Anda di halaman 1dari 13

REVIEW BUKU

MELACAK JEJAK TUHAN DALAM SAINS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu

Mata Kuliah: Keterpaduan Islam dan Iptek

Disusun Oleh :

NUR ASFIYAH

(59461253)

Biologi.C / VII

FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN IPA-BIOLOGI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI

CIREBON

2012
MELACAK JEJAK TUHAN DALAM SAINS
A. INFORMASI BUKU
1. Pengarang buku “melacak jejak Tuhan lewat sains: tafsir islami atas sains ” adalah
Mehdi Golshani. Penerjemah Ahsin Muhammad, penyunting Ahmad Baiquni,
diterbitkan oleh Penerbit Mizan PT Mizan Pustaka Bandung, jumlah halaman buku ini
adalah 149 halaman.
2. Latar belakang buku
Hubungan antara sains dan agama dalam Islam telah menjadi salah satu topik yang
panasdalam seratus lima puluh tahun terakhir ini. Sebuah fakta yang penting adalah
bahwa kemajuan sains dan teknologi di Barat telah menimbulkan dampak yang besar
pada masyarakat-masyarakat Muslim. Dunia Islam telah mencoba menyerap sebagian
dari implikasi-implikasi metafisika dan sosial dari sains kontemporer. Akan tetapi,
hubungan antara sains dan agama telah merupakan isu kontroversial di Barat, dan
kontroversi- kontroversi ini telah teralihkan ke lingkungan – lingkungan akademis
Muslim. Buku ini mencoba menjelaskan sebagian dari isu-isu menyangkut hubungan
Islam dan sains.
3. Gambaran buku secara umum
Buku ini terdiri dari beberapa pokok bahasan, yaitu: Islam dan ilmu- ilmu
kealamaan, memahami alam dalam perspektif Al-Quran, relevansi “sains Islami”,
islam, sains, dan masyarakat, isu etika dalam sains dan teknologi, dan apakah sains bisa
membuktikan reaitas. buku ini memberikan kita gambaran bahwa sains bisa
menghantarkan kita agar lebih dekat dengan Tuhan. Didalm buku ini dijelaskan tentang
keseinbangan antara sains islami dan sains modern.

B. RINGKASAN ISI BUKU


1. ISLAM DAN ILMU- ILMU KEALAMAAN
Pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan pengetahuan, atau ‘ilm, dalam pandangan
Islam telah muncul sejak masa-masa awal Islam. Dalam Islam kriteria keterpujian suatu
bidang ilmu adalah kbergunaanya, dan ini berarti bidang ilmu tersebut mampu membawa
manusia kepada Tuhan. Dalam hal ini tidak ada perbedaan anatara ilmu-ilmu yang secara
spesifik bersifat keagamaan dan ilmu-ilmu kealaman.
Luasnya spektrum sains yang terpuji, ditinjau dari sudut pandang Islam, bisa dilihat dari
hadis- hadis Nabi seperti:
“carilah ilmu walaupun dengan pergi ke negeri cina, sebab mencari ilmu itu wajib bagi
setiap muslim”
Diriwayatkan juga dari Imam Ali bahwa:
“ ilmu itu harta yang hilang dari kaum yang beriman, karenanya carilah ia meskipun ia
berada bersama kaum musyrik”
Jelas bahwa hadis-hadis ini tidak merujuk pada ilmu-ilmu keagamaan yang spesifik. Jika
tidak demikian, niscaya Nabi Muhammad SAW tidak akan memerintahkan pencariannya dari
oarng –orang yang tak beriman.
Para sarjana muslim pada era gemilang peradaban Islam menkankan bahwa motivasi
dibalik upaya pencarian ilmu –ilmu matematis adalah mengeahui ayat-ayat Tuhan.
Dalam Al-Quran . kata ‘ilm, atau pengetahuan , digunakan baik untuk ilmu kealaman
maupun jenis ilmu yang lain. Kajian tentang alam direkomendasikan dengan tujuan untuk
menemukan pola-pola Tuhan dialam semesta dan memanfaatkannya demi kemaslahatan umat
manusia.
Menurut Al-Quran, kajian tentang fenomena alam mengajarkan kepada kita beberapa
pelajaran penting mengenai hal-hal berikut:
a. Asal –usul dan evolusi dunia( QS,Al-Ankabut [29]:20)
b. Adanya tata terbit dan harmoni dialam semesta(QS.Al-Furqan [25]: 2)
c. Adanya tujuan bagi alam semesta(QS.Al-Anbiya[21]:16)
d. Pentignya umat manusia(QS Al-Isra’[17]: 70)
e. Argumen bagi keesaan Tuhan dari kesatuan alam:
Kajian tentang feomena alam telah menunjukan adanya saling keterkaitan antara
berbagai bagian alam, setidak-tidaknya pada tingkat fundamental. Ini dipandang sebagai
tanda kesatuan alam. Dari sudut pandang Al-Quran ,kesatuan penciptaan adalah petunjuk
terhadap keesaan sang pencipta: (QS.Al-Anbiya’[21]:22)
Beberapa Masalah Mendasar
1) Bagaimanakah hubugan antara sains dan Agama dalam pandangan dunia Islam?
Dalam pandangan Islam, sains dan agama memiliki dasar metafisika yang sama, dan
tujuan pengetahuan yang diwahyukan maupun pengetahuan yang diupayakan adalah
mengungkapkan ayat-ayat Tuhan dan sifat-sifat-Nya kepada umat manusia. Kita
menyakini bahwa inkonsistensi yang dituduhkan kepada sains dan agama, seperti yang
ditudingkan oleh sebagian orang dimasa lampau ataupun dimasa kita sekarang ini, adalah
karena diabaikannya keterbatasan sains oleh sebagian ilmuan, atau karena campur tangan
yang tak semestinya dari para otoritas agama dalam persoalan saintifik.
Efek lain yang bisa ditimbulkan agama teradap sains adalah diwilayah penerapan sains.
Agama bisa berguna dalam mengorientasikan sains pada arah penguatan kapasitas-
kapasitas spiritual manusia dan dalam mencegah penggunaan sians bagi tujuan-tujuan yang
merusak.
2) Bagaimana cara- cara memahami alam?
Dari sudut pandang Al-Quran, ada beberapa cara untuk memperoleh informasi mengenai
dunia luar.
Kesan – kesan indra
Disini yang dimaksudkan adalah kesan-kesan yang diterima oleh panca indra kita melalui
eksperimentasi dan observasi.
Penggunaan akal
Menurut Al-Quran , eksperimentasi dan observasi adalah perlu untuk memperoleh
pengetahuan mengenai dunia luar, tetapi itu tidaklah memadai untuk menafsirkan dan
mengorelasikan data eksperimental.
Intuisi
Dalam pandangan Al-Quran, disamping eksperimentasi dan penggunaan akal, ada cara
lain untuk memperoleh pengetahuan tentag realitas dunia.
3) Apakah alam semesta, dalam totalitasnya, bisa dipahami melalui sains?
Para penganut paham empirisisme menyakini bahwa data indra adalah satu-satunya
sumber pengtahuan kita. Jadi sains harusmembuang konsep – konsep yang bersifat metafisik.
Sebab, konsep-konsep metafisik tidak berakar pada pengalaman indra. Dalam pengetahuan
mereka, pengetahuan yang didasarkan pada panca indra adalah satu-satunya cara untuk
sampai kepada kebenaran, dan kebenaran adalah sama dengan apa yang diperoleh melalui
sumber ini.
Kemajuan sains pada dua abad terakhir telah membawa sebagian orang pada klaim bahwa
segala sesuatu dapat diungkapkan dalam batasan sains empiris.
4) Apakah batasan-batasan sains ?
Dominasi berbagai aliran emprisisme memperkuat sikap ini sehingga sebagian orang
memandang sains sebagai Mahakuasa, yang mampu menjawab semua pertanyaan yang dicari
manusia.
Dalam beberapa dasawarsa terkhir ini, pandangan yang empiristik ini telah ditantang atas
dasar beberapa landasan:
a) Kemampuan sains untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ultimat manusia telah
dipertanyakan. Pertanyaan – pertanyaan tentang berbagai macam tingkat eksistensi
berada diluar wilayah kemampuan sains untuk menjawabnya. Demikian juga, jawaban
terhadap pertanyaan – pertanyaan mengenai Tuhan, ruh,keabadian jiwa, dan kehendak
bebas manusia tidak bisa dijelaskan melalui sains.
b) Sains memunculkan beberapa pertanyaan yang relevan dengan pokok persoalannya,
tetapi penjelasan-penjelasan terhadapnya berada diluar kemampuan sains. Beberapa
contoh pertanyaan tersebut adalah:
 Mengapa harus ada satu alam semesta yang didalamnya hukum-hukum seperti itu
berlaku?
 Darimana datangnya hukum-hukum fisika?
Ringakasnya, penjelasan tentang dasar-dasar sains dan alasan-alasan
keberhasilanya meti dicari diluar fisika.
c) Terkadang kita menggunakan konsep-konsp yang tidak disimpulkan secara langsung
dari pengalaman (misal :kuark). Padahal , paham empirisisme yang ketat menolak
penggunaan konsep-konsep semacam ini, yang sebenarnya bermanfaat.
d) Beberapa landasan filosofis sains modern telah digugat dan sebagai gantinya,
pandangan –pandangan alternatif telah dikemukakan.
5) Apakah yang disebut “sains islam “itu?
Orang bisa mendefinisikan “sains Islam”sebagai jenis sains yang didalamnya
pengetahuan tentang dunia fisik terkandung dalam pandangan dunia islam.

2. MEMAHAMI ALAM DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Peran pengamatan dan penalaran dalam memahami alam.
Dalam pandangan Al-Quran ada tiga saluran untuk mengetahui alam:
1) Indra-indra lahiriyah, yang melaluinya pengamatan dan eksperimentasi terjadi.
2) Akal yang tidak dikotori oleh kejahatan
3) Wahyu (ilham)
Ada sejumlah ayat dalam Al-Quran yang mendorong manusia agar menggunakan
pancaindranya untuk mencari kebenaran (QS.Al-Ankabut[29]:20).
Dalam Al-Quran, setiap kali fenomena alam disebutkan maka secara ekplisit
ditunjukkan bahwa penangkapan tanda-tanda Tuhan dialam dan hubungannya dengan
pemilik tanda-tanda tersebut berada dalam jangkauan manusia yang berakal, yang mampu
melakukan perenungan.
Beberapa ayat Al-Quran menunjukan bahwa disamping pengetahuan yang berakar pada
panca indera, juga ada pengetahuan yang bersifat nonindera.
Peran ilham dan wahyu dalam memahami alam
Sesungguhnya, sumber utama ilham bagi manusia adalah pemberi pengetahuan yang
Mahatau, yakni Allah. Tetapi, derajat antara hubungan manusia dengan dan sumber ini
berbeda antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Sebagian orang berpikir tetapi tidak
mencapai apa-apa, sementara sebagian orang lainnya menemukan kebenaran melalui
perenungan, dan masih ada lagi orang-orang lainnya yang menjadi sadar akan banyak realitas
dengan hanya melakukan sedikit spekulasi.
Sebagian filosof muslim percaya bahwa manusia yang memiliki bakat untuk mencapa
pengetahuan langsung seperti itu adalah mereka yang dianugerahi kemampuan kewalian. Kita
juga bisa menyimpulkan bahwa ilham juga memiliki berbagai tingkatan meskipun secara
keseluruhan ia lebih rendah daripada wahyu.
Tetapi dalam pandangan Al-Quran, meskipun ilham dan pencerahan adalah sarana untuk
mencapai pengetahuan, tidak setiap orang bisa mengambil manfaat dari anugerah ini. Satu-
satunya cara yang terbuka bagai semua orang adalah saluran pengamatan yang dilengkapi
dengan perenungan.

3. RELEVANSI “SAINS ISLAMI”


Dunia Islam meskipun telah mengendorkan ikatannya dengan agama-belum mencapai
kemajuan seperti barat dalam bidang sains dan teknologi, dan karena imoralias telah
menyertai penyalahgunaan sains dan produk – produk saintifik.
Adakah ruang bagi sains Islami?
Sains bisa dipandang sebagai usaha yang bersifat objektif dan bebas nilai. Maka , ketika
konsep “sains Islami” dikemukakan, orang lalu membantah bahwa ilmu fisika, kimia dan
sebagainya, bersifat netral terhadap agama atau ideologi manapun, dan dalam kenyataannya
sains dan agama adalah dua usaha yang mandiri. Dilain pihak, dengan “sains
Islami”,sebagian orang memaksudkannya sebagai sains yang melibatkan pembahasan tentang
mu’jizat-mu’jizat Al-Quran atau hadis Nabi, atau sians yan membahas tentang cara-cara yang
mungkin untuk membuktikan adanya Tuhan, atau sians yang mencoba menisbatkan asal- usul
sains kepada para sarjana Muslim, dan sebagainya.
Relevansi sains Islami
Dengan sians islami, yang kita maksudkan adalah sains yang berkerangka pandangan
dunia Islam.ciri-cirinya adalah:
1) Memandang Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta.
2) Tidak membatasi alam semesta pada ranah materi saja.
3) Menisbatkan tujuan kepada alam semesta.
4) Menerima tertib moral bagi alam semesta.
Perbedaan utama antara sains islami dan sains sekuler tampak pada wilayah-wilayah
berikut:
1) Praanggapan-praanggapan metafisik dalam sains seringkali berakar pada pandangan
dunia religius.
2) Pandangan religius efektif dalam memberikan orientasi yang layak dari penerapan
sains.
Manakala kita berbicara tentang Islamisasi sains, yang kita maksudkan adalah
memberikan perhatian pada unsur-unsur ekstrailmiah ini, dan bahwa seluruh rancangan
dilihat dalam sorotan pandangan dunia Islam. Dari sudut pandang Islam, tidaklah relevan
apakah kita memiliki 92 unsur alam ataukah lebih. Jadi makna sains Islami bukanlah bahwa
kita mencari semua rahasia alam dari Al-Quran dan hadis-hadis, atau bahwa kita
mengesampingkan eksperimentasi dan observasi.

4. ISLAM , SAINS, DAN MASYARAKAT


Konsepsi Islam tentang masyarakat
Masyaraat Islam yang ideal adalah masyarakat yang didalamnya hukum Tuhan menjadi
hakim dari semua masalah kehidupan, dan kebahagian individu dan masyarakat terjamin.
Ciri – ciri masyarakat Islami
Disini kita sebutkan sebagian di anataranya yang paling penting:
 Terwujudnya keadilan.
 Penyediaan jaminan dan kesejahteraan sosial.
 Kesadaran yan tinggi akan tanggung jawab sosial.
 Komitmen terhadap nilai-nilai moral
 Bersikap moderat.
 Membangun rasa persaudaraan
 Mengajukan kebaikan dan mencegah keburukan
 Menghormati hak-hak asasi manusia.
Islam , sains, dan masyarakat
Ilmu pengetahuan pada umumnya dan sians kealaman serta teknologi pada khususnya
harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga:
1) Memenuhi kebutuhan spiritual individu dan masyarakat.
2) Mampu menyediakan dasar individu dan masyarakat.
3) Tidak mengganggu unsur-unsur khas masyarakat Islam.
4) Mampu mengamankan masyarakat terhadap kekuatan jahat da agresi asing.
Ini jga berarti, sains-sains kealaman dan teknologi mesti dikembangkan dengan cara
sedemikian rupa sehingga merekan membantu menghasilkan individu-individu yang bahagia
dan masyarakat yag sejahtera.
Sayangnya, perkembangan sains dan teknologi pada dua abad terakhir ini tidak membawa
kepada kesejahteraan umat manusia. Konsekuensi-konsekuensi buruk dari penggunaan sains
dan teknologi yang tidak layak adalah:
1) Eksploitasi berlebih-lebihan terhadap sumber daya alam.
2) Kesenjangan tajam antara kaum kaya dan kaum miskin.
3) Polusi lingkungan.
4) Rongrongan terhadap dimensi spiritual umat manusia.

5. ISU ETIKA DALAM SAINS DAN TEKNOLOGI


Melemahnya nilai-nilai moral dan pertimbangan etika dalam usaha ilmiah dalam tiga
abad terakhir terutama abad 20, mempunyai banyak sebab. Disini kita ringkaskan faktor –
faktor yang paling penting:
1) Pandangan mekanistik tentang alam pada abad ke 17 dan 18 yang memandang alam
sebagai mesin, tanpa hak-hak atau kepentingan-kepentingan yang inheren, yang pada
gilirannya membawa kepada sikap eksploitatif terhada alam.
2) Sebelum berkembangnya sains modern,kebanyakan ilmuan percaya pada hukum-
hukum moral yang tidak objektif. Kemajuan sains berpengaruh dalam memarginalkan
pertimbanga etika dan menyebarkan subjektivisme nilai moral.
3) Beberapa teori ilmiah yang populer, seperti teori evolusi darwin, telah merongrong
kepercayaan pada tata moral yang objektif.
4) Sebelum terjadinya renaisans, sains, agama, dan filsafat terkait erat satu sama lain.
Hubungan sains Islam dan etika
Sains beruruan dengan kajian tentang alam melalui eksperimentasi, observasi, dan kerja
intelektual. Etika, dalam pengertian yang kita gunakan disini, menyangkut atuan-aturan
perilaku apa yang disebut nilai moral.
Hubungan sains dan etika pada level metafisik
Sains berurusan dengan sebuah aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
tetapi ia tidak bisa berurusan dengan seluruh spektrum pengalaman manusia. Untukberurusan
dengan spektrum yang lebih luas ini, orang memerlukan pandangan yang diperluas tentang
sains, yaitu suatu metafisika, yang mencakup baik sains maupun etika, diantaranya, dan yang
bisa memandang semua aspek pengalaman manusia dengan cara yang terpadu.
Hubugan sains dan etika pada level praktis
Pada level praktis, sains dan etika saling berkaitan karena alasan-alasan berikut:
1) Sains adalah usaha yang diarahkan pada tujuan, ia harus mencakup bebrapa nilai yang
memberikan arah baik kepada tujuan-tujuannya maupun cara-cara untuk
mencapainya.
2) Keseluruhan usaha ilmiah melibatkan pertimbangan nilai.
3) Sains telah menjadi semakin terikat dengan tujuan-tujuan bisnis, industri, dan politik.
4) Mereka yang mengkhutbahkan netralitas nilai sains sesungguhnya teah
mencampuradukkan temuan-temuan sains dengan penerapan-penerapannya.
5) Untuk mengamankan kesejahteraan manusia dalam semua kegiatan manusia,
termasuk kerja ilmiah, harus ada rasa tanggung jawab pada diri mereka yang terlibat.
Kebutuhan mendesak akan kepedulian etika pada abad kita
Kemajuan – kemajuan mutakhir dalam Biologi molekuler dan rekayasa genetika telah
menghasilkan peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kekuasaan manusia
atas makhluk-makhluk hidup.
Isu – isu etika yang dimunculkan oleh kemajuan –kemajuan mutakhir dalam teknologi
mencakup berbagai jenis. Dua kategori yang penting adalah :
 Manipulasi Genetika
Percobaan – percobaan dalam rekayasa genetika, kajian tentang asal – usul gen
untuk kecerdasan, serta pengklonan (kloning) embrio manusia dan binatang telah
memunculkan pertanyaan mengenai perancangan kemmbali manusia. Sementara
bioteknologi menawarkan manfaat-manfaat potensial yang luar biasa bagi pegobatan
dan pertanian, persoalan – persoalan serius dimunculkan oleh tekhnologi reproduksi.
Disini dikemukakan sebagian dari keberatan-keberatan yang dimunculkan untuk
menentang pengklonan manusia di beberapa kalangan kristen dan Muslim:
a. Pengklonan merusak harkat, keunikan, dan kesakralan kehidupan manusia.
Artinya, ia membawa kepada dehumanisasi.
b. Pengklonan mereduksi tubuh manusia kederajat barang dagangan.
c. Pengklonan mempengaruhi sistem keluarga dan menimbulkan beberapa dilema
hukum dan etika.
d. Pengklonan merusak hubungan kekerabatan.
e. Pengklonan bisa menimbulkan masalah tak teramalkan yang tak bisa diobati.
Pentingnya Dimensi Moral dalam Pandangan Islam
Dalam pandangan Islam sains dan etika berpadu secara serasi dalam pandangan dunia
Islam yang memandang fenomena alam sebagai ayat-ayat Tuhan, menisbatkan tujuan kepada
alam semesta dan mengasumsikan adanya watak moral bagi kosmos.
Orientasi Moral Sains dan Teknologi dalam Islam
Sejauh menyangkut dimensi etika sains, ada empat konsep dalam Al-Quran dan hadis
yang secara khusus relean dengan orientasi moral sains dan teknologi.keempat konsep itu
adalah:
1) Ilmu yang bermanfaat
Sementara pencarian ilmu pengetahuan, dalam pengertiannya yang umum, sangat
dianjurkan dalam Islam, ditekankan pula bahwa orang harus mencari pengetahuan
yang bermanfaat
2) Keseimbangan dalam alam semesta dan dalam umat manusia
Dalam pandangan Al-Quran, segala sesuatau di alam semesta ini diciptakan dalam
kondisi teratur dan seimbang (terukur dan proposional), dan umat manusia tidak boleh
merusak keseimbangan ini.
3) Penyucian jiwa
Dalam pandangan Al-Quran, pesan rasul-rasul Tuhan bersisi dua: mengajarkan dan
menyucikan manusia. Pencarian ilmu pengetahuan haruslah disertai dengan
pengajaran nilai-nilai moral. Kesadaran untuk meniru akhlak Tuhan akan memberikan
orientasi yang benar kepada kegiatan ilmiah seseorang.
4) Menghindari penilaian yang tak berdasar.
Salah stu hal yang ditekankan dalam Al-Quran adalah menghindari dukungan atau
penolakanyang tak berdasar: (QS Al-Isra’[17]: 36). Ini khususnya penting bagi era
kita sekarang ini, ketika banyak eksprimen dilakukan dengan melibatkan resiko-resiko
yang belum diperhitungkan.
6. APAKAH SAINS BISA MEMBUKTIKAN REALITAS TRANSENDEN?
Tanggapan para sarjana Muslim terhadap Sains Modern.
Ada empat jenis reaksi di dunia Islam terhadap sains modern:
1) Sebagian sarjana Muslim menolak sains modern sebagai pemikiran yang asing dan
tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dalam pandangan mereka, satu-satunya obat bagi
kejumudan masyarakat Islam adalah mengikuti secara ajaran-ajaran Islam.
2) Sebagian pemikir di dunia Islam mendukung penerimaan sepenuhnya terhadap sains
modern. Dalam pandangan mereka satu-satunya obat bagi masyarakat Muslim yang
yang jumud adalah penguasaan sains modern dan penggantian pandangan dunia
religius dengan pandangan dunia ilmiah.
3) Sebagian sarjana muslim mencoba menyesuaikan Islam dengan temuan-temuan sains
modern.
4) Akhirnya, sebagian filosof Muslim memisahkan temuan-temuan sains modern dari
implikasi filosofinya.
Dampak sains Modern terhadap Teologi Islam.
Ketika sains modern memasuki dunia Islam, sebagian saintis Muslim mengadopsi
perspektif filosofis dan teologi Barat secara utuh. Tetapi para teolog dan folosof Muslim
melawan pengadopsian beberapa ajaran yang dipandang berbahaya bagi ajaran-ajaran dasar
Islam.

Sains dan Eksistensi Tuhan


Dalam Al-Quran suci,fenomena alam disebut sebagai ayat-ayat Allah, dan diimplikasikan
bahwa dengan memahami ayat-ayat ini oarang bisa mencapai pengetahuan tentang pemilik
ayat-ayat tersebut(QS Al-Rum [30] : 22). Dalam Al Quran kita sering menemukan rujukan
kepada pnciptaan dan susunan wujud –wujud, keeksamaan dan ketertiban dalam penciptaan,
serta keserasian antara keberadaan manusia dan bagian – bagian alam fisik selebihnya(QS
Al’Ankabut [29]: 20). Al Quran juga berargumen dengan keserasian penciptaan untuk
membuktikan keesaan Tuhan.(QS Al-Anbiya [21]: 22). Al Quran bahkan menegaskan bahwa
kajian tentang ayat-ayat Tuhan dialam (yakni fenomena alam) pada akhirnya bisa membawa
lebih dekat dengan Tuhan. (QS Fushshilat [41] : 53).
Tuhan dan penciptaan
Masalah penciptaan alam selalu dikaitkan dengan masalah eksistensi Tuhan. Pada abad
pertengahan, ia digunakan dengan berbagai cara sebagai premis dalam argumen-argumen
filosofis bagi keberadaan Tuhan. Tetapi dalam dua abad terakhir, ia menjadi subjek bukti
ilmiah keberadaan Tuhan. Dua teori melahirkan diskusi-diskusi yang tajam mengenai
masalah ini: teori Dantum Besar (Big Bang ) dan teori evolusi darwin. Disini kami akan
memberikan gambaran singkat tentang masalah-masalah terkait.
 Dentuman Besar
Persamaan relativitas umum Einstein memilki beberapa solusi. Diantaranya adalah
solusi-solusi yang secara tidak langsung menyatakan bahwa segala sesuatu dialam
semesta ini mengembang dan juga melambat.
 Teori Evolusi Darwin
Kebingungan lain mengenai Tuhan dan penciptaan alam semesta berkaitan dengan
teori evolusi Darwin. Teori ini menantang ketakberubaha spesies dan mengklaim
sanggup menjelaskan evolusi spesies dalam batas-batas seleksi alam dan survival of
the fittest (spesies yang paling dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
adalah yang sanggup bertahan hidup). Menurut Darwinisme, kehidupan
berkembanga dari proses-proses acak, dan tidak ada rencana bagi penciptaan spesies.

KOMENTAR
Buku ini mewakili tanggapan bahwa sains itu sarat nilai, terutama pamenasda tingkat
asumsi-asumsi dasarnya. Dengan pandangan seperti ini, pengarang menawarkan sains islami
sebagai sains yang berladaskan nilai-nilai univesal islam. Pada buku ini pengarang tidak
hendak meleburkan sains dan islam secara gampangan dan ceroboh, seakan – akan sains
islami ini menghendaki laboratorium khas islam atau semacam hukum gerak Newton versi
alam. Atau seakan – akan dengan mempelajari ayat-ayat Al-Quran tertentu, orang dengan
serta merta bisa memahami sifat-sifat alam. Dengan sains islami, pengarang bermaksud
memberi kerangka matafisis yang islami atas sains yang berkembang dewasa ini.
Kelebihan :
 buku ini memberikan kita gambaran bahwa sains bisa menghantarkan kita agar
lebih dekat dengan Tuhan.
 Buku ini membuat kita menjadi tahu bahwa sains islam dan modern haruslah
seimbang, dan kita juga bisa mengetahui bagaiamana cara menjadi seorang ilmuan
yang beragama dan beretika.
Kekurangan :
 Bahasa yang digunakan terlalu memerlukan tingkat pemahaman yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai