Laporan Praktikum Iut (Kelompok 2) - 1
Laporan Praktikum Iut (Kelompok 2) - 1
Oleh:
Adinda Puspita Nugraha (2231310001)
Arya Dwi Saputra (2231310062)
Eric Martadinata (2231310053)
Indrawan Tri Anugrah (2231310042)
Lutfia Afifatul Zahro’ (2231310063)
Sherly Novalinna Andrianne (2231310017)
Laporan Ilmu Ukur Tanah I (Penentuan Posisi Vertikal dan Posisi Horizontal)
Oleh :
Adinda Puspita Nugraha (2231310001), Arya Dwi Saputra (2231310062), Eric
Martadinata(2231310053), Indrawan Tri Anugrah (2231310042), Lutfia Afifatul
Zahro’ (2231310063),Sherly Novalinna Andrianne (2231310017)
Pengukuran posisi vertikal dan horizontal ini bertujuan untuk mengetahui beda tinggi,
elevasi, dan koordinat dari titik-titik tertentu. Pengukuran ini dilaksanakan pada tanggal
19 September 2022, 23 September 2022, dan 14 November 2022 yang berlokasi di
sekitar lapangan mini soccer dan lapangan Gedung Graha Politeknik Negeri Malang.
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan 3 metode yaitu metode sipat datar
memanjang jalur tertutup, metode sipat datar melintang (cross section), dan metode
poligon tertutup. Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa dalam pengukuran metode
sipat datar memanjang jalur tertutup harus memenuhi syarat geometri yaitu elevasi awal
sama dengan elevasi akhir (H awal = H akhir), yang kemudian dari elevasi yang didapat
tersebut digunakan sebagai elevasi awal pada setiap titik pengukuran metode sipat datar
melintang (cross section). Sementara itu, untuk pengukuran metode poligon tertutup
harus memenuhi syarat geometri azimuth awal sama dengan azimuth akhir dan
koordinat di titik awal sama dengan koordinat di titik akhir.
Kata Kunci: Ukur Tanah, Posisi Vertikal, Posisi Horizontal, Waterpass, Theodolite,
Elevasi,Beda Tinggi, Koordinat, Sudut Azimuth, Sudut mendatar.
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Ilmu Ukur
Tanah I tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas kuliah serta
melaporkan data hasil praktik ilmu ukur tanah mengenai penentuan posisi vertikal dan
horizontal. Kami berharap semoga laporan pengamatan yang kami susun ini dapat memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Tentunya laporan ini tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin
mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Martince Novianti Bani selaku dosen ilmu ukur tanah yang selalu memberikan arahan,
dukungan, dan saran kepada kami dalam penyusunan laporan ini.
2. Orang tua kami yang selalu memberikan motivasi dan dukungan.
3. Teman-teman kami yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam penyusunan
laporan ini.
Kami sadar bahwa laporan ini masih belum sempurna dan memiliki kekurangan baik
dari penyusunan hingga tata bahasa penulisannya. Oleh karena itu, dengan rendah hati kami
memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan laporan ini.
