Anda di halaman 1dari 8

I.

STRUKTUR ALBUMIN
Albumin dalam tubuh manusia dibentuk di hepatosit dan menyusun hampir 50%
protein serum. Albumin serum manusia merupakan protein rantai tunggal yang
mengandung 609 asam amino, meliputi suatu sinyal peptida (1-18), suatu pro-peptida
(19-24), dan albumin aktif (585 asam amino). Struktur albumin bersifat stabil dan
fleksibel, sehingga bentuk dapat dengan mudah dimodifikasi (Sun et al, 2019). Struktur
primer albumin terdiri dari satu N-terminus, satu C-terminus, dan tiga domain homolog
(domain I, II, III). Masing-masing domain memiliki dua subdomain (A dan B) dan
masing-masing subdomain terdiri dari 4-6 α heliks. Struktur α heliks tersebut tersusun
oleh rantai polipeptida dan tidak terdapat adanya β-sheet. Keenam subdomain dari
albumin membentuk struktur 3D. Secara kristalografi, albumin disebut molekul
berbentuk hati. Berat molekul dari albumin adalah sebesar 66,5 kDa (Wang et al. 2020;
More & Bulmer, 2013).
Meskipun domain-domain yang menyusun albumin memiliki struktur yang
sama, masing-masing domain tersebut memiliki fungsi dan afinitas untuk berikatan
dengan ligan yang berbeda. Terdapat dua lokasi berikatan pada albumin yaitu Sudlow I
dan II. Sudlow I terletak pada subdomain IIA sedangkan Sudlow II terletak pada
subdomain IIIA. Sudlow I memiliki afinitas yang lebih besar untuk mengikat senyawa
yang bersifat heterosiklik dan asam dikarboksilat sedangkan Sudlow II lebih cenderung
mengikat senyawa aromatik. Selain itu, terdapat tujuh trmpat untuk mengikat asam
lemak sehingga dapat mengikat obat-obatan yang terikat asam lemak (Lee & Wu, 2015;
Wang et al. 2020).
Struktur albumin serum manusia (Wang et al. 2020)
Albumin serum manusia tidak terglikosilasi, tidak seperti jenis protein dalam
darah lainnya. Albumin ini memiliki tingkat kelarutan dalam air yang tinggi oleh sebab
permukaannya memiliki kenegatifan yang juga tinggi. Selain itu, albumin serum
manusia tergolong sangat stabil di dalam darah dengan paruh waktu sekitar 19 hari
karena kemampuannya berdifusi keluar-masuk pembuluh darah (Wang et al. 2020; Lee
& Wu, 2015).
Walaupun albumin serum manusia merupakan protein tunggal yang tidak
terglikosilasi, namun albumin ini dapat mengalami modifikasi pada tingkat post-
translasi pada keadaan-keadaan tertentu. Modifikasi tersebut dapat berupa glikasi
(adalah pengikatan protein dengan molekul gula tanpa bantuan enzim), S-nitrosilasi
(merupakan penggabungan dengan nitrit oksida), S-guanilasi, ataupun konversi
dehidroalanin (Lee & Wu, 2015).

II. TIPE ALBUMIN


Human Serum Albumin (HSA) merupakan tipe albumin serum yang ditemukan dalam
darah manusia. Selain HSA, terdapat 2 tipe lain dari albumin, yaitu (Raoufinia, et al.,
2018):
1. Ovalbumin (OVA), yaitu Protein albumin yang terdapat pada makanan, terutama putih
telur.
2. Bovine Serum Albumin (BSA), yaitu Protein albumin serum yang terdapat pada sapi.

III. FUNGSI ALBUMIN


Fungsi utama albumin serum manusia antara lain :
1. Mempertahankan tekanan osmotik plasma
Albumin berperan dalam mempertahankan tekanan osmotic plasma dengan
cara menjaga keseimbangan cairan di sirkulasi darah maupun di dalam sel. Apabila
konsentrasi albumin berkurang di dalam darah, makan akan terjadi penurunan
tekanan osmotik yang akan menyebabkan edema (Gropper & Jack, 2013).
Mayoritas efek osmotik albumin dikaitkan dengan berat molekulnya yang
besar, sedangkan sisanya diperkirakan berasal dari muatan negatifnya. Karakteristik
ini memungkinkan albumin untuk menarik molekul bermuatan positif dan air ke
dalam kompartemen intravaskular. Dengan mempengaruhi tekanan onkotik maka
albumin mempunyai pengaruh yang besar terhadap tekanan membran kapiler, yang
diwakili oleh persamaan:
CP = (HP - HP) - r(OP - OP)

CP adalah tekanan membran kapiler, HP adalah tekanan hidrostatik kapiler,


HP adalah tekanan hidrostatik interstisial, r adalah koefisien refleksi, OP adalah
tekanan onkotik kapiler, dan OP adalah tekanan onkotik interstisial. (Rajat, et al.
2020)
2. Berperan dalam pengaturan asam-basa
Albumin berperan dalam pengaturan pH darah di dalam tubuh (buffer).
Apabila pH darah sangat rendah, maka asam amino pada protein akan menerima
atom hidrogen (H+) ke ikatan fosfatnya. Sedangkan apabila pH darah sangat tinggi,
maka asam amino pada protein akan melepaskan atom hidrogen (H +) dari ikatan
fosfatnya (Gropper & Jack, 2013).
3. Mengikat dan membawa senyawa endogen dan eksogen
Senyawa endogen yang berikatan dengan albumin meliputi asam empedu,
asam lemak rantai panjang, dan bilirubin. Albumin juga mampu berikatan dengan
senyawa eksogen seperti obat-obatan anti inflamasi, warfarin, antibiotik, dan
furosemide; ikatan tersebut berguna dalam efek farmakodinamik dan
farmakokinetik obat. Selain itu, struktur N-terminus pada serum albumin dapat
mengikat logam seperti tembaga, nikel, kobalt, dan besi yang berperan dalam
berbagai macam efek biologis tubuh manusia (Sun et al, 2019).
4. Mempengaruhi proses koagulasi darah
Residu albumin atau sering disebut dengan residu 34th cysteine (Cys-34) dapat
berikatan dengan Nitrit Oksida (NO) membentuk S-nitroso albumin yang
bertanggungjawab pada efek anti-trombotik dan menurunkan agregasi platelet (Sun
et al, 2019).
5. Mempertahankan integritas mikrovaskuler dan permeabilitas kapiler
HSA (Human Serum Albumin) dapat secara langsung berikatan dengan
matriks interstisial dan molekul sub-endothel yang mempengaruhi permeabilitas
kapiler terhadap suatu makromolekul. Selain itu, ikatan albumin dengan asam
arakhidonat dapat meningkatkan permeabilitas kapiler (Sun et al, 2019).
6. Sebagai agen anti-inflamasi
Serum albumin dapat mengikat mediator inflamasi seperti endotoksin
lipopolisakarida (LPS) dan antigen bakteri lainnya. Albumin juga
bertanggungjawab pada regulasi respon imun melalui interaksinya dengan Toll-like
receptor 4 (TLR-4) pada inflamasi sistemik dan sepsis. Penelitian eksperimen
secara in vitro membuktikan bahwa serum albumin dapat mengurangi inflamasi
endothel dengan cara menghambat pelekatan sel inflamasi pada dinding
endhotelium. Pada pasien sirosis hati, infus albumin dapat menurunkan kadar LPS
dan faktor pro-inflamasi. Serum albumin juga dapat menghambat produksi neutrofil
pada pasien kritis (Sun et al, 2019).
7. Sebagai antioksidan
HSA secara langsung maupun tidak langsung dapat berperan sebagai
antioksidan dengan berikatan dengan ion logam (tembaga dan besi) yang berpotensi
menjadi pro-oksidan. Aspek lain dari aktivitas antioksidan albumin berasal dari
kemampuannya untuk mengikat bilirubin, homosistein, dan lipid, namun efeknya
tidak sebesar dengan ion logam. Ikatan HSA dan bilirubin dapat bertindak sebagai
penghambat peroksidasi lipid dan dengan demikian mewakili sifat antioksidan tidak
langsung dari HSA (Taverna, et.al, 2013).
8. Sumber ekstraseluler utama dari kelompok sulfidril thiol
Pada dasarnya, albumin menyumbang gugus sulfihidril atau -SH terbanyak
(80%) dalam plasma. Albumin mengandung 35 residu sistein; 34 diantaranya
membentuk ikatan disulfida. Serum albumin dapat secara efektif menghancurkan
Reactive Oxygen Species (ROS) menggunakan gugus sulfihidril (-SH) yang
tereduksi. Sebanyak 70-80% molekul serum albumin berperan sebagai Human
mercaptalbumin (HMA) dengan karakteristik Cys-34 tereduksi dengan aktivitas
antioksidan; sebanyak 20-30% serum albumin dalam bentuk teroksidasi (reversibel)
dan berikatan dengan molekul thiol kecil membentuk nonmercaptalbumin 1
(HNA1); dan 5% sisanya berwujud nonmercaptalbumin 2 (HNA2) dalam bentuk
teroksidasi yang irreversibel (tidak dapat kembali ke bentuk semula) berakibat pada
hilangnya fungsi biologis secara permanen (Sun et al, 2019; More & Bulmer,
2013).

IV. DAMPAK KLINIS AKIBAT GANGGUAN PADA ALBUMIN


Kadar albumin yang rendah dapat menjadi peringatan dan indikasi bahwa
penyelidikan lebih lanjut mungkin diperlukan. Albumin rendah mungkin
mencerminkan kondisi ringan yang dapat sembuh sendiri atau mungkin
menggambarkan kondisi akut atau kronis yang memerlukan intervensi medis.
Kadar albumin bisa turun atau rendah ketika ada suatu kondisi yang mengganggu
produksi, meningkatnya pemecahan protein, meningkatnya kehilangan protein,
dan/atau bertambahnya volume plasma (darah menjadi lebih encer). Tergantung pada
riwayat kesehatan, tanda-tanda seseorang dan gejala, serta pemeriksaan fisik, tes
tambahan mungkin diperlukan untuk menyelidiki penyebab albumin rendah. Tingkat
albumin serum yang lebih rendah pada wanita daripada pada pria dalam penelitian ini
mungkin dijelaskan oleh menopause dan penuaan, yang mempengaruhi tingkat albumin
serum total (Ohwada et al, 2017)
a) Akibat Penyakit Hati
Albumin rendah dapat menunjukkan penyakit hati. Tes enzim hati atau panel
hati mungkin diperlukan untuk menentukan dengan tepat jenis penyakit hati apa
yang menyebabkannya. Seseorang mungkin memiliki kadar albumin normal
meskipun memiliki penyakit hati, namun ketika kondisi telah mencapai stadium
lanjut pada akhirnya albumin menjadi rendah. Misalnya, pada orang dengan sirosis
hati, albumin biasanya (tetapi tidak selalu) rendah sedangkan pada penyakit-
penyakit hati kronis yang belum berkembang ke sirosis, albumin biasanya normal.
(Akirov,Amit et al.2017)
b) Akibat Penyakit Ginjal
Kadar albumin yang rendah juga dapat mencerminkan penyakit di mana ginjal
tidak dapat mencegah bocornya albumin dari darah ke ke dalam urin. Dalam hal
ini, jumlah albumin atau protein dalam urin juga dapat diukur (Tes Urine
Albumin ) atau tes untuk kreatinin dan BUN atau panel ginjal. (Akirov,Amit et
al.2017)
c) Kondisi Lainnya
Kadar albumin yang rendah juga dapat dilihat pada peradangan, shock, dan
kekurangan gizi. Juga dapat dilihat pada kondisi di mana tubuh tidak benar
menyerap dan mencerna protein, seperti penyakit Crohn atau penyakit celiac.
Kalau boleh kami rangkumkan disini, bahwa kadar albumin yang rendah dapat
menunjukkan sejumlah kondisi kesehatan, termasuk:

 Penyakit hati
 Peradangan
 Syok
 Malnutrisi
 Sindrom nefrotik
 Penyakit Crohn
 Penyakit celiac (Akirov,Amit et al.2017)

Jika dokter yakin kadar serum albumin rendah adalah karena penyakit hati, maka
akan diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menentukan jenis penyakit hati
spesifik, seperti hepatitis, sirosis hati, dan nekrosis hepatoseluler. Dehidrasi dapat
menyebabkan kadar albumin serum yang tinggi. Namun, tes serum albumin biasanya
tidak diperlukan untuk mendiagnosa dehidrasi. (Akirov et al, 2017).

V. SINTESIS ALBUMIN
Sintesis albumin dalam manusia terjadi di hati. Berikut adalah sintesis yang terjadi pada
orang dewasa sehat dengan berat badan 70 kg.
Albumin tidak disimpan di hati namun langsung disintesis didalam portal
darah saat selesai dibentuk. Diatas adalah contoh sintesis albumin pada orang
dewasa sehat atau sekitar 12-25g albumin per hari. Hati hanya dapat
meningkatkan sintesis albumin 2-2.7x dari normal karena sebagian besar dari
system di hati sudah dikhususkan untuk albumin di istirahat (J.P Nicholson et al,
2010).
Kisaran normal kadar serum albumin adalah 3,5 hingga 5,5 g/dL atau 35-55
g/liter. Kisaran ini dapat bervariasi sedikit di laboratorium yang berbeda. (Sridevi,
Devaraj., Thomas M. Wheeler.2015)

VI. DAFTAR PUSTAKA


Akirov, Amit et al. 2017. Low Albumin Levels Are Associated with Mortality Risk in
Hospitalized Patients. The American Journal of Medicine, Volume 130, Issue 12,
1465.e11 - 1465.e19.

Gropper, S. S., & Jack. L. S.. 2013. Advanced Nutrition and Human Metabolism, Sixth
Edition. Wadsworth: CA.
Gounden V, Vashisht R, Jialal I. 2020. Hypoalbuminemia. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing.
J.P Nicholson. M.R. Wolmarans dan G.R Park. 2010. The role of Albumin in critical illness.
British Journal of Anaesthesia 85,4th Edition :599-610.
Lee, P., Wu, X., Review: Modifications of human serum albumin and their binding effect.
Curr Pharm Des. 2015. 21(14):1862-1865.
Lejia Sun, Huanhuan Yin, Meixi Liu, Gang Xu, Xiaoxiang Zhou, Penglei Ge, Huayu Yang,
Yilei Mao. 2019. Impaired albumin function: a novel potential indicator for liver
function damage?, Annals of Medicine, 51:7-8, 333-344, DOI:
10.1080/07853890.2019.1693056
Levitt DG and Levitt MD. 2016. Human serum albumin homeostasis: a new look at the roles
of synthesis, catabolism, renal and gastrointestinal excretion, and the clinical value of
serum albumin measurements. International Journal of General Medicine 9 : 229–255.
More, J., Bulmer, M., Human serum albumin: A multifunctional plasma protein. In
Production of Plasma Proteins for Therapeutic Use. 1st ed. 2013. John Wiley & Sons
Inc.
Ohwada, Hiroko.,Nakayama,Takeo.,Kanaya, Yuki., Tanaka,Yuki. 2017. Serum albumin
levels and their correlates among individuals with motor disorders at five institutions in
Japan. National Center for Biotechnology Information.

Raoufinia, et al., Overview of albumin and its purification methods. Advanced


Pharmaceutical Bulletin. 2018. 6(4): 495-507.

Sridevi, Devaraj. PhD DABCC, FAACC, FRSC, CCRP., Thomas M. Wheeler, MD .2015.Albumin.
MedScape : Laboratory Medicine USA.

Taverna, M., et al.. Specific antioxidant properties of human serum albumin. Annals of
Intensive Care Journal. 2013. 3(1):4
Wang, S., Liu, S., Zhang, Y., He, J., Coy, D.H., Sun, L., Human serum albumin (HSA) and
its applications as a drug delivery vehicle. Health Science Journal. 2020. 14(2): 698.
Rajat N. Moman., Nishant Gupta., Naveen S. Sheikh., Matthew Varacallo. Physiology
Albumin. 2020. National Center for Biotechnology Information.

Anda mungkin juga menyukai