Anda di halaman 1dari 162

MODUL

PELATIHAN SKRINING
PENYALAHGUNAAN NAPZA DENGAN
MENGGUNAKAN ASSIST

DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN MASALAH KESEHATAN JIWA DAN NAPZA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2017

TIM PENYUSUN

1. dr. P. Sandy Noveria, MKK


2. dr. Imelda Indriyani, SpKJ
3. dr. Dyah Purwaning Rahayu, MM, SpOK
4. drg. Luki Hartanti, MPH
5. dr. Herbet Sidabutar, SpKJ
6. dr. Lusy Levina
7. dr. Lucia Maya Savitri, MARS
8. drg. Antony Azarsyah, MKM
9. dr. Hans Christian Dharma, SpKJ
10. Endang Suharjanti, S.Sos, M.Si

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 1


DAFTAR ISI

MD 1 KEBIJAKAN PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA ……………… 3


MI 1 PENGETAHUAN DASAR GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA ................ 14
MI 2 PRINSIP PENATALAKSANAAN GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA …32
MI 3 PENGENALAN SKRINING DAN INSTRUMEN ASSIST …………………....48
MI 4 CARA MENGGUNAKAN DAN MELAKUKAN SKORING ASSIST ………...60
MI 5 PRINSIP WAWANCARA MOTIVASIONAL …………………………………..85
MI 6 INTERVENSI SINGKAT BERDASARKAN ASSIST ………………………...102
LAMPIRAN LEMBAR PENUGASAN

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 2


MATERI DASAR 1
KEBIJAKAN PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

I. Deskripsi Singkat
Masalah penyalahgunaan Napza merupakan masalah kompleks yang
terdiri dari masalah bio-psiko-sosio-kultural maka perlu dilakukan intervensi yang
tidak hanya dari satu aspek saja, tapi perlu melibatkan berbagai aspek lainnya.
Penanggulangan masalah penyalahgunaan Napza harus dimulai dari promotif –
preventif hingga kuratif dan rehabilitasi. Kementerian Kesehatan telah
menetapkan beberapa fasilitasi layanan kesehatan sebagai Institusi Penerima
Wajib Lapor (IPWL) untuk menerima pasien dengan gangguan penyalahgunaan
Napza. Penyalahguna Napza seringkali datang ke suatu layanan tidak terkait
dengan penggunaan Napzanya, mereka datang karena penyakit yang
diakibatkan oleh Napza tersebut, seperti pasien yang masuk IGD karena
kecelakaan akibat konsumsi alkohol. Salah satu upaya pencegahan masalah
penyalahgunaan Napza adalah melalui skrining atau deteksi dini dengan
menggunakan Instrumen tertentu. Salah satu instrumen untuk skrining adalah
ASSIST (alcohol, smoking and substances involvement screening test)

II. Tujuan Pembelajaran


1. Tujuan Pembelajaran Umum: peserta mampu memahami kebijakan
pencegahan penyalahgunaan Napza.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus:
a. Peserta mampu menjelaskan gambaran singkat penyalahgunaan Napza
di Indonesia
b. Peserta mampu menjelaskan regulasi pencegahan penyalahgunaan
Napza di Indonesi

III. Pokok Bahasan


1. Gambaran singkat penyalahgunaan Napza di Indonesia
2. Regulasi pencegahan penyalahgunaan Napza di Indonesia

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 3


IV. Bahan Belajar
1. Modul TOT Skrining Penyalahgunaan Napza dengan menggunakan ASSIST
2. Laptop
3. LCD Projector
4. Flipchart
5. Spidol

V. Langkah Pembelajaran
Pokok bahasan masing-masing akan diuraikan secara runtut oleh fasilitator
kepada peserta pelatihan. Di lain pihak peserta latih mendengar, mencatat dan
mengikuti arahan dan petunjuk fasilitator. Proses pembelajaran ini akan
dikemukakan sesuai langkah-langkah sebagai berikut:

1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Bina situasi kelas
• Mengucapkan salam
• Memperkenalkan diri
2) Mempersilakan peserta latih mengenalkan diri
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya dengan materi
yang akan disajikan
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Membalas salam
2) Peserta memperkenalkan diri
3) Menjawab pertanyaan darI fasilitator
4) Mempersiapkan diri dan alat tulis untuk perlengkapan belajar
5) Mendengar dan mencatat hal-hal yang perlu dicatat
2. Langkah Kedua
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan ceramah tentang
Gambaran singkat penyalahgunaan Napza di Indonesia

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 4


2) Memberikan kesempatan bertanya kepada peserta untuk menanyalan
hal-hal yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menyimak pertanyaan yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator
3) Peserta mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting

3. Langkah Ketiga
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan ceramah tentang
pokok bahasan kedua, Regulasi pencegahan penyalahgunaan
Napza di Indonesia
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-
hal yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta

b. Kegiatan Peserta Latih


1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah ceramah yang
disampaikan oleh fasilitator
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator
3) Peserta mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
dianggap penting

4. Langkah Keempat
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator menyimpulkan tentang pengetahuan gangguan
penggunaan Napza
2) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menanyangkan tujuan khusus
pembelajaran serta merta bertanya pada peserta latih tentang
jawaban tujuan khusus
3) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
b. Kegiatan Peserta Latih

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 5


1) Peserta latih menjawab pertanyaan fasilitator
2) Peserta mencatat hal-hal yang perlu

VI. Uraian Materi


Pokok Bahasan 1

Gambaran Singkat Penyalahgunaan Napza di Indonesia

Masalah penyalahgunaan Napza merupakan masalah global yang komplek yang


melibatkan berbagai aspek bio-psiko-sosial dan mengakibatkan berbagai faktor
risiko lainnya hingga mengakibatkan kematian. Di Indonesia penyalahgunaan
Napza juga telah sangat meluas, tidak hanya di kota besar tetapi juga ke kota-kota
kecil dan terjadi pada berbagaistrata masyarakat.

Letak geografis Indonesia yang strategis selain memberikan kontribusi yang positif
juga memberikan dampak lainnya. Akibat dari letak posisi geografis Indonesia
sehingga memudahkan masuknya peredaran gelap Napza ke Indonesia. Kontrol
atas masuknya berbagai jenis Napza ke Indonesia menjadi lebih sulit. Pengaruh
sosial budaya juga sulit dibendung mengingat tamu asing dapat masuk dari
berbagai negara.

Di Indonesia masalah penyalahgunaan NAPZA tidak pernah mereda, sekalipun


jenis zat yang digunakan menunjukkan perbedaan dari waktu ke waktu. Masalah
penyalahgunaan Napza berkembang mengikuti tren yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya ketersediaan zat, kebutuhan dan faktor penegakan
hukum. Selain itu juga dipengaruhi oleh kebiasaan lokal setempat yang sering kali
tanpa disadari juga memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan.

Dampak buruk lain dari masalah penyalahgunaan Napza adalah tingginya angka
kematian. Berdasarkan survey BNN diperkirakan pada tahun 2014 mencapai 33
orang korban meninggal perhari karena penyalahgunaan narkoba/napza. Angka
ini belum menggambarkan keadaan sesungguhnya, sebab penyebab kematian
sebenarnya seringkali tidak diungkap, banyak kasus Napza dilaporkan meninggal

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 6


karena sebab lain, seperti penyakit gastrointestinal, perdarahan otak, penyakit
jantung, asma, atau kecelakaan, yang penyebab awalnya penyalahgunaan Napza.

Dari sisi global, berdasarkan World Drug Report tahun 2016, diperkirakan Estimasi
jumlah pengguna zat psikoaktif didunia pada tahun 2014 adalah 247 juta.

Gambar 1. Estimasi jumlah pengguna zat psikoaktif di dunia tahun 2006-2014

Sumber: World Drug Report, 2016

Data survei BNN dan PPKUI pada kelompok rumah tangga di 20 provinsi tahun
2015, didapatkan prevalensi orang yang pernah pakai narkoba setahun terakhir
(current user) di tahun 2015 menyentuh angka 0,6%. Hal ini menunjukkan dari
seribu orang, ada enam orang yang pakai narkoba dalam setahun terakhir di
tingkat rumah tangga umum. Mereka yang pakai narkoba setahun terakhir
kebanyakan berada di kelompok umur 20-29 tahun, terutama di kota. Jenis
narkoba yang pernah dipakai (ever used) paling banyak adalah ganja (57%),
diikuti oleh shabu (23%) dan ekstasi (15%). Di rumah tangga khusus, saat ini

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 7


diperkirakan ada 38 dari 1000 orang yang masih pakai narkoba dalam setahun
terakhir (3,8%). Mereka yang pakai narkoba kebanyakan berada pada kelompok
umur 20-29 tahun (4,6%).
Hasil survei BNN dan PPKUI di kalangan pelajar/mahasiswa pada tahun 2016
didapatkan kecenderungan penurunan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba
(grafik 2.2). Prevalensi pelajar/mahasiswa yang pernah menggunakan narkoba
adalah 3,8% sedangkan prevalensi yang menggunakan narkoba dalam setahun
terakhir adalah 1,9%. Jenis narkoba yang paling banyak dipakai adalah ganja dan
lem.
Grafik 2.2 Prevalensi penggunaan narkoba di kalangan pelajar/mahasiswa tahun
2006 – 2016 menurut waktu

Sumber: BNN, 2017

Napza adalah akronim Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya. Zat adiktif
lainnya ini juga mencakup zat-zat yang tidak terlampir dalam Undang-Undang No.
35 tahun 2009 tentang Narkotika, seperti alkohol, kecubung dan zat lainnya.
Upaya penanggulangan masalah Napza ditujukan sesuai tahap kontinum
pemakaian zat itu sendiri. Dimulai dari konsep promotif - preventif–kuratif -
rehabilitatif. Dalam upaya promotif perlu mengedepankan sosialisasi pencegahan
penyalahgunaan Napza melalui penyuluhan, Media Elektronik, sosialdan Media
KIE lainnya. Konsep preventif adalah mencegah seseorang yang sebelumnya
tidak memakai zat adiktif untuk tidak mencoba/memakai teratur dan mencegah

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 8


seseorang yang sudah menggunakan agar tidak masuk ke dalam kelompok
berisiko dan tidak menjadi tergantung atau adiksi.

Banyak pasien yang datang ke suatu layanan kesehatan terkait permasalahan


medis seperti gangguan sistem kardiovaskuler, gangguan sistem gastrointestinal,
kecelakaan lalu lintas dan penyakit lainnya tanpa menyadari penyakit yang
diderita merupakan akibat dari penggunaan Napza yang telah lama mereka
konsumsi. Di beberapa wilayah Indonesia angka yang meminum alkohol cukup
tinggi, karena ada pengaruh dari kebudayaan setempat dan perilaku individu
tersebut. Untuk memperluas cakupan dan meningkatkan layanan rehabilitasi
medis maka perlu dipandang adanya skrining atau deteksi dini terhadap
penyalahgunaan Napza. Ada berbagai macam instrumen skrining yang digunakan
diberbagai negara, salah satunya adalah ASSIST (alcohol, smoking and
substances involvement screening test).

Kementerian Kesehatan melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan Napza


salah satunya melalui skrining atau deteksi dini dengan menggunakan Instrumen
ASSIST yang ditujukan kepada petugas kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama. Petugas kesehatan di FKTP diharapkan dapat mengidentifikasi perilaku
penggunaan napza pada pasien-pasien umum yang datang ke FKTP dengan
menyampaikan keluhan fisik seperti pusing, batuk, demam, dan lain-lain, dengan
demikian pasien dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai risiko-risiko
yang mungkin dialaminya terkait dengan perilaku penggunaan narkobanya. Pada
upaya kuratif dan rehabilitatif, Kementerian Kesehatan melalui RS Ketergantungan
Obat telah berjalan sejak tahun 1972 dan diikuti dengan penyediaan layanan
rehabilitasi di beberapa RS Jiwa lainnya. Seiring dengan perubahan regulasi yang
ada di Indonesia, mulai tahun 2011 Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan telah menetapkan beberapa RS, RSJ/RSKO, Puskesmas, Klinik dan
Lembaga rehabilitasi lainnya sebagai Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL).
Layanan IPWL tidak hanya berfungsi untuk rehabilitasi saja, tapi mereka juga
harus melakukan sosialisasi atau penyuluhan dalam pencegahan penyalahgunaan
Napza. Jumlah IPWL yang masih terbatas tentunya membuat cakupan masih
terbatas, maka dipandang perlu untuk pengembangan layanan lainnya melalui

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 9


sistem rujukan dari pelaksanaan deteksi dini atas penyalahgunaan Napza
termasuk faktor risikonya.

Pokok Bahasan 2
Regulasi pencegahan penyalahgunaan Napza di Indonesia

Terdapat berbagai kebijakan yang mendukung upaya Pencegahan


penyalahgunaan Napza, diantaranya adalah:
1. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
• Pada pasal 54-55 menyebutkan tugas dari kementerian kesehatan
dalam menyiapkan tempat wajib lapor bagi pecandu narkotika dan
pelaksanan rehabilitasi medisnya
2. PP No. 25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu
Narkotika
• Pada PP ini mengatur tentang persyaratan penetapan IPWL dan
koordinasi berbagai lintas sektor terkait wajib lapor dan rehabillitasi
3. Permenkes No. 2415 tahun 2011 tentang Rehabilitasi Medis Pecandu,
Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan Narkotika
• Bertujuan untuk mengatur penyelenggaraan rehabilitasi medis
NAPZA, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan dan ketenagaan.
4. Permenkes No. 50 tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Wajib Lapor
dan Rehabilitasi Medis bagi Korban Pecandu, Penyalahguna dan
Korban Penyalahgunaan Napza
• Tujuan permenkes ini sebagai acuan petugas dalam memberikan
rehabilitasi medis kepadapenderita gangguan penggunaan NAPZA
yang terkait masalah hukum dan sukarela
• Mengatur alur pelakasanaan rehabilitasi medis bagi pasien
sukarela dan terkait kasus
• Mengatur tentang pembiayaan rehabilitasi medis yang dianggarkan
oleh Kementerian Kesehatan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 10


Pada gambar dibawah ini kami ingin menyampaikan bahwa dalam rangkaian upaya
penanggulangan masalah penyalahgunaan Napza, program akan sangat tergantung
pada populasi mana kita akan bekerja

§ Populasi umum yang diasumsikan tidak terpapar penggunaan Napza yang


dibutuhkan lebih banyak adalah promotif dan preventif

§ Populasi berisiko tinggi adalah mereka yang memiliki gaya hidup tidak sehat,
tingkat stres yang tinggi, berada dalam ruang lingkup pengedar, tidak
memperoleh tata nilai positif dalam keluarga, tidak ada tokoh panutan dalam
keluarga, anak jalanan, pekerja seks, dan lainnya. Untuk populasi ini, tentu
program preventif tidak cukup hanya dengan pemberian penyuluhan. Disini
berlaku kerjasama multidisiplin. Program yang tepat sasaran diantaranya
adalah bimbingan dan program orangtua asuh bagi anak jalanan, pelatihan
menjadi orangtua efektif, gerakan hidup sehat, pelatihan pengelolaan stres,
melakukan skrining atau deteksi dini dan sebagainya.

§ Populasi pengguna adalah mereka yang punya riwayat mencoba narkoba


atau menggunakannya dalam tempo-tempo tertentu saja. Program yang tepat
sasaran diantaranya adalah wawancara motivasional, KIE fakta dan mitos
tentang napza, pengisian waktu luang yang produktif, dan lain-lain

§ Populasi pecandu adalah mereka dengan pola penggunaan yang telah


membawa dampak signifikan pada fisik / psikologis / sosialnya. Program yang
tepat sasaran diantaranya adalah wawancara motivasional, rehabilitasi rawat

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 11


jalan, rehab rawat inap, konseling, dan sebagainya, tergantung pada derajat
masalah pada kondisi fisik, psikologis dan sosialnya.

§ Diantara populasi pengguna dan pecandu ini sebagian masuk pada ranah
hukum, baik karena sudah lama menjadi target operasi terkait peran ganda
mereka sebagai kurir / pengedar, ataupun tertangkap tangan pada berbagai
operasi yang ada. Populasi inilah yang menjadi subyek utama Peraturan
Bersama.

Selain regulasi tersebut juga ada beberapa kebijakan lainnya yang mengatur
terkait layanan rehabilitasi medis seperti Keputusan Menteri Kesehatan yang
mengatur penetapan fasilitasi pelayanan kesehatan sebagai Institusi Penerima
Wajib Lapor (IPWL) yang setiap tahun selalu diperbaharui. Berbagai Indikator
juga merujuk kepada layanan rehabilitasi bagi pasien dengan penyalahgunaan
Napza, beberapa indikator tersebut antara lain RPJMN yang menargetkan IPWL
yang aktif menerima pasien wajib lapor dan rehabilitasi medis serta melakukan
penyuluhan serta sosialisasi dalam rangka pencegahan penyalahgunaan Napza
serta bahaya dan dampak akibat penyalahgunaan tersebut. Sustainable
Development Goals (SDG’s) dalam target 3.5 juga menyebutkan penguatan
layanan pencegahan dan terapi gangguan penggunaan Napza.

Mengingat berbagai hal diatas maka jumlah IPWL yang hingga tahun 2017
berjumlah 549 layanan kesehatan tentu belum mencakup semua kasus
penyalahgunaan yang ada di Indonesia, seringkali kasus penyalahgunaan Napza
tidak mendapatkan akses ke layanan kesehatan karena beberap faktor, yaitu
stigma yang masih tinggi di masyarakat dan petugas kesehatan, pasien
menganggap tidak ada masalah terkait kesehatannya akibat penyalahgunaan
Napza, pengetahuan tenaga kesehatan yang kurang terkait masalah
penyalahgunaan Napza, aksesibilitas yang terbatas hingga kebijakan lokal
setempat.

Dalam penguatan sistem pelayanan rehabilitasi medis, prinsip Kementerian


Kesehatan adalah mengintegrasikan kepada fasilitas layanan kesehatan yang
sudah ada, jadi tidak membangun layanan kesehatan yang baru. Layanan
rehabilitasi medis masuk pada setiap jenjang layanan:

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 12


§ Fasilitas kesehatan tingkat pertama, pada puskesmas dan klinik
§ Fasilitas kesehatan tingkat rujukan lanjut:
- RSU Kabupaten/Kotaà RS rujukan regional
- RSU Provinsi, RS Khusus (termasuk RS Jiwa dan RS
Ketergantungan Obat)

Ruang lingkup layanan kesehatan terkait gangguan penggunaan Napza:

§ Faskes Tingkat Pertama :


o melalukan upaya promotif dan preventif dengan melakukan KIE dan
skrining atau deteksi dini dengan dilanjutkan intervensi singkat sesuai
dengan faktor risiko yang diderita oleh pasien tersebut
o melakukan upaya kuratif melakukan rawat jalan simtomatik atau rawat
jalan rumatan metadon

§ Faskes Tingkat Rujukan :


o Selain melakukan upaya kuratif dan rehabilitatif dalam bentuk rawat
jalan hingga rawat inap juga melakukan kegiatan promotif dan
preventif seperti sosialisasi, melakukan KIE, deteksi dini dan intervensi
singkat.










Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 13
MATERI INITI 1

PENGETAHUAN GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA

I. DESKRIPSI SINGKAT

Napza sering disebut juga dengan zat psikoaktif yang yang bekerja
pada susunan saraf pusat secara selektif sehingga dapat menimbulkan
perubahan pada pikiran, perasaan, perilaku, persepsi maupun kesadaran.
Penggunaan Napza dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
ketergantungan yang ditandai antara lain dengan penggunaan dalam dosis
yang semakin besar, kesulitan mengontrol keinginan untuk menggnakan
Napza, munculnya gejala putus zat jika penggunaan Napza dihentikan dan
tetap menggunakan Napza meskipun tahu dampak buruknya.

Jenis-jenis Napza kian beragam. Apalagi dengan mulai maraknya zat


psikoaktif jenis baru. Saat ini UNODC melaporkan bahwa di dunia telah
beredar 644 zat psikoaktif baru dan saat ini beredar di Indonesia sebanyak 46
jenis.

Perlunya pemahaman petugas kesehatan di layanan primer sebagai lini


terdepan dibekali dengan pengetahuan terkait Napza dan keterampilan untuk
melakukan deteksi dini.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum: peserta mampu memahami dan melatih
materi pengetahuan gangguan penggunaan Napza.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus:
a. Peserta mampu menjelaskan klasifikasi d Napza
b. Peserta mampu menjelaskan jenis-jenis Napza dan masalah klinis
akibat penggunaan Napza.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 14


III. POKOK BAHASAN
1. Klasifikasi Napza
2. Jenis-Jenis Napza dan Masalah Klinis Akibat Penggunaan Napza

IV. BAHAN BELAJAR


1. Kementerian Kesehatan RI, 2010. Pedoman Penatalaksanaan Medik
Gangguan Penggunaan Napza
2. Kementerian Kesehatan RI, 2017, Modul Pelatihan Skrining
Penyalagunaan Napza dengan menggunakan ASSIST

V. LANGKAH PEMBELAJARAN
Pokok bahasan masing-masing akan diuraikan secara runtut oleh fasilitator
kepada peserta pelatihan. Di lain pihak peserta latih mendengar, mencatat
dan mengikuti arahan dan petunjuk fasilitator. Proses pembelajaran ini akan
dikemukakan sesuai langkah-langkah sebagai berikut:

1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Bina situasi kelas
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
2) Mempersilakan peserta latih mengenalkan diri
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya dengan
materi yang akan disajikan

b. Kegiatan Peserta Latih


1) Membalas salam
2) Peserta memperkenalkan diri
3) Menjawab pertanyaan dari fasilitator
4) Mempersiapkan diri dan alat tulis untuk perlengkapan belajar
5) Mendengar dan mencatat hal-hal yang perlu dicatat

2. Langkah Kedua

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 15


a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitaor mengawali kegiatan pembelajaran dengan ceramah
tentang klasifikasi Napza
2) Memberikan kesemapatan bertanya kepada peserta untuk
menanyalan hal-hal yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menyimak pertanyaan yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator
3) Peserta mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
penting

3. Langkah Ketiga
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan ceramah tentang
pokok bahasan kedua , tentang jenis-jenis Napa dan masalah klinis
akibat penggunaan Napza
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-
hal yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah ceramah yang
disampaikan oleh fasilitator
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator
3) Peserta mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
dianggap penting

4. Langkah Keempat
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator meminta membentuk 5 kelompok yaitu: kelompok opioid
2) Fasilitator membagikan amplop yang berisi beberapa potong kertas
kepada masing-masing kelompok

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 16


3) Meminta kepada masing-masing kelompok untuk mengerjakan
lembar penugasan materi inti 1
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Membentuk kelompok diskusi serta melakukan diskusi sesuai
dengan bimbingan fasilitator
2) Mendengar, mencatat, dan bertanya

5. Langkah Kelima
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator menyimpulkan tentang pengetahuan gangguan
penggunaan Napza
2) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menanyangkan tujuan khusus
pembelajaran serta merta bertanya pada peserta latih tentang
jawaban tujuan khusus
3) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menjawab pertanyaan fasilitator
2) Peserta mencatat hal-hal yang perlu

VI. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan 1

Klasifikasi Napza

Napza adalah akronim Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif


lainnya. Istilah lain yang sering digunakan adalah Narkoba dan zat psikoaktif.
Definisi narkotika menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Sedangkan yang dimaksud psikotropika menurut Undang-Undang No. 5 tahun
1997 adalah zat atau obat , baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 17


yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Menurut para ahli pengertian zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif
yang apabila dikonsumsi oleh organisme hidup, maka dapat menyebabkan
kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit
dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus. Jika
dihentikan dapat memberi efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa.
Contoh zat adiktif lainnya adalah alkohol, inhalansia (lem, bensin, tiner),
kafein, nikotin.

Istilah psikoaktif dipakai dalam buku International Classification of


Diseases edisi 10 (ICD 10) dan dalam buku Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa edisi III (PPDGJ III). Zat psikoaktif adalah zat yang
bekerja pada susunan saraf pusat secara selektif sehingga dapat
menimbulkan perubahan pada pikiran, perasaan, perilaku, persepsi maupun
kesadaran (Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif,
Joewana, EGC, 2004).