Penulis
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. 2
ABSTRAK ............................................................................................................................. 3
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 4
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 5
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. 6
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. 6
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 7
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 7
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 8
1.3 Manfaat dan Tujuan ................................................................................................. 8
1.4 Volume Pekerjaan ..................................................................................................... 8
BAB II DASAT TEORI ...................................................................................................... 10
BAB III RENCANA DAN IMPLEMENTASI PENGUKURAN ................................... 14
3.1 Desain pengukuran .................................................................................................. 14
3.2 Rencana Pengukuran .............................................................................................. 14
3.2.1 Lokasi Pengukuran .......................................................................................... 14
3.2.2 Instrumen Akuisisi Data ................................................................................. 15
3.2.3 Personil ............................................................................................................. 18
3.3 Prosedur Pengukuran ............................................................................................. 19
3.3.1 Pengukuran Penentuan Posisi Vertikal ......................................................... 19
3.3.2 Pengukuran Penentuan Posisi Horizontal ..................................................... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................ 21
4.1 Proses Data ............................................................................................................... 21
4.2 Pembahasan ............................................................................................................. 24
BAB V PENUTUP .............................................................................................................. 33
5.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 33
5.2 Saran ......................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 34
Gambar Sketsa Pengukuran .............................................................................................. 35
Gambar Profil Pengukuran ............................................................................................... 36
5
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data hasil pengukuran metode sipat datar memanjang tertutup (stand I) .................. 19
Tabel 2. Data hasil pengukuran metode sipat datar memanjang tertutup (stand II) ................ 19
Tabel 3. Data hasil pengukuran metode profil melintang atau cross section .......................... 20
Tabel 4. Data hasil pengukuran metode poligon tertutup ........................................................ 21
6
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar
Gambar 1.1 Lokasi
1. 1 Lokasi Praktik
Praktik Pengukuran
Pengukuran Titik Detail
Sumber: www.googleearth.com, 2022
9
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengukuran Penentuan Posisi Vertikal
Posisi vertikal merupakan kedudukan suatu objek di permukaan bumi dalam arah
vertikal dan dihitung terhadap bidang referensi tertentu seperti permukaan laut rata-rata
(MSL), geoid, atau elipsoid. Tujuan penentuan posisi vertikal yaitu untuk mengetahui
nilai ketinggian (elevasi) suatu objek di atas bidang referensi tertentu yang kemudian
digunakan untuk keperluan pemetaaan.
2.1.1 Pengukuran Sipat Datar Memanjang Tertutup
Prinsip pengukuran sipat datar memanjang tertutup yaitu titik awal dan
titik akhir harus berada pada posisi yang sama atau berimpit. Oleh karena itu,
dalam pengukuran sipat datar memanjang tertutup terdapat syarat geometri yang
harus dipenuhi dalam proses perhitungan data yaitu,
H (awal) = H (akhir)
Berikut rumus-rumus yang perlu digunakan dalam menyelesaikan hitungan
pengukuran dengan metode sipat datar memanjang tertutup :
Rumus Menentukan Elevasi Awal
𝐻𝐴 = 𝐻𝐵𝑀 + (𝐻𝐼 − 𝐵𝑇)
(II. 1)
Keterangan :
HI = Tinggi alat
BT = Bacaan benang tengah
Rumus Jarak Mendatar
𝐷 = 100 (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)
(II. 2)
Keterangan :
BA = Bacaan benang atas
BB = Bacaan benang bawah
10
BS = Bacaan benang tengah pada rambu belakang (backsight)
FS = Bacaan benang tengah pada rambu depan (Foresight)
Rumus Kesalahan Pengukuran Beda Tinggi (closing error)
𝐹ℎ = ∑ ∆ℎ
(II. 4)
Rumus Nilai Koreksi (ẟh atau kh)
𝑑
𝛿ℎ = (−𝑓ℎ)
∑𝑑
(II. 5)
Rumus elevasi
𝐻 (𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘) = 𝐻 (𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎) + 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 + 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
𝐻𝐵 = 𝐻𝐴 + ∆ℎ𝐴𝐵 + 𝛿ℎ𝐴𝐵
(II. 6)
2.1.2 Pengukuran Sipat Datar Melintang (Cross Section)
Dalam pengukuran sipat datar melintang, elevasi awal tiap titik yang
digunakan yaitu elevasi tiap titik yang didapat dari pengukuran dengan metode
sipat datar memanjang tertutup.
11
2.2 Pengukuran Penentuan Posisi Horizontal
Posisi horizontal merupakan posisi geometris suatu titik atau objek di permukaan bumi
dalam arah mendatar yang dinyatakan dalam suatu sistem koordinat tertentu. Posisi
objek tersebut dapat dinyatakan dalam posisi tiga dimensi yang terdiri dari 2 arah
mendatar dan 1 arah vertikal. Penentuan posisi horizontal bertujuan untuk mengetahui
posisi planimetris suatu titik atau objek di permukaan bumi yang dinyatakan dalam
sistem tertentu. Dalam menentukan posisi horizontal titik-titik atau obyek di permukaan
bumi ada beberapa metode yang sering digunakan, yaitu :
1) Metode polar
Metode yang digunakan untuk menentukan satu titik koordinat yang diikatkan
pada satu titik yang sudah diketahui titiknya.
