1 PB
1 PB
Abstract
rumble strip is a warning device is physically allocated to the driver of the vehicle in order to
further enhance alertness. From the results of the analysis, it is known that the effectiveness of the
band wrapping on the ZoSS area at the location of the primary collector road function (the location of
Tanjung Raya 2 and Hasanuddin roads) and the secondary collector (Jendral Urip and Merdeka
roads) affect the 0.00% effectiveness percentage especially for Tanjung Raya 2 roads, while the
effective speed control for the secondary collector Road function is in the range of 40.00%. in the
schools studied there were schools that were not equipped with school signs, as well as signs that were
blocked by trees. speed data retrieval using a speed gun. The solution to improve the effectiveness of
the band wrapping is the design and arrangement of rumble strips that need to be updated and added
facilities that support the performance of rumble strips in the form of adding a minimum height of 2 cm
with a distance of 100 cm, sowing additional facilities in the form of warning lights, and adding
special markers red and markers are prohibited from parking.
2
1.4 Manfaat Penelitian e. Hanya kecepatan pada saat tidak ada
a. Dari hasil penelitian ini akan hambatan
diperoleh tingkat efektivitas dari pita
penggaduh di kawasan ZoSS yang ada 2. TINJAUAN PUSTAKA
di Kota Pontianak khususnya yang 2.1 Pengertian
ada di fungsi jalan kolektor primer Menurut Keputusan Menteri
dan sekunder. Perhubungan No. 3 Tahun 1994, pita
b. Bagi Pemerintahan hasil studi ini penggaduh ( rumble Strips ) adalah
dapat digunakan sebagai acuan dalam kelengkapan tambahan pada jalan yang
penentuan kebijakan perbaikan dan berfungsi untuk membuat pengemudi
pengembangkan infrastruktur jalan lebih meningkatkan kewaspadaan. Pita
pada ZoSS yang ada di Kota penggaduh dapat berupa suatu marka jalan
Pontianak. atau bahan lain yang dipasang melintang
c. Dalam dunia ilmu pengetahuan hasil jalur lalu lintas yang menonjol di atas
dari penelitian ini merupakan badan jalan dengan ketebalan maksimum
sumbangan kecil ilmu pengetahuan 4 cm. Rumble Strips mengadopsi suatu
dalam mengatasi masalah infrastruktur prinsip dengan menggunakan tanda
jalan pada kawasan perkotaan berupa suara gaduh untuk
Pontianak. memperingkatkan pengemudi untuk
mengurangi kecepatan pada suatu
1.5 Pembatasan Masalah persimpangan yang berbahaya ( Overseas
a. Mengidentifikasi tingkat efektivitas Development administration (ODA),
penggunaan pita penggaduh pada 1991, Englad ).
kawasan ZoSS dilokasi jalan yang
berfungsi sebagai jalan kolektor 2.1.1 Jalan Raya
primer sekolah yang ditinjau SD 03 Jalan Raya adalah suatu lintasan
di jalan Tanjung Raya 2 dan SMP 5 yang bermanfaat untuk melewatkan lalu
di jalan Hasanuddin, sedangkan lintas dari suatu tempat ke tempat yang
untuk sekolah yang terdapat di fungsi lain. Jalan raya sebagai sarana
jalan kolektor sekunder yang ditinjau perhubungan, sehingga lalu lintas harus
adalah sekolah SMP 1 jalan Jendral lancar dan aman memenuhi syarat teknis
Urip dan sekolah BAWARI jalan dan ekonomis sesuai fungsi, volume, dan
Merdeka. sifat-sifat lalu lintas.
b. Lokasi studi dilakukan di Kota
Pontianak tepatnya di Sekolah 2.1.1.1 Fungsi Jalan
BAWARI (Jl. Merdeka Barat) – SMP Jalan merupakan suatu kesatuan
1(Jl.jendral urip) – SD 3 (Jl. Tanjung sistem jaringan jalan yang mengikat dan
Raya 2)- SMP 5 (Jl. Hasanuddin) menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan
c. Hanya menghitung kecepatan dengan wilayah yang berada dalam
kendaraan dan kecepatan rata – rata. pengaruh pelayanannya dalam satu
d. Dalam penelitian tidak hubungan hirarki. Fungsi jalan dapat
memperhitungkan faktor cuaca, dikelompokkan, antara lain :
hambatan samping dan kemacetan. a. Jalan arteri adalah jalan yang
melayani angkutan utama dengan
3
ciri-ciri perjalanan jarak jauh, tempat dibagi dengan lama waktu bagi 10
kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah kendaraan untuk menyelesaikan
jalan masuk dibatasi secara efisien. perjalanan antara dua tempat tersebut,
b. Jalan kolektor adalah jalan yang dengan lama waktu ini mencakup setiap
melayani angkutan pengumpulan / waktu berhenti yang ditimbulakan oleh
pembagian dengan ciri-ciri hambatan ( penundaan ) lalu lintas.
perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang, dan jumlah jalan 2.3 Rambu
masuk dibatasi. Adalah bagian dari
c. Jalan lokal adalah jalan yang perlengkapan jalan yang
melayani angkutan setempat dengan memuat lambang, huruf, angka, kalimat
ciri-ciri perjalanan jarak dekat, dan/atau perpaduan di antaranya, yang
kecepatan rata-rata rendah, dan digunakan untuk memberikan peringatan,
jumlah jalan masuk tidak dibatasi larangan, perintah dan petunjuk bagi
pemakai jalan. Rambu lalu lintas diatur
2.2 Kecepatan menurut Peraturan Menteri Perhubungan
Menurut Tamin ( 1992 ), Nomor 13 tahun 2014.
Kecepatan ( Speed ) lalu lintas adalah
jarak yang dapat ditempuh dalam satu 2.3.1 Bahan Rambu
satuan waktu tertentu, biasa dinyatakan Bahan rambu yang digunakan
dalam satuan km/jam. Menurut F.D.Hobbs adalah plat alumunium standar.[Peraturan
( 1979 ), Kecepatan ( Speed ) adalah laju Menteri Perhubungan No. PM. 13 Tahun
perjalanan yang dinyatakan dalam km/jam 2014 tentang Rambu-rambu lalu lintas di
dan umumnya di bagi menjadi 3 (tiga) jalan.
jenis, yaitu :
2.4 Pita Penggaduh (rumble Strips)
a. Kecepatan Setempat ( spot speed ) Pita penggaduh (rumble strips)
Adalah kecepatan kendaraan pada suatu adalah kelengkapan tambahan pada jalan
saat diukur dari suatu tempat yang yang berfungsi untuk membuat
ditentukan. pengemudi lebih meningkatkan
kewaspadaan. Pita penggaduh dapat
b. Kecepatan Bergerak ( running speed ) berupa suatu marka jalan atau bahan lain
Adalah kecepatan kendaraan rata – rata yang dipasang melintang jalur lalu lintas
pada suatu jalur pada saat kendaraan dengan ketebalan maksimum 4 cm.
bergerak dan didapat dengan membagi (Keputusan Menteri Perhubungan No. 3
panjang jalur dibagi dengan lama waktu Tahun 1994)
kendaraan bergerak menempuh jalur
tersebut. 2.4.1 Bentuk Dan Ukuran
Bentuk dan ukuran pita penggaduh
diatur dalam 2 (dua) aturan yaitu
c. Kecepatan Perjalanan ( journey speed ) “Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
Adalah kecepatan efektif kendaraan yang 3 Tahun 1994 Tentang Alat Pengendali
sedang dalam perjalanan antara dua dan Pengaman Pemakai Jalan” dan
tempat, dan merupakan jarak antara dua “Dirjen Prasana Wilayah, Pedoman
4
Perencanaan Fasilitas Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan” Pita
Kecepatan Lalu Lintas”. Dan menurut penggaduh dapat berupa suatu marka jalan
“Keputusan Menteri Perhubungan Nomor atau bahan lain yang dipasang melintang
3 Tahun 1994 Tentang Alat Pengendali jalur lalu lintas
Gambar 2. Tampak Atas Pita Penggaduh (Surat Dirjen Perhubungan Darat No.
AJ.003/5/9/DRJD/2011)
5
apakah memenuhi syarat dan Σ( − )
dapat digunakan. =
−1
c. Menentukan ukuran sampel ;
Pengambilan sampel bertujuan S ( )
untuk memperoleh keterangan = 0,05
mengenai populasi dengan −
mengamati hanya sebagian
saja dari populasi tersebut. S ( )( )
Menurut Walpole (1995),
=
hamparan (distribusi) normal
rata-rata umumnya cukup baik
n ≥ 30, terlepas dari bentuk Besarnya jumlah sampel (n)
populasi. Bila n ≥ 30, =
distribusinya hanya akan baik (S ( ))
bila populasinya tidak jauh
berbeda dari normal. Bila
populasinya diketahui normal,
maka distribusi normal dan 3.2 Teknik Pengambilan Data
ukuran sampelnya tidak Area 1 :dipergunakan untuk
menjadi soal. mencatat waktu / kecepatan
kendaraan sebelum melintasi
Tabel 1. Tabel Data Kecepatan pita penggaduh (pada area ini
Ringan (Km/Jam) Untuk kecepatankendaraan dianggap
Mencari Jumlah Sampel normal);
6
Gambar 3 Metode Pelaksanaan
7
Lokasi alat pengendali kecepatan pada
fungsi jalan kolektor Sekunder :
8
Mencari Jumlah Sample Sebenarnya 32 58 -21.40 457.9600
Nama Sekolah : Sekolah BAWARI 33 30 6.60 43.5600
Alamat : Jalan Merdeka-sungai jawi 34 34 2.60 6.7600
35 35 1.60 2.5600
Tabel 3. Penghitungan Sample
36 47 -10.40 108.1600
No. X Xrata-rata (Xrata-rata - 37 33 3.60 12.9600
-X X)2 38 30 6.60 43.5600
1 38 -1.40 1.9600 39 41 -4.40 19.3600
2 34 2.60 6.7600 40 42 -5.40 29.1600
3 48 -11.40 129.9600 41 29 7.60 57.7600
4 30 6.60 43.5600 42 50 -13.40 179.5600
5 44 -7.40 54.7600 43 30 6.60 43.5600
6 39 -2.40 5.7600 44 45 -8.40 70.5600
7 38 -1.40 1.9600 45 34 2.60 6.7600
8 34 2.60 6.7600 46 34 2.60 6.7600
9 34 2.60 6.7600 47 40 -3.40 11.5600
10 34 2.60 6.7600 48 36 0.60 0.3600
11 30 6.60 43.5600 49 36 0.60 0.3600
12 33 3.60 12.9600 50 30 6.60 43.5600
13 39 -2.40 5.7600 51 29 7.60 57.7600
14 41 -4.40 19.3600 52 38 -1.40 1.9600
15 30 6.60 43.5600 53 38 -1.40 1.9600
16 33 3.60 12.9600 54 30 6.60 43.5600
17 38 -1.40 1.9600 55 31 5.60 31.3600
18 41 -4.40 19.3600 56 39 -2.40 5.7600
19 43 -6.40 40.9600 57 39 -2.40 5.7600
20 32 4.60 21.1600 58 35 1.60 2.5600
21 34 2.60 6.7600 59 37 -0.40 0.1600
22 35 1.60 2.5600 60 30 6.60 43.5600
23 45 -8.40 70.5600 rata 36.60 1966.4000
24 37 -0.40 0.1600 rata
25 42 -5.40 29.1600
26 33 3.60 12.9600
27 38 -1.40 1.9600
28 36 0.60 0.3600
29 34 2.60 6.7600
30 34 2.60 6.7600
31 35 1.60 2.5600
9
Sc = 0.05 x 36.60
= 1.83
1.83/
Sc(x) = 1.96
= 0.933673
n = 33.32881
(0.933673)2
= 38.23
S2 = 1966.4 maka di genapkan menjadi 40 sample
60-1
= 33.32881
Tabel 4. Jumlah Sample Pada Fungsi Jalan Kolektor Primer dan Sekunder
Table 5 Penurunan Kenaikan Kecepatan Pada Jalan Jendral Urip- Tanjung Pura
10
Dari tabel di atas pada jalan hambatan setelah kawasan zebra xross
Jendral Urip terlihat bahwa kecepatan (area penyebrangan), akan tetapi
sepeda motor juga mengalami kecepatan rata- rata kendaraan
penurunan pada area 2 (dua) atau area melebihi kecepatan yang ditetapkan
Pita Penggaduh, kemudian meningkat pada rambu batas kecepatan maksimal
pada area 3 (tiga) atau area setelah pada kawasan pita penggaduh di
zebra cross (area penyebrangan). Hal sekolah tersebut yaitu 25 km.
ini disebabkan karena tidak adanya
40
Kecepatan Km/Jam
30
20
10
0
0 Area 1 20 Area 2 40 Area 3 60
Pembagian Area
Tabel 6. Tingkat Efektivitas Pita Penggaduh pada fungsi jalan kolektor primer
11
Dari hasil Tabel 6 dapat dilihat jalan tanjung raya 2, tetapi pada
bahwa penerapan pita penggaduh pada kawasan ZoSS pada lokasi jalan
kawasan ZoSS pada fungsi jalan Hasanuddin menuju arah
kolektor primer yang pita kakap,efektivitasnya cendrung lebih
penggaduhnya terbagi menjadi 2 (dua) tinggi, karna pada lokasi ini
kelompok tidak berpengaruh pada pemasangan pita penggaduhnya hanya
kendaraan, hal ini bisa dilihat dari 1 (satu) kelompok.
persentase efektifvitas terutama pada
Tabel 7. Tingkat Efektivitas Pita Penggaduh pada fungsi jalan kolektor sekunder
No. Lokasi Batas Jumlah Presentase Keefektifitas
Kecepatan Sample area 2 pita penggaduh
Akhir
12
berpengaruh pada kinerja alat kelompok pita penggaduh pada
pengendali kecepatan. kawasan Tanjung Raya 2
d. Pada beberapa kawasan ZoSS persentase pada area pita
tidak dilengkapi dengan penggaduh 0.00% dan
fasilitas kelengkapan jalan kawasan Hasanuddin menuju
yang membantu kinerja Pita pelabuhan hanya 23.33 %.
Penggaduh dalam Sedangkan penerapan pita
mengendalikan kecepatan penggaduh dengan hanya 1
kendaraan seperti Lampu kelompok persentase efektif
Peringatan. lebih tinggi terutama pada
e. Di lokasi penelitian kawasan Jendral Urip 40%, Hasanuddin
ZoSS yang diteliti tidak menuju kakap 55%.
dilengkapi dengan Marka i. Penerapan pita penggaduh
Larangan Berhenti dan marka dengan tinggi diwabah 1 cm
khusus. kurang efektif sehingga tidak
f. Dari hasil penelitian tingkat terlalu berdampak pada
efektivitas penerapan pita kecepatan kendaraan yang
penggaduh di kawasan ZoSS melintasi lokasi tersebut.
didapat : sehingga efek kejut / getaran
g. Pita penggaduh yang terpasang dan goncangan yang dialami
di lokasi penelitian belum setiap kendaraan yang melintas
maksimal, terlihat dari diatas pita penggaduh juga
persentase penurunan pada kecil. Kondisi inilah yang
area pita penggaduh pada tiap menyebabkan para pengendara
lokasi dapat dilihat pada Tabel tidak mengurangi kecepatan
6 dan 7. hampir semua lokasi kendaraannya.
penelitian tingkat efektifitas
berada dibawah 50%.
i. Penataan pita penggaduh pada 5.2 Saran
fungsi jalan kolektor primer a. Perletakan rambu harus
tidak cocok dengan diperhatikan, agar pengendara
menggunak penataan 2 (dua) kendaraan dapat melihat
kelompok rambu rambu yang terpasang.
h. Penataan pita penggaduh yang b. Pada lokasi penelitian perlu
memiliki 2 kelompok tidak penambahan fasilitas tambahan
lebih baik dibandingkan 1 berupa lampu peringatan dan
kelompok. Hal ini bisa dilihat marka dilarang berhenti. Untuk
dari data tingkat efektivitas meningkatkan kewaspadaan
pita penggaduh, dimana pengemudi dan untuk
kawasan yang memiliki 2 menghindari dampak
13
kemacetan terutama dikawasan Daftar Pustaka
area sekolah. Departemen Perhubungan. 1994.
c. Perlu penambahan marka jalan Keputusan Menteri
khusus bewarna merap pada Perhubungan Nomor 3 Tahun
kawasan ZoSS agar pengemudi 1994 Tentang Alat Pengendali
lebih berhati-hati dan waspada. dan Pengaman Pemakai Jalan.
d. Perlunya penambahan bentuk Jakarta
dan ukuran pada penerapan
pita penggaduh agar lebih Departemen Perhubungan. 2014.
efektif, sehingga pengguna Peraturan Menteri
fasilitas jalan terutama agar Perhubungan Nomor. PM. 13
anak-anak dikawasan sekolah Tahun 2014 Tentang Rambu-
merasa aman. Rambu Lalu Lintas.
e. Penerapan pita penggaduh
lebih baik dipasang dengan Departemen Perhubungan. 2014.
hanya 1 (satu) kelompok. Peraturan Menteri
f. pada fungsi jalan kolektor Perhubungan Nomor. PM. 34
primer boleh diterapkan cara Tahun 2014 Tentang Marka
pemasangan pita penggaduh Jalan.
yang terpasang pada fungsi
jalan kolektor skunder dengan Departemen Perhubungan. 2011. Surat
menggunakan 1(satu) Dirjen Perhubungan Darat
kelompok pita penggaduh. Nomor AJ.003/5/9/DRJD/2011
g. Perlu diadakannya sosialisasi tanggal 21 juni 2011 Tentang
kepada siswa dan pengguna Spesifikasi Pita Penggaduh
jalan yang melibatkan intasi
terkait berupa tata cara berlalu Dinas Pekerjaan Umum. 2004.
lintas yang beskeselamatan Pedoman Perencanaan
pada ZoSS, pengenalan dan Fasilitas Pengendali Kecepatan
pemahaman fasilitas Lalu Lintas. Jakarta.
perlengkapan jalan pada
kawasan ZoSS sejak dini. Agar Derry Ermansyah., 2016., Studi Alat
pengguna jalan lebih mengerti Pengendali Kecepatan Pada
dan patuh pada saat melintasi Kawasan ZoSS di Kota
kawasan yang terdapat fasilitas Pontianak
perlengkapan jalan.
14
Effendy Judy Arianto. 2005. Analisis Menteri Perhubungan. 2015.
Pengaruh Speed Humps Peraturan Menteri
Terhadap Kecepatan. Perhubungan Republik
Universitas Diponegoro Indonesia, Nomor PM 111
Semarang. Tahun 2015 Tentang Cara
Penetapan Batas Kecepatan.
Transport Research Laboratory (TRL),
Overseas Development Ofyar Z Tamin (1992), Perencanaan
Administration (ODA), 1991, dan Pemodelan Transportasi,
England, Towards Safer Roads contoh soal dan aplikasi, edisi
in Developing Countries, kesatu, Penerbit ITB.
Edition, pp 162.
Peraturan Direktur Jendral
Fajar Ahmad. 2005. Pengaruh Rumble Perhubungan Darat. Petunjuk
Strips Terhadap Perilaku Teknis Perlengkapan Jalan.
Pengemudi Di Perlintasan
Kereta Api. Universitas Peraturan Daerah Kota Pontianak
Diponegoro Semarang. Nomor 2 Tahun 2013. Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah
F.D. Hobbs (1979), Perencanaan dan Kota Pontianak Tahun 2013-
Teknik Lalu Lintas, edisi kedua, 2033
terjemahan Ir. Suprapto TM,
MSc, Ir. Waldijono, Gajah Mada Yulfriwini, MT. 2016. Analisis
University Press. Kecepatan Kendaraan Melewati
Rumble Strips (Pada
Morlok (1984), Pengantar Teknik dan Perlintasan Kereta Api Jalan
Perencanaan Transportasi, Sultan Agung-Bandar
Penerbit Erlanggga. Lampung)
15