Anda di halaman 1dari 1

KRITIK FATWA DSN-MUI

NOMOR: 06/DSN-MUI/IV/2000 JUAL BELI ISTISHNA'

1. Istilah bahasa Arab dalam Fatwa


a. Istishna’
b. Mustashni’
c. Shani’
d. Jawaz
e. Khiyar
2. Kritik Fatwa dari Aspek ejaan dan tata bahasa
a. Kata tidak baku Syari’ah => kata baku Syariah
b. Kata tidak baku Tirmizi => kata baku Tirmidzi
c. Kata tidak baku Daraquthni => kata baku Daruquthni
d. Kata tidak baku Arbitrasi => kata baku Arbitrase
3. Kritik Fatwa dari Aspek Penggunaan tanda baca
a. Di halaman 1 pada kalimat Dewan Syari’ah Nasional pemberian tanda
baca koma (,) seharusnya terletak sesudah kata “setelah”
b. Penulisan singkatan Hadist Riwayat seharusnya menggunakan tanda baca
titik (.) yaitu H.R
4. Kritik Fatwa dari Aspek Penggunaan Huruf Kapital
a. Pada kalimat “bahwa” seharusnya menggunakan huruf kapital, karena
huruf pertama awal kalimat.
5. Kritik Fatwa dari Aspek Penulisan kata bercetak miring
a. Pada kata “istishna” seharusnya ditulis secara miring, karena merupakan
kata asing atau istilah dalam bahasa Arab
b. Penulisan kata pertama, kedua, dan ketiga seharusnya tidak perlu ditulis
miring, karena bukan termasuk kata asing ataupun istilah asing
6. Kritik Fatwa dari Aspek Hukum
Menurut fatwa DSN-MUI Jual Beli Istishna’ adalah akad jual beli dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual
(pembuat, shani’). Hukum dari pelaksanaan dari akad jual beli istishna’ ini
adalah halal. Selain dari ketentuan fatwa tersebut, maka bisa dipastikan
hukumnya menjadi haram karena berpeluang melanggar ketentuan syariah.
Karena Landasan hukum Islam reksadana terdapat dalam firman Allah SWT,
hadis Nabi Muhammad serta kaidah fikih.

Ponorogo, 21 Agustus 2023


Pengkritik,

Dhea Amanda F.P


NIM 401210072/5ES.C

Anda mungkin juga menyukai