Klasifikasi Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009


dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun 2017 dibagi menjadi 3
golongan, yaitu:
1. Narkotika Golongan I
Narkotika golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan, dalam jumlah terbatas dapat digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, reagensia diagnostik
dan reagensia laboratorium setelah mendapat persetujuan dari Menteri
Kesehatan. Saat ini sebanyak 114 zat masuk ke dalam narkotika
golongan I. Contoh narkotika golongan I antara lain: opium, kokain, ganja,
MDMA
2. Narkotika Golongan II
Narkotika golongan II dapat digunakan untuk pelayanan kesehatan sesuai
ketentuan. Saat ini sebanyak 91 zat masuk ke dalam narkotika golongan
II. Contoh narkotika golongan II antara lain: morfin, petidin, fentanyl

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 18


3. Narkotika Golongan III
Narkotika golongan III dapat digunakan untuk pelayanan kesehatan
sesuai ketentuan. Saat ini sebanyak 15 zat masuk ke dalam narkotika
golongan III. Contoh narkotika golongan III antara lain: kodein, buprenorfin
Penggolongan narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun
2009 bersifat dinamis karena memungkinkan adanya perubahan
penggolongan narkotika. Apalagi saat ini banyak zat psikoatif jenis baru atau
dikenal dengan istilah new pshycoactive substances (NPS) di dunia termasuk
di Indonesia. Laporan tahunan United Nation of Drug and Crime (UNODC)
tahun 2016 menyatakan dalam kurun waktu 2008 – 2015 sebanyak 644 NPS
telah dilaporkan oleh 102 negara.

Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan bahwa saat


ini telah ditemukan sebanyak 46 NPS yang beredar di Indonesia dan sebagian
besar sudah masuk dalam golongan narkotika berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 2 tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika

Klasifikasi psikotropika menurut Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 3 Tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika dibagi
menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Psikotropika Golongan I
2. Psikotropika Golongan II
3. Psikotropika Golongan III
4. Psikotropika Golongan IV
Pengolongan lain menurut buku Pedoman Penentuan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ) III atau International Classsification Disease (ICD)
10, zat psikoaktif dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

1. Alkohol, yaitu semua minuman yang mengandung etanol seperti bir,


wiski, vodka,brem, tuak, saguer, ciu, arak.
2. Opioida, termasuk di dalamnya adalah candu, morfin, heroin, petidin,
kodein, metadon.
3. Kanabinoid, yaitu ganja atau marihuana, hashish.
4. Sedatif dan hipnotik, misalnya nitrazepam, klonasepam, bromazepam.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 19


5. Kokain, yang terdapat dalam daun koka, pasta kokain, bubuk kokain.
6. Stimulan lain, termasuk kafein, metamfetamin, MDMA.
7. Halusinogen, misalnya LSD, meskalin, psilosin, psilosibin.
8. Tembakau yang mengandung zat psikoaktif nikotin.
9. Inhalansia atau bahan pelarut yang mudah menguap, misalnya minyak
cat, lem, aseton.

Selain penggolongan menurut Undang-Undang dan PPDGJ III, zat


psikoaktif juga diklasifikasikan berdasarkan pengaruh/efeknya terhadap
susuan saraf pusat (SSP), yaitu:

1. Stimulan
Stimulan meningkatkan aktivitas SSP pada otak. Zat ini meningkatkan
debar jantung dan pernafasan, serta meningkatkan sensasi eforia yang
bergairah. Contoh zat yang masuk golongan stimulan antara lain:
amfetamin, kokain, metamfetamin, nikotin, kafein.
2. Depresan
Golongan depresan memiliki efek menekan SSP. Depresan bekerja pada
otak dengan mempengaruhi neurotransmiter Gammaaminobutyricacid
(GABA). Neurotransmiter adalah bahan kimia pada otak yang
memfasilitasi komunikasi antara sel-sel otak. Meskipun ada berbagai jenis
depresan, zat ini dapat memperlambat aktifitas kerja otak dan
menghasilkan ketenangan.Contoh zat yang masuk golongan depresan
antara lain: barbiturat (fenobarbital, aprobarbital), benzodiazepin
3. Halusinogen
Halusinogen adalah kelompok beragam zat yang mengubah persepsi
(kesadaran akan kondisi sekitar, ruang dan waktu), pikiran, perasaan. Zat
ini mengganggu komunikasi antara sistem kimia otak seperti serotonin
secara keseluruhan dengan sumsum tulang belakang
sehinggamenyebabkan halusinasi atau sensasi dan pencitraan yang
tampak nyata meskipun sebenarnya tidak ada. Zat yang masuk golongan
halusinogen antara lain: jamur (mushroom), LSD, mescalin.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 20


Berdasarkan efeknya terhadap SSP, terdapat beberapa zat yang
masuk ke dalam lebih dari satu kategori di atas sesuai jumlah yang
digunakan. Contoh: alkohol dalam dosis rendah menimbulkan efek stimulant,
sedangkan dalam dosis tinggi menimbulkan efek depresan.

Napza dapat digunakan dengan beberapa cara. Cara penggunaan


napza merupakan faktor mediasi yang menentukan terjadinya efek suatu
napza. Secara garis besar cara penggunaan Napza dapat dibagi menjadi 4,
yaitu:

1. Saluran pernafasan : dirokok


2. Saluran pencernaan : ditelan (oral)
3. Mukosa : dikunyah, dihirup/disedot
4. Pembuluh darah : suntikan intra vena, subkutan dan inrta muskular

Tiap cara memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Cara yang


paling umum digunakan adalah:

1. Ditelan: cara paling awal dan paling umum dalam menggunakan napza.
Keuntungannya lebih nyaman dan aman. Kerugiannya adalah absorpsi
lebih lambat pada beberapa napza.

2. Dikunyah: daun koka, tembakau. Absorpsi terjadi melalui mukosa mulut.

3. Dihirup melalui hidung : kokain, heroin, inhalan seperti lem, aica aibon,
bensin, aseton.

4. Melalui rektum: umumnya dalam penggunaan sebagai terapi, namun juga


merupakan salah satu cara yang dipakai oleh pengguna napza. Kerugian
cara ini adalah kemungkinan absorpsi yang tidak terduga dan tidak
sempurna.

5. Dirokok: pada banyak variasi napza yaitu tembakau, kanabis, heroin,


kokain, amfetamin dan phencyclidine (PCP).

6. Melalui pembuluh darah (dengan suntikan): mulai terjadi pada akhir abad
ke 19 seiring dengan adanya jarum hipodermik. Suntikan dapat melalui
pembuluh vena (iv) atau otot (im) atau subkutan (dibawah kulit). Cara ini

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 21


memiliki risiko kesehatan tinggi termasuk penularan penyakit yang
disebabkan oleh virus dan bakteri serta kerusakan jaringan.

Pokok Bahasan 2

Jenis-Jenis Napza dan Masalah Klinis Akibat Penggunaan Napza

1. Tembakau (rokok, cerutu, kretek)


Tembakau digunakan dalam bentuk rokok, cerutu, tembakau pipa, tembakau
kunyah, dan susur. Paling umum adalah penggunaan rokok baik rokok putih,
kretek maupun cerutu. Kandungan zat dalam tembakau yang bersifat adiktif
adalah nikotin.

Tembakau bersifat stimulan dan depresan. Perokok pemula akan mengalami


euforia, kepala terasa melayang, pusing, pening, debar jantung dan pernafasan
meningkat, dan sensasi tingling pada tangan dan kaki. Perokok kronis akan
kurang peka terhadap cita rasa dan pembauan.

Tak semua perokok pemula menjadi adiksi di kemudian hari, banyak yang
berhenti merokok karena berbagai alasan. Perokok ketergantungan mengalami
masa tak nyaman ketika ia menghentikan rokok, terjadi gejala putus rokok
seperti gelisah, anxietas, sulit tidur, berkeringat, debar jantung dan tekanan
darah menurun, tak bisa konsentrasi, nafsu makan yang kompulsif, sakit kepala
dan sensitif, dapat terjadi. Simtom fisik putus nikotin terjadi selama satu sampai
tiga minggu.

Masalah medik terkait pengguna tembakau dirokok dalam jangka panjang adalah
gangguan pada sistim pernafasan, jantung dan pembuluh darah, kanker, sistem
digestif, gangguan makan, dan reaksi alergi. Penggunaan tembakau tanpa
dirokok seperti tembakau kunyah dan hidu, juga mengganggu kesehatan seperti
lesi mulut dan kanker.

2. Alkohol (bir, anggur, sopi, tomi)


Alkohol diabsorpsi secara cepat di usus halus melalui sirkulasi portal (sekitar
80%) dan lambung (sekitar 20%). Alkohol larut di air dan hanya dalam

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 22


konsentrasi yang sangat kecil masuk ke jaringan lemak. Alkohol mencapai otak
dalam lima menit setelah minum, dengan konsentrasi puncak di darah dicapai
dalam 30 sampai 90 menit ( biasanya dalam 45 menit ). Kecepatan absorpsi
bervariasi tergantung pada:

a. jenis napza yang dikonsumsi ( misal jenis minumannya, adanya makanan


dilambung )
b. faktor individu (misal umur, jenis kelamin, riwayat minum )

Alkohol dengan cepat didistribusikan melalui air dalam tubuh dan diakumulasikan
di jaringan-jaringan yang banyak mempunyai kandungan air. Alkohol dapat
melewati sawar darah otak dan sawar plasenta .

Alkoholisme merupakan penyakit dengan empat gambaran utama:

• Craving – keinginan kuat untuk minum


• Kehilangan kendali diri – tak mampu menghentikan kebiasaan minum
• Ketergantungan fisik – simtom putus alkohol seperti nausea, berkeringat
atau gemetar setelah berhenti minum
• Toleran – kebutuhan untuk meningkatkan jumlah minum untuk
mendapatkan efek “high”
Pada intoksikasi alkohol dapat ditemui kondisi :

• Bicara cadel/tak jelas


• Emosi labil
• Napas berbau alkohol
• Mood yang bervariasi
Alkoholisme mempunyai dampak bahaya serius. Peminum berat mempunyai
risiko kanker lebih besar daripada bukan peminum, gangguan hati, otak dan
organ lainnya. Bayi yang dilahirkan dari ibu pengguna alkohol dapat mengalami
kecacatan sejak lahir. Mabok ketika mengemudi mempunyai risiko besar
kecelakaan lalu lintas, juga risiko membunuh orang lain atau diri sendiri.

3. Kanabis (marijuana, ganja, gelek, cimengpot)

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 23


Wujud kanabis seperti tembakau, berwarna kehijauan atau kecoklatan yang
berasal dari pucuk bunga dan daun tanaman kanabis yang dikeringkan. Resin
kanabis atau ”hash” adalah getah hitam atau kecoklatan yang dikeringkan dari
pucuk bunga tanaman kanabis, yang dibuat dalam bentuk tepung atau
dipadatkan seperti kue. Minyak kanabis atau hash oil adalah ekstrak cairan
kental yang diperoleh dari tanaman yang dikeringkan atau dari resin (damar).
Kanabis biasanya digunakan dengan cara di rokok. Resin kanabis atau minyak
.
kanabis dapat ditelan atau dikunyah atau diseduh dalam teh
Beberapa hal di bawah ini di anggap sebagai efek positif bagi pengguna,yaitu :

• Perasaan tenang (relaksasi)


• Euforia
• Disinhibisi
• Peningkatan persepsi penglihatan dan pendengaran
• Nafsu makan meningkat

Sedangkan efek akut negatif adalah:

• persepsi waktu yang salah


• sulit untuk konsentrasi
• ansietas dan panik
• paranoia
• halusinasi pendengaran dan penglihatan
• gangguan koordinasi
• kehilangan memori jangka pendek
• takikardia dan aritmia supraventrikuler
Dengan dosis yang sangat besar maka efek kanabis akan mirip seperti
halusinogen dan dapat menimbulkan ansietas, panik dan bahkan episode
psikotik. Simtom yang umum terjadi pada kondisi putus zat kanabis adalah:

o ansietas, tidak dapat beristirahat dan mudah tersinggung


o anoreksia
o tidur terganggu dan sering mengalami mimpi buruk
o gangguan gastrointestinal

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 24


o keringat malam hari
o tremor

4. Kokain (coke,crack)
Kokain berupa bubuk putih atau keputih-putihan (off white) dan memiliki efek
stimulan yang kuat. Kokain di ekstraksi dari daun tanaman coca. Di jalanan,
kokain dapat dilarutkan atau dicampur dengan napza lain untuk menambah
jumlahnya. Crack adalah jenis kokain yang mengalami proses lanjut dengan
ammonia atau sodium bikarbonat (baking soda) dan berbentuk seperti kepingan-
kepingan kecil atau batu-batu. Penggunaan kokain dapat dengan cara dihirup
atau disedot atau disuntikkan , sementara crack dipergunakan dengan cara di
rokok.

Kokain dapat membuat pengguna merasa senang luar biasa dan eforia. Lebih
lanjut, pengguna sering mengalami peningkatan kewaspadaan sementara dan
peningkatan energi dan penundaan rasa lapar dan lelah. Efek jangka pendek
termasuk hilangnya nafsu makan, pernapasan lebih cepat, peningkatan suhu
tubuh dan denyut jantung. Pengguna dapat berkelakuan aneh dan kadang-
kadang melakukan kekerasan. Dosis yang berlebihan dari kokain dapat
mengakibatkan kejang, stroke, perdarahan otak atau gagal jantung.

Pemakaian jangka panjang kokain mempunyai risiko masalah kesehatan,


beberapa kasus tergantung bagaimana dia menggunakan napza tersebut.
Menghirup kokain terutama menimbulkan kerusakan jaringan lunak di hidung,
cara dirokok dapat menimbulkan masalah pernapasan, cara suntik mempunyai
risiko terjadinya abses dan penyakit infeksi. Risiko lain, tanpa melihat cara
penggunaannya adalah ketergantungan psikologis yang kuat, malnutrisi,
turunnya berat badan, disorientasi, apatis, dan mirip dengan psikosis paranoid.
Risiko bahaya lain adalah bila melakukan pencampuran kokain dengan alkohol
yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kematian mendadak.

5. Stimulan jenis amfetamin


Merupakan golongan stimulansia. Nama generik amfetamin adalah D-pseudo
epinefrin yang di sintesa tahun 1887 dan dipasarkan tahun 1932 sebagai

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 25


dekongestan. Nama jalanannya adalah speed, meth crystal, uppers, whizz dan
sulphate. Bentuknya berupa bubuk warna putih dan keabu-abuan.

Ada dua jenis amfetamin :


a. MDMA (Methylene-dioxy-methamphetamine), mulai di kenal sekitar tahun
1980 dengan nama Ecstacy atau Ekstasi yang berbentuk pil atau kapsul.
Nama lain : xtc, fantasy pils, inex, cece, cein, i. Saat ini Ekstasi tidak selalu
berisi MDMA karena merupakan NAPZA yang dicampur zat lain (designer
drugs) untuk mendapatkan efek yang diharapkan / dikehendaki.
b. Metamfetamin.
Metamfetamin adalah salah satu ATS, zat sintetik yang biasanya dibuat di
laboratorium ilegal. Bentuk dasarnya adalah bubuk, tablet atau kristal yang
mirip pecahan kaca. Cara penggunaan bisa ditelan, dihirup/diisap, dirokok
atau disuntik. Metamfetamin menstimulasi perasaan fisik dan mental yang
nyaman, seperti rasa gembira luar biasa dan euforia. Pengguna merasakan
peningkatan energi secara sementara, sering merasakan peningkatan
penampilan atas dirinya dan tugas intelektualnya. Pengguna juga tidak
merasa rasa lapar dan lelah.
Dalam penggunaan jangka pendek, pengguna akan kehilangan nafsu makan
dan pernapasan mulai bertambah cepat. Detak jantung dan tekanan darah
dapat meningkat dan temperatur tubuh juga dapat bertambah tinggi dan
terus meningkat dan menyebabkan berkeringat. Dengan dosis yang besar,
pengguna dapat merasa gelisah dan lekas marah dan dapat mengalami
serangan panik. Dosis yang berlebihan cenderung menimbulkan malnutrisi,
kehilangan berat badan dan mengarah ke ketergantungan psikologis.
Pengguna kronis bila menghentikan penggunaannya akan mengalami
periode tidur yang panjang, dan berlanjut ke arah depresi. Risiko lain adalah
memicu terjadinya perilaku agresif, kejam dan aneh/ganjil di antara
penggunanya.
EKSTASI ( MDMA = 3,4-methylenedioxymethamphetamine )

Ekstasi adalah stimulan, biasanya dibuat di laboratorium ilegal. Pada


kenyataannya, pengertian ”ekstasi” sudah berkembang dan tidak hanya
merujuk pada satu jenis napza, namun mengandung beberapa jenis Napza

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 26


yang mempunyai efek yang mirip pada pengguna. Seringkali, setiap tablet
yang berlogo dianggap sebagai ”ekstasi” yang sebenarnya hanyalah tipuan
kimia. Sementara napza ini banyak diedarkan dalam bentuk tablet, namun
ada juga yang berbentuk bubuk atau kapsul. Bentuk tablet terdapat dalam
bentuk dan ukuran yang berbeda.

Rute penggunaan biasanya ditelan, selain itu dengan cara dihirup dan
disuntik. Ekstasi meningkatkan level empati penggunanya dan menginduksi
perasaan dekat dengan orang-orang sekitarnya. Selain itu, pengguna juga
merasa lebih mampu bersosialisasi dan bersemangat. Dalam penggunaan
jangka pendek, ekstasi dapat membuat badan mengabaikan tanda-tanda
negatif seperti dehidrasi, pusing dan kehausan dan ini akan memengaruhi
kemampuan tubuh untuk mengatur suhu tubuh. Lebih lanjut, ekstasi dapat
menimbulkan kerusakan organ berat seperti hati dan ginjal. Kadang-kadang
menyebabkan kejang dan gagal jantung. Dosis besar ekstasi menimbulkan
rasa gelisah, ansietas dan halusinasi berat. Penggunaan ekstasi jangka
panjang dapat menyebabkan kerusakan tetap bagian otak tertentu,
mengakibatkan depresi berat dan kehilangan daya ingat. Risiko lain adalah
tablet atau pil yang dijual sebagai ”ekstasi” dapat mengandung zat-zat lain
yang berpotensial berbahaya, dimana dapat menghasilkan kekuatan efek
yang bervariasi.

6. Inhalansia (lem, bensin, tiner)


Inhalan merupakan zat kimiawi yang mudah menguap dan berefek psikoaktif.
Inhalan terkandung dalam barang yang lazim digunakan dalam rumah tangga
sehari-hari seperti lem, hair sprays, cat, gas pemantik, bisa digunakan oleh anak-
anak agar cepat high. Kebanyakan anak-anak tidak mengetahui risiko menghirup
gas yang mudah menguap ini. Meski hanya dihirup dalam satu waktu pendek,
penggunaan inhalan dapat mengganggu irama jantung dan menurunkan kadar
oksigen, yang keduanya dapat menyebabkan kematian. Penggunaan regular
akan mengakibatkan gangguan pada otak, jantung, ginjal dan hepar.

Inhalan digolongkan atas 4 kategori:


a. Volatile Solvents

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 27


Zat kimia rnudah menguap dalam barang industri dan rumah tangga
atau produk mengandung solven, masuk dalam golongan ini minyak cat
(thinners ), larutan pembersih cat kuku, degreasers, cairan untuk dry-
cleaning, gas, lem
2). Solven dalam peralatan kantor dan seni, masuk didalamnya cairan untuk
koreksi tulisan yang salah, cairan penanda dan pembersih alat elektronik
b. Aerosol
Aerosol rumah tangga dan cairan penyemprot lainnya seperti semprotan tata
rambut, deodoran, pelapis barang rumah tangga, pembersih
c. Gas
• Gas, termasuk gas pemantik api, propane tanks, whipping cream aerosols
dan gas yang dipergunakan mesin pendingin
• Gas medik anestesi seperti ether, chloroform, halothane, dan nitrous oxide
("gas ketawa ")
d. Nitrit
Nitrit organik yang rnudah menguap termasuk cyclohexyl, butyl, dan amyl
nitrites, biasa disebut "poppers." Amyl nitrite digunakan dalam prosedur-
prosedur pemeriksaan medik. Nitrit volatil biasanya dijual dalam botol gelas
berwarna coklat gelap dan diberi label "video head cleaner," "room odorizer,"
"leather cleaner," atau "liquid aroma."

7. Sedativa atau obat tidur


Beberapa zat yang termasuk golongan sedativa antara lain golongan
Benzodiazepine dan barbiturat.Benzodiazepin sering disebut sebagai ”pil
koplo”. Benzodiazepin yang sering disalahgunakan adalah Alprazolam
(xanax), lexotan (lexo), BK, rohypnol (rohip), dumolit (dum), mogadon (MG)
dan lain-lain. Semua benzodiazepin bersifat sedatif (penenang), anti cemas
dan anti kejang.Efek yang ditimbulkan dalam jangka pendek seperti
mengantuk, kelelahan, gerakan yang tidak terkoordinasi, penurunan reaksi
terhadap rangsang, mudah lupa, memori terganggu, kebingungan, kelemahan
otot atau hipotoni, depresi, bicara cadel/tidak jelas, pandangan kabur, mulut
kering, dan sakit kepala.Efek jangka panjang yang ditimbulkan, seperti emosi
yang ”tumpul” (ketidakmampuan merasa bahagia atau duka) atau meledak-

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 28


ledak (agresif), siklus menstruasi tidak teratur, kecerdasan menurun,
pembesaran payudara, ketergantungan ( dapat terjadi setelah 3 sampai 6
bulan dalam dosis terapi ).

8. Halusinogen
Zat yang termasuk halusinogen adalah napza-napza yang mengubah derajat
kesadaran penggunanya dan menghasilkan berbagai jenis halusinasi. Jenis
utama dari halusinogen adalah d- lysergic acid diethylamide (LSD), mescaline
dan jamur psilosibin (psylocybe mushroom). LSD adalah napza semi sintetik
yang berasal dari lysergic acid, yang ditemukan dalam jamur yang tumbuh
pada butir-butir gandum dan biji-biji padi lainnya. LSD, umumnya merujuk
pada pengertian sebagai asam (acid), salah satu halusinogen yang paling
kuat. Biasanya dijual di jalanan dalam bentuk kertas isap (blotting paper) segi
empat kecil yang mengandung napza LSD, namun dapat juga ditemui dalam
bentuk tablet, kapsul atau kadang-kadang berbentuk cairan. Napza ini tidak
berwarna, tidak berbau dan rasa agak pahit. LSD biasanya digunakan dengan
cara ditelan.

Seseorang yang menggunakan LSD cenderung mengalami perubahan


pikiran, mood, dan perasaan yang menggantikan rasa empati dan sosial. Efek
pasti LSD sangat bergantung pada status mental pengguna dan lingkungan
pada saat menggunakan napza. Pada jangka pendek, LSD menimbulkan
delusi dan perubahan persepsi. Pengguna mengalami perubahan arti waktu,
warna, suara dan rabaan/sentuhan. Beberapa pengguna LSD mengalami
pikiran-pikiran yang menakutkan/mengerikan dan perasaan ketakutan lepas
kendali, takut akan kemanusiaan dan kematian, dan putus asa. Efek fisik kecil
bila dibandingkan dengan efek psikologis dan emosional. Termasuk
didalamnya dilatasi pupil, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah,
hilangnya nafsu makan, tidak dapat tidur, mulut kering dan tremor.

9. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein)

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 29


Zat yang termasuk golongan opioid antara lain Heroin, Morfin, Metadon,
Kodein. Opioid bekerja pada beberapa jenis reseptor opiat yang ada di otak.
Tiga diantaranya yang penting adalah mu-reseptor, delta-reseptor dan kappa
reseptor. Opioid yang berasal dari luar seperti morfin, kodein dan heroin
bersifat agonis pada delta, kappa dan mu-reseptor. Dalam dosis yang lebih
dari cukup untuk menghilangkan rasa nyeri, opioid dapat membangkitkan
euforia, ras tenag, mengantuk, apatis dan gerak motorik yang lambat. Bila
kelebihan dosis (overdosis) opioida dapat menekan pernapasan, dan
menyebabkan koma. Bila opioida diberikan secara kronis, akan terjadi
toleransi dan ketergantungan. Ketergantungan terhadap opioida terjadi akibat
reseptor kurang sensitif terhadap agonis opioida sehingga semakin lama
semakin diperlukan dosis agonis yang lebih banyak. Bila penggunaan opioida
yang berlangsung lama dihentikan akan timbul gejala putus zat.

Heroin adalah napza adiktif dengan kemampuan menghilangkan rasa sakit


yang diproses dari morfin, napza alamiah yang diperoleh dari tanaman
papaver somniferum. Heroin murni berbentuk bubuk putih. Sedangkan heroin
yang beredar (putaw) biasanya berwarna putih kecoklatan karena dicampur
atau tidak murni, berarti dapat ditemui dengan kandungan dosis yang
bervariasi. Cara penggunaan heroin biasanya dengan cara disuntik tapi dapat
juga dihirup atau dirokok.