2) Metode perpotongan ke muka (Intersection)
Metode yang digunakan untuk menentukan satu titik koordinat yang diikatkan
pada dua titik yang sudah diketahui koordinatnya.
3) Metode perpotongan ke belakang (Resection)
Metode yang digunakan untuk menentukan satu titik koordinat yang diikatkan
pda tiga titik yang sudah diketahui koordinatnya.
4) Metode Poligon
Metode yang digunakan untuk menentukan banyak titik koordinat yang
diikatkan pada satu atau beberapa titik yang sudah diketahui koordinatnya.
2.2.1 Pengukuran Poligon Tertutup
Poligon tertutup merupakan poligon terikat sempurna, sehingga posisi
horizontal titik awal dan titik akhir akan sama atau berimpit. Oleh karena itu,
dalam pengukuran poligon tertutup terdapat syarat geometri yang harus
dipenuhi yaitu,
Koordinat awal = Koordinat akhir
Azimuth awal = Azimut akhir
Berikut rumus-rumus yang perlu digunakan dalam menyelesaikan hitungan
pengukuran dengan metode poligon tertutup :
Rumus Kesalahan Total Sudut Ukuran atau Closing Error Polygon (fβ)
𝑓𝛽 = {(∑ 𝛽) − 𝑛. 180°}
12
−𝑓𝛽
(∆𝛽) =
𝑁
(II. 11)
Rumus Nilai Sudut Terkoreksi
𝛽 = 𝛽𝑛 + ∆𝛽
(II. 12)
Rumus Menghitung Azimuth/Sudut Jurusan
𝛼𝐵𝐶 = 𝛼𝐴𝐵 + 𝛽2 − 180°
(II. 13)
Menghitung Kesalahan jarak Ukuran Arah Absis (fx) dan ordinat (fy)
(II. 14)
Menghitung Nilai Koreksi Setiap Jarak
𝑑
𝛿𝑥 = × (−𝑓𝑥)
∑𝑑
𝑑
𝛿𝑦 = × (−𝑓𝑦)
∑𝑑
(II. 15)
Menghitung Koordinat
𝑋𝐵 = 𝑋𝐴 + 𝑑𝐴𝐵 sin 𝛼𝐴𝐵 + 𝛿𝑥1
𝑌𝐵 = 𝑌𝐴 + 𝑑𝐴𝐵 cos 𝛼𝐴𝐵 + 𝛿𝑦1
(II. 16)
13
BAB III
RENCANA DAN IMPLEMENTASI PENGUKURAN
3.1. Desain Pengukuran
14
Gambar 3. 2 Lokasi Praktik Pengukuran
Sumber: www.googleearth.com, 2022
Gambar 3. 3 Waterpass
Waterpass adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk
mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi tersebut
ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditunjukan
ke rambu-rambu ukur yang vertikal.
2. Theodolite
Gambar 3. 4 Theodolite
15
Theodolite adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut vertikal
(altidude) dan horizontal (azimuth) posisi sebuah benda. Theodolit juga dapat
digunakan untuk mengukur jarak membuat garis lurus dan bidang datar di atas
permukaan tanah. Alat ini banyak digunakan pada pekerjaan pengukuran tanah,
survei lapangan, survei kehutanan, dll.
3. Rambu Ukur
4. Tripod/Statif
Gambar 3. 6 Tripod/Statif
16
Tripod merupakan kaki tiga yang berguna untuk menyangga alat total
station, digital theodolite, dan waterpass agar bisa berdiri tegak dengan
pengaturan tinggi kaki tripod yang dapat disesuaikan.
5. Roll Meter
6. Palu
Gambar 3. 8 Palu
Palu adalah alat untuk menancapkan paku ke dalam tanah.
7. Paku Payung
17
Paku adalah alat yang digunakan sebagai penanda titik ukur di mana diletakkannya
rambu ukur dan theodolite saat pengukuran.
8. Kompas
Gambar 3. 10 Kompas
Kompas merupakan alat navigasi penunjuk arah sesuai dengan medan maknetik bumi
secara akurat.
3.2.3. Personil
Berikut daftar anggota kelompok 2 dan jobdesk yang dikerjakannya pada praktik Ilmu
Ukur Tanah :
18
Menulis data, membidik
5) Lutfia Afifatul Zahro’ (2231310063) rambu ukur, mengolah
data di lapangan
19
7. Lakukan hal yang sama (v, vi, vii) pada titik-titik 2, 3, 4 dan seterusnya sebagai
titik-titik relief.
8. Demikian juga point 1 s/d 8 dilakukan pada setiap potongan melintang.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2. Data hasil pengukuran metode sipat datar memanjang tertutup (stand II)
RAMBU BELAKANG RAMBU DEPAN
TITIK (m)* TITIK (m)* △H** fh =Σ△H** d (m)** 𝛿h** H**
BA BT BB BA BT BB
1 1,451 1,320 1,188 △H12 -0,429 58,6 -0,11211 1 99,980
1 1,162 1,000 0,839 2 1,513 1,429 1,345 △H23 0,567 36,8 -0,07041 2 100,477
2 1,349 1,249 1,149 3 0,828 0,682 0,535 △H34 0,097 0,335 46,8 -0,08954 3 100,484
3 1,438 1,350 1,263 4 1,327 1,253 1,180 △H41 0,1 32,9 -0,06294 4 100,521
4 1,511 1,420 1,329 Σ△H 0,335 Σd= 175,1 1 99,980
21
Tabel 3. Data hasil pengukuran metode profil melintang atau cross section
RAMBU KANAN (m)* RAMBU KIRI (m)*
TITIK TITIK △H** H**
BA BT BB BA BT BB
1 1,207 1,201 1,197 A 1,153 1,146 1,142 △HA1 0,029 △HAa 0,084 H1 100,309 Ha 100,364
2 1,220 1,208 1,199 B 1,105 1,091 1,086 △H12 -0,007 △Hbc 0,055 H2 100,302 Hb 100,419
A 3 1,217 1,200 1,186 A C 1,104 1,087 1,074 △H23 0,008 △Hcd 0,004 H3 100,310 Hc 100,423
4 1,227 1,205 1,187 D 1,259 1,237 1,218 △H34 -0,005 △Hde -0,150 H4 100,305 Hd 100,273
5 1,236 2,421 1,185 E 1,336 1,310 1,286 △H45 -1,216 △Hef -0,073 H5 99,089 He 100,200
1 1,053 1,048 1,043 A 1,186 1,181 1,176 △HA1 0,337 △HAa 0,204 H1 100,707 Ha 100,574
2 1,054 2,088 1,034 B 1,284 1,274 1,264 △H12 -1,040 △Hbc -0,093 H2 99,667 Hb 100,481
B 3 1,058 1,044 1,029 B C 1,138 1,123 1,108 △H23 1,044 △Hcd 0,151 H3 100,711 Hc 100,632
4 1,325 1,305 1,285 D 0,961 0,942 0,922 △H34 -0,261 △Hde 0,181 H4 100,450 Hd 100,813
5 1,294 1,269 1,244 E 0,794 0,770 0,746 △H45 0,036 △Hef 0,172 H5 100,486 He 100,985
1 1,313 1,309 1,303 A 1,195 1,190 1,184 △HA1 -0,079 △HAa 0,040 H1 100,101 Ha 100,220
2 1,490 1,481 1,471 B 1,709 1,699 1,688 △H12 -0,172 △Hbc -0,509 H2 99,929 Hb 99,711
C 3 1,505 1,491 1,476 C C 1,446 1,430 1,414 △H23 -0,010 △Hcd 0,269 H3 99,919 Hc 99,980
4 1,527 1,508 1,488 D 1,474 1,454 1,434 △H34 -0,017 △Hde -0,024 H4 99,902 Hd 99,956
5 1,541 1,517 1,492 E 1,720 1,692 1,669 △H45 -0,009 △Hef -0,238 H5 99,893 He 99,718
1 1,162 1,157 1,152 A 0,973 0,968 0,963 △HA1 0,043 △HAa 0,232 H1 100,098 Ha 100,287
2 1,185 1,175 1,165 B 0,965 0,957 0,948 △H12 -0,018 △Hbc 0,011 H2 100,080 Hb 100,298
D 3 1,199 1,184 1,168 D C 0,977 0,963 0,948 △H23 -0,009 △Hcd -0,006 H3 100,071 Hc 100,292
4 1,202 1,182 1,161 D 0,967 0,943 0,928 △H34 0,002 △Hde 0,020 H4 100,073 Hd 100,312
5 1,210 1,186 1,161 E 0,985 0,960 0,935 △H45 -0,004 △Hef -0,017 H5 100,069 He 100,295
22
Tabel 4. Data hasil pengukuran metode poligon tertutup
SUDUT JURUSAN AZIMUTH* JARAK fx** fy**
TITIK ZENITH* ẟx** ẟy** X** Y**
Hz* Β** * (m) ** d.sinα d.cosα
64°29'50'' 156°57'1'' 321°55'11'' 20,9786 91°49'45'' -12,9389 16,5133 1,021935 0,850363 100 100
A
317°23'20'' 77°25'21'' 244°8'12'' 18,1910 88°43'45'' -16,3689 -7,9356 0,886144 0,73737 88,08307 117,3636
B
240°48'00'' 102°13'1'' 181°44'38'' 18,4909 88°43'45'' -0,5627 -18,4823 0,900751 0,749525 72,60032 110,1654
C
183°17'15'' 117°36'26'' 87°32'49'' 13,3944 91°10'05'' 13,3822 0,5733 0,652486 0,54294 72,93839 92,43257
D
86°35'05'' 85°48'11'' 64°29'50'' 13,6942 91°10'50'' 12,3599 5,8961 0,667088 0,555091 86,97303 93,54881
E
23
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengukuran Metode Sipat Datar Memanjang Tertutup
HASIL PEMBACAAN RAMBU UKUR (METER)
Rambu Belakang Rambu Depan
TITIK BA BT BB TITIK BA BT BB
Stand I 1 1,452 1,318 1,184 Stand I 2 1,323 1,230 1,137
2 1,500 1,413 1,325 3 1,690 1,606 1,521
3 1,084 0,938 0,792 4 1,135 1,065 0,994
4 1,325 1,232 1,138 1 1,173 1,010 0,847
Stand II 1 1,162 1,000 0,839 Stand II 2 1,513 1,429 1,345
2 1,349 1,249 1,149 3 0,828 0,682 0,535
3 1,438 1,350 1,263 4 1,327 1,253 1,180
4 1,511 1,420 1,329 1 1,451 1,320 1,188
Tinggi Alat pada Stand I = 1,290
Stand II = 1,300
Setelah semua data di lapangan diketahui, maka untuk mencari elevasi awal pada metode
sipat datar memanjang tertutup baik itu pada stand 1 maupun stand 2, maka menggunakan
persamaan (II.1) sehingga, diperoleh hasil
Stand I
H = 100 + (1,290-1,010)
= 100,280 m
Stand II
H = 100 + (1,300-1,320)
= 99,980 m
Kemudian, apabila elevasi telah diketahui maka langkah selanjutnya yaitu menghitung jarak
mendatar, baik pada stand 1 maupun stand 2 maka menggunakan persamaan (II.2)
Stand I
d12 = (100(1,452-1,184)+100(1,173-0,847))
= 59,4 m
Stand II
d12 = (100(1,162-0,839)+100(1,451-1,188))
= 58,6
24
Untuk hasil perhitungan jarak mendatar pada titik yang lain stand I dapat dilihat pada tabel
1 dan stand II pada tabel 2.
Apabila jarak mendatar pada setiap titik sudah dihitung, kemudain menghitung beda tinggi,
maka digunakan persamaan II.3 yaitu backsight (bacaan rambu belakang) dikurangi
foresight (bacaan rambu depan).
Stand I
∆h12 = (1,318-1,230)
= 0,088
Stand II
∆h12 = (1,000-1,429)
= -0,429
Pada saat menghitung beda tinggi, sering kali terjadi kesalahan pengukuran. Hal ini sering
terjadi dan disebabkan oleh karena kesalahan manusia maupun karena kesalahan alat. Oleh
karena itu perlu dilakukan perhitungan kesalahan pengukuran beda tinggi dengan
menjumlahkan beda tinggi setiap titik pada stand yang sama sesuai dengan persamaan (II.4)
Stand I
Fh = 0,088+(-0,193)+(-0,127)+0,222
= -0,010
Stand II
Fh = (-0,429)+0,567+0,097+0,1
= 0,335
Setelah menghitung kesalahan pengukuran beda tinggi, kita bisa mencari nilai koreksi
dengan persamaan (II.5) yaitu jarak mendatar antar titik dibagi jarak total pada tiap stand
lalu dikali negatif nilai kesalahan pengukuran.
Stand I
ẟh1 = (59,4/174,4)×(0,010)
= 0,00341
25
Stand II
ẟh1 = (58,6/175,1)×(-0,335)
= -0,11211
Untuk hasil perhitungan nilai koreksi pada titik yang lain stand I dapat dilihat pada tabel 1
dan stand II pada tabel 2.
Selanjutnya, kita dapat menghitung nilai elevasi dengan memasukkan nilai titik sebelumnya
ditambah beda tinggi dan ditambah nilai koreksi sesuai dengan persamaan (II.6).
Stand I
H1 = 100,280
H2 = 100,280+0,088+0,00207 = 100,370
H3 = 100,370-0,193+0,00264 = 100,180
H4 = 100,180-0,127+0,00188 = 100,055
H1 = 100,055+0,222+0,00341 = 100,280
Stand II
H1 = 99,980
H2 = 99,980+0,567-0,07041 = 100,477
H3 = 100,477+0,097-0,08954 = 100,484
H4 = 100,484+0,1-0,06294 = 100,521
H1 = 100,521-0,429-0,11211 = 99,980
26
3 1,217 1,200 1,186 c 1,104 1,087 1,074
4 1,227 1,205 1,187 d 1,259 1,237 1,218
5 1,236 2,421 1,185 e 1,336 1,310 1,286
B 1 1,053 1,048 1,043 B a 1,186 1,181 1,176
2 1,054 2,088 1,034 b 1,284 1,274 1,264
3 1,058 1,044 1,029 c 1,138 1,123 1,108
4 1,325 1,305 1,285 d 0,961 0,942 0,922
5 1,294 1,269 1,244 e 0,794 0,770 0,746
C 1 1,313 1,309 1,303 C a 1,195 1,190 1,184
2 1,490 1,481 1,471 b 1,709 1,699 1,688
3 1,505 1,491 1,476 c 1,446 1,430 1,414
4 1,527 1,508 1,488 d 1,474 1,454 1,434
5 1,541 1,517 1,492 e 1,720 1,692 1,669
D 1 1,162 1,157 1,152 D a 0,973 0,968 0,963
2 1,185 1,175 1,165 b 0,965 0,957 0,948
3 1,199 1,184 1,168 c 0,977 0,963 0,948
4 1,202 1,182 1,161 d 0,967 0,943 0,928
5 1,210 1,186 1,161 e 0,985 0,960 0,935
Untuk mencari beda tinggi metode sipat datar melintang (Cross Section) baik itu pada stand A,
B, C dan D menggunakan persamaan (II.7) yaitu beda tinggi titik awal ke titik 1 menggunakan
tinggi alat dikurangi benang tengah titik 1, kemudian untuk perhitungan beda tinggi titik 1 ke
2 dan titik selanjutnya menggunakan persamaan (II.8) yaitu benang tengah di titik 1 dikurangi
benang tengah di titik 2.
Selanjutnya untuk menghitung nilai elevasi kita menggunakan persamaan (II.9) tinggi titik
awal ditambah beda tinggi. Tinggi titik awal 1 sama dengan tinggi awal di titik a berlaku untuk
titik A, B, C, dan D yang didapat dari pengukuran dengan metode sipat datar memanjang
tertutup
Elevasi di Titik A
H1 = 100,280+0,029 =100,309
H2 = 100,309-0,007 = 100,302
H3 = 100,302+0,008 = 100,310
H4 = 100,310-0,005 = 100,305
H5 = 100,305-1,216 = 99,089
Ha = 100,280+0,084 = 100,364
Hb = 100,364+0,055 = 100,419
Hc = 100,419+0,004 = 100,423
Hd = 100,423-0,150 = 100,273
He = 100,273-0,073 = 100,200
Kemudian ntuk perhitungan elevasi pada titik yang lain dapat dilihat pada tabel 3.
Suatu pengukuran dikatan sebagai pengukuran poligon tertutup apabila posisi horizontal titik
awal dan titik akhir saling berimpit atau sama. Sehingga dalam proses perhitungan data ukuran
poligon tertutup harus memenuhi syarat geometris, yaitu
28
Dalam proses perhitungan poligon tertutup, perlu diketahui terlebih dahulu data ukuran sudut
yang digunakan. Apabila data ukuran yang diketahui sudut dalam, maka nilai n = N-2
sementara apabila diketahui data ukuran sudut luar, maka nila n = N+2.
Dari pengukuran yang telah kami lakukan, data ukuran sudut yang di dapat adalah sudut dalam
dengan arah putaran searah jarum jam, sehingga
𝒏=𝟓−𝟐
𝒏=𝟑
Setelah nilai n ditentukan, maka langkah perhitungan selanjutnya yaitu menghitung kesalahan
total sudut ukuran atau closing error polygon (fβ) dengan menggunakan persamaan (II.10).
Nilai fβ dapat dihitung dengan menjumlahkan semua sudut mendatar (β) yang kemudian
dikurangkan dengan hasil perkalian nilai n dengan 180°, sehingga
𝑓𝛽 = 540°41′10′′ − 3 × 180°
𝑓𝛽 = 540,6861° − 540°
𝑓𝛽 = 0,6861°
Apabila nilai kesalahan total sudut ukuran telah diketahui, maka nilai koreksi total dan
besarnya koreksi setiap sudut ukuran dapat dicari. Nilai koreksi total dapat dihitung dengan
persamaan (-fβ) sehingga besar nilai koreksi totalnya yaitu (-0,6861°). Setelah nilai koreksi
total diketahui, perhitungan selanjutnya yaitu menghitung besar koreksi setiap sudut ukuran
dengan menggunakan persamaan (II.11), sehingga diperoleh
−0,6861°
∆𝛽 =
5
∆𝛽 = −0,13722°
Kemudian apabila besar koreksi sudut telah di dapat, maka dihitung nilai sudut terkoreksi di
setiap titiknya dengan menggunakan persamaan (II.12), berikut perhitungannya
29
𝛽 = 157°5′15′′ + (−0,13722°)
𝛽 = 156,95028°
Perhitungan nilai sudut terkoreksi ini merupakan nilai sudut mendatar yang nantinya akan
digunakan dalam perhitungan sudut azimuth terkoreksi. Hasil perhitungan sudut mendatar
dapat dilihat pada tabel 4.
Apabila nilai sudut mendatar telah didapat maka sudut azimuth/jurusan setiap titik poligon
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (II.13). Perhitungan nilai sudut azimuth
dilakukan secara berurutan dari titik awal hingga ke titik akhir.
𝛼12 = 321°55′11′′
Sudut azimuth awal yang digunakan yaitu sudut azimuth sebelum dikoreksi atau hasil
pembacaan di lapangan. Namun, untuk mencari azimuth di titik kedua hingga terakhir maka
sudut azimuth awal yang digunakan yaitu sudut azimuth sebelumnya yang telah dikoreksi
sehingga contoh perhitungannya sebagai berikut
𝛼51 = 64°29′50′′
Setelah diketahui sudut azimuthnya maka kesalahan jarak ukuran arah absis (fx) dan arah
ordinat (fy) dapat dicari dengan persamaan (II.14),
𝑓𝑥 = −4,1284
30
𝑓𝑦 = 16,5133 − 7,9356 − 18,4823 + 0,5733 + 5,8961
𝑓𝑦 = −3,4353
Kemudian hitung nilai koreksi jarak arah absis (X) dan arah ordinat (Y) dengan persamaan
(II.15). Nilai koreksi yang dihitung yaitu nilai koreksi setiap titiknya, sehingga diperoleh
20,9786
𝛿𝑥1 = × (4,1284)
84,7492
𝛿𝑥1 = 1,021934899
20,9786
𝛿𝑦1 = × (3,4353)
84,7492
𝛿𝑦1 = 0,850363031
Untuk hasil perhitungan nilai koreksi jarak total arah absis dan ordinat yang lain dapat dilihat
dalam tabel 4.
Setelah nilai koreksi jarak total didapat, maka koordinat dapat dihitung dengan persamaan
(II.16). Untuk nilai koordinat awal didapat dari data di lapangan dari koordinat benchmark
yang telah diketahui. Dalam perhitungan ini, koordinat awal telah diketahui yaitu (100,100)
sehingga untuk perhitungan koordinatnya sebagai berikut
𝑋2 = 88,0831
𝑌2 = 117,3636149
Untuk perhitungan koordinat untuk titik yang lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.
Hasil perhitungan koordinat untuk titik yang lainnya dapat dilihat dalam tabel 4.
31
Untuk mengecek agar pengukuran yang dilakukan bisa didapat poligon tertutup maka
koordinat akhir dapat dihitung dan harus sama dengan koordinat awalnya, serta azimuth di
akhir juga harus sama dengan azimuth di awal.
𝑎𝟓𝟏 = 𝟔𝟒°𝟐𝟗′𝟓𝟎′′
𝑎𝟏𝟐 = 𝟔𝟒°𝟐𝟗′𝟓𝟎′′
𝑿𝟏 = 𝟏𝟎𝟎
𝑿𝟏 = 𝟏𝟎𝟎
𝒀𝟏 = 𝟏𝟎𝟎
𝒀𝟏 = 𝟏𝟎𝟎
32
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dalam metode penentuan beda tinggi pengukuran sipat datar memanjang jalur
tertutup harus memenuhi syarat geometri yaitu H awal = H akhir. Pengukuran sipat datar
memanjang jalur tertutup dilakukan dengan pengukuran doble stand dengan tujuan agar
mendapatkan hasil pengukuran yang presisi dan teliti. Kemudian, nilai elevasi setiap titik
yang didapat dari pengukuran sipat datar memanjang jalur tertutup digunakan untuk
perhitungan elevasi awal di setiap titik yang sama pada pengukuran jalur melintang (cross
sention).
5.2. Saran
1) Didalam metode penentuan beda tinggi harus mengupayakan ketelitian dalam
pembacaan alat supaya data yang didapat lebih akurat.
2) Memastikan tidak ada data yang terlewat saat proses pengukuran disetiap stand
sehingga tidak menghambat proses pengolahan data.
3) Dapat menggunakan double stand untuk kontrol poligon yang bertujuan untuk
mengetahui bacaan yang presisi dan teliti.
33
Daftar Pustaka
34
GAMBAR SKETSA PENGUKURAN
35
GAMBAR PROFIL PENGUKURAN
36
37