Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGAMATAN TEMPAT WISATA ZIAROH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Manajemen Ziaroh Dan Wisata Alami”
Dosen Pengampu:

Siti Sunaidah, MM

Disusun oleh Kelompok 4:


1. Yasmin Faiz Baghizah (1860407222038)
2. Ajeng Melati Pradita (1860407222053)
3. Muhammad Rido Fijaya (1860407222064)
4. Fuad Zamzami (1860407222075)

PROGRAM STUDI PARIWISATA SYARIAH 4B


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG
MARET 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita semua sehingga penyusun makalah yang berjudul “Makalah Ziaroh Dan
Wisata Alami” dapat terselesaikan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah bentuk memenuhi tugas mata
kuliah Studi Ekonomi Islam yang dibimbing oleh Ibu Siti Sunaidah, MM. Selain itu,
makalah ini ditulis dengan tujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca maupun
penulis.

Atas dukungan moral dan material yang diberikan dalam penyusun artikel ini, maka
penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Abdul Aziz, M.Pd.I Selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yangtelah memberikan kesempatan kepada kita semua untuk menimba
ilmu di UIN Sayyid Ali Rahmatullah.
2. Dr. H. Dede Nurrohman, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh belajar dan pengalaman.
3. Dedi Suselo, M.M Selaku Koordinator program studi Pariwisata Syariah yang
selalu memberi semangat dan motivasi kepada kami.
4. Siti Sunaidah, MM selaku pembimbing Mata Kuliah Manajemen Ziaroh Dan Wisata
Alami yang telah memberi tugas dan pengarahan kepada kami.
Penyusun sangat menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusun dalam pembuatan
makalah.

Tulungagung, Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................... 2

BAB II ISI.............................................................................................................................. 3

A. Tempat Wisata Ziarah Sunan Bonang....................................................................... 3


B. Tempat Wisata Ziarah Sunan Kalijaga...................................................................... 5

BAB III PENUTUP............................................................................................................... 8

A. Kesimpulan................................................................................................................ 8
B. Kritik dan Saran......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ziarah, atau tepatnya mengunjungi kuburan orang yang telah meninggal,
merupakan salah satu ritus keagamaan yang banyak dilakukan kaum muslim. Dalam
tradisi Islam Indonesia, praktek ziarah berkembang begitu kuat. Muslim Indonesia
biasanya melakukan ziarah pada waktu-waktu tertentu yang dianggap memiliki makna
penting dalam kehidupan keagamaan mereka. Untuk sekedar contoh bisa disebut di sini
saat menjelang dan sesudah bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri, bulan maulid (bulan
kelahiran Nabi Muhammad saw.), dan bulan Muharram. Masa-masa tersebut
merupakan waktu yang biasanya digunakan Muslim Indonesia untuk melakukan ziarah.

Akan tetapi ziarah kubur, apakah itu kubur seorang wali atau seorang keramat
biasa, mempunyai tradisi yang berakar panjang dalam sejarah perkembangan agama
Islam. Perdebatan pun tentang tradisi ini bergaung jauh dalam sejarah. Dari Ibn Jauzi
dan Ibn Taimiyah pada abad ke-12 hingga ke -13, sampai pada Ibn „Abd al-Wahab,
Rashid Rida, dan Sayyid Qutb pada abad ke-19 hingga abad ke-20, perilaku keagamaan
ini dikecam dengan gigih sebagai praktek syirik.

Berbagai alasan dikemukakan oleh para kaum tradisionalis yang ziarah sebagai
salah satu ritual yang mereka laksanakan. Mulai dari menolak alasan modernisme
sampai kepada dalil-dalil independen yang memerintahkan orang Islam untuk
berziarah. Seperti penjelasan Syaikh Muhammad Nazim Haqqani, pimpinan tarekat
Naqsybandi di abad baru ini, yang menyatakan bahwa, “ziarah adalah amalan yang
dilakukan dalam rangka membedakan yang dikuburkan dengan makhluk lain”. Karena
yang dikuburkan adalah manusia dengan memberi kan identitas tertentu terhadap
kuburannya, menjadikan manusia yang masih hidup dan mempunyai hubungan dengan
yang dikuburkan dapat mengunjungi kuburan tersebut dan menjadikannya sebagai
tempat yang “sakral” untuk selalu dikunjungi sebagai bentuk penghormatan disebabkan
oleh hubungan kekerabatan, relasi guru dan murid atau karena jasanya sebagai seorang
pahlawan.

Jadi berziarah bukanlah sebagai aktifitas spiritual ditingkat individu saja, akan
tetapi sudah mejadi bagian dari protokeler kenegaraan. Di setiap tanggal 10 November,
1
rakyat Indonesia hari pahlawan, hal ini diikuti dengan melakukan kunjungan ke makam
pahlawan dengan melakukan tabur bunga dan diikuti oleh seluruh rakyat Indonesia,
yang nota bene adalah lintas agama. Begitu juga menjelang peringatan proklamasi
kemerdekaan, malam harinya diadakan kunjungan ke makam pahlawan yang lazim
disebut dengan acara renungan suci. Peringatan-peringatan ini mengindikasikan bahwa
berziarah adalah sebuah ajaran sekaligusaturan kenegaraan yang sudah melembaga
bagi masyarakat Indonesia yang bukan muslim akan tetapi juga non muslim.

Ziarah biasanya dilakukan secara berjamaah atau rombongan. Satu rombongan


dipimpin oleh seorang guru atau pimpinan rombongan yang akan mengkoordinasikan
seluruh kepentingan ritual ziarah seperti, akomodasi, transportasi dan konsumsi jamaah
yang ikut dalam berziarah di samping perangkat-perangkat yang biasa digunakan dalam
berziarah seperti bunga rampai dan kemenyan. Seluruh kebutuhan ini akan ditunaikan
ketika jamaah telah sampai di lokasi ziarah.

Mengingat besarnya biaya yang dikeluarkan masing-masing perserta ziarah,


seperti konsumsi, penginapan dan oleh-oleh khas daerah tempat ziarah, maka hal ini
menjadi semacam potensi yang baik untuk dikelola oleh masyarakat di sekitar lokasi
ziarah sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat, walaupun sifatnya
musiman akan tetapi punya nilai ekonomi yang besar.

Beberapa tempat ziarah wali songo yang memiliki peran besar dalam
peningkatan ekonomi masyarakat salah satunya yaitu Makam Sunan Bonang dan
Makam Sunan Kalijaga. Yang selalu ramai di penuhi oleh peziarah dari berbagai
daerah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tempat wisata ziaroh Sunan Bonang ?
2. Bagaimana tempat wisata ziaroh Sunan Kalijaga?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui tempat wisata ziaroh Sunan Bonang.
2. Mengetahui tempat wisata ziaroh Sunan Kalijaga.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tempat Wisata Ziarah Sunan Bonang

1. Profil Sunan Bonang


Sunan Bonang adalah putra sulung sunan Ampel (Raden Rahmat).
Dari perkawinannya dengan Adipati Tuban inilah kemudian Sunan Ampel
memiliki dua Putera, yaitu Sunan Drajat dan Sunan Bonang. Sunan Drajat
atau Syarifudin adalah adiknya. Adik bungsunya yang bernama Dewi
Sarah menikah denganSunan Kalijaga. Sunan Bonang bernama kecil (nama
asli) Makdum Ibrahim, lahir pada tahun 1465 M di Bonang, Tuban. 1

Secara silsilah, Sunan Bonang masih memiliki garis keturunan


dengan Nabi Muhammad SAW. Ia adalah keturunan ke-23 dari Nabi
Muhammad melalui Siti Fatimah dan Ali bin Abi Thalib. Oleh sebab itu
dalam serat Darmogandul (karya sastra tentang runtuhnya Majapahid) ia
disebut dengan julukan Sayyid Kramat dan dikatakan sebagai orang Arab
keturunan Nabi Muhammad dari jalur ayah.
Urut-urutan silsilah Sunan Bonang dari jalur ayah adalah sebagai
berikut : Maulana Makhdum Ibrahim(Sunan Bonang) bin Raden Rahmat
(Sunan Ampel) bin Ibrahim Al-Ghazi (Ibrahim Asmaraqandi) bin
Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdullah bin Abdul
Malik Azmatkhan bin Alwi Amil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath
bin Ali Khali Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah
bin Ahmad al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidli bin Ja’far
Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin
Fatimah Az-Zahra binti Muhammad SAW.2

2. Lokasi Wisata Ziaroh Sunan Bonang


Wisata Ziaroh Sunan Bonang tepatnya berada di dusun Kauman,
desa Kutorejo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban tepatnya berada di

1
Achmad Syafrizal, “ Sejarah Islam Nusantara”, Islamuna2, No.2 (2015), hal 247.
2
Agus Sunyoto, “Atlas Walisongo”, (Tangerang: Pustakalman, 2012), hal 234-235.

3
samping alun-alun tuban dan di sebelah barat Masjid Agung Tuban. Untuk
sarana dan prasarananya terbilang cukup bagus dan mudah untuk dilalui
dengan menggunakan roda dua maupun kendaraan roda empat atau
ditempuh dengan jalan kaki. Karena terdapat beberapa titik lahan parkir
yang cukup luas.
Kemudian untuk menuju ke lokasi makam Sunan Bonang,
Biasanya peziarah menggunakan transportasi seperti becak dan ojek motor.
Selain itu peziarah bisa menikmati keindahan Masjid Agung Tuban dan
juga Alon-Alon Tuban yang asyik digunakan untuk bermain bersama
keluarga. Di sana juga terdapat pasar yang cukup luas yang di penuhi
penjual makanan khas Tuban, oleh oleh khas Tuban dan juga ada batik khas
Tuban.

3. Pengalaman saat ziarah di Sunan Bonang


Pengalaman saat mengunjungi tempat wisata religi Sunan Bonang
yang saya rasakan disana sangat kental dengan nuansa religi. Ditambah lagi
dengan ramainya peziarah yang datang dari berbagai daerah lain
menambah kesan yang ada. Saat saya mulai tiba di tempat parkir ziarah
khusus bus, kedatangan saya langsung disambut oleh tukang ojek motor
dan tukang ojek becak yang menawarkan jasa transportasi menuju lokasi
ziarah makam. Jarak dari parkiran bus menuju Makam Sunan Bonang
terbilang lumayan jauh kira-kira 2km.
Namun apabila datang ketempat Wisata Ziarah Sunan Bonang
dengan menggunakan alat transportasi berupa kendaraan pribadi atau
sepeda motor, maka jarak parkir ke makam cukup dekat sehingga tidak
memerlukan jasa ojek untuk menuju ke lokasi Makam Sunan Bonang.
Adapun tarif ojek becak disana lima belas ribu rupiah untuk dua orang,
kalau ojek motor sepuluh ribu rupiah untuk satu orang. Dan pada waktu itu
saya lebih memilih naik ojek becak karena lebih hemat dan saya juga
merasa sangat menikmati suasana sembari naik becak menuju lokasi
Makam Sunan Bonang.
Setelah itu saya menaiki anak tangga menuju Makam Sunan
Bonang. Setibanya di Makam Sunan Bonang saya begitu takjub oleh
bangunan arsitektur khas disana. Pada saat itu makam sudah dipenuhi oleh

4
peziarah yang melakukan doa. Dan kemudian saya mencari tempat untuk
doa bersama di Makam Sunan Bonang.

4. Faktor-faktor psikologi, sosiologi, budaya, dan spiritual dari Wisata Religi


Sunan Bonang
Tidak dapat dipungkiri adanya faktor-faktor psikologi, sosiologi,
budaya, dan spiritual menjadi daya tarik atau sebuah pemikat dari para
peziarah yang datang dari berbagai daerah untuk datang berziarah ke
Makam Sunan Bonang. Contoh faktor psikologi (motovasi dari diri sendiri)
Sunan Bonang merupakan salah satu dari Wali Sembilan yang ada di Pulau
Jawa hal itu yang membuat seseorang ingin datang untuk berziarah. Contoh
faktor sosiologi (pengaruh sosial) karena seseorang sering melihat orang
melakukan perjalanan ziarah ke Makam Sunan Bonang, yang kemudian
membuat rasa ingin tahu atau melakukan ziarah itu muncul, atau ketika
adanya ajakan dari keluarga untuk berziarah ke Makam Sunan Bonang.
Contoh faktor budaya (kultur) adannya kebiasaan melakukan wisata ziarah
yang membudaya dilingkungan tempat tinggal. Contoh faktor spiritual
ingin menambah khazanah keimanan dengan mendekatkan diri kepada
Allah dengan mendatangi Makam Sunan Bonang yang merupakan salah
satu wali Allah.

B. Tempat Wisata Ziarah Sunan Kalijaga


1. Profil Sunan Kalijaga
Sunan Kali adalah panggilan pendek dari Sunan Kalijaga. Setelah
Syekh Siti Jenar kembali ke Hadirat-Nya maka praktis yang menjadi
penghubung antara pandangan Islam dan Jawa adalah Sunan Kalijaga.
Nama kecilnya, Raden Syahid. merupakan Wali Sanga yang amat populer
di tanah Jawa. Namun, tak banyak orang yang tahu tentang ajaran yang
dibawanya. Umumnya, orang mengenal ajarannya lewat kidung atau
tembang. Di antaranya tembang "Ilir-ilir" yang biasa dinyanyikan anak-
anak SD di Jawa.
Ia adalah putra seorang adipati. Adipati Tuban (Jawa Timur)
Tumenggung Wilatikta. Tentu saja kedudukan Adipati di zaman itu sama
sekali berbeda dengan jabatan bupati atau residen di zaman sekarang.
5
Kekuasaan Adipati itu sama dengan raja, tetapi di bawah kekuasaan
Maharaja. Kadipaten Tuban waktu itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Majapahit. Sementara Tumenggung Wilatikta yang disebut juga sebagai
Aria Teja (IV), merupakan keturunan Aria Teja III, Aria Teja II, dan
berpangkal pada Aria Teja I, sedangkan Aria Teja I adalah putra dari Aria
Adikara atau Ranggalawe. Yang terakhir ini adalah salah seorang pendiri
Majapahit.3

2. Lokasi Wisata Ziaroh Sunan Kalijaga


Makam Sunan Kalijaga berada di kawasan pesisir Pantai Utara
Jawa Tengah, tepatnya di Desa Kadilangu, Kec. Demak Kota, Kab. Demak
dan dikelola oleh pihak Yayasan. Lokasinya berjarak 2km di sebelah
tenggara Kota Demak atau sekitar 3km dari Masjid Agung Demak.
Bangunan masjid dan kompleks makam berada di dalam satu kawasan
yang merupakan ciri khas pola tata letak masjid dan makam yang ada di
Jawa saat itu.
Area makam Sunan Kalijaga ramai akan wisatawan religi pada
hari-hari penting, seperti Penjamasan Kutang Antokusumo dan Keris Kyai
Carubug, Prosesi Ancakan jelang Hari Raya Idul Adha, dan Ruwatan. Di
Kadilangu, makam Sunan kalijaga yang merupakan makam utama terletak
di halaman belakang. Untuk masuk ke makam Sunan Kalijaga atau Gedung
Kasunan, peziarah akan melewati tiga buah pintu gerbang.

3. Pengalaman saat ziarah di Sunan Kalijaga


Makam salah satu dari Wali Sembilan ini ramai dikunjungi
peziarah dari berbagai daerah setiap malam Jumat. Makam Sunan Kalijaga
tersembunyi dalam sebuah ruangan. Dari luar atau tempat duduk yang
disediakan peziarah membaca doa-doa. Pintu masuk dan pintu keluar area
pemakaman berbeda, namun petugas akan memindahkan sandal atau
sepatu kita saat masuk ke pintu keluar. Jangan khawatir sandal atau sepatu
kita tidak akan hilang atau tertukar karena disimpan dalam sebuah kantong

3
Achmad Chodjim, “ Mistik dan Makrifat SUNAN KALIJAGA”, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta 2003), hal
7 Bab 1.

6
plastik yang dinomori.
Setelah selesai membaca doa, kami pun berkeliling ke area
pemakaman, berbelanja di pasar yang berada di area pemakaman atau
hanya sekedar melihat-lihat. Dan tentunya tidak lupa untuk mengabadikan
momen. Di area sebelum makam banyak sekali pedagang-pedagang yang
menjual pernak-pernik dan aneka oleh-oleh yang menjadi pemikat peziarah
datang kesini.

4. Faktor-faktor psikologi, sosiologi, budaya, dan spiritual dari Wisata Religi


Sunan Kalijaga
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peziarah untuk
melakukan ziarah ke Makam Sunan Kalijaga. Contoh faktor psikologi:
Sunan Kalijaga merupakan salah satu dari Wali Sembilan dan beliau yang
paling terkenal karena adanya akulturasi budaya yang beliau bawa ke tanah
Jawa yaitu wayang kulit dan bangunan. Contoh faktor sosiologi: diera
sekarang yang serba digital banyak sekali seseorang mengupload sebuah
video atau foto pengalaman yang mereka lakukan ke media sosial salah
satunya kegiatan mereka saat melakukan ziarah. Dan tak jarang kemudian
mempengaruhi orang yang menontonnya. Contoh faktor budaya: adanya
sebuah budaya khas yang ada di kawasan Makam Sunan Kalijaga yang
berupa arsitektur bangunan yang indah menjadi salah satu daya tarik
peziarah. Contoh faktor spiritual: ingin menambah khazanah keimanan
dengan mendekatkan diri kepada Allah dengan mendatangi Makam Sunan
Kalijaga yang merupakan salah satu wali Allah.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Wisata Ziaroh Sunan Bonang tepatnya berada di dusun Kauman, desa
Kutorejo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban tepatnya berada di samping
alun-alun tuban dan di sebelah barat Masjid Agung Tuban. Untuk sarana dan
prasarananya terbilang cukup bagus dan mudah untuk dilalui dengan
menggunakan roda dua maupun kendaraan roda empat atau ditempuh dengan
jalan kaki. Karena terdapat beberapa titik lahan parkir yang cukup luas.
Kemudian untuk menuju ke lokasi makam Sunan Bonang, Biasanya peziarah
menggunakan transportasi seperti becak dan ojek motor. Selain itu peziarah
bisa menikmati keindahan Masjid Agung Tuban dan juga Alon-Alon Tuban
yang asyik digunakan untuk bermain bersama keluarga. Di sana juga terdapat
pasar yang cukup luas yang di penuhi penjual makanan khas Tuban, oleh oleh
khas Tuban dan juga ada batik khas Tuban.

2. Makam Sunan Kalijaga berada di kawasan pesisir Pantai Utara Jawa Tengah,
tepatnya di Desa Kadilangu, Kec. Demak Kota, Kab. Demak dan dikelola oleh
pihak Yayasan. Lokasinya berjarak 2km di sebelah tenggara Kota Demak atau
sekitar 3km dari Masjid Agung Demak. Bangunan masjid dan kompleks
makam berada di dalam satu kawasan yang merupakan ciri khas pola tata letak
masjid dan makam yang ada di Jawa saat itu.
Area makam Sunan Kalijaga ramai akan wisatawan religi pada hari-hari
penting, seperti Penjamasan Kutang Antokusumo dan Keris Kyai Carubug,
Prosesi Ancakan jelang Hari Raya Idul Adha, dan Ruwatan. Di Kadilangu,
makam Sunan kalijaga yang merupakan makam utama terletak di halaman
belakang. Untuk masuk ke makam Sunan Kalijaga atau Gedung Kasunan,
peziarah akan melewati tiga buah pintu gerbang.

8
B. Kritik dan Saran
Diharapkan dari kita belajar mengenai pengamatan tempat wisata ziaroh
Makam Sunan Bonang dan Makam Sunan Kalijaga, agar kita bisa paham akan sejarah,
makna sepiritual serta faktor dan daya tarik yang kami temukan dengan metode
pembelajaran pengamatan yang kami lakukan ini. Tak lupa kami selalu menerima
segala bentuk kritik dan saran yang membangun sebagai kritisi dari makalah kami
untuk kemajuan pembelajaran kami kedepannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Syafrizal. Achmad. 2015. “ Sejarah Islam Nusantara”, Islamuna2.


Sunyoto. Agus. 2012. “Atlas Walisongo”. Tangerang: Pustakalma.
Chodjim. Achmad. 2003. “ Mistik dan Makrifat SUNAN KALIJAGA”. Jakarta: PT Serambi
Ilmu Semesta.

10

Anda mungkin juga menyukai