Heroin dapat mengurangi ketegangan, ansietas dan depresi yang dialami


penggunanya. Penggunanya akan merasa bebas dari tekanan fisik ataupun
emosional atau rasa nyeri. Dengan dosis yang besar, pengguna akan
mengalami euforia. Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan berbagai
macam efek kesehatan yang membahayakan seperti penurunan berat badan
yang drastis, malnutrisi dan konstipasi. Bila dalam kondisi putus zat maka
tampak kumpulan gejala seperti nyeri seluruh badan, kram, insomnia, diare,
tremor, panik, hidung berair, menggigil dan berkeringat. Pada kasus overdosis
dapat ditemukan kondisi koma dan kematian akibat penekanan pernapasan.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 30


Terdapat beberapa zat yang tidak tidak masuk dalam ke sembilan jenis di atas
namun mempunyai efek psikoaktif. Contohnya: DMP, THP, CTM, Carisoprodol
(Carnoven/Zenith).

VII. REFERENSI

1. UNODC, World Drug Report 2016


2. BNN, 2017. Hasil Survei Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di 18 Provinsi Tahun 2016.
3. BNN, 2016. Hasil Survei Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
pada Kelompok Rumah Tangga Tahun 2015
4. Joewana, S. 2005. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif. EGC
5. Departemen Kesehatan RI, 2010. Pedoman Penatalaksanaan Medik
Gangguan Penggunaan Napza

VIII.LAMPIRAN

Lembar penugasan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 31


MATERI INTI 2

PRINSIP PENATALAKSANAAN
GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA

I. Deskripsi Singkat

Masalah gangguan penggunaan Napza merupakan masalah kompleks


denganpenatalaksanaannya melibatkan banyak bidang keilmuan, baik
medismaupun nonmedis. Gangguan penggunaan Napza merupakan masalah
biopsikososiokultural yang rumit sehingga penatalaksanaannya sebaiknya
multidisiplin dan lintas sektoral dalam suatu tatanan program yang menyeluruh
(komprehensif) serta konsisten.

Gangguan penggunaan Napza pada pasien jarang ditemukan berdiri


sendiri, melainkan kerap terdapat bersama dengan gangguan lain (komorbiditas)
seperti depresi atau ansietas. Gangguan jiwa komorbid tersebut bisa merupakan
faktor predisposisi pemakaian Napza atau akibat dari pemakaian Napza dalam
jangka waktu tertentu. Selain mengakibatkan gangguan jiwa, cara penggunaan
Napza (khususnya penggunaan dengan cara suntik) juga dapat mengakibatkan
penyakit penyulit (komplikasi) seperti infeksi HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual
(IMS), hepatitis B atau C dan lain-lain.

Dalam penatalaksanaan gangguan penggunaan Napza, seperti juga


penatalaksanaan medis lainnya, ada banyak hal yang perlu menjadi
pertimbangan, dua hal diantaranya adalah kompetensi pembiayaan. Fasilitas
kesehatan dikategorikan menjadi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL). FKTP (Puskesmas dan
klinik pratama) mempunyai kompetensi melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan psikiatrik, dan penatalaksanaan gawat darurat (seperti menjaga tanda-tanda
vital dalam batas normal atau mengatasi keadaan gaduh gelisah), serta
melakukan rujukan ke FKRTL bila perlu (misalnya bila terdapat ide bunuh diri
atau terdapat komplikasi medik yang memerlukan rawat inap). Beberapa FKTP
juga dapat memberikan layanan terapi rumatan metadon. FKRTL, selain
mempunyai kompetensi FKTP, dapat merawat inap pasien dengan komplikasi

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 32


medik (misalnya ide bunuh diri atau komplikasi medik berat), memberikan
intervensi psikososial, dan melakukan pemeriksaan penunjang. Hingga saat ini,
sistem program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) belum menanggung biaya
dari perawatan dan pengobatan bagi penderita gangguan pemakaian Napza oleh
karena itu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 50 tahun 2015 maka segala
pembiayaan dibebankan ke Kementerian Kesehatan.

II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan pembelajaran umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami prinsip umum dari
penatalaksanaan Gangguan Penggunaan Napza sesuai dengan kompetensinya .

B. Tujuan pembelajaran khusus

1. Menjelaskan prinsip dan konsep dasar proses terapi.


2. Menjelaskan berbagai jenis modalitas terapi pada pasien gangguan penggunaan
Napza.

III. Pokok Bahasan

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok bahasan 1. Prinsip dan konsep dasar proses terapi


Pokok bahasan 2. Berbagai jenis modalitas terapi bagi pasiengangguan penggunaan
Napza

IV. Bahan Belajar

Modul TOT Skrining Penyalahgunaan Napza dengan Menggunakan ASSIST

V. Langkah Pembelajaran

Pokok bahasan masing-masing akan diuraikan secara runtut oleh fasilitator


kepada peserta pelatihan. Di lain pihak peserta latih mendengar, mencatat dan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 33


mengikuti arahan dan petunjuk fasilitator. Proses pembelajaran ini akan
dikemukakan sesuai langkah-langkah sebagai berikut:

1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Bina situasi kelas
• Mengucapkan salam
• Memperkenalkan diri
2) Mempersilakan peserta latih mengenalkan diri
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya dengan materi yang
akan disajikan
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Membalas salam
2) Peserta memperkenalkan diri
3) Menjawab pertanyaan dari fasilitator
4) Mempersiapkan diri dan alat tulis untuk perlengkapan belajar
5) Mendengar dan mencatat hal-hal yang perlu dicatat

2. Langkah Kedua
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan ceramah tentang
prinsip dan konsep dasar terapi.
2) Memberikan kesempatan bertanya kepada peserta untuk menanyakan hal-
hal yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menyimak pertanyaan yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator
3) Peserta mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting

3. Langkah Ketiga
a. Kegiatan Fasilitator

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 34


1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan ceramah tentang pokok
bahasan kedua berbagai modalitas terapi gangguan penggunaan Napza.
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah ceramah yang disampaikan
oleh fasilitator
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator
3) Peserta mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting

4. Langkah Keempat
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator meminta peserta untuk membuka lembar penugasan materi inti 2
2) Fasilitator menjelaskan penugasan materi inti 2
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih mengerjakan penugasan materi inti 2

5. Langkah Kelima
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator menyimpulkan tentang prinsip penatalaksanaan gangguan
penggunaan Napza
2) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menanyangkan tujuan khusus
pembelajaran serta bertanya pada peserta latih tentang jawaban tujuan
khusus
3) Memberi kesempaatn kepada peserta untuk bertanya
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menjawab pertanyaan fasilitator
2) Peserta mencatat hal-hal yang perlu

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 35


VI. Uraian Materi

Pokok bahasan 1

Prinsip Dan Konsep Dasar Proses Terapi

Tujuan terapi

Tujuan terapi dari gangguan penggunaan Napza adalah :

1. Abstinensia atau penghentian total penggunaan zat


Tujuan terapi abstinensia ini adalah tujuan yang ideal, akan tetapi sebagian
besar pasien dengan gangguan penggunaan Napza tidak mampu atau kurang
termotivasi untuk mencapai tujuan ini.
2. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps.
Pelatihan relapse prevention program, cognitive behaviour therapy, opiate
antagonist maintenance therapy merupakan beberapa pilihan untuk mencapai
tujuan terapi ini.
3. Pengurangan dampak buruk (harm reduction)
Tujuan utama terapi ini agar dampak buruk akibat gangguan penggunaan
Napza dapat diminimalisir sehingga pasien sedapat mungkin terhindar dari
menularkan atau tertular penyakit menular akibat gangguan penggunaan
Napzanya. Melalui pengurangan dampak buruk ini diharapkan fungsi adaptasi
sosial pasien dapat membaik sehinggga pasien dapat terus berfungsi secara
sosial dan meneruskan kegiatan yang positif. Terapi substitusi rumatan
metadon merupakan pilihan untuk mencapai sasaran terapi golongan ini.

Konsep dasar proses terapi


Untuk mencapai tujuan diatas, program terapi dan rehabilitasi yang dilaksanakan
dalam basis :
1. Rawat inap dan atau
2. Rawat jalan.

Program terapi yang diberikan menyasar pada :

1. Masalah pemakaian zat (detoksifikasi, simtomatik, dan rumatan)dan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 36


2. Kondisi medis penyerta(misalnya, infeksi HIV dan gangguan psikotik akibat
pemakaian Napza, termasuk masalah kesehatan lainnya ), serta
3. Masalah psikososial (psikoterapi, konseling, dan pencegahaan kekambuhan).

Pemilihan program terapi dan rehabilitasi bergantung pada banyak faktor, antara lain
taraf pemakaian, jenis zat yang dipakai, dan kondisi klien. Sebagai contoh, rawat
inap bisa dipertimbangkan pada kasus intoksikasi stimulan dengan gejala psikotik
tetapi tidak pada kasus pemakaian kanabis secara rekreasional, benzodiazepin
potensi sedang-tinggi dapat diberikan untuk mengurangi kegelisahan pada kasus
putus alkohol tetapi tidak dianjurkan untuk kegelisahan pada kasus putus sedatif,
dan program detoksifikasi tersedia bagi kasus ketergantungan alkohol, opioid, dan
sedatif, tetapi tidak tersedia bagi kasus gangguan pemakaian zat yang lain.

Dengan demikian, perlu dipertimbangkan beberapa konsep berikut untuk


memudahkan pemilihan terapi dan rehabilitasi bagi gangguan penggunaan Napza.

1. Tidak ada satu bentuk terapi yang sesuai untuk semua individu. Masing-masing
pasien ketergantungan Napza memerlukan jenis terapi yang sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Kebutuhan guna mendapatkan terapi harus selalu tersedia sepanjang waktu,
karena pasien ketergantungan Napza tidak mempunyai pendirian yang stabil.
3. Terapi yang efektif harus mampu memenuhi banyak kebutuhan individu, tidak
hanya semata-mata karena kebutuhan menggunakan Napza.
4. Rencana pelayanan dan terapi seorang individu harus dinilai secara kontinyu
dan sewaktu-waktu perlu dimodifikasi guna memastikan bahwa rencana terapi
telah sesuai dengan perubahan kebutuhan orang tersebut.
5. Mempertahankan pasien dalam periode terapi yang adekuat merupakan
sesuatu yang penting guna menilai apakah terapi efektif atau tidak
6. Konseling dan terapi perilaku merupakan komponen kritis sebagai bagian
penting terapi ketergantungan Napza
7. Medikasi merupakan elemen penting pada terapi kebanyakan pasien
ketergantungan Napza
8. Seorang pasien ketergantungan Napza yang secara bersama-sama juga
menderita gangguan mental harus mendapatkan terapi untuk kedua-duanya
secara integratif
Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 37
9. Detoksifikasi hanya merupakan taraf permulaan terapi ketergantungan Napza
dan kalau dianggap sebagai satu-satunya cara maka hanya mendatangkan
sedikit keberhasilan terapi.
10. Terapi yang dilakukan secara sukarela tidak menjamin menghasilkan suatu
bentuk terapi yang efektif
11. Kemungkinan penggunaan Napza kembali selama terapi berlangsung harus
dimonitor secara berkesinambungan
12. Program terapi harus menyediakan assesment untuk HIVAIDS, Hepatitis B dan
C, Tuberkulosis dan penyakit infeksi lain serta harus dilakukan konseling untuk
membantu pasien ketergantungan Napza memodifikasi atau merubah tingkah
lakunya, agar tidak menyebabkan dirinya atau diri orang lain pada posisi yang
berisiko mendapatkan infeksi.
13. Pemulihan dari ketergantungan Napza merupakan proses jangka panjang dan
sering membutuhkan episode terapi berulang-ulang

Pokok bahasan 2:

Berbagai Jenis Modalitas Terapi Bagi Pasien Dengan Gangguan Penggunaan


Napza

Jenis terapi ketergantungan zat


Terapi dan rehabilitasi ketergantungan zat mempunyai banyak jenis dan
sebutan yang seluruhnya dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, modalitas, atau
yang lainnya. Pada modul ini, pengelompokan terapi dan rehabilitasi medis merujuk
kepada Permenkes no. 2415 tahun 2011.
Jenis terapi dan rehabilitasi medis ketergantungan zat:

1. Terapi dan rehabilitasi medis rawat jalan


2. Terapi dan rehabilitasi medis rawat inap

Terapi dan rehabilitasi medis rawat jalan meliputi intervensi medis dan intervensi
psikososial, yang masing-masing meliputi:

1. Intervensi medis:
a. Program detoksifikasi
b. Terapi simptomatik
Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 38
c. Terapi rumatan
d. Terapi kondisi medis penyulit/penyerta
2. Intervensi psikososial, antara lain:
a. Psikoterapi (terapi kognitif dan perilaku, terapi dinamik, dan
sebagainya)
b. Konseling (konseling adiksi, konseling pasangan/pernikahan, dan lain-
lain)

Terapi dan rehabilitasi medis rawat inap meliputi semua jenis terapi dan rehabilitasi
yang bisa diberikan melalui rawat jalan ditambah rehabilitasi dengan pendekatan
filosofis, antara lain Komunitas Terapeutik (Therapeutic Community, TC), 12-
Langkah, dan yang sudah teruji secara ilmiah lainnya. Selain itu, intervensi medis
didalam terapi dan rehabilitasi medis rawat inap juga diperuntukan bagi situasi
kegawatdaruratan medis.

Program detoksifikasi

Program detoksifikasi merupakan intervensi medik jangka pendek yang biasanya


merupakan terapi awal suatu ketergantungan zat.
Tujuan terapi detoksifikasi:
• mengurangi, meringankan, atau meredakan keparahan gejala-gejala putus zat
• mengurangi keinginan, tuntutan dan kebutuhan pasien untuk “mengobati
dirinya sendiri” dengan menggunakan zat-zat illegal
• mempersiapkan untuk proses terapi lanjutan yang dikaitkan dengan modalitas
terapi lainnya, seperti: therapeuticcommunity, berbagai jenis terapi rumatan
atau terapi lain
• menentukan dan memeriksa komplikasi fisik dan mental, serta
mempersiapkan perencanaan terapi jangka panjang

Terapi simtomatik

Tidak semua masalah terkait-zat memerlukan detoksifikasi dengan intervensi medis.


Bila detoksifikasi menjadi pilihan, belum tentu program tersebut dapat langsung
diberikan. Pada situasi dimana detoksifikasi tidak menjadi pilihan atau tidak
memungkinkan dijadikan prioritas utama, biasanya dokter memberikan intervensi

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 39


medis (terapi) berdasarkan gejala yang menonjol. Gejala tersebut bisa merupakan
bagian dari kedaruratan medik dan psikiatrik yang terjadi akibat ketergantungan
Napza, misalnya gajala depresif dan gejala psikotik.

Termasuk kedaruratan medik yang terjadi akibat penggunaan Napza dan zat adiktif
lain adalah:

• Intoksikasi akut
• Keadaan putus zat
• Keadaan putus zat dengan delirium
• Gangguan psikotik
• Gaduh gelisah
• Gangguan cemas/panik
• Depresi berat dan percobaan bunuh diri

Intoksikasi akut
Kondisi intoksikasi akut seringkali disebut secara tidak tepat dengan overdosis oleh
masyarakat. Gejala intoksikasi akut bergantung pada zat yang dipakai. Tenaga
medis harus mengenali gejala intoksikasi akut dari tiap-tiap zat untuk dapat
mendiagnosis secara tepat dan menentukan terapi yang sesuai. Intoksikasi narkotika
dan zat adiktif dapat membahayakan karena dapat terjadi agresivitas, impulsivitas,
agitatif kecuali intoksikasi akut tembakau yang jarang terjadi. Intoksikasi akut kokain,
amfertamin, dan beberapa jenis halusinogen dapat menyebabkan kejang, tekanan
darah naik, gangguan irama jantung, hipertermia, dehidrasi. Secara umum,
intoksikasi akut dapat dikategorikan kondisi medik sedang, kecuali intoksikasi
tembakau termasuk kondisi medik ringan. Pada intoksikasi kafein terjadi gangguan
irama jantung, agitasi Pada intoksikasi PCP dapat terjadi kejang. Pasien dengan
intoksikasi akut sebaiknya dirawat inap. Tujuan utama terapi pada kondisi ini adalah
menjaga sistem kardiovaskuler dan respirasi tetap berfungsi normal. Tujuan
selanjutnya adalah untuk menghambat progresivitas perburukan kondisi atau
menghindari gejala yang lebih berat dan lebih sukar ditangani, seperti kejang,dan
memulihkan fungsi organobiologik, seperti kesadaran. Untuk intoksikasi akut opioid
dapat diberikan antagonis opioid yaitu naloxone.Untuk intoksikasi akut
benzodiazepin dapat diberikan flumazenil.
Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 40
Keadaan putus zat/keadaan putus zat dengan delirium
Keadaan putus zat adalah kondisi klinis yang timbul ketika seseorang mengurangi
atau menghentikan penggunaan narkotika atau zat adiktif lain setelah ia
menggunakan zat tersebut berulang kali, biasanya setelah periode penggunaan yang
lama dan/atau dalam jumlah yang banyak. Delirium merupakan keadaan dimana
seseorang kehilangan kemampuan untuk mengalihkan, memusatkan, dan
mempertahankan perhatiannya; kondisi ini berfluktuasi sejalan dengan waktu; dan
bisa disertai dengan agitasi.
Keadan putus alkohol dan keadaanputus sedativa-hipnotika dapat disertai kejang,
agitasi, hipotensi postural serta delirium,oleh karena itu sebagai kondisi medik yang
berat maka harus dirawat inap.Keadaan putus kokain stimulan lainnya dapat disetai
agitasi dan ide bunuh diri. Oleh karena itu tergolong kondisi medik berat dan
karenanya harus dirawat inap.Keadan putus tembakau dan keadaan putus ganja
pada umumnya termasuk kondisi medik ringan, oleh karenanya tidak perlu rawat
inap.Keadaan putus opioda bukan keadaan yang gawat tetapi pasien menderita
antara lain karena rasa nyeri seluruh badan. Pasien ini tidak harus diirawat inap,
tetapi bila pasien menghendaki dirawat inap maka sebaiknya dirawat inap.

Gangguan psikotik
Gejala psikotik yang muncul pada waktu atau dalam waktu dua minggu penggunaan
narkotika/ zat adiktif lain, berlangsung paling sedikit 48 jam dan lamanya tidak lebih
dari 6 bulan. Gejala psikotik merupakan sekelompok gejala yang menandakan
bahwa pasien tak mampu membedakan antara realita dan nonrealita, seperti
ketidaksesuaian afek, halusinasi, dan waham. Bila disertai agresivitas harus dirawat
inap. Obat yang dapat diberikan adalah golongan antipsikotik, disarankan yang
atipikal (seperti risperidone, olanzapine, dan aripiprazole). Contoh antipsikotik tipikal
antara lain haloperidol, chlorpromazine, dan trifluoperazine.

Gaduh-gelisah
Pasien gaduh-gelisah harus dirawat inap karena kemungkinan akan mengganggu
ketertiban umum. Obat yang dapat diberikan adalah dari golongan major tranqulizer

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 41


(antipsikotik), terutama yang atipikal. Mengingat kondisi pasien yang gaduh-gelisah,
pertimbangkan rute pemberian yang sesuai.

Gangguan cemas/panik
Ganguan cemas/panik pada umumnya tidak memerlukan rawat inap. Obat yang
dapat diberikan antara lain golongan benzodiazepin (seperti alprazolam dan
lorazepam) dan golongan antipsikotik tipikal dosis rendah (seperti haloperidol 0,5 mg
dan trifluoperazine 1 mg). Pertimbangkan ulang untuk pemberian golongan
benzodiazepin, khususnya yang potensi kuat/ tinggi. Mengingat risiko toleransi dari
obat-obat golongan itu, pastikan bahwa pemberiannya akan memberikan manfaat
yang lebih tinggi daripada efek yang tak diinginkan.

Depresi berat dan Percobaan Bunuh Diri


Pasien dengan Depresi berat dan Percobaan Bunuh Diri harus dirawat inap.Obat
yang dapat diberikan antara lain golongan benzodiazepin, golongan antipsikotik (baik
atipikal maupun tipikal), dan antidepresan (seperti fluoxetine dan maproptiline).
Mengingat efek perbaikan suasana perasaan dari antidepresan yang relatif lambat
dan pemberiannya yang jangka panjang, pertimbangkan pemberian antidepresan
untuk gejala/sindrom depresif! Belum cukup bukti yang mendukung penggunaan
antidepresan untuk gejala depresif. Antidepresan, terutama golongan Selective
Serotonine Reuptake Inhibitor, dikaitkan dengan kejadian yang tak diinginkan (yakni
peningkatan usaha bunuh diri). Jadi, pertimbangkan pemberiannya pada episode
depresif berat.

Terapi Rumatan

Terapi rumatan merupakan terapi yang menggunakan zat agonis, baik penuh
maupun parsial, atau zat antagonis yang biasanya diberikan setelah pasien melalui
proses detoksifikasi. Terapi ini bertujuan untuk mencegah relaps, yakni kembali
kepada pemakaian zat yang tak terkendali dan membahayakan diri serta
menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Terapi rumatan tersedia untuk
beberapa zat yang sangat terbatas, seperti opioid dan tembakau. Obat yang dipakai
dalam terapi rumatan opioid adalah metadona (agonis penuh) dan buprenorfin
(agonis parsial), serta nalokson dan naltrekson (antagonis).

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 42


Sejak tahun 1960-an metadona merupakan terapi baku untuk pasien-pasien
ketergantungan opioida di Amerika dan Eropa. Salah satu kelemahan metadona
adalah risiko overdosis sejalan dengan meningkatnya besar dosis yang berakibat
fatal. Buprenorfin dimanfaatkan sebagai terapi rumatan karena pada dosis tinggi
buprenorfin bersifat antagonis,dengan demikian relatif lebih aman daripada
metadona.Dalam pelaksanaannya, terapi rumatan buprenorfin bermasalah
dikarenakan penyalahgunaan buprenorfin dengan cara disuntikkan sehingga berisiko
menimbulkan dampak buruk penularan penyakit. Dalam perkembangannya,
buprenorfin dikombinasi dengan naltrekson untuk mengatasi masalah tersebut.Jika
kombinasi tersebut disalahgunadengan cara disuntikkan maka naltrekson akan
bekerja lebih dulu sehingga akan timbul gejala putus opioid. Terapi rumatan dengan
nalokson, yang dikenal dengan istilah Opiate Antagonist Maintenance Therapy,
harus diberikan bersama dengan konseling.Untuk tembakau tersedia varenicline. Di
Indonesia tersedia program terapi rumatan metadon (yang dikelola oleh pemerintah
pusat) dan terapi rumatan buprenorfin-naltrekson untuk ketergantungan opioid, dan
terapi varenicline untuk ketergantungan tembakau.

Terapi Kondisi Medis Penyulit atau Penyerta

Gangguan penggunaan Napza pada pasien jarang ditemukan berdiri sendiri


melainkan terdapat bersama dengan gangguan lain (lihat MATERI INTI 2, Pokok
Bahasan IV.B). Kondisi medis penyulit atau yang menyertai masalah penggunaan
Napza bisa dikelompokkan menjadi masalah organobiologik (kondisi medis umum)
dan masalah psikologik/psikiatrik. Penggunaan Napza dengan cara suntik dapat
membuat seseorang tertular penyakit penyulit (komplikasi) seperti HIV/AIDS, Infeksi
Menular Seksual (IMS), hepatitis B atau C, dan lain-lain.Sesuai dengan konsep
dasar proses terapi, program terapi harus menyediakan asesmen untuk HIV/AIDS,
Hepatitis B dan C, Tuberkulosis, dan penyakit infeksi lain dan harus melakukan
konseling untuk membantu pasien ketergantungan Napza memodifikasi atau
merubah tingkah lakunya, agar tidak menyebabkan dirinya atau diri orang lain pada
posisi yang berisiko mendapatkan infeksi. Obat yang dapat diberikan bergantung
pada diagnosis KMU. Pertimbangkan interaksi antara obat yang diberikan dan zat
yang dipakai serta efek dari interaksi tersebut.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 43


Masalah psikiatrik yang menyertai masalah penggunaan Napza sering disebut juga
dengan dual diagnosis. Dual diagnosis adalah istilah klinis untuk kasus
ketergantungan Napzayang didapati bersama dengan gangguan psikiatrik lainnya.
Pasien-pasien dengan kombinasi ketergantungan Napza dan gangguan psikiatri
membutuhkan terapi khusus yang bertujuan untuk mempersiapkan dirinya dalam
program pemulihan yang sesuai dan adekuat. Obat yang dapat diberikan bergantung
pada diagnosis (lihat “Terapi simtomatik” di atas). Mengingat keterbatasan sumber
daya layanan kesehatan primer, sangat disarankan untuk merujuk setiap kasus dual
diagnosis kepada psikiater atau fasilitas yang lebih mumpuni.

Terapi residensial

Terapi dan rehabilitasi medis rawat inap bagi pengguna Napza meliputi:
1. Program berbasis-rumah sakit
2. Program berbasis-komunitas

Program terapi dan rehabilitasi medis berbasis-rumah sakit dibedakan berdasarkan


jenis rumah sakit, meliputi:

a. General hospital based program


Rehabilitasi dilaksanakan di rumah sakit yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau pemerintah daerah. Program rehabllitasi di rumah sakit
umum pada umumnya adalah rehabiltasi fisik atau medik, yaitu mengobati
penyakit komorbiditas dan pemulihan kondisi fisik

b. Psychiatric hospital

Rehabilitasi dilaksanakan di rumah sakit jiwa yang diselenggarakan oleh


pemerintah atau pemerintah daerah. Program rehabilitasi yang ada adalah
rehabilitasi mental yaitu mengobati gangguan jiwa lain yang terdapat
bersama-sama dengan Gangguan penggunaan Napza/zat adiktif lain (dual
diagnosis).

c. rumah sakit khusus untuk gangguan penggunaan Napza

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 44


Sebagai contoh, Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta mempunyai
fasilitas IGD, unit rawat inap detoksifikasi, unit rawat inap untuk rehabilitasi,
unit pasien dengan diagnosis ganda, dan terapi rumatan metadon.

Program terapi dan rehabilitasi berbasis-komunitas dilaksanakan di fasilitas


rehabilitasi yang diselenggarakan oleh masyarakat, seperti TC dan 12-langkah.
Program-program tersebut biasanya dilaksanakan dalam bentuk yang murni, tanpa
intervensi medis (yang membedakan dengan yang dilaksanakan di rumah sakit).

Harm reduction
Harmreduction adalah suatu kebijakan atau program yang ditujukan untuk
menurunkan konsekuensi kesehatan, sosial dan ekonomi yang merugikan sebagai
akibat penggunaan narkotika tanpa kewajiban abstinensia dari penggunaan
narkotika.

Beberapa program harm reduction:

1. Syringe Exchange Program


Tersedianya tempat penukaran semprit dan jarum suntik bekas dengan yang
steril. Atau tersedianya semprit dan jarum suntik steril tanpa penukaran dengan
semprit dan jarum suntik bekas.

2. Methadone Maintenance Treatment Program (MMTP)


MMTP telah dikembangkan sejak tahun 60an sebagai suatu cara untuk
mengurangi angka kriminalitas, konsekuensi sosial yang merugikan dan infeksi
HIV/AIDS.

3. Education, Outreach Program And Bleach Kits


Ini adalah suatu program edukasi membersihkan jarum suntik yang sudah
dipakai untuk mencuci-hamakan jarum bekas.

4. Tolerance Areas
Toleranceareas adalah suatu tempat yang diperkenankan untuk melakukan
kebiasaan menggunakan narkotika melalui suntikan tanpa mendapatkan
hukuman. Cara tersebut memerlukan koordinasi dan pengawasan yang ketat.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 45


5. Kawasan Bebas Asap Rokok
kawasan bebas asap rokok merupakan tempat-tempat atau gedung-gedung
yang tidak diperkenankan orang untuk merokok.

Rencana terapi

Rencana terapi yang baik merupakan salah satu bekal untuk berhasilnya suatu terapi. Rencana
terapi dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan komprehensif yang sesuai dengan
kondisi pecandu Napzadengan jenis gangguan penggunaan Napza dan kebutuhan
pecandu Napza, yang meliputi antaralainpelayanan detoksifikasi, pelayanan
rehabilitasi, dan pelayanan rawat jalan rumatan.

Rencana terapi disusun dengan mempertimbangkan hasil pemeriksaan awal dan


diagnosis yang diperoleh berdasarkan hasil asesmen. Salah satu model yang bisa
digunakan dalam rencana terapi bagi pecandu Napza adalah dengan melihat
tahapan perubahan perilaku sesuai dengan teori Prochaska dan DiClemente (1986)
dan Davidson, dkk (1991). Selanjutnya, rencana terapi yang telah disusun tersebut
harus disepakati oleh pecandu Napza; orang tua, wali, atau keluarga pecandu
Napza; dan pimpinan institusi penerima wajib lapor.

Tidak semua Fasilitas Kesehatan memiliki modalitas terapi yang lengkap. Pada
layanan yang tidak tersedia perawatan khusus maka petugas tersebut wajib untuk
melakukan rujukan ke tempat lain sesuai dengan kebutuhan pecandu Napza
tersebut.

Melalui program wajib lapor, pecandu Napza diharapkan setidaknya memperoleh


konseling dasar terkait perilaku ketergantungan Napzanya. Melalui program ini juga
diharapkan pecandu Napza memperoleh informasi yang diperlukan untuk
meminimalisasi risiko yang dihadapinya dan memperoleh rujukan untuk perawatan
lanjutan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang bersangkutan. Melalui
program ini pula pecandu Napza mendapatkan pengobatan dan atau perawatan
melalui rehablitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Rehabilitasi medis dapat dilaksanakan melalui rawat jalan dan/atau rawat inap
sesuai dengan rencana terapi yang telah disusun. Rehabilitasi rawat inap dimulai
dengan program rawat inap selama 3 (tiga) bulan untuk kepentingan asesmen
Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 46
lanjutan, serta penatalaksanaan medis untuk gangguan fisik dan mentalnya.
Pelaksanaan rehabilitasi dilanjutkan dengan program rawat inap jangka panjang atau
dialihkan ke program rawat jalan. Pelaksanaan rehabilitasi lanjutan dengan program
rawat jalan hanya dapat dilaksanakan untuk terpidana dengan pola penggunaan
rekreasional atas jenis narkotika amfetamin, ganja dan benzodiazepin, dan/atau
berusia di bawah 18 tahun. Pelaksanaan rehabilitasi lanjutan yang dilakukan dengan
rawat jalan mewajibkan pecandu narkotika untuk datang pada lembaga rehabilitasi
sesuai ketentuan yang berlaku dan dilakukan pemeriksaan urin sewaktu-waktu.

Sesuai dengan konsep dasar proses terapi, rencana terapi seorang pecandu Napza
harus dinilai secara berkesinambungan dan dapat dimodifikasi sewaktu-waktu bila
perlu, untuk memastikan kesesuaian antara rencana terapi dan perubahan
kebutuhan orang tersebut.

VII. REFERENSI
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
422/MENKES/SK/III/2010 tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik
Gangguan Penggunaan NAPZA.
2. Modul Pelatihan Teknis Medis Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jendral Bina
Kesehatan Masyarakat
3. Kep Menkes No. 486/MENKES/SK/IV/2007 tentang Kebijakan & Rencana
Strategi Penanggulangan Penyalahgunaan NARKOTIKA
4. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III,
Departemen Kesehatan RI, 1993
5. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5th edition,American
Psychiatric Association, 2013.

VIII. Lampiran
Lembar Penugasan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 47


MATERI INTI 3
PENGENALAN KONSEP SKRINING DAN INSTRUMEN ASSIST

I. Deskripsi Singkat
Skrining merupakan salah satu bentuk skala penilaian untuk mengenali adanya
suatu kondisi medis tertentu pada populasi umum. Makna dari hasil skrining
bergantung pada kualitas instrumen yang digunakan, yang ditentukan oleh
keandalan dan kesahihan instrumen tersebut. Instrumen skrining yang baik,
selain ditentukan oleh keandalan dan kesahihannya, bergantung pula pada
penerimaannya oleh petugas kesehatan dan pasiennya dan pada biayanya.
ASSIST merupakan instrumen skrining yang sudah terbukti keandalan dan
kesahihannya, diterima secara luas oleh petugas kesehatan beserta pasiennya
dari berbagai negara dan latar belakang budaya, dan biayanya sangat murah.

II. Tujuan Pembelajaran


a. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta memahami konsep skrining dan
instrumen ASSIST.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep skrining
2. Menjelaskan dan menjabarkan peran instrumen ASSIST dalam masalah
penggunaan zat psikoaktif

III. Pokok Bahasan


Dalam modul ini, dibahas pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1: Skrining
Pokok Bahasan 2: ASSIST

IV. Bahan Belajar


1. Handout Pelatihan
2. Materi presentasi

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 48


V. Langkah Kegiatan Pembelajaran
Materi akan diuraikan secara runtut berdasar pada Pokok Bahasan oleh fasilitator
kepada peserta latih. Peserta latih menyimak, membuat catatan, dan mengikuti
arahan dan petunjuk fasilitator.

Proses pembelajaran akan diuraikan dalam langkah-langkah sebagai berikut:

1. Langkah pertama
a. Kegiatan fasilitator
i. Mengucapkan salam
ii. Memperkenalkan diri dan meminta semua peserta latih untuk
memperkenalkan diri
iii. Menjajaki pengetahuan peserta latih yang berhubungan dengan
konsep dan instrumen skrining
b. Kegiatan peserta latih
i. Memperkenalkan diri
ii. Merespons fasilitator
iii. Mempersiapkan diri dengan perlengkapan belajar
iv. Menyimak dan membuat catatan seperlunya
2. Langkah kedua
a. Kegiatan fasilitator
i. Ceramah tentang skala penilaian di bidang kedokteran,
keandalan dan kesahihan suatu skala penilaian, jenis skala
penilaian dan skrining sebagai salah satu jenisnya, dan ASSIST
secara umum.
ii. Memberikan kesempatan kepada peserta latih untuk mengklarifi-
kasi, bertanya, dan berbagi pengetahuan.
iii. Menjawab atau mengajak berdiskusi atas pertanyaan yang
diajukan oleh peserta latih.
b. Kegiatan peserta latih
i. Menyimak dan membuat catatan seperlunya
ii. Mengklarifikasi hal yang tidak jelas, bertanya tentang hal-hal
yang relevan dengan materi, berbagi pengetahuan atau
pengalaman terkait materi

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 49


3. Langkah ketiga
a. Kegiatan fasilitator
i. Membagi kelas ke dalam kelompok beranggotakan 4-5 peserta
latih
ii. Meminta setiap kelompok untuk mengerjakan instruksi
penugasan
iii. Memberi kesempatan bertanya atau mengklarifikasi kepada
peserta latih
iv. Memfasilitasi diskusi dan membuat catatan hasil diskusi pada
flipchart
b. Kegiatan peserta latih
i. Membuat kelompok bersama 3-4 rekan sesama peserta latih
ii. Mengerjakan tugas sesuai instruksi fasilitator dalam kelompok
iii. Bertanya dan mengklarifikasi kepada fasilitator
iv. Berdiskusi dengan kelompok lainnya

VI. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1
Skrining

Dalam dunia kedokteran dan penelitian, dokter dan peneliti banyak memakai
skala penilaian untuk berbagai alasan. Peran skala penilaian lebih menonjol
dalam dunia kedokteran jiwa (psikiatri). Psychiatric rating scale (skala penilaian
psikiatrik) meliputi berbagai kuesioner, wawancara, daftar periksa, asesmen, dan
instrumen lainnya yang tersedia untuk memberi informasi mengenai praktik dan
penelitian psikiatrik.

Petugas kesehatan perlu mengikuti perkembangan skala penilaian yang akan


ber-manfaat untuk memonitor pasien dari waktu ke waktu, menyediakan informasi
yang lebih komprehensif daripada yang biasa diperoleh dalam suatu wawancara
klinis rutin, memberikan asesmen terstandar untuk menjustifikasi terhadap
kebutuhan akan berbagai layanan atau untuk menilai kualitas layanan, dan
Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 50
memberikan pemahaman yang lebih dalam terhadap hasil penelitian dan sejauh
mana hasil tersebut dapat diaplikasikan dalam praktik klinis. Jadi, peran skala
penilaian dalam psikiatri dan dunia kedokteran lainnya adalah untuk
menstandardisasi informasi yang dikumpulkan dari waktu ke waktu dan oleh
beragam pengamat. Standardisasi tersebut menjamin evaluasi yang konsisten
dan komprehensif yang dapat membantu perencanaan terapi dengan cara
menegakkan diagnosis, menentukan deskripsi gejala secara menyeluruh,
mengidentifikasi kondisi komorbid, dan menjabarkan faktor-faktor yang
memengaruhi respons pengobatan, serta menetapkan data dasar untuk
pengamatan selanjutnya dari perjalanan suatu penyakit dari waktu ke waktu atau
dalam menanggapi berbagai intervensi spesifik. Kebanyakan skala penilaian juga
menyediakan evaluasi formal terhadap karakteristik performa skala tersebut,
dalam bentuk reliabilitas (keandalan) dan validitas (kesahihan).

Keandalan
Keandalan adalah kekonsistenan atau kemampuan untuk diulang dari
pengukuran dan sebagian besar bersifat empiris. Kamus Besar Bahasa Indonesia
edisi kelima (KBBI V, 2016) mendefinisikan andal sebagai “memberikan hasil
yang sama pada ujian atau percobaan yang berulang”. Sebuah instrumen lebih
andal bila instruksi dan pertanyaannya tertulis secara jelas dan sederhana dan
formatnya mudah dipahami dan diberi nilai. Ada tiga cara untuk menguji
keandalan: konsistensi internal, interrater, dan uji-uji ulang. Konsistensi internal
menguji kecocokan antar butir dari suatu instrumen secara terpisah. Koherensi
dari butir-butir tersebut memberi kesan bahwa masing-masing butir mengukur
subjek yang sama. Interrater (dari kata inter dan rater, yang terjemahan
langsungnya menjadi “antar orang yang mengukur”) adalah ukuran
kesesuaian/kecocokan antar dua atau lebih orang yang mengukur (pengamat
yang mengevaluasi) subjek yang sama menggunakan informasi yang sama.
Makin banyak pengamat yang menggunakan sebuah instrumen untuk
mengevaluasi subjek yang sama dan hasilnya serupa antara satu pengamat
dengan pengamat yang lain, makin tinggi nilai keandalan instrumen tersebut.
Evaluasi uji-uji ulang melihat kecocokan hasil antar pengukuran terhadap subjek

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 51


yang sama tapi dilakukan pada waktu yang berbeda-beda, hanya berlaku jika
kondisi subjek stabil dalam interval waktu yang ditentukan.

Kesahihan
Kesahihan adalah sesuai dengan kebenaran, suatu baku emas yang teguh pada
kebenaran. Dokter dan peneliti seringkali harus mengukur suatu subjek yang luas
dan kompleks yang disebut construct (gagasan). Gagasan tersebut dapat
diklasifikasikan secara kategoris (seperti ada-tidak ada, kompeten-tidak
kompeten, diagnosis) dan secara berkesinambungan (seperti frekuensi,
intensitas, keparahan). Dalam konteks kategoris, kesahihan berhubungan dengan
pertanyaan apakah suatu instrumen dapat membuat klasifikasi yang benar.
Dalam konteks berkelanjutan, kesahihan berhubungan dengan pertanyaan
apakah nilai yang diberikan dapat mewakili keadaan yang sebenarnya (terkait
akurasi). Dengan demikian, akurasi dapat didefinisikan sebagai kedekatan antara
nilai yang terukur dan nilai yang sebenarnya. Kesahihan juga berhubungan
dengan sensitivitas dan spesifisitas. Sensitivitas adalah kemampuan suatu
instrumen untuk mengenali secara tepat semua orang yang mengalami suatu
kondisi tertentu, dengan kata lain “positif sebenarnya”. Jika sebuah instrumen
mempunyai sensitivitas 80%, maka artinya 80 dari 100 orang yang mengalami
suatu kondisi tertentu dinyatakan mengalami (positif sebenarnya) dan 20 orang
lainnya dinyatakan tidak mengalami (negatif palsu) oleh instrumen tersebut.
Spesifisitas adalah kemampuan suatu instrumen untuk mengenali mereka yang
tidak mengalami suatu kondisi tertentu, dengan kata lain “negatif sebenarnya”.
Jika sebuah instrumen mempunyai spesifisitas 80%, maka artinya 80 dari 100
orang yang tidak mengalami suatu kondisi tertentu akan dinyatakan tidak
mengalami (negatif sesungguhnya) dan 20 orang lainnya dinyatakan mengalami
(positif palsu) oleh instrumen tersebut. Pada umumnya, sensitivitas suatu
instrumen lebih penting daripada spesifisitasnya. Lebih penting untuk tidak
melewatkan orang-orang yang memang mengalami suatu kondisi tertentu (kasus
sebenarnya) daripada untuk memastikan beberapa orang yang ternyata tidak
mengalami kondisi tersebut. Instrumen yang mempunyai sensitivitas tertinggi
biasanya dijadikan sebagai Baku Emas. Selain sensitivitas dan spesifisitas,
dikenal pula nilai prediktif positif dan nilai prediktif negatif. Nilai prediktif positif

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 52


adalah peluang yang dimiliki oleh seseorang dengan hasil positif untuk sungguh
mengalami kondisi tersebut. Makin tinggi pre-valensi kondisi tersebut pada
populasi, makin akurat nilai prediktif positif instrumen tersebut. Nilai prediktif
negatif adalah peluang yang dimiliki oleh seseorang dengan hasil negatif untuk
tidak mengalami kondisi tersebut. Tabel 1 menunjukkan komponen kesahihan.

Tabel 1. Komponen Kesahihan


Hasil Skrining Kondisi Total
Mengalami Tidak
mengalami
Positif A (positif B (positif A + B
sebenarnya) palsu)
Negatif C (negatif D (negatif C + D
sebenarnya) palsu)
Total A + C B + D A + B + C + D

Keterangan:
• sensitivitas = A / (A + C) * 100
• spesifisitas = D / (B + D) * 100
• nilai prediktif positif = A / (A + B) * 100
• nilai prediktif negatif = D / (C + D) * 100
Jenis Skala
Skala yang dipakai dalam praktik dan penelitian psikiatrik dapat dibedakan ber-
dasarkan tujuannya, konsep yang diukur, dan prosedur pengukurannya.
Berdasar-kan tujuannya, kebanyakan skala penilaian psikiatrik masuk ke dalam
satu atau lebih kategori berikut: untuk membuat diagnosis, mengukur keparahan
dan mengikuti perubahan (gejala tertentu, fungsi keseluruhan, atau kondisi
secara umum), dan skrining untuk kondisi yang mungkin ada atau tidak ada.
Berdasarkan konsep yang diukur, suatu skala penilaian psikiatrik bisa mengukur
diagnosis, tanda dan gejala, keparahan, hendaya fungsional, kualitas hidup, dan
masih banyak lagi. Berdasarkan prosedur pengukurannya, skala pengukuran
psikiatrik dibedakan berdasarkan formatnya (daftar periksa sederhana, kuesioner,
wawancara terstruktur), orang yang mengukur (pasien awam, petugas kesehatan,
dokter dengan pendidikan setara Doktoral), dan sumber informasi (pasien,
informan, rekam medis).

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 53


Konsep Skrining
Intervensi (terapi) terhadap suatu kondisi medis berawal dari identifikasi masalah
medis yang dapat dicapai melalui skrining dan asesmen. Skrining, atau yang
disebut juga penyaringan dan penapisan, berasal dari bahasa Inggris screening
dan to screen. Skrining merupakan kiasan dari memilih atau menyeleksi. Secara
umum, skrining berarti memisahkan sesuatu dari sesuatu lainnya menggunakan
atau seperti menggunakan suatu saringan. Dalam dunia kedokteran, skrining
didefinisikan sebagai menguji seseorang atau sesuatu untuk adanya atau tidak
adanya suatu kondisi medis. Dengan demikian, skrining di bidang kesehatan
biasanya dikenakan atau dilakukan pada populasi umum atau pada orang-orang
yang tidak diketahui statusnya terhadap suatu kondisi medis yang hendak
diamati, bukan pada orang-orang yang menderita kondisi medis tersebut. Inisiatif
melakukan skrining biasanya berasal dari dokter atau institusi yang mempunyai
kepentingan (dalam bidang kese-hatan biasanya fasilitas pelayanan kesehatan),
bukan dari pasien atau orang-orang yang menderita suatu kondisi medis tertentu.
Dari penjelasan di atas, skrining tidak sama dengan uji diagnostik. Tabel 2
menunjukkan perbedaan antara skrining dan uji diagnostik.

Tabel 2. Perbedaan antara Skrining dan Uji Diagnostik


Skrining Uji Diagnostik
Subjek Populasi umum, Populasi dengan
orang yang masih indikasi, orang yang
sehat sudah sakit
Inisiatif Fasyankes, dokter, Pasien dengan
atau yang mempunyai keluhan
kepentingan lainnya
Hasil Sewaktu dan final Tidak final,
diagnosis dapat
dimodifikasi dengan
adanya bukti baru
Kesimpulan Berdasarkan satu Berdasarkan sejumlah
kriteria tanda, gejala, dan
temuan laboratorium
Akurasi Kurang Lebih baik
Biaya Lebih murah Lebih mahal
Dasar pengobatan Tidak Ya

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 54


Contoh instrumen skrining dalam dunia psikiatri adiksi antara lain CAGE, AUDIT,
dan ASSIST. Contoh instrumen diagnostik/ asesmen antara lain Addiction
Severity Indeks (ASI) dan Addiction Dimensions for Assessment and
Personalised Treatment (ADAPT) yang berhubungan dengan psikiatri adiksi dan
MINI-ICD, Hamilton’s Rating Scale for Anxiety (HAM-A) dan for Depression
(HAM-D), dan masih banyak lagi yang berhubungan dengan bidang kedokteran
jiwa secara umum.

Pada dasarnya, instrumen atau metode skrining yang baik memenuhi empat
kriteria berikut ini:
1. Penerimaan tinggi
2. Keandalan tinggi
3. Kesahihan tinggi
4. Biaya rendah

Pokok Bahasan 2
ASSIST
Latar Belakang
Dalam setelan pelayanan primer, banyak instrumen yang tersedia membutuhkan
waktu relatif lama dalam penyampaiannya. Di sisi lain, beberapa instrumen
singkat yang tersedia terlebih dulu (seperti CAGE dan AUDIT) berfokus pada zat
tertentu dan pola penggunaan zat yang spesifik yakni ketergantungan, kurang
bermanfaat untuk mendeteksi pola penggunaan zat lainnya yang belum sampai
pada ketergan-tungan. Skrining yang tersedia juga mempunyai sejumlah
keterbatasan dari per-spektif lintas-budaya karena sebagian besar instrumen
tersebut dikembangakan di Amerika Serikat dan tak menunjukkan sensitivitas dan
spesifisitas yang baik untuk dapat dipakai pada kebudayaan yang berbeda.
Kebanyakan dari instrumen skrining tersebut juga belum divalidasi secara luas.
Situasi itulah yang melatarbelakangi dikembangkannya ASSIST pada 1997.

Deskripsi
ASSIST merupakan singkatan dari Alcohol, Smoking, and Substance
Involvement Screening Test, yang bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia
Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 55
menjadi Uji Saring Keterlibatan Alkohol, Rokok, dan Zat. ASSIST merupakan
instrumen penyaring yang dikembangkan pada 1997 oleh Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization, WHO) dan para peneliti dan pakar adiksi dari
berbagai negara sebagai respons terhadap beban kesehatan masyarakat terkait
dengan pengunaan zat psikoaktif sedunia.

ASSIST dikembangkan utamanya untuk digunakan pada fasilitas kesehatan


primer dimana penggunaan zat yang berisiko dan merugikan diantara para
pasien mungkin tidak terdeteksi.

ASSIST v3.1 merupakan kuesioner 8-pertanyaan yang dirancang untuk


disampaikan oleh seorang petugas kesehatan kepada seorang klien
menggunakan kertas dan alat tulis, dan membutuhkan sekitar 5-10 menit untuk
menjalankannya. ASSIST dirancang agar netral secara budaya dan dapat
digunakan lintas budaya yang beragam untuk menyaring penggunaan alkohol,
produk tembakau, opioida, kanabis, kokaina, stimulan lainnya, sedatif dan obat
tidur (benzodiazepin), halusinogen, inhalan, dan zat psikoaktif lainnya. Instrumen
ini mendapatkan informasi dari pasien tentang penggunaan seumur hidup dan
penggunaan dan masalah terkait selama tiga bulan terakhir. ASSIST dapat
mengidentifikasi berbagai masalah yang berhubungan dengan penggunaan zat,
seperti intoksikasi akut, penggunaan teratur, dan perilaku menyuntik.

Riwayat
Pengembangan ASSIST merupakan pengembangan dari pekerjaan WHO
sebelum-nya yang bernama proyek AUDIT, singkatan dari Alcohol Use Disorders
Identification Test. Proyek tersebut berhasil mendorong penggunaan skrining dan
intervensi singkat dalam mengatasi masalah penggunaan alkohol di fasyankes
primer. Kombi-nasi antara AUDIT (skrining) dan intervensi singkat efektif dalam
mengurangi masalah terkait-alkohol di fasyankes primer.

ASSIST telah melewati tiga fase utama pengujian untuk memastikan kandalan
dan kesahihannya dalam setting internasional. Fase pertama dari proyek ASSIST
WHO dilakukan pada 1997 dan 1998. Fase tersebut merupakan fase
Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 56
pengembangan ASSIST versi pertama (v1.0). Kuesioner konsepnya mempunyai
12 pertanyaan. Keandalan dan fisibilitas kuesioner tersebut dinilai dalam suatu uji
reliabilitas uji-uji ulang yang dilakukan di Australia, Brazil, India, Inggris Raya dan
Irlandia Utara, Irlandia, Israel, Palestina, Puerto Rico, dan Zimbabwe. Sepuluh
negara tersebut dipilih untuk memastikan partisipan yang beragam secara
budaya dan mempunyai pola penggunaan zat yang berbeda. Hasilnya
menunjukkan bahwa ASSIST mempunyai keandalan dan fisibilitas yang baik.
Berdasarkan umpan balik dari partisipan dan untuk memastikan semua butir
mudah ditanyakan dan dipahami, ASSIST direvisi menjadi kuesioner 8-
pertanyaan (v2.0).

Fase kedua dari proyek tersebut berupa penelitian kesahihan pada beragam
fasyan-kes primer dan lembaga rehabilitasi di Amerika Serikat, Australia, Brazil,
India, Inggris Raya, Thailand, dan Zimbabwe pada 2000 dan 2002. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa ASSIST mempunyai kesahihan yang baik. Fase
tersebut juga mengembangkan skor untuk risiko “rendah”, “sedang”, dan “tinggi”.
Fase tersebut menghasilkan kuesioner ASSIST v3.0 dan kemudian direvisi
menjadi ASSIST v3.1 untuk dipakai dalam setting klinis (v3.0 dianjurkan untuk
dipakai dalam setting penelitian). Sebuah penelitian pendahuluan yang juga
dilakukan pada periode waktu yang sama menunjukkan bahwa partisipan dalam
penelitian validasi yang direkrut dari fasyankes primer sungguh mengurangi
penggunaan zat mereka bila diberikan intervensi singkat terkait skor ASSIST
mereka.

Fase ketiga berupa penelitian terkendali acak yang melihat efektivitas intervensi
singkat yang dihubungkan dengan skor ASSIST risiko sedang untuk penggunaan
kanabinoida, kokaina, stimulan jenis-amfetamin atau opioida. Partisipan direkrut
dari setting fasyankes primer di Amerika Serikat, Australia, Brazil, dan India
antara 2003 dan 2007. Intervensi singkat berlangsung selama 5 – 15 menit,
berdasarkan model FRAMES, dan menggabung-kan teknik Wawancara
Motivasional. Intervensi singkat diperkuat dengan informasi bantu-diri yang
dibawa pulang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa parti-sipan yang
menerima intervensi singkat mempunyai skor ASSIST yang menurun secara

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 57


bermakna setelah tiga bulan dibandingkan dengan partisipan kontrol yang tidak
menerima intervensi singkat. Terlebih lagi, lebih dari 80% partisipan dilaporkan
mencoba untuk mengurangin penggunaan zat mereka setelah menerima
intervensi singkat dan juga menyampaikan komentar positif pada dampak
intervensi singkat.
ASSIST diadaptasi ke Bahasa Indonesia dan diujicobakan pada beberapa
puskes-mas di Indonesia bagian Timur pada 2004 – 2006. Subjek uji coba
tersebut berasal dari populasi umum. Pada 2013, ASSIST kembali diujicobakan
di Gorontalo dan Manado. Fokus dari uji coba kala itu adalah identifikasi masalah
medis umum yang menyertai penggunaan napza. Pada 2014, Kementerian
Kesehatan RI melakukan evaluasi dampak buruk minuman beralkohol pada
sistem gastrointestinal dan kardiovaskular dengan menggunakan ASSIST.
Evaluasi tersebut dilakukan di sepuluh kota yang mempunyai masalah terkait
minuman beralkohol tertinggi di Indo-nesia: Ambon, Batam, Denpasar, Pontianak,
Jakarta, Kupang, Gorontalo, Manado, Medan, dan Sorong. Pada 2016, uji coba
pelatihan skrining dengan menggunakan ASSIST dilakukan di tiga kota: Batam,
Denpasar, dan Gorontalo. Uji coba tersebut untuk menerapkan ASSIST pada
puskesmas yang tidak ditetapkan sebagai Institusi Penerima Wajib Lapor.
Dengan demikian, ASSIST terbukti memenuhi empat kriteria instrumen skrining
yang baik, sebagaimana telah dijelaskan di atas. Secara umum, ASSIST
mempunyai kelebihan dari skrining yang sudah ada yang dapat dijabarkan
sebagai berikut:
• Lebih cepat penyampaiannya
• Menyaring semua zat psikoaktif
• Dapat dipakai di fasyankes primer
• Mempunyai relevansi lintas budaya
• Dapat dengan mudah merujuk ke suatu intervensi singkat

VII. Referensi
1. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P, Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, Edisi ke-11, 2015, Wolters Kluwer.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 58


2. Meena S, Ali R, WHO ASSIST-BI Training of Trainers Manual for Trainer,
2009, University of Adelaide, Australia.
3. Humeniuk R et al, The Alcohol, Smoking and Substance Involvement
Screening Test (ASSIST): Manual for Use in Primary Care, 2010, World
Health Organization.
VIII. Lampiran
Lembar Penugasan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 59


MATERI INTI 4
CARA MENGGUNAKAN DAN MELAKUKAN SKORING ASSIST

I. Deskripsi Singkat
Instrumen ASSIST yang pertama kali dibuat oleh WHO adalah untuk meningkatkan
proses uji skrining terhadap alkohol dan intervensi sederhana melalui perkembangan
dan validasi Alcohol Use Disorders Identification (AUDIT). Seperti halnya instrumen
AUDIT, ASSIST juga dirancang secara khusus untuk digunakan secara internasional
pada pusat layanan kesehatan primer dan untuk mengidentifikasi:
• Individu dengan pola penggunaan Napza yang menunjukkan adanya masalah
berisiko.
• Individu yang mengalami masalah yang berhubungan dengan penggunaan
Napza.
• Individu yang berada pada risiko ketergantungan.

II. Tujuan Pembelajaran


Pada akhir sesi, peserta mampu menggunakan dan melakukan skrining NAPZA
dengan skoring ASSIST

III. Pokok Bahasan


Dalam modul ini, dibahas pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1: Pengisian Instrumen ASSIST
Pokok Bahasan 2: Skoring ASSIST

IV. Bahan Belajar


1. Handout Pelatihan
2. Materi presentasi

V. Langkah Pembelajaran
1. Presentasi materi

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 60


2. Curah pendapat tentang instrumen ASSIST , cara pengisian, penulisan
skoring dan bagaimana menginterpretasikan skoring ASSIST
3. Ceramah tanya jawab
4. Diskusi kelompok
5. Bermain peran (role play)
VII. Uraian Materi

A. PENGISIAN INSTRUMEN ASSIST


Kuesioner ASSIST terdiri dari 8 (delapan) pertanyaan. Pertanyaan nomor satu
sampai dengan tujuh menanyakan penggunaan Napza dan masalah terkaitnya
berdasarkan 10 kategori Napza.
• PERTANYAAN 1 bertanya tentang Napza yang pernah digunakan oleh
pasien sepanjang kehidupannya
• PERTANYAAN 2 bertanya tentang frekuensi pemakaian Napza psikoaktif
dalam tiga bulan terakhir, dan Napza mana yang memberikan indikasi paling
relevan dengan keadaan kesehatannya saat ini.
• PERTANYAAN 3 bertanya tentang frekuensi mengalami keinginan sangat
kuat atau mendesak untuk memakai tiap Napza dalam tiga bulan terakhir.
• PERTANYAAN 4 bertanya tentang frekuensi masalah kesehatan, sosial,
hukum dan keuangan yang berhubungan dengan pemakaian Napza dalam
tiga bulan terakhir.
• PERTANYAAN 5 bertanya tentang frekuensi dan pemakaian mana dari tiap
Napza yang mengganggu peran atau tanggung jawab dalam tiga bulan
terakhir.
• PERTANYAAN 6 merujuk pada Napza yang pernah digunakan dan bertanya
tentang apakah ada seseorang yang pernah menyatakan perhatiannya
tentang penggunaan Napzanya dan kapan itu terjadi.
• PERTANYAAN 7 bertanya tentang apakah pasien pernah mencoba dan
gagal mengurangi pemakaian Napzanya dan kapan itu terjadi?
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat mengindikasikan pemakaian Napza yang
berbahaya dan berisiko tinggi, dan juga ketergantungan. Skor rata-rata
ASSIST mungkin dapat mengindikasikan pemakaian Napza yang berisiko
tinggi atau berbahaya. Ketergantungan Napza diindikasikan secara khusus
Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 61
oleh adanya usaha mencoba tapi gagal mengurangi atau menghentikan
pemakaian Napza, dan mereka yang memiliki skor yang tinggi dari ASSIST
mungkin mengalami ketergantungan dan berada pada risiko yang berbahaya.
• PERTANYAAN 8 difokuskan pada penggunaan Napza dengan cara suntikan
dan bertanya tentang apakah pasien pernah menggunakan Napza yang
disuntikkan? Injeksi di pisahkan karena merupakan aktivitas risiko tinggi yang
berhubungan dengan risiko meningkatnya ketergantungan, virus yang
menular melalui darah seperti HIV/AIDS dan hepatitis C dan dengan level
lebih tinggi terhadap masalah akibat penggunaan obat.

Kapan menggunakan ASSIST ?


ASSIST dapat digunakan dengan beberapa cara untuk menilai pemakaian Napza
pasien, secara ideal, seluruh pasien harus disaring tiap tahun sebagai bagian dari
program promosi skrining kesehatan. Hal ini penting bagi pelayanan kesehatan
primer dimana terdapat proporsi tinggi pasien yang memiliki masalah pemakaian
Napza, misalnya pelayanan kesehatan universitas, klinik infeksi menular seksual,
pelayanan kesehatan primer pada daerah prevalensi penyalahgunaan zat
psikoaktif yang tinggi (lihat kotak A).
• Bila petugas kesehatan hanya menyaring pasien yang mereka duga
mengalami masalah pemakaian Napza, maka mereka kemungkinan
kehilangan bagian yang bermakna dari pasien dengan masalah
penyalahgunaan Napza dan berisiko tinggi.
• Masalah penyalahgunaan Napza secara umum terjadi pada usia remaja.
Remaja dapat dipandang sebagai batu loncatan yang kritis terhadap masalah
penyalahgunaan zat dan merupakan waktu yang tepat untuk mengadakan
skrining. Usia yang pasti dimana pelaksanaan program ini paling tepat
bervariasi dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari prevalensi lokal dan
pola penggunaan. Kita perlu hati-hati dengan usia hukum di negara kita dan
permintaan hukum yang berhubungan skrining dan intervensi remaja yang
berada di bawah usia hukum tersebut.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 62


KOTAK A: SIAPA YANG AKAN DI SKRINING?

• Idealnya , seluruh pasien dalam program uji skrining promosi kesehatan mulai usia
remaja.
• Pusat pelayanan kesehatan primer yang memiliki proporsi tinggi penggunaan Napza
– pelayanan kesehatan universitas, klinik IMS, daerah dengan prevalensi tinggi.
• Pasien yang keluhannya menandakan adanya hubungan dengan penyalahgunaan
Napza
• Pasien dengan kondisi kesehatan yang diperburuk oleh penyalahgunaan Napza.
• Perempuan hamil

MEMPERTIMBANGKAN PASIEN

ASSIST dapat diberikan sendiri atau bersama-sama dengan pertanyaan lain


sebagai bagian dari anamnesis kesehatan umum, kuesioner perilaku hidup sehat
atau sebagai bagian dari riwayat penyakit. Pasien akan bersikap positif dan
berusaha untuk jujur dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ASSIST, bila sikap
petugas kesehatan :

- menunjukkan sikap mendengarkan apa yang disampaikan pasien

- menunjukkan sikap bersahabat dan tidak judgemental

- menunjukkan sikap sensitif dan empati

- menjelaskan batasan kerahasiaan

- tetap berupaya untuk bersikap obyektif

Petugas perlu menjelaskan bahwa proses skrining penyalahgunaan zat sama


dengan proses skrining yang lain seperti pengukuran tekanan darah, atau bertanya
tentang diet dan olah raga. Menghubungkan proses skrining ini dengan keluhan
pasien yang relevan saat itu, dapat menolong pasien untuk melihat hubungan antara
masalah penggunaan zat yang mereka lakukan dan masalah kesehatan mereka dan
akan membuat pasien lebih dapat menerima proses skrining dengan menggunakan
ASSIST ini.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 63


Sangat penting saat bertanya tentang penggunaan zat yang mungkin ilegal
memberikan jaminan pada pasien bahwa jawaban mereka akan sangat dirahasiakan
dan tidak akan diberikan pada orang siapapun.

Petugas kesehatan perlu memilih lingkungan/keadaan yang tepat untuk memberikan


ASSIST , bersikap fleksibel dan sensitif terhadap kebutuhan pasien. Bila pasien
membutuhkan penanganan darurat atau berada dalam keadaan menderita atau
menahan rasa sakit, maka sangat baik bila menunggu sampai kondisi medis mereka
telah stabil dan mereka merasa nyaman sebelum diberikan ASSIST. Gunakan
kemampuan diagnosa klinis untuk menentukan waktu yang tepat berbicara tentang
ASSIST dengan setiap pasien (lihat kotak B).

Pasien yang dalam keadaan intoksikasi ataupun withdrawal mungkin tidak mampu
memberikan respon yang dapat dipercaya dan proses skrining harus dipikirkan untuk
ditunda. Mungkin tepat bila membuat janji di lain waktu secara khusus untuk
memberikan ASSIST dan berbincang-bincang tentang masalah penggunaan zat
tersebut.

KOTAK B : KAPAN MENUNDA PROSES UJI SKRINING ?

• Bila pasien dalam kondisi intoksikasi atau withdrawal


• Bila pasien membutuhkan pelayanan gawat darurat
• Bila pasien sedang menderita atau kesakitan

Memperkenalkan ASSIST kepada pasien

ASSIST harus diperkenalkan secara hati-hati dengan penjelasan yang ringkas


terutama alasan-alasan mengapa mengajukan pertanyaan tersebut dan instruksi
yang berhubungan.

Kuesioner ASSIST berbentuk kartu yang juga berisi contoh instruksi pada sisi
sebelahnya dan daftar zat yang dicakup dalam kuesioner pada kartu lain (kartu
napza).

Secara jelas, introduksi ASSIST pada pasien harus mencakup :

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 64


- adanya kartu respons bagi pasien
- daftar Napza dan terminologi yang digunakan
- tiga bulan terakhir/sepanjang hidup
- hanya bagi obat-obat yang tidak diresepkan
- batasan kerahasiaan

Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi batasan kerahasiaan tersebut, misal bila


dalam lingkungan rumah tahanan. Demikian juga bila terkait dengan kondisi yang
harus dilaporkan, misal adanya risiko buruk atau ancaman pada anak.

Selama memperkenalkan dan memberikan instruksi ASSIST, maka petugas


kesehatan harus mengelompokkan napza mana yang akan akan dimasukkan dalam
wawancara dan memastikan bahwa zat-zat tersebut tersusun berdasarkan nama
yang mudah dimengerti oleh pasien.

Kartu respons untuk pasien berisi daftar kategori napza yang dicakup dalam ASSIST
bersama-sama dengan serangkaian nama yang berhubungan dengan tiap kategori.
Juga berisi respon frekuensi untuk tiap pertanyaan. Nama-nama napza yang ada
pada kartu adalah yang paling banyak digunakan di negara-negara dimana ASSIST
di uji coba, tapi pewawancara harus menggunakan nama yang tepat sesuai dengan
situasi negara/lokal mereka. Lakukan pengecekan bersama-sama pasien, nama-
nama napza apa yang mereka gunakan untuk menggambarkan napza tertentu dan
menggunakan nama sesuai dengan yang mereka tahu.

Berikut ini adalah contoh memperkenalkan ASSIST yang dapat digunakan langsung
atau dimodifikasi sesuai dengan situasi lokal.

“Banyak zat dan obat-obatan dapat mempengaruhi kesehatan anda. Maka sangat
penting bagi pelayanan kesehatan memiliki informasi yang tepat tentang bagaimana
anda menggunakan berbagai napza-obatan, dalam rangka menyediakan cara
penanganan yang tepat. Saya akan bertanya kepada anda tentang bagaimana anda
menggunakan alkohol, produk-produk tembakau dan zat atau obat-obatan lain
sepanjang kehidupan anda dan dalam tiga bulan terakhir. Zat-zat ini dapat
digunakan dengan cara dihisap, disedot, ditelan, dihirup, disuntikkan atau digunakan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 65


dalam bentuk pil. (Tunjukkan kepada pasien kartu respon dari napza yang
digunakan).

Beberapa zat yang ada dalam daftar ini mungkin adalah resep dari dokter (seperti
amfetamin, sedatif, obat anti nyeri). Untuk wawancara ini kami tidak membutuhkan
obat-obatan yang diresepkan dokter. Namun demikian, bila anda telah memakai
obat-obat tersebut untuk alasan lain selain pertimbangan dokter, atau memakainya
lebih sering atau dengan dosis yang lebih dari yang diresepkan, tolong beritahu
kami. Kami juga ingin mengetahui apakah anda menggunakan napza yang dilarang;
yakinlah bahwa informasi yang anda berikan akan sangat dirahasiakan”.

Bagi pasien dimana penggunaan napza dilarang oleh hukum, budaya atau agama
maka informasi dibutuhkan untuk mengetahui larangan tersebut dan mendorong
terjadinya respon yang jujur dari perilaku mereka yang sebenarnya.

Contoh:

“Saya mengerti bahwa orang lain berpikir anda tidak menggunakan alkohol atau
obat-obatan lain sama sekali ....tapi lebih penting dari hal itu adalah penilaian
dampaknya terhadap kesehatan anda,untuk mengetahui hal yang sebenarnya yang
telah anda lakukan”.

Saat ini ASSIST hanya divalidasi untuk digunakan dalam bentuk wawancara.
Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk menentukan apakah ASSIST cocok untuk
dikerjakan sendiri oleh pasien.

Format wawancara memiliki sejumlah keuntungan:

• ASSIST dapat diberikan bahkan bila pasien buta huruf.


• Petugas kesehatan dapat menjelaskan pertanyaan yang sangat sulit untuk
dimengerti dan dapat bertanya pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
menyelidik untuk mengelompokkan jawaban yang tidak konsisten atau tidak
lengkap.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 66


Daftar Napza dalam Kartu Respons
a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing tobacco, cigars/cerutu,
tembakau kemenyan, e-cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits, vodka, tequila,
tuak, cap tikus, topi miring/tomi, sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass, hash, dll)
d. Kokain (coke, crack, dll)
e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi, ice, dll)
f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent, spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, flunitrazepam, dll)
h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur ajaib, PCP, Special
K, kecubung, dll)
i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol, buprenorfin, dll)
j. Napza lain – Spesifik: contoh : DMP, THP, CTM, Carisoprodol, Khat,
Kanabis sintetis (Gorilla, hanoman,sun go kong), dll

Kartu Respons Untuk Pasien


(3 bulan = 12 minggu = 90 hari)
Kartu Respons
Dalam tiga bulan terakhir (ASSIST pertanyaan 2 - 5)
Tidak pernah: tidak menggunakannya dalam 3 bulan terakhir
Satu atau dua kali: 1 atau 2 kali dalam 3 bulan terakhir
Bulanan: 1 sampai 3 kali tiap bulan dalam 3 bulan terakhir
Mingguan: 1 sampai 4 kali tiap minggu
Harian atau hampir setiap hari: 5 – 7 hari tiap minggu.

Kartu Respon
Sepanjang kehidupan (ASSIST pertanyaan 6 - 8)
Tidak, tidak pernah
Ya, tapi tidak dalam tiga bulan terakhir
Ya, dalam tiga bulan terakhir

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 67


Kesalahan pengisian terutama bila tidak mempunyai batasan yang jelas terkait
kerangka waktu yang ada. Terutama untuk memahami apa yang dimaksud dengan
satu bulan.

KETRAMPILAN PELAKSANAAN ASSIST


Perlu pelatihan agar seorang petugas kesehatan mampu memastikan skoring yang
tepat dari jawaban pasien, dimana untuk memenuhinya maka pasien harus
memahami pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan ASSIST yang baik
yaitu :
- Pegang kuesioner sehingga pasien tidak melihat tulisan pewawancara – atau
akan mempengaruhi respons pasien
- Tiap respons untuk tiap napza dan tiap pertanyaan harus dilingkari – termasuk
semua nilai nol atau respons negatif – atau akan timbul keraguan akibat
memasukkan kode dan berakibat skor yang salah
- Butuh tehnik re-phrase untuk beberapa pertanyaan pada pasien-pasien
tertentu
- Ingatlah mungkin perlu dilakukan pengulangan dan penegasan terhadap
beberapa pertanyaan (misal pertanyaan 4)
- Bangun kerangka pikir tentang penggunaan napza pasien dan problem terkait
yang dihadapi pasien berdasarkan jawaban dari tiap pertanyaan ( terutama
pertanyaan 2 terkait frekuensi penggunaan dalam 3 bulan terakhir )
- Jawaban yang tidak konsisten terkait frekuensi dan pola penggunaan
napzanya harus digali lebih dalam untuk memastikan bahwa petugas
kesehatan sudah menyampaikan pertanyaan dengan tepat dan pasien sudah
memahami pertanyaan tersebut.

Sangat penting bagi seorang petugas kesehatan untuk mengetahui cara skoring
ASSIST sebelum melaksanakan wawancara ASSIST. Bila respons pasien tidak
dijawab secara benar maka hasil akhir mungkin salah dan berdampak pada umpan
balik yang tidak tepat dan potensial mengakibatkan intervensi yang tidak tepat juga.
Sebagai contoh pertanyaan 2 sampai dengan 5 tentang frekuensi penggunaan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 68


napza dalam 3 bulan terakhir. Penting untuk diingat bahwa dalam 3 bulan terakhir =
dalam 12 minggu terakhir = dalam 90 hari terakhir.
Contoh pada pertanyaan 2 : Selama tiga bulan terakhir, seberapa sering anda
pernah menggunakan zat seperti yang anda katakan ?, frekuensi dan respons terkait
berarti berikut ini :
- Tidak pernah– berarti napza tersebut tidak digunakan selama 3 bulan terakhir
(maka skor = 0)
- Satu atau dua kali – berarti napza tersebut pernah digunakan 1 sampai 2 kali
selama 3 bulan terakhir (maka skor = 2)
- Tiap bulan – berarti napza tersebut digunakan rata-rata 1 – 3 kali tiap bulan
selama 3 bulan terakhir – maka total frekuensi penggunaan 3 – 9 kali selama
3 bulan terakhir (maka skor = 3)
- Tiap minggu – berarti napza tersebut digunakan 1 – 4 kali perminggu selama
3 bulan terakhir (maka skor = 4)
- Tiap hari/hampir tiap hari – berarti napza tersebut telah dipakai rata-rata 5 – 7
hari tiap minggu selama 3 bulan terakhir (maka skor = 6)

BAGAIMANA MELAKSANAKAN WAWANCARA ASSIST ?


Kuesioner ASSIST berisi beberapa hal pokok dan instruksi untuk menuntun
pewawancara selama wawancara berlangsung. Beberapa instruksi ini mengizinkan
pewawancara untuk meninggalkan dulu beberapa pertanyaan bagi pasien-pasien
tertentu dan meringkaskan wawancara. Instruksi yang lain mengingatkan
pewawancara bahwa dibutuhkan probing untuk mendapatkan respon yang tepat.
Walaupun ada fleksibilitas dalam wawancara, namun perlu diperhatikan bahwa
seluruh pertanyaan yang relevan harus telah ditanyakan dan bahwa semua jawaban
telah dicatat.
Pertanyaan 1 dan 2 adalah saringan awal, yang berarti menentukan jenis napza apa
yang akan ditanyakan terkait pertanyaan-pertanyaan selanjutnya.
Gambar berikut ini menjelaskan alur secara umum dalam pelaksanaan ASSIST :

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 69


GAMBAR 1: PELAKSANAAN ASSIST

Bila semuanya
“tidak”
PERTANYAAN 1 AKHIRI KALKULASI SKOR
WAWANCARA

Bila “ya” untuk tiap napza

Bila semuanya
“tidak pernah”
PETANYAAN 2 PERTANYAAN
6,7&8

Bila “ya” untuk tiap napza

PERTANYAAN 3,4
&5

PERTANYAAN 1 – Dalam kehidupan anda , zat apa saja di bawah ini yang
pernah digunakan? (hanya penggunaan non medis)

(jawaban = ‘iya’ atau ‘tidak’)

Pertanyaan ini tentang penggunaan napza selama ini, misalnya, jenis napza yang
pernah digunakan walaupun hanya sekali. Setiap pasien harus ditanyakan
pertanyaan ini untuk setiap daftar zat. Bantu pasien untuk mengingat setiap jenis
napza, termasuk jenis napza yang disebutkan dalam bahasa gaul. Untuk selanjutnya
gunakanlah istilah yang sama seperti yang disebutkan pasien. Bila ada jenis napza
yang digunakan tidak termasuk dalam daftar napza yang tertera, maka tulis dalam
bagian “napza lainnya” dan sebutkan namanya, misal DMP, THP, CTM,
Carisoprodol, dll. Bila pasien menjawab “tidak” untuk napza tertentu, maka jangan
tanyakan lagi jenis napza tersebut pada pertanyaan berikutnya ( semua jawaban
terkait napza tersebut adalah ‘0’ ). Maka nilai P1 tidak masuk dalam skoring.
Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 70
PERTANYAAN 2 - Selama tiga bulan terakhir, seberapa sering anda pernah
menggunakan zat seperti yang anda katakan (Zat pertama, zat kedua, dll) ?

(jawaban=’tidak pernah’, ‘satu atau dua kali’, ‘tiap bulan’, ‘tiap minggu’, ‘harian atau
hampir tiap hari’)

Bila pasien menjawab “ya” untuk PERTANYAAN 1 untuk setiap zat yang terdaftar
maka kemudian berpindah pada PERTANYAAN 2 yang bertanya tentang pemakaian
napza dalam tiga bulan terakhir. Pertanyaan 2 harus ditanyakan untuk tiap napza
yang pernah digunakan. Bila jawaban “tidak pernah” terhadap seluruh item pada
pertanyaan 2, maka berpindah pada pertanyaan 6. Bila setiap napza telah pernah
digunakan dalam tiga bulan terakhir, maka kemudian berpindah pada pertanyaan 3,4
dan 5 untuk tiap napza yang digunakan.

PERTANYAAN 3 – Selama tiga bulan terakhir, seberapa sering anda


mempunyai keinginan yang kuat untuk menggunakan (zat pertama, zat
kedua,dll) ?

(jawaban=’tidak pernah’, ‘satu atau dua kali’, ‘tiap bulan’, ‘tiap minggu’, ‘harian atau
hampir tiap hari’)

Pertanyaan 3 menggambarkan risiko tinggi penggunaan atau ketergantungan napza.


Pada saat pasien mulai menggunakan napza dengan peningkatan frekuensi, atau
memiliki riwayat penggunaan napza maka dapat timbul keinginan atau dorongan
yang kuat untuk menggunakan kembali. Hal ini biasanya berhubungan dengan
adanya craving atau berhubungan dengan seseorang yang sudah ketergantungan
napza. Perlu diingat bahwa pertanyaan ini bukan bertujuan untuk merekam
keinginan menggunakan napza yang ringan atau sedang atau juga keinginan yang
muncul karena adanya kesempatan (sebagai contoh, pasien yang ditawari napza
dan menjadi merasa ingin kembali menggunakan napza, tapi tidak memiliki
keinginan untuk mengkonsumsi napza sebelum adanya kejadian penawaran napza
tersebut). Tidak semua pasien yang menggunakan napza akan mengalami rasa
keinginan yang kuat untuk menggunakan napza.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 71


Skor yang tinggi pada Pertanyaan 3 umumnya terkait erat dengan :

- Frekuensi penggunaan napza yang meningkat (biasanya satu minggu sekali


atau lebih) , dan/atau;
- Masalah penggunaan napza sebelumnya, dan/atau;
- Type napza yang digunakan (keinginan menggunakan berkaitan erat dengan
penyalahgunaan dan kecendrungan ketergantungan napza, sebagai contoh
kokain dapat menimbulkan keinginan yang kuat untuk menggunakan meski
hanya dengan beberapa kali penggunaan saja, sementara dengan riwayat
konsumsi alkohol harian dapat tidak menimbulkan keinginan kuat untuk
mengkonsumsi lagi pada saat abstinens), dan/atau;
- Penggunaan napza dengan cara menyuntik
Semua yang di atas adalah hal-hal umum yang penting untuk membantu
menentukan skor Pertanyaan 3, meskipun demikian ketrampilan penilaian klinis tetap
dibutuhkan karena beberapa pasien dapat juga mempunyai pengalaman yang
berbeda.

Hal-hal penting lain pada saat mengajukan Pertanyaan 3, adalah :

- Tanya hanya pada jenis napza yang dipergunakan selama 3 bulan terakhir
(sesuai dengan Pertanyaan 2). Beberapa pasien mungkin mengalami
keinginan kuat untuk menggunakan namun tidak ada penggunaan napza
selama tiga bulan terakhir – dan ini tidak dicatat dalam ASSIST.
- Dampingi klien untuk memahami arti pertanyaan, penggunaan napza harian
dapat berarti menggambarkan adanya keinginan kuat untuk menggunakan
napza tersebut.

PERTANYAAN 4 – Selama tiga bulan terakhir, seberapa sering napza yang


anda gunakan dari (zat pertama, zat kedua, dll) yang menyebabkan timbulnya
masalah kesehatan, sosial, hukum dan masalah keuangan ?

(jawaban=’tidak pernah’, ‘satu atau dua kali’, ‘tiap bulan’, ‘tiap minggu’, ‘harian atau
hampir tiap hari’)

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 72


Pertanyaan 4 bertujuan untuk menentukan bahwa penggunaan napzanya sudah
menimbulkan masalah buatnya, dan bagaimana frekuensi penggunaannya selama
tiga bulan terakhir penggunaannya. Pertanyaan 4 hanya ditanyakan pada napza
yang dipergunakan selama 3 bulan terakhir (sesuai dengan hasil Pertanyaan 2).
Kebanyakan pasien tidak menyadari adanya masalah terkait penggunaan napzanya,
biasanya adalah masalah kesehatan, dan oleh karena itu petugas kesehatan harus
membantu pasien memahami adanya dua kondisi yang berhubungan tersebut.
Adanya kartu umpan balik ASSIST dapat membantu petugas kesehatan memberikan
penjelasan pada pasien tentang masalah masalah yang dapat timbul akibat
penggunaan napza secara spesifik tiap jenis.

Sebagai contoh, untuk penggunaan tembakau : “ Selama 3 bulan terakhir, seberapa


sering penggunaan tembakaumu menimbulkan masalah kesehatan, social, legal,
atau keuangan seperti nafas sesak, merasa badan kurang fit, lama penyembuhan
bila terkena infeksi atau masalah keuangan dimana tidak dapat membeli barang
kebutuhan karena uang habis untuk membeli tembakau….?”

PERTANYAAN 5 – Selama tiga bulan terakhir, seberapa sering anda gagal


melakukan hal-hal yang biasa anda lakukan disebabkan karena penggunaan
dari (zat pertama, zat kedua, dll) ?

(jawaban=’tidak pernah’, ‘satu atau dua kali’, ‘tiap bulan’, ‘tiap minggu’, ‘harian atau
hampir tiap hari’)

Pertanyaan 5 hanya ditanyakan pada napza yang dipergunakan selama 3 bulan


terakhir (sesuai dengan hasil Pertanyaan 2). Pertanyaan ini untuk melihat adanya
masalah ketidakmampuan pasien memenuhi tugas atau kewajibannya akibat
penggunaan napzanya, misal karena kondisi intoksikasi, proses pemulihan atau
banyak menghabiskan waktunya untuk mencari zat (sebagai contoh berjam-jam
menunggu datangnya napza dari pengedar dan akhirnya tidak dapat memenuhi
jadwal kehadiran dalam rapat).

Penggunaan tembakau tidak masuk dalam Pertanyaan 5 karena secara umum,


orang-orang tidak menjadi gagal melakukan tugas ataupun kewajibannya akibat
mereka adalah perokok.
Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 73
Pada kasus tertentu dimana pasien sudah kehilangan pekerjaan atau kehilangan
dukungan keluarga atau lainnya akibat penggunaan napzanya, maka untuk
mengganti kewajiban pekerjaan adalah dengan hal-hal dasar kebutuhan pribadinya
seperti apakah pasien gagal untuk membersihkan rumah atau makan teratur.

PERTANYAAN 6 – Pernahkah teman, keluarga atau seseorang lainnya yang


mengungkapkan kepedulian mereka tentang penggunaan dari (zat pertama, zat
kedua, dll) ?

(jawaban=’tidak pernah’, ‘satu atau dua kali’, ‘tiap bulan’, ‘tiap minggu’, ‘harian atau
hampir tiap hari’)

Pertanyaan ini untuk mengetahui adanya orang lain (misal : keluarga, teman,
partner, pasangan, orangtua, anak, dokter, pekerja , guru, dll) yang menunjukkan
kepedulian pada pasien.

Kepedulian dapat berarti mengajak diskusi, bertanya, meributkan, memberi saran,


mengkhawatirkan, marah, dll oleh pihak lain terhadap dirinya.

PERTANYAAN 7 – Pernahkah anda mencoba untuk mengurangi atau


menghentikan penggunaan (zat pertama, zat kedua, dll) tetapi gagal? (Jawaban
: ‘tidak, tidak pernah’, ‘ya,dalam 3 bulan terakhir’, ‘ya,tapi tidak dalam 3 bulan
terakhir’)

Pertanyaan 7 sebagai indikator ketergantungan atau penggunaan dengan risiko


tinggi dan untuk melihat adanya kehilangan kontrol penggunaan napza sepanjang
kehidupannya. Ketergantungan napza, atau adiksi, adalah penyakit kronis berulang,
dan orang akan melakukan beberapa kali upaya untuk mengurangi, menghentikan
penggunaan napzanya sampai berhasil stop.

Kehilangan kontrol tampak dari gagalnya upaya untuk mengontrol, mengurangi atau
menghentikan penggunaannya. Pada Pertanyaan ini untuk upaya yang gagal untuk
mengurangi penggunaan dalam 3 bulan terakhir berarti memiliki skor tertinggi dan
merupakan masalahnya saat ini terkait penggunaan napzanya.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 74


Pasien yang upayanya gagal lebih dari 3 bulan yang lalu memiliki skor lebih rendah
dan menggambarkan bahwa memiliki masalah di masa lalu. Pasien seperti ini
memiliki risiko lebih besar untuk kembali menggunakan napza dibandingkan dengan
yang tidak memiliki riwayat penggunaan napza. Demikian juga bila ada upaya stop
yang gagal beberapa tahun yang lalu, tetap dicatat sebagai ‘ya, tapi tidak dalam 3
bulan terakhir’.

Penting diingat upaya yang berhasil tidak dicatat di sini. Bila upaya untuk stop
beberapa kali berhasil, maka tanyakanlah upaya yang gagal terakhir kali. Sebagai
contoh seseorang berhasil untuk stop merokok dalam 3 bulan terakhir, namun
sebelumnya ada upayanya yang gagal, maka jawabannya : ‘iya, tapi tidak dalam 3
bulan terakhir’.

Seseorang dapat diberi skor 0 (‘tidak, tidak pernah’) untuk tiga alasan :

1. Tidak penting untuk mengurangi – pasien tidak menggunakan sampai penuh


dosis.
2. ‘happy’ users ( fase pre kontemplasi ) -- tidak ingin untuk mengurangi dosis
3. Sejak pertama kali pasien mencoba menghentikan penggunaan, dan berhasil
berhenti.
Untuk memudahkan, pecah pertanyaan ini menjadi tiga bagian, misalnya:

1. Pernahkah anda mencoba untuk menghentikan merokok ?


2. Apakah berhasil ?
3. Kapan terakhir kali anda mencoba dan tidak berhasil ? ( ‘tidak, tidak pernah’,
‘ya,dalam 3 bulan terakhir’, ‘ya,tapi tidak dalam 3 bulan terakhir’)

PERTANYAAN 8 – Pernahkah anda menggunakan napza dengan cara


menyuntik ? ( hanya penggunaan non medis )

(Jawaban : ‘tidak, tidak pernah’, ‘ya,dalam 3 bulan terakhir’, ‘ya,tapi tidak dalam 3
bulan terakhir’)

Pertanyaan ini dimungkinkan sebagai indikator dari ketergantungan, atau


penggunaan berisiko tinggi dan dirancang untuk mengetahui periode penggunaan
napza secara suntik sepanjang kehidupannya. Pasien yang berpindah cara

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 75


penggunaan menjadi cara menyuntik cenderung menjadi ketergantungan napza
tersebut. Cara menyuntik juga berkaitan dengan dampak buruk termasuk overdosis
baik mematikan ataupun tidak mematikan (biasanya pada penggunaan opioid), dan
juga risiko psikosis ( biasanya pada peggunaan amphetamine type stimulants ).
Infeksi akibat BBV ( Blood Borne Viruses ) biasanya juga terkait dengan cara
menyuntik.

Adanya penggunaan napza dengan cara suntik merupakan indikator diperlukan


asesmen lanjutan dan rujukan pada layanan terapi khusus rehabilitasi napza.

Jika pasien menyuntik napza dalam 3 bulan terakhir, maka lakukanlah sebagai
berikut :

• Telaah kartu risiko napza suntik bersama pasien termasuk prosedur cara
menyuntik yang aman
• Beri rekomendasi bahwa pasien harus tes HIV, Hepatitis B dan C
• Pastikan frekuensi dan pola injeksi dalam 3 bulan terakhir untuk jenis napza
yang sering disuntikkan. Pola menyuntik inilah yang akan menentukan apakah
perlu melakukan proses rujukan ke layanan spesialistik.
Jenis napza yang sering disuntikkan adalah opioid, amphetamine type stimulants,
kokain dan sedatif seperti benzodiazepin. Pola menyuntik napza ini berbeda-beda
dan dilihat dari rata-rata frekuensi menyuntik selama 3 bulan terakhir. Maka aturan
secara umum adalah :

- pasien yang menyuntik tiap minggu ( 3 – 4 kali per bulan) atau kurang,
diberikan layanan intervensi singkat ( Brief Intervention/BI )
- pasien yang menyuntik lebih sering dan lebih dari 3 - 4 kali per bulan maka
dimasukkan kategori risiko tinggi dan perlu dirujuk ke layanan terapi
spesialistik.
Pertanyaan 3, 7 dan 8 menggambarkan adanya ketergantungan atau risiko tinggi.
Nilai yang tinggi pada ke tiga pertanyaan ini sejalan dengan pernyataan ;

- frekuensi penggunaan napza yang meningkat (tiap minggu)

- masalah penggunaan napza sebelumnya

- type dari napza yang digunakan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 76


- cara penggunaan napza dengan menyuntikdan tetap gunakan penilaian secara
klinis.

B. SKORING INSTRUMEN ASSIST

Masing-masing pertanyaan dalam ASSIST memiliki serangkaian jawaban yang dapat


dipilih, dan tiap jawaban pertanyaan 2 – 7 memiliki nilai skor. Pewawancara dengan
mudah dapat melingkari skor yang berhubungan dengan jawaban pasien untuk tiap
pertanyaan. Pada akhir dari wawancara skor ini dijumlahkan untuk semua napza
(tembakau, alkohol, kanabis, kokain, amphetamine type stimulants, inhalan,
sedatif/pil tidur, halusinogen, opioid dan ‘zat lain’) untuk menentukan skor risiko
ASSIST untuk tiap napza (lihat contoh kotak c). Dalam laporan data maka nilai ini
disebut sebagai Specific Substance Involvement score/SSI (Skor Keterlibatan Zat
Spesifik) untuk tiap golongan napza.

KOTAK C:
CONTOH KALKULASI SKOR SSI ASSIST UNTUK KANABIS

Seorang pasien telah memberikan jawaban berikut terhadap ASSIST dari


kanabis
P2c Tiap minggu Skor = 4
P3c Satu atau dua kali Skor = 3
P4c Tiap bulan Skor = 5
P5c Satu atau dua kali Skor = 5
P6c Ya, tapi tidak dalam Skor = 3
3 bulan terakhir
P7c Tidak, tidak pernah Skor = 0

P2c+P3c+P4c+P5c+P6c+P7c SSI kanabis Total = 20


(Skor yang serupa dikalkulasi untuk tiap napza lain yang telah digunakan
dalam tiga bulan terakhir dengan pengecualian tembakau dimana tidak
termasuk P5 dalam kalkulasi)

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 77


Skor yang paling bermanfaat untuk skrining dan untuk tujuan klinis adalah skor
Specific Substance Involvement (SSI) untuk tiap jenis napza. Seperti tergambar dari
pertanyaan-pertanyaan dalam ASSIST, tiap pasien memiliki 10 nilai risiko atau SSI,
yaitu :

- SSI Tembakau ( antara 0 – 31 )


- SSI Alkohol ( antara 0 – 39 )
- SSI Kanabis ( antara 0 – 39 )
- SSI Kokain ( antara 0 – 39 )
- SSI Amphetamine Type Stimulants ( antara 0 – 39 )
- SSI Inhalan ( antara 0 – 39 )
- SSI Sedatif/Pil tidur ( antara 0 – 39 )
- SSI Halusinogen ( antara 0 – 39 )
- SSI Opioid ( antara 0 – 39 )
- SSI ‘Zat lain’ ( antara 0 – 39 )

Skor untuk tiap napza ini kemudian harus dicatat dalam kartu laporan ASSIST dan
dicatat dalam catatan medik pasien. Pasien tidak melihat tulisan dalam isian
kuesioner, namun melihat kartu respons balik berisi nilai skor pasien sebagai cara
untuk memberikan umpan balik kepada pasien sebagai rangkaian intervensi singkat.

Latihan ketrampilan

Fasilitasi kegiatan mengisi dan memberikan skor ASSIST, menggunakan kasus


Dave dan Chloe. Kasus ini dirancang untuk dimainkan secara role play oleh dua
orang. Satu orang sebagai pasien dan membacakan jawaban (satu persatu) dari
skrip yang ada. Satu orang lagi berperan sebagai petugas kesehatan dan
memegang kuesioner ASSIST kosong untuk mencatat jawaban pasien. Skrip jangan
diubah atau dipengaruhi oleh pemain peran yang cenderung tidak mengarah ke skor
yang benar.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 78


Skrip ini bertujuan untuk membantu petugas kesehatan menentukan arah untuk
menghindari kesalahan pengisian pada jebakan-jebakan jawaban yang sering terjadi,
sebelum bertemu dengan pasien sebenarnya, termasuk :

- berikan introduksi
- ajukan tiap pertanyaan sesuai yang tertulis
- rekam/catat jawaban pasien setepatnya
- pelajari frekuensi jawaban dari pasien
- pakailah pertanyaan-pertanyaan untuk menyaring pada tiap napza yang
berbeda
- catat skor pada tiap napza pada kotak yang tersedia
- pergunakan tehnik wawancara motivasi saat mengajukan pertanyaan.

APA ARTI SKOR SSI dalam ASSIST?

Skor SSI dalam ASSIST untuk tiap napza dipergunakan untuk memulai diskusi pada
intervensi singkat. Nilai skor tiap zat terdiri kategori risiko ringan, sedang dan tinggi
yang akan menentukan intervensi selanjutnya ( tidak ada treatment atau intervensi,
intervensi singkat, atau rujukan ke layanan spesifik).

KOTAK D: APA ARTI SKOR KETERLIBATAN ZAT SPESIFIK (SSI)?


Alkohol Semua Zat lain selain alkohol
0-10 Risiko rendah 0-3 Risiko rendah
11-26 Risiko sedang 4-26 Risiko sedang
27+ Risiko tinggi 27+ Risiko tinggi

Risiko Rendah

Pasien dengan skor keterlibatan napza spesifik 3 atau kurang (10 untuk alkohol)
berada pada risiko rendah dari masalah yang berkaitan dengan penggunaan napza
yang digunakan. Mereka menggunakan napza tersebut sekali-sekali, sehingga saat
ini mereka tidak mengalami masalah apapun yang berkaitan dengan pemakaian
napza tersebut dan berada pada risiko rendah terjadinya masalah kesehatan yang

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 79


berhubungan dengan pemakaian napza di masa mendatang asalkan mereka tetap
pada pola yang sama dalam penggunaan napza tersebut.

Risiko Menengah

Skor tengah berada di antara 4 dan 26 (11 dan 26 untuk alkohol) untuk setiap
napza termasuk sebagai pemakaian napza berisiko menengah atau sedang
terhadap kesehatan dan problem lain, dan mungkin sudah menunjukkan beberapa
problem saat ini. Penggunaan yang berkelanjutan akan mempengaruhi kesehatan
dimasa mendatang dan masalah lain, termasuk kemungkinan menjadi
ketergantungan. Risiko akan meningkat pada pasien dengan masalah terkait riwayat
penggunaan napza sebelumnya dan ketergantungan.

Risiko Tinggi

Skor 27 atau lebih tinggi untuk tiap napza menyatakan bahwa pasien berada pada
risiko tinggi terjadinya ketergantungan terhadap napza dan mungkin mengalami
masalah kesehatan, sosial, keuangan, hukum dan hubungan sosial sebagai akibat
dari penyalahgunaan napza yang mereka lakukan. Terlebih lagi,pada pasien yang
selama 3 bulan terakhir menyuntik napza rata-rata 4 kali tiap bulan cenderung
memiliki risiko tinggi.

Pertanyaan 8 dari ASSIST bertanya tentang napza yang disuntikkan. Skor dari
pertanyaan 8 tidak dimasukkan dalam kalkulasi skor keterlibatan napza spesifik,
karena injeksi napza apa saja dalam tiga bulan terakhir (skor 2 dari P8) merupakan
faktor risiko dan pasien-pasien ini harus dinilai lebih lanjut terhadap tingkat risiko dan
pola menyuntik yang mereka lakukan dalam tiga bulan sebelumnya.

Pasien yang menggunakan napza dengan cara suntikan lebih dari sekali tiap
minggu, atau yang menggunakannya tiga atau lebih kali perhari berada pada risiko
sangat tinggi terjadinya bahaya, termasuk ketergantungan, infeksi dan penularan
virus melalui darah dan membutuhkan penanganan intensif yang lebih serius. Pasien
yang melakukan suntikkan kurang dari di atas, berada pada risiko yang agak
kurang, dan dapat diberikan intervensi sederhana.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 80


Ini menjadi pedoman untuk sebagian besar pengobatan tepat yang didasarkan atas
risiko dan didasarkan atas pola cara menyuntik yang digunakan yang dapat
menunjukkan bisa terjadinya ketergantungan terhadap pemakain heroin (lebih dari
mingguan) dan amfetamin/kokain (lebih dari tiga kali berturut-turut per hari). Namun
demikian, profesional dalam bidang kesehatan harus membuat diagnosa klinis
tentang tindakan yang paling tepat didasarkan atas informasi yang tersedia saat itu.

Walaupun ASSIST menyediakan indikasi tingkat risiko yang berhubungan dengan


pemakaian napza, namun perlu diketahui dengan jelas bahwa ada keterbatasan
dalam membuat penilaian risiko bila berdasarkan pada ASSIST saja, untuk itu masih
tersedia beberapa cara pemeriksaan psikometrik. Masalah-masalah yang berkaitan
dengan penggunaan napza adalah sangat rumit, dan banyak faktor yang
memodifikasi risiko konsekuensi kesehatan dari penggunaan napza termasuk
riwayat keluarga, komorbiditas psikiatrik, usia, kelamin, status sosio-ekonomi, dan
sebagainya. Seorang dokter harus mengetahui dengan pasti faktor-faktor ini dalam
pikirannya terutama saat memperkirakan risiko individual sebenarnya untuk tiap
pasien.

KARTU UMPAN BALIK (FEEDBACK) ASSIST

Kartu respon balik ASSIST dilengkapi pada akhir dari wawancara ASSIST dan
digunakan sebagai respon balik pribadi dari pasien tentang tingkat risiko napza yang
digunakan. Kartu ini terdiri dari 4 halaman dengan spasi untuk mengisi skor pada
halaman depan dan informasi tentang tingkat risiko dan masalah yang potensial
untuk tiap napza di halaman lainnya.

Contoh format dapat dilihat pada lampiran C.

Catatan skor SSI untuk tiap napza dalam kotak tersedia di halaman depan kartu.
Pada halaman lain, catatan tingkat risiko diindikasikan oleh skor SSI untuk seluruh
napza yang digunakan dalam tiga bulan terakhir .

Kartu laporan digunakan selama konsultasi untuk menyediakan umpan balik dan
diberikan kepada pasien untuk dibawa pulang sebagai pengingat hal-hal yang telah
didiskusikan.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 81


RISIKO SUNTIKAN – INFORMASI KEPADA PASIEN

Kartu berisi risiko akibat penggunaan napza dengan cara suntikan adalah satu
lembar halaman yang berisi informasi dan umpan balik pribadi individu dimana napza
yang digunakan dengan cara menyuntik menjadi risiko dan masalahnya. Kartu ini
digunakan selama intervensi dilakukan untuk menyediakan konsultasi dan informasi,
dan diberikan kepada pasien untuk dibawa pulang sebagai pengingat apa yang telah
dibicarakan.

INTERPRETASI SKORING ASSIST

Seluruh pasien yang melalui proses skrining menggunakan ASSIST harus menerima
umpan balik sesuai dengan skor dan tingkat risiko dan ditawarkan informasi tentang
napza yang mereka gunakan. Ini adalah intervensi yang paling sederhana bagi
seluruh pasien. Kotak E menghubungkan skor SSI ASSIST dengan sebagian besar
tingkat intervensi yang tepat.

Bagi pasien dimana skor ASSIST menunjukkan bahwa mereka berada pada risiko
rendah, maka tingkat intervensi ini telah cukup. Pasien yang berada pada risiko
rendah atau abstainers harus diberi penghargaan dan didukung untuk menjalankan
perilaku hidup sehat.

Pasien yang skor ASSIST menunjukkan bahwa mereka berada pada risiko sedang
(skor keterlibatan napza spesifik antara 11 dan 26 untuk alkohol, dan 4 sampai 26
untuk napza lain) harus ditawarkan intervensi singkat. Mereka yang melakukan
injeksi kurang dari sekali seminggu, dan tidak menggunakannya dalam tiga bulan
terakhir, juga harus diberikan intervensi oleh profesi kesehatan termasuk kartu
“Risiko Suntikan”. Intervensi singkat yang tepat dengan pasien-pasien ini
digambarkan secara rinci pada pembahasan berikutnya. Pasien juga diberikan
material/leaflet terkait masalah penggunaan Napzanya.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 82


Pasien dengan skor SSI 27 atau lebih untuk tiap napza, dan /atau telah
menggunakan zat dengan cara suntikan secara reguler dalam tiga bulan terakhir
mungkin berada pada risiko tinggi dan ketergantungan napza dan membutuhkan
lebih dari sekedar intervensi sederhana. Mereka memerlukan penilaian lanjut dan
penanganan yang lebih intensif (lakukan rujukan). Dan penanganan ini dapat
disediakan oleh profesi kesehatan dalam layanan kesehatan khusus Napza, atau
oleh spesialis kedokteran jiwa bila ada.

Bila fasilitas layanan rujukan untuk penanganan napza tidak mudah dilaksanakan,
maka harus dibuat upaya seoptimal mungkin untuk menangani pasien dalam klinik
tersebut. Pembahasan lebih rinci mengenai intervensi yang dapat dilakukan pada
masalah dengan penggunaan Napza dalam layanan kesehatan primer akan ditemui
pada bab selanjutnya.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 83


KOTAK E: HUBUNGAN SKOR ASSIST DENGAN INTERVENSI YANG TEPAT

Tembakau

Skor SSI 0-3 à informasi

Skor SSI 4-26 à intervensi sederhana/singkat

Skor SSI 27+ à penanganan yang lebih intensif

Alkohol

Skor SSI 0-10 à informasi

Skor SSI 11-26 à intervensi sederhana/singkat

Skor SSI 27+ à penanganan yang lebih intensif

Napza lain

Skor SSI 0-3 à informasi

Skor SSI 4-26 à intervensi sederhana/singkat

Skor SSI 27+ à penanganan yang lebih intensif

Obat yang digunakan dengan cara suntikan P8

Skor 1 untuk P8 à informasi

Skor 2 bagi P8 (pemakaian tidak sering*) à intervensi sederhana

Skor 2 bagi P8 (pemakaian sering*) à penanganan intensif

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 84


MATERI INTI 5
PRINSIP WAWANCARA MOTIVASIONAL

I. Deskripsi singkat
Kesiapan untuk berubah dari setiap individu berbeda antara satu
individudengan yang lainnya. Kesiapan untuk berubah ini bersifat dinamis dan
terdiri dari enam tahap perubahan. Sehingga penting bagi seorang petugas
kesehatan untuk memahami tahapan perubahan perilaku yang menggambarkan
tingkat kesiapan pasien agar dapat memberikan motivasi yang tepat untuk
memfasilitasi pasien bergerak ke arah tahap kesiapan yang lebih tinggi.

II. Tujuan Pembelajaran Umum :


1. Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu memahami
tahapan perubahan perilaku pasien dan mampu menerapkanstrategi
wawancara motivasional sesuai dengan tahapan perubahan perilaku pada
pasien di tingkat fasilitas kesahatan primer.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus :
Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu:

1. Memahami tahap perubahan perilaku


2. Memahami asumsi tidak membantu yang menghambat perubahan perilaku
pasien
3. Memahami intervensi motivasional yang sesuai untuk setiap tahapan
perubahan perilaku
4. Mempraktekkan pendekatan motivasional pada setiap tahap perubahan
perilaku

III. Pokok bahasan :


1. Tahapan perubahan perilaku
2. Prinsip Wawancara Motivasional (MI)
3. Strategi wawancara motivasional sesuai dengan tahapan perubahan
perilaku

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 85


IV. Bahan Belajar :
Modul TOT Skrining dengan menggunakan ASSIST

V. Langkah Pembelajaran
1. Pendahuluan
• Kegiatan fasilitator :

• Menyampaikan salam dan perkenalan


• Menciptakan suasana kelas yang kondusif
• Menyampaikan judul materi diklat
• Menjelaskan tujuan pembelajaran
• Mengkaitkan dengan materi sebelumnya bila perlu
• Apersepsi

• Kegiatan peserta :
• Menjawab salam,
• Memperhatikan,
• Menyimak,
• Mencatat,
• Mengungkapkan pendapat
2. Penyajian
• Kegiatan fasilitator :
a. Menyampaikan materi tentang tahapan perubahan perilaku dan
Pendekatan Intervensi Motivasional
b. Memberikan kesempatan peserta untuk bertanya
c. Memberikan pertanyaan kepada peserta
d. Memberikan penugasan kepada peserta
• Kegiatan peserta :
a. Mendengarkan /memperhatikan,
b. Menyimak,
c. Mengungkapkan pendapat
d. Bertanya,
Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 86
e. Mencatat
f. Menjawab pertanyaan
g. Diskusi
h. Menyampaikan hasil diskusi

3. Penutup
• Kegiatan fasilitator :
a. Merangkum materi pembelajaran
b. Menyimpulkan materi pembelajaran
c. Melaksanakan evaluasi pembelajaran
d. Menutup sesi
e. Mengucapkan salam kepada peserta.

• Kegiatan peserta :
a. Menyimak
b. Menjawab pertanyaan
c. Membalas salam

VI. Uraian Materi :


Pokok Bahasan 1
Tahapan Perubahan Perilaku

Tahapan perubahan perilaku dikembangkan oleh Prochaska dan Di Clemente


(1994), terdiri dari enam tahapan, yaitu precontemplation, contemplation,
preparation, action, maintenance, dan relapse.
Tahapan perubahan perilaku bersifat fleksibel, seringkali ketika sudah maju pada
tahapan selanjutnya kemudian menjadi mundur ke tahapan sebelumnya.
Tahapan perubahan perilaku digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 87


STAGES OF CHANGE
BEHAVIOUR
KNOWLEDGE CHANGE
PRECONTEMPLATION CHANGE

ATTITUDE CHANGE
CONTEMPLATION

BEHAVIOR CHANGE
PREPARATION

RELAPSE ACTION

MAINTENANCE
University of Adelaide C 2009 3

A. Tahap pra-perenungan (Precontemplation).Pasien dalam tahap ini belum


berpikir untuk membuat perubahan dari penyalahgunaan NAPZA dalam
waktu dekat. Pasien masih terfokus pada keuntungan yang didapat dari
penyalahgunaan NAPZA dan menyangkal timbulnya masalah akibat
penyalahgunaan NAPZA, meskipun sudah mendapatkan informasi.
Penyangkalan digunakan oleh pasien sebagai mekanisme pertahanan diri
yang paling utama.
Pada saat ini biasanya pasien menolak berbicara tentang masalah yang

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 88


dimilikinya atau merasa tidak perlu melakukan konseling. Pasien yang
datang berobat pada tahapan ini, biasanya datang karena paksaan dari
orang lain, contohnya : orang tua yang mengancam akan mengusir pasien
dari rumah, diputuskan oleh pasangan, atau ancaman hukuman oleh pihak
berwajib.
Precontemplation merupakan taraf kesiapan paling rendah untuk berubah.

B. Tahap Perenungan (Contemplation).
Di tahap ini biasanya pasiensudah


memiliki kesadaran bahwa perilaku penggunaan NAPZA dapat
menimbulkan masalah.Pasien mulai menimbang untung rugi
penyalahgunaan NAPZA, sehingga mulai mempertimbangkan untuk berhenti
menyalahgunakan NAPZA, namun belum dapat berkomitmen sepenuhnya
untuk berhenti. Pasien berada dalam kondisi ambivalensi yang menjadi ciri
khas pada tahapan ini. Contoh :“ Saya sudah lelah menggunakan putau”
atau “ Saya rasa saya ingin menghentikan kebiasaan minum alkohol”.
Mereka mungkin akan berada dalam periode ini dalam waktu lama. Tidak
biasanya seseorang akan maju mundur antara kontemplasi dan pre-
kontemplasi berkali-kali sebelum akhirnya meningkat ke tahapan persiapan.
Individu mungkin akan menimbang kerugian yang timbul akibat menggunakan
zat dibandingkan dengan keuntungan yang mereka peroleh. Mereka juga
akan mengevaluasi keuntungan yang didapat dari penggunaan zat
dibandingkan dengan usaha, waktu, dan energy yang dikeluarkan, sebagai
dasar pertimbangan untuk mengubah perilaku penggunaan zat.

C. Tahap persiapan (Preparation). 
 Pengguna mulai berhitung masalah


kerugiandari penggunaan zat secara teliti. Kerugian yang dimaksud
meliputi, finansial, sosial, kesehatan, dan masalah hukum. Pasien melihat sisi
negatif dari konsekuensi akibat penggunaan alkohol atau zat lebih banyak
daripada keuntungannya. Mereka sudah melakukan perubahan perilaku yang
kecil seperti, memundurkan waktu merokok pertama kali di pagi hari. Inilah
saat pasien memerlukan pencapaian dan bantuan dalam membuat tujuan
yang nyata dan membangun sebuah rencana aksi. Mungkin tujuan akhir
pasien adalah bukan abstinen, namun hanya mengurangi atau mengontrol
Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 89
penggunaan zat. Ini merupakan saat yang tepat untuk mendiskusikan strategi
yang mungkin ditempuh pasien untuk mencapai tujuan akhirnya.

D. Tahap aksi (Action).Di tahap aksi ini individu secara aktif terlibat di
dalam proses perubahan, dan mengambil langkah pertama ke arah
pemulihan, namun belum berada dalam kondisi stabil. Selama tahap ini
petugas kesehatan bisa menarik pasien dalam penanganan. Ini adalah saat
yang tepat untuk mendorong pasien ke arah perubahan yang lebih realistis
yang dapat mereka capai, dengan langkah yang sederhana. Sanagat penting
untuk memahami berbagai kendala yang dihadapi oleh pasien dalam tahap
awal perubahan perilaku. Petugas kesehatan mungkin perlu membantu
pasien untuk menilai bahwa mereka memiliki dukungan keluarga yang kuat
dan dukungan sosial.Berdasarkan penilaian yang dibuat, Anda dapat
melangkah ke depan dengan mendorong dukungan potensial untuk
membantu pasien dalam mencapai tujuan akhirnya. Pada tahap ini, sangat
penting untuk membantu pasien dalam mengidentifikasi situasi berisiko dan
membangun makanisme pertahanan diri.

E. Tahap Mempertahankan (Maintenance).
Di dalam tahap mempertahankan,


pasien sebenarnya telah berubah. Pasien mempertahankan perilaku yang
baru untuk jangka waktu lama (setidaknya 6 bulan). Contoh, seseorang dalam
tahap ini memiliki tujuan ingin berhenti kemudian telah bekerja keras untuk
mencegah terjadinya kekambuhan dan relatif berhasil. Mereka berusaha
untuk mempertahankan keberhasilan ini. Sangat penting untuk menguatkan
keuntungan dari mempertahankan perubahan ini. Sangat penting membantu
mereka untuk mengidentifikasi dan menikmati kesenangan tanpa
menggunakan zat. Sangat penting juga untuk mempertahankan dukungan
bagi perubahan perilaku pasien. Melalui sesi teratur, Anda dapat
mengafirmasi keputusan mereka untuk berubah dan mendukung rasa percaya
diri mereka.Tahap mempertahankan merupakan waktu yang tepat untuk
mengulas dan merencanakan tujuan jangka panjang dengan pasien Anda.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 90


F. Kekambuhan (Relapse). 
 Model yang dibuat oleh Prochaska dan
DiClemente, kekambuhan adalah bagian dari perkembangan perubahan
yang normal. Jika dalam pelatihan pencegahan kekambuhan, pasien akan
diajarkan untuk mengelola ‘slips’ dan/atau mengurangi risiko ‘slips’ yang dapat
berkembang menjadi kekambuhan.

Beberapa pasien melalui tahapanperubahan perilaku secara mendatar.


Petugas kesehatan seharusnya mengerti pasien dapat kambuh berkali-kali
dalam periode pemulihan dan seharusnya menghindari keputusasaan
terhadap kekambuhan pasien. Pasien dapat kembali ke tahapan awal
beberapa kali sebelum mencapai tujuan utamanya. Sebagai contoh, seorang
pasien dalam tahap persiapan mungkin memutuskan “Ini sangat berat” dan
kembali sebagai “pengguna yang bahagia” untuk jangka waktu tertentu.
Jika pasien mengalami kekambuhan, mereka akan merasa malu, bersalah,
dan terhina. Mereka merasakan kegagalan. Bagaimanapun setiap waktu
mereka akan mengumpulkan informasi baru mengenai perilakunya dan akan
mampu untuk menggunakan informasi tersebut selama periode perubahan
berikutnya.

Pokok Bahasan 2.

Prinsip Wawancara Motivasional (MI)

Wawancara motivasional yang secara umum digunakan untuk asesmen


penyalahgunaan NAPZA,dikembangkan oelh Miller dan Rollnick (1991). Proses
wawancara motivasional dilakukan dengan pendekatan client-centered yang
bertujuan untuk membantu seseorang menggali dan mengatasi ambivalensi
penggunaan Napzanya.

Dasar dari wawancara motivasional adalah memahami tahapan perubahan perilaku


pada klien dan kapan serta bagaimana mereka masuk ketahapan perubahan
selanjutnya. Wawancara motivasional ini sangat berguna pada tahap perubahan
prekontemplasi dan kontemplasi, walaupun begitu dapat pula diterapkan pada setiap

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 91


tahap perubahan perilaku.

Tujuan dari wawancara motivasional adalah untuk menggali pandangan klien


menghadapi permasalahannya, menyokong perubahan dengan menghindari label,
menyatakan bahwa yang bertanggung-jawab untuk target terapi dan pembuat
keputusan terletak pada klien.

Pendekatan MI bukan untuk memutuskan yang terbaik bagi pasien, namun untuk
menggugah pasien agar membuat keputusan tentang dirinya sendiri. Hal terpenting
adalah petugas kesehatan hanya membantu pasien untuk membuat keputusan
perubahan.

Prinsip wawancara motivasional:

1. Mengekspresikan empati.
Suatu gambaran bahwa konselor menerima klien apa


adanya, dapat memahami klien dengan permasalahannya, tidak memberikan
suatu label kepada klien (misal: alkoholik, jungkie, dll). 


2. Membangun ketidakcocokan/kesenjangan (develop discrepancy).
Memotivasi


perubahan perilaku klien dengan menggambarkan perbedaan antara
penyalahgunaan NAPZA beserta permasalahan yang berhubungan dengan
perilaku mereka saat ini. 


3. Menghindari argumentasi.
Menerima ambivalensi klien sebagai sesuatu yang


wajar / normal. Ambivalensi dan kesenjangan yang muncul dapat menimbulkan
perdebatan yang tidak nyaman bagi klien. Jangan menyerang klien atas
penggunaan NAPZA dan permasalahannya, tetapi gali

4. Dukungan keyakinan diri.
Konselor memberikan dukungan bahwa klien mampu


merubah perilaku mereka dalam penggunaan zatnya. Hal ini merupakan motivator
penting dan mengingatkan klien untuk bertanggungjawab dalam memilih dan
mengadakan perubahan personal. 


5. Ketrampilan khusus. 
 Ketrampilan ini bertujuan untuk mendorong klien mau


berbicara, menggali ambivalensi dan menjelaskan alasan mereka untuk

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 92


mengurangi atau berhenti dari penggunaan NAPZA- nya.


a. OARS 


• Open ended questions (pertanyaan terbuka)


Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban panjang
dan membuka pintu kepada seseorang agar mereka mau berbicara


Contoh :

- Apa manfaat yang anda rasakan dengan menyalahgunakan narkoba?” 



- “Ceritakan kepada saya, hal apa yang anda rasakan kurang baik tentang
penyalahgunaan....(narkoba)” 

- “Anda kelihatan khawatir dengan penyalahgunaan narkoba yang anda
lakukan selama ini? Bisa disampaikan pada saya tentang hal tersebut
lebih lanjut?” 

- “Seberapa khawatirnya anda pada hal tersebut?” 

- “Bagaimana perasaan anda tentang.......?” 

- “Apa yang akan anda lakukan berkaitan dengan hal tersebut?” 

- “Apa yang anda ketahui tentang .......?” 


• Affirmations (penegasan)
Termasuk pernyataan apresiasi serta pengertian membantu menciptakan
lingkungan yang mendukung, serta membangun relasi dengan klien.
Memberikan penegasan terhadap kekuatan klien dan usaha untuk berubah
dapat membantu membangun keyakinan, sementara penegasan pernyataan
motivasi diri (atau berbicara tentang perubahan) mendorong kesiapan untuk
berubah. 


Contoh :

- “Terima kasih untuk kedatangannya pada hari ini” 



- “Saya menghargai kemauan saudara untuk berbicara pada 
saya tentang
penyalahgunaan narkoba” 


Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 93


- “Anda adalah orang yang tepat untuk mengatasi kesulitan ini” 

- “Saya dapat melihat bahwa anda merupakan orang yang 
tangguh” 

- “Itu adalah ide yang bagus” 

- “Hal ini sulit untuk dibicarakan mengenai.................... saya 
sangat
menghargai jika anda tetap seperti ini” .


• Reflective Listening (mendengarkan dengan cara merefleksikan)


Mendengarkan dengan cara merefleksikan adalah suatu pernyataan yang
dapat menebak apa yang dimaksud klien. Hal ini penting untuk merefleksikan
kembali perkataan dan perasaan klien yang telah diucapkan. Sama halnya
seperti menggunakan cermin untuk seseorang sehingga mereka dapat
mendengar apa yang dikatakan terapis seperti apa yang telah mereka
sampaikan.

Cara ini menunjukkan pada pasien bahwa terapis mengerti apa yang telah
dikatakan atau dapat digunakan untuk mengklarifikasi apa yang dimaksud
oleh klien. Mendengarkan dengan cara merefleksikan yang efektif dapat
mendorong klien untuk tetap berbicara, untuk itu terapis harus memberikan
cukup waktu agar hal ini dapat dilakukan

Dalam wawancara motivasional, mendengarkan dengan cara merefleksikan


digunakan secara aktif untuk menyoroti ambivalensi klien tentang
penyalahgunaan narkoba, mengarahkan klien untuk mengenali dan peduli
dengan masalahnya serta memperkuat pernyataan yang mengindikasikan
bahwa klien berpikir tentang perubahan.

Contoh :

- “Hal ini sangat penting untuk mempertahankan hubungan anda dengan


istri”
- “Anda terkejut bahwa skor anda memperlihatkan bahwa anda mempunyai
masalah yang berisiko”
- “Anda merasa tidak nyaman membicarakan hal ini”
- “Anda marah karena istri sering mengomeli bila anda banyak 
merokok” 


Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 94


- “Maukah anda mengurangi penggunaan alkohol pada saat pesta”
- “Anda sangat menikmati ekstasi dan tidak mau menghentikannya tapi
secara bersamaan anda juga melihat bahwa hal ini dapat menyebabkan
beberapa masalah yang berkaitan dengan finansial dan hukum”. 



• Summarizing (membuat kesimpulan)



Membuat kesimpulan atau merangkum adalah hal yang penting untuk
menyamakan persepsi terhadap apa yang telah dikatakan klien serta
mempersiapkan klien untuk berubah.

Pertama klien dapat mendengarkan apa yang ia katakan kemudian ia


mendengar terapisnya merefleksikan apa yang telah diucapkan dan kemudian
ia mendengarkan kembali dalam kesimpulan atau rangkuman. Terapis
memilih apa yang akan dimasukkan dalam rangkuman dan petunjuk apa yang
dapat digunakan untuk berubah. Hal ini penting untuk membuat suatu
rangkuman.

Contoh :
"Jadi kelihatannya anda benar-benar menikmati ekstasi dan shabu pada saat
pesta dan anda tidak memikirkan bahwa anda menggunakannya lebih banyak
dari teman anda. Pada sisi lain anda lebih banyak menghabiskan uang untuk
membeli zat dibandingkan penghasilan anda dan ini sangat menghawatirkan
anda. Anda juga menemui kesulitan untuk membayar tagihan dan kartu kredit
anda ditolak. Pasangan anda sangat marah dan sangat membenci perilaku
anda. Anda juga mempunyai masalah tidur dan kesulitan mengingat sesuatu."

b. Berbicara mengenai perubahan


Ada empat kategori penting dalam membicarakan perubahan:

• Mengenali kerugian bila tetap menyalahgunakan NAPZA 



• Mengenali manfaat bila tidak menyalahgunakan NAPZA 

• Menyampaikan optimisme tentang perubahan
• Menyampaikan tujuan untuk perubahan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 95


Tehnik MI dapat digunakan untuk membantu perubahan perilaku pada
berbagai persoalan perilaku, dengan cara :

1. Menilai tahap perubahan perilaku pasien


MI dapat digunakan pada setiap tahapan perubahan. Seperti yang telah
dibicarakan, menilai tahapan perilaku pasien merupakan hal penting dalam
melakukan intervensi yang tepat untuk kemajuan penanganan. MI dapat
meningkatkan kewaspadaan pasien selama tahapan pra-perenungan.
Juga dapat membantu dalam pengambilan keputusan selama tahapan
perenungan. Selama tahapan aksi dan pemeliharaan, hal ini dapat
mengingatkan pasien akan resolusi untuk berubah. Ketika mengalami
kekambuhan, ini merupakan alat untuk melakukan penilaian ulang. Hal ini
sering berhasil digunakan selama tahapan perenungan, masa dimana
pasien mengalami ambivalensi.

2. Memperkuat keputusan untuk berubah


MI menyediakan sebuah kesempatan bagi pasien untuk mengulas tentang
kerugian dan kentungan yang diperoleh dari keputusan yang spesifik.
Latihan ini dapat membantu beberapa pasien untuk bergerak ke tahapan
aksi atau mempertahankan perilaku yang ada ketika sudah kuat.

3. Menyediakan klarifikasi
Sebagai tambahan untuk membantu pasien meningkatkan keputusan
berubah, MI dapat membantu pasien mengklarifikasi kerugian dan
keuntungan dari penggunaan zat mereka, dan mengidentifikasi tujuan di
masa mendatang.

4. Penilaian
Sebagaimana pasien mengidentifikasi masalah kerugian dan keuntungan
dari apa yang mereka lakukan dan kemana hal itu mengarahkan mereka,
ujuan hidup mereka dan pertimbangan untuk tujuan berikutnya menjadi
jelas. MI membantu pasien untuk membuka informasi sehingga pasien dan
petugas kesehatan dapat digunakan untuk bergerak maju. Banyak
informasi untuk diri mereka sendiri dan petugas kesehatannya.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 96


Pokok Bahasan 3.

Strategi wawancara motivasional sesuai dengan tahapan perubahan perilaku

Salah satu alasan tahapan perubahan perilaku adalah adalah setiap tingkatan
memiliki makna adanya perbedaan kesiapan dalam mengubah perilaku. tergantung
dari persepsi individu dan pemahaman akan keuntungan dan kerugian dari
perilakunya. Walaupun hingga saat ini masih diperdebatkanpengaruh antaratahapan
perubahan perilaku dengan wawancara motivasional, satu hal yang jelas adalah :
para peneliti kesehatan/ketergantungan dan para petugas kesehatan menemukan
bahwa kedua pendekatan tersebut dapat membantu ketika mereka membantu
pasien untuk memodifikasi perilaku penggunaan zat. Petugas kesehatan juga
menemukan bahwa ini sangat berguna dalam memperluas jangkauan intervensi
untuk membantu pasien agar berubah dari tahapan pra-perenungan ke tahapan
mempertahankan. Pendekatan wawancara motivasional juga berguna bagi petugas
kesehatan untuk menumbukan motivasi dari dalam diri pasien – sebuah revolusi
pemberdayaan dalam modalitas pengobatan.

Strategi memotivasi pasien sesuai dengan tahapan perubahan perilaku pasien :

1. Precontemplation
Pasien dalam kondisi ‘menjadi pengguna yang bahagia’ pada umumnya
mereka tidak mau menghubungkan penggunaan zat mereka dengan berbagai
masalah yang timbul dan umumnya mereka tidak peduli dengan penggunaan
zat mereka atau segala konsekuensi yang timbul. Pasien tidak ingin berubah
atau tidak memiliki keinginan untuk berubah.

Sesuai dengan strategi intervensi motivasional, ini sangat penting bagi


patugas kesehatan untuk membina hubungan baik (rapport) dan kepercayaan
pasien. Hal terpenting yang harus dilakukan petugas kesehatan adalah
menggunakan pendekatan empatik dan mendengarkan aktif. Sangat penting
untuk mengembangkan keraguan atau perhatian tentang pola penggunaan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 97


zat. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Hal ini dapat membantu
untuk mengeksplorasi kondisi yang membawa pasien untuk datang berobat
atau menilai hasil dan manfaat pengobatan sebelumnya.

Minta pasien untukk mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan


penggunaan zat dan persepsi mereka tentang permasalahan tersebut. Untuk
membantu mereka fokus terhadap permasalahan yang dihadapi, Anda dapat
memberikan informasi faktual tentang risiko penggunaan zat dan umpan balik
individual sesuai dengan temuan asessmen pasien.

Strategi intervensi motivasional meliputi eksplorasi mengenai keuntungan dan


kerugian penggunaan zat dan mengembangkan perbedaan antara perilaku
pasien sebelumnya dengan tujuan yang akan dicapai. Jika pasien resisten
terhadap perubahan, sangat penting untuk mengembangkan issue seputar
pengurangan dampak buruk untuk mengurangi dampak buruk yang
ditimbulkan dari penggunaan zat, sampai pasien mau untuk mengubah
perilakunya.

2. Contemplation
Fase perenungan, sudah teradapat pengakuan kepedulianpasien dan
keinginan untuk berubah, namun pasien dalam kondisi ambivalen atau tak
menentu tentang perubahan. Sangat penting utnuk menormalkan perasaan
ambivalen dan membantu pasien dengan membuat skala keseimbangan
keputusan bagi perubahan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai strategi,
seperti; memunculkan dan menimbang keuntungandan kerugian penggunaan
zat san perubahan; dan, mengalihkan titik fokus kekuatan perubahan dari
dorongan eksternal menjadi internal. Pasien mungkin memerlukan bantuan
karena adanya kepedulian dari orang lain, dan memiliki sedikit motivasi
internal untuk berubah. Petugas kesehatan dapat mengenalinya dengan
melakukan asessmen nilai personal pasien, ambisi, dan tujuan akhir.

Penting juga untuk meningkatkan kebebasan pasien untuk memilih apa yang
mereka ingin lakukan, dan tanggung jawabnya. Terkait dengan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 98


pengembangan self-efficacy, Anda dapat menguatkan kekuatan pasien untuk
mengubah perilaku di masa lalu, dan optimism terhadap masa depan. Coba
untuk memunculkan pernyataan motivasi individu dan komitmen dari pasien
untuk berubah. Dengan merangkum, memunculkan pernyataan motivasi
individu, menilai self-efficay dan harapan dari manfaat pengobatan, Anda
dapat membantu mereka untuk berpindah dari satu tahapan ke tahapan
berikutnya.

3. Preparation
Pada fase ini pasien memiliki komitmen dan sudah mempunyai rencana untuk
berubah dalam waktu dekat, namun masih belum jelas apa yang akan
dilakukan. Pasien sudah menemukan resolusi dan membuat pernyataan yang
dapat memotivasi dirinya sendiri. Intervensi yang mungkin dilakukan pada
tahapan ini adalah dengan memperjelas tujuan dan strategi pasien untuk
berubah. Petugas kesehatan dapat memberikan beberapa pilihan untuk
berubah dan saran atau pendapat untuk berubah. Tegaskan kepada pasien
kapan perubahan tersebut akan dimulai. Jangan lupa untuk
mempertimbangkan kendala sekecil apapun dalam proses perubahan
perilaku. Eksplorasi harapan dan rencana terapi serta peran pasien dalam
perubahan perilaku. Identifikasi hal-hal yang pernah dikerjakan sebelumnya
dan bagaimana pasien akan mengerjakan itu di masa yang akan datang.
Minta pasien untuk membuat daftar dukungan keluarga dan sosial yang akan
membantu dalam proses perubahan perilakunya.

4. Action
Pada tehapan ini pasien sudah aktif mengambil langkah perubahan perilaku,
namun belum mencapai kondisi stabil. Tahapan ini biasanya berlangsung
dalam beberapa minggu. Strategi motivasional yang dapat dilakukan petugas
kesehatan adalah mengimplementasikan bantuan untuk mempertahankan
keuntungan. Sanagt pentng untuk mengikat pasien dalam proses pengobatan
dan memperkuat tidak menggunakan zat. Sangat penting memberikan
dukungan kepada pasien bahwa perubahan dapat dicapai melalui langkah
sederhana. Anda juga dapat membantu pasien berpikiran realistis dengan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 99


mengakui bahwa kesulitan yang dihadapi di masa awal perubahan adalah
wajar.

Lakukan analisis risiko dan membangun trategi yang sesuai untuk mengatasi
potensi kegagalan.

Hal ini juga dapat membantu untuk menilai dukungan keluarga dan dukungan
sosial. Keluarga/lingkungan yang mendukung dapat membantu pasien untuk
memelihara perubahan perilaku. Namun, harus tetap menerapkan kehati-
hatian dalam situasi dimana keluaraga tidak memiliki hubungan yang stabil
dengan pasien.

5. Maintenance
Pada tahapan ini pasien sudah mencapai tujuan awal yang diharapkan,
seperti abstinensia. PAsien juga berusaha untuk dpaat mempertahankan
kondisi ini. PEndekatan yang mungkin dilakukan adalah dengan membantu
pasien mengidentifikasi kegiatan yang terkait dengan kondisi abstinen
mereka. Berikan dukungan terhadap perubahan gaya hidup pasien.
Pertahankan kontak untuk dukungan. Bantu pasien untuk menerapkan
strategi mencegah kekambuhan. Kembangkan sebuah rencana untuk
menghindari enggunaan napza dimasa yang akan datang. Evaluasi ulang
rencana jangka panjang pasien.

6. Relaps
Pada tahapan ini pasien kembali menggunakan napza dan harus dapat
mengatasi konsekuensinya serta memutuskan apa yang akan dilakukan
selanjutnya. Petugas kesehatan dapat membantu pasien untuk masuk
kembali ke dalam lingkaran perubahan dan berikan pujian atas keinginan
pasien untuk melakukan perubahan positif. Eksplorasi makna dan kenyataan
dari kekambuhan sebagai kesemapatan untuk belajar. Bantu pasien untuk
memperoleh strategi alternative dalam memecahkan masalah serta
pertahankan kontak dan dukungan.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 100


VII. Referensi :

1. WHO ASSIST-BI Training of Trainers (T-o-T) Manual for Trainer, WHO


Colaborating Centre for Reaserch in Treatment of Drug and Alcohol Problems,
Dicipline of Pharmacology, University of Adelaide, South Australia,
Australia,2009.

2. The ASSIST-linked brief intervention for hazardous and harmful substance


use. Manual for use in primary care, WHO, 2010

3. Panduan konseling adiksi bagi petugas kesehatan, Depkes, 2010


4. Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Screening, Brief Intervention &


Referral to Treatment (SBIRT), BNN, 2010
5. Modul Asesmen dan Rencana Terapi Gangguan PEnggunaan NArkotika,
Edisi Revisi 2015, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan
RI, 2015

VIII. Lampiran
Lembar Penugasan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 101


MATERI INTI 6
INTERVENSI SINGKAT BERDASARKAN ASSIST

I. Deskripsi Singkat
Apakah yang dimaksud tentang Intervensi Singkat berdasarkan ASSIST?
Intervensi singkat bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi akibat
penggunaan Napza dan juga untuk memotivasi para pengguna agar mau
mengubah perilakunya terhadap penggunaan Napza. Intervensi singkat
berdasarkan ASSIST dilakukan melalui sebuah diskusi sederhana & singkat
dengan pasien mengenai skor ASSIST dan arti skor, dengan membaca dari kartu
laporan umpan balik ASSIST. Secara umum, intervensi singkat di layanan primer
dapat berkisar antara 3-5 menit untuk umpan balik dan advis (nasehat, informasi)
sampai 15-30 menit untuk konseling singkat dan ditujukan bagi pasien dengan
skor ‘risiko sedang’ serta tidak diperuntukkan sebagai intervensi tunggal pada
pasien ‘risiko tinggi’ atau pasien dengan ketergantungan. Intervensi singkat dapat
digunakan sebagai dasar sesi yang sedang berlangsung atau selanjutnya.
Intervensi singkat dapat juga diberikan untuk memotivasi para pengguna yang
mengalami ketergantungan berat agar mau menerima penanganan yang intensif
di pelayanan kesehatan dasar atau dirujuk ke pusat layanan ketergantungan
Napza. Intervensi singkat harus dilakukan secara individu dan bersifat suportif
serta sikap yang tidak menghakimi.

II. Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan Intervensi
Singkat berdasarkan ASSIST

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta diharapkan mampu:
- Memahami Prinsip Intervensi Singkat
- Melakukan Intervensi Singkat berdasarkan skor ASSIST

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 102


III. Pokok Bahasan
1. Prinsip Intervensi Singkat
2. Intervensi Singkat Berdaarkan Skor ASSIST

IV. Bahan Belajar


1. Modul TOT Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST
2. Materi presentasi

V. Langkah Pembelajaran
Pokok bahasan masing-masing akan diuraikan secara runtut oleh fasilitator
kepada peserta pelatihan. Di lain pihak peserta latih mendengar, mencatat dan
mengikuti arahan dan petunjuk fasilitator. Proses pembelajaran ini akan
dikemukakan sesuai langkah-langkah sebagai berikut:

1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Bina situasi kelas
• Mengucapkan salam
• Memperkenalkan diri
2) Mempersilakan peserta latih mengenalkan diri
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya dengan materi
yang akan disajikan
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Membalas salam
2) Peserta memperkenalkan diri
3) Menjawab pertanyaan dari fasilitator
4) Mempersiapkan diri dan alat tulis untuk perlengkapan belajar
5) Mendengar dan mencatat hal-hal yang perlu dicatat

2. Langkah Kedua
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan ceramah tentang
prinsip intervensi singkat.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 103


2) Memberikan kesempatan bertanya kepada peserta untuk menanyakan
hal-hal yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menyimak pertanyaan yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator
3) Peserta mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting

3. Langkah Ketiga
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan ceramah tentang pokok
bahasan kedua intervensi singkat berdasarkan skor ASSIST.
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta

b. Kegiatan Peserta Latih


1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah ceramah yang disampaikan
oleh fasilitator
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator
3) Peserta mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
dianggap penting

4. Langkah Keempat
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator meminta peserta untuk membuka lembar penugasan materi
inti 6
2) Fasilitator menjelaskan penugasan materi inti 6
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih mengerjakan penugasan materi inti 6

5. Langkah Kelima
a. Kegiatan Fasilitator
Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 104
1) Fasilitator menyimpulkan tentang intervensi singkat berdasarkan
ASSIST
2) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menanyangkan tujuan khusus
pembelajaran serta bertanya pada peserta latih tentang jawaban tujuan
khusus
3) Memberi kesempaatn kepada peserta untuk bertanya
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menjawab pertanyaan fasilitator
2) Peserta mencatat hal-hal yang perlu

VI. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1

Prinsip Intervensi Singkat

Intervensi singkat diberikan untuk membantu pasien memahami bahwa


ketergantungan mereka pada Napza dapat menimbulkan risko dan
mendorong mereka untuk mau mengurangi atau menghentikan penggunaan
Napza tersebut. Intervensi singkat terdiri dari 5 langkah utama yang disingkat
dengan istilah FRAMES. Langkah FRAMES ini tetap konsisten dilakukan,
berapapun jumlah pertemuan dilakukan:

a. Memperkenalkan masalah dalam konteks kesehatan klien


b. Skrining, evaluasi dan asesmen
c. Memberikan umpan balik
d. Berbicara tentang perubahan dan menetapkan tujuan
e. Menyimpulkan dan menyelesaikan sesi

Prinsip-prinsip dasar Intervensi Singkat berupa: FRAMES model perubahan


perilaku (Sanchez-Craig & Miller)

• Feedback (umpan balik) diberikan pada pasien tentang risiko-risiko


personal atau hendaya yang mungkin dihadapi

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 105


• Responsibility (tanggung jawab) untuk berubah adalah tanggung jawab
pasien, bukan tenaga medis
• Advice (nasehat, informasi) diberikan nasehat sederhana tentang
bagaimana mengurangi risiko yang berhubungan dengan penggunaan
Napza
• Menu (daftar pilihan) atas pilihan terapi atau kelompok tolong diri diberikan
kepada pasien
• Empathy (empati) digunakan selama proses intervensi dilakukan
• Self-efficacy (keyakinan diri) dibangkitkan untuk meningkatkan optimisme
pasien

Tehnik-tehnik Wawancara Motivasi Sederhana (Miller & Ronick)

Pendekatan FRAMES dapat digunakan untuk meyakinkan bahwa elemen-


elemen penting dimasukkan dalam wawancara motivasi. FRAMES adalah
sebuah akronim, terdiri dari Feedback, Responsibility, Advice, Menu,
Empathy dan Self-efficacy.

1. Feedback
Umpan balik disampaikan mengikuti hasil ASSIST tentang penggunaan
Napza dan masalah yang berkaitan. Umpan balik dapat termasuk
informasi tentang masalah-masalah dan penggunaan Napza individu,
informasi tentang risiko individu yang berhubungan dengan pola
penggunaan Napza saat ini, dan informasi umum tentang risiko
berhubungan Napza dan dampak buruk. Jika keluhan-keluhan pasien
dapat dikaitkan dengan pola penggunaan Napza mereka, maka penting
bagi terapis untuk menginformasikan kepada pasien bahwa kaitan ini
merupakan bagian dari umpan balik. Umpan balik juga termasuk
perbandingan antara pola penggunaan Napza pasien dan masalah-
masalah lain terkait dengan pola rata penggunaan Napza serta masalah
terkait yang terjadi pada populasi yang sama

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 106


2. Responsibility
Prinsip utama intervensi pada para pengguna Napza adalah
menyatakan bahwa mereka harus bertanggung jawab pada perilaku
mereka sendiri dan mereka dapat membuat pilihan tentang penggunaan
Napza. Pesan yang berbunyi " Apa yang akan anda lakukan dengan
penggunaan Napza adalah terserah anda sendiri " dan " Tidak ada
seorang pun dapat membuat perubahan atau memutuskan selain anda
sendiri " hal ini memungkinkan pasien dapat mengendalikan perilaku
mereka serta akibat-akibatnya. Pengendalian perilaku ini telah dibuktikan
merupakan hal yang penting dalam meningkatkan motivasi seseorang
untuk berubah serta menurunkan resistensi.

3. Advice
Komponen penting dari Intervensi singkat yang efektif adalah
memberikan nasihat atau informasi yang jelas tentang dampak buruk
yang berkaitan penggunaan Napza. Pasien seringkali tidak menyadari
pola-pola penggunaan Napza saat ini dapat menyebabkan masalah
kesehatan atau masalah lainnya, atau memperburuk masalah yang ada.
Informasi yang jelas bahwa dengan mengurangi atau berhenti
menggunakan Napza dapat mengurangi risiko dan masalah yang
berkaitan dengan kesehatan mereka dimasa datang akan dapat
meningkatkan kesadaran mereka terhadap risiko dan menetapkan
alasan-alasan untuk mempertimbangkan perubahan perilaku mereka

4. Menu (daftar alternatif pilihan perubahan)


Intervensi yang efektif menyediakan berbagai daftar alternatif bagi
pasien untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan Napza
mereka. Hal ini membantu pasien untuk memilih strategi yang paling
cocok dengan situasi mereka dan mereka merasakan akan sangat
membantu. Menyediakan pilihan-pilihan ini dapat memperkuat rasa
pengontrolan diri dan tanggung jawab untuk membuat perubahan dan
membantu memperkuat motivasi pasien untuk mau berubah. Idealnya
Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 107
pilihan pasien akan berhubungan dengan tahap perubahan perilaku
mereka. Beberapa contoh pilihan pasien yang dapat dilakukan :

• Membuat cacatan harian Napza yang digunakan (dimana, kapan,


berapa banyak, dengan siapa, mengapa)
• Membantu pasien untuk menyiapkan panduan penggunaan Napza
bagi diri mereka.
• Mengidentifikasi situasi risiko tinggi dan strategi untuk menghindari
• Mengidentifikasi aktifitas lain sebagai pengganti penggunaan
Napza misalnya; melakukan hobby, olah raga, musik, organisasi
dan lain-lain
• Mendorong pasien untuk mengidentifikasi orang yang dapat
menyediakan dukungan dan membantu untuk perubahan yang
mereka inginkan
• Menyediakan informasi tentang sumber-sumber kelompok tolong
diri lainnya dan informasi tertulis seperti leaflet, poster dan lain-lain
• Mempersilahkan pasien untuk datang kembali pada pertemuan
rutin untuk menilai penggunaan Napza mereka melalui “pedoman
untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan Napza “
• Menyediakan informasi tentang berbagai kelompok lain atau
spesialis di bidang adiksi Napza dan alkohol
• Mengalihkan uang yang mereka gunakan untuk konsumsi Napza
kepada hal lain yang lebih bermanfaat

5. Empati
Komponen efektif yang harus dimiliki oleh petugas medis yang
melakukan intervensi singkat adalah sikap yang penuh kehangatan,
dapat merefleksikan perasaan, berempati dan mau memahami serta
tidak menghakimi. Menerapkan sikap yang penuh kehangatan dan
berempati adalah faktor yang bermakna dalam merespon pasien pada
intervensi dan membimbing mereka untuk mengurangi penggunaan
NAPZA pada saat kunjungan lanjutan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 108


6. Self-efficacy (keyakinan diri)
Komponen terakhir dari Intervensi singkat yang efektif adalah
mendorong rasa keyakinan dan percaya diri pasien bahwa mereka
mampu untuk mengubah perilaku penggunaan NAPZA. Orang yang
merasa yakin bahwa mereka dapat berubah adalah lebih mampu
melakukan perubahan dibandingkan orang yang merasa tidak memiliki
kekuatan atau tidak berdaya untuk mengubah perilaku mereka. Hal ini
sangat berguna untuk mendapatkan suatu pernyataan keyakinan diri
dari pasien karena mereka yakin dengan apa yang mereka dengar
dari pernyataan mereka sendiri.

Wawancara Motivasional

Wawancara motivasional adalah sebuah wawancara yang interaksinya berpusat


pada klien dan bertujuan untuk membantu seseorang menggali dan mengatasi
ambivalensi tentang penggunaan NAPZA melalui tahap perubahan. Ini sangat
berguna bila dilakukan pada pasien yang berada pada tahap prekontemplasi dan
kontemplasi, tapi prinsip dan keterampilan wawancara sangat penting pada
semua tahap. 5 Prinsip Wawancara Motivasi:
• Ekspresikan Empati
• Mengurangi ambivalen dan membangun diskrepansi
• Memfasilitasi pernyataan motivasi diri
• Menghindari atau menghadapi resistensi
• Menggunakan keterampilan konseling untuk membicarakan tentang
perubahan (open-ended question, affirmation, reflective listening,
summarizing)

Pendekatan Intervensi singkat didasarkan pada prinsip wawancara motivasional


yang dikembangkan oleh Miller dan kemudian diperluas oleh Miller dan Rollnick.
Dalam menerapkan tehnik wawancara motivasional, sangat penting untuk
berempati, menunjukkan kepedulian. Pasien akan merasa lebih yakin untuk
membuka informasi pribadi dan lebih percaya untuk berbicara pada anda tentang

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 109


apa yang terjadi dalam hidup mereka jika kita menunjukkan kepedulian. Kita juga
perlu mendampingi pasien untuk pindah dari fase kontempelasi ke arah
perubahan perilaku. Seseorang pada fase kontempelasi akan mengatakan pada
dirinya, “ada hal-hal yang membuat saya menyukai menggunakan Napza, tapi ada
juga masalah-masalah yang muncul berhubungan dengan penggunaan tersebut”.
Hal ini disebut ambivalensi; individu seperti ini ambivalen terhadap perubahan
perilaku mereka.

Petugas kesehatan yang baik membantu pasien mengenali diskrepansi antara hal
yang dilakukan pasien saat ini dan hal yang sebenarnya ingin dilakukan pasien.
Jika seorang pasien merasa lebih percaya diri tentang perubahan yang dia cari,
dia akan merasa lebih antusias untuk membuat perubahan. Petugas kesehatan
harus mendampingi pasien membangun motivasi diri dan kepercayaan diri untuk
melanjutkan perubahan.

Beberapa pasien akan resisten untuk merubah perilaku mereka. Mereka akan
kurang percaya diri akan kemampuannya dan menjadi kurang motivasi. Salah
satu cara menghadapi resistensi ini adalah dengan menghindari konfrontasi. Tidak
efektif memaksa mereka berubah atau mengkonfrontasi mereka, semakin
memaksa perubahan perilaku pada pasien, semakin mereka menolak hal
tersebut.

Beberapa keterampilan konseling yang dapat digunakan, termasuk pertanyaan


terbuka, mendengar aktif, afirmasi, dan menyimpulkan hal-hal yang dikatakan
pasien. Hal-hal ini membantu pasien berpikir tentang apa yang mereka lakukan
dan apakah mereka ingin melanjutkan hal tersebut atau tidak. Jika
dikombinasikan, keterampilan ini dapat membantu untuk mengawali diskusi
tentang perubahan pada pasien.

Pokok Bahasan 2.

Intervensi Singkat berdasarkan skor ASSIST

A. Intervensi Singkat dihubungkan dengan ASSIST

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 110


ASSIST risk score and associated risk level and intervention

Alcohol All other Risk level Intervention


substances*

0 - 10 0-3 Lower risk • General health advice

11 - 26 4 - 26 Moderate risk • Brief intervention


• Take home booklet &
information
27+ 27+ High risk** • Brief intervention
• Take home booklet &
information
• Referral to specialist
assessment and
treatment
Injected drugs in last 3 Moderate and • Risks of injecting card
months • Brief intervention
High risk
• Take home booklet &
information
• Referral to testing for
BBVs***
• Referral to specialist
assessment and
treatment

*) Tobacco products, cannabis, cocaine, ATS, sedatives, hallucinogens,


inhalants, opioids and ‘other drugs’.
**) Need to determine pattern of injecting – Injecting more than 4 times per
month (average) over the last 3 months is an indicator of dependence
requiring further assessment and treatment.
***) Bloodborne viruses including HIV and hepatitis B and C.

10 langkah Intervensi Singkat dihubungkan dengan ASSIST

1. Asking (bertanya)
2. Kartu umpan balik (feedback)
3. Advis
4. Tanggung jawab (responsibility)

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 111


5. Peduli dengan skor ASSIST
6. Hal-hal baik tentang penggunaan
7. Hal-hal yang kurang baik tentang penggunaan
8. Kesimpulan
9. Peduli tentang hal-hal yang kurang baik
10. Bawa pulang informasi dan buku petunjuk (booklet)

1. Asking (bertanya)
“Apakah anda ingin melihat bagaimana anda memberi skor pada pertanyaan
yang telah anda jawab…?”
- Pertanyaan ini adalah pintu masuk untuk memberikan intervensi singkat
- Kebanyakan pasien tertarik pada skor mereka
- Memberikan sebuah pilihan pada pasien tentang apa yang terjadi
kemudian dan mengurangi resistensi dengan segera
- Memberikