Anda di halaman 1dari 24

MACAM-MACAM SUMBER AJARAN ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Diklat Ilmu Tafsir

Dosen Pengampu:
Dr. KH. Sa’dulloh Affandy, M.A.,M.Si

Disusun oleh:
Hendriyan Rayhan
(Kelas A – PKU)

PENDIDIKAN KADER ULAMA (PKU)


MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)
2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR

ّ
َ‫ن‬ َ ّ ‫ِل َرَ ل‬
َ َ‫ب َ َالبَ لَريَ لَة َوَالصَلَ َاة َوَالسَلَامَ َعَلَىَخَيَ لَر َالَبَ لَريَ لَة َوَعَلَىَاللَ لَه َوَأَصَحَ لَابهلَ َوَم‬ َ‫اَلحَمَدَ َل ل‬
ّ
َ ‫يَالس ل َّرَوَالَعَلَالَنيَ لَة‬
َ ‫تَ لَبعَهَمََلَب لَإحَسَانََلَف ل‬

Rasa syukur penulis ungkapkan dengan memuji Allah Ta’ala


yang telah menurunkan Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia.
Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad Saw. sebagi makhluk terbaik (khairul bariyyah) yang
kehadirannya menjadi rahmat bagi semesta alam.
Penulis meyakini bahwa atas berkat rahmat Allah tulisan
berjudul “Macam-macam Sumber Ajaran Islam” ini dapat
terselesaikan. Pada kesempatan ini secara khusus penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si selaku Direktur Program
Pendidikan Kader Ulama (PKU) Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Kabupaten Bekasi.
2. Panitia Pendidikan Kader Ulama (PKU) dan seluruh jajaran
pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bekasi
yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
menimba ilmu di program ini.
3. Guru-guru penulis di SDN Burangkeng 01, MDA Nurul
Ikhlas Setu, Ma’had Khairul Bariyyah Kota Bekasi, LSQ Ar-
Rohmah Bantul, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

ii
Universitas PTIQ Jakarta, serta majelis-majelis ilmu yang
pernah penulis hadiri.
4. Orangtua dan keluarga penulis. Khususnya istri tercinta
Meika Purwoningsih, SE. yang selalu memberikan
dukungan kepada penulis dalam setiap kegiatan
pengembangan diri.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih sangat sederhana
dan memiliki banyak kekurangan. Semua itu tidak lain karena
kelemahan penulis. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik
dan saran yang membangun untuk perbaikan karya ini. Semoga
dapat menjadi pemacu untuk pengembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan, baik bagi pembaca maupun penulis.

Bekasi, 24 Agustus 2023

Hendriyan Rayhan

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 2
C. Tujuan................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................ 3
A. Definisi Sumber Ajaran Islam ............................................ 3
B. Sumber Primer Ajaran Islam .............................................. 5
1. Al-Qur`an ....................................................................... 7
2. As-Sunnah .................................................................... 10
C. Sumber Sekunder Ajaran Islam ........................................ 13
BAB III PENUTUP .................................................................... 15
A. Kesimpulan ...................................................................... 15
B. Saran ................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 17
DAFTAR RIWAYAT PENULIS ................................................. 19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. saat ini
usianya memasuki 15 abad. Selama perjalanan panjang itu, Islam
telah hadir memberi pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan
manusia: sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya, tradisi, dan lain-
lain. Islam juga tampil sebagai disiplin ilmu yang diajarkan di
berbagai fakultas agama maupun umum. Ia mencakup bidang
Tafsir/Ilmu Tafsir, Hadis/Ilmu Hadis, Fiqih/Ushul Fiqih, Teologi,
Filsafat, Tasawuf, Sejarah Peradaban Islam, Pendidikan dan
Dakwah Islam. Berbagai cabang studi Islam ini dikaji dan
dikembangkan tidak hanya oleh kalangan muslim sendiri,
melainkan juga oleh kalangan non-muslim dan orientalis.1
Secara harfiah, Islam berarti penyerahan atau perdamaian.
Islam merupakan agama sederhana dan jelas aturannya. Ia
merupakan sebuah konstitusi yang sempurna serta pedoman Tuhan
bagi umat manusia untuk membina kehidupan yang bermoral.
Islam dengan ajaran tauhid dan syariat serta tuntunan akhlak dapat
menghidupkan jiwa yang beku, menggugah hati yang layu, dan
membangkitkan naluri kebaikan dalam diri seseorang.2

1
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif (Jakarta: Kencana, 2011), 4-
5.
2
Muhammad Chirzin, Buku Saku Konsep dan Hikmah Akidah Islam
(Jakarta: Zaman, 2015), 14.

1
Pengaruh yang besar tersebut tentu tidak lahir secara instan
dan tiba-tiba. Ada sumber yang menjadi rujukan umat Islam untuk
diimplementasikan dalam kehidupan, sehingga dapat mewujudkan
peradaban di berbagai bidang kehidupan. Berdasarkan hal tersebut,
kajian mengenai sumber ajaran Islam penting dilakukan. Atas
dasar itulah makalah ini ditulis.
B. Rumusan Masalah
Ada tiga rumusan masalah yang menjadi pertanyaan dalam
makalah ini, yaitu:
1. Apa definisi sumber ajaran Islam?
2. Apa saja sumber primer ajaran Islam?
3. Apa saja sumber sekunder ajaran Islam?
C. Tujuan
Makalah ini memiliki tiga tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi sumber ajaran Islam.
2. Mengidentifikasi sumber primer ajaran Islam.
3. Mengidentifikasi sumber sekunder ajaran Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sumber Ajaran Islam


Kata sumber dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
memiliki dua makna. Pertama, sumber berarti tempat keluar (air
atau zat cair). Cotoh penggunaanya dalam kalimat seperti berikut:
Ia mengambil air di sumber mata air; Di laut sekitar pulau itu
ditemukan sumber minyak. Kedua, sumber berarti asal (dalam
berbagai arti). Contoh penggunaannya dalam kalimat seperti
berikut: Ia berusaha mendekati dan menemukan sumber bunyi
yang memesonanya; Kabar itu didapatnya dari sumber yang boleh
dipercaya.3
Kata ‘sumber’ dalam hukum fiqh adalah terjemah dari lafadz
mashdar-mashadir (‫مصادر‬-‫)مصدر‬. Lafadz tersebut terdapat dalam
sebagian literatur kontemporer sebagai ganti dari sebutan dalil atau
lengkapnya Al-Adillah Asy-Syar’iyyah (‫)األحكام الشرعية‬. Namun
sebenarnya mashdar dan dalil adalah dua kata yang berbeda. Kata
‘sumber’ dapat diartikan suatu wadah yang dari wadah itu dapat
ditemukan atau ditimba norma hukum. Sedangkan ‘dalil hukum’

3
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek RI,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/sumber. Diakses pada 22 Agustus 2023.

3
berarti sesuatu yang memberi petunjuk dan menuntun kita dalam
menemukan hukum Allah.4
Ajaran Islam tidak hanya terbatas pada aspek praktis
(amaliyah) atau perundang-undangan dalam ibadah dan muamalah
saja, sebagaimana dibahas dalam ilmu fikih. Ajaran Islam juga
tidak hanya pada aspek teoritis atau keyakinan akidah saja,
sebagaimana dibahas dalam ilmu tauhid atau ilmu kalam (teologi).
Ajaran Islam juga tidak hanya pada aspek spiritial (rohani) atau
moral saja, sebagaimana dibahas dalam ilmu tasawuf. Akan tetapi
ajaran Islam mencakup semua itu secara seimbang, integralistik,
dan harmonika.5
Berdasarkan hal di atas, dapat diibaratkan Islam sebagai
sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat ajaran-ajaran pada
bidang akidah, ibadah dan muamalah, serta akhlak. Semua nilai
dan tuntunan tersebut tentu membutuhkan bahan-bahan yang
diambil dari sumber tertentu. Dengan demikian, sumber ajaran
Islam didefinisikan sebagai asal yang memuat bahan-bahan untuk
diolah menjadi konstruksi nilai-nilai, ajaran dan petunjuk hidup
yang dicita-citakan oleh agama Islam.

4
Siska Lis Sulistiani, “Perbandingan Sumber Hukum Islam”, dalam
Tahkim: Jurnal Peradaban dan Hukum Islam, 1, 1, 2018, 104-105.
5
Yusuf Al-Qaradhawi, Pengantar Kajian Islam, terj. Setiawan Budi
Utomo (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), 353.

4
B. Sumber Primer Ajaran Islam
Al-Qur`an mencatat munajat Nabi Ibrahim ketika ia berada
di daerah tandus lagi panas: Mekkah. Munajat tersebut direkam
sebagai berikut:
ٰ ّ ٰ ّ ً
َ‫ال كمة‬ ‫ربناَ وابعثَ لفي لهمَ رسولاَ لمنهمَ يتلواَ علي لهمَ ا ٰي لتكَ ويع للمهمَ ال لكتبَ و حل‬

ّ
َ )َ 129َ:2/‫ززَالح لكيمََࣖ(َالبقرة‬
‫َۗانكَانتََالع ل ي‬
‫ويز ل ل ل‬
َ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ي‬‫ك‬

“Ya Tuhan kami, utuslah di antara mereka seorang rasul


dari kalangan mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-
ayat-Mu, mengajarkan kitab suci dan hikmah (sunah) kepada
mereka, dan menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah/2:129)
Kata Al-Kitab dalam ayat tersebut bermakna Al-Qur`an dan
Al-Hikmah bermakna hukum-hukum yang ada di dalam Al-
Qur`an.6 Akan tetapi, berdasarkan riwayat dari Qatadah dan Al-
Hasan, kata Al-Hikmah dalam ayat tersebut bermakna As-Sunnah.7
Munajat tersebut dikabulkan oleh Allah SWT dengan diutusnya
Nabi Muhammad Saw. yang mengajarkan Al-Kitab dan Al-
Hikmah. Hal ini mengisyaratkan bahwa dua hal tersebut
merupakan sumber primer ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw.

Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Al-Jalalain


6

(Kairo: Dar Al-Hadits, t.th.), 27.


7
Jalaluddin As-Suyuthi, Ad-Dur Al-Mantsur, Jilid 1 (Beirut: Dar Al-Fikr,
t.th.), 335.

5
Isyarat tentang sumber ajaran Islam juga terdapat dalam ayat
berikut:
‫ه‬ ٰ
َ )59َ:4َ/‫َ(َالنساۤء‬...َ‫يٰٓايُّهاَال لذينَامنوْٓاَا لطيعواَاِلَوا لطيعواَالرسول‬

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan


taatilah Rasul (Nabi Muhammad)…” (An-Nisa'/4:59)
Ayat tersebut berisi perintah untuk mentaati Allah, yaitu
dengan mengamalkan kitab-Nya (Al-Qur`an). Selanjutnya
terdapat perintah untuk mentaati Rasul yang menjelaskan kepada
manusia apa yang diturunkan kepada-Nya. Manusia tidak boleh
taat kepada selain wahyu Allah, tetapi Allah mengutus Rasul
sebagai penyampai ajaran wahyu tersebut. Oleh karena itu,
penjelasan dari Rasul juga wajib ditaati.8
Secara eksplisit Nabi Muhammad Saw. juga menyatakan
bahwa orang yang berpegang kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah
akan terbebas dari kesesatan. Hal ini didasarkan kepada sabda Nabi
Muhammad Saw. dalam hadis berikut:

َ،‫َ"َتركت لَفيكمَأمري لن‬:‫َاِلَصلىَاِلَعليهَوسلمَقال‬


‫عنَمالكَأنهَبلغهَأنَرسول ل‬

ُّ
9
.َ‫َ لكتابََاِللََوسنةَن لب لّيهل‬:‫لنَت لضلواَماَتمسكتمََ لب لهما‬

Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, Jilid 5 (Mesir: Al-Hai`ah


8

Al-Mishriyah Al-‘Ammah li Al-Kitab, 1990), 146.


9
Malik bin Anas, Al-Muwaththa’, Jilid 2 (Beirut: Dar Ihya At-Turats Al-
Araby, 1985), 899.

6
Rasulullah Saw. Bersabda: “Aku tinggalkan pada kalian dua
perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada
keduanya: Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.”
Islam telah mengatur segala aspek dan tatanan kehidupan
umatnya mulai dari hal yang terkecil hingga pada hal yang di luar
jangkauan manusia. Permasalahan yang menuntut legalitas hukum
dapat dicarikan solusinya dalam Al-Qur`an. Apabila dalam
keadaan tertentu tidak ditemukan jawabannya secara ekplisit di
dalam Al-Qur`an, maka dapat dicari jawabannya melalui perkataan
ataupun perbuatan visual Nabi, yang kemudian dikenal dengan
Hadits atau Sunnah.10 Berikut ini akan dipaparkan mengenai dua
sumber primer ajaran Islam tersebut:
1. Al-Qur`an
Sebagai kitab suci, Al-Qur`an menempati posisi sebagai
sumber primer ajaran Islam. Ada berbagai definisi yang
dikemukanan ulama berkenaan dengan Al-Qur`an. Di antaranya
Manna’ Khalil Al-Qattan yang menuliskan definisi sebagai
berikut:

11
.‫َالمنزلَعلىَمحمدَصلىَاِلَعليهَوسلمَالمتعبدَبتلاوته‬،‫كلامَاِل‬

“Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.,


membacanya bernilai ibadah.”

10
Ali Akbar, “Metode Ijtihad Yusuf Al-Qardhawi dalam Fatawa
Mu’ashirah”, dalam Jurnal Ushuluddin, XVIII, 1, 2012, 1.
11
Manna’ Khalil Al-Qattan, Mabahits fi Ulum Al-Qur`an (Riyadh:
Maktabah Al-Ma’arif, 2000), 17.

7
Sementara itu Nuruddin Muhammad ‘Itr mendefinisikan Al-
Qur`an sebagai berikut:

َ‫القرآنَهوَكلامَاِلَالمنزلَعلىَالنبيَمحمدَصلىَاِلَعليهَوسلمَالمكتوبَفي‬

.‫َالمعجزَولوَبسورةَمنه‬،‫َالمتعبدَبتلاوته‬،‫َالمنقولَبالتواتر‬،‫المصاحف‬
12

“Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.,


tertulis dalam mushaf, dinukil secara mutawatir, membacanya
bernilai ibadah, bernilai mukjizat walau hanya satu surat
darinya.”
Definisi berbeda dikemukan oleh Musthofa Dib Al-Bugha
dan Muhyiddin Dib Misthu sebagai berikut:

َ‫َ الموحىَبهَ إلىَ محمدَ صلىَ اِلَ عليهَ وسلم‬،‫القرآنَ هوَ اللفظَ العربيَ المعجز‬

َ،‫َالمكتوبَفيَالمصحف‬،‫َوهوَالمنقولَبالتواتر‬،‫بواسطةَجبريلَعليهَالسلام‬

.‫َوالمختومَبسورةَالناس‬،‫َالمبدوءَبسورةَالفاتحة‬،‫المتعبدَبتلاوته‬
13

“Lafazh berbahasa Arab, bernilai mukjizat, diwahyukan kepada


nabi Muhammad Saw. Melalui perantara Jibril as., dinukil secara
mutawatir, tertulis dalam mushaf, membacanya bernilai ibadah,

Nuruddin Muhammad ‘Itr, Ulum Al-Qur`an Al-Karim (Damaskus:


12

Ash-Shabah, 1993), 10.


Musthafa Dib Al-Bugha dan Muhyiddin Dib Misthu, Al-Wadhih fi
13

Ulum Al-Qur`an (Damaskus: Dar Al-Ulum Al-Insaniyah, 1998), 15.

8
dimulai dengan Surah Al-Fatihah dan ditutup dengan Surah An-
Nas.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa definisi Al-Qur`an mengandung unsur-unsur
sebagai berikut:
a. Kalam Allah
b. Diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
c. Mukjizat
d. Membacanya bernilai ibadah
e. Ditulis dalam Mushaf
f. Ditransmisikan secara mutawatir
g. Lafaz berbahasa Arab
h. Wahyu
i. Disampaikan melalui perantara Jibril
j. Dibuka dengan Surah Al-Fatihah dan ditutup dengan Surah
An-Nas.
Sebagai sumber utama ajaran Islam, Al-Qur`an senantiasa
mendapat penjagaan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT.
Berikut.
ٰ ٗ ّ
َ )9َ:15/َ ‫اَالذكرَوال ناَلهَلح لفظونَ(َالحجر‬
‫لاناَنحنَنزلن ل‬

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan


pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” (Al-Hijr/15:9)
Pemeliharaan tersebut mengandung dua aspek, yaitu aspek
material dan immaterial. Aspek material adalah pemeliharaan teks

9
lafadz dan diksinya agar tidak dilupakan, dihapuskan, atau diubah-
ubah. Sementara aspek immaterial adalah pemeliharaan makna
agar tidak diselewengkan atau dimanipulasi dan dinodai.14
2. As-Sunnah
Kata As-Sunnah secara bahasa berarti Ath-Thariqah
(jalan/cara), baik jalan yang baik (mahmudah) atau jalan yang
buruk (madzmumah).15 Penggunaan kata ini secara bahasa
sebagaimana dalam hadis berikut:
ً ً
َ،‫َفع لمل لَبهاَبعدهَك لتبَله لَمثلَأج لرَمنَع لمل لَبها‬،‫منَسن لَفيَال لإسل لامَسنةَحسنة‬

ً ّ ً
َ‫َفع لمل لَبهاَبعده‬،‫َومنَسن لَفيَال لإسل لامَسنةَس ليئة‬،‫ور لهمَشي ٌء‬
‫ولاَينقص لَمنَأج ل‬

.‫ار لهمَشي ٌَء‬


16
‫َولاَينقص لَمنَأوز ل‬،‫َوز لرَمنَع لمل لَبها‬
َ‫ك لتبَعليهل لَمثل ل‬

“Barang siapa yang membuat Sunnah hasanah dalam islam


maka dia akan memperoleh pahala da pahala orag yang
mengikutinnya, dengan tanpa mengurangi pahala mereka
sedikitpu. Dan barang siapa yang membuat sunnah sayyi’ah dalam
islam maka ia akan mendapatkan dosa dan dosa orang-orang yang
mengikutinya, dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”

14
Yusuf Al-Qaradhawi, Pengantar Kajian Islam, 370-371.
15
Musthafa As-Siba’i, As-Sunnah wa Makanatuha fi At-Tasyri’ Al-Islamy
(Beirut: Al-Maktab Al-Islami, 1982), 47.
Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim, Jilid 8 (Turki: Dar Ath-
16

Thaba’ah Al-Amirah, 1334 H), 61.

10
Sementara itu pengertian As-Sunnah secara istilah dapat
dipetakan menjadi tiga perspektif sebagai berikut:17
a. Perspektif Al-Muhadditsin (Ulama Hadis)

َ‫َصلىَاِلَعليهَوسلمَمنَقولَأوَفعلَأوَتقريرَأوَصفةَخل لقية‬-‫ماَأ لثرَعنَالنب َّي‬


‫لل‬

‫َسواءَكانَقبلَالبعثةَأوَبعدهَا‬،‫أوَخل لقيةَأوَسيرة‬

“Sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Saw. berupa


perkataan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik, akhlak, atau,
biografi, baik sebelum atau sesudah diutus menjadi rasul.”
b. Perspektif Al-Ushuliyiin (Ulama Ushul Fiqih)

َ‫ماَنقلَعنَالنب ّيَصلىَاِلَعليهَوسلمَمنَقولَأوَفعلَأوَتقرير‬
‫ل ل‬

“Sesuatu yang dinukil dari Nabi Saw. berupa perkataan,


perbuatan, atau persetujuan.”
c. Perspektif Al-Fuqaha` (Ulama Fiqih)

َ‫َوتقابل‬،‫ َصلىَاِلَعليهَوسلمَمنَغيرَافتراضَولاَوجوب‬-‫ماَثبتَعنَالنب َّي‬


‫لل‬

‫الواجبَوغيرهَمنَالأحكامَالخمسة‬

17
Musthafa As-Siba’i, As-Sunnah wa Makanatuha fi At-Tasyri’ Al-
Islamy, 47-48.

11
“Sesuatu yang ditetapkan dari Nabi Saw. selain yang fardhu
dan wajib, serta berbeda dengan wajib dan Ahkam Al-Khamsah18
lainnya.”
Fungsi utama As-Sunnah terhadap Al-Qur`an adalah sebagai
bayan (penjelas). Asy-Syafi’i berpandangan bahwa fungsi as-
Sunnah terhadap al-Qur`an itu ada empat, yaitu: (1) bayan
tafshil, yaitu perinci ayat yang mujmal (global); (2) bayan
takhshish, yaitu pengkhusus ayat yang bersifat umum, (3) bayan
ta’yin, yaitu menetapkan makna dari suatu ayat yang
memungkinkan memiliki beberapa makna; (4) bayan tasyri’,
yaitu sunnah yang berfungsi sebagai tambahan hukum yang
tidak tercantum dalam al-Qur`an.19
Keudukan Rasulullah Saw. sebagai penjelas ayat-ayat Al-
Qur`an tergambar dalam ayat berikut:
ّ ٰ ّ
َ‫اسَماَن ل ّزل لَالي لهمَولعلهم‬
‫ل‬ ‫لن‬‫ل‬َ‫ن‬‫ي‬ّ ‫َالذكرَلتب‬
‫ل‬ ‫ل‬
ُّ
‫لبالب لين لتَوالزب لرَۗوانزلنا لَْٓاليك ل‬

َ )َ 44َ:16/‫يتفكرونَ(َالنحل‬

(Kami mengutus mereka) dengan (membawa) bukti-bukti


yang jelas (mukjizat) dan kitab-kitab. Kami turunkan aż-Żikr (Al-
Qur’an) kepadamu agar engkau menerangkan kepada manusia

Maksud Ahkam Al-Khamsah yaitu: Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh,


18

dan Haram.
19
Hamdani Khairul Fikri, “Fungsi Hadits terhadap Al-Qur`an”, dalam
Tasamuh, 12, 2, 2015, 186.

12
apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka
memikirkan.” (An-Nahl/16:44)

C. Sumber Sekunder Ajaran Islam


Ada ketetapan hukum yang bersifat dinamis dan berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman, seperti masalah sosial,
ekonomi, politik, budaya, dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
apabila suatu ketetapan hukum tidak ditemukan di dalam Al-
Qur`an dan As-Sunnah, maka diperlukan hasil ijtihad pemikiran
(ar-ra`yu).20 Adapun pengertian ijtihad adalah sebagai berikut:

ّ
‫بذلَالوس لع لَفيَني للَحكمَشر لع ّيَعم للي ل‬
21
.‫اط‬
َ ‫َالاس لتنب ل‬
‫يق ل‬
‫َبط لر ل‬،

“Mencurahkan seluruh kemampuan guna menemukan


hukum syari’at yang bersifat praktis dengan cara mengambil
kesimpulan hukum.”
Di kalangan ulama Ushul Fiqih, Ar-Ra’yu dapat mengambil
beberapa bentuk sebagai berikut:22
1. Ijma’ Ulama (kesepakatan para ulama)
2. Qiyas (analogi)
3. Al-Maslahah Al-Mursalah (kemaslahatan umat)
4. ‘Urf (tradisi yang sudah berlangsung)

20
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, 42-43.
21
Muhammad bin Ali Asy-Syaukani, Irsyad Al-Fuhul ila Tahqiq Al-Haq
min Ilm Al-Ushul, Jilid 2 (t.tp: Dar Al-Kutub Al-Araby, 1999), 205.
22
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, 43-45.

13
5. Istihsan (sesuatu yang dianggap baik)
6. Qaul Ash-Shahabah (ucapan para Sahabat)
7. Syar’u Man Qablana (agama sebelum Islam)
8. Sadd Az-Zari’ah (menolak keburukan)
Sumber-sumber pendamping tersebut dapat dikategorikan
sebagai sumber paratekstual atau sumber instrumental. Ada juga
yang memandang bahwa unsur-unsur tersebut sebagai metode,
bukan sebagai sumber. Pandangan tersebut muncul karena melihat
unsur-unsur tersebut sebagai proses. Akan tetapi sebenarnya unsur-
unsur tersebut tidak harus dilihat sebagai proses. Apabila unsur
tersebut dilihat sebagai produk, maka ia tidak mungkin menjadi
metode dan justru akan menjadi sumber.23 Artinya unsur-unsur ini
dapat dipandang sebagai metode maupun sebagai produk hukum
yang menjadi sumber ajaran.

Syamsul Anwar, Manhaj Tarjih Muhammadiyah (Yogyakarta: Panitia


23

Musyawarah Nasional Tarjih XXX, 2018), 22.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis
menyimpulkan hal-hal berikut. Sumber ajaran islam maksudnya
adalah asal yang memuat bahan-bahan untuk diolah menjadi
konstruksi nilai-nilai, ajaran dan petunjuk hidup yang dicita-
citakan oleh agama Islam. Sumber primer ajaran Islam adalah Al-
Qur`an dan As-Sunnah. Al-Qur`an merupakan sumber utama.
Fungsi utama As-Sunnah terhadap Al-Qur`an adalah sebagai
bayan (penjelas). Lebih terperinci dibagi menjadi bayan tafshil,
bayan takhshish, bayan ta’yin, dan bayan tasyri’.
Sumber sekunder atau pendukung dalam ajaran Islam adalah
Ar-Ra’yu (pemikiran). Ada beberapa bentuk pemikiran, yaitu:
Ijma’ Ulama (kesepakatan para ulama), Qiyas (analogi), Al-
Maslahah Al-Mursalah (kemaslahatan umat), ‘Urf (tradisi yang
sudah berlangsung), Istihsan (sesuatu yang dianggap baik), Qaul
Ash-Shahabah (ucapan para Sahabat), Syar’u Man Qablana
(agama sebelum Islam), dan Sadd Az-Zari’ah (menolak
keburukan).

B. Saran
Setelah menulis makalah ini, penulis menyampaikan saran-
saran sebagai berikut. Bagi peminat kajian studi Islam (Islamic
Studies) maka identifikasi tentang sumber ajaran Islam perlu dikaji

15
lebih mendalam. Perkembangan kehidupan yang dinamis
menuntut adanya pemahaman yang komprehensif terhadap
sumber-sumber ajaran Islam. Sebab, pandangan yang parsial dan
tekstual akan membuat ajaran Islam menjadi tidak adaftip terhadap
perkembangan zaman.
Bagi pengkaji Islam yang memiliki spesialisasi di bidang
tafsir Al-Qur`an, maka dapat dikembangkan pembahasan yang
luas tentang metode interpretasi terhadap Al-Qur`an sebagai
sumber primer ajaran Islam. Bagi umat Islam secara umum
diharapkan dapat mengetahui pemetaan sumber ajaran Islam ini,
sehingga dapat mengamalkan ajaran yang sejalan nilai-nilai yang
dicita-citakan oleh Islam serta terbebas dari praktik keagamaan
yang menyimpang.

16
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Ali. “Metode Ijtihad Yusuf Al-Qardhawi dalam Fatawa
Mu’ashirah”, dalam Jurnal Ushuluddin, XVIII, 1, 2012.
Anas, Malik bin. Al-Muwaththa’. Beirut: Dar Ihya At-Turats Al-
Araby, 1985.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek
RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/sumber. Diakses pada
22 Agustus 2023.
Al-Bugha Musthafa Dib. Muhyiddin Dib Misthu, Al-Wadhih fi
Ulum Al-Qur`an. Damaskus: Dar Al-Ulum Al-Insaniyah,
1998.
Chirzin, Muhammad. Buku Saku Konsep dan Hikmah Akidah
Islam. Jakarta: Zaman, 2015.
Al-Hajjaj, Muslim bin. Shahih Muslim. Turki: Dar Ath-Thaba’ah
Al-Amirah, 1334 H.
Hamdani Khairul Fikri. “Fungsi Hadits terhadap Al-Qur`an”,
dalam Tasamuh, 12, 2, 2015.
‘Itr, Nuruddin Muhammad. Ulum Al-Qur`an Al-Karim.
Damaskus: Ash-Shabah, 1993.
Kementrian Agama RI. Al-Qur`an dan Terjemahnya. Dalam
https://quran.kemenag.go.id/.
Al-Mahalli Jalaluddin. Jalaluddin As-Suyuthi. Tafsir Al-Jalalain.
Kairo: Dar Al-Hadits, t.th.
Nata, Abuddin. Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana, 2011.
Al-Qaradhawi, Yusuf. Pengantar Kajian Islam, terj. Setiawan Budi
Utomo. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997.
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Mabahits fi Ulum Al-Qur`an. Riyadh:
Maktabah Al-Ma’arif, 2000.
Ridha, Muhammad Rasyid. Tafsir Al-Manar. Mesir: Al-Hai`ah Al-
Mishriyah Al-‘Ammah li Al-Kitab, 1990.

17
As-Siba’i, Musthafa. As-Sunnah wa Makanatuha fi At-Tasyri’ Al-
Islamy. Beirut: Al-Maktab Al-Islami, 1982.
Sulistiani, Siska Lis. “Perbandingan Sumber Hukum Islam”, dalam
Tahkim: Jurnal Peradaban dan Hukum Islam, 1, 1, 2018.
As-Suyuthi, Jalaluddin. Ad-Dur Al-Mantsur. Beirut: Dar Al-Fikr,
t.th.
Syamsul Anwar, Manhaj Tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta:
Panitia Musyawarah Nasional Tarjih XXX, 2018.
Asy-Syaukani, Muhammad bin Ali. Irsyad Al-Fuhul ila Tahqiq Al-
Haq min Ilm Al-Ushul. t.tp: Dar Al-Kutub Al-Araby,
1999.

18
DAFTAR RIWAYAT PENULIS

Hendriyan Rayhan. Penulis merupakan alumni


Ma’had Khairul Bariyyah Kota Bekasi (2009 –
2015). Setelah menyelesaikan pendidikan di
pesantren modern tersebut, penulis melanjutkan
pendidikan di Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan
Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta (2015 – 2019). Penulis menjadi salah satu
penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) dari
Kementrian Agama Republik Indonesia. Selama kuliah di kota
pelajar tersebut, penulis nyantri di Pondok Pesantren Lingkar Studi
Qur`an (LSQ) Ar-Rohmah Bantul yang diasuh oleh Prof. Abdul
Mustaqim. Penulis meraih gelar Sarjana Agama dengan judul
skripsi “Kisah Musa dalam Al-Qur`an Perspektif Teori Makki-
Madani” di bawah bimbingan Prof. Muhammad Chirzin. Setelah
menamatkan kuliah, penulis “pulang kampung” dan mulai
mengajar di Ma`had Khairul Bariyyah Kota Bekasi (2019 –
sekarang) dan Pesantren TAQI Bekasi (2020 – sekarang). Di
tengah aktifitas mengajar, pada pertengahan 2021 Penulis memulai
pendidikan strata 2 di Universitas PTIQ Jakarta pada program studi
Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir.
Secara organisai, saat ini penulis menjadi sekretaris Majelis Tarjih
dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Bekasi.
Kini penulis juga menjadi peserta dalam program Pendidikan
Kader Ulama (PKU) Majelis Ulama Indonesia kabupaten Bekasi.

19
Penulis juga pernah mengikuti beberapa seminar ilmiah. Penulis
menjadi pemakalah dalam kegiatan "Mudarasah Hisab Rukyat
Kader Ulama Muda Muhammadiyah" (2023). Pada kesempatan
tersebut penulis mempresentasikan makalah berjudul "Ulil Amri
dalam Literatur Tafsir Nusantara: Analisis Kontekstual tentang
Ketaatan kepada Pemerintah". Makalah penulis juga terpilih dalam
kegiatan “International Conference on Quran and Hadith Studies
(ICONQUHAS)" yang diselenggarakan oleh Fakultas Ushuluddin
UIN Jakarta (2022). Pada kesempatan sesi panel tersebut penulis
mempresentasikan makalah berjudul "Konstruksi Pemikiran
Muhammad Yunan Yusuf dalam Tafsir Annahu 'l Haq".
Tulisan artikel penulis dapat dilihat di beberapa media online,
seperti ibihtafsir.id, tanwir.id, tafsiralquran.id, ibtimes.id, dan lain-
lain. Selain itu, penulis juga ikut serta dalam beberapa karya buku
antologi, yaitu: Pemberontakan terhadap Kuasa Kata (2023),
Moderasi Beragama dalam Perspektif Ilmu-ilmu Islam (2021),
Mengukir Jejak: Membumikan Islam dalam Ragam Tantangan di
Era Kekinian (2019), Isu-isu Aktual dalam Perspektif Al-Qur`an
(2017). Penulis juga telah menerbitkan buku berjudul Nabi Musa
dalam Kronologi Kisah Al-Qur`an (2023).

Kunjungi: https://sites.google.com/rayhan-tafsir

20

Anda mungkin juga menyukai