Anda di halaman 1dari 92

SUSUNAN DEWAN REDAKSI

Penanggung Jawab : Dewan Pembina

Ketua Redaksi : Rahmat Putra Yudha, S.Pd, M.Ed TESOL

Sekretaris Redaksi : Herwulan Irine Purnama, M.Pd

Penyunting Ahli : Sugiharto, S.Pd, M. Kes

Penyunting Pelaksana : Arsyi Mirdanda, M.Pd

Pelaksana Tata Usaha : Artie Pramita Aptery, S.Pd, MA

Reviewer :

1. Rahmat Putra Yudha, S.Pd, M.Ed TESOL (Polteknik Kemenkes Pontianak)

researcher ID https://orcid.org/0000-0002-8833-2928

2. Dr. Cecep Anwar Hadi Firdos Santosa, M.Si (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

researcher ID https://orcid.org/0000-0002-1053-7683

3. Artie Pramita Aptery, S.Pd, MA (Universitas Terbuka)

4. Sugiharto, S.Pd, M. Kes (University of Binawan)

researcher ID https://orcid.org/0000-0003-2059-008X

www.ejournal.yudhaenglishgallery.com
Vol 1 No 1 (2020): Volume 1 Number 1 2020
THIS JOURNAL INDEXED BY
JARDIKNAS (Jurnal Pendidikan Dan Sosial)

YUDHA ENGLISH GALLERY


ISSN : 2722-7545 (Printed)
YUDHA ENGLISH GALLERY
JARDIKNAS
JURNAL PENDIDIKAN DAN SOSIAL DAFTAR ISI

KESIAPAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN MATA


PELAJARAN INFORMATIKA PADA KURIKULUM 2013 DI KECAMATAN PONTIANAK
TIMUR
Chandra Lesmana, Samuel Limin _________________________________________________ 1-9

MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENULIS TEKS DESKRIPTIF MATA PELAJARAN


BAHASA INGGRIS DENGAN MENERAPKAN METODE BALOR DI KELAS X IPA SMAN
1 SILAT HILIR
Nur Rohmah, S.Hum _________________________________________________________ 10-16

STRATEGI PEMBELAJARAN DARING BERBASIS MULTIMEDIA DI SMA NEGERI 1


MENJALIN KABUPATEN LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Yakobus,S.Pd,M.M _________________________________________________________ 17-26

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR PEMROGRAMAN DASAR


SISWA KELAS XI MULTI MEDIA MELALUI PEMANFAATAN MODUL DI SMK NEGERI
1 MEMPAWAH HULU
MARSELUS, S.E., M.M., M.Pd ______________________________________________ 27-36

STUDI DESKRIPTIF PENERAPAN DISIPLIN POSITIF PADA PESERTA DIDIK


Rahmat, S.Pd _____________________________________________________________
Rahmat Putra Yudha, S.Pd, M.Ed TESOL 37-46

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN AGAMA


KRISTEN DALAM PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN MELALUI
SUPERVISI AKADEMIK
Idrus, S.Th ____________________________________________________________ 47-57

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISION
(STAD)
Darfiatna, S.Pd _____________________________________________________________58-71

PENERAPAN MODEL THINK PAIRS SHARE


Martina, S.Pd ______________________________________________________________72-77

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (SPEAKING SKILL)


MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS MATERI “TALKING ABOUT DAILY
ACTIVITES” TERHADAP SISWA KELAS XI TKR SMK NEGERI 1 SENGAH TEMILA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Liem Swi King_______________________________________________________________ 79-88
KESIAPAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN
MATA PELAJARAN INFORMATIKA PADA KURIKULUM 2013
DI KECAMATAN PONTIANAK TIMUR

Chandra Lesmana
Afiliasi (Program Studi Pendidikan TIK, MIPA dan Teknologi, IKIP PGRI Pontianak)
Alamat e-mail chandralesmana87@gmail.com
Samuel Limin
Afiliasi (Program Studi Pendidikan TIK, MIPA dan Teknologi, IKIP PGRI Pontianak)
Alamat e-mail samuellimin16@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan sekolah menengah atas dalam
mengimplementasikan mata pelajaran informatika pada kurikulum 2013 di Kecamatan
Pontianak Timur. Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif. Variabel dalam
penelitian ini adalah kesiapan sekolah menengah atas dalam mengimplementasikan mata
pelajaran informatika pada kurikulum 2013. Teknik pengumpulan data dengan mengunakan
padoman wawancara, padoman observasi, dan angket. Hasil dari penelitian secara umum
dapat disimpulkan bahwa kesiapan sekolah menengah atas dalam mengimplementasikan mata
pelajaran informatika pada kurikulum 2013 di Kecamatan Pontianak Timur diketegorikan tidak
siap. Dillihat dari analisis data terhadap permasalahan yang ada, persentase kesiapan sekolah
dilihat dari pendidik SMA Negeri 6 Pontianak sebesar 94%, SMA Negeri 9 Pontianak sebesar
98%, SMAS Islam Haruniah Pontianak sebesar 0%, dan SMAS PGRI 1 Pontianak sebesar 0%.
Kesiapan sekolah dilihat dari sarana dan pasarana sekolah SMA Negeri 6 Pontianak sebesar
100%, SMA Negeri 9 Pontianak sebesar 100%, SMAS Islam Haruniah Pontianak sebesar 0%, dan
SMAS PGRI 1 Pontianak sebesar 0%.

Kata kunci: kesiapan, kurikulum 2013, informatika

Abstract
This study aims to determine the readiness of high schools in implementing informatics
subjects in the 2013 curriculum in East Pontianak District. This research uses a quantitative
approach. The variable in this study is the readiness of high schools in implementing
informatics subjects in the 2013 curriculum. Data collection techniques are using interview,
observation and questionnaires. The results of the study in general can be concluded that
the readiness of high schools in implementing informatics subjects in the 2013 curriculum in
Pontianak Timur District was categorized as not ready. Seen from the analysis of data on
existing problems, the percentage of school readiness seen from educators at SMA Negeri 6
Pontianak by 94%, SMA Negeri 9 Pontianak by 98%, Haruniah Islamic High School Pontianak by
0%, and PGRI 1 Pontianak SMAS by 0%. School readiness is seen from the facilities and
markets of Pontianak 6 Public High School by 100%, Pontianak 9 Public High School by 100%,
Haruniah Islamic High School Pontianak by 0%, and Pontianak PGRI 1 High School by 0%.

Keywords: readiness, curriculum 2013, informatics

PENDAHULUAN membantu mengembangan potensi sehingga


Pendidikan merupakan suatu aspek mampu menghadapi setiap perubahan yang
kehidupan yang sangat mendasar bagi terjadi. Pendidikan dapat diperoleh secara
pembangunan bangsa dalam suatu Negara. formal dan non formal. Pendidikan formal
Pendidikan juga merupakan proses untuk diperoleh dalam mengikuti program-program

1
(header halaman genap: penggalan Judul Artikel Jurnal, nama penulis pertama,halaman artikel jurnal)

yang sudah dirancang secara terstruktur oleh Tahun 2003 tentang Sistem
departemen pendidikan atau kementrian Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
suatu Negara.Pendidikan non formal di kurikulum adalah seperangkat rencana dan
peroleh dalam kehidupan sehari-hari pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
diberbagai pengalaman yang dipelajari dari pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
orang lain. pedoman penyelenggaraan kegiatan
Pendidikan pada dasarnya adalah pembelajaran untuk mencapai tujuan
proses pengembangan potensi Peserta didik. pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian
Dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang
yang melibatkan guru sebagai pendidik dan pertama adalah rencana dan pengaturan
siswa sebagai peserta didik, diwujudkan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,
dengan adanya interaksi belajar mengajar sedangkan yang kedua adalah cara yang
atau proses pembelajaran. Pendidikan juga digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
merupakan usaha sadar dan terencana untuk Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai
mewujudkan suasana yang aktif untuk tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua
mengembangkan potensi diri agar memiliki dimensi tersebut.
keterampilan yang di perlukan dirinya di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
masyarakat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 (KTSP) dinilai masih terdapat permasalahan
tentang SISDIKNAS, yakni : Pendidikan adalah dalam pelaksanaannya. KTSP dinilai belum
usaha sadar untuk mewujudkan suasana tanggap terhadap perubahan sosial yang
belajar dan proses pembelajaran agar terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun
peserta didik secara aktif mengembangkan global. Standar penilaian KTSP dinilai belum
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan mengarah pada penilaian berbasis
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kompetensi. Hal tersebut bertentangan
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, seta dengan penjelasan pasal 35 UU nomor 20
keterampilan yang diperlukan dirinya, Tahun 2003 bahwa kompetensi lulusan
masyarakat, bangsa dan negara. merupakan kualifikasi kemampuan lulusan
Kurikulum merupakan hal penting mencakup sikap, pengetahuan, dan
dalam sistem pendidikan Indonesia. keterampilan sesuai dengan standar nasional
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan yang telah disepakati. Permasalahan
pendidikan nasional dengan memperhatikan pendidikan yang muncul dinilai perlu
perkembangan peserta didik, kebutuhan dikembangkan kurikulum baru yaitu
pembangunan nasional, serta perkembangan Kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum
ilmu pengetahuan dan teknologi. Undang- 2013 dilakukan karena adanya tantangan
Undang Nomor 20 internal maupun tantangan eksternal.
Tantangan internal terkait tuntutan

2
Header halaman ganjil: Jurnal HISTORIA Volume ..., Nomor ..., Tahun ...., ISSN ....-....

pendidikan yang mengacu pada 8 Standar guru TIK beralih menjadi pembimbing
Nasional Pendidikan dan faktor disekolah dalam rangka implementasi
perkembangan penduduk Indonesia. kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 guru
Tantangan eksternal berkaitan dengan TIK dan KKPI difungsikan menjadi guru TIK
tantangan masa depan, kompetensi yang yang berperan membimbing peserta didik
diperlukan di masa depan, persepsi dalam mencapai standar kompetensi lulusan
masyarakat, perkembangan pengetahuan dan dan memfasilitasi sesama guru dalam
pedagogik. penggunaan TIK untuk persiapan,
Kurikulum 2013 merupakan langkah pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran
lanjutan dari Pengembangan Kurikulum serta memfasilitasi tenaga kependidikan
Berbasis Kompetensi yang dirintis pada tahun dalam mengembangkan sistem manajemen
2004 dan KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan sekolah berbasis TIK. Dengan peranan baru
Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan tersebut, guru TIK mempunyai tanggung
Pendidikan pada tahun 2006 memberikan jawab dan pengaruh yang sangat besar dalam
otonomi penuh kepada lembaga sekolah itu proses pembelajaran, manajemen sekolah,
sendiri untuk mengembangkan kurikulumnya serta dalam meningkatkan mutu pendidikan
sesuai kemampuan dan kesanggupan masing- disekolah.
masing satuan pendidikan. Sedangkan Berdasarkan Permendukbud No. 37
kurikulum 2013 mencoba kembali pada masa Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas
pemerintah dahulu, yaitu kurikulum Permendukbud Nomor 24 Tahun 2016
dikendalikan oleh pemerintah atau bersentral Tentang Kompetensi Inti Dan Kompetensi
pada pemerintah pusat. Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 Pada
Dalam kurikulum 2013, banyak Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah
perubahan yang dilakukan pemerintah guna dengan menambahkan kompetensi inti dan
meningkatkan mutu pendidikan dalam setiap kompetensi dasar mata pelajaran Informatika
jenjang pendidikan diantaranya yaitu mata pada SMP/mts dan SMA/MA, dimana mata
pelajaran TIK yang memilki perubahan dalam pelajaran TIK kembali masuk ke dalam mata
peranannya dalam pendidikan disekolah. pelajaran inti tetapi dengan nama yang
Mata pelajaran TIK berubah menjadi berbeda yaitu Informatika. Mata Pelajaran
Bimbingan TIK atau yang dikenal dengan Informatika merupakan mata pelajaran
BIMTIK (Bimbingan Teknologi Dan pilihan yang diselenggarakan berdasarkan
Komunikasi). BIMTIK siafatnya bimbingan ketersediaan guru sesuai dengan kualifikasi
tambahan dan penguasai teknologi informasi akademik dan kompetensi, serta sarana
dan komunikasi dan internet serta tidak prasarana pada satuan pendidikan. Konsep
diujiankan. Berdasarkan Permendikbud mata pelajaran Informatika berbeda dengan
nomor 68 tahun 2014 BAB I Pasal 1 yang mana TIK meskipun ada beberapa hal yang

3
(header halaman genap: penggalan Judul Artikel Jurnal, nama penulis pertama,halaman artikel jurnal)

diadaptasi. Mata pelajaran Informatika tidak mata pelajaran informatika seperti


hanya memepelajari beragam perangkat laboratorium komputer, komputer, jaringan
lunak komputer, tetapi juga memecahkan internet, hardware dan software kompuer,
masalah dan membuat aplikasi dengan alat atau media pembelajaran informatika,
berpikir kritis. Dalam mata pelajaran dan lain-lain. Hal ini yang mendasari peneliti
Informatika mencakup lima materi yang ingin mengetahui kesiapan sekolah menengah
bakal menunjang kompetensi siswa. Yakni, atas di Kecamatan Pontianak Timur dengan
teknik kompuer, jaringan komputer/internet, judul penelitian “Kesiapan Sekolah Menengah
analisis data, dampak sosial informatika, dan Atas Dalam Mengimplementasikan Mata
programing. Pelajaran Informatika Pada Kurikulum 2013
Berdasarkan informasi yang diperoleh Di Kecamatan Pontianak Timur”
dari hasil wawancara dengan Kasi Kurikulum
Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi HASIL DAN PEMBAHASAN
Kal-Bar mengenai penerapan mata pelajaran Kualitatif
baru yaitu Informatika adalah mata pelajaran Kesiapan sekolah sekolah menengah atas
TIK diberlakukan kembali dengan nama yang dalam mengimplementasikan mata
berbeda yaitu mata pelajaran Informatika pelajaran informatika pada kurikulum 2013
pada jenjang pendidikan menengah, sesuai di Kecamatan Pontianak Timur
dengan Permendikbud No. 37 Tahun 2018. Kesiapan sekolah menengah atas dalam
Penerapan mata pelajaran Informatika akan mengimplementasikan mata pelajaran
diterapkan pada tahun ajaran baru informatika pada kurikulum 2013 adalah
2019/2020 mendatang sesuai dengan seberapa siap sekolah tersebut dalam
kesiapan masing-masing sekolah dilihat dari mengimplementasikan mata pelajaran
sumber daya sekolahnya baik sumber daya informatika pada kurikulum 2013 baik dilihat
manusia atau tenaga pendidik yang dari aspek kesiapan pendidik dan sarana
bersangkutan maupun sarana dan praserana prasarana sekolah berdasarkan Permendikbud
sekolah yang ada pada wilayah satuan Nomor 37 Tahun 2018.
pendidikan di kota Pontianak.
1) Pengumpulan data, Sebelum peneliti
Dengan adanya mata pelajaran baru
melakukan wawancara kepada masing-
tersebut tentunya hal ini akan menuntut
masing kepala sekolah menengah atas SMA
sekolah menengah pertama maupun sekolah
Negeri 6 Pontianak dan SMA Negeri 9
menengah atas baik negeri ataupun swasta
Pontianak yang ada di kecamatan
untuk mempersiapkan kesiapan sekolahnya
pontianak timur, peneliti membuat
masing-masing, baik dari segi sumber daya
padoman wawancara terlebih dahulu
manusianya yaitu tenaga pendidik maupun
mengenai kesiapan sekolah menengah atas
sarana prasarana sekolah yang menunjang
dalam mengimplementasikan mata

4
Header halaman ganjil: Jurnal HISTORIA Volume ..., Nomor ..., Tahun ...., ISSN ....-....

pelajaran informatika pada kurikim 2013 Pontianak tetap melaksanakan mata


di kecamatan pontianak timur, kemudian pelajaran TIK walaupun TIK tidak
konsultasikan padoman wawancara kepada berada di dalam struktur mata
dosen pembinbing peneliti. Setelah itu pelajaran dan penerapannya masih ada
padoman wawancara peneliti di validasi sampai sekarang namun berdasarkan
dan siap digunakan untuk wawancara studi khasus atau pemersalahan jika
kepada masing-masing kepala sekolah. ada peserta didik yang membutuhkan
Sebelum melakukan wawancara peneliti bimbingan TIK oleh guru bidang studi
meminta izin terlebih dahulu kepada yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan
masing-masing kepala sekolah untuk pada penerapan kurikulum 2013 mata
melakukan wawancara terkait dengan pelajaran TIK tidak lagi berada dalam
kesiapan sekolah dalam struktur mata pelajaran melainkan TIK
mengimplementasikan mata pelajaran bisa menjadi mata pelajaran
informatika ekstrakulikuler atau ajang peminatan
2) Reduksi data, Data yang diperoleh dari karena dianggap peserta didik cepat
keseluruhan hasil wawancara selanjutnya merespon dan menyesuaikan diri
dirangkum dan dipilih jawaban yang sesuai terhadap perkembangan teknologi atau
dengan kebutuhan yang diperlukan. Dari IT, ditambah juga banyak bimbingan
tiga pertanyaan yang diajukan maka belajar (BIMBEL) diluar sekolah
dikelompokkan pilihan jawaban yang sehingga peserta didik tidak lagi
memiliki kesamaan membutuhkan TIK dalam struktur mata
3) Penyajian data, dari hasi wawancara yang pelajaran;
dilakukan dengan masing-masing kepala b) Terkait dengan regulasi Permendikbud
sekolah SMA Negeri 6 Pontianak dan SMA Nomor 37 Tahun 2018, bagaimanakah
Negeri 9 Pontianak mengenai: pendapat bapak/ibu mengenai
a) Seperti yang diketahui pada penerapan perubahan kompetensi dasar dan
kurikulum 2013 sebelumnya mata kompetensi inti pada sekolah dasar
pelajaran TIK tidak lagi sebagai mata dan sekolah menengah di kurikulum
pelajaran inti melainkan hanya sebagai 2013 yaitu dengan menambahkan
bimbingan (BIMTEK), bagaimanakah mata pelajaran informatika?
penerapannya disekolah yang Berdasarkan hasil wawancara masing-
bapak/ibu pinpin ini? Berdasarkan hasil masing sekolah menjawab bahwa,
wawancara masing-masing sekolah terkait dengan Permendikbud Nomor
menjawab bahwa, Terkait dengan 37 Tahun 2018 tentang perubahan
penerapan kurikulum 2013 SMA kompetensi dasar dan kompetensi inti
Negeri 6 Pontianak dan SMA Negeri 9 dengan menambahkan mata pelajaran

5
(header halaman genap: penggalan Judul Artikel Jurnal, nama penulis pertama,halaman artikel jurnal)

informatika tidaklah menjadi masalah jaringan lokal maupun internet,


bagi pihak sekolah menginggat komputer, dan lain-lain.
informatika bukanlah sesuatu yang 4) Kesimpulan Dan Verifikasi
baru dikarenakan sebelumnya TIK Berdasrkan hasil wawncara yang dilakukan
sudah pernah ada dalam struktur mata dengan masing-masing kepala sekolah
pelajaran mungkin hanya beberapa mengenai penerapan TIK sebagai BIMTEK
perbedaan dengan sebelumnya baik itu pada kurikulum 2013 yaitu sampai
materi pembelajaran dan lain sekarang TIK masih diterapkan disekolah
sebagainya. tetapi hanya berdasarkan studi khasus dan
c) Terkait dengan penerapan mata permesalahan TIK peserta pendidik.
pelajaran infromatika pada tahun Kesiapan sekolah menengah atas dalam
ajaran baru 2019/2020 mendatang mengimplementasikan mata pelajaran
yanng dimana penerapannya informatika pada kurikulum 2013 dilihat
berdasarkan kesedian pendidik dan dari pendidik sangat siap hal ini
sarana prasarana sekolah sesuai dikaranakan guru yang akan mengampu
dengan Permendikbud Nomor 37 Tahun mata pelajaran informatika tersebut
2018, bagaimanakah kesiapan yang merupakan serjana komputer (S.Kom) dan
dipimpin oleh bapak/ibu ini dilihat dari sarana prasarana sekolah yang menunjang
pendidik dan sarana prasarana mata pelajaran informatika juga sudah
sekolah? memenuhi syarat (komputer, laboratorium
Berdasarkan hasil wawancara dengan komputer dengan kondisi yang baik,
masing-masing kepala sekolah jaringan internet/lokal, dan media
menjawab bahwa, kesiapan sekolah pembelajaran penunjang informatika)
baik dilihat dari pendidik dan sarana untuk penerapannya pada tahun ajaran
prasarana sekolah di SMA Negeri 6 2019/2020.
Pontianak dan SMA Negeri 9 Pontianak Kuantitatif
bisa dikatakan sangat siap. Kesiapan Kesiapan sekolah sekolah menengah atas
pendidik diperkuat dengan adanya dalam mengimplementasikan mata
guru yang akan mengampu mata pelajaran informatika pada kurikulum
pelajaran tersebut merupakan serjana 2013 dilihat dari pendidik
komputer (S.Kom) sesuai dengan Pengukuran kesiapan sekolah menengah
kompetensi mata pelajaran atas dalam mengimplementasikan mata
Informatika dan kesiapan sarana pelajaran informatika pada kurikulum
prasarana sekolah penunjang mata 2013 dilihat dari pendidik mengunakan
pelajaran Informatika sangat lengkap butir pernyataan sebanyak 25 butir dengan
seperti laboratorium komputer, skala skor 1-4. Dari 25 pernyataan pada

6
Header halaman ganjil: Jurnal HISTORIA Volume ..., Nomor ..., Tahun ...., ISSN ....-....

angket kesiapan sekolah dalam Informatika pada kurikulum 2013 di


mengimplementasikan mata pelajaran Kecamatan Pontianak Timur dilihat dari
informatika pada kurikulum 2013 dilihat pendidik seperti pada gambar 1:
dari pendidik terdapat pernyataan positif
dan negatif dengan alternatif pilihan
sangat setuju, setuju, tidak setuju dan
sangat tidak setuju. Untuk pernyataan
positif sangat setuju diberi skor 4, setuju
3, tidak setuju 2, dan sangat tidak setuju
1, sedangkan pada pernyataan negatif
sangat setuju diberi skor 1, setuju 2, tidak
Gambar 1. kesiapan sekolah dalam
setuju 3, dan sangat tidak setuju 4. Pada mengimplementasikan mata pelajaran
penelitian ini angket kesiapan sekolah informatika pada kurikulum 2013 di
Kecamatan Pontianak Timur dilihat dari
dalam mengimplementasikan mata pendidik
pelajaran informatika pada kurikulum
2013 dilihat dari pendidik dikategorikan Kesiapan sekolah sekolah menengah atas
kedalam 4 kategori yaitu: sangat siap, dalam mengimplementasikan mata
siap, tidak siap, dan sangat tidak siap. pelajaran informatika dilihat dari sarana
Dalam penelitian ini, hasil analisis data prasarana sekolah
menunjukan bahwa secara keseluruhan
Pengukuran kesiapan sekolah menengah atas
kesiapan sekolah dalam
dalam mengimplementasikan mata pelajaran
mengimplementasikan mata pelajaran
informatika pada kurikulum 2013 dilihat dari
informatika pada kurikulum 2013 di
sarana prasarana sekolah mengunakan butir
Kecamatan Pontianak Timur dilihat dari
pernyataan sebanyak 30 butir dengan skala
pendidik SMA Negeri 6 Pontianak memiliki
skor 0 dan 1. Dari 30 butir pernyataan pada
persentase sebesar 94% diketegorikan
padoman observasi kesiapan sekolah dalam
sangat siap, SMA Negeri 9 Pontianak
mengimplementasikan mata pelajaran
memiliki persentase 98% diketegorikan
informatika pada kurikulum 2013 dilihat dari
sangat siap, SMAS Islam Haruniah
sarana prasarana sekolah merupakan
Pontianak memiliki persentase sebesar 0%
pernyataan positif dengan alternatif pilihan
diketegorikan sangat tidak siap, dan SMAS
Ya dan Tidak. Untuk alternatif pilihan Ya
PGRI 1 Pontianak memiliki persentase 0%
diberi skor 1 dan untuk alternatif pilihan
diketegorikan sangat tidak siap.
Tidak diberi skor 0. Pada penelitian ini
Jika digambarkan dalam histogram
padoman observasi kesiapan sekolah dalam
kesiapan sekolah dalam
mengimplementasikan mata pelajaran
mengimplementasikan mata pelajaran
informatika pada kurikulum 2013 dilihat dari

7
(header halaman genap: penggalan Judul Artikel Jurnal, nama penulis pertama,halaman artikel jurnal)

sarana prasarana sekolah dikategorikan


kedalam 2 kategori yaitu: siap dan tidak siap.

Dalam penelitian ini, hasil analisis data


menunjukan bahwa secara keseluruhan
kesiapan sekolah dalam
mengimplementasikan mata pelajaran
informatika pada kurikulum 2013 di
Kecamatan Pontianak Timur dilihat dari Gambar 2. kesiapan sekolah dalam
sarana prasarana sekolah SMA Negeri 6 mengimplementasikan mata pelajaran
informatika pada kurikulum 2013 di
Pontianak memiliki persentase sebesar 100% Kecamatan Pontianak Timur dilihat dari sarana
diketegorikan siap dan SMA Negeri 9 prasarana sekolah.
Pontianak memiliki persentase 100%
diketegorikan siap, SMAS Islam Haruniah PENUTUP
Pontianak memiliki persentase sebesar 0% Simpulan
diketegorikan tidak siap, dan SMAS PGRI 1 Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data,
Pontianak memiliki persentase sebesar 0% kesiapan sekolah menengah atas dalam
diketegorikan tidak siap. Hal tersebut mengimplementasikan mata pelajaran
menunjukan bahwa kesiapan sarana Informatika pada kurikulum 2013 di
prasarana sekolah menengah atas di Kecamatan Pontianak Timur dilihat dari
Kecamatan Pontianak Timur dilihat dari 4
pendidik yaitu kesiapan pendidik SMA
sekolah dalam menunjang penerapan mata
Negeri 6 Pontianak memiliki persentase
pelajaran Informatika pada kurikulum 2013
sebesar 94%, SMA Negeri 9 Pontianak
yaitu SMAN 6 Pontianak dan SMAN 9
memiliki persentase sebesar 98%, SMAS
Pontianak siap, sedangkan SMAS Islam
Islam Haruniah Pontianak memiliki
Haruniah dan SMAS PGRI 1 Pontianak tidak
siap. persentase sebesar 0%, dan SMAS PGRI 1
Pontianak memiliki persentase 0%.
Jika digambarkan dalam histogram kesiapan
Kesiapan sekolah menengah atas dalam
sekolah menengah atas dalam
mengimplementasikan mata pelajaran
mengimplementasikan mata pelajaran

informatika pada kurikulum 2013 di informatika pada kurikulum 2013 dilihat dari
Kecamatan Pontianak Timur dilihat dari sarana prasarana sekolah yaitu SMA Negeri 6
sarana prasarana sekolah seperti pada Pontianak memiiki persentase sebesar 100%,
gambar 2: SMA Negeri 9 Pontianak memiliki
persentase sebesar 100%, SMAS Islam
Haruniah memiliki persentase sebesar 0%,
dan SMAS PGRI 1 Pontianak memiliki

8
Header halaman ganjil: Jurnal HISTORIA Volume ..., Nomor ..., Tahun ...., ISSN ....-....

persentase sebesar 0%.


Sumadi Suryabrata. 2003. Metode
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa Penelitian. Jakarta: Rajawali.
kesiapan sekolah menengah atas dalam
mengimplementasikan mata pelajaran
Informatika pada kurikulum 2013 di
kecamatan pontianak timur dilihat dari
pendidik dan sarana prasarana sekolah
diketegorikan tidak siap. Hal ini dilihat dari 4
sekolah hanya 2 sekolah saja yang siap dalam
menerapkan mata pelajaran Informatika yaitu
SMA Negeri 6 Pontianak dan SMA Negeri 9
Pontianak sedangkan 2 sekolah lainnnya yaitu
SMAS Islam Haruniah Pontianak dan SMAS
PGRI 1 Pontianak tidak siap.
Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil
penelitian ini adalah bagaimana agar sekolah
dapat mempersiapkan dalam
mengimplementasikan mata pelajaran
Informatika pada jenjang sekolah Menengah
Atas.

DAFTAR PUSTAKA
Margono. 2007. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Riduwan dan Sunarto. 2012. Pengantar


Statistika untuk Penelitian
Pendidikan, Sosial, Komunikasi,
Ekonomi, dan Bisnis. Bandung:
Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian


Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta, CV.

9
MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENULIS TEKS DESKRIPTIF MATA
PELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN MENERAPKAN METODE
BALOR DI KELAS X IPA SMAN 1 SILAT HILIR
Nur Rohmah, S.Hum
Email: rohmahn927@gmail.com

Abstrak

Pada pembelajaran Bahasa Inggris kelas X, menulis (Writing) merupakan salah satu kompetensi yang harus diajarkan
pada peserta didik . Di lapangan peserta didik seringkali mengeluh , mereka merasa takut tidak dapat menyelesaikan
tugas menulis, karena tidak tahu apa yang harus ditulis, bagaimana cara memulainya dan mengakhirinya. Kemudia n
rendahnya kemampuan menulis teks deskripsi dalam pembalajaran Bahasa Inggris, juga menjadi permasalahan
yang penulis temukan di tempat penulis bertugas. Hal ini terlihat dari hasil karangan siswa dalam teks deskripsi, dari
segi penulisan karangan, siswa masih kesulitan dalam merangkai kata-kata yang menjadi sebuah paragraf
dalam sebuah karangan deskripsi. Dan ketika melihat secara keseluruhan, hasil karangan yang di tulis siswa
dinilai dari segi judul, tema, dan isinya terlihat tidak sesuai (tidak koheren). Melihat permasalahan ini maka
diterapkan metode BALOR. Sebelum di terapkan metode Balor ketrampilan menulis teks deskripsi masih rendah yaitu
nilai rata-rata siswa 62,06,yakni belum mencapai nilai minimal yang telah ditetapkan yaitu 75. Setelah di terapkan
metode Balor ketrampilan menulis teks deskripsi nilai nilai rata-rata siswa miningkat yaitu 79,58. Setelah di terapkan
metode Balor ketrampilan menulis teks deskripsi, hal ini dapat dilihat dari nilai rata -rata siswa sebelum diterapkan
metode balor yaitu nilai rata-rata siswa 62,06 meningkat menjadi 79,58. Dengan demikian terdapat peningkatan hasil
ketrampilan menulis teks deskripsi setelah digunakan metode Balor di kelas X IPA SMA Negeri 1
Silat Hilir Tahun Pelajaran 2019/2020
Kata kunci: Teks deskriptif, metode BALOR

23/2006 tentang SKL dan Inores No 1/2010 tentang


1. Pendahuluan percepatan Pelaksanaan Prioritas pembangunan
Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional, Nasional 2010 yang menghendaki pengembangan
bahasa yang penting untuk dikuasai baik secara lisan karakter peserta didik melalui pendidikan di sekolah
maupun tulisan. Oleh karena itu perlu membekali mutlak harus dilaksanakan oleh para guru sebagai
peserta didik agar dapat menguasai bahasa Inggris ujung tombak pelaksana pendidikan di negeri ini.
dengan sebaik–baiknya. Pendidik sudah
Pada pembelajaran Bahasa Inggris kelas X IPA SMAN
seharusnyalah mampu menumbuhkan dan
1 Silat Hilir, pembelajaran Menulis (Writing)
membangkitkan rasa percaya diri para siswa,
merupakan salah satu kompetensi yang harus diajarkan
mematuhi aturan - aturan sosial yang berlaku dalam
pada siswa. Silabus pembelajaran bahasa Inggris
lingkungan yang lebih luas, berkomunikasi dan
kelas X semester ganjil, sesuai kompetensi Dasar .4.2
berinteraksi secara efektif dan santun, menunjukkan
Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis, pendek dan
kegemaran membaca dan menulis naskah pendek
sederhana, terkait tempat wisata dan bangunan
sederhana, dan juga menunjukkan ketrampilan
bersejarah terkenal, dengan memperhatikan fungsi
menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam
sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan, secara
Bahasa Inggris sederhana, sesuai dengan karakter yang
benar dan sesuai konteks. (Standar Kompetensi
dicanangkan pemerintah, pendidikan karakter yang
Menulis, Kompetensi Dasar 4.4.2).
dicanangkan oleh Pemerintah Republik Indonesia
seperti yang diamanatkan oleh UU No 20/2003 Tetapi dalam kenyataan di lapangan, dimana tempat
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Permendiknas penulis bertugas, peserta didik seringkali mengeluh
No 22/2006 tentang Standar Isi, Permendiknas no dan mengatakan sulit bila pendidik meminta

10
menulis. Bahkan sering peserta didik mengatakan mempunyai pedoman berkenaan dengan berbagai
tidak bisa walaupun belum dimulai. Siswa terlihat tidak alternatif pilihan yang mungkin dapat ditempuh supaya
percaya diri apabila diminta untuk membuat teks kegiatan pembelajaran itu berlangsung secara
deskripsi.. Mereka merasa takut tidak dapat sistematis, terarah, lancar dan efektif atau guru akan
menyelesaikan tugas menulis, karena tidak tahu apa mengetahui dan memilih metode serta mempunyai
yang harus ditulis, bagaimana cara memulainya dan pedoman untuk bertindak, sehingga dalam
mengakhirinya. Kemudian rendahnya kemampuan melaksanakan pembelajaran dapat dilaksanakan
menulis teks deskripsi dalam pembalajaran Bahasa dengan baik. Menghadapi masalah-masalah yang
Inggris, juga menjadi permasalahan yang penulis penulis temui dilapangan yaitu di kelas X IPA SMAN
temukan di tempat penulis bertugas. Hal ini terlihat 1 Silat Hilir, maka metode yang penulis lakukan untuk
dari hasil karangan siswa dalam teks deskripsi, dari meningkatkan ketrampilan menulis teks deskripsi
segi penulisan karangan, siswa masih kesulitan adalah dengan menerapkan metode BALOR yaitu
dalam merangkai kata-kata yang menjadi sebuah Gambar Lihat Olah Rasa.
paragraf dalam sebuah karangan deskripsi. Dan
Tujuan penulisan Best Practice ini adalah (1). Untuk
ketika melihat secara keseluruhan, hasil karangan
mengetahui peningkatan menulis teks deskripsi kelas X
yang di tulis siswa dinilai dari segi judul, tema, dan
IPA sebelum menggunakan metode BALOR di SMA
isinya terlihat tidak sesuai (tidak koheren).
Negeri 1 Silat Hilir ? (2) Untuk mengetahui
Selain itu, menurut beberapa orang siswa metode peningkatan menulis teks deskripsi kelas X IPA setelah
pembelajaran dalam kompetensi menulis (writing) menggunakan metode BALOR di SMA Negeri 1 Silat
dianggap jenuh dan membosankan, kurang inovasi. Hilir ? (3). Untuk mengetahui seberapa besar
Hal tersebut membuat minat siswa dalam menulis peningkatan menulis teks deskripsi kelas X IPA setelah
sangat rendah karena merasa menulis itu sulit. menggunakan metode BALOR di SMA Negeri 1 Silat
Mereka sering kali bergurau, mengantuk, dan tidak Hilir ?
serius dalam mengerjakan tugas-tugas, dalam
2. Pembahasan
melaksanakan tugasnya secara profesional, guru
memerlukan wawasan yang mantap tentang kegiatan Metode balor adalah metode yang dibuat penulis, yaitu
pembelajaran. Seorang guru sebelum mengajar harus Gambar, Lihat, Olah, Rasa. Metode ini digunakan
memiliki dan mengetahui gambaran secara menyeluruh untuk mengajar teks deskripsi di tempat tugas penulis
mengenai bagaimana proses belajar mengajar itu karena menyesuaikan dengan lingkungan disekitar dan
terjadi dan langkah apa yang perlu dilakukan sehingga kondisi tempat tugas. Nama Balor diambil dari nama
tugas-tugas mengajarnya dapat dilakukan dengan baik makanan khas daerah Kapuas Hulu. Adapun langkah-
dan memperoleh hasil yang baik pula sesuai dengan langkah metode Balor ini adalah: (1) Gambar, peserta
tujuan pembelajaran. didik melihat gambar gambar tempat wisata yang ada
disekitar yaitu Kapus Hulu , khususnya tempat wisata
Salah satu wawasan yang perlu dimiliki guru metode
yang ada di kecamatan Silat Hilir yang sering siswa
pembelajaran. Metode pembelajaran adalah langkah-
kunjungi. gambar yang berupa foto ini sangat evektif
langkah atau prosedur yang digunakan dalam
untuk pembelajaran sebagai media visual . Menurut
melaksanakan pembelajaran. Dengan kata lain metode
Munandi (2008:88) menyatakan foto merupakan media
pembelajaran dapat juga diartikan sebagai pola-pola
visual yang efektif karena dapat memvisualisasikan
umum kegiatan guru-murid di dalam perwujudan
objek dengan lebih kongkrit, lebih realistis dan lebih
proses belajar mengajar. Dengan metode tersebut guru

11
akurat.(2) Lihat, setelah ditunjukkan gambar-gambar berada di lokasi tempat wisata yang digambarkan
tempat wisata yang ada di kecamatan Silat Hilir, maka dalam teks dengan cara mempresentasikan di depan
siswa diminta untuk melihat dengan seksama gambar - kelas dan kemudian diambil Vidionya ketika peserta
gambar tersebut (3) Olah, setelah melihat gambar – didik mempresentesaikan teks deskripsi mereka,
gambar tempat wisata, peserta didik diminta sehingga meke benar benar semangat menampilkan
berpasangan untuk mendiskusikan gambar yg secara yang terbaik di hadapan para peserta didik lainnya.
acak dibagikan dan selanjutnya membuat teks
Dengan diterapkan metode Balor dimaksudkan agar
deskripsi. (4) Rasa, setelah membuat teks deskripsi
peserta didik merasa terdorong untuk menulis teks
peserta didik diminta untuk merasakan seolah olah
deskripsi. Hasil akhir yang diharapkan dari
berada di lokasi tempat wisata yang digambarkan
penerapan metode Balor ini adalah seluruh peserta
dalam teks dengan cara mempresentasikan di depan
didik kelas X IPA SMAN 1 Silat Hilir dapat
kelas dan kemudian diambil Vidionya ketika peserta
meningkatkan ketrampilan menulis teks deskripsi
didik mempresentesaikan teks deskripsi mereka,
sesuai dengan Kompetensi dasar pelajaran Bahasa
sehingga meke benar benar semangat menampilkan
Inggris kurikulum 2013, 4.4 Teks deskriptif, 4.4.1
yang terbaik di hadapan para peserta didik lainnya.
Menangkap makna secara kontekstual terkait fungsi
Berdasarkan hasil pengamatan awal, sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks
penulis memutuskan untuk meningkatkan ketrampilan deskriptif, lisan dan tulis, pendek dan sederhana terkait
menulis teks deskripsi menggunakan metode Balor tempat wisata dan bangunan bersejarah terkenal, 4.4.2
(Gambar Lihat olah Rasa), Metode balor adalah Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis, pendek dan
metode yang dibuat penulis, yaitu Gambar, Lihat, sederhana, terkait tempat wisata dan bangunan
Olah, Rasa. Metode ini digunakan untuk mengajar teks bersejarah terkenal, dengan memperhatikan fungsi
deskripsi di tempat tugas penulis karena menyesuaikan sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan, secara
dengan lingkungan disekitar dan kondisi tempat tugas. benar dan sesuai konteks.
Nama Balor diambil dari nama makanan khas daerah Metode pemecahan masalah berupa pembelajaran
Kapuas Hulu. Adapun langkah-langkah metode Balor ‘BALOR’ dipilih oleh penulis karena prosesnya
ini adalah: (1). Gambar, peserta didik melihat gambar sederhana, memfokuskan pada keaktifan para
gambar tempat wisata yang ada disekitar yaitu Kapus peserta didik selama proses pelaksanaan, dan pada
Hulu , khususnya tempat wisata yang ada di kecamatan akhirnya mengasah kemampuan peserta didik untuk
Silat Hilir yang sering siswa kunjungi. (2). Lihat, mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.
setelah ditunjukkan gambar-gambar tempat wisata Proses pembelajaran menggunakan metode
yang ada di kecamatan Silat Hilir, maka siswa diminta “BALOR” ini disebut sederhana karena dalam
untuk melihat dengan seksama gambar - gambar pelaksanaannya tidak membutuhkan persiapan yang
tersebut dan membayangkan tempat wisata tersebut. rumit, sumber belajar yang dipergunakan bisa
(3) Olah, setelah melihat gambar - gambar tempat diperoleh melalui tempat-tempat wisata yang ada di
wisata, peserta didik diminta berpasangan, terdapat 10 lingkungan sekitar peserta didik dan tempat wisata ini
pasang karena jumlah peserta didik kelas X IPA 20. sudah sering dikunjungi oleh peserta didik karena
Mereka berpasangan untuk mendiskusikan gambar yg lokasinya tidak jauh dari rumah mereka. Tahapan
secara acak dibagikan dan selanjutnya membuat teks dalam proses penerapannya pun hanya terdiri dari
deskripsi. (4) Rasa, setelah membuat teks deskripsi empat bagian, yaitu: Gambar, lihat, Olah dan
peserta didik diminta untuk merasakan seolah olah dirasakan. Pada tahap pertama yaitu gambar, para

12
peserta didik ditunjukkan gambar-gambar tempat
wisata yang ada di kecamatan silat hilir dan yang
sering mereka kunjungi. Tahap kedua, Lihat, peserta
didik cukup melihat dan mengamatinya gambar yang
ditunjukkan pendidik. Pada tahap ketiga Olah, para
Gambar 1 Danau Sentarum
peserta didik sudah dilengkapi dengan pengetahuan
Setelah diperlihatkan slide contoh gambar tentang
dasar seputar teks deskriptif, sehingga mereka mampu
tempat wisata yang ada di kabupaten Kapuas hulu
membuat teks berdasarkan gambar yang diberikan
Kalimantan barat, siswa diminta untuk melihat dengan
oleh penulis. Selanjutnya, untuk tahap Rasa, para
seksama dan peserta didik menjawab beberapa
peserta didik mendapatkan penguatan melalui tahap-
pertanyaan berkaitan dengan contoh gambar tentang
tahap yang telah dilalui, hasil teks yang sudah peserta
Danau Sentarum. Kemudian peserta didik diminta
didik buat mereka presentasikan di depan kelas seolah
menyebutkan beberapa tempat wisata yang ada
merasakan kalau mereka berada di tempat wisata yang
disekitar lingkungan tempat tinggal mereka dan yang
mereka gambarkan, pada waktu peserta didik
pernah mereka kunjungi. kemudian peserta didik
presentasi diambil vidionya sehingga sebelum
diminta berpasangan, terdapat 10 pasang karena jumlah
presentasi hasil teks yang mereka buat mereka akan
peserta didik kelas X IPA SMAN 1 Silat Hilir
benar-benar mempersiapkan teksnya sebaik mungkin.
berjumlah 20 peserta didik. Pendidik memagikan
Selain itu strategi pembelajaran ‘BALOR’ cocok
gambar-gambar tempat wisata kepada 10 pasangan
diterapkan karena selama proses pelaksanaan
tersebut. Peserta diminta untuk melihat dengan
pembelajaran, para peserta didik berperan aktif
seksama gambar - gambar tersebut. Gambar-gambar
mencari informasi tentang hal yang belum mereka
yang dibagikan ke 10 pasangan peserta didik sebagai
ketahui, mengkonfirmasi informasi tentang hal yang
berikut:
sudah mereka ketahui sebelumnya, dan pada
akhirnya mengembangkan kemampuan mereka baik
secara tertulis maupun secara lisan.
Metode pemecahan masalah diterapkan pada
pertemuan ke 6, yaitu pada hari Rabu tanggal 6
September 2019 pukul 12.00-13.30 WIB di kelas X
IPA SMA Negeri 1 Silat Hilir dengan menggunakan
Gambar 2 Sungai Kapuas
metode ‘BALOR (Gambar, Lihat, Olah, Rasa).
Kepada para peserta didik ditampilkan slide gambar
- gambar tempat wisata yang sering mereka kunjungi
yang lokasi nya di sekitar mereka yaitu yang berada di
Kabupaten Kapuas Hulu khusunya kecamatan Silat
Hilir. Pada masing-masing gambar terdapat kata kunci.
Para peserta didik diberi kesempatan melihat contoh
yang ditampilkan. Berikut ini merupakan sebagian Gambar 3 Sarai Jelemuk

gambar-gambar tempat wisata dan bangunan


bersejarah

13
Gambar 4 Danau Sentarum

Gambar 10 Sarai Setunggul


Olah,. Setelah mendapat gambar peserta didik diminta
untuk membuat teks deskripsi dalam waktu 20 menit.
Rasa, setelah membuat teks deskripsi peserta didik
diminta untuk merasakan seolah olah berada di lokasi
Gambar 5 Lubuk Mantuk tempat wisata yang digambarkan dalam teks dengan
cara mempresentasikan di depan kelas dan kemudian
diambil Vidionya ketika peserta didik
mempresentesaikan teks deskripsi mereka, sehingga
meke benar benar semangat atau termotivasi belajar
menampilkan yang terbaik di hadapan para peserta
Gambar 6 Medang Pulang didik lainnya. Menurut Suprijono (2010: 163)
menyatakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan
internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.

Untuk Kompetensi Dasar 4.4 Teks deskriptif, 4.4.1


Menangkap makna secara kontekstual terkait fungsi
sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks
deskriptif, lisan dan tulis, pendek dan sederhana terkait
Gambar 7 Gurun Sejiram
tempat wisata dan bangunan bersejarah terkenal, 4.4.2
Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis, pendek dan
sederhana, terkait tempat wisata dan bangunan
bersejarah terkenal, dengan memperhatikan fungsi
sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan, secara
Gambar 8 Bukit Ampan benar dan sesuai konteks diperoleh 2 nilai yang
dipergunakan sebagai data. Nilai pertama ialah hasil
tulisan peserta didik sebelum penerapan metode
“BALOR”, serta hasil tulisan peserta didik setelah
menerapkan metode “BALOR”. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa sebelum penerapan metode
“BALOR”, rata-rata nilai para peserta didik ialah

Gambar 9 Jembatan penyengat 62,06. Nilai tersebut masih kurang dari Kriteria

14
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan payah mencari solusi biar tetap bisa menggunakan
sekolah yakni 75. Setelah penerapan metode infokus tanpa listrik hidup.
“BALOR”, terjadi peningkatan rata-rata nilai para Faktor-faktor Pendukung
peserta didik menjadi 79,58. Peningkatan hasil Beberapa faktor pendukung keberhasilan dari
tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode metode meningkatkan ketrampilan menyusun teks
‘BALOR’ (Gambar, Lihat, Olah, Rasa) dapat deskripsi menggunakan metode Balor sebagai berikut
meningkatkan keterampilan menulis peserta didik (1). Keaktifan dan ketertarikan peserta didik
kelas X IPA Semester 1 di SMA Negeri 1 Silat Hilir, terhadap pembelajaran yang berlangsung. (2)
kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Dukungan dari teman-teman pendidik. (3). Kerjasama

Selanjutnya, data menunjukkan bahwa terjadi dan respon yang baik dari Kepala Sekolah, guru

peningkatan jumlah peserta didik yang mencapai bimbingan dan konseling serta wali kelas yang turut

KKM. Sebelum penerapan metode pembelajaran mendukung usaha meningkatkan ketrampilan

‘BALOR’, jumlah peserta didik yang berhasil menyusun teks deskripsi dalam bahasa Inggris.

melampaui KKM adalah 5 orang dari total 20 peserta Alternatif Pengembangan

didik atau hanya sebesar 25 %. Setelah penerapan Dari hasil pelaksanaan metode Balor dalam

strategi ‘BALOR’ seluruh peserta didik di kelas meningkatkan ketrampilan menulis teks deskripsi,

tersebut mampu meraih nilai lebih besar atau sama penulis mendapati bahwa dapat dilakukan

dengan KKM. pengembangan agar menjadi lebih baik lagi dengan

Kendala-kendala yang Dihadapi alternatif: (1). Melakukan kompetisi internal kelas

Dalam implementasi metode Balor ini AREL ini dimana para peserta didik dapat menentukan

tidak terlepas dari kendala-kendala yang di hadapi pasangan mana yang terbaik menurut mereka dalam

penulis. Ada beberapa kendala dalam menyusun teks deskripsi guru untuk meningkatkan

mengimplementasikan metode Balor dalam motivasi mereka. (3). Menggunakan metode Balor

pembelajaran menulis (Writing) teks descriptif pada pada mata pelajaran lain seperti bahasa Indonesia atau

kelas Bahasa Inggris wajib di kelas X IPA di tempat pun mata pelajaran lain dikarenakan inti dari metode

penulis mengajar, yaitu SMA Negeri 1 silat Hilir. Balor ini adalah meningkatkan ketrampilan menulis

Pertama, kemampuan berbahasa Inggris siswa SMA peserta didik, yang mana bisa diterapkan pada mata

Negeri 1 silat Hilir tidak merata. Ada beberapa siswa pelajaran lain.

memiliki kemampuan berbahasa Inggris di atas rata- 3. Kesimpulan

rata yaitu sebanyak 30%, namun sebagian besar Hasil dari Best Practice yang telah dilakukan penulis di

siswa berbahasa inggris berada pada level yang cukup kelas X IPA SMAN 1 Silat Hilir, maka dapat penulis

mampu, yaitu 40%, dan sebagian lagi, yaitu tarik kesimpulan bahwa: (1) Sebelum di terapkan

sebanyak 30% berada pada level yang kurang metode Balor ketrampilan menulis teks deskripsi masih

mampu. Untuk mengatasi kendala ini, penulis selalu rendah yaitu nilai rata-rata siswa 62,06,yakni belum

membagi siswa secara merata ke dalam masing- mencapai nilai minimal yang telah ditetapkan yaitu 75.

masing pasangan. (2). Setelah di terapkan metode Balor ketrampilan


menulis teks deskripsi nilai nilai rata-rata siswa
Kedua, fasilitas berupa listrik yang tidak tersedia miningkat yaitu 79,58. (3) Setelah di terapkan metode
dipagi sampai siang hari ini juga menjadi kendala Balor ketrampilan menulis teks deskripsi, hal ini dapat
penulis, karena tanpa listrik penulis harus bersusah dilihat dari nilai rata-rata siswa sebelum diterapkan

15
metode balor yaitu nilai rata-rata siswa 62,06
meningkat menjadi 79,58. Dengan demikian terdapat
peningkatan hasil ketrampilan menulis teks deskripsi
setelah digunakan metode Balor di kelas X IPA SMA
Negeri 1 Silat Hilir Tahun Pelajaran 2019/2020.
Daftar Pustaka
Hammond, J., et. al.. (1992). English for Social
Purposes: a Handbook for teachers of Adult
Literacy. Sydney: NCELTER.
KEMDIKBUD. (2017). Buku Bahasa Inggris
Kurikulum 2013 Kelas X Semester 1. Jakarta:
KEMDIKBUD.
Munadi, Yuhdi. (2008) Media Pembelajaran. Ciputat:
Gaung Persada (GP) Press.
Roestiyah. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Silabus Bahasa Inggris Kurrikulum 2013.
Zaini dkk. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

16
STRATEGI PEMBELAJARAN DARING BERBASIS MULTIMEDIA
DI SMA NEGERI 1 MENJALIN KABUPATEN LANDAK
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Yakobus,S.Pd,M.M
yakobustambi054@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan pembelajaran yang belum optimal
terutama dalam mnghadapi situasi Covid-19 alat yang digunakan berupa HP/Laptop
Secara online proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru , masih belum
sempurna karena baru pertamakali melksanakan pembelajaran online. Upaya yang
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menentukan strategi
pembelajaran Daring berbasis multimedia melalui monitoring dalam Pembelajaran .
Tujuan dilakukan monitoring adalah untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan
menggunakan model pembelajaran dengan multimedia online. Sumber data penelitian
adalah pada guru dan siswa dikelas adalah proses pengumpulan data dilakukan
dengan teknik observasi pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa
monitoring di dalam kelas Zoom mampu meningkatkan profesionalisme guru dalam
menentukan media pembelajaran secara daring/Jarak jauh.

Kata kunci: Strategi Pembelajaran, multimedia

I. Pendahuluan Vandemi Virus Corona di Indonesia


Pendidikan sesungguhnya merupakan membuat sekolah menghentikan
suatu sistem yang dibentuk untuk kegiatan Belajar Mengajar secara
mencapai tujuan tertentu. Dalam Langsung( Tatap Muka), tetapi
rangka mewujudkan proses sebagai penggantinya adalah
pembelaajaran yang berkualitas, pembelajaran daring ( Jarak jauh )
ditengah situasi Pandemi Pemerintah atau disebut remote learning.
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Berbagai uaya dan solusi yang di
Nomor 4 Tahun 2000 tentang Tentang lakukan oleh Kementerian pendidikan
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan agar pembelajaran tetap berlangsung
dalam Masa Darurat Penyebaran dengan mengajak seluruh pemangku
Coronavirus Disease ( Covid-19 ).

17
kepentingan bidang pendidikan turut lingkungannya dan dengan
berpartisipasi pemerintah, pola pengembangan
Implentasi pembelaharan daring di perencanaan, serta pola
lapangan menuntut kesiapan bagi pengembangan manajerialnya,
kedua belah pihakbaikitu dari pemberdayaan guru dan
penyedia layanan pendidikan restrukturisasi model-model
maupun dari peserta didik sendiri pembelajaran.
Bagaimanapun juga pembejlajaran Reformasi pendidikan tidak
daring atau jarak jauh memerlukan cukup hanya perubahan kurikulum,.
bantuan teknologi yang dapat di akses namun lebih bermakna apabila diikuti
dengan mudah perubahan praktek pembelajaran di
Selain itu para murid juga mesti dalam maupun di luar kelas. Dan pada
beradaptasi dengan perubahan situasi kondisi yang darurat pun dapat
pembelajaran yang di atur oleh dilaksanakan Pengetahuan,
sekolah Remot learning dapat keterampilan dan kemampuan guru
dipandang lebih bebas dan fleksibel dalam memahami tugas-tugas yang
diakses dari rumah .sehingga dalam harus dilaksanakannya perlu
halini strategi yang perlu dilakukan ditingkatkan. Hal ini berarti bahwa
oleh pihak sekolah adalah dengan guru sebagai pelaksana kegiatan
menetapkan managemen waktu, pembelajaran menjadi kunci atas
persiapkan teknologi yang keterlaksanaan kurikulum di sekolah.
dibutuhkan,belajar dengan serius, Guru adalah pelaksana
menjaga komunikasi dengan teman pembelajaran di sekolah. Kinerja guru
dalam kelas daring. dalam melaksanakan pembelajaran
Upaya memperbaiki dan perlu ditingkatkan. Pembelajaran
meningkatkan mutu pendidikan harus diawasi atau disupervisi mulai
seakan tidak pernah berhenti. Banyak dari perencanaan, pelaksanaan,
agenda reformasi yang telah, sedang, penilaian dan umpan balik. Salah satu
dan akan dilaksanakan. Reformasi yang bertugas melakukan supervisi
pendidikan adalah restrukturisasi sekolah. disini bertujuan untuk
pendidikan, yakni memperbaiki pola meningkatkan kinerja guru dengan
hubungan sekolah dengan cara memberikan pengarahan-

18
pengarahan yang baik dan bimbingan berbasis multimedia di
serta masukan tentang cara mendidik SMAN 1 Menjalin Kabupaten
yang baik dan profesional di Landak ?
dalamkelas daring yang b. Apakah terdapat keberhasilan
menggunakan multime pembelajaran daring berbasis
diapembelajaran. multimedia di SMAN 1
Berdasarkan kondisi ini salah Menjalin Kabupaten Landak ?
satu strategi yang akan ditempuh oleh Untuk mengetahui strategi
kepala sekolah adalah pembelajaran daring berbasis
bagaimanamengetahui peralatan- multimedia di SMAN 1 Menjalin
peralatan apa yang dibutuhkan Kabupaten Landak.
untukpembelajaran jarak jauh, dan a. Untuk meningkatan
dengan data ini penulis bermaksud perencanaan strategi
mengambil data penelitian dengan pembelajaran daring berbasis
guru pengajar dan siswa yang multimedia di SMAN 1
mengikuti pembelajaran di dalam Menjalin Kabupaten Landak
kelas daring. b. Untuk meningkatan
Berdasarkan latar belakang pelaksanaan strategi
masalah, diagnosis permasalahan pembelajaran daring berbasis
kelas dan fokus masalah di atas, maka multimedia di SMAN 1
dapat dirumuskan masalah penelitian Menjalin Kabupaten Landak
sebagai berikut; c. Untuk mengetahui strategi
1. Bagaimanakah strategi pembelajaran daring berbasis
pembelajaran daring berbasis multimedia di SMAN 1
multimedia di SMAN 1 Menjalin Kabupaten Landak
Menjalin Kabupaten Landak ? Metode yang digunakan dalam
2. Bagaimana perencanaan strategi penelitian ini deskriptif. Menurut
pembelajaran daring berbasis sukmadinata (2006:72) menjelaskan
multimedia di SMAN 1 penelitian deskriptif adalah suatu
Menjalin Kabupaten Landak ? bentuk penelitian yang ditujukan
a. Bagaimanakah pelaksanaan untuk mendeskripsikan fenomena-
strategi pembelajaran daring fenomen yang ada, baik fenomena

19
alamiah maupun fenomena buatan mengobservasi atau melakukan
manusia. pengamatan terhadap pembelajaran
Bentuk penelitian yang yang dilakukan guru . Skenario
dilakukan adalah Penelitian tindakan ditentukan oleh peneliti
Tindakan. Ebbutt (dalam Hopkins, dengan memperhatikan langkah-
1993:15) mengemukakan penelitian langkah yang akan dilakukan oleh
tindakan adalah kajian sistematik dari pengawas sebagai peneliti langsung
upaya perbaikan pelaksanaan praktek dan guru sebagai objek penelitian.
pendidikan oleh guru dengan Terkait dengan tindakan yang akan
melakukan tindakan-tindakan dalam dilaksanakan, peneliti
pembelajaran, berdasarkan refleksi mempersiapkan instrumen penelitian
mereka mengenai hasil dari tindakan- dan lembar wawancara dengan guru
tindakan tersebut. setelah guru menyelesaikan
Penelitian dilaksanakan pada pembelajaran. Sebelum
Guru SMAN 1 Menjalin Kabupaten melaksanakan observasi
Landak Penelitian dilakukan pada pembelajaran, terlebih dahulu peneliti
semester II Tahun Pelajaran melakukan penelitian terhadap
2019/2020. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
II. Hasil dan pembahasan (RPP) yang dibuat oleh guru yang
penelitian dilaksanakan saat observasi. Untuk
A. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus menghindari terjadinya kegagalan
I pelaksanaan observasi, maka
Kegiatan pelaksanaaan penelitian pengawas sebagai peneliti
dalam siklus I adalah melaksanakan memberitahukan waktu pelaksanaan
observasi pembelajaran terhadap observasi serta menjelaskan tindakan-
guru-guru di SMAN 1 menjalin yang tindakan yang akan dilakukan oleh
sudah diberitahu sebelum observasi guru dan tindakan-tindakan yang
dilaksanakan. dilakukan oleh peneliti.
1. Perencanaan 2. Pelaksanaan
Berdasarkan rumusan masalah Pada pertemuan pertama ini
yang dibuat, peneliti menyiapkan peneliti melakukan penelitian /
perangkat yang akan digunakan untuk observasi di kelas. Peneliti

20
mempersiapkan diri di tempat yang diperoleh adalah 87,20 Dengan
telah disiapkan oleh guru, lalu demikian, berdasarkan hasil
menyiapkan lembar penilaian observasi kegiatan pembelajaran
observasi berupa instrumen supervisi terhadap 10 guru yang dilakukan
pembelajaran. Guru melaksanakan melalui supervisi akademik di
pembelajaran sesuai RPP dengan SMAN 1 Menjalin dirata-ratakan
langkah-langkah yang telah disiapkan memperoleh nilai akhir cukup. Ini
seperti yang terdapat dalam RPP yang berart belum sesuai dengan target
disusun guru, sampai kegiatan yang ingin dicapai, yaitu
pembelajaran berakhir. memperoleh nilai akhir baik.
Untuk lebih jelas dapat dilihat
3. Observasi Persentase ketercapaian hasil
Observasi pada siklus pertama observasi kegiatan pembelajaran pada
ini dilaksanakan oleh peneliti siklus I.
terhadap pembelajaran yang Kategor Jumla
N Persentas
i Nilai h
dilakukan guru. Kegiatan observasi o e
Akhir Guru
dilakukan dengan menggunakan Baik
8
1. 87,21 80^
instrumenmonitoring kegiatan Guru
%)
pembelajaran yang diobservasi pada Cukup
kegiatan pembelajaran sesuai dengan 2. (75%- 2 20.%
69%) Guru
instrumen moonitoring kegiatan 5
Jumlah 100%
pembelajaran. Selanjutnya hasil Guru
Dari tabel 1 di atas
observasi kegiatan pembelajaran
menunjukan bahwa perolehan nilai
diambil sebagai sampel 10 orang guru
akhir dari kegiatan observasi
pada siklus I dapat dijabarkan sebagai
supervisi akademik belum memenuhi
berikut:
target yang ingin dicapai, karena dari
1. bahwa 2 orang guru memperoleh
2 guru yang diobservasi baru 20,18 %
nilai akhir kategori cukup , 8
orang guru yang memperoleh nilai
orang guru memperoleh nilai
baik sedangkan yang lainnya masih
akhir kategori Baik , Hasil
memperoleh nilai akhir cukup
observasi pada siklus I
(70,92%)
menunjukan nilai rata-rata yang
4. Refleksi

21
Berdasarkan hasil pengamatan B. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus
yang dilakukan peneliti pada siklus II
pertama, ternyata kemampuan guru 1. Perencanaan
yang berada pada SMAN 1 Menjalin Berdasarkan hasil observasi
masih perlu ditingkatkan. Hasil pada siklus pertama, peneliti dan guru
penilaian berdasarkan instrumen mengadakan pertemuan untuk
supervisi pembelajaran masih belum persiapan pelaksanaan pembelajaran
maksimal dalam arti masih perlu dan siklus kedua. Pada pertemuan ini,
harus ditingkatkan lagi. peneliti menyampaikan hal-hal
Dari hasil observasi pada penting terkait hal-hal yang belum
siklus pertama terhadap 2 orang guru muncul dan tidak maksimal
pada SMAN 1 Menjalin dapat dilaksanakan oleh guru. Peneliti
dipaparkan tidak ada guru yang bersama guru membahas item-item
mendapat nilai baik mendapat nilai yang terdapat pada instrumen
dengan sebutan baik atau supervisi, dengam harapan guru dapat
memperoleh nilai dengan rentang 70 - melaksanakan pembelajaran sesuai
85, 4 orang guru atau 70,92% item yang terdapat pada instrumen
Setelah diadakan pertemuan supervisi.
dengan guru yang telah observasi, 2. Pelaksanaan
peneliti sebagai observer dan guru Pada pertemuan kedua,
sebagai objek penelitian mengadakan peneliti melakukan
kesepakatan untuk disupervisi ulang penelitian/observasi di kelas. Peneliti
melalui bimbingan individu untuk mempersiapkan diri di tempat yang
menambah mutu guru profesional. telah disiapkan oleh guru, peneliti
Bimbingan dilakukan oleh pengawas masuk kelas, zoom dengan
sebagai peneliti. Setelah dilaksanakan mengambil link mata pelajaran yang
bimbingan individu, guru telah dipersiapkan, lalu menyiapkan
memperbaiki Rencana Pelaksanaan lembar penilaian observasi berupa
Pembelajaran (RPP) yang telah instrumen pembelajaran. Guru
dilaksanakan dan kembali dilakukan melaksanakan pembelajaran sesuai
pengawasan. RPP. Peneliti kembali mengamati
guru yang melaksanakan

22
pembelajaran. Selama melaksanakan kegiatan pembelajaran jika dirata-
pengamatan, peneliti mencatat hal ratakan menjadi baik yaitu 89,63.
penting yang tidak terdapat pada Untuk lebih jelas dapat dilihat
instrumen supervisi pembelajaran. pada tabel 2 sebagai berikut.
Setelah selesai pembelajaran, peneliti Tabel 2. Persentase ketercapaian hasil
mencocokan catatan dengan observasi kegiatan pembelajaran pada
instrumen memberikan tanda ceklis siklus II.
pada instrumen, dan menghitung nilai Kategor Jumla
N Porsentas
agar diketahui nilai akhir dari i Nilai h
o e
Akhir Guru
kegiatan pembelajaran. Baik
sekali 5
3. Observasi 1. 89,63
(89,63 Guru
Observasi pada siklus pertama %)
ini dilaksanakan oleh peneliti Baik
5
2. (55%- 10,37
terhadap pembelajaran yang Guru
69%)
dilakukan guru. Kegiatan observasi 10
Jumlah 100%
Guru
dilakukan dengan menggunakan Perolehan nilai ini
instrumen kegiatan pembelajaran. menunjukan ketercapaian target
Selanjutnya hasil observasi kegiatan secara umum, hal ini terjadi karena,
pembelajaran 10 orang guru pada guru mulai lebih serius dalam
siklus II dapat dijabarkan sebagai melaksanakan langkah-langkah
berikut: pembelajaran yang semestinya
Sampel Hasil Observasi kegiatan dilaksanakan, dan guru lebih
pembelajaran 6 guru pada silkus II mempersiapkan diri sebelum
Berdasarkan hasil observasi melaksanakan pembelajaran mulai
kegiatan pembelajaran pada siklus II dari kegiatan pendahuluan, kegiatan
menunjukan 5 Guru Sudah inti pembelajaran yang meliputi
memperoleh nilai akhir baik sekali , 5 kegiatan eksplorasi, elaborasi dan
guru memperoleh nilai akhir Baik , konfirmasi, serta pada kegiatan
namun jika nilai akhir guru yang menutup pembelajaran.
memperoleh nilai cukup dibulatkan 4. Refleksi
maka hasil akhirnya akan manjadi Berdasarkan hasil pengamatan
baik, sehingga hasil observasi yang dilakukan peneliti pada siklus

23
kedua, ternyata kemampuan pembelajaran baik dilihat berdasarkan
gurumenggunakan aplikasi ada nilai akhir yang diperoleh guru yaitu
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari, maupun berdasarkan rata-rata
adanya peningkatan kategori dari 10 orang guru. Peningkatan yang
penilaian. Namun guru masih perlu terjadi pada masing-masing.
belajar dan meningkatkan kinerjanya
sebagai guru agar kualitas Pembahasan Hasil Penelitian
pembelajaran dapat terus Hasil penilaian kemampuan
ditingkatkan. guru dalam melaksanakan
Dari hasil observasi pada pembelajaran diketahui terdapat
siklus kedua terhadap 5 orang guru peningkatan rata-rata secara
SMAN 1 Menjalin dapat dipaparkan signifikan dari siklus I dan pada siklus
tidak ada guru yang mendapat nilai II.
sangat baik atau memperoleh nilai Berdasarkan pemaparan
dengan rentang 86-100%, 5orang diatas, dari dua siklus kegiatan
guru atau 76,92 % mendapat nilai penelitian tindakan sekolah yang
dengan sebutan baik atau dilakukan dapat diketahui bahwa
memperoleh nilai dengan rentang 70- terjadi peningkatan kemampuan guru
85, 1 orang guru atau 23,08% dalam melaksanakan pembelajaran
mendapat nilai dengan sebutan cukup dari memperoleh nilai akhir kurang
atau memperoleh nilai dengan dan cukup pada akhirnya semua guru
rentang 55–69, tidak ada guru yang yang diobservasi memperoleh nilai
mendapat nilai dengan sebutan akhir baik.
kurang atau memperoleh nilai dengan Hal ini menunjukan bahwa
rentang di bawah 55. dengan dilakukan supervisi akademik
C. Deskripsi Peningkatan Hasil secara rutin terhadap guru dalam
Tindakan melaksanakan pembelajaran di
Dari hasil pengolahan data sekolah sangat efektif dalam
pada siklus 1 dan II dapat dilihat pada meningkatkan kemampuan mengajar
Sampel Hasil observasi pembelajaran guru di kelas.
siklus II secara jelas adanya Berdasarkan hasil penelitian
peningkatan hasil observasi kegiatan dan analisa data ,pelaksanaan

24
pembelajaran daring di SMAN 1 melaksanakan pembelajaran
Menjalin sebagai berikut : daring
1. Pembelajaran daring telah 4. Guru hendaknya menjaga
terlaksanan 89,63 % ,SMAN kesehatan fisik dan mental agar
1 Menjalin,dan kesiapan dapat melaksanakan
belajar daring dengan pembelajaran secara efektif.
menggunakan multimedia 5. Guru hendaknya selalu
sudah berhasl dnegan baik melakukan inovasi untuk
2. Perencanaan yang baik untuk mengembangkan sistem
melaksanakan strategi pembelajaran daring untuk
pembelajaran daring berbasis meningkatkan mutu pendidikan.
multimedia dalam melaksanakan
pembelajaran sangat penting DAFTAR PUSTAKA
dilakukan. Departemen pendidikan nasional
3. Bimbingan kepala sekolah ,2007 .Buku panduan pengembangan
mempunyai pengaruh positif multimedia pembelajaran –Direktorat
dalam meningkatkan pembinaan Sekolah Menengah Atas
keterampilan guru dalam Direktorat Jenderal Manajemen
memilih strategi pembelajaran pendidikan Dasar dan Menengah
daring berbasis multimedia
B. Saran Departemen Pendidikan dan
1. Untuk meningkatkan kinerja Kebudayaan RI, 1982. Alat Penilaian
guru melaksanakan pembelajaran Kemampuan Guru: Buku I. Jakarta:
daring sebaiknya dijadualkan Proyek Pengembangan Pendidikan
secara terus –menerus. Guru.
2. Guru hendaknya rutin
mempelajarii strategi Pusat Pengembangan Tenaga
pembelajaran multimedia Pendidik dan Badan PSDM dan PMP
3. Guru harus mempersiapkan Kementerian Pendidikan Nasional,
peralatan HP/Laptop serta media 2011. Buku Kerja Pengawas
yang tepat sebelum Sekolah. Jakarta : Cetakan II.

25
Suprayekty, dkk. 2006.
Pembaharuan Pembelajaran di SD.
Jakarta, Universitas Terbuka.Cetakan
VI , Mei 2006
Sekolah belajar dari Covid-19, 2020,
C.Retno Widayanti, S.Pd,MPd (
kepala SMA Regina Pacis Bogor)
Sugiono, 2013, Metode Penelitian
,pendidikan pendekatan kuantitif ,
kualitatif , dan R & D, Bandung
Alfabeta.

D.Jam’an, dkk. 2007. Profesi


Keguruan. Jakarta, Universitas
Terbuka : Cetakan IV, April 2007

M.Toha Anggoro, dkk. 2007. Metode


Penelitian. Jakarta, Universitas
Terbuka : Cetakan IV, Januari 2007.

Udin S.Winataputra, dkk. 2007.


Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta, Universitas Terbuka :
Cetakan II, April 2007

26
PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR PEMROGRAMAN
DASAR SISWA KELAS XI MULTI MEDIA MELALUI PEMANFAATAN MODUL
DI SMK NEGERI 1 MEMPAWAH HULU

MARSELUS, S.E., M.M., M.Pd

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini meningkatkan kemandirian belajar dan prestasi belajar Pemrograman Dasar
siswa melalui pemanfaatan modul Pemrograman Dasar di kelas XI Multi Media 2 SMK Negeri 1 Mempawah
Hulu.
Pendekatan penelitian ini tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap,
yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Pengamatan atau Observasi, (4) Refleksi. Subjek
penelitian adalah siswa XI Multi Media 2 di SMK Negeri 1 Mempawah Hulu semester 2 pada tahun ajar
2017/2018 dengan jumlah 30 siswa. Teknik Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi
kemandirian belajar, angket, tes evaluasi dan dokumentasi. Data dianalisis dengan analisis statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan modul Pemrograman Dasar dapat meningkatkan
kemandirian dan prestasi belajar Pemrograman Dasar siswa kelas XI Multi Media 2 di SMK Negeri 1
Mempawah Hulu. Peningkatan dapat dilihat dari rata-rata skor kemandirian belajar siswa. Pada pra-
tindakan, rata-rata skor diperoleh 4,5 dengan persentase 16% dalam kategori sangat kurang, meningkat pada
siklus I menjadi 13,4 dengan persentase 47% dalam kategori baik dan meningkat lagi pada siklus II menjadi
25,1 dengan persentase 89% dalam kategori sangat baik. Peningkatan kemandirian belajar siswa terdapat
pada aspek motivasi belajar siswa, penggunaan sumber belajar, strategi belajar, pemantauan diri, evaluasi diri
dalam pembelajaran, dan faktor lingkungan. Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dengan adanya
peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar siswa. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada
siklus I 63,3% dengan nilai rata-rata 72,7 dalam kategori baik meningkat pada siklus II menjadi 93,3%
dengan nilai rata-rata 86,2 dalam kategori sangat baik.

Kata kunci : kemandirian belajar, prestasi belajar, Pemrograman Dasar, modul Pemrograman Dasar

Abstract

The aims of this research to improve the self-direction learning and learning achievement in Basic
th
Programming learning of students through the utilization of Basic Programming module in 11 Grade of
Multimedia 2 in SMK Negeri 1 Mempawah Hulu.
This research is classroom action research which was conducted in two cycles. Every cycle
consists of 4 stages: (1) Planning, (2) Implementation of action, (3) Observation, (4) Reflection. The
th nd
subject of this research is 11 Grade of Multimedia 2 SMK Negeri 1 Mempawah Hulu in 2 semester
with total number of students 30. Data collection techniques that had been used is the the observation sheets
of self-direction learning, questionnaires, evaluation test, documentation. Data analyzed by descriptive
statistical analysis.
The results showed that the utilization of Basic Programming module can improve the self-directed
learning Basic Programming in 11th Grade of Multimedia 2 students in SMK Negeri 1 Mempawah Hulu.
Improvement can be seen from the average score of self-directed learning. In the pre-action, the average
score was 4.5 with a 16% percentage in very less category, increasing in cycle I to 13.4 with a 47%
percentage in good category and increasing again in cycle II to 25.1 with percentage 89 % in very good
category. Increased self-directed learning is in the indicators of student learning motivation, use of learning
resources, learning strategies, self-monitoring, self- evaluation in learning, and environmental factors.
Improvement student’s learning achievement can be seen by the increased percentage mastery of
student’s learning achievement. Percentage mastery of student’s learning achievement in cycle I 63,3% with
average value 72,7 in good category increase in cycle II to 93,3% with average value 86,2 in very good
category.
Keywords : self-directed learning, students learning achievement, Basic programming, Basic
Programming module.

27
2013, siswa dituntut untuk dapat berfikir
I. Pendahuluan kreatif dan inovatif dengan sikap dinamis,

Perkembangan zaman menuntut inisiatif dan mandiri (survive). Sehingga

pembinaan sumber daya manusia yang dalam pelaksanaan kurikulum 2013 siswa

bekualitas. Daya saing Indonesia dalam diposisikan sebagai subjek didik yang lebih

menghadapi persaingan antar negara dominan dalam proses pembelajaran dan

maupun perdagangan bebas sangat guru berperan sebagai fasilitator.

ditentukan oleh outcome dari pembinaan SMK Negeri 1 Mempawah Hulu


Sumber Daya Manusianya. Salah satu upaya merupakan sekolah yang
dalam pemenuhan Sumber Daya Manusia menyelenggarakan pendidikan kejuruan.
tingkat menengah adalah pembinaan
Beralamat di Jalan Raya Karangan
pendidikan kejuruan. Pendidikan Kejuruan
Sompak. SMK Negeri 1 Mempawah Hulu
merupakan bagian dari sistem pendidikan
memiliki 5 program keahlian yaitu Multi
yang mempersiapkan seseorang agar mampu
Media, Perikanan, Bisnis dan Pemasaran,
bekerja pada suatu bidang pekerjaan
Agribisnis Tanaman Holtikultura, Teknik
tertentu. Seperti yang dijelasakan pada
Otomotif. Memiliki 7 kompetensi keahlian
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
diantaranya adalah Akuntansi, Perbankan
Pasal 15 bahwa pendidikan kejuruan
Syariah, Otomasi dan Manajemen
merupakan pendidikan menengah yang
Perkantoran, Pemasaran, Teknik Komputer
mempersiapkan peserta untuk bekerja dalam
Jaringan, Multimedia dan Rekayasa
bidang tertentu. Sekolah Menengah
Perangkat Lunak.
Kejuruan (SMK) merupakan salah satu
SMK Negeri 1 Mempawah Hulu
satuan pendidikan kejuruan pada jenjang
merupakan salah satu Sekolah Menengah
yang mempersiapkan peserta didiknya untuk
Kejuruan unggulan di Bantul. Hal tersebut
bekerja sebagai tenaga kerja tingkat
diperkuat dengan adanya data statistik PPDB
menengah sesuai dengan kompetensi
SMK Jalur Reguler periode 2017/2018 yang
yang dimilikinya. SMK dituntut mampu
memperlihatkan bahwa SMK Negeri 1
membekali lulusannya dengan seperangkat
Mempawah Hulu menjadi urutan sekolah
kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan
tiga teratas yang memiliki peminat yang
Dunia Usaha/Industri.
sangat tinggi. SMK Negeri 1 Mempawah
Pendidikan kejuruan berbasis
Hulu memiliki track record yang baik bagi
kurikulum 2013 memliki tujuan untuk
siswa dan alumninya. Banyak prestasi
menanamkan karakter yang baik pada siswa.
yang diperoleh para siswa baik dalam
Siswa dituntut untuk memiliki kompetensi
bidang akademik maupun non akademik.
yang memadahi serta memiliki kreativitas
Data alumni SMKN 1 Mempawah Hulu
dan inovasi yang lebih untuk bekal
menunjukkan bahwa 40% kuliah di PTN dan
setelah lulus dari sekolah. Pendidikan
PTS yang tersebar di berbagai Perguruan
kejuruan berbasis kurikulum 2013 memiliki
Tinggi di Indonesia. Sebanyak 60%
fungsi ganda yaitu sebagai “akulturasi”
langsung bekerja di perusahaan swasta,
(penyesuaian diri) dan “enkulturasi”
BUMN maupun Instansi Pemerintahan, serta
(pembawa perubahan). Oleh karena itu,
menciptakan lapangan kerja mandiri
pendidikan kejuruan tidak hanya adaptif
berwirausaha. Sehingga hal tersebut
terhadap perubahan, tetapi juga harus
merupakan sebuah tantangan bagi SMK
antisipatif. Dalam proses pelaksanaan
Negeri 1 Mempawah Hulu untuk
pendidikan kejuruan berbasis kurikulum
mempertahankan eksistensinya di dalam

28
dunia pendidikan yang mempersiapkan dengan cara mengikuti setiap instruksi yang
lulusannya untuk memiliki sikap kerja yang diberikan oleh guru sehingga siswa belum
baik. Hal ini sesuai dengan visi sekolah bisa belajar secara mandiri.
yaitu memiliki tamantan yang mampu Di sisi lain, media pembelajaran
berkompetensi secara mandiri di era global. yang digunakan oleh guru kurang
Mata pelajaran Pemrograman Dasar melibatkan siswa dan kurang merangsang
termasuk dalam kategori pelajaran dasar siswa dalam kegiatan belajar. Media
yang terdapat di kelas XI. Berdasarkan pembelajaran yang diberikan kepada siswa
struktur dan muatan kurikulum 2013, mata hanya berupa presentasi berupa langkah-
pelajaran Pemrograman Dasar merupakan langkah demonstrasi. Hal tersebut
salah satu mata pelajaran pada kompetensi membatasi siswa dalam mengeksplorasi
keahlian Teknik Komputer dan Jaringan materi yang didapatnya. Selain itu, siswa
yang diajarkan di SMK Negeri 1 juga tidak memiliki bahan ajar seperti hand
Mempawah Hulu dengan tujuan out, buku, modul, maupun labsheet.
memberikan pengetahuan tentang dasar- Sehingga siswa cenderung bergantung pada
dasar pembelajaran pemrogram rendahnya guru dalam melakukan kegiatan belajar.
kemandirian belajar siswa terlihat dari Padahal dalam praktik pembelajaran,
pengamatan langsung ketika observasi pada seorang guru tidak mungkin dapat secara
kegiatan PLT yang dilaksanakan pada terus menerus mendampingi siswa dalam
tanggal 15 September – 15 November 2017 belajar, sebagai contoh ketika guru harus
di SMK Negeri 1 Mempawah Hulu yaitu melaksanakan rapat, workshop, bahkan
sebagian besar siswa kurang menaruh diklat yang memakan waktu beberapa
perhatian pada kegiatan belajar, siswa sering hari. Hal ini yang perlu diperhatikan guru
melakukan aktifitas di luar materri pelajaran, sebagai langkah antisipasi agar siswa dapat
seperti melakukan chattingan, bermain melaksanakan kegiatan pembelajaran
games dan social media, sehingga siswa dengan baik meskipun guru tidak dapat
juga kurang fokus terhadap kegiatan belajar, mendampingi dalam kegiatan pembelajaran.
dan kurangnya tanggung jawab siswa Observasi yang telah dilakukan di
terhadap pekerjaan yang diberikan oleh SMK Negeri 1 Bantul menunjukkan data
guru. hasil prestasi belajar siswa pada Penilaian
Di lihat dari sisi metode Akhir Semester (PAS) semester ganjil 3
pembelajaran yang digunakan oleh guru tahun terakhir memperlihatkan bahwa 87
adalah dengan menggunakan metode siswa (70,73%) mendapatkan nilai di bawah
demonstrasi yang menghendaki guru lebih KKM dan hanya 36 siswa (28,45%) yang
aktif daripada siswa. Teknis pelaksanaan mendapatkan nilai mencapai atau melampaui
pembelajarannya yaitu guru menjelaskan di KKM. Hal ini terjadi karena siswa kelas XI
depan kelas tentang materi yang akan Multi Media masih dalam proses pengenalan
dipelajari dengan menggunakan media pada mata pelajaran Pemrograman Dasar
presentasi dan mendemostrasikan langkah yang sebelumnya belum pernah didapatkan
demi langkah pada setiap materi. Pada saat pada kelas X.
bersamaan, siswa juga mengikuti apa yang Salah satu upaya yang dapat
didemonstrasikan oleh guru. Setelah proses digunakan untuk meningkatkan
demonstrasi selesai, siswa diberi soal latihan kemandirian dan prestasi belajar siswa yaitu
praktik. Pada saat pembelajaran, siswa hanya melalui pemilihan strategi belajar yang tepat
menerima materi yang diberikan dari guru dipandang dari segi metode mengajar, media

29
pembelajaran, situasi kelas dan kemampuan belum mencapai KKM sebesar
siswa secara umum. Penggunaan media 70,73%.
pembelajaran merupakan hal penting yang 3. Kegiatan pembelajaran dengan
dapat mempengaruhi prestasi belajar metode demonstrasi menyebabkan
siswa, dari berbagai media yang ada guru siswa lebih banyak menerima materi
dapat memilih yang paling tepat untuk dari guru dan mengikuti setiap
menunjang keberhasilan tujuan yang akan instruksi yang diberikan oleh guru,
dicapai dalam pembelajaran. Selain itu sehingga siswa belum bisa belajar
Media pembelajaran juga digunakan sebagai secara mandiri.
perantara penyampaian pesan belajar 4. Siswa cenderung bergantung pada
(message learning) dari sumber pesan guru dalam melakukan kegiatan
(message resource) kepada penerima pesan belajar.
(message receive), sehingga terjadi interaksi
5. Media pembelajaran yang digunakan
belajar mengajar. Salah satu jenis media
oleh guru kurang melibatkan siswa
yang dapat digunakan sebagai upaya
dan kurang merangsang siswa dalam
meningkatkan kemandirian dan prestasi
kegiatan belajar.
belajar siswa adalah dengan menggunakan
Berdasarkan latar belakang masalah,
modul. Hal ini didukung karena modul
diagnosis permasalahan kelas dan fokus
berbentuk unit pengajaran terkecil dan
masalah di atas, maka dapat dirumuskan
terlengkap, berisi rangkaian kegiatan belajar
masalah penelitian sebagai berikut;
yang dirancang sistematis, berisi tujuan
1. Bagaimana peningkatan
belajar yang dirumuskan secara jelas dan
kemandirian belajar Pemrograman
khusus, memungkinkan siswa belajar
Dasar siswa melalui pemanfaatan
mandiri dan merupakan realisasi perbedaan
modul Pemrograman Dasar di kelas
individual serta perwujudan pelajaran
XI Multi Media 2 SMK Negeri 1
individual. Dengan pemanfaatan modul,
Mempawah Hulu?
dominasi guru saat proses pembelajaran
2. Bagaimana peningkatan prestasi
berlangsung akan berkurang dan siswa dapat
belajar Pemrograman Dasar siswa
terlibat secara aktif. Hal ini akan model
melalui pemanfaatan modul
pembelajaran dengan media pembelajaran
Pemrograaman Dasar di kelas XI
modul diharapkan mendorong siswa untuk
Multi Media 2 SMK Negeri 1
lebih mandiri dalam melakukan kegiatan
Mempawah Hulu?
pembelajaran tanpa harus menunggu
instruksi dari guru terlebih dahulu dan Berdasarkan rumusan masalah, maka

akhirnya dapat meningkatkan prestasi tujuan dari penelitian sebagai berikut:

belajar siswa kelas XI Multi Media 2 di 1. Meningkatkan kemandirian belajar


SMK Negeri 1 Mempawah Hulu Pemrograman Dasar siswa melalui
Berdasarkan latar belakang masalah pemanfaatan modul Pemrograman
yang telah diuraikan, diagnosis permasalah Dasar di kelas XI Multi Media 2
yang terdapat di dalam kelas sebagai berikut: SMK Negeri 1 Mempawah Hulu.
1. Prestasi belajar Pemrograman Dasar
2. Meningkatkan prestasi belajar
siswa XI Multi Media masih rendah.
Pemrograman Dasar siswa
2. Hasil prestasi belajar pada mata
melalui pemanfaatan modul
pelajaran Pemrograman Dasar yang
Pemrograman Dasar di kelas XI

30
Multi Media 2 SMK Negeri 1 pelaksanaan dan tindakan yang telah
Mempawah Hulu. ditetapkan. Pengamatan ini dilakukan
dengan menggunakan lembar
Penelitian ini merupakan jenis
observasi.
penelitian Class Action Research
4. Refleksi (Reflection)
atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Guru dan observer
yang bertujuan untuk memperbaiki
mendiskusikan hasil pengamatan
pembelajaran di kelas. Penelitian ini
selama tindakan berlangsung. Apabila
merupakan salah satu upaya guru atau
terdapat kekurangan yang ditemukan
praktisi dalam bentuk berbagai
pada tindakan tersebut maka hal
kegiatan yang dilakukan untuk
tersebut digunakan sebagai dasar
memperbaiki dan meningkatkan mutu
penyusunan rencana tindakan yang
pembelajaran di kelas.
berikutnya.
2. Desain Penelitian
(a) Menjelaskan cara melakukan
Desain penelitian tindakan kelas
pengujian peragkat lunak
yang digunakan dalam penelitian ini dengan model waterfall.

adalah model penelitian Hopskins (b) Menjelaskan tahapan


rancangan perangkat lunak
(1992) yakni 4 tahap, yaitu:
1. Perencanaan (Planning) dengan model prototyping.
(c) Menjelaskan fungsi setiap
Pada tahap perencanaan, peneliti
tahapan rancangan perangkat
menyusun perangkat pembelajaran dan
lunak dengan prototyping.
instrumen sebagai berikut:
(d) Menjelaskan cara melakukan
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
rancangan perangkat lunak
(RPP). b. Modul Pemrograman
dengan prototyping.
Dasar.
2) Aspek Keterampilan
c. Soal evaluasi.
(a) Melakukan pengujian perangkat
d. Lembar observasi kemandirian
lunak dengan model waterfall.
belajar Siswa. e. Angket kemandirian
(b) Melakukan rancangan perangkat
belajar siswa.
lunak mengikuti model
2. Pelaksanaan Tindakan (Action)
prototyping.
Pada tahap tindakan, guru
melaksanakan pembelajaran 3. Modul
menggunakan modul Pemrograman Modul yang digunakan dalam
Dasar. Proses pembelajaran penelitian ini adalah modul
disesuaikan dengan perencanaan yang pembelajaran yang merupakan suatu
telah disusun. Pada pelaksanaan unit program pengajaran terencana
tindakan, diberi perlakuan atau yang disusun secara sistematis dan
treatment yang berbeda pada lengkap untuk membantu siswa dalam
pembelajaran setiap siklusnya untuk mencapai tujuan belajarnya secara
mendapatkan hasil yang baik. mandiri dengan kecepatan masing-
3. Observasi (Observation) masing. Modul dalam penelitian ini
Observer mengamati dan berperan sebagai media pembelajaran
mendokumentasikan hal-hal yang yang digunakan siswa dalam
terjadi selama tindakan berlangsung pembelajaran Pemrograman Dasar
untuk mengetahui kesesuaian antara untuk meningkatkan kemandirian dan
31
prestasi belajar siswa. Modul dirancang sejenis untuk tingkat
dengan memperhatikan beberapa pendidikan yang sama.
elemen yaitu format, organisasi, daya 2) Aspek Bahasa
tarik, bentuk dan ukuran huruf, ruang a) Menggunakan Bahasa
(spasi kosong), dan konsistensi. Dalam Indonesia yang baik dan benar.

pengembangan modul Pemrograman b) Bahasa yang digunakan

Dasar, sistematika modul meliputi: dalam modul harus

1) Bagian Pembuka yang berisi: (a) mudah dipahami, menarik,

Judul lugas dan sesuai dengan

(b) Daftar Isi kemampuan bahasa siswa.

(c) Daftar Tujuan Kompetensi c) Menggunakan bahasa yang


mampu meningkatkan
2) Bagian Inti yang berisi: (a)
kematangan dan
Pendahuluan
perkembangan siswa.
(b) Kegiatan Pembelajaran yang
d) Struktur kalimat sesuai
meliputi: (1) Uraian Materi
dengan kemampuan penalaran
(2) Rangkuman siswa.
(3) Penugasan
3) Aspek Penyajian
3) Bagian penutup yang berisi: (a)
a) Metode penyajian
Peristilahan/Glossarium (b)
diarahkan ke metode
Daftar Pustaka
inkuiri/ eksperimen,
Modul yang telah dibuat oleh peneliti
diakhir setiap bab minimum
diuji kelayakannya dengan
memuat materi/latihan yang
memperhatikan beberapa aspek. Aspek-
dapat dipraktikkan oleh
aspek dan indikator yang digunakan
peserta didik.
untuk menilai modul pembelajaran
b) Menarik minat dan perhatian
adalah sebagai berikut: siswa.
1) Aspek Isi c) Menantang dan
a) Cakupan materi harus merangsang peserta didik
relevan dengan lingkup untuk terus mempelajari
dan urutan materi yang bahan kajian pelajaran yang
tercantum dalam bersangkutan.
kurikulum. d) Sistematika penyajian
b) Kebenaran dan kelengkapan yang jelas dan konsisten
materi meliputi konsep, (misalnya: bab, subbab dan
contoh, ilustrasi dan judul).
evaluasi. 4) Aspek Kegrafikaan
c) Pertanyaan harus a) Ilustrasi mendukung isi teks,
disesuaikan dengan jelas dan mudah dimengerti.

informasi, contoh yang b) Hubungan khusus antara teks


dirancang untuk membantu dengan ilustrasi harus konsisten.
proses pembelajaran dan c) Pemakaian warna harus
evaluasi untuk kemajuan efisien sesuai dengan kebutuhan.
siswa. d) Tipografi meliputi ukuran
d) Materi harus konsisten huruf, panjang baris,
dengan bidang ilmu yang jarak baris, dan ukuran

32
buku sesuai pada ukuran untuk mengukur penguasaan dan
pers (A4, A5, B5 atau pemahaman siswa terhadap materi yang
crown quarto). dipelajari setelah menerima proses
Skenario tindakan berisi rencana pembelajaran dengan memanfaatkan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang modul. Soal tes berbentuk pilihan
akan dilakukan. Penelitian tindakan kelas ini ganda sebanyak 20 butir dengan lima
dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus 1 alternatif jawaban yaitu a, b, c, d, e.
dan siklus 2. Setiap siklus terdiri dari dua kali Kisi-kisi soal dapat dilihat pada
pertemuan. Lampiran 3.
d. Dokumentasi
Teknik dan Instrumen Penelitian Dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data pendukung sebagai
Teknik pengumpulan data yang
penguat data observasi. Dukumentasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
digunakan pada penelitian ini berupa RPP,
sebagai berikut:
skor kemandirian belajar siswa, nilai hasil
a. Lembar Observasi
evaluasi, dan foto kegiatan siswa selama
Observasi dilakukan oleh tiga
proses pembelajaran.
observer. Observasi ini menggunakan
lembar observasi kemandirian belajar
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
siswa dengan jumlah pernyataan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan
sebanyak 29 butir. Lembar observasi ini
pada siklus I dan siklus II telah dilaksanakan
berbentuk check-list dengan pilihan
dengan memanfaatkan modul Pemrograman
jawaban “ya” dan “tidak”. Observasi
Dasar. Proses pelaksanaan pembelajaran
berfokus pada usaha untuk mengetahui
melalui pemanfaatan modul Pemrograman
sejauh mana indikator dari kemandirian
Dasar dapat meningkatkan kemadirian
siswa pada saat proses pembelajaran
belajar siswa yaitu:
dengan menggunakan modul selama
1. Dalam proses pembelajaran, siswa
tahap pembelajaran pada setiap
diberi modul yang sesuai dengan
tindakan dapat terpenuhi.
aspek- aspek dalam pengembangan

b. Angket modul yang benar. Apsek tersebut


meliputi aspek kelayakan isi, aspek
Angket dalam penelitian ini
bahasa, aspek penyajian dan aspek
merupakan sejumlah pertanyaan
kegrafisan.
tertulis yang disebarkan kepada siswa
2. Siswa memanfaatkan modul dalam
untuk memperoleh informasi tentang
pembelajaran Pemrograman Dasar,
kemandirian belajar Pemrograman
mengikuti instruksi yang terdapat pada
Dasar sebelum diberi tindakan dan
modul, mempelajari dan mengerjakan
setelah diberi tindakan. Hasil angket
tugas yang terdapat dalam modul.
sebagai data pendukung kemandirian
belajar siswa hasil observasi. 3. Selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, guru bertindak sebagai
c. Tes Hasil Belajar
fasilitator. Dimana guru mengawasi
Tes dalam penelitian ini
kegiatan belajar yang dilakukan oleh
berbentuk tes akhir siklus atau tes
siswa dan memberikan bantuan apabila
evaluasi yang dilaksanakan di setiap
siswa mengalami kesulitan.
akhir siklus. Tes evaluasi digunakan

33
4. Pada setiap akhir kegiatan belajar diperoleh dijumlahkan dan dicari skor rata-
siswa menyampaikan hasil kerjanya rata setiap siklus yang selanjutnya dibagi ke
dan kesimpulan dari yang telah dalam beberapa kelas interval hasil
dipelajari. Sehingga guru dapat perhitungan (distribusi frekuensi).
mengetahui sejauh mana materi yang
dipahami oleh siswa. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembelajaran Pemrograman Dasar dengan
pembahasan yang telah diuraikan pada
memanfaatkan modul Pemrograman Dasar
BAB sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
dapat meningkatkan kemandirian dan
pemanfaatan modul Pemrograman Dasar
prestasi belajar Pemrograman dasar siswa
pada mata pelajaran Pemrograman Dasar
XI Multi Media 2. Secara keseluruhan,
dapat meningkatkan kemandirian dan
kemadirian belajar Pemrograman Dasar
prestasi belajar siswa kelas XI Multi
siswa mengalami peningkatan, hal ini juga
Media 2. Peningkatan tersebut secara
didukung oleh peningkatan hasil tes evaluasi
keseluruhan dapat dilihat selama kegiatan
belajar dan peningkatan skor rata-rata siswa.
pembelajaran dan dari hasil evaluasi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat uraian
Peningkatan tersebut adalah sebagai berikut:
berikut ini:
1. Berdasarkan hasil perolehan skor
1. Data Hasil Observasi Kemandirian
kemandirian belajar siswa pada
Belajar Pemrograman Dasar Siswa
observasi yang telah dilakukan pada
Dalam upaya meningkatkan siklus I dan siklus II maka terdapat
kemandirian belajar Pemrograman Dasar peningkatan kemandirian belajar
siswa dapat dilakukan dengan menggunakan Pemrograman Dasar siswa.
sebuah media atau sebuah perantara. Media Peningkatan dapat dilihat dari
dalam penelitian ini adalah modul perbandingan hasil rata-rata skor
Pemrograman Dasar karena modul kemandirian belajar Pemrograman
merupakan suatu media yang dapat dijadikan Dasar siswa dimana pada Pra-
acuan untuk kegiatan belajar mandiri Tindakan rata-rata skor diperoleh 4,5
(Depdiknas, 2008). dengan persentase 16% dalam
Observasi kemadirian belajar siswa kategori sangat kurang, meningkat
yang telah dilakukan terdiri dari beberapa pada siklus I menjadi 13,4 dengan
aspek. Aspek kemandirian belajar yaitu persentase 47% dalam kategori baik
motivasi, sumber belajar, strategi belajar, dan meningkat lagi pada siklus II
perencanaan belajar, pemantauan diri, menjadi 25,1 dengan persentase
evaluasi diri dalam pembelajaran dan faktor 89% dalam kategori sangat baik.
lingkungan (struktur dan tugas dalam 2. Berdasarkan hasil nilai tes evaluasi
modul). 1 dan 2 yang telah dilakukan maka
Untuk mengetahui ada atau tidaknya terdapat peningkatan prestasi belajar
peningkatan kemandirian belajar Pemrograman Dasar siswa.
Pemrograman Dasar siswa dilakukan dengan Peningkatan dapat dilihat dari
menggunakan lembar observasi. Lembar perbandingan hasil prestasi belajar
observasi digunakan sebagai instrumen Pemrograman Dasar dimana nilai rata-
untuk mendata aktivitas setiap siswa yang rata kelas pada siklus I mencapai 72,7
dapat menunjukkan kemandirian belajar dalam kategori baik dengan
di setiap pertemuan. Kemudian data yang

34
ketuntasan belajar mencapai 63,3% menggunakan Modul Pemrograman Dasar
meningkat pada siklus II menjadi sebagai berikut:
86,2 dalam kategori sangat baik 1. Guru dapat menggunakan sumber
dengan ketuntasan belajar 93,3%. belajar seperti modul sebagai
Sedangkan untuk nilai simpangan media pembelajaran Pemrograman
baku pada siklus I dan siklus II Dasar yang di dalamnya terdapat
mengalami penurunan dari 14 menjadi instruksi setiap langkah-langkah
9. Penurunan simpangan baku akan pembelajaran sehingga siswa tidak
mempersempit rentang nilai tertinggi mengalami kesulitan maupun
dengan nilai terendah sehingga nilai tertinggal dalam kegiatan
siswa di kelas menjadi lebih pembelajarann.
homogen. 2. Guru hendaknya bertindak sebagai
Implikasi fasilitator dalam pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian yang dengan menggunakan modul untuk
telah dilaksanakan maka pembelajaran membantu dan membimbing siswa
dengan menggunakan modul terbukti yang mengalami kesulitan agar dapat
dapat meningkatkan kemandirian dan belajar secara mandiri.
prestasi belajar siswa kelas XI Multi Media 3. Guru dapat memberikan instruksi
2 di SMK Negeri 1 Mempawah Hulu. Hal pada siswa untuk setiap langkah
tersebut terbukti dari hasil diperolehnya data belajar yang terhadap dalam modul
yang menunjukkan kemandirian belajar pada agar siswa tidak mengalami kesulitan
setiap siklusnya, serta terjadinya belajar.
peningkatan hasil prestasi belajar siswa 5. Guru dapat membuat aturan
dengan ketuntasan belajar pada tiap siklus. bersama siswa, misalkan aturan tata
Oleh karena itu, belajar menggunakan modul tertib, perilaku dan lain-lain yang
mampu meningkatkan kemandirian belajar bertujuan agar siswa tidak
Pemrograman Dasar siswa. Pembelajaran melakukan sesuatu yang diluar batas
yang dilakukan dengan menggunakan wajar sehingga tercipta lingkungan
modul memberikan siswa kesempatan belajar yang lebih kondusif.
untuk dapat belajar secara mandiri tanpa
memerlukan bantuan dari pihak lain dan
DAFTAR PUSTAKA
mampu melakukan pembelajaran secara
mandiri tanpa bergantung pada penjelasan
dari guru. Selain itu, dengan bantuan modul Arsyad, A. (2006). Media Pembelajaran.
siswa dapat meningkatkan pemahamannya Jakarta: PT. Rajagrafindo.

tehadap materi Pemrograman Dasar.


Astuti, L.D. (2014). Upaya Meningkatkan
Sehingga dengan begitu prestasi belajar Kemandirian Belajar Dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika
Pemrograman Dasar siswa juga meningkat.
Siswa Kelas VII B Smp Negeri
2
Saran Yogyakarta Melalui
Problem Based Learning.
Berdasarkan penelitian yang telah Skripsi:FMIPA-UNY.
dilakukan di SMK Negeri 1 Mempawah
B. Uno, H. (2006). Teori Motivasi dan
Hulu, terdapat beberapa saran yang dapat Pengukuran di Bidang Pendidikan.
dijadikan bahan pertimbangan dalam Jakarta: Bumi Aksara.
pembelajaran Pemrograman Dasar dengan

35
Slameto. (2013). Belajar Dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi. Jakarta: PT
Binanto, I. (2009). Konsep Bahasa Rineka Cipta.

Pemrograman. Yogyakarta: Andi Offset. Song & Hill. (2007). A Conceptual


Model for Under Standing Self-
Directed Learning in Online
BNSP. (2011). Deskripsi Butir Environments. Journal of Interactive
Online Learning. University of
Instrumen Penilaian Buku Teks Georgia,6,32-36.

Suparman. (2014). Peningkatan


Pelajaran
Kemandirian Belajar Dan Minat
SMP,SMA, SMK. Jakarta: BNSP. Belajar Mahasiswa Mata Kuliah
Elektronika Analog dengan
Depdikbud. (2003). Undang-Undang RI Pembelajaran PBL. Jurnal
Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem JPTK,22,84.
Pendidikan Nasional.
Susilawati, D. (2009). Upaya Meningkatkan
Dikmenjur. (2008). Teknik Penyusunan Kemandirian Belajar Dan
Modul Jakarta: Depdiknas. Hamalik, O. Kemampuan Matematika Siswa
(2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Kelas X SMA N 1 Gamping Dengan
Bumi Aksara. Menggunakan Lembar Kerja Siswa.
Yogyakarta: Program Studi
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Pendidikan Matematika, UNY.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta: Balai Pustaka. Tiwan. (2010). Penerapan Modul
Pembelajaran Bahan Teknik
Kusumastanti, V.T.S. (2009). Peningkatan Sebagai Upaya Peningkatan Proses
Kemandirian dan Prestasi Belajar Pembelajaran di Jurusan Pendidikan
IPS Siswa Kelas V SDN Perumnas Teknik Mesin FT UNY. Jurnal
Condongcaatur dengan Model JPTK,19,260.
Student Teams Achievement
Division. Skripsi: Program Pasca Wena, M. (2008). Strategi Pembelajaran
Sarjana-UNY. Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Martubi. (2009). Peningkatan Prestasi
Belajar Matematika Lanjut Melalui Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran
Pembelajaran Menggunakan Modul Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
dan Lembar Kerja Dengan Soal Konseptual Operasional. Jakarta: PT.
Latihan Berjenjang. Jurnal Bumi Aksara.
JPTK,18,92.

Mudjiman, H. (2007). Belajar Mandiri.


Surakarta: UNS Press.

Muslich, M. (2009). Melaksanakan PTK


(Penelitian Tindakan Kelas) itu Mudah.
Jakarta:Bumi Aksara.

36
STUDI DESKRIPTIF PENERAPAN DISIPLIN POSITIF PADA
PESERTA DIDIK

Rahmat, S.Pd
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Pontianak

Rahmat Putra Yudha, S.Pd, M.Ed TESOL


Rahmat.yudha@matagarudalpdp.org

Abstrak
analisis penerapan Disiplin Positif di kelas untuk peserta didik merupakan cara baru
dalam rangka memotivasi siswa dalam belajar. Pemberian hukuman fisik atau
intimidasi yang diterapkan merupakan masalah cara didik yang kuno dan tidak
memberikan dampak positif. Dengan penerapan disiplin positif di harapkan dapat
memberikan dampak yang lebih baik bagi peserta didik. Tujuannya untuk
mengetahui bentuk penerapan disiplin positif, untuk mengetahui interaksi dan
menentang penerapan disiplin positif terhadap siswa, dan untuk mengetahui
penerapan penerapan disilpin positif. Metode penelitian deskriptif menggunakan
pengumpulan data studi kepustakaan. Hasil dan kesimpulan analisis berupa teori
bentuk dan penerapan disiplin positif dalam bentuk saling menghargai martabat,
martabat, perilaku pembangan, disiplin dan pengendalian diri, karakter ramah,
partisipasi anak aktif, Menghormati perkembangan dan kualitas hidup anak,
Menghindari motivasi, mencari anak tentang kehidupan, mempertanyakan
kejujuran, setaraan, non-argumen, solidaritas, dan keadilan. Faktor penghambat,
kebiasaan, kebiasaan, hukuman yang sama kronis dengan kasih sayang.
Kata kunci: Disiplin Positif, sikap peserta didik.

Abstract

Analysis of the application of Positive Discipline in the classroom for students is a


new way to motivate students in learning. The granting of physical punishment or
intimidation applied is a matter of old-fashioned way of educating and not having
a positive impact. With the application of positive discipline, it is expected to have
a better impact on students. The goal is to find out the form of the application of
positive discipline, to know the interaction and oppose the application of positive
discipline to students, and to find out the application of the positive discipline.
Descriptive research method using literature study data collection. Results and
conclusions of the analysis in the form of form theory and the application of positive
discipline in the form of mutual respect for dignity, dignity, behavioral
development, discipline and self-control, friendly character, active child
participation, Respect the development and quality of life of children, Avoid
motivation, find children about life, question honesty, equality, non-argument,
solidarity and fairness. Inhibiting factors, habits, habits, the same punishment with
love.
Keywords: Positive Discipline, students' attitudes.

37
I. Pendahuluan itu baik dalam perubahan kebiasaan dan
Perkembangan dan perubahan yang pemahaman”.
terjadi dalam kehidupan Proses belajar yang baik adalah
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara proses belajar yang bisa memudahkan peserta
tidak terlepas dari perkembangan ilmu didik dalam memahami materi pelajaran yang
pengetahuan dan teknologi serta seni dan diajarkan. Sikap disiplin dalam belajar sangat
budaya. Sementara itu, kemajuan ilmu diperlukan untuk terwujudnya suatu proses
pengetahuan dan teknologi pada saat ini tidak belajar yang baik. Sikap disiplin dalam
lepas dari peran pendidikan, dan pendidikan belajar akan lebih mengasah ketrampilan dan
merupakan bagian hakiki dari kehidupan daya ingat peserta didik terhadap materi yang
masyarakat. telah diberikan, karena peserta didik belajar
Dunia pendidikan kita masih menurut kesadarannya sendiri serta peserta
mendapat sorotan tajam, mengingat didik akan selalu termotivasi untuk selalu
banyaknya permasalahan-permasalahan yang belajar, sehingga pada akhirnya peserta didik
sedang dihadapi. Salah satunya adalah akan lebih mudah dalam mengerjakan soal-
rendahnya mutu atau kualitas pendidikan. soal dari materi yang diberikan.
Beberapa indikator untuk mengukur kualitas Menurut Durkeim (1995),
pendidikan adalah : (1) mutu guru yang masih kedisiplinan mempunyai tujuan ganda yaitu
rendah pada semua jenjang pendidikan, (2) mengembangkan suatu peraturan tertentu
alat bantu proses belajar mengajar seperti dalam tindak tanduk manusia dan
buku teks, peralatan laboratorium dan memberinya suatu sasaran tertentu dan
bengkel kerja yang belum memadai, dan (3) sekaligus membatasi cakrawalanya. Tujuan
tidak meratanya kualitas lulusan yang disiplin pada dasarnya untuk menciptakan
dihasilkan untuk semua jenjang pendidikan suasana yang aman dan lingkungan belajar
(Munib dkk 2004:125). yang nyaman terutama di kelas dan di
Pendidikan merupakan salah satu sekolah. Di dalam kelas, jika seorang guru
keharusan dalam kebutuhan yang sangat tidak mampu menerapkan disiplin dengan
penting bagi setiap individu, didalam baik maka peserta didik mungkin menjadi
pendidikan proses belajar mengajar dan kurang termotivasi dan memperoleh
proses pembelajaran merupakan inti penekanan tertentu, dan suasana belajar
pendidikan yang didalamnya melibatkan menjadi kurang kondusif untuk mencapai
guru sebagai pengajar dan peserta didik prestasi belajar peserta didik . Winataputra
sebagai pembelajar. Surya (1981:27) (1998: 10) menjelaskan bahwa disiplin itu
mengemukakan bahwa : “belajar adalah suatu perlu diajarkan kepada peserta didik dengan
proses perubahan dalam kepribadian atau alasan, sebagai berikut: (1) disiplin perlu
perubahan tingkah laku yang baru, perubahan diajarkan serta di pelajari dan di hayati oleh
peserta didik agar peserta didik mampu

38
mendisiplinkan dirinya sendiri dan mampu meningkatkan aktifitas peserta didik dalam
mengendalikan diri sendiri tanpa di control mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan
guru; disiplin sebagai mana diakui oleh pakar disiplin positif Menurut Flanagan (2013)
sejak dahulu, merupakan titik pusat dari dalam presentasinya di “Australasian
tingkat ketercapainnya dalam menerapkan Conference on Child Abuse and Neglect”,
displin yang sempuma; (3) tingkat ketaatan disiplin positif adalah tentang upaya orang
peserta didik yang tinggi terhadap aturan tua dalam; Memperkuat hubungan dengan
kelas lebih-lebih jika ketaatan itu tumbuh dari anak; Memahami perspektif anak-anak;
diri sendiri, bukan dipaksa, akan Membangun empati; Mempromosikan
memungkinkan terciptanya iklim belajar pengaturan diri (self-regulation);
yang kondusip, yaitu iklim belajar yang Mengurangi hukuman; Memperkuat
menyenangkan sehingga peserta didik kepercayaan, dan; Memfasilitasi pemecahan
terpaku untuk belajar; (4) kebiasaan untuk masalah.
mentaati aturan dalam kelas akan memberi Lebih lanjut lagi, positif disiplin
dampak lebih lanjut bagi kehidupan di dalam juga sangat perlu buat guru dalam
aturan yang ada dalam masyarakat. membentuk karakter siswa. Seperti menurut
Disiplin juga merupakan Save the children (2004:13) bahwa anak
kepribadian yang baik yang bisa membentuk perlu di ajarkan agar mereka mengerti dan
watak setiap individu Oleh sebab itu, setiap mengikuti aturan dan norma social, terbukti
peserta didik harus memiliki disiplin belajar. bahwa anak laki-laki dan anak perempuan
Menurut (Sagala, 2008:63) bahwa merespon lebih baik pendekatan positif ini
"pembelajaran diarahkan untuk memperbaiki seperti, bernegosisi, pemberian hadiah
dan meningkatkan kemampuan berpikir daripada bentuk hukuman baik verbal, fisik
peserta didik , yang pada gilirannya ataupun secara emosional. Sama halnya
kemampuan berpikir itu dapat membantu Nelsen, Lott & Glenn (2007) mengemukakan
peserta didik untuk memperoleh bahwa disiplin positif di kelas membuat
pengetahuan yang mereka konstruksi siswa lebih aktif dalam partisipasinya dalam
sendiri". Belajar merupakan suatu proses di pembelajaran. Guru menjadi fasilitator dan
mana peserta didik harus aktif dan disiplin. membimbing siswa dalam diskusi dan
Disiplin diartikan sebagai bentuk aktifitas sehari-hari di kelas. Penelitian
perilaku patuh dan tunduk terhadap peraturan menunjukkan bahwa menguatkan siswa
yang berlaku tetapi kepatuhan itu lebih dengan memberikan peran aktif di kelas
ditekankan pada kesadaran diri bukan karena membimbing siswa untuk lebih mengerti
paksaan. Dalam proses pembelajaran disiplin lebih mendalam dan mengaktifkan motivasi
belajar adalah sesuatu yang sangat mereka.
dibutuhkan dan hal yang penting, hal ini Akhir-akhir ini diskusi tentang
disebabkan pembelajaran diarahkan untuk disiplin positif semakin ramai seiring dengan
membangun kemampuan berfikir dan meningkatnya keprihatinan terhadap
kemampuan menguasai materi pembelajaran. fenomena kekerasan yang sering terjadi di
Dengan membiasakan disiplin akan lingkungan pendidikan, baik di rumah

39
maupun sekolah. Hal ini semakin terdorong lebih memperkuat analisa peneliti dalam
oleh kesimpulan berbagai riset yang membuat suatu kesimpulan. Dimana hasil
menunjukkan jika hukuman dan kekerasan penelitian diperoleh dari hasil perhitungan
tidak akan memberikan dampak positif indikator-indikator variabel penelitian
apapun. Sebaliknya hukuman malah kemudian dipaparkan secara tertulis oleh
memberikan dampak negatif jangka panjang penulis.
yang merugikan bagi anak (Wijaya, 2015). Metode deskriptif merupakan
Kedisiplinan penting untuk metode analisis yang digunakan untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tapi menggambarkan masalah yang terjadi pada
sering menjadi masalah di sekolah karena masa sekarang atau yang sedang
hampir setiap hari ada saja peserta didik yang berlangsung, bertujuan untuk
melanggar disiplin. Nursito (dalam Tarmizi, mendeskripsikan apa-apa yang terjadi
2009) mengemukakan bahwa “masalah sebagaimana mestinya pada saat penelitian
kedisiplinan peserta didik menjadi sangat dilakukan. Ciri-ciri dari metode deskriptif
berarti bagi kemajuan sekolah”. Di sekolah seperti yang dikemukakan oleh Nasution
yang tertib akan selalu menciptakan proses (2003:61) yaitu :
pembelajaran yang baik, sebaliknya pada a) Memusatkan diri pada pemecahan-
sekolah yang tidak tertib kondisinya akan pemecahan masalah yang ada pada
jauh berbeda. masa sekarang atau masalah-masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, yang aktual.
maka rumusan masalah umumnya yaitu b) Data yang dikumpulkan mula-mula
“Bagaimana penerapan disiplin positif pada disusun, dijelaskan dan kemudian
peserta didik? dianalisa, oleh karena itu metode ini
Masalah umum tersebut, sering disebut metode analisa.
selanjutnya dijabarkan kedalam beberapa sub Berdasarkan pendapat diatas,
masalah khusus sebagai berikut: penelitian ini dimaksudkan untuk
1. Apa saja bentuk disiplin positif yang mendeskripsikan kondisi yang berkaitan
diterapkan di kelas? dengan pelaksanaan sistem kearsipan dan
2. Apa saja prinsip-prinsip disiplin positif? efektifitas pembuatankeputusan
3. Apa manfaat disiplin positif? sebagaimana adanya atau dapat
4. Apa saja dampak dari disiplin positif mendeskripsikan fenomena seobyektif
yang diterapkan di kelas? mungkin.
5. Bagaimana penerapan disiplin positif Adapun yang menjadi landasan
6. Apa kendala penerapan positif disiplin peneliti menggunakan metode deskriptif
di kelas? yaitu:
Metode penelitian
1) Penelitian ini mengungkapkan
Adapun tujuan penelitian
masalah-masalah aktual yang teradi
deskriptif ini adalah untuk menjelaskan
pada masa sekarang.
suatu situasi yang hendak diteliti dengan
2) Dengan metode ini dapat
dukungan studi kepustakaan sehingga

40
memberikan gambaran tentang ahli.
hubungan pelaksanaan sistem Melalui studi kepustakaan ini,
kearsipan dengan efektifitas dapat menunjang terhadap pemecahan
pengambilan keputusan pimpinan. permasalahan dan dijadikan acuan dalam
Memudahkan peneliti dalam bentuk teori dan landasan berfikir yang
pengolahan data karena data yang berisi tentang sistem kearsipan dan
terkumpul bersifat homogen atau efektifitas pembuatan keputusan
sama. pimpinan.
3) Metode ini selain dapat
Disimpulkan bahwa penelitian ini
mengumpulkan data, menyusun data,
menggunakan metode deskriptif dengan
menginterpretasikan data serta
pendekatan kuantitatif yang didukung oleh
datanya dapat disimpulkan.
studi kepustakaan sehingga hasilnya bisa
sesuai dengan pokok permasalahan dan
Studi Kepustakaan
tujuan penelitian yang diharapkan.
Studi kepustakaan
Hasil Dan Kesimpulan
dimaksudkan untuk
1. Bentuk-bentuk positif disiplin
memperoleh ketajaman berfikir
Ada beberapa bentuk positif disiplin
dalam rangka menganalisa
menurut Menurut Nur Hidayat DKK,
permasalahan melalui
(2016:473) bentuk disiplin positif adalah
penelaahan terhadap berbagai
Solusi jangka panjang yang akan membangun
sumber tertulis melalui
disiplin diri anak. Komunikasi yang jelas
pendapat-pendapat para ahli
tentang harapan, aturan dan batasan,
yang dituangkan dalam buku
Hubungan saling menguntungkan antara
dan sebagainya, juga untuk
pengasuh dan anak, yang menghargai kondisi
menunjang instrumen
anak, dan Mengajar anak ketrampilan
pengumpulan data dan
sepanjang hidup.
memperdalam kajian terhadap
Sejalan dengan itu, bentuk positif
permasalahan penelitian.Hal ini
juga di kemukakan oleh Jane Nelsen (2006)
merujuk pada pendapat
bahwa Solusi jangka panjang yang akan
Surakhmad (1992 : 63)
membangun disiplin diri anak. Komunikasi
mengemukakan bahwa:
yang jelas tentang harapan, aturan dan
Penyelidikan bibliografis tidak
batasan. Hubungan saling menguntungkan
dapat diabaikan sebab disinilah penyelidik
antara pengasuh dan anak, yang menghargai
berusaha menemukan keterangan
kondisi anak, mengajar anak ketrampilan
mengenai segala sesuatu yang relevan
sepanjang hidup, Meningkatkan kompetensi
dengan masalahnya, yakni teori yang
dan kepercayaan diri untuk Menghadapi
dipakainya, pendapat para ahli,
tantangan Keramahan, empati, hak asasi
penyelidikan yang sedang berjalan atau
manusia, kesopanan.
masalah-masalah yang disarankan para

41
2. Prinsip-prinsip disiplin Positif dengan menggunakan disiplin positif di kelas
Menurut Power, F. Clark dan Hart, tidak hanya meningkatkan kesuksesan
Stuart N (2005) bahwa terdapat 7 akademik di kelas tapi juga memberi banyak
(tujuh) prinsip disiplin positif pada anak manfaat lainnya, diantaranya:
yaitu; a. Siswa menunjukkan rasa hormat
1.1 Menghormati martabat anak terhadap guru
1.2 Mengembangkan perilaku pro- b. Siswa sedang bertugas dan bertunangan
sosial, disiplin diri, dan karakter c. Tindakan disiplin yang kurang
1.3 Maksimalkan partisipasi aktif diperlukan
anak d. Lebih sedikit suspensi dan pengusiran
1.4 Hormati perkembangan kebutuhan e. Siswa melihat peraturan sebagai adil
dan kualitas hidup anak f. Kehadiran meningkat
1.5 Hormati motivasi dan pandangan Ini hanya beberapa manfaat yang bisa
hidup anak dilihat dari penggunaan teknik disiplin positif
1.6 Yakinkan keadilan (keadilan dan di kelas. Selain itu, manfaatnya juga
non-diskriminasi) dan keadilan melampaui kelas, memasuki kehidupan
1.7 Promosikan solidaritas rumah, olahraga dan lingkungan sosial siswa,
agar lebih menghormati setiap orang untuk
3. Manfaat disiplin Positif memahami norma sosial dalam situasi yang
Menurut Save the Children (2004:29) Anak- berbeda.
anak perlu diajari disiplin positif sehingga 4. Dampak Disiplin Positif
mereka memahami dan mematuhi peraturan Menurut McCarry et al. (2012) dan Perzweks
yang berlaku dalam masyarakat. Pukulan (2012) dampak disiplin positif adalah dapat
atau kekerasan pada anak tidaklah diperlukan mempromosikan nilai dasar dan budaya dan
bahkan penerapannya hanya akan merusak mengurangi referensi disiplin, mengurangi
anak. Bukti menunjukkan bahwa penerapan hasil negatif dari pengalaman siswa,
pendekatan positif seperti negosiasi dan meningkatkan keterampilan sosial dan
sistem reward (penghargaan), baik bagi anak keterampilan pribadi dan internal dan
perempuan maupun anak laki-laki dapat keterampilan eksternal dan penurunan tingkat
menghasilkan umpan balik yang lebih baik kegagalan siswa.
dibandingkan dengan penerapan hukuman Sedangkan menurut Khodabakhshi
melalui kekerasan verbal; sik atau emosional. dan Abedi (2005) dan Gitting dkk. (1990),
Sedangkan menurut Kyle Aken (2016) dan Lewis (2001) disiplin positif berdampak
terdapat manfaat Disiplin Positif yakni pada komitmen siswa. Temuan penelitiannya
Banyak siswa bereaksi lebih positif terhadap ialah menunjukkan bahwa komitmen siswa
penguatan / disiplin yang baik. Menggunakan dapat menjadi solusi untuk mewujudkan
teknik disiplin positif dapat membantu guru ajaran yang disiplin positif.
mengatasi banyak tantangan di kelas dan Lebih jauh lagi, Bergin dan Bergin (1999)
membantu siswa belajar dan membuat pilihan kedisiplinan positif mengarah pada
yang lebih baik di masa depan. Padahal, pertumbuhan pengendalian diri siswa. Oleh

42
karena itu, hal ini mengakibatkan siswa yang keseluruhan individualitas anak sesuai
memiliki kontrol terhadap kelas mengamati dengan tingkat perkembangan dan
masalah disiplin dari pada siswa yang kemampuannya mencapai potensi optimal
dikuasai oleh guru mereka. dalam kehidupan anak sendiri.
6. Langkah-langkah dalam menerapkan
disiplin positf:
5. Penerapan disiplin Positif Menurut Dharta R. Wijaya (2015) ada
Bagian-bagian sebelumnya telah beberapa langkah penerapan disiplin positif
menjelaskan mengenai pendekatan yaitu;
pembelajaran pada anak yang berbasis pada a. Menerapkan konsekuensi natural dan
hak, perkembangan anak, tujuan logis Setiap anak perlu mendapatkan
pembelajaran, sikap-sikap positif dan penjelasan bagaimana perilaku mereka
menstrukturkan pembelajaran, dan berpengaruh terhadap orang lain.
membangun kemampuan mendengar aktif Penjelasan ini juga mendorong anak
untuk menyelesaikan konflik. Semua itu menerima pendapat dan perasaan orang
merupakan bagian- bagian penting dalam lain sehingga mereka mampu melihat
upaya menerapkan disiplin positif dalam situasi tertentu dengan perspektif mereka
pengasuhandan pendidikan. Sikap positif sendiri. Pikirkanlah selalu ketiga prinsip
dalam pembelajaran dan upaya ini: terkait langsung dengan perilaku
menstrukturkan pembelajaran merupakan anak dan bukan pada pribadinya – santun
langkah penting dalam mencapai tujuan dan saling menghargai – masuk akal dan
jangka panjang pengasuhan dan pendidikan tidak mengada-ada, sebelum
yang dilakukan oleh semua orang tua. menerapkan suatu konsekuensi pada
Karakteristik dalam kelompok usia-usia anak.
perkembangan yang berbeda juga akan b. Menentukan tujuan pengasuhan dan
menentukan dukungan serta informasi- pendidikan. Pikirkan apa yang menjadi
informasi yang diberikan oleh orang tua tujuan pengasuhan dan pendidikan yang
kepada anak-anak mereka. Kemampuan
perlu dicapai segera dan akan dicapai
mendengar aktif menjadi sarana yang penting
dalam kehidupan anak di masa depan.
dalam menyelesaikan konflik-konflik yang
Susun dan tuliskan tujuan tersebut
muncul dari berbagai konsekuensi interaksi
dengan membuat daftar apa yang perlu
yang terjadi baik antar orang tua dengan anak
dilakukan di rumah/di sekolah oleh anak
maupun antar anak sendiri. Bagian ini
yang berusia balita/anak-anak/remaja.
kemudian berupaya menggabungkan
Kemudian tuliskan apa yang akan
keseluruhan tema-tema di atas dalam
menjadi karekteristiknya di masa depan
merespon berbagai situasi yang terjadi dalam
ketika ia berusia 18 tahun. Pikirkan
konteks pengasuhan dan pendidikan. Prinsip
bagaimana cara anda mewujudkannya
yang kemudian perlu dipegang teguh untuk
bersama anak.
mencapai tujuan jangka panjang pengasuhan
dan pendidikan adalah adalah mengahargai

43
c. Bersikap positif dan menstrukturkan tersebut terjadi pada anak yang berusia 6
pembelajaran Dukungan terhadap - 12 tahun (masa anak-anak) dan 13 – 18
perkembangan tidak sebatas pada tahun (remaja).
pemenuhan kebutuhan fisik, sandang, f. Merespon dengan disiplin positif Lihat
dan pangan anak saja tetapi juga pada kembali seluruh catatan anda dalam
pemenuhan kebutuhan psikososial anak setiap langkah yang sudah dibuat
yang sesuai dengan usia (langkah 1 – 5), semua itu akan menjadi
perkembangannya. Buatlah daftar sikap cara anda mengasuh dan mendidik anak.
positif yang perlu ditunjukkan orang tua Terapkan seluruh prinsip-prinsip
kepada anak mereka yang berusia tersebut pada anak dengan berbagai
balita/anak-anak/remaja. Strukturkan tingkat usia perkembangan yang
tugas-tugas perkembangan yang anda berbeda. Proses ini akan membantu anda
harapkan dari balita/anak/remaja anda. menemukan jalan keluar dari setiap
d. Mempertimbangkan perasaan dan persoalan yang muncul sebagai bentuk
pikiran anak sesuai dengan karakteristik konsekuensi dari relasi dan interaksi
usia perkembangannya Dinamika antar orang tua dan anak. Tentu dalam
pengasuhan dan pendidikan antar orang situasi tertentu, terbuka peluang dimana
tua dengan anak, seringkali membawa orang tua bertindak secara emosional
pada situasi-situasi sulit sehingga orang dan marah berlebihan pada anak. Bila hal
tua perlu berhati-hati dalam merespon itu terjadi, cobalah menarik nafas dalam-
dan memberikan konsekuensi dari setiap dalam, pejamkan mata, dan pikirkan
perbuatan anak. Buatlah pedoman yang bagaimana seharusnya kita memberikan
menurut anda penting dalam konsekuensi, apa yang menjadi tujuan
mengarahkan anda untuk merespon anak pengasuhan dan pendidikan yang anda
secara tepat sesuai dengan kemampuan lakukan, dan pentingnya sikap positif
merasa dan berpikir pada anak usia dan pembelajaran yang terstruktur untuk
balita/anak-anak/remaja. mencapai tujuan itu. Ingatlah selalu akan

e. Berkomunikasi untuk mencari solusi rencana jangka panjang pengasuhan dan

yang saling menghargai Bagian dari pendidikan anda dan hargai setiap

komunikasi yang tidak kalah penting kebutuhan perkembangan anak. Tidak

adalah mendengar. Orang tua wajib ada orang tua yang sempurna!

mendengarkan anak secara aktif, Pengalaman adalah guru yang terbaik

mendengar aktif berarti mendengarkan sehingga kita perlu belajar dari setiap

dengan telinga, mata, dan hati serta kesalahan agar semakin baik di masa

mampu menangkap perasaan dan isi depan. Nikmatilah perjalanan

pembicaraan yang disampaikan anak. pengasuhan dan pendidikan bersama

Buatlah suatu skenario ketika orang tua anak anda. Maknai seluruh pengalaman-

berupaya menyelesaikan konflik yang pengalaman tersebut secara positif.

terjadi antar anak, bagaimana bila hal 7. Kendala dan Tantangan Disiplin Positif

44
Terdapat beberapa tantangan dan khas untuk usia mereka. Ini
kendala disipilin positif yaitu; termasuk:
a. Konsisten dan adil 1.1 mempelajari
Menurut Centre for Justice and ketidakmampuan
Crime Prevention (2012:25) 1.2 autisme
tantangan disiplin positif adalah 1.3 perhatian gangguan de cit
keharusan untuk konsisten 1.4 gangguan spektrum alkohol
dalam penerapan aturan di janin (FASD)
dalamnya dan bersifat adil yang 1.5 penundaan perkembangan
mana tidak membedakan siswa 1.6 kerusakan otak
satu dan siswa lainnya. 1.7 trauma
Konsisten yang dimaksud ialah 1.8 kesedihan
Terapkan peraturan yang sama 1.9 masalah kesehatan mental
untuk semua orang. Jika Jika perilaku siswa di atas
pengecualian dibuat, diskusikan menjadi perhatian khusus,
ini dengan peserta didik dan Guru atau orangtua harus
jelaskan alasan Anda. Hal ini mencari saran dari dokter
penting dalam menciptakan spesialis sedini mungkin.
hubungan kepercayaan antara d. Managerial Sekolah
pendidik dan peserta didik. Sangat penting bagi direktur
Pastikan tindakan disipliner / kepala sekolah untuk
dilakukan dengan tegas dan memahami pendekatan
konsisten tapi adil. disiplin positif sehingga
b. Pengetahuan Perkembangan mereka dapat
Anak mengidentifikasi hambatan
Tantangan lainnya ialah institusional yang dapat
pengetahuan guru dan orangtua menghalangi usaha guru
tentang pola perkembangan anak untuk menerapkannya.
yang dimana pada tiap usia Hambatan ini bisa meliputi:
perkembangan mereka, mereka 1.1 kurikulum akademis yang
mengalami perubahan prilaku kaku
(Joan E. Durrant, 2010). 1.2 Fokus eksklusif untuk
Kurangnya pengetahuan tentang menyelesaikan kurikulum
perkembangan anak ini, dapat dalam batas waktu yang
menjadi kendala untuk kaku
penerapan disiplin positif. 1.3 mendasarkan gaji guru dan
c. Kasus – kasus Pengecualian promosi atas nilai yang
Menurut Joan E. Durrant, 2010, dicapai siswa mereka
Beberapa anak memiliki terhadap tes standar
tantangan khusus yang tidak

45
1.4 Kurangnya pengakuan akan Kyle Aken (2016). Manfaat positif disiplin.
Diakses dari
pengaruh positif guru
https://study.com/academy/lesson/using-
terhadap kehidupan siswa positive-discipline-in-the-classroom.html.
pada tanggal 20 Januari 2018, Jam 12:40
1.5 Budaya sekolah yang
WIB.
merendahkan pendekatan
Lewis, R. (2001). Classroom discipline and
dan gagasan baru
student responsibility: the students view
1.6 enggan berinvestasi dalam teaching and teacher education, Volume
17,Number 3, April 2001 , pp. 307-319(13).
pengembangan profesional
DOI: http://dx.doi.org/10.1016/S0742-
guru 051X(00)00059-7
Daftar Pustaka
Lewis, S., Rom, Y. J., & Katz, X, Qui.
Barakat, I. & Clark, J. (1998). Positive (2008). Students’ reaction to classroom
discipline and child guidance. University of discipline in Australia Israel, and China
Missouri Extension Publication #GH 6119. Ramon, Teaching and Teacher Education,
24, 715–724. DOI:
behavioral supports on children impoevished 10.1016/j.tate.2012.03.009
rural community schools. Preventing school
failure, Vol. 56, issue 1, pp. 1-7. Mccrary, D., Lechtenberger, D., & Wang, E.
(2012). The effect of school wide positive
Bergin, C., & Bergin, D. A. (1999).
Classroom discipline that promotes self- Mitchell, David. (Ed). 2003. “Waldorf
control, Journal Project #2: Child Development and
Pedagogical Issues”. California: AWSNA
Centre for Justice and Crime Prevention and Publications.
the Department of Basic Education (2012),
Positive Discipline and Classroom Nelsen, J. Lott, L., & Glenn, S. (1997).
Management, School Safety framework, Positive Discipline in the Classroom.
Pretoria Rocklin, Ck Prima Publishing.

Dharta R. Wijaya. (2015) DISIPLIN Nur Hidayat, DKK, (2016) DISIPLIN


POSITIF POSITIF; MEMBENTUK KARAKTER
DALAM PENGASUHAN DAN TANPA HUKUMAN, Universitas
PENDIDIKAN. Sos children’s villager Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

Flanagan, Karen. (2013). “Positive Positive Discipline,rd Ed. Jane Nelsen, Lynn
Discipline in Everyday Parenting & Lott, Stephen Glenn. Random House
Teaching”. Materi presentasi untuk Publishing Group, 2006.
Australasian Conference on Child Abuse
and Neglect. 12th November 2013. Power, F. Clark and Hart, Stuart N. “The
Way Forward to Constructive Child
Journal of Applied Developmental Discipline,” in: Hart, Stuart N (ed.),
Psychology, Volume 20, Number 2, June Eliminating Corporal Punishment: The Way
1999 , pp. 189-206(18). Forward to Constructive Child Discipline.
DOI: http://dx.doi.org/10.1016/S0193- Paris: UNESCO Publishing, 2005.
3973(99)00013-1
Save the Children. How To Research the
Khadabakhshi, Mahdi, Abedi, Physical and Emotional Punishment of
Mohamadreza, (2009), Examining the Children. Bangkok: Southeast, East Asia and
Methods of Increasing Commitment among Paci c Region, 2004.
Students in the city of Shahreza in the 2005-
2006 academic years, Journal of Semipalar. (2013). “Tahap Tumbuh
Psychological studies, Faculty of Kembang per Tujuh Tahun”. Buletin Keping
psychology and educational sciences, Edisi 1 Tahun 2013. Rumah Belajar Semi
Alzahra university, Vol. 17, p 113. Palar Bandung.

46
Tu’u, Tulus, 2004, Peran Disiplin Pada
Prilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta : PT.
Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Wijaya, Ign. Dharta Ranu. (2015). “Disiplin


Positif dalam Pengasuhan dan Pendidikan”.
Tersedia
http://documents.tips/documents/buku-
panduan-disiplin-positif.html

47
UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK
GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM
PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

IDRUS,S.Th

Abstrak

Upaya meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti. Banyak agenda
reformasi yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan. Reformasi pendidikan adalah
restrukturisasi pendidikan, yakni memperbaiki pola hubungan sekolah dengan
lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembanganperencanaan, serta pola
pengembangan manajerialnya, pemberdayaan guru dan restrukturisasi model model
pembelajaran. Reformasi pendidikan tidak cukup hanya dengan perubahan dalam
sektor kurikulum, baik struktur maupun prosedur penulisannya. Pembaharuan
kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan praktik pembelajaran di
dalam maupun di luar kelas. Keberhasilan implementasi kurikulum sangat
dipengaruhi oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualisasikan
kurikulum tersebut. Tidak jarang kegagalan implementasi kurikulum disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan, keterampilan dan kemampuan guru dalam memahami tugas
tugas yang harus dilaksanakannya. Hal itu berarti bahwa guru sebagai pelaksana
kegiatan pembelajaran menjadi kunci atas keterlaksanaan kurikulum di sekolah.
Upaya perwujudan pengembangan silabus menjadi perencanaan pembelajaran yang
implementatif memerlukan kemampuan yang komprehensif. Kemampuan itulah yang
dapat mengantarkan guru menjadi tenaga yang professional. Guru yang professional
harus memiliki 5 (lima) kompetensi yang salah satunya adalah kompetensi
penyusunan rencana pembelajaran. Namun dalam kenyataannya masih banyak guru
yang belum mampu menyusun rencana pembelajaran sehingga hal ini secara otomatis
berimbas pada kualitas out put yang dihasilkan dalam proses perbaikan.

Kata kunci : Kompetensi Pedagogik, Pendidikan Agama Kristen, Supervisi Akademik.

48
I. Pendahuluan agar memiliki akta IV sebagai bukti

Dalam Pendidikan Ada beberapa faktor yang kewenangan mengajar. Pengawas perlu

menyebabkan guru kesulitan dalam melakukan suatu tindakan melalui supervisi

menyusun rencana pembelajaran, akademik untuk membantu meningkatkan

diantaranya : Guru tidak memiliki dasar kemampuan mereka dalam menyelesaikan

pendidikan keguruan sehingga tidak dibekali permasalahan yang dihadapinya.

dengan pengetahuan tentang perencanaan Upaya peningkatan kemampuan guru-guru

dan pelaksanaan pembelajaran. Guru belum yang tidak memiliki latar belakang

pernah mengikuti pelatihan penyusunan RPP pendidikan keguruan dalam menyusun

sehingga mereka hanya copy paste pada rencana pembelajaran dapat dilakukan

temannya, padahal seringkali RPP hasil copy dengan berbagai cara diantaranya melalui

paste tidak relevan dengan situasi dan kondisi pelatihan, seminar, workshop, menyediakan

di sekolahnya sehingga RPP yang ada tidak berbagai panduan dan modul. Namun setelah

bisa dijadikan acuan dalam proses mempertimbangkan berbagai kelebihan dan

pembelajaran. Guru sudah pernah mengikuti kekurangannya, maka pembinaan yang

pelatihan, tapi belum mampu menerapkannya terencana dan berkesinambungan dalam

di sekolah. Kondisi tersebut tentu tidak bisa supervise akademik melalui tehnik supervisi

dibiarkan terus menerus, tetapi harus ada kelompok dianggap lebih efektif karena

solusi dan tindakan nyata dari pengawas setiap permasalahan yang ditemukan bisa

sebagai penanggungjawab keberhasilan langsung dicarikan solusi bersama dan

pendidikan di sekolahnya. Para guru tersebut waktunya bisa disesuaikan dengan

harus mendapatkan pembinaan agar mampu kemampuan masing masing guru. Dalam

meningkatkan kemampuannya dalam pelaksanaannya pengawasakan dibantu oleh

menyusun rencana pembelajaran, terutama beberapa guru/wakasek yang dianggap telah

bagi guru-guru yang memang tidak memiliki memiliki pengetahuan yang cukup dan

latar belakang pendidikan keguruan, sebelum kemampuan yang baik dalam menyusun

mereka menempuh pendidikan tambahan rencana pembelajaran.

49
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, pelajaran masing-masing.Kegiatan ini

yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi dilakukan selama 2 bulan yaitu sejak bulan

dan refleksi, dan dilakukan minimal dalam Oktober sampai November 2018,dan

dua siklus.Pada tahap persiapan dibuat dibuat dilakukan di sekolah dengan pengaturan

skenario kegiatan, jadwal waktu, tempat serta waktu yang lebih fleksibel sehingga tidak

sarana pendukung lainnya seperti lembar mengganggu jadwal kegiatan pembelajaran.

observasi, serta angket. Langkah-langkah Sarana yang digunakan dalam kegiatan ini

PTS yaitu: perencanaan, pelaksanaan, adalah silabus yang telah disusun bersama

pengamatan, dan refleksi. Langkah- langkah oleh setiap kelompok guru mata pelajaran

PTS seperti Gambar 1 berikut: dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang disusun sendiri oleh guru yang

bersangkutan sesuai dengan Standar

kompetensi dan Kompetensi dasar pada

masing-masing mata pelajaran. RPP inilah

yang menjadi bahan acuan untuk menentukan

materi pembinaan terhadap masing-masing

Gambar 1. Langkah-langkah PTS guru, dan sekaligus menjadi alat ukur

Siklus 1 keberhasilan penelitian. Kegiatan ini

Perencanaan dilakukan dalam dua siklus hingga guru

Penelitian tindakan ini melibatkan guru dinilai memiliki kemampuan untuk

pendidikan agama kristenyang ada di sekolah menyusun perencanaan pembelajaran yang

ini. Hal ini perlu dilakukan karena mereka baik. Dalam setiap siklus supervisor

tidak pernah dibekali dengan pengetahuan melakukan observasi dan penilaian terhadap

tentang pengelolaan pembelajaran sehingga perkembangan kemampuan setiap guru.

mengalami kesulitan dalam menyusun Tindakan dan pengamatan

perencanaan pembelajaran yang akan Penelitian diawali dengan cara menyerahkan

dilakukan di kelas sesuai dengan mata rencana pembelajaran yang disusun sendiri

50
sesuai dengan mata pelajaran dan standar Indikator dikutip dari silabus yang disusun

kompetensi masing masing kepada oleh satuan pendidikan Alokasi waktu

supervisor . Berdasarkan data tersebut diperhitungkan untuk pencapaian satu

supervisor melakukan pembinaan kepada kompetensi dasar yang bersangkutan, yang

guru sesuai dengan kesulitan masing masing dinyatakan dalam jam pelajaran dan

guru.Dalam menyusun RPP guru harus banyaknya pertemuan. Oleh karena itu,

mencantumkan Standar Kompetensi yang waktu untuk mencapai suatu kompetensi

memayungi Kompetensi Dasar yang akan dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau

disusun dalam RPP-nya. Di dalam RPP beberapa kali pertemuan bergantung pada

secara rinci harus dimuat Tujuan karakteristik kompetensi dasarnya.

Pembelajaran,Materi Pembelajaran, Metode B. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran

Pembelajaran, Langkah-langkah, Kegiatan Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan

pembelajaran, Sumber Belajar, dan kompetensi yang operasional yang

Penilaian. Guru menyusun RPP dengan ditargetkan/dicapai dalam rencana

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: pelaksanaan pembelajaran. Tujuan

Langkah-langkah Penyusunan Rencana pembelajaran dirumuskan dalam bentuk

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pernyataan yang operasional dari kompetensi

Mencantumkan identitas dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar

Nama sekolah sudah operasional, rumusan tersebutlah yang

Mata Pelajaran dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan

Kelas/Semester pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat

Standar Kompetensi terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa

Kompetensi Dasar tujuan.

Indikator C. Mencantumkan Materi Pembelajaran

Alokasi waktu Materi pembelajaranadalah materi yang

RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar. digunakan untuk mencapai tujuan

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan pembelajaran. Materi pembelajaran

51
dikembangkan dengan mengacu pada materi Sumber belajar mencakup sumber rujukan,

pokok yang ada dalam silabus. lingkungan, media, narasumber, alat, dan

D. Mencantumkan Metode Pembelajaran bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih

Metode dapat diartikan benar-benar sebagai operasional. Misalnya, sumber belajar dalam

metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai silabus dituliskan buku referens, dalam RPP

model atau pendekatan pembelajaran, harus dicantumkan judul buku teks tersebut,

bergantung pada karakteristik pendekatan pengarang, dan halaman yang diacu.

dan/atau strategi yang dipilih. G. Mencantumkan Penilaian

E. Mencantumkan Langkah-langkah Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian,

Kegiatan Pembelajaran bentuk instrumen, dan instrumen yang

Untuk mencapai suatu kompetensi dasar dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam

harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan sajiannya dapat ituangkan dalam bentuk

setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah- matrik horisontal atau vertikal. Apabila

langkah kegiatan memuat unsur kegiatan penilaian menggunakan teknik tes tertulis

pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang

berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.


kegiatan penutup. Akan tetapi, dimungkinkan

dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai Selama proses penyusunan RPP, guru

dengan karakteristik model yang dipilih, berdiskusi dengan supervisor/Pembina

menggunakan urutan sintaks sesuai dengan bila menemukan masalah/kendala dalam

modelnya. Oleh karena itu, kegiatan kegiatannya. Hasil dari kegiatan ini akan
pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan
dinilai oleh Pembina /supervisor dengan
kegiatan penutup tidak harus ada dalam
menggunakan lembar observasi penilaian
setiap pertemuan.
untruk memperoleh data tentang
F. Mencantumkan Sumber Belajar
perkembangan kemampuan guru.
Pemilihan sumber belajar mengacu pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
perumusan yang ada dalam silabus yang

dikembangkan oleh satuan pendidikan.

52
Penelitian tindakan yang dilakukan di bulan November 2018 dengan

SMA Negeri 1 Tanah Pinoh Barat ini menitikberatkan pada unsur-unsur dan

dilakukan oleh pengawas melalui teknik langkah-langkah penyusunan RPP

supervisi akademik secara berkelompok sebagaimana yang terlihat pada kegiatan

sebagai upaya untuk meningkatkan tindakan penelitian yang telah diuraikan

kemampuan/kompetensi pedagogik guru pada Dari dari awal yang diperoleh pada

dalam menyusun perencanaan kegiatan penelitian, terlihat bahwa guru

pembelajaran di kelas. Penelitian pendidikan agama kristen masih memiliki

dilakukan terhadap guru pendidikan kesulitan dalam merumuskan indikator

agama Kristen yang dianggap kurang tujuan pembelajaran yang efektif sesuai

kompeten dalam mengelola perencanaan dengan Standar Kompetensi dan

dan pelaksanaan pembelajaran. Namun Kompetensi Dasar pada pelajaran agama

demikian permasalahan dalam penelitian kristen. Selain itu guru juga masih

tindakan ini difokuskan pada peningkatan menemukan kesulitan dalam memilih

kompetensi penyusunan Rencana Strategi dan metode pembelajaran, serta

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menentukan teknik dan metode penilaian

asumsi apabila guru sudah mampu yang bisa mengukur pencapaian tujuan

menyusun RPP dengan baik, maka pembelajaran. Sementara untuk

setidaknya dia sudah memiliki pedoman penentuan bahan belajar/ materi

untuk melakukan langkah-langkah pembelajaran sudah dikuasai hingga 65

kegiatan pembelajaran di kelas sesuai % dan media yang direncanakan sudah 60

dengan kemampuan pendidikan agama % sesuai. Namun dalam penentuan

kristen. kegiatan pembelajaran belum terinci

Kegiatan yang dilakukan dalam 2 siklus langkah-langkah dan alokasi waktu yang

ini, dilakukan sejak bulan Oktobersampai dibutuhkan.

53
Di bawah ini dapat kita lihat pada grafik tindakan penelitian pada siklus 2 dengan

kemampuan guru pada awal kegiatan : menggunakan hasil tindakan siklus 1

Tindakan pada siklus 1 dengan titik berat sebagai bahan masukan dalam

pada kesulitan-kesulitan yang dihadapi, perencanaan kegiatan siklus ini dengan

dengan cara memberikan penjelasan tujuan untuk lebih meningkatkan dan

contoh-contoh yang relevan. Pada akhir menguatkan kemampuan guru dalam

kegiatan siklus 1 diperoleh peningkatan menyusun Rencana Pelaksanaan

kemampuan guru pendidikan agama Pembelajaran(RPP) hingga bisa

kristen sebagai berikut: Pada perumusan mencapai hasil minimal 70 %.

indikator tujuan pembelajaran sudah ada Pada akhir kegiatan siklus diperoleh hasil

peningkatan hingga mencapai 60%, yang cukup menggembirakan yang

Penentuan Bahan/materi pelajaran tetap memberikan indikasi tercapainya tujuan

pada 70%,Kemampuan menentukan penelitian tindakan ini. Hasil yang

Strategi/metode Pembelajaran yang diperoleh dapat kita lihat sebagai berikut:

relevan meningkat menjadi 60 %, Perumusan tujuan pembelajaran hasil

Perencanaan penggunaan media rata-rata menunjukkan angka 70%. Pada

pembelajaran pada level 60 % tetapi ada penentuan bahan ajar diperoleh hasil

peningkatan pada variasi media yang 80%,Penentuan strategi/metode

digunakan, dan dalam penentuan rencana pembelajaran ia dan alat mencapai 75%

evaluasi pembelajaran juga mengalami dengan variasi yang semakin beragam.

peningkatan hingga 60% dan sudah Pada penentuan media dan alat

terlihat gambaran bentuk dan jenis pembelajaran ada peningkatan hingga

evaluasi yang digunakan. 80%, dan Perencanaan kegiatan evaluasi

Melihat hasil yang diperoleh pada bisa mencapai 70% dan sudah

refleksi kegiatan siklus 1, maka dilakukan mencantumkan, bentuk, jenis dan bahkan

54
soal yang digunakan beserta kunci waktu yang digunakan,terlihat adanya

jawaban atau pedoman penilaiannya, peningkatan yang signifikan dari yang

serta mencantumkan alokasi waktu yang semula hanya 40% menjadi 60% pada

dibutuhkan. siklus 1 dan meningkat lagi menjadi 75%

Dari data yang dikumpulkan sebelum dan setelah siklus 2.

selama proses penelitian tindakan, kita 4. Meskipun tidak terlihat adanya

dapat melihat adanya peningkatan peningkatan yang cukup tajam, dalam

kemampuan guru pada masing-masing komponen pemilihan Media dan alat

komponen perencanaan pembelajaran, pembelajaran juga terdapat adanya

sebagai berikut: peningkatan dari 60% pada awal kegiatan

1. Pada komponen Perumusan dan setelah siklus 1, menjadi 80% setelah

indikator tujuan pembelajaran, terlihat siklus 2.

peningkatan dari 40 % pada kemampuan 5. Peningkatan yang cukup signifikan

awal, menjadi 60% pada siklus 1 dan juga dapat kita lihat pada komponen

meningkat menjadi 70% pada akhir perencanaan evaluasi pembelajaran. Dari

kegiatan. yang semula hanya 40% pada awal

2. Pada Komponen Penentuan bahan kegiatan, menjadi 60% pada akhir siklus

dan materi pembelajaran, terdapat 1 dan berhasil mencapai 70% pada akhir

peningkatan kemampuan dari 65% siklus 2.

menjadi 70% setelah siklus 1 dan lebih Melihat data perolehan hasil penelitian

menguat menjadi 80% setelah siklus 2. dalam kegiatan penelitian tindakan

3. Dalam Komponen Pemilihan sekolah ini, dapat disimpulkan bahwa

Strategi dan metoda pembelajaran, yang supervisi akademik yang dilakukan oleh

didalamnya memuat langkah-langkah pengawasterhadap guru pendidikan

pembelajaran dan penentuan alokasi agama kristentersebut, berhasil

55
meningkatkan kompetensi pedagogik meningkat menjadi 70% pada akhir
kegiatan.
dalam menyusun Perencanaan
2. Pada Komponen Penentuan bahan
Pembelajaran. Hal ini dimungkinkan dan materi pembelajaran, terdapat
karena adanya kerja sama yang baik peningkatan kemampuan dari 65%
menjadi 70% setelah siklus 1 dan lebih
antara pengawas sebagai supervisor
menguat menjadi 80%.
dengan guru pendidikan agama kristen 3. Dalam Komponen Pemilihan
tersebut, yang didukung oleh adanya Strategi dan metoda pembelajaran, yang
didalamnya memuat langkah-langkah
motivasi dan bimbingan dari pengawas
pembelajaran dan penentuan alokasi
sehingga guru pendidikan agama tersebut waktu yang digunakan,terlihat adanya

memiliki antusiasme yang besar untuk peningkatan yang signifikan dari yang
semula hanya 40% menjadi 60% pada
dapat meningkatkan kemampuan dalam
siklus 1 dan meningkat lagi menjadi 75%
menyusun Rencana Pelaksanaan setelah siklus 2.
4. Meskipun tidak terlihat adanya
Pembelajaran (RPP) yang efektif.
peningkatan yang cukup tajam, dalam
KESIMPULAN DAN SARAN
komponen pemilihan Media dan alat
Proses Penelitian Tindakan Sekolah yang pembelajaran juga terdapat adanya
peningkatan dari 60% pada awal kegiatan
di lakukan di SMA Negeri 1 Tanah Pinoh
dan setelah siklus 1, menjadi 80% setelah
Barat yang berjudul Upaya siklus 2.
Meningkatkan Kompetensi Pedagogik 5. Peningkatan yang cukup signifikan
juga dapat kita lihat pada komponen
Guru Pendidikan Agama Kristen Dalam
perencanaan evaluasi pembelajaran. Dari
Penyusunan Perencanaan Pembelajaran yang semula hanya 40% pada awal
Melalui Supervisi Akademik dapat kegiatan, menjadi 60% pada akhir siklus
1 dan berhasil mencapai 70% pada akhir
disimpulkan bahwa :
siklus 2.
1. Pada komponen Perumusan 6. Melihat data perolehan hasil
indikator tujuan pembelajaran, terlihat penelitian dalam kegiatan penelitian
peningkatan dari 40% pada kemampuan tindakan sekolah ini, dapat disimpulkan
awal, menjadi 60% pada siklus 1 dan bahwa supervisi akademik yang

56
dilakukan oleh pengawas terhadap guru kompetensi guru seperti yang disyaratkan
pendidikan agama kristen tersebut, dalam permendiknas no 16 tahun 2007.
berhasil meningkatkan kompetensi
pedagogik dalam menyusun Perencanaan
Pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA
1. Kegiatan supervisi akademik
Suharsimi, Arikunto. 2002. Penelitian
sangat baik dilakukan untuk membina
Tindakan Kelas, Makalah pada
guru meningkatkan kompetensinya. Pendidikan dan Pelatihan (TOT)
Pengembangan Profesi bagi Jabatan
Sebaiknya kegiatan ini dilaksanakan
Fungsionla Guru, 11-20 Juli 2002 di
secara terencana dan berkesinambungan. Balai penataran Guru (BPG) Semarang.
2. Sebaiknya pembinaan ini
Suharsimi, Suhardjono dan Supardi.
dilanjutkan dengan supervisi akademik 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta
: PT Bumi Aksara
dalam pelaksanaan pembelajaran untuk
mengukur kemampuan guru dalam Supardi. 2005. Penyusunan Usulan, dan
Laporan Penelitian Penelitian Tindakan
mengimplementasikan rencana
Kelas, Makalah disampaikan pada
pembelajaran yang telah disusunnya. “Diklat Pengembangan Profesi
Widyaiswara”, Ditektorat Tenaga
3. Sebaiknya supervisi juga dilakukan
Pendidik
terhadap semua guru secara bergilir dan
menyangkut seluruh aspek kemampuan/

57
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams- Achievement Division (STAD)

Darfiatna, S.Pd

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
Matematika siswa kelas X Multimedia A di SMK Negeri 1 Sengah Temila melalui penerapan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Tipe Student Teams- Achievement Division (STAD),
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Sepetember-November 2018, Subjek penelitian adalah siswa
kelas X Multimedia A SMK Negeri 1 Sengah Temila Tahun Ajaran 2018/2019 yang berjumlah 30 orang
yang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah nilai tes siswa untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dan lembar observasi
untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Pada saat dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD, suasana pembelajaran di kelas
menjadi lebih hidup, peserta didik menjadi lebih aktif dan hasil belajar maksimal. Penelitian ini
dilaksanakan dalam tiga siklus siklus. Pada kondisi awal sebelum diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, hasil belajar peserta didik sangat rendah yaitu rata-rata hasil belajar hanya 51,53.
Setelah dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, aktivitas dan hasil belajar peserta didik
meningkat. Pada siklus I, dengan rata-rata hasil belajar peserta didik 63,00 dan ketuntasan belajar 23,33
%. Pada siklus II, dengan rata-rata hasil belajar 68,50 dan ketuntasan belajar 66,67%. Sedangkan pada
siklus III, dengan rata-rata hasil belajar 80,00 dan ketuntasan belajar 93,33%. Dari data tersebut, jelas
bahwa ada peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar dari sebelum diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setelah model pembelajaran tersebut diterapkan.

Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, Tipe STAD, dan Hasil Belajar

kurikulum. Perubahan kurikulum tersebut


I. Pendahuluan dimaksudkan untuk meningkatkan mutu
Pendidikan adalah upaya yang sengaja untuk pendidikan yang sesuai dengan kondisi bangsa
membantu pertumbuhan dan perkembangan Indonesia sekarang dan diharapkan masa depan
peserta didik. Tujuan pendidikan nasional yang pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.
ingin dicapai oleh negara Indonesia yaitu Perubahan kurikulum menuntut guru untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang melakukan perubahan dan inovasi dalam
termuat dalam UUD 1945. Untuk mencapai pembelajarannya di kelas seperti penggunaan
tujuan tersebut, salah satu upaya yang dilakukan pendekatan, model pembelajaran dan model
pemerintah adalah menyelenggarakan mengajar. Salah satu langkah yang diambil oleh
pendidikan di sekolah-sekolah negeri maupun guru dalam menyikapi perubahan kurikulum
swasta. Penyelenggaraan pendidikan di adalah memilih model pembelajaran yang tepat.
Indonesia sering mengalami perubahan Guru yang dahulu menerapkan model

58
pembelajaran secara tradisional yang berpusat hasilnya belum dapat meningkatkan gairah dan
pada guru dituntut untuk melakukan perubahan aktivitas secara maksimal Kondisi yang seperti
dalam pembelajarannya dengan menggunakan ini jika tidak dicarikan alternatif pemecahan
model pembelajaran yang lebih mengutamakan masalahnya, maka guru tetap sebagai sumber
aktivitas siswanya informasi satu-satunya di kelas, tidak ada tukar
Setiap guru menginginkan proses pembelajaran informasi, penguasaan konsep dan hasil belajar
yang dilaksanakannya meyenangkan dan matematika siswa tetap rendah, dan
berpusat pada siswa. Siswa antusias pembelajaran bahasa indonesia jadi
mengacungkan tangan untuk menjawab membosankan.
pertanyaan atau memberikan pendapat, bersorak Untuk mengatasi masalah seperti tersebut diatas,
merayakan keberhasilan mereka, bertukar maka salah satu alternatif pemecahannya adalah
informasi dan saling memberikan semangat. dengan memberikan variasi model pembelajaran
Tujuan akhir dari semua proses itu adalah yang dapat menciptakan suasana menyenangkan
penguasaan konsep dan hasil belajar yang dan dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam
memuaskan. belajar. Pelajaran tidak hanya bersifati
Sikap kurang bergairah, kurang aktif, kelas ntelektual, melainkan juga bersifat emosional.
kurang berpusat pada siswa, dan kadang-kadang Kegembiraan belajar dapat mempertinggi hasil
ada yang bermain-main sendiri didalam kelas, pelajaran. Pernyataan yang sama juga
merupakan salah satu masalah yang dihadapi di dikemukakan oleh DePorter bahwa kegembiraan
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Sengah membuat siswa siap belajar lebih mudah dan
Temila, khususnya untuk mata pelajaran dapat mengubah sikap negatif.
Matematika pada siswa kelas X. Dampak Model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan
buruknya adalah penguasaan konsep dan sebagai upaya meningkatkan aktivitas belajar
ketuntasan belajar mereka belum tercapai secara siswa yang diduga akan berdampak
maksimal. Hal ini terbukti dengan rendahnya meningkatnya hasilbelajar siswa. Model
rata-rata hasil belajar siswa dalam tiga tahun pembelajaran kooperatif adalah suatu model
terakhir ini khususnya pada materi pokok pembelajaran yang mengembangkan prinsip
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear. Kondisi kerjasama antar siswa. Model pembelajaran ini
yang seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil
dalam proses belajar mengajar. yang heterogen untuk menyelesaikan suatu tugas
Guru telah berusaha menciptakan pembelajaran untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
agar siswa lebih aktif diantaranya pengamatan pembelajaran kooperatif setiap siswa harus
objek langsung, diskusi kelompok mengerjakan saling membantu temannya dalam memahami
LKS, menggunakan media yang ada di sekolah, pelajaran, saling berdiskusi menyelesaikan
dan mengunakan metode tanya-jawab. Namun

59
tugas, saling bertanya antar teman jika belum yang berprestasi tinggi lebih dominan. Dengan
memahami pelajaran menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif yang baik di kelas X Multimedia A SMK Negeri 1 Sengah
digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe Temila, diharapkan aktivitas belajar siswa dapat
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) meningkat, yang diduga ber-implikasi terhadap
karena merupakan pembelajaran kooperatif yang peningkatan hasil belajar.
paling sederhana dari pembelajaran model- Berdasarkan uraian tersebut, untuk mengatasi
model pembelajaran kooperatif yang lain. masalah di atas maka dilakukan penelitian
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam tindakan kelas dengan mengetahui proses dan
pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan hasil peningkatan kemampuan menyatakan
pembelajaran yang selama ini digunakan dalam pendapat ke dalam proses pembelajaran
kelas tersebut sehingga diharapkan siswa akan kooperatif tipe Student Teams-Achievement
mudah beradaptasi. Model pembelajaran ini juga Divisions (STAD), dengan harapan pembelajaran
dapat membantu mengembangkan sikap sosial Matematika menjadi menyenangkan, siswa lebih
dan kerja sama siswa sehingga dapat aktif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang
meningkatkan minat belajar. Hal inilah yang diinginkan.
menjadi alasan bahwa pembelajaran kooperatif
tipe STAD menjadi alternatif yang dapat II. Rumusan Masalah
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki 1. Bagaimana penerapan model
beberapa kelebihan, Davidson (Nurasma 2006 : pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
27), menyatakan kelebihan pembelajaran Achievement Division (STAD) dalam
kooperatif tipe STAD antara lain dapat pembelajaran Matematika materi pokok
meningkatkan kecakapan individu, Persamaan dan Pertidaksamaan Linear di kelas
meningkatkan kerjasama antara anggota dalam X Multimedia A SMK Negeri 1 Sengah Temila
kelompok, meningkatkan komitmen, Tahun pelajaran 2018/2019?
menghilangkan prasangka buruk terhadap 2. Seberapa besar model pembelajaran
teman, tidak bersifat kompetitif, dan tidak kooperatif tipe Student Teams-Achievement
memiliki rasa dendam. Disamping kelebihan Division (STAD) mampu meningkatkan hasil
tersebut Slavin menyatakan pembelajaran belajar Matematika materi pokok Persamaan dan
kooperatif tipe STAD memiliki beberapa Pertidaksamaan Linear di kelas X Multimedia A
kekurangan yaitu kontribusi dari siswa yang SMK Negeri 1 Sengah Temila Tahun Pelajaran
berprestasi rendah dalam kelompok menjadi 2018/2019?
kurang, dan siswa yang berprestasi tinggi A. Subjek Penelitian
mengarah pada kekecewaan karena peran siswa Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

60
kelas (PTK), yaitu penelitian tindakan yang 2. Catatan Lapangan
dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki Catatan lapangan dimaksudkan untuk
atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. memperoleh data secara obyektif yang tidak
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada terekam dalam lembar observasi, mengenai hal-
pertengahan semester ganjil , yaitu tanggal 24 hal yang terjadi selama pemberian tindakan.
September sampai 16 Nopember 2018. Subjek Catatan lapangan ini dapat berupa catatan
yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa perilaku siswa, maupun permasalahan yang
kelas X Multimedia A SMK Negeri 1 Sengah dapat dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan
Temila Tahun Ajaran 2018/2019 yang langkah berikutnya ataupun masukan terhadap
berjumlah 30 siswa, terdiri dari 15 laki-laki dan keberhasilan yang sudah dicapai.
15 perempuan. 3. Tes
Tes yang diberikan pada penelitian ini berupa tes
B. Faktor-Faktor yang Diteliti awal dan tes akhir. Tes awal diberikan untuk
Faktor-faktor yang diteliti pada penelitian ini mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
adalah: terhadap konsep matematika. Hasil tes ini
(1) Aktivitas belajar matematika siswa digunakan juga untuk menentukan skor dasar,
(2) Hasil belajar matematika siswa penentuan anggota kelompok, serta penentuan
poin peningkatan. Sedangkan tes akhir
C. Data Penelitian dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa
Data dalam penelitian tindakan kelas ini berupa setelah diterapkan model pembelajaran
data aktivitas dan hasil belajar siswa. Data kooperatif tipe STAD. Tes ini dilaksanakan
aktivitas siswa berupa data kualitatif, sedangkan setiap akhir siklus. Hasil tes akhir digunakan
data hasil belajar siswa berupa data kuantitatif. untuk menentukan poin peningkatan individu,
penentuan pemberian penghargaan, serta untuk
D. Teknik Pengumpulan Data mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
Data dikumpulkan melalui observasi, catatan setiap siklus.
lapangan dan tes
1. Observasi Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan A. Kondisi Awal
pembelajaran yaitu untuk mengamati aktivitas Pelaksanaan pembelajaran Matematika di SMK
siswa selama penelitian sebagai upaya untuk Negeri 1 Sengah Temila belum pernah
mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan dilaksanakan dengan menggunakan model
pelaksanaan. Data aktivitas siswa diperoleh pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
dengan menggunakan lembar observasi aktivitas Achievement Division (STAD) dan masih terjadi
siswa dengan menggunakan tanda (√). komunikasi satu arah, artinya siswa cenderung

61
pasif dan kurang mempunyai kreativitas dalam Setelah dilakukan perhitungan dengan
belajar. Sehingga suasana belajar siswa sering menggunakan rumus yang ada terhadap data
tidak terkondisikan. Siswa kurang hasil belajar siswa yang menerapkan
memperhatikan pelajaran, ramai dan suasana pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam 3
belajar menjadi tidak menyenangkan. Akibatnya siklus, maka diperoleh data hasil belajar siswa
hasil belajar siswa rendah. Hal ini terbukti dari sebagaimana yang tertera dalam tabel 4.3 berikut
rata-rata nilai ulangan pada materi persamaan ini.
dan pertidaksamaan linear siswa kelas X dalam Tabel 4.3. Data Hasil Belajar Siswa
tiga tahun terkhir dari tahun 2015, 2016 dan
2017 berturut-turut adalah 53,78, 46,51 dan 2. Pembahasan
61,36. Rata-rata dari tahun 2017 akan menjadi a. Siklus I
standar nilai kelulusan dalam penelitian ini. 1) Aktivitas Belajar Siswa
Peneliti dan guru mitra menyiapkan perangkat Data mengenai aktivitas siswa diperoleh melalui
penelitian yaitu lembar observasi untuk melihat kegiatan observasi. Kegiatan observasi
aktivitas antar siswa siklus I, II dan III dilakukan dari awal hingga akhir pembelajaran.
(terlampir) dan aktivitas siswa dengan guru Observasi aktivitas setiap siswa dicatat di dalam
siklus I, II dan III (terlampir). lembar observasi aktivitas siswa. Kegiatan
observasi dilakukan oleh dua orang observer
B. Hasil Penelitian dan pembahasan yaitu peneliti dan guru mitra. Pelaksanaan
1. Hasil Penelitian observasi meliputi lima jenis aktivitas yaitu
a. Aktivitas Belajar Siswa Rata-
Ketuntasan Peningkatan
Siklus rata
Setelah dilakukan observasi selama proses Belajar Persiklus
Kelas
pembelajaran kooperatif tipe STAD I 63,00 23,33 -

berlangsung, dan dihitung menggunakan rumus II 68,5 66,67 43,34

yang ada, maka diperoleh data aktivitas seperti III 80,00 93,33 26,66

yang tertera dalam tabel 4.2 berikut ini. memperhatikan penjelasan guru,

Tabel 4.2 Data aktivitas belajar siswa berdiskusi/bertanya antar siswa dalam
kelompok, bertanya kepada guru, mengerjakan
Pre Post Peningkatan
Siklus Peningkatan LKK, serta memperhatikan atau memberikan
Test Test Persiklus
tanggapan dalam kegiatan presentasi.
I 51,53 63,00 11,47 -
Pada pertemuan siklus pertama, hanya sedikit
II 54,17 72,33 18,16 6,69
siswa yang aktif dalam proses pembelajaran.
III 55,33 80,00 24,67 6,51
Ketidakaktifan siswa dalam proses pembelajaran
disebabkan siswa baru pertama kali
b. Hasil Belajar Siswa
diperkenalkan dengan pembelajaran kooperatif

62
tipe STAD sehingga kegiatan utama yang peningkatan sebesar 11,47 dari rata-rata hasil
dilakukan siswa selama proses pembelajaran sebelum belajar menggunakan pembelajaran tipe
masih terpaku pada mendengarkan penjelasan STAD. Hal ini menandakan bahwa perlakuan
guru dan mengerjakan LKK. Siswa masih belum yang diberikan kepada siswa dapat
mempercayai teman satu kelompoknya sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Nilai ujian
lebih memilih untuk bertanya langsung kepada akhir siklus ini berguna juga untuk menentukan
guru jika terdapat hal yang tidak dimengerti. poin peningkatan individu dan kelompok. Dari
Sedangkan untuk kegiatan presentasi, hanya poin kelompok ini, kemudian ditentukan
beberapa siswa yang mau memberikan kelompok terbaik. Jika terdapat beberapa
tanggapan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang memiliki poin kelompok yang
kelompoknya. Pada kegiatan presentasi tersebut, sama, maka rata-rata kelompok juga menjadi
sebagian besar siswa tidak fokus dengan pertimbangan dalam menentukan kelompok
presentasi yang dilakukan temannya. terbaik.
2). Hasil Belajar Siswa Pada siklus ini, dua kelompok yang
Pada pertemuan siklus pertama dilaksanakan pre mendapatkan kriteria sangat baik dan 4
tes dan post tes secara individual. Tes tersebut kelompok lainnya mendapatkan kriteria baik.
dilaksanakan selama 15 menit sebelum pelajaran Penghargaan
di mulai dan sebelum pelajaran berakhir. Soal kelompok terbaik diberikan kepada:
yang diberikan kepada siswa terdiri dari 5 soal a. Kelompok C dengan poin kelompok 28
esai. Setelah dilakukan perhitungan, persentase mendapatkan penghargaan kelompok terbaik
siswa tuntas (persentase siswa yang memperoleh pertama.
nilai lebih dari atau sama dengan 75) pada post b. Kelompok E dengan poin kelompok 27
tes siklus ini hanya sebesar 23,33%. Nilai ini mendapatkan penghargaan kelompok terbaik
mengalami peningkatan dari persentase siswa kedua.
tuntas pada saat sebelum menggunakan
pembelajaran tipe STAD. Namun belum
memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan 3). Refleksi
yaitu banyaknya siswa yang tuntas belum Persentase siswa yang tuntas belajar hanya
mencapai 75% atau lebih. sebesar 23,33% dari 30 siswa. Ketuntasan
Berdasarkan penuturan siswa, kurangnya latihan belajar siswa tersebut mengalami peningkatan
soal yang diberikan membuat mereka kurang sebesar dari hasil belajar pada saat sebelum
memahami materi sehingga hasil belajar yang menggunakan pembelajaran tipe STAD. Hal ini
mereka peroleh tidak sebaik yang mereka menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
harapkan. Rata-rata hasil belajar siswa pada tipe STAD yang dilaksanakan pada siklus 1
siklus ini adalah 63,00. Nilai tersebut mengalami dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun

63
hasil belajar tersebut belum mencapai indikator
keberhasilan yang ditetapkan yaitu b. Siklus II
75%.Terdapat beberapa kendala dalam 1). Aktivitas Belajar Siswa
pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD Pada pertemuan Siklus II, siswa lebih tertib
pada siklus 1. Siswa terlihat kurang termotivasi dalam diskusi kelompok, siswa pun lebih berani
untuk aktif dalam mengikuti kegiatan diskusi menanggapi atau bertanya dalam kegiatan
kelompok, beberapa siswa hanya mendengarkan presentasi. Dari hasil perhitungan diperoleh data
anggota kelompok yang lain berdiskusi. bahwa pada pertemuan ini aktivitas siswa
Pada siklus ini penggunaan alokasi waktu yang meningkat dari pertemuan sebelumnya. siswa
tersedia juga belum dapat digunakan dengan tampak antusias memperhatikan penjelasan
maksimal. Pada saat memulai diskusi, waktu guru. Pengumuman hasil siklus I dan motivasi
yang digunakan untuk mengelompokkan siswa yang diberikan pada awal pembelajaran
dalam kelompoknya masing-masing terlalu membuat siswa tampak bersemangat. Aktivitas
lama, beberapa siswa lupa dengan pembagian mendengarkan penjelasan guru dan juga
kelompok yang telah ditetapkan. Kendala mengalami peningkatan. Namun untuk aktivitas
lainnya adalah suara guru dalam menyampaikan diskusi dalam kelompok masih kurang, menurut
materi kurang dapat didengar oleh siswa yang pengakuan beberapa siswa, hal ini disebabkan
duduk dibelakang, sehingga pada saat guru siswa belum bersemangat mengikuti
menjelaskan siswa tidak memperhatikan dengan pembelajaran, siswa terlihat lebih banyak
baik. mendiskusikan hal-hal lain di luar materi yang
Adapun rencana tindakan untuk memperbaiki diberikan.
kegiatan pembelajaran pada siklus selanjutnya Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II,
adalah sebagai berikut: diperoleh keterangan beberapa orang siswa
a. Menjelaskan kembali aturan mengalami kesulitan dalam memahami materi
pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe yang diberikan. Namun secara keseluruhan,
STAD. siswa yang aktif pada pertemuan siklus II
b. Memberikan motivasi kepada siswa meningkat dibandingkan dengan aktivitas pada
untuk dapat bekerjasama dalam kelompoknya pertemuan Siklus I.
masing-masing.
c. Mengarahkan siswa untuk aktif dalam 2). Hasil Belajar Siswa
kegiatan diskusi kelompok. Pada akhir siklus II, dilaksanakan post test untuk
d. Memperhatikan alokasi waktu dalam mengetahui penguasaan siswa terhadap materi
pelaksanaan pembelajaran. menentukan peluang suatu kejadian dalam
e. Memperjelas suara sehingga seluruh berbagai situasi serta menggunakan aturan
siswa dapat mendengarkan dengan jelas. kombinasi untuk menentukan peluang suatu

64
kejadian. Soal yang diberikan pada ujian akhir a. Soal yang kurang variatif sehingga
siklus ini terdiri dari 5 soal esai. membuat siswa kurang aktif dalam membuat
Berdasarkan data hasil belajar pada siklus II, atau menjawab pertanyaan.
jumlah siswa yang tuntas adalah 20 orang dari 30 b. Terdapat kelompok yang kurang
orang siswa dan rata-rata hasil belajar siswa termotivasi untuk dapat bekerjasama dalam
adalah 68,5. Data tersebut menunjukkan besar kelompoknya.
persentase siswa tuntas adalah 66,67 %. Nilai ini c. Beberapa kelompok masih
meningkat sebesar 43,34 % jika dibandingkan mengandalkan ketua kelompoknya untuk
dengan persentase siswa tuntas pada siklus I. bertanya atau menjawab pertanyaan
Rata-rata hasil belajar siswa pun mengalami d. Suara guru pada saat penyajian materi
peningkatan sebesar 18,16 dari rata-rata hasil kurang terdengar oleh siswa yang duduk di
belajar siswa pada siklus I. belakang.
Pada siklus ini, seluruh kelompok mendapat
kriteria baik.Tiga kelompok terbaik yang Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan yang
memperoleh penghargaan, yaitu: diterapkan pada siklusIII, yaitu:
a. kelompok A dengan poin kelompok 29 a. Guru memberikan contoh soal dan
mendapatkan penghargaan kelompok terbaik latihan yang lebih variatif.
pertama. b. Guru memberikan motivasi kepada
b. kelompok D dengan poin kelompok 27 kelompok yang kurang bisa bekerja sama.
mendapatkan penghargaan kelompok terbaik c. Guru memberikan motivasi kepada
kedua. siswa untuk berani megemukakan pendapat dan
c. kelompok E dengan poin kelompok 26 pertanyaan.
mendapatkan penghargaan kelompok terbaik d. Guru memperkeras suara sehingga
ketiga. seluruh siswa dapat mendengar dengan jelas.

3). Refleksi c. Siklus III


Pada siklus ini, siswa sudah mulai terbiasa 1). Aktivitas Belajar Siswa
dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD Pada pembelajaran siklus ketiga ini, terlihat
meskipun terdapat beberapa orang siswa yang bahwa siswa lebih tertib dalam menjalankan
kurang tertarik dengan pembelajaran. Namun, diskusi kelompok. Siswa pun lebih
peningkatan persentase siswa tuntas yang tidak memperhatikan dan lebih berani untuk
terlalu besar menandakan adanya kendala yang menanggapi dalam kegiatan presentasi.
terjadi selama proses pembelajaran Berdasarkan hasil observasi, pada pertemuan
berlangsung. Kendala-kendala tersebut antara siklus III terdapat 25 siswa yang aktif dari 30
lain: siswa yang hadir. Hal tersebut memperlihatkan

65
adanya peningkatan persentase siswa aktif dari siswa.Persentase siswa tuntas belajar pada siklus
pertemuan sebelumnya. Persentase siswa aktif III telah memenuhi kriteria ketuntasan yang
dalam kegiatan pembelajaran pada siklus III telah ditetapkan dan memenuhi KKM sekolah.
secara keseluruhan adalah 92 %. Nilai ini telah Siswa yang belum tuntas belajar diberikan tugas
memenuhi kriteria keberhasilan yang telah tambahan agar siswa dapat mempelajari materi
ditetapkan yaitu nilai minimal 75 % yang telah yang belum dimengerti.
terpenuhi. Pada siklus ini, terdapat dua kelompok dengan
Pada siklus ketiga ini siswa sudah terbiasa kriteria penghargaan kelompok yang sangat
dengan pembelajaran baik. Dua kelompok terbaik yang memperoleh
kooperatif tipe STAD, kegiatan diskusi penghargaan, yaitu:
kelompok telah berjalan dengan baik, siswa a. kelompok F dengan poin kelompok 28
sudah berani bertanya kepada guru dan mendapatkan penghargaan kelompok terbaik
memberikan tanggapan pada saat kegiatan pertama.
presentasi. b. kelompok B dengan poin kelompok 26
mendapatkan penghargaan kelompok terbaik
2). Hasil Belajar Siswa kedua.
Pada akhir siklus III dilaksanakan tes yang
dikerjakan siswa secara individual. Pada tes ini 3). Refleksi
diberikan lima soal esai. Pada siklus ini, jumlah Pada akhir siklus ketiga, baik hasil belajar
siswa yang tuntas adalah 28 orang dari 30 orang maupun persentase siswa aktif mengalami
siswa dan rata-rata hasil belajar siswa adalah peningkatan. Persentase siswa aktif meningkat
80,00 hasil belajar ini menunjukan bahwa dari persentase siswa aktif pada siklus II.
persentase siswa tuntas adalah 93,33%. Peningkatan tersebut terjadi karena masing-
Persentase siswa yang tuntas dalam tes siklus III masing siswa sudah terbiasa dengan model
tersebut telah memenuhi kriteria keberhasilan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa
yang telah ditetapkan yaitu minimal 75% siswa dalam kelompok sudah tidak mengandalkan
tuntas telah terpenuhi. ketua kelompoknya untuk mengajukan
Peningkatan persentase siswa tuntas dan rata- pertanyaan atau mengemukakan pendapat.
rata hasil belajar siswa pada siklus ini jauh lebih Persentase siswa tuntas mengalami peningkatan
besar. Waktu ujian yang telah diingatkan pada sebesar 26,66% jika dibandingkan dengan siklus
awal siklus dan dorongan yang diberikan oleh sebelumnya.
guru untuk mempersiapkan diri lebih awal Persentase aktivitas dan hasil belajar telah
membuat siswa lebih siap dalam menghadapi memenuhi kriteria ketuntasan yang telah
ujian akhir siklus III. Hal tersebut menjadi ditetapkan dan sekaligus telah memenuhi KKM
penyebab meningkatnya hasil belajar sekolah. Tidak adanya kelompok yang mendapat

66
predikat cukup, menandakan bahwa sebagian serta kepada kelompok yang dapat
besar anggota kelompok yang ada sudah lebih meningkatkan poin kelompoknya dari siklus ke
berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada siklus. Kegiatan pembelajaran dengan
kelompoknya. Suasana belajar di kelas pun lebih menggunakan model pembelajaran kooperatif
bersemangat jika dibandingkan dengan tipe STAD pada siklus I belum berjalan dengan
pembelajaran pada siklus I dan II. Selama proses baik. Siswa masih belum bisa mempercayai
pembelajaran berlangsung masih terdapat teman sekelompoknya dan cenderung bekerja
kendala yang dihadapi. Oleh karena itu, secara sendiri-sendiri. Hal ini disebabkan karena
perbaikan proses pembelajaran harus terus siswa belum terbiasa belajar dengan
dilakukan agar siswa bisa lebih aktif dan menggunakan model pembelajaran kooperatif
bersemangat dalam pembelajaran matematika. tipe STAD, siswa belum terbiasa untuk bekerja
sama, dan saling membantu.
D. Temuan Selama Proses Pembelajaran Pada pertemuan siklus I, pengaturan lokasi
Dalam proses pembelajaran terdapat kelompok tempat duduk setiap kelompok memakan waktu
yang kurang bisa bekerjasama dengan baik. lebih banyak dari yang direncanakan. Hal
Berdasarkan penuturan anggota kelompok tersebut mengakibatkan pada kegiatan presentasi
tersebut, mereka merasa kurang nyaman dengan hanya beberapa siswa yang memperhatikan atau
teman sekelompoknya. Mereka merasa tidak memberi tanggapan. Sedikitnya jumlah siswa
memiliki pola pikir yang sama. Kondisi tersebut yang melakukan aktivitas tersebut disebabkan
membuat mereka tertinggal dari kelompok alokasi waktu kegiatan yang lebih singkat. Hal
lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut, guru tersebut menuntut guru untuk lebih memberikan
memberikan perhatian yang lebih banyak kepada pengarahan dan dorongan kepada siswa agar
kelompok tersebut. Guru juga banyak mereka mau saling bekerja sama demi
memberikan motivasi agar mereka dapat keberhasilan kelompoknya, serta lebih
bekerjasama dengan baik. Selain itu, terdapat memperhatikan pembagian alokasi waktu
juga kelompok yang kurang tertarik dan kurang pembelajaran.
termotivasi dengan pemberian penghargaan Pada siklus II persentase siswa tuntas mengalami
berupa pujian. Ada juga kelompok yang merasa peningkatan jika dibandingkan dengan siklus
jenuh karena harus menjalani tes dalam rentang sebelumnya. Pada siklus ini, siswa tampak
waktu yang singkat. antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti Pengumuman hasil siklus I dan motivasi yang
menjanjikan kepada siswa untuk mewujudkan diberikan guru pada awal pembelajaran
penghargaan dalam bentuk benda. Penghargaan membuat siswa tampak bersemangat. Namun,
tersebut diberikan kepada kelompok yang pada saat proses pembelajaran siswa terlihat
menjadi kelompok terbaik pada setiap siklus tidak bersemangat pada saat diskusi dalam

67
kelompok, data hasil observasi yang siswa ditandai dengan persentase siswa tuntas
menunjukkan kurangnya aktivitas diskusi dalam yang semakin meningkat dari siklus ke siklus.
kelompok, mengerjakan LKK menanggapi atau
bertanya pada kegiatan presentasi. Kurangnya Kesimpulan
aktivitas belajar siswa ini disebabkan sebelum Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
pembelajaran siklus kedua siswa terdapat libur diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
nasional yang cukup lama. Sehingga siswa 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif
kurang bersemangat mengikuti kengiatan tipe Student Teams-Achievement Division
pembelajaran. (STAD) mampu meningkatkan hasil belajar
Pada siklus III, rata-rata persentase siswa tuntas matematika siswa kelas X Multimedia A SMK
menunjukkan bahwa sebagian besar sudah Negeri 1 Sengah Temila pada materi pokok
terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe persamaan dan pertidaksamaan linier. Hal ini
STAD. Hal tersebut terlihat dari ketertiban siswa ditunjukkan oleh data sebelum diterapkan model
dalam menjalankan diskusi kelompok dan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
keberanian siswa untuk menanggapi dalam Achievement Division (STAD) rata–rata hasil
kegiatan presentasi. Persentase siswa tuntas pun belajar hanya 51,53. Setelah diterapkan model
mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Waktu tes yang telah diingatkan pada awal siklus Achievement Division (STAD), nilai rata–rata
dan dorongan dari guru untuk mempersiapkan hasil belajar siswa pada siklus I meningkat
diri lebih awal membuat siswa lebih siap dalam menjadi 63,00 dengan ketuntasan belajar 23,33
menghadapi tes siklus III. %. Pada siklus II nilai rata–rata hasil belajar
Dari hasil pengamatan setiap siklus, siswa mencapai 68,50 dengan ketuntasan belajar
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat 66,67 %. Sedangkan pada siklus III, nilai rata–
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar rata hasil belajar siswa mencapai 80,00 dengan
matematika siswa. Hal tersebut terlihat dari ketuntasan belajar 93,33 %.
semakin baiknya kegiatan diskusi yang 2. Model pembelajaran kooperatif tipe Student
dilakukan oleh siswa. Siswa juga semakin Teams-Achievement Division (STAD)) dapat
bersungguh-sungguh dalam memahami materi meningkatkan hasil belajar matematika materi
yang diajarkan. Ketua kelompok menyadari pokok persamaan dan pertidaksamaan linier di
perannya untuk membimbing teman satu kelas X Multimedia A SMK Negeri 1 Sengah
kelompoknya yang kurang memahami materi. Temila dalam 3 siklus pembelajaran. Siklus
Sedangkan siswa yang belum mengusai materi pertama dilaksanakan dengan membagikan soal
tidak malu untuk bertanya dengan guru dan STAD individu , siklus kedua dilaksanakan
teman sekelompoknya. Peningkatan hasil belajar dengan memberikan selain soal STAD dan
individu, dan siklus ketiga dilaksanakan seperti

68
Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
pembelajaran sebelumnya, dengan memberikan
bimbingan yang lebih merata pada siswa dan Arikunto, Suharsimi, dkk, Penelitian Tindakan
meminta siswa menanyakan hal-hal yang belum Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
dipahami.
DePorter, Bobbi, dkk., Quantum Teaching:
Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-
B. Saran ruangKelas, Bandung: kaifa. 2002.
Berdasarkan pengamatan selama melaksanakan
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan
penelitian tindakan kelas pada kelas X
Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
Multimedia A semester 1 di SMK Negeri 1 Djamarah, Strategi Belajar mengajar.,Jakarta ,
Sengah Temila, peneliti menyajikan saran PT. Rineka Cipta, 2002

sebagai berikut:
Hamalik , Oemar, Proses Belajar Mengajar,
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Student
Jakarta: Bumi Aksara. 2007.
Teams-Achievement Division (STAD) perlu
Hudojo, H., Mengajar Belajar Matematika.
dilaksanakan oleh guru SMK Negeri 1 Sengah
Jakarta. Depdikbud, 1988
Temila karena model pembelajaran ini siswa
Ibrahim, M. Dkk., Pembelajaran Kooperatif.
merasa senang dan terlatih untuk bekerjasama
Surabaya. University Press, 2000
dengan orang lain. Selain itu model
Lie, Anita, Cooperative Learning
pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil Mempraktekkan Coopertif Learning di Rung-
belajar siswa. ruang Kelas,Jakarta: PT. Grafindo Widiasarana
2. Dalam pembelajaran, guru dituntut untuk Indonesia, 2004.

lebih kreatif sehingga siswa termotivasi untuk Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan,
mengikuti proses pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004

Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi,


Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, S., Didaktik Asas-Asas Mengajar,
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan bagi Jakarta: Bumi Aksara. 2000.
Aanak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka
Nurasma, Model Pembelajaran Kooperatif.
Cipta,2003.
Padang. Depdiknas, 2006
Arikunto, Suharsimi., Dasar-dasar Evaluasi Nurhadi, Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pendidikan, Jakarta, PT Bina Aksara, 1989
(Pertanyaan dan Jawaban),Jakarta: Grasindo,
Alsa, Asmadi, Pendekatan Kualitatif dan 2004
Kuantitatif serta Kombinasinya dalam Orton, Anthony, Learning Mathematics : Issue
PenelitianPsikologi, Yogyakarta: Pustaka Yheory and Classroom practice, Iowa: Casel,
Pelajar, 2003 1991

A.M, Sadirman, Interaksi & Motivasi Belajar

69
Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-prinsip dan
Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT.
Remaja

Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar


Mengajar, Bandung: PT. Remaja
RosdakaryaOffset, 2009, Cet.13.

Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan


Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar
BaruAlgesindo offset, 2007, cet.4.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan


Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT
RemajaRosdakarya, 2004.

Usman, M. Basyiruddin, Media Pembelajaran,


Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Wiriatmadja, Rochiati, Metode Penelitian


Tindakan Kelas, Bandung: Remaja Rosda
Karya.2008.

70
PENERAPAN MODEL THINK PAIRS SHARE

Martina, S.Pd

ABSTRAK
Judul dari penelitian ini adalah “Meningkatkan hasil belajar ekonomi dengan metode Think Pair Share pada
siswa kelas XE SMA Negeri 2 Mandor Kabupaten Landak Tahun Pelajaran 2018/2019. Masalah umum
yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan metode think pair share dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus,
yang masing-masing siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tuuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pembelajaran kooperatif model think
pair share terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XIIS1 tahun pelajaran 2018/2019. Dengan
menggunakan teknik penelitian observasi langsung dan teknik pengukuran. Data yang diperoleh meliputi:
hasil belajar siswa yang diambil dari pemberian soal tes pada akhir siklus, kemampuan guru dalam
pembelajaran yang diambil dari lembar observasi dan aktivitas siswa. Indikator keberhasilan pada
penelitian ini adalah (1) apabila nilai rata-rata hasil belajar siswa ≥65, ketuntasan belajar secara klasikal
≥75%, dengan ketuntasan individu sebesar 61 (2) apabila aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat
yang diukur dengan melihat lembar hasil belajar siswa. Hasil penelitian pada siklus 1 menunjukkan rata -
rata hasil belajar siswa sebesar 5,74 dan persentase ketuntasan belajar sebesar 70% penelitian ini diperoleh
simpulan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar
ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 2 Mandor.

Kata kunci: think-pair-share

guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling


I. PENDAHULUAN
mengajar dengan sesama siswa yang lainnnya.
Diera milinium ini, kita perlu menelaah kembali Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa
praktek-praktek pembelajaran di sekolah. pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching)
Peranan yang harus dimainkan oleh dunia ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh
pendidikan dalam mempersiapkan peserta didik guru. Sistem pengajaran yang memberi
untuk berpartisipasi secara utuh dalam kesempatan kepada anak didik untuk
kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-
sangat berbeda dengan peranan tradisional yang tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem
selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah. “pembelajaran gotong royong” atau cooperative
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, learning. Dalam sistem ini, guru bertindak
perlu adanya perubahan paradigma dalam sebagai fasilitator.
menelaah proses belajar siswa dan interaksi Ada beberapa alasan penting mengapa sistem
antara siswa dan guru. Sebaiknya kegiatan pengajaran ini perlu dipakai lebih sering di
belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan sekolah-sekolah. Seiring dengan proses
siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong globalisasi, juga terjadi transformasi sosial,
yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi ekonomi, dan demografis yang mengharuskan
apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain sekolah untuk lebih menyiapkan anak didik
itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari dengan keterampilan-keterampilan baru untuk

71
bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang cooperative learning bisa didefinisikan sebagai
berubah dan berkembang pesat. kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang
Sesungguhnya, bagi guru-guru di negeri ini termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur
metode gotong royong tidak terlampau asing pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling
dan mereka telah sering menggunakannya dan ketergantungan positif, tanggung jawab
mengenalnya sebagai metode kerja kelompok. individual, interaksi personal, keahlian bekerja
Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak sama, dan proses kelompok.
guru telah sering menugaskan para siswa untuk Kekawatiran bahwa semangat siswa dalam
bekerja dalam kelompok. mengembangkan diri secara individual bisa
Metode kerja kelompok sering dianggap kurang terancam dalam penggunaan metode kerja
efektif. Berbagai sikap dan kesan negatif kelompok bisa dimengerti karena dalam
memang bermunculan dalam pelaksaan metode penugasan kelompok yang dilakukan secara
kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak sembarangan, siswa bukannya belajar secara
berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan. maksimal, melainkan belajar mendominasi
Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak ataupun melempar tanggung jawab. Metode
adil. Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya pembelajaran gotong royong distruktur
yang kurang mampu telah membonceng pada sedemikian rupa sehingga masing-masing
hasil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja anggota dalam satu kelompok melaksanakan
kelompok yang seharusnya bertujuan mulia, taanggung jawab pribadinya karena ada sistem
yakni menanamkan rasa persaudaraan dan akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu
kemampuan bekerja sama, justru bisa berakhir saja membonceng jerih payah rekannya dan
dengan ketidakpuasaan dan kekecewaaan. usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan
Bukan hanya guru dan siswa yang merasa poin-poin perbaikannya.
pesimis mengenai penggunaan metode kerja Dari latar belakang masalah tersebut, maka
kelompok, bahkan kadang-kadang orang tuapun penulis merasa terdorong untuk meneliti
merasa was-was jika anak mereka dimasukkan permasalahan yang terjadi di SMA Negeri 2
dalam satu kelompok dengan siswa lain yang Mandor yang berjudul “Upaya Meningkatkan
dianggap kurang seimbang. Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model
Berbagai dampak negatif dalam menggunakan Think-Pairs-Share pada Pembelajaran Ekonomi
metode kerja kelompok tersebut seharusnya bisa di Kelas XIIS1 SMAN 2 Mandor Kabupaten
dihindari jika saja guru mau dan mampu Landak ”.
meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian Masalah umum dalam penelitian ini adalah
dalam mempersiapkan dan menyusun metode “Bagaimanakah upaya meningkatkan hasil
kerja kelompok. Yang diperkanalkan dalam belajar siswa menggunakan model think -pairs-
metode pembelajaran cooperative learning share pada pembelajaran ekonomi di kelas
bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada XIIS1 SMAN 2 Mandor Kabupaten Landak.
penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran

72
Untuk memfokuskan masalah dalam penelitian meningkatkan hasil pembelajaran di kelas
ini maka dibuatlah submasalah sebagai berikut. dimana guru secara penuh terlibat dalam
1. Bagaimanakah perencanaan penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,
peningkatan hasil belajar siswa dalam pengamatan, dan refleksi.
pembelajaran ekonomi di kelas XIIS1SMAN 2 Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan
Mandor Kabupaten Landak? kelas. Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM,
2. Bagaimanakah pelaksanaan model penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk
Think-Pairs-Share untuk meningkatkan hasil kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
belajar siswa dalam pembelajaran ekonomi di tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kelas XIIS1 SMAN 2 Mandor Kabupaten kemantapan rasional dari tindakan mereka
Landak? dalam melaksanakan tugas, memperdalam
3. Bagaimanakah hasil belajar siswa pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
dengan penggunaan model Think-Pairs-Share dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi
dalam pembelajaran ekonomi di kelas dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan
XIIS1SMAN 2 Mandor Kabupaten Landak?” (dalam Mukhlis, 2000: 3). Sedangkah menurut
Mukhlis (2000: 5), penelitian tindakan kelas
II. METODE PENELITIAN
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
Metode penelitian yang digunakan dalam sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk
penelitin ini adalah penelitian tindakan (action memperbaiki kondisi pembelajaran yang
research), karena penelitian dilakukan untuk dilakukan.
memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Adapun tujuan utama dari penelitian tindakan
Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, kelas adalah untuk memperbaiki/meningkatkan
sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pratek pembelajaran secara berkesinambungan,
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil sedangkan tujuan penyertaannya adalah
yang diinginkan dapat dicapai. Adapun bentuk menumbuhkan budaya meneliti di kalangan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini guru (Mukhlis, 2000: 5).Dalam penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas. peneliti bekerjasama dengan teman sejawat,
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai
1997: 8) mengelompokkan penelitian tindakan pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan
peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) cara ini diharapkan didapatkan data yang
simultan terintegratif; (d) administrasi sosial seobjektif mungkin demi kevalidan data yang
eksperimental. Dalam penelitian tindakan ini diperlukan.
menggunakan pendekatan tindakan kolaboratif.
Dimana guru sebagai peneliti, penanggung
jawab penuh penelitian ini. Tujuan utama dari
penelitian tindakan ini adalah untuk III. PEMBAHASAN

73
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 pengertahuan ekonomi yang telah diperolehnya.
Mandor Kecamatan Mandor Kabupaten Landak, Tujuan utama penelitian tindakan kelas ini untuk
yang berada di wilayah pedesaan/pingggiran. mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
(Menurut sumber data tata usaha SMA Negeri 2 melalui model think pairs share pada mata
Mandor tahun 2018 ) kondisi ekonomi rata-rata pelajaran ekonomi kelas XIIS1 di SMAN 2
berpenghasilan di bawah 1 juta rupiah, dan Mandor, siswa yang dipilih untuk diobservasi
pekerjaan orang tuanya 95 % sebagai petani., adalah kelas XIIS1 1 berjumlah 27 orang.
kemampuan hasil belajar siswa yang
melanjutkan ke perguruan tinggi di bawah 30 A. Deskripsi Peningkatan Hasil
orang per tahun. Keadaan pendidik di SMA Tindakan
Negeri 2 Mandor, Tenaga Pendidik PNS = 11 1. Siklus I
orang (1). Pendidikan S2 = 0 orang, (2) S1 = 12 a.Tahap Perencanaan
orang, Tenaga Pendidik non PNS: (1). S1 = 2 Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
Orang, ( 2) D2 = 0 orang. perangkat pembelajaran yang terdiri dari
Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-
tersusunlah hasil penelitian. Penelitian ini alat pengajaran yang mendukung.
diawali dengan kegiatan observasi awal dan b. Tahap Pelaksanaan
wawancara dengan guru bidang studi ekonomi Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
SMAN 2 Mandor pada hari Sabtu Tanggal 10 siklus I dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus
Oktober 2018 semester ganjil tahun pelajaran 2018 di kelas X dengan jumlah siswa 27 siswa.
2018/2019. Hasil observasi awal dan wawancara, Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
masalah yang dirasakan oleh guru adalah Adapun proses belajar mengajar mengacu pada
kesulitan dalam menerapkan pendekatan rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
pembelajaran yang tepat, sehingga Pengamatan (observasi) dilaksanakan
mengakibatkan siswa tidak mampu menerima bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.
pengetahuan ekonomi dengan baik. Instrumen Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi
dalam penelitian ini dengan menggunakan tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui
lembar observasi yang dibagikan pada 8 tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
kelompok yaitu pihak siswa kelas XIIS1, data mengajar yang telah dilakukan.
yang diperoleh dari hasil penilaian praobservasi, c.Refleksi
silklus I, dan Siklus II. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
Masalah lainnya adalah rendahnya pemahaman diperoleh informasi dari hasil pengamatan
dan penguasaan konsep mata pelajaran ekonomi sebagai berikut.
khususnya pada materi biaya peluang karena 1) Guru kurang baik dalam memotivasi
kemampuan siswa dalam menyimpulkan materi siswa dan dalam menyampaikan tujuan
pelajaran tergolong masih sangat rendah, siswa pembelajaran.
kesulitan dalam menjelaskan kembali

74
2) Guru kurang baik dalam pengelolaan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
waktu. mengajar.
3) Siswa kurang begitu antusias selama Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi
pembelajaran berlangsung. tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui
d. Refleksi tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang
siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga digunakan adalah tes formatif II. Adapun data
perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikutnya. berikut.
1) Guru perlu lebih terampil dalam Dari paparan pada tabel 3 diperoleh nilai rata-
memotivasi siswa dan lebih jelas dalam rata prestasi belajar siswa adalah 23 dan
menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana ketuntasan belajar mencapai 85,00% atau ada 23
siswa diajak untuk terlibat langsung dalam siswa dari 27 siswa sudah tuntas belajar, artinya
setiap kegiatan yang akan dilakukan. hanya 4 orang yang belum tuntas, hal ini dapat
2) Guru perlu mendistribusikan waktu dilakukan pembimbingan khusus. Hasil ini
secara baik dengan menambahkan informasi- menunjukkan bahwa pada siklus II ini
informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan ketuntasan belajar secara klasikal telah
3) Guru harus lebih terampil dan mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari
bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa
siswa bisa lebih antusias. ini karena siswa mambantu siswa yang kurang
2. Siklus II mampu dalam mata pelajaran yang mereka
a) Tahap perencanaan pelajari. Di samping itu adanya kemampuan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan guru yang mulai meningkat dalam proses belajar
perangkat pembelajaran yang terdiri dari mengajar.
rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat- c) Refleksi
alat pengajaran yang mendukung. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh
b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk 1) Memotivasi siswa.
siklus II dilaksanakan pada tanggal 8 September 2) Membimbing siswa merumuskan
2018 di kelas XE dengan jumlah siswa 40 siswa. kesimpulan atau menemukan konsep.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. 3) Pengelolaan waktu.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada d) Revisi Rancangan
rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini
pada siklus I, sehingga kesalah atau kekurangan masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada
Pengamatan (observasi) dilaksanakan siklus II antara lain.

75
1) Guru dalam memotivasi siswa Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus,
hendaknya dapat membuat siswa lebih setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan yang
termotivasi selama proses belajar mengajar dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian.
berlangsung. Kuantitas pertemuan dalam setiap siklus
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa didasarkan pada kepadatan materi yang dibahas.
sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri Pembelajaran yang dilakukan menggunakan
siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau pendekatan kooperatif yang menekankan 4
bertanya. strategi pemahaman mandiri siswa yaitu
3) Guru harus lebih sabar dalam menyimpulkan bahan ajar, menyusun soal dan
membimbing siswa merumuskan menyelesaikannya, menjelaskan kembali
kesimpulan/menemukan konsep. pengetahuan yang telah diperolehnya, kemudian
4) Guru harus mendistribusikan waktu memprediksi soal.
secara baik sehingga kegiatan pembelajaran
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya dan persoalan yang sodorkan
5) Guru sebaiknya menambah lebih kepada siswa cukup menunjukan penguasaan
banyak contoh soal dan memberi soal-soal konsep pembelajaran Ilmu pengetahuan Sosial
latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap pada siswa tersebut. Sebelum dilaksanakan
kegiatan belajar mengajar. tindakan pada siklus I terlebih dahulu siswa
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas kelas X SMAN 2 Mandor diberi tes awal dengan
siswa dalam proses pembelajaran ekonomi tujuan untuk mengatahui sejauhmana
dengan pembelajaran kooperatif model Think- pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Hasil tes
Pair-Share yang paling dominan adalah, awal menunjukan perlu adanya suatu tindakan
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dalam pembelajaran sehingga dapat
dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan meningkatkan penguasaan konsep siswa dalam
guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa memahami kebutuhan manusia dalam
dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk menjalankan kehidupan ekonominya khususnya
aktivitas guru selama pembelajaran telah pada siswa kelas XIIS1 SMA Negeri 2 Mandor.
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran Guru terus berupaya memperbaiki kelemahan
kooperatif model Think-Pair-Share dengan baik. yang ditemui dalam pelaksanaan tindakan pra
Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul dan siklus I. Guru sudah mampu memgontrol
di antaranya aktivitas membimbing dan kegiatan siswa dengan cukup baik. Sebalum
mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan, memasuki kegiatan initi pembelajaran guru
menjelaskan materi yang tidak dimengerti siswa, membentuk kelompok kooperatif. Siswa dibagi
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab 8 kelompok, masing-masing kelompok dibentuk
dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup secara heterogen dengan variasi tingkat
besar. kexerdasan , latar belakang social, suku, ras,
B. Pembahasan Hasil Penelitian

76
jenis kelamin, dan kemampuan ekonomi setiap belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Mandor
kelompok kooperatif terdiri atas 5 orang siswa. Kabupaten Landak.
Berdasarkan hasil observasi tindakan skenario
pembelajaran pada pra siklus telah mencapai
IV. KESIMPULAN
indikator yang ditetapkan yaitu rata-rata
ketuntasan 23 orang atau sebear 85% dari 27 A. Simpulan

orang dan 4 orang atau sebesar 15,% dengan Dari seluruh pelaksanaan tindakan kelas di

demikian peneliti memperbaiki kembali rencana Kelas XIIS1 Sekolah Mengah Atas Negeri 2

pembelajaran pada siklus ke II yaitu dengan Mandor Kabupaten Landak, maka dapat

memperbaiki kekurangan diantaranya kurang disimpulkan bahwa.

menyeluruhnya bimbingan terhadap kelompok 1. Upaya pembelajaran kooperatif model

kooperatif di kelas. Dengan menambah Think-Pair-Share mempunyai pengaruh positif,

bimbingan maka hasil observasi terhadap siswa yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa

secara umum menunjukan bahwa siswa lebih dalam belajar ekonomi, hal ini ditunjukan

antusias dalam belajar, bertanya dan Berdiskusi dengan antusias siswa yang menyatakan bahwa

dengan rekannya di dalam kelompok, antar siswa tertarik dan berminat dengan

kelompok, dan kepada guru. Hal ini sangat pembelajaran kooperatif model Think-Pair-

positif dalam memacu siswa. Share sehingga mereka menjadi termotivasi

Berdasarkan hasil observasi terhadap untuk belajar.

pelaksanaan tindakan dalam skenario tindakan 2. Pembelajaran kooperatif model Think-

pada siklus II telah mencapai indikator yang Pair-Share memiliki dampak positif terhadap

ditetapkan yaitu rata-rata kentuntasan mencapai kerjasama antara siswa, hal ini ditunjukkan

80%. Disamping itu rata-rata nilai tes silus II adanya tanggung jawab dalam kelompok

yang diperoleh yaitu 80. Hal ini menujukan dimana siswa yang lebih mampu mengajari

bahwa penguasaan siswa kelas X SMA Negeri temannya yang kurang mampu.

2 Mandor sudah meningkat sebasar 37,50 dari 3. Pembelajaran kooperatif model Think-

rata-rata nilai tes awal dari 30 menjadi 32 dari Pair-Share memiliki dampak positif dalam

rata–rata nilai tes siklus I. Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa yang

Bersdasarkan uraian diatas, maka dari segi hasil ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar

evaluasi yang diperoleh siswa sudah mencapai dalam setiap siklus, yaitu siklus I (48%), siklus

indikator kinerja yang ditetapkan. Demikian II (85%).

juga dengan ketuntasan skenario pembelajaran B. Saran

yang ditetapkan guru telah mencapai indikator 1. Untuk melaksanakan pembelajaran

kinerja dari segi proses. Jadi dapat disimpulkan model Think-Pairs-Share memerlukan

bahwa pembelajaran ekonomi melalui model persiapan yang matang, sehingga guru harus

thinks pairs share dapat meningkatkan hasil mampu menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan

77
pembelajaran kooperatif model Think-Pair- Share dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang
optimal.
2. Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan
berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat
menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu
memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapinya.
3. Setiap guru hendaknya perlu penelitian yang lebih lanjut.
4. Dalam penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang
lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.

Dayan, A. 1972. Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi.
Djamarah, S, B. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Foster, Bob. 1999. Seribu Pena SLTP Kelas I. Jakarta: Erlangga.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Juniarti Ika, 2013, Efektifitas penerapan metode pembelajaran kooperatif Tipe Think Paire Shre ( TPS)
Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Kimia peserta didik kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Menjalin.

Kunandar.2008. Langkah mudah Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta PT Raja Garafindo Persada.


Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.

Mukhlis, A. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah PanitianPelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk
Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, M. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.

Oemar, H. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

------------. 1999. Kurikuum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Paizaluddin. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Alfabeta Bandung.

Purwanto, N, M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


Shoimin, A, 2014, 68 Model pembelajaran Inovatif dalam kurikulum 2013.
Sutrisno, H. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Yoyakarta.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidik.

78
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (SPEAKING SKILL) MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS MATERI “TALKING ABOUT
DAILY ACTIVITIES” TERHADAP SISWA KELAS XI TKR SMK NEGERI 1 SENGAH TEMILA TAHUN PELAJARAN
2017/2018

Liem Swi King


SMK Negeri 1 Sengah Temila

ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas secara umum bertujuan meningkatkan keterampilan berbicara untuk siswa kelas XI TKR SMK Negeri
1 Sengah Temila semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018 untuk materi “Talking about Daily Activities”. Secara khusus
bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan Proses pembelajaran, (2) Mendeskripsikan pembelajaran oleh guru, dan (3) Mengetahui
Hasil siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada siswa kelas XI TKR di SMK Negeri 1 Sengah
Temila. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Siklus I terdiri dari dua pertemuan, demikian pula dengan siklus II dan III. Data aktivitas siswa digali
dengan Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa, data Pengelolaan Pembelajaran oleh Guru digali dengan Lembar dengan Lembar
Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran, sedangkan data hasil belajar siswa digali dengan Tes Hasil Belajar. Hasil penelitian
menunjukan bahwa: (1) Aktivitas siswa kelas XI TKR SMK Negeri 1 Sengah Temila tahun pelajaran 2017/2018 materi talking
about daily activities di siklus I, siklus II dan Siklus III penelitian tindakan kelas ini berada pada kategori BAIK; (2) Pengelolaan
pembelajaran oleh guru dikelas XI TKR SMK Negeri 1 Sengah Temila tahun pelajaran 2017/2018 materi talking about daily
activities menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick di siklus I, siklus II dan siklus III penelitian tindakan
kelas ini juga berada pada kategori BAIK; dan (3) Hasil Belajar Bahasa Inggris siswa kelas XI TKR di SMK Negeri 1 Sengah
Temila semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018 untuk materi “Talking about Daily Activities” meningkat setelah menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.

Kata Kunci: keterampilan berbicara, penelitian tindakan kelas, talking stick.

metode pengajaran yang efektif dan efisien;


I. PENDAHULUAN
kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif;
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi dan kemampuan menciptakan suasana belajar yang
oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam
pendidikan pada setiap jenjang dan satuan proses belajar-mengajar guru memegang peran
pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, guru
meningkatkan mutu pendidikan, antara lain: melalui memegang tugas dan tanggung jawab merencanakan
berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, serta melaksanakan pengajaran di sekolah. Guru
pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana harus dapat memberikan rangsangan untuk
dan prasarana pendidikan, peningkatan mutu menimbulkan proses berpikir siswa. Guru harus
manajemen sekolah. serta peningkatan kualitas mampu menyediakan fasilitas agar terjadi interaksi
tenaga pengajar. Upaya tersebut diharapkan antara siswa dan siswa, serta antara siswa dan
membawa dampak positif terhadap dunia pendidikan konsep-konsep yang dipelajarinya sehingga proses
di Indonesia. berpikir terbina.
Guru sebagai tenaga profesional harus Upaya meningkatkan mutu pembelajaran
memiliki sejumlah kemampuan, seperti: bahasa Inggris, telah ditanamkan sejak jenjang
mengaplikasikan berbagai teori belajar di bidang pendidikan terbawah. Pembelajaran bahasa Inggris
pengajaran; kemampuan memilih dan menerapkan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

79
dalam berkomunikasi dengan bahasa Inggris. No. Keterampilan Nilai Rata-
Penguasaan bahasa Inggris yang baik dapat diketahui Berbahasa rata
dari standar kompetensi yang meliputi, membaca, 1. Menulis 77
menulis, berbicara, dan mendengarkan (menyimak). 2. Berbicara 71
Tujuan yang diharapkan dalam 3. Menyimak 76
pembelajaran keterampilan berbicara adalah agar 4. Membaca 78
siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat,
dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui Data di atas diperoleh peneliti dari nilai
bahasa lisan. Secara umum tujuan pembelajaran rapor tengah semester ganjil siswa kelas X MM
keterampilan berbicara, yaitu siswa mampu SMK Negeri 1 Sengah Temila. Berdasarkan
mengkomunikasikan ide atau gagasan/pendapat wawancara dengan siswa, didapat gambaran
secara lisan ataupun sebagai kegiatan mengenai kesulitan kegiatan berbicara siswa, yaitu
mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman salah satunya kosakata yang dimiliki siswa terbatas
hidup, ide, imaji, aspirasi dan lain-lain Sejalan serta penguasaan tata bahasa (grammar) yang juga
dengan tujuan tersebut, peran keterampilan berbicara masih kurang. Berdasarkan hasil survei pratindakan,
semakin menempati kedudukan yang sentral di diperoleh gambaran awal kondisi pembelajaran di
dalam kehidupan modern. Tanpa keterampilan kelas X MM yang menunjukkan bahwa 32 siswa
berbicara, arus komunikasi dan informasi akan kurang antusias mengikuti pelajaran bahasa inggris
terputus sehingga manusia akan terkungkung dalam keterampilan berbicara. Pada saat mengikuti
keterbelakangan dan kebodohan. Hal itu disebabkan pelajaran, siswa kurang bersemangat, menunjukkan
terputusnya perkembangan ilmu pengetahuan dan sikap acuh tak acuh serta tidak memperhatikan
teknologi. pelajaran sepenuhnya.
Kesulitan siswa melakukan aktivitas Menurut siswa pembelajaran bahasa inggris
keterampilan berbicara di sekolah maupun keterampilan berbicara itu tidak menyenangkan
kekurangtepatan guru memilih model pembelajaran karena mereka merasa kesulitan dalam merangkai
keterampilan berbicara menjadi faktor penyebab kata. Di lain pihak, guru mengatakan pelajaran
ketidakberhasilan sekolah menjadikan berbicara bahasa inggris keterampilan berbicara adalah
sebagai suatu budaya/tradisi baik bagi siswa ataupun pelajaran yang paling tidak dikuasai siswa.
guru tersebut. Merupakan hal yang sangat mungkin Pembelajaran bahasa inggris keterampilan berbicara
apabila pelajaran bahasa inggris keterampilan adalah momok dalam pelajaran bahasa Inggris bagi
berbicara menjadi kegiatan yang membosankan bagi siswa karena mereka harus berpikir dan menuangkan
siswa. Indikasi hal ini terlihat juga di SMK Negeri 1 pikirannya dalam bahasa lisan (spoken language)
Sengah Temila. Nilai rata-rata pelajaran pelajaran sekaligus. Keterbatasan kosakata siswa cukup
bahasa inggris keterampilan berbicara siswa kelas X memengaruhi minat siswa dalam mengembangkan
MM menduduki peringkat terbawah dari keempat idenya untuk dituangkan menjadi sebuah kalimat.
aspek penilaian keterampilan berbahasa. Standar Akibatnya mereka jadi enggan dan mengikuti
Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran bahasa pelajaran bahasa inggris keterampilan berbicara.
Inggris di SMK adalah 75. Nilai tersebut dapat Guru kesulitan menemukan teknik/model
dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut: yang tepat untuk mengajarkan materi “talking about
Tabel 1.1 Nilai Keterampilan Berbahasa Kelas X MM Self”. Selama ini dalam mengajarkan materi ini, guru
menggunakan grammar translation method dan

80
direct method dan tugas. Pada awal kegiatan belajar- yang akan disampaikan sehingga nantinya mampu
mengajar, guru menerapkan pembekalan materi mencapai tujuan pembelajaran.
mengenai kegunaan dan pola kalimat simple present Kinkin (2010:2) menjelaskan bahwa
tense sambil memberi pertanyaan-pertanyaan pembelajaran kooperatif bukan hanya sekedar
sederhana materi “talking about Self”. Kemudian kelompok, tetapi lebih dari pada itu. Kerja
guru mengajarkan kepada siswa materi tersebut, kelompokndalam kegiatan kooperatif ada yang
bagaimana membedakan kalimat positive, negative, berupa struktur dorongan atau tugas bersifat
dan kalimat Tanya, serta kegunaan simple present kooperatif. Pembelajaran kooperatif ini menekankan
tense. Selanjutnya, siswa diminta membuat kalimat pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
sesuai dengan penjelasan guru. Siswa masih membantu di antara sesama dan struktur kerja sama
mengalami kesulitan membuat kalimat yang baik, yang teratur dalam kelompok.
terbukti hasil pekerjaan berbicara siswa belum Model pembelajaran talking stick sebagai
maksimal. Kesulitan yang banyak dialami siswa pembelajaran kooperatif juga bertujuam untuk
adalah cara menjawab dan merangkai kata- mengembangkan sikap saling menghargai pendapat
kata/kalimat menjadi sebuah jawaban pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada orang lain
dan kalimat juga belum sesuai dengan pola kalimat. untuk mengemukakan gagasannya dengan
Ada beberapa pemasalahan berkaitan menyampaikan pendapat mereka secara kelompok
dengan sarana prasarana yang tersedia. Guru belum (Isjoni 2010: 21). Secara umum, penggunaan tipe
dapat memanfaatkan fasilitas pendukung dalam talking stick sebagai model pembelajaran dapat
proses pembelajaran, karena belum tersedianya meningkatkan kemampuan/keterampilan berbicara
laboratorium bahasa dan perpustakaan dalam proses siswa. Talking stick adalah proses pembelajaran
belajar-mengajar. Guru hanya terpaku pada satu dengan bantuan tongkat yang berfungsi sebagai alat
suasana pembelajaran di dalam kelas. Seandainya untuk menentukan siswa yang akan menjawab
fasilitas tersedia di sekolah akan dapat bermanfaat pertanyaan. Pembelajaran model/tipe talking stick
bila dikelola dan digunakan dengan baik oleh guru. bertujuan untuk mendorong siswa agar berani
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait mengungkapkan pendapat. Model ini dalam proses
tentang kesulitan yang dihadapi dalam pelajaran belajar mengajar di kelas berorientasi pada
bahasa inggris keterampilan berbicara, memerlukan terciptanya kondisi belajar melalui permainan
penerapan suatu model pembelajaran yang efektif tongkat yang diberikan dari satu siswa ke siswa yang
dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Model lainnya. Tongkat digulirkan dengan iringan musik.
pembelajaran yang bermacam-macam menyebabkan Pada saat musik berhenti maka siswa yang sedang
guru harus selektif memilih penggunaan model memegang tongkat itulah memperoleh kesempatan
pembelajaran. Model yang efektif untuk pengajaran untuk menjawab pertanyaan tersebut.
materi tertentu belum tentu efektif untuk Model pembelajaran ini dilakukan hingga
mengajarkan materi lainnya. Setiap materi sebagian besar siswa untuk berpartisipasi aktif
mempunyai karakteristik dan turut menentukan pula selama pembelajaran, siswa harus selalu siap
tipe yang digunakan untuk menyampaikan materi menjawab pertanyaan dari guru ketika tongkat ysng
tersebut. Begitu pula dalam pembelajaran bahasa digulirkan jatuh kepadanya (Rahayu 2013). Tipe
inggris keterampilan berbicara, guru harus bisa talking stick sebaiknya menggunakan iringan musik
memilih dan menggunakan tipe sesuai dengan materi ketika tongkat bergulir dari satu siswa ke siswa
lainnya dalam menetukan yang menjawab

81
pertanyaan di dalam tongkat bertujuan siswa menjadi kinerja sekolah yang lebih baik. Penelitian ini
lebih semangat, termotivasi serta pembelajaran bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan
menjadi lebih menyenangkan (Supriyono 2009). yang dialami oleh guru dalam pembelajaran bahasa
Penelitian tentang peningkatan inggris keterampilan berbicara di sekolah dan untuk
keterampilan berbicara melalui model pembelajaran memberikan alternatif usaha guna mengatasi
kooperatif tipe talking stick belum pernah diteliti kesulitan-kesulitan tersebut. Hal-hal penting yang
oleh orang lain di SMK Negeri 1 Sengah Teamila. harus diperhatikan dalam Penelitian Tindakan Kelas,
Selain itu, pembelajaran bahasa inggris keterampilan menurut Sudarsono, F.X, (1999:2) yakni:
berbicara yang berlangsung di sini hanya berkisar 1) Rencana
tentang pemberian materi lebih bersifat
Tindakan apa yang akan dilakukan untuk
mempraktekan percakapan yang menuntut siswa
memperbaiki atau meningkatkan atau mengubah
menguasai percakapan tanpa model/tipe apapun.
sebagai suatu bentuk solusi. Kegiatan ini meliputi
Atas dasar itu, maka peneliti merasa perlu
identifikasi masalah, identifikasi penyebab
melakukan penelitian terhadap permasalahan di atas.
masalah dan pengembangan interverensi atau
Mengingat berbagai nilai posif yang terkandung
solusi.
dalam talking stick, wajar rasanya apabila model
2) Tindakan
tersebut digunakan dalam pembelajaran
keterampilan berbicara. Penelitian ini diharapakan Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti
membawa dampak positif bagi guru dan siswa dalam sebagai upaya memperbaiki peningkatan atau
rangka peningkatan kualitas proses dan hasil perubahan yang diinginkan.
pembelajaran keterampilan berbicara di sekolah
3) Observasi
tersebut.
Perumusan masalah yang ingin dijawab pada
Mengamati hasil/dampak dan tindakan yang
penelitian ini adalah:
dilaksanakan atau dikenakan pada siswa dan guru.
1. Bagaimanakah proses peningkatkan
keterampilan berbicara menggunakan model 4) Refleksi

pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada


Peneliti mengkaji, melihat dan
siswa kelas X MM di SMK Negeri 1 Sengah
mempertimbangkan hasil atau dampak dari
Temila tahun pelajaran 2019/2020?
tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil
2. Bagaimanakah hasil peningkatan keterampilan
dari refleksi ini, peneliti bersama guru dari
berbicara menggunakan model pembelajaran
melaksanakan revisi atau perbaikan terhadap
kooperatif tipe talking stick pada siswa kelas X
rencana awal yang mungkin saja masih bisa sesuai
MM di SMK Negeri 1 Sengah Temila tahun
dengan apa yang kita inginkan.
pelajaran 2019/2020?

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas III. PEMBAHASAN

(Classroom Action Research), yaitu sebuah penelitian Penelitian ini dikenakan pada siswa kelas XI TKR
yang merupakan kerjasama antara peneliti, guru, siswa SMK Negeri 1 Sengah Temila dengan jumlah 32 siswa.
dan staf sekolah yang lain untuk menciptakan suatu Sebelum diadakan tindakan, peneliti mengadakan

82
wawancara awal dengan siswa untuk mengetahui siswa (8,57%), siswa yang mampu bekerja sama dalam
kondisi awal siswa dalam proses pembelajaran bahasa kelompok kecil sebanyak 2 siswa (5,71%). Sedangkan
inggris. Dari hasil wawancara dengan siswa, siswa yang mampu mengerjakan tugas mandiri yang
didapatkan beberapa masalah yang berkaitan dengan nilainya kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
keterampilan berbicara (speaking skill) siswa dalam (KKM) yaitu 75 sebanyak 5 siswa (14,29%).
proses pembelajaran bahasa inggris, yaitu kosakata
yang dimiliki siswa terbatas, penguasaan tata bahasa A. Deskripsi Peningkatan Hasil Tindakan
(grammar) yang juga masih kurang, serta belum 1. Siklus I
memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat a. Tahap Perencanaan
secara lisan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
peneliti memberikan solusi untuk masalah tersebut pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1,
dengan menerapkan model kooperatif tipe Talking soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
Stick, guna mengatasi masalah keterampilan berbicara mendukung.
(speaking skill). Dimana model kooperatif tipe b. Tahap Pelaksanaan
Talking Stick dalam pembelajaran ini, diharapkan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
dapat meningkatkan keterampilan berbicara (speaking siklus I dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2018 di
skill). kelas X dengan jumlah siswa 27 siswa. Dalam hal ini
Rendahnya kualitas keterampilan berbicara peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
(speaking skill) di kelas XI TKR SMK Negeri 1 mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
Sengah Temila di sebabkan karena guru tidak dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
menggunakan model yang menarik dan guru kurang bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada
tepat dalam pemilihan tipe yang digunakan. Guru akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif
cenderung masih sangat monoton dan banyak ceramah I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar
guru lebih dominan dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
(teacher centered). Hal ini menyebabkan siswa bosan c. Refleksi
dalam mengikuti pembelajaran, siswa kurang paham Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
dengan materinya, siswa tidak mendengarkan ketika diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai
guru menyampaikan materi pembelajaran dan siswa berikut.
kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran 1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan
berbicara. dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan wawancara awal dengan siswa, 2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu.
peneliti menemukan beberapa masalah mengenai 3) Siswa kurang begitu antusias selama
keterampilan berbicara (speaking skill) untuk pembelajaran berlangsung.
sejumlah 32 siswa kelas XI TKR yang mampu d. Refleksi
mengemukakan ide atau pendapat baik dan benar Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I
secara lisan dalam kelompok sebanyak 4 siswa ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya
(11,47%), siswa yang mampu menumbuhkan rasa refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
percaya diri dalam berbicara dalam kelompok kecil 1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi
sebanyak 6 siswa (17,14%), siswa yang mampu siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan
menguasai materi pelajaran dengan cepat sebanyak 3 tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk

83
terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang dalam mata pelajaran yang mereka pelajari. Di
akan dilakukan. samping itu adanya kemampuan guru yang mulai
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik meningkat dalam proses belajar mengajar.
dengan menambahkan informasi-informasi yang c) Refleksi
dirasa perlu dan memberi catatan Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut.
dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa 1) Memotivasi siswa.
lebih antusias. 2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan atau
2. Siklus II menemukan konsep.
a) Tahap perencanaan 3) Pengelolaan waktu.
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat d) Revisi Rancangan
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini
soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu
mendukung. adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara
b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan lain.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar 1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat
untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 8 September membuat siswa lebih termotivasi selama proses
2018 di kelas XE dengan jumlah siswa 40 siswa. belajar mengajar berlangsung.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun 2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga
proses belajar mengajar mengacu pada rencana tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
sehingga kesalah atau kekurangan pada siklus I tidak 3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa
terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar 4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik
mengajar. sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan
Pada akhir proses belajar mengajar siswa sesuai dengan yang diharapkan.
diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui 5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa
mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar
digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil mengajar.
penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas
Dari paparan pada tabel 3 diperoleh nilai siswa dalam proses pembelajaran ekonomi dengan
rata-rata prestasi belajar siswa adalah 23 dan pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share
ketuntasan belajar mencapai 85,00% atau ada 23 siswa yang paling dominan adalah,
dari 27 siswa sudah tuntas belajar, artinya hanya 4 mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan
orang yang belum tuntas, hal ini dapat dilakukan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi
pembimbingan khusus. Hasil ini menunjukkan bahwa dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat
pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru
telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-
siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini langkah pembelajaran kooperatif model Think-Pair-
karena siswa mambantu siswa yang kurang mampu Share dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru

84
yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan bosan dalam mengikuti pembelajaran, siswa
mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan, kurang paham dengan materinya, siswa tidak
menjelaskan materi yang tidak dimengerti siswa, mendengarkan ketika guru menyampaikan
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana materi pembelajaran dan siswa kurang aktif
prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. dalam mengikuti proses pembelajaran berbicara.
D. Berdasarkan wawancara awal dengan siswa,
B. Pembahasan Hasil Penelitian peneliti menemukan beberapa masalah mengenai
keterampilan berbicara (speaking skill) untuk
Penelitian ini dikenakan pada siswa kelas XI sejumlah 32 siswa kelas XI TKR yang mampu
TKR SMK Negeri 1 Sengah Temila dengan mengemukakan ide atau pendapat baik dan benar
jumlah 32 siswa. Sebelum diadakan tindakan, secara lisan dalam kelompok sebanyak 4 siswa
peneliti mengadakan wawancara awal dengan (11,47%), siswa yang mampu menumbuhkan
siswa untuk mengetahui kondisi awal siswa rasa percaya diri dalam berbicara dalam
dalam proses pembelajaran bahasa inggris. Dari kelompok kecil sebanyak 6 siswa (17,14%),
hasil wawancara dengan siswa, didapatkan siswa yang mampu menguasai materi pelajaran
beberapa masalah yang berkaitan dengan dengan cepat sebanyak 3 siswa (8,57%), siswa
keterampilan berbicara (speaking skill) siswa yang mampu bekerja sama dalam kelompok kecil
dalam proses pembelajaran bahasa inggris, yaitu sebanyak 2 siswa (5,71%). Sedangkan siswa
kosakata yang dimiliki siswa terbatas, yang mampu mengerjakan tugas mandiri yang
penguasaan tata bahasa (grammar) yang juga nilainya kurang dari Kriteria Ketuntasan
masih kurang, serta belum memiliki keberanian Minimal (KKM) yaitu 75 sebanyak 5 siswa
untuk mengemukakan pendapat secara lisan.
(14,29%).
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
Pembahasan berisi tentang uraian dan
peneliti memberikan solusi untuk masalah
penjelasan mengenai hasil penelitian yang telah
tersebut dengan menerapkan model kooperatif
dilakukan dari hasil kerja kolaborasi antara peneliti
tipe Talking Stick, guna mengatasi masalah
dan guru bahasa inggris. Hal-hal yang dibahas dalam
keterampilan berbicara (speaking skill). Dimana
pembahasan penelitian dan hipotesis tindakan. Hasil
model kooperatif tipe Talking Stick dalam
tindakan kelas yang telah dilakukan dari sebelum
pembelajaran ini, diharapkan dapat
diberi tindakan sampai akhir tindakan siklus III yang
meningkatkan keterampilan berbicara (speaking
dapat memberikan dampak positif untuk proses
skill).
pembelajaran dan mendorong guru untuk melakukan
C. Rendahnya kualitas keterampilan berbicara
perbaikan bahkan meningkatkan keterampilan
(speaking skill) di kelas XI TKR SMK Negeri 1
berbicara (speaking skill) siswa dengan model
Sengah Temila di sebabkan karena guru tidak
kooperatif tipe Talking Stick yang signifikan.
menggunakan model yang menarik dan guru
Keterampilan berbicara (speaking skill)
kurang tepat dalam pemilihan tipe yang
siswa mengalami peningkatan diamati dari penelitian
digunakan. Guru cenderung masih sangat
tindakan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa:
monoton dan banyak ceramah dalam
1) Siswa mengemukakan ide atau pendapat secara
menyampaikan materi pembelajaran sehingga
lisan, terlihat dari banyaknya siswa yang
guru lebih dominan dalam kegiatan pembelajaran
mengajukan pertanyaan dan menjawab
(teacher centered). Hal ini menyebabkan siswa
pertanyaan dari guru,

85
2) Siswa menumbuhkan rasa percaya diri untuk yang menyatakan bahwa kemampuan atau
berbicara, terlihat dari siswa yang berani maju keteramoilan berbicara siswa dapat mempengaruhi
berbicara di depan kelas, peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
bahasa inggris. Penelitian yang dilakukan Eresia
3) Siswa menguasai materi pelajaran dengan cepat,
Lamajau (2014), yang menyatakan bahwa hasil belajar
terlihat dari banyaknya siswa yang menjawab
siswa dapat meningkat yang melibatkan keaktifan
soal dengan benar,
seluruh siswa dan peran serta siswa selama

4) Siswa bekerjasama dalam kelompok, terlihat dari pembelajaran berlangsung.

siswa yang aktif dalam bekerja dalam kelompok. Berdasarkan ulasan di atas disimpulkan
bahwa penelitian yang dilakukan pada kelas XI TKR
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan SMK Negeri 1 Sengah Temila dengan menggunakan
oleh peneliti dalam tindakan siklus I dengan jumlah 32 model kooperatif tipe Talking Stick dapat
siswa. Keterampilan berbicara (speaking skill) siswa
meningkatkan keterampilan berbicara (speaking skill)
mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi siswa. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan
pada siklus I belum sesuai dengan prosentase dari keterampilan berbicara siswa dalam Siswa
indikator keberhasilan yang ingin dicapai oleh peneliti. mengemukakan ide atau pendapat secara lisan, Siswa
Komunikasi belajar siswa pada siklus I, Siswa
menumbuhkan rasa percaya diri untuk berbicara,
mengemukakan ide atau pendapat secara lisan Siswa menguasai materi pelajaran dengan cepat, Siswa
sebanyak 9 siswa (15,63%), Siswa menumbuhkan rasa bekerjasama dalam kelompok dapat dilihat dari
percaya diri untuk berbicara sebanyak 8 siswa (25%), Kriteria Ketuntasan Minimal ≥ 75. Sehingga dapat
Siswa menguasai materi pelajaran dengan cepat 10
dikatakan bahwa model kooperatif tipe Talking Stick
siswa (31,25%), siswa bekerjasama dalam diskusi dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru untuk
sebanyak 9 siswa (28,125%) sedangkan hasil diterapkan dalam proses pembelajaran bahasa inggris.
belajarnya yang dilihat dari siswa yang nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal ≥ 75 sebanyak 15 siswa
(46,875%). Dengan adanya hasil pembelajaran pada IV. KESIMPULAN
siklus I belum tercapai sepenuhnya sehingga dapat
dijadikan acuan untuk melaksanakan tindakan siklus II. Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan

Pada pelaksanaan siklus III telah mengalami pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan

peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat dari bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

indikator komunikasi, Siswa mengemukakan ide atau talking stick dapat meningkatkan keterampilan berbicara

pendapat secara lisan sebanyak 25 siswa (78,125%), (speaking skill) dan hasil belajar siswa kelas XI TKR

Siswa menumbuhkan rasa percaya diri untuk berbicara SMK Negeri 1 Sengah Temila. Peningkatan keterampilan

sebanyak 24 siswa (75%), Siswa menguasai materi berbicara (speaking skill) dan hasil belajar tersebut dapat

pelajaran dengan cepat 23 siswa (71,125%), siswa dilihat dari presentase hasil yang diperoleh pada pra

bekerjasama dalam diskusi sebanyak 28 siswa tindakan, siklus I, siklus II, dan siklus III yang dilakukan

(87,5%)sedangkan hasil belajarnya yang dilihat dari pada kelas XI TKR di SMKN 1 Sengah Temila

siswa yang nilai Kriteria Ketuntasan Minimal ≥ 75 Kecamatan Sengah Temila tahun pelajaran 2017/2018

sebanyak 28 siswa (87,5%). dapat ditarik bahwa kesimpulan sebagai berikut:

Hal di atas selaras dengan penelitian yang


2. Melalui penggunaan metode kooperatif tipe
dilakukan oleh Rustam Efendi dan Hendra (2015),
talking stick pada mata pelajaran bahasa inggris

86
materi “Talking About Daily Activities” kelas Bloom , 2004. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
XI TKR dapat meningkatkan kemampuan University Press.
berbicara siswa. Hal ini sesuai dengan
pengamatan penulis yang telah dilakukan pada Djamara, Zain 2002.Proses Hasil Belajar. Jakarta:

siswa mulai dari siklus I sampai siklus III dan Rineke Cipta

terjadi peningkatan disetiap siklusnya yaitu rata


Darmadi Jambi. 2009. Kemampuan Dasar Mengajar.
rata siklus I 24,97, rata rata siklus II 54,69, dan
Bandung: Alfabeta
rata rata siklus III 78,13. Sehingga peningkatan
dari siklus I ke siklus III adalah 53.16 point,
Sutinah, Entin. 2006. Get Along with English for
artinya peningkatan keterampilan berbicara
Vocational School Grade XI Elementery Level.
siswa kelas XI TKR SMK Negeri 1Sengah
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Temila sangat signifikan.
3. Melalui penggunaan metode kooperatif tipe Ferry.2010. Model Pembelajaran. Semarang: CV Puspa
talking stick pada mata pelajaran bahasa inggris Inti Mandiri.
materi “Talking About Daily Activities” kelas
XI TKR dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hamalik Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar .
Hal ini sesuai dengan nilai hasil belajar yang Jakarta : PT. Bumi Aksara
diperoleh dari siklus I sampai siklus II,dimana
nilai rata rata siklus I 46,88, rata rata siklus II 75, Kinkin. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta:

rata rata siklus III 87,5. Dengan demikian, CV Utan Kayu Sejati

penggunaan metode kooperatif tipe talking stick


—————- 2001. Pengertian Belajar. Jakarta: PT.
pada mata pelajaran bahasa inggris materi
Bumi Aksara
“Talking About Daily Activities” dapat
meningkatkan aktivitas brlajar dan hasil belajar
………... 2005. Learning English 2 for SMK Students,
siwa kelas XI TKR di SMKN 1 Sengah Temila
Second Grade, Third Semester Based on 2004
Kecamatan Sengah Temila.
Curriculum for SMK. Bekasi: PT. Galaxy Puspa
Mega

DAFTAR PUSTAKA ………... 2006. Surfing English 2 for SMK Students,


Tecnnics Major, Second Grade, Based on 2004
Curriculum for SMK. Bekasi: PT. Galaxy Puspa

Anwar, Sukri. 2003. Mengoptimalkan Hasil Belajar Mega

Siswa Melalui Kooperatif, SkripsiProgram


Muhibin. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
Sarjana : IKIP Negeri Gorontalo.
University press

Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1988. Pembinaan


Nunan, David. 1989. Designing Task for the
Kemmampuan Berbicara Bahasa Indonesia.
Communicative Classroom. Cambridge:
Jakarta: Erlangga.
Cambridge University Press.

Bertahindara. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Depok:


CV Waskita Platina Ilmu

87
Sutinah, Entin. 2010. Get Along With English for Syaiful Bahri dan Aswan Zain 2006. Strategi Belajar

Vocational School Grade XI Elementary Mengajar. Jakarta: Rineke Cipta

Level. Jakarta: Penerbit Erlangga.


Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara Sebagai Suatu

Suranto. Basrowi dan Sukidin. 2008. Manajemen Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa.

Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Penerbit


Thordike. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Insan Cendekia.
Sinar Baru Algesindo.

Susilawati, Muslimah. 2010. Penelitian Tindakan


Kelas. Uno, Hamzah. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Pontianak: CV Wanda Putra Perkasa Gorontalo: Nurul Jannah

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Usman Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
Sidoarjo: Musmedia Buana. PT. Remaja Rosdakarya

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori


dan Aplikasi. Yogyakarta: PT Pustaka
Belajar

88

Anda mungkin juga menyukai