malik Azhamatkhan. Lagi-lagi ada nama Abdullah bin Abdul Malik
Azhamatkhan. Dalam silsilan Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati
dalam website Hadramaut lebih detail lagi (juga setelah dipadukan
dengan tulisan lain). Syarif Hidayatullah bin Abdullah (Raja Campa) bin
Ali Nurul Alam bin Syekh Jumadil Kubro bin Ahmad Jalalludin bin Sayyid
Abdullah bin Abdul Malik Azhamatkhan bin Sayyid Alawi Amil Faqih bin
Sayyid Shohib Mirbat bin Sayyid Ali Qholi Qosim bin Sayyid Alawi Atsani
bin Sayyid Shohibus Saumiah bin Sayyid Alawi awal bin Sayyid Imam
Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Almuhajjir bin Sayyid Isa Annaqib bin
Muhammad An-naqib bin Sayyid Imam Ali Urodhi bin Sayyidina Jafar
Shodiq bin Sayyidina Muhammad Al Baqir bin Sayyifina Ali Zainal Abidin
bin Sayyidina Hussein bin Ali Bin Abi Tholib yang menikah dengan
Fatimah putri kinasih Nabi Muhammad SAW. Banyak yang
mengisahkan bahwa Syekh Jumadil Kubro adalah tunggak awal
penyebaran Islam di Nusantara, sedangkan dilihat dari silsilahnya
beliau adalah cucu dari Sayyid Abdullah bin Abdul Malik Azhamatkhan.
4. Jika Syeh Jumadil Kubro yang “Babat Alas” di tanah jawa, tentunya
dengan usia yang sudah matang, maka Sayyid Abdullah (kakeknya)
sudah berumur udzur. Maka ada kemungkinan bahwa Sayyid Abdullah
berperan di Tanah Jawa jauh lebih dulu sehingga menurunkan anak
cucu yang menetap ditanah “Singit” ini. Atau kemungkinan keduanya
semasa tuanya ia hanya singgah di Jawa untuk sekadar memastikan
perjuangan keturunannya sampai akhirnya beliau meninggal di Tuban,
Desa Mliwang tepatnya. Sebab tidak ada yang tahu bagaimana
perjuangan beliau atau perjalanan beliau bisa sampai di Tanah Tuban
dan wafatnya dikebumikan di Tuban. Tetapi melihat dari wilayah
cakupannya sebagai delegasi dari Kerajaan Nasarabad India, tentunya
Sayyid Abdullah tidak hanya berjuang di Tuban tetapi beberapa tempat
atau wilayah di Indonesia atau Asia Tenggara pada umumnya.

Sekali lagi, ini masih dalam konteks kemungkinan, tidak ada yang harus
diyakini kebenarannya. Tetapi kalau toh memang benar, kita sudah sepatutnya
sebagai masyarakat Tuban bangga sebab sudah disinggahi Mbah Buyutnya
para Wali yang berjuang mengislamkan Nusantara dan atas Takdir Allah pula
makamnya berada di Tuban, sehingga kita semua masih bisa menziarahinya.
Wallahu A’lam.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari kegiatan ini, antara lain ialah :

1. Pariwisata dapat meningkatkan pendapatan devisa, menciptakan


lapangan kerja, merangsang pertumbuhan industri pariwisata, oleh
karena itu dapat memicu pertumbuhan ekonomi, terlebih dapat
mendorong di berbagai negara untuk mengembangkan sektor pariwisata.
2. Sejalan dengan tujuan pembangunan kepariwisataan, Pemerintah
mengembangkan desa wisata yang bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan,
mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber
daya, serta memajukan kebudayaan.
C. MANFAAT
Pengembangan Desa Wisata memiliki tujuan dalam menjadikan desa
sebagai sebuah destinasi pariwisata dengan cara memadukan daya tarik wisata
alam dan budaya, layanan fasilitas umum pariwisata, serta aksesibilitas yang
memadai dengan tata cara dan tradisi kehidupan masyarakat desa.
Pariwisata dapat membantu menjaga kelestarian budaya nasional dan
lingkungan hidup. Dengan hadirnya banyak wisatawan akan membuat
masyarakat setempat lebih peduli akan kelestarian daya tarik wisata, baik itu
seni budaya tradisional, keindahan alam, maupun bangunan dan peninggalan
bersejarah.

2. KAJIAN PUSTAKA/KAJIAN TEORI

Berada di atas pegunungan di ketinggian kurang lebih 100 meter dari


pemukiman dan dikelilingi pohon besar, terdapat sebuah makam yang sangat
berpengaruh terhadap keislaman di Bumi Wali, sebutan Kabupaten Tuban. Makam
tersebut adalah Makam Sayyid Abdullah (Mbah Sumber Banyu) yang berada di
atas pegunungan Desa Mliwang, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Diyakini,
makam tersebut merupakan salah satu penyiar agama islam (Waliyullah) sebelum
era Wali Songo.

Meskipun tidak ada yang tahu sejarah asal-usul dan bagai mana cara
berdakwahnya, namun dari cerita turun temurun di Desa Mliwang, Sayyid
Abdullah adalah seorang pendatang. Ia berasal dari bangsa Srab yang datang ke
tanah Jawa dengan mengemban misi menyiarkan agama Islam di Nusantara. Juru
Kunci makam Sayyid Abdullah, Sumari (51) mengatakan dari cerita turun-temurun
Sayyid Abdullah berasal dari bangsa arab dan datang kenusantara untuk
meyiarkan agama islam di tanah jawa khususnya di Desa Mliwang, Kecamatan
Kerek ini.

"Sayyid Abdullah merupakan sosok tokoh penyiar agama islam di Kabupaten


Tuban, khususnya di Mliwang sebelum era wali songo (Sembilan)," ujarnya. Di area
makam yang luasnya sekitar satu hektare tersebut, terdapat satu makam lagi yakni
sahabat Sayyid Abdullah yang bernama Abdullah.
Dari cerita turun temurun di Desa Mliwang ini, lanjut Sumari dulunya Desa
Mliwang ini adalah hutan belantara yang penuh dengan pepohonan besar, hingga
Sayyid Abdullah datang ketanah jawa untuk mengislamkan masyarakat Jawa yang
sebelumnya beragama hindu-budha."Sayyid Abdullah datang ke tanah Jawa,
khususnya di Kecamatan Kerek, masih dalam keadaan hutan belantara yang lebat
namun entah itu tahun berapa," tambah Sumari. Cara menyiarkan agama islam di
Desa Mliwang yang masih hutan belantara, Sayyid Abdullah memilih tinggal diatas
gunung bersama sahabatnya, hingga wafat dan dimakamkan di gunung tersebut.
Begitu saat disinggung blokTuban.com tentang Sayyid Abdullah dengan mitos di
Desa Mliwang, di mana rumah tidak boleh menghadap utara, juru kunci tersebut
mangatakan kemungkinan itu dulu ada keterkaitanya. Namun untuk larangan atau
pantangan yang ada di desa tersebut entah itu dari Sayyid Abdullah atau tidak itu
tidak ada yang mengetahuinya, yang pasti apabila rumah warga menghadap ke
utara sama halnya dengan menghadap ke makam Sayyid Abdullah. Sehingga itu
menjadi sebuah pantangan.

"Untuk pantangan atau larangan yang berada di Desa Mliwang tidak ada yang
tahu apakah itu dari sayyid Abdullah atau tidak, tetapi kemungkinan besar ada
kaitanya dengan penyiar agama islam tersebut," tutur Sumari. Hingga saat ini
larangan atau pantangan tersebut masih ada yang menerapkanya di desa tersebut.
Selain rumah menghadap keutara masih terdapat lagi beberapa pantangan yang
masih dipegang teguh oleh warga Mliwang. Di antaranya: Memelihara atau
menyembelih kambing domba (Wedus Gibas), tidak boleh memakai ikat kepala
berwarna merah, tidak boleh memakai korset berwarna biru setelah melahirkan,
tidak boleh memakai cangkul pabrikan, tidak boleh menikah dengan tetangga desa
yakni Desa Kasiman, rumah tidak boleh dibangun semua secara permanen.

Sampai saat ini makam dari Sayyid Abdullah setiap Rabu malam Kamis pahing
tidak pernah sepi dari peziarah, karena malam tersebut merupakan malam haul
makam tersebut. "Kalau haul akbar setiap tahun sekali pada hari Rabu malam
Kamis pahing, namun setiap Rabu malam Kamis meskipun tidak tepat dengan
pahing tetapi pasti ada orang yang melakukan hajatan di area makam," jelas
Sumari. Dari pantauan makam yang berada diatas ketinggian kurang lebih 100
meter serta dikelilinggi pohon besar yang kurang lebih berumur 300 tahun
tersebut saat hari Rabu malam Kamis, terdapat puluhan warga yang berbondong-
bondong berangkat kemakam sambil membawa tumpeng atau makanan untuk
didoakan oleh juru kunci makam lalu dimakan bersama-sama.

Meskipun selain Rabu malam Kamis ramai peziarah, hari-hari biasa juga ada
namun hanya saat Rabu malam Kamis saja juru kunci melayani, selain itu juru kunci
tidak membuka pintu masuk kedalam makam sayyid Abdullah, "Namun untuk para
peziarah bisa melakukan ziarah di luar makam (Emperan) makam tersebut karena
bangunan makam tersebut cukup luas" pungkas Sumari.

3. DESAIN KARYA

A. MIND MAPPING/FLOW CHAT


Konten Ilustrasi Menit Narasi
Mengajak untuk
mengeksplorasi Petilasan
Mbah Sayyid Abdullah,
Openingn 0,34 beserta menjelaskan
suasana sekitar dalam
perjalanan menuju ke
petilasan
Konten 1
Melihat eksotis dari
Salam
01.06 suasana alam sekitar yang
Pembuka di
menjamu para peziarah
Gerbang
Petilasan
Memperkenalkan nilai
Konten 2
sejara yang ada pada
Eksplorasi 02.15
petilasan menurut literasi
Petilasan 1
mandiri
Memperkenalkan nilai
Konten 3
sejara yang ada pada
Ekplorasi 05.24
petilasan menurut mitos
Petilasan 2
dan Masyarakat sekitar.

Konten 4 Mengeksplor fasilitas yang


Eksplorasi 08.49 dihidangkan untuk para
Fasilitas peziarah.

Penyimpulan dan
penyampaian solusi agar
Penutup 09.47 wisata tersampaikan ke
seluruh masyarakan
Indonesia

HASIL PRODUK
A. FOTO DAN KETERANGANNYA

Gambar 1. Pengambilan opening video

Gambar 2. Saat Pengambilan Video di depan gerbang petilasan

Gambar 3. Foto diambil saat mengeksplore petilasan

Gambar 4. Foto diambil Ketika mencari literasi dengan Masyarakat sekitar

B. PUBLIKASI

LINK VIDEO https://drive.google.com/drive/folders/1ETP-


ByuKTQKNKFYawW52a1UPVx4l9WHa?usp=sharing
IG
TIK TOK
DAFTAR PUSTAKA

1. Sayyid Abdullah Mliwang, Mbah Buyutnya Para wali Tanah Nusantara


https://suluk.id/sayyid-abdullah-mliwang-mbah-buyutnya-para-wali-tanah-
nusantara/
2. Makam Sayyid Abdullah dan Mitos Desa Mliwang
https://bloktuban.com/2016/06/11/makam-sayyid-abdullah-dan-mitos-desa-
mliwang/
3. Tan Khoen Swie.1936.Serad Babad Toeban.Kediri

Anda mungkin juga menyukai