Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MANDIRI IV

LAPORAN HASIL PRESENTASI HUKUM PIDANA

DOSEN PENGAMPU:

Claudia Yuni Pramita, S.H.,M.H.

Nama : Gabriell Tukas Buntang

NIM : 223020601134

Kelas :C

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
NAMA : Gabriell Tukas Buntang
NIM : 223020601134
KELAS : Kelas C
MATA KULIAH : Hukum Pidana
DOSEN PENGAMPU : Claudia Yuni Pramita, S.H.,M.H.

HASIL LAPORAN
KELOMPOK 1

Uraian Pelaksanaan

Waktu : Kamis, 6 April 2023

Tempat : Gedung Merah Putih B, L4 R2

Judul : “Kausalitas dan Sifat Melawan Hukum”

Penyaji : 1. Alpi Emkananta Tarigan (Moderator)

2. Dora Sonata Simatupang

3. Jumiati

4. Nur Saleha

5. Renanda Karina Putri

6. Rentina Hutasoit

Peserta : Seluruh Mahasiswa/i Kelas C

Proses jalannya diskusi : Berjalan dengan Lancar

Pembahasan Materi :

Dalam diskusi kelompok 1, mereka membahas konsep kausalitas dan sifat melawan hukum.
Kausalitas dijelaskan sebagai hubungan sebab-akibat dalam setiap peristiwa, yang menjadi dasar
dalam menentukan pertanggungjawaban. Sementara itu, sifat melawan hukum dibagi menjadi
dua, yaitu formil dan materil. Sifat melawan hukum formil merujuk pada pelanggaran aturan
yang telah diatur dalam undang-undang, sedangkan sifat melawan hukum materil terjadi saat
pelanggaran terjadi pada hal-hal yang belum diatur di dalam undang-undang.
Kesimpulan :

Dari penjelasan Kelompok 1 dapat disimpulkan bahwa dalam setiap kasus hukum, pasti terdapat
sebab-akibat yang harus dipelajari untuk menentukan tanggung jawabnya. Selain itu, sifat
melawan hukum merupakan bentuk pelanggaran hukum yang harus ditindaklanjuti secara serius.

*Catatan

Jika ada dokumentasi (foto) saat presentasi dari kelompok lain dapat ditambahkan.
NAMA : Gabriell Tukas Buntang
NIM : 223020601134
KELAS : Kelas C
MATA KULIAH : Hukum Pidana
DOSEN PENGAMPU : Claudia Yuni Pramita, S.H.,M.H.

HASIL LAPORAN
KELOMPOK 2

Uraian Pelaksanaan

Waktu : Kamis, 6 April 2023

Tempat : Gedung Merah Putih B, L4 R2

Judul : “Pertanggungjawaban Pidana”

Penyaji : 1. Duta Erlangga (Moderator)

2. Habibah

3. Lita Mardiana

4. Maya Geralda

5. Susi Arbella

6. Voni Cahya br Siregar

Peserta : Seluruh Mahasiswa/i Kelas C

Proses jalannya diskusi : Berjalan dengan Baik

Pembahasan Materi :

Kelompok 2 dalam presentasinya mengenai pertanggungjawaban pidana menjelaskan bahwa


konsep hukum ini mengatur kewajiban seseorang atau badan hukum untuk bertanggungjawab
atas perbuatan yang dianggap melanggar hukum pidana. Dalam hal ini, terdapat beberapa unsur
pendorong yang harus dipenuhi, yaitu tindakan pidana melawan hukum, adanya kesalahan (mens
rea), dan konsekuensi dari pelanggaran pidana yang berupa hukuman seperti penjara, denda, atau
tindakan lain yang diatur dalam undang-undang pidana. Oleh karena itu, penting bagi setiap
orang atau badan hukum untuk memahami dan mematuhi hukum pidana sebagai bentuk
tanggung jawab sosial dan hukum yang harus dipertanggungjawabkan.
Kesimpulan :

Pertanggungjawaban pidana adalah konsep hukum yang menetapkan kewajiban seseorang atau
badan hukum untuk bertanggung jawab atas tindakan yang dianggap sebagai pelanggaran hukum
pidana. Ini terdiri dari beberapa unsur pendorong, termasuk tindakan melawan hukum, kesalahan
(mens rea), dan konsekuensi hukuman pidana seperti penjara, denda, atau tindakan lain yang
diatur oleh undang-undang pidana. Dengan memahami konsep ini, kita dapat mencegah tindakan
yang melanggar hukum dan memberikan keadilan bagi korban, serta memberikan efek jera bagi
pelaku.

*Catatan

Jika ada dokumentasi (foto) saat presentasi dari kelompok lain dapat ditambahkan.
NAMA : Gabriell Tukas Buntang
NIM : 223020601134
KELAS : Kelas C
MATA KULIAH : Hukum Pidana
DOSEN PENGAMPU : Claudia Yuni Pramita, S.H.,M.H.

HASIL LAPORAN
KELOMPOK 3

Uraian Pelaksanaan

Waktu : Senin, 3 April 2023

Tempat : FH 5

Judul : “Kesalahan dalam Pertanggung Jawaban Pidana”

Penyaji : 1. Sandi Mangara Sijabat (Moderator)

2. Benget Sitorus

3. Dwita E

4. George Manuel M.

5. Jogy Simanullang

6. Sulastri

Peserta : Seluruh Mahasiswa/i Kelas C

Proses jalannya diskusi : Berjalan dengan Baik

Pembahasan Materi :

1. Pentingnya memahami konsekuensi dalam pidana.


Penting untuk memahami bahwa setiap tindakan yang dilakukan memiliki konsekuensi,
termasuk dalam hukum pidana. Jika seseorang melakukan kesalahan, maka dia harus siap
menerima konsekuensi dari tindakannya. Kesadaran akan konsekuensi pidana juga dapat
mendorong seseorang untuk berperilaku dengan baik dan menghindari melakukan
tindakan yang melanggar hukum.
2. Unsur kesalahan dalam pertanggungjawaban pidana:
Unsur kesalahan dibagi menjadi dua, yaitu kesalahan faktual dan kesalahan normatif.
Kesalahan faktual terjadi ketika seseorang melakukan tindakan yang melanggar hukum
tanpa mengetahui atau tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui bahwa tindakannya
itu salah. Sedangkan, kesalahan normatif terjadi ketika seseorang melakukan tindakan
yang melanggar hukum karena tidak memahami atau salah memahami aturan hukum
yang berlaku.
3. Pertanggungjawaban pidana terhadap dokter atas kesalahan dan kelalaian dalam
memberikan pelayanan medis di rumah sakit:
Sebagai tenaga medis, dokter bertanggung jawab atas kesalahan dan kelalaian yang
mungkin terjadi selama memberikan pelayanan medis di rumah sakit. Jika dokter
melakukan kesalahan atau kelalaian yang menyebabkan kerugian atau kematian pasien,
maka dia dapat dituntut secara pidana. Oleh karena itu, penting bagi dokter untuk selalu
berperilaku profesional dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan medis
kepada pasien.

Kesimpulan :

Kesimpulannya dari kelompok 3 waktu itu, setiap orang harus bertanggung jawab atas
tindakannya sendiri dan ada dua unsur kesalahan dalam hukum pidana, yaitu kesalahan faktual
dan kesalahan normatif. Dokter harus bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaiannya dalam
memberikan pelayanan medis di rumah sakit, dan bisa terkena pertanggungjawaban pidana jika
terbukti melakukan kesalahan atau kelalaian. Oleh karena itu, penting bagi dokter untuk
memperhatikan setiap aspek dalam memberikan pelayanan medis agar terhindar dari kesalahan
dan kelalaian yang dapat berdampak buruk pada pasien.

*Catatan

Jika ada dokumentasi (foto) saat presentasi dari kelompok lain dapat ditambahkan.
NAMA : Gabriell Tukas Buntang
NIM : 223020601134
KELAS : Kelas C
MATA KULIAH : Hukum Pidana
DOSEN PENGAMPU : Claudia Yuni Pramita, S.H.,M.H.

HASIL LAPORAN
KELOMPOK 4

Uraian Pelaksanaan

Waktu : Senin, 10 April 2023

Tempat : Gedung Merah Putih B, L3 R2

Judul : “Pengertian Kesalahan (Secara Harfiah dan Pendapat Ahli)

Penyaji : 1. Magdalena Purbaningrum (Moderator)

2. Elizabeth br Siahaan

3. Indriani

4. Jesica Nababan

5. Katrin Pakpahan

6. Ryando Crismes Manihuruk

Peserta : Seluruh Mahasiswa/i Kelas C

Proses jalannya diskusi : Berjalan dengan Baik

Pembahasan Materi :

Dalam presentasi kelompok 4, mereka membahas tentang konsep kesalahan dalam hukum pidana
yang secara umum dapat diartikan sebagai tindakan yang tidak sesuai antara pernyataan dan
kenyataan. Mereka juga mengutip beberapa pendapat ahli seperti Pompeii Heinrich Henkel, Van
Hamel, Thomas Weigend, Christian Von Bar, Sondang P. Siagan, Erik Erikson, dan Gibson. Hal
ini menunjukkan betapa pentingnya memahami konsep kesalahan dalam hukum pidana, sehingga
seseorang dapat menghindari tindakan yang melanggar hukum dan bertanggung jawab atas
perbuatannya.
Kesimpulan :

Dalam presentasi kelompok 4, telah diungkapkan bahwa konsep kesalahan dalam hukum pidana
tidak hanya terbatas pada tindakan atau keputusan yang salah, tetapi juga termasuk
ketidaksesuaian antara pernyataan dan realitas yang diharapkan. Selain itu, pandangan para ahli
dalam bidang ini dapat menjadi referensi yang berharga untuk memperdalam pemahaman
tentang konsep tersebut.

*Catatan

Jika ada dokumentasi (foto) saat presentasi dari kelompok lain dapat ditambahkan.
NAMA : Gabriell Tukas Buntang
NIM : 223020601134
KELAS : Kelas C
MATA KULIAH : Hukum Pidana
DOSEN PENGAMPU : Claudia Yuni Pramita, S.H.,M.H.

HASIL LAPORAN
KELOMPOK 5

Uraian Pelaksanaan

Waktu : Kamis, 13 April 2023

Tempat : Gedung Merah Putih B, L4 R2

Judul : “Kesengajaan dalam Pertanggung Jawaban Pidana”

Penyaji : 1. Fuji Syifa Safari (Moderator)

2. Billy Valentino Pihawianu Sinulingga

3. Dhimas Ari Yudha Pratama

4. Gabriell Tukas Buntang

5. Justin Christian

6. Liyan Sestin P. Saragih

Peserta : Seluruh Mahasiswa/i Kelas C

Proses jalannya diskusi : Berjalan dengn Baik

Pembahasan Materi :

Dalam presentasi kelompok 5 yang dimana itu merupakan kelompok saya sendiri, kami
membahas membahas materi tentang kesengajaan dalam pertanggung jawaban pidana.
Kesengajaan merupakan suatu bentuk perbuatan yang telah dihendaki atas timbulnya suatu
akibat atau maksud dari si pelaku, serta si pelaku juga mengetahui bahwa perbuatan yang ia
lakukan akan timbul suatu akibat. Dalam presentasi juga kami menjelaskan dasar-dasar teori dari
kesengajaan, diantaranya:

1. Teori Kehendak
-Teori Von Hippel
-Teori Pompe
-Teori Suringa
2. Teori Pengetahuan
-Teori Frank
-Teori Pompe

Kesengajaan juga memiliki bentuk, yaitu sebagai tujuan, kepastian, dan kemungkinan. Lalu
dalam pembahasan materi kami juga menjelaskan bahwa ada perbuatan pidana yang dilakukan
sengaja karena kekeliruan, yaitu:

1. Kesesatan Fakta
2. Kesesatan Hukum
3. Error In Persona
4. Error In Objecto
5. Aberraction Actus

Kesengajaan dalam pertanggung jawaban pidana memiliki corak, yaitu:

1. Dolus Eventualis
2. Kesengajaan berwarna & tidak berwarna
3. Dolus Directus
4. Dolus Indirectus
5. Dolus Determinatus
6. Dolus Inderminatus
7. Dolus Alternativus
8. Dolus Generalis
9. Dolus Repentipus
10. Dolus Premediatus
11. Dolus Antecedens
12. Dolus Subsequens
13. Dolus Malus

Dalam rumusan delik sendiri kesengajaan ada yang disebutkan secara tegas dan ada yang tidak
disebutkan secara tegas. Biasanya digantikan dengan kata-kata: “mengetahui”, “dengan
maksud”, “dengan tujuan”.

Kesimpulan :

Dari hasil pemaparan materi yang saya dan anggota kelompok saya sampaikan maka dapat
ditarik kesimpulan, bahwa kesengajaan merupakan perbuatan yang sudah dikehendaki atas
timbulnya suatu akibat. Antara Teori Kesengajaan dan Teori Kehendak memiliki hubungan,
yaitu syarat kesengajaan adalah mengetahui dan menghendaki. kehendak selalu mengikuti
pengetahuan, namun pengetahuan belum tentu diikuti kehendak.

Suatu kesengajaan dapat saja terjadi karena kekeliruan yang disebabkan:

1. Kesesatan Fakta
2. Kesesatan Hukum
3. Error In Persona
4. Error In Objecto
5. Aberraction Actus

*Catatan

Jika ada dokumentasi (foto) saat presentasi dari kelompok lain dapat ditambahkan.
NAMA : Gabriell Tukas Buntang
NIM : 223020601134
KELAS : Kelas C
MATA KULIAH : Hukum Pidana
DOSEN PENGAMPU : Claudia Yuni Pramita, S.H.,M.H.

HASIL LAPORAN
KELOMPOK 6

Uraian Pelaksanaan

Waktu : Senin, 3 April 2023

Tempat : FH 5

Judul : “Kealpaan dalam Pertanggung Jawaban Pidana”

Penyaji : 1. Medeline Gracelia Yemima Riyasuju Hamad (Moderator)

2. Auliya Wulandari Yudianto

3. Andreas Yosephin Ade Putra

4. M. Fajar

5. Sitholabi

6. Yanti Anuggrahni

Peserta : Seluruh Mahasiswa/i Kelas C

Proses jalannya diskusi : Berjalan dengan Lancar

Pembahasan Materi :

Pada presentasi kelompok 4, dijelaskan mengenai kealpaan dalam hukum pidana yang
merupakan bentuk ketidaksengajaan dari pelaku yang disebabkan oleh kelalaian atau
ketidaktahuan dalam tindakannya. Kealpaan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kealpaan ringan,
sedang, dan berat. Sebagai contoh, ketika seseorang lupa mematikan kompor dan tanpa sengaja
membakar hutan, maka pelaku dapat dikenakan hukuman penjara, kurungan, denda, bahkan
hukuman mati. Oleh karena itu, cara menghindari kealpaan adalah dengan memperhatikan
lingkungan sekitar dengan baik, mematuhi peraturan, dan memastikan potensi bahaya yang dapat
terjadi.

Kesimpulan :

Dalam presentasi kelompok 6, dapat disimpulkan bahwa kealpaan merupakan tindakan tidak
disengaja yang terjadi akibat kelalaian atau ketidaktahuan. Terdapat tiga jenis kealpaan, yaitu
ringan, sedang, dan berat. Contoh kealpaan yang disampaikan adalah ketika seseorang tidak
sengaja membakar hutan karena lupa mematikan kompor. Konsekuensi dari kealpaan dapat
berupa hukuman penjara, kurungan, denda, atau bahkan hukuman mati. Untuk menghindari
kealpaan, diperlukan perhatian terhadap lingkungan, kepatuhan pada peraturan, serta identifikasi
potensi bahaya yang mungkin terjadi.

*Catatan

Jika ada dokumentasi (foto) saat presentasi dari kelompok lain dapat ditambahkan.
NAMA : Gabriell Tukas Buntang
NIM : 223020601134
KELAS : Kelas C
MATA KULIAH : Hukum Pidana
DOSEN PENGAMPU : Claudia Yuni Pramita, S.H.,M.H.

HASIL LAPORAN
KELOMPOK 7

Uraian Pelaksanaan

Waktu : Senin, 17 April 2023

Tempat : Gedung Merah Putih B, L3 R2

Judul : “Alasan Penghapus Kesalahan dalam Pertanggung Jawaban Pidana”

Penyaji : 1. Rini Seruyani (Moderator)

2. Ayang Monteo Vargas

3. Elka August Joandora

4. Hasien Cristofanico

5. Normala

Peserta : Seluruh Mahasiswa/i Kelas C

Proses jalannya diskusi : Berjalan dengan Baik

Pembahasan Materi :

Kelompok 7 tentang pertanggungjawaban pidana yang merupakan sanksi atau akibat yang harus
ditanggung oleh seseorang atau badan hukum yang melakukan tindakan pidana. Tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa setiap orang atau badan hukum yang melanggar hukum pidana
harus bertanggung jawab atas tindakan mereka dan menerima hukuman yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Selain itu, pertanggungjawaban pidana juga berfungsi sebagai upaya
pencegahan atau deterrence agar orang lain tidak melakukan tindakan yang serupa. Namun,
dalam memutuskan pertanggungjawaban pidana seseorang, hukum pidana juga harus
mempertimbangkan adanya alasan penghapus kesalahan seperti keadaan terpaksa, keadaan putus
asa, atau gangguan jiwa untuk menghindari adanya kesalahan dalam memutuskan
pertanggungjawaban pidana seseorang.

Setiap alasan yang dapat menghapuskan kesalahan pelaku dalam tindak pidana:

1. Keadaan terpaksa: pelaku melakukan tindakan pidana dalam situasi terpaksa karena
adanya ancaman yang mengancam nyawa atau keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Dasar hukumnya: Pasal 49 KUHP.
2. Keadaan yang membenarkan: pelaku melakukan tindakan pidana untuk melindungi diri
sendiri atau orang lain dari bahaya yang nyata dan mendesak. Dasar hukumnya: Pasal 50
KUHP.
3. Kehilangan kesadaran: pelaku melakukan tindakan pidana dalam keadaan tidak sadar
atau tidak mampu mengendalikan diri karena gangguan kesehatan atau psikis. Dasar
hukumnya: Pasal 44 KUHP.
4. Kesalahan unsur-unsur tindak pidana: salah satu atau beberapa unsur tindak pidana tidak
terpenuhi sehingga tindakan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai tindak pidana.
Dasar hukumnya: Pasal 49 KUHP.

Kesimpulan :

Kesimpulan yang bisa didapat dari Kelompok 7, pertanggungjawaban pidana memegang peran
penting dalam menjaga ketertiban dan keadilan di masyarakat. Tindakan pidana yang dilakukan
oleh seseorang harus dipertanggungjawabkan dan diberikan hukuman yang sesuai dengan
kejahatan yang dilakukan. Tujuan dari pertanggungjawaban pidana adalah untuk memastikan
bahwa setiap orang atau badan hukum yang melanggar hukum pidana akan bertanggung jawab
atas tindakan mereka dan menerima hukuman yang adil dan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Namun, dalam memutuskan pertanggungjawaban pidana seseorang, hukum pidana juga harus
mempertimbangkan adanya alasan penghapus kesalahan seperti keadaan terpaksa, keadaan
membenarkan, kehilangan kesadaran, atau kesalahan unsur-unsur tindak pidana, sehingga
putusan yang diambil tetap adil dan sesuai dengan fakta yang ada.

*Catatan

Jika ada dokumentasi (foto) saat presentasi dari kelompok lain dapat ditambahkan.
NAMA : Gabriell Tukas Buntang
NIM : 223020601134
KELAS : Kelas C
MATA KULIAH : Hukum Pidana
DOSEN PENGAMPU : Claudia Yuni Pramita, S.H.,M.H.

HASIL LAPORAN
KELOMPOK 8

Uraian Pelaksanaan

Waktu : Senin, 17 April 2023

Tempat : Gedung Merah Putih B, L3 R2

Judul : “Alasan Pembenar dan Alasan Pemaaf dalam Hukum Pidana”

Penyaji : 1. Nazira Azwa (Moderator)

2. Andre Jordi

3. Cecillia Vita Elisabeth Mokondompit

4. Hana Calynda Prabaswara

5. Metia

Peserta : Seluruh Mahasiswa/i Kelas C

Proses jalannya diskusi : Berjalan dengan Baik

Pembahasan Materi :

kelompok 8 membahas tentang alasan pembenar dan alasan pemaaf. Alasan pembenar dan alasan
pemaaf merupakan alasan penghapus pidana, yaitu alasan-alasan yang menyebabkan seseorang
tidak dapat dijatuhi hukuman atau dipidana.

1. Alesan Pembenar adalah Alasan yang meniadakan Sifat Melawan hukum suatu
Perbuatan. macam macam alasan pembenar:
a. daya paksa
b. pembelaan terpaksa
c. Menjalankan perintah Undang-undang
d. Menjalankan Perintah Jabatan
2. Alasan Pemaaf adalah yang meniadakan kesalahan dalam diri pelaku. Macam macam
alasan pemaaf
a. Ketidakmampuan bertanggungjawab
b. daya paksa
c. Pembelaan terpaksa yang melampaui batas
d. Menjalankan perintah jabatan tanpa wewenang

Kesimpulan :

Dari hasil pembahasan kelompok 8, dapat disimpulkan bahwa alasan pembenar dan alasan
pemaaf merupakan alasan penghapus pidana dalam hukum pidana. Alasan pembenar adalah
keadaan atau tindakan yang membuat seseorang tidak dapat dipidana karena tindakan tersebut
dianggap sah dan dibenarkan dalam hukum, seperti dalam keadaan membela diri atau dalam
tindakan negara yang sah. Sedangkan alasan pemaaf adalah keadaan atau tindakan yang
membuat seseorang tidak dipidana karena korban atau keluarga korban telah memaafkannya atas
tindakan yang dilakukan. Alasan pembenar dan alasan pemaaf dapat digunakan sebagai upaya
untuk memastikan bahwa hukuman yang diberikan dalam hukum pidana adil dan sesuai dengan
tindakan yang dilakukan. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan alasan pembenar dan alasan
pemaaf harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan berbagai faktor yang terkait.

*Catatan

Jika ada dokumentasi (foto) saat presentasi dari kelompok lain dapat ditambahkan.
NAMA : Gabriell Tukas Buntang
NIM : 223020601134
KELAS : Kelas C
MATA KULIAH : Hukum Pidana
DOSEN PENGAMPU : Claudia Yuni Pramita, S.H.,M.H.

HASIL LAPORAN
KELOMPOK 9

Uraian Pelaksanaan

Waktu : Kamis, 13 April 2023

Tempat : Gedung Merah Putih B, L4 R2

Judul : “Pidana dan Pemidanaan”

Penyaji : 1. Winanda Alfajar Novita Romadhon (Moderator)

2. Abed Nego Marpaung

3. Michael Roberto

4. Silma Rasulin

5. Silva Dayani

Peserta : Seluruh Mahasiswa/i Kelas C

Proses jalannya diskusi : Berjalan dengan Lancar

Pembahasan Materi :

Menurut Kelompok 9, Hukum Pidana merujuk pada serangkaian aturan dan regulasi yang
mengatur tindakan kriminal dan kejahatan serta sanksi atau hukuman yang akan diberikan
kepada pelaku yang terbukti melakukan tindakan tersebut. Tindakan kriminal dalam hukum
pidana mencakup berbagai jenis kejahatan, mulai dari kejahatan kecil hingga kejahatan yang
sangat serius seperti pembunuhan dan pemerkosaan. Penting untuk dicatat bahwa kejahatan
dalam hukum pidana harus dinyatakan dan diakui oleh undang-undang yang berlaku dan
dihukum sesuai dengan ketentuan yang ada. Selain itu, proses hukum pidana juga mengakui hak
pelaku untuk mendapatkan perlindungan hukum dan hak untuk membela diri.
Kesimpulan :

Pembahasan kelompok 9 menyimpulkan bahwa Hukum pidana merupakan aturan yang mengatur
tindakan pelanggaran hukum dan kejahatan terhadap kepentingan umum yang sudah di tetapkan
dalam Undang-Undang dan KUHP. Tujuan dari aturan tersebut adalah untuk mencapai
ketentraman dan perdamaian serta memberikan perlindungan hukum kepada seluruh masyarakat
tanpa terkecuali, sesuai dengan prinsip yang tercantum dalam UUD 1945 tentang perlakuan yang
sama di hadapan hukum. Para pelanggar tetap memiliki hak yang sama dalam proses persidangan
dan dapat mengajukan banding jika tidak puas dengan putusan hakim. Namun, jika terbukti
bersalah, mereka harus menerima hukuman pidana yang sesuai dan diserahkan pada pihak yang
berwajib, namun tetap dijamin hak-hak mereka.

*Catatan

Jika ada dokumentasi (foto) saat presentasi dari kelompok lain dapat ditambahkan.
NAMA : Gabriell Tukas Buntang
NIM : 223020601134
KELAS : Kelas C
MATA KULIAH : Hukum Pidana
DOSEN PENGAMPU : Claudia Yuni Pramita, S.H.,M.H.

HASIL LAPORAN
KELOMPOK 10

Uraian Pelaksanaan

Waktu : Senin, 10 April 2023

Tempat : Gedung Merah Putih B, L3 R2

Judul : “Jenis Pidana dan Teori Tujuan Pemidanaan”

Penyaji : 1. Rina Seruyana (Moderator)

2. Antonius

3. Cristian Armafigo Raba

4. Dian Rangga Yudha

5. Egi Torino

Peserta : Seluruh Mahasiswa/i Kelas C

Proses jalannya diskusi : Berjalan dengan Baik

Pembahasan Materi :

Dalam presentasi kelompok 10, dijelaskan bahwa pidana dan pemidanaan merupakan 2 hal yang
terkait namun berbeda dalam sistem hukum. Pidana berfokus pada pengaturan kejahatan dan
pelanggaran serta hukuman yang diberikan kepada pelakunya, sementara pemidanaan berkaitan
dengan proses memberikan sanksi atau hukuman kepada orang yang melakukan kejahatan atau
pelanggaran hukum melalui pengadilan atau sistem peradilan. Hal ini menunjukkan bahwa
pidana dan pemidanaan saling terkait dan memegang peranan penting dalam menjaga keamanan
dan ketertiban masyarakat. Pidana sendiri memiliki memiliki beberapa jenis diantaranya:

1. Pidana mati
2. Pidana penjara
3. Pidana kurungan
4. Pidana denda
Lalu kelompok 10 juga menjelaskan mengenai tujuan dari pemidanaan itu sendiri dengan
beberapa teori, diantaranya:
1. Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen (Pembalasan)
2. Teori Relative atau Doel Theorieen (Maksud dan Tujuan)
3. Teori Kombinasi Gabungan (Werenigingstheorien)

Kesimpulan :

Dari pembahsan Kelompok 10 , penting untuk dicatat bahwa hukuman pidana seharusnya tidak
hanya berorientasi pada hukuman yang keras dan menghukum, tetapi juga harus
mempertimbangkan unsur rehabilitasi dan re-integrasi sosial bagi pelaku kejahatan. Dalam
proses pemidanaan, pemerintah dan sistem peradilan harus memastikan bahwa hak asasi manusia
dari pelaku kejahatan tetap dihormati dan dijaga. Sebab, tujuan dari pidana dan pemidanaan
sendiri adalah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan damai, bukan menciptakan
masyarakat yang takut dengan hukuman. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik
dalam pemidanaan yang mencakup rehabilitasi, re-integrasi sosial, dan keadilan bagi semua
pihak yang terlibat dalam proses hukum.. Berkenaan dengan tujuan pemidanaan sendiri dapat
dijelaskan dalam beberapa teori, yaitu:

1. Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen (Pembalasan)


2. Teori Relative atau Doel Theorieen (Maksud dan Tujuan)
3. Teori Kombinasi Gabungan (Werenigingstheorien)

*Catatan

Jika ada dokumentasi (foto) saat presentasi dari kelompok lain dapat ditambahkan.

Anda mungkin juga menyukai