Etika Sikap Ilmiah
Etika Sikap Ilmiah
php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
HESTI SEPTIANITA
Fakultas Hukum Universitas Pasundan (UNPAS), Jl. Lengkong Besar No. 68 Bandung, Email:
hesti.septianita@unpas.ac.id
ABSTRAK
Arus informasi yang semakin deras memungkinkan masyarakat mengambil dan menyerap segala
macam bentuk pemberitaan baik melalui media cetak, media sosial, televisi, radio, dan segala bentuk
perangkat lainnya. Inilah budaya dimana masyarakat hidup saat ini. Tidak jarang beberapa anggota
atau kelompok masyarakat di Indonesia saat ini sering terlibat dalam kasus penipuan dan pencemaran
nama baik, baik sebagai pelaku maupun korban. Teknologi yang berkembang pesat memberikan
masyarakat kuasa untuk saling menyebarkan informasi yang sedemikian cepat dan massif. Namun,
perlu disadari, kuasa menyiratkan tanggung jawab, dan segala bentuk penyampaian informasi
seharusnya dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Banyaknya masyarakat yang menjadi korban
tindak pidana diakibatkan oleh kurang adanya sikap kritis dalam menyerap, mencerna dan menganalisis
informasi yang diterima. Atikel ini merupakan hasil penelitian yang berusaha menyoal bagaimanakah
etika sikap ilmiah yang dapat dikembangkan oleh pendidikan hukum serta bagaimanakah membentuk
pendidikan hukum dengan etika ilmiah yang mampu mencegah adanya korban tindak pidana. Di sini
digunakan pendekatan filosofis, pendekatan konseptual, dengan teknik analisis yaitu teknis analisis
kualitatif berupa analisis dekonstruksi (filosofis), analisis system-normatif, analisis heuristik (mencakup
deskripsi context of justification ilmu, kritik terhadap paradigma ilmu, penemuan jalan baru,
pengembangan kearah kreativitas, dan analisis socio legal-multi disiplin analisis.
205
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
ABSTRACT
The increasingly swift flow of information enables the public to take and absorb all kinds of news through
printed media, social media, television, radio, and all other forms of equipment. This is the culture in which
people live today. Not infrequently some members or community groups in Indonesia today are often
involved in fraud and defamation cases, both as perpetrators and victims. Rapidly developing technology
gives people the power to spread information so rapidly and massively. However, it must be realized, the
power implies responsibility, and all forms of information delivery should be done with full responsibility.
The large number of people who become victims of crime is caused by the lack of a critical attitude in
absorbing, digesting and analyzing the information received. This article is the result of research that seeks
to question how scientific attitude ethics can be developed by legal education and how to shape legal
education with scientific ethics that are able to prevent victims of crime. Philosophical approaches,
conceptual approaches are used here, with technical analysis techniques namely qualitative analysis in the
form of deconstruction (philosophical) analysis, system-normative analysis, heuristic analysis (including
description of the context of justification of science, criticism of the science paradigm, discovery of new
paths, development towards creativity and socio legal analysis, multi-disciplinary analysis
206
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
I. PENDAHULUAN
207
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
208
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
209
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
berimprovisasi dan menggali berbagai sumber dan startegi belajar yang tersedia di
lingkungannya sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran (Hardika,
2012).
Belajar dan mengajarkan etika dan hukum, bukanlah sekedar belajar
informasi, yaitu kegiatan memahami simbol seperti kata, istilah, pengertian dan
peraturan, yang bentuknya tidak lebih merupakan hapalan. Namun tampaknya
lebih tepat dengan apa yang disebut kegiatan belajar sikap. Kegiatan belajar sikap
atau yang dikenal dengan bejalar afektif menekankan pada pola tindakan peserta
didik dalam merespons stimulus tertentu, kecenderungan perasaan dan perbuatan
yang konsisten terhadap diri seseorang (Suprijono, 2015). Sebagaimana hukum,
pendidikan adalah sebuah proses yang belum berakhir, terdapat kesalahan atau
kekeliruan yang tak terhindarkan, namun harus selalu mengkritisi diri sendiri dan
memperbaiki kekurangannya. Ini adalah bagian dari sikap etis yang hendak
disampaikan dalam model pendidikan hukum di sini. Pendidikan hukum
seyogyanya tidak hanya menyampaikan apa yang diatur sebagai norma oleh
hukum per se, melainkan juga harus mampu memberikan pemahaman yang utuh
pada pembelajarnya mengenai mengapa terbentuk norma tersebut. Pendidikan
hukum tidak hanya diorientasikan agar membuat pembelajarnya menjadi taat
hukum atau mampu mengaplikasikan prakteknya, disamping itu, pendidikan
hukum harus menyentuh nilai-nilai yang mampu melindungi masyarakat dari
perbuatan melawan hukum.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka perlu pemetaan relasi antara hukum,
ilmu pengetahuan dan etika dan; memberdayakan Pendidikan Tinggi Hukum,
sebagai alternatif jalan keluar sekaligus memberikan layanan terbaik kepada
masyarakat (unggul & bermutu) untuk pengembangan sumber daya manusia
(calon penegak hukum) yang berintegritas, untuk menciptakan/mendesain
pendidikan klinis hukum berbasis etika ilmiah di Perguruan Tinggi Hukum.
Dengan demikian pendidikan klinis berbasis etika-ilmiah dapat menjadi model
alternatif (di perguruan tinggi hukum) yang dapat diaplikasikan sebagai
210
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
211
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
Focus Group Discussion secara bertahap, yaitu pertemuan ahli secara terbatas
untuk mengkaji aspek-aspek fundamental. c) Teaching Method-CLE, dapat
mengembangkan model simulasi untuk proses pengembangan materi
pembelajaran Pendidikan Hukum berbasis etika ilmiah. Uji coba terhadap
mahasiswa dilakukan kurang lebih sebanyak 20 orang yang akan dibentuk kelas
khusus guna pengembangan model yang diharapkan. Teaching Method yang
dikembangkan merupakan standart internasional (Global-CLE Dunia). Sekalipun
merupakan simulasi sederhana yang diharapkan dapat mengembangkan model
kurikulum pendidikan klinis berbasis etika ilmiah. Kemudian digunakan juga
teknik pengecekan keabsahan data dan informasi menggunakan triangulasi untuk
mengecek derajat keterpercayaan suatu data yang diberoleh secara beragam,
dengan menggunakan beberapa teori atau lebih dari satu teori sebagai
pembanding yang dapat dilakukan secara induktif atau secara logika. Konsep
Heuristic menjelaskan bahwa teori yang baik akan menstimulasi penelitian (a good
theory generates research). Teknik analisis yang digunakan adalah teknis analisis
kualitatif sebagai berikut: a) Analisis Dekonstruksi (filosofis), yaitu mencoba
untuk memisahkan unsur unsur system dari unsur keleluruhan yang
membentuknya: b) Analisis System-Normatif, yaitu melakukan rekonstruksi dan
memadukan unsur-unsur yang baru, yaitu memasukan aspek nilai baru kedalam
sebuah system baru; c) Model analisis heuristik (mencakup Deskripsi context of
justification ilmu, Kritik terhadap paradigma ilmu, Penemuan jalan baru,
Pengembangan kearah kreativitas); d) Analisis Socio Legal-Multi disiplin analisis
yaitu analisis data dilakukan melalui proses interpretasi, koherensi intern,
komparasi dan heuristik dan penyusunan model konseptual. Alur analisis
kualitatif dapat dijelaskan sebagai berikut, yang pertama adalah reduksi data
diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data. yang muncul dari catatan-catatan selama
penelitian dilakukan. Dengan kata lain reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
212
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga simpulan-
simpulan finalnya dapat ditarik/diambil.
213
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
214
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
215
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
216
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
hukum klinis dan metodologi intinya yang secara aktif melibatkan masyarakat
(Bloch, 2011). Proses tersebut dijelaskan melalui gambar berikut:
Pendidikan Etika
Melalui Sikap
Hukum Klinis Ilmiah
217
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
218
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
219
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
B. Saran
1. Pendidikan etika dan pendidikan hukum klinis diharapkan dapat
dikembangkan lebih lanjut dalam kurikulum Pendidikan hukum.
2. Hasil pengembangan pendidikan etika dan pendidikan hukum klinis
diharapkan dapat digunakan sebagai metode pendidikan hukum klinis
untuk pembelajaran etika khususnya dalam membentuk sikap ilmiah di
masyarakat agar terhindar sebagai korban tindak pidana.
220
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
DAFTAR PUSTAKA
Bloch, F. S. (2011). Legal Aid Origins of Clinical Legal Education. In The Global
Clinical Movement: Educating Lawyers for Social Justice (Bloch, Fra, pp.
153–165). New York: Oxford University Press.
Duncan, N., & Kay, S. L. (2011). Adressing Lawyer Competence, Ethics, and
Professionalism. In F. S. Bloch (Ed.), The Global Clinical Movement:
Educating Lawyers for Social Justice (pp. 183–195). New York: Oxford
University Press.
Giddings, J., Burridge, R., Gavigan, S. A. M., & Klein, C. F. (2011). The First
Wave of Modern Clinical Legal Education: The United States, Britain,
Canada and Australia. In F. S. Bloch (Ed.), The Global Clinical Movement:
Educating Lawyers for Social Justice (pp. 3–22). New York: Oxford
University Press.
Nurjanah, A., Sudin, A., & Sujana, A. (2017). LITERASI SAINS DALAM
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (Penelitian Preexperimental
terhadap siswa kelompok atas, tengah, dan bawah SDN Waringin II dan
SDN Palasah I di Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka pada Materi
Energi Panas). Jurnal Pena Ilmiah, 2, No. 1, 581–590. Retrieved from
https://ejournal.upi.edu/index.php/penailmiah/article/download/10036/
6231
221
Available online at: http://ejournal.unpas.ac.id/index.php/litigasi
Litigasi, Vol. 20 (2) Oktober, 2019, p.205-222
DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v20i2.2091
Shover, N., & Hochstetler, A. (2006). Choosing White-Collar Crime. New York:
Cambridge.
Susanto, A. F. (2011). Satjipto Rahardjo Dari DNA Hukum Progresif Menuju Ruang
Ontologis yang Reduksionis. In M. A. Safitri, A. Marwan, & Y. Arizona
(Eds.), Satjipto Rahardjo dan Hukum Progresif: Urgensi dan Kritik (p. 114).
Jakarta: Epistema Institute.
Suyono, S., & Hariyanto, H. (2016). Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep
Dasar. Bandung: Rosdakarya.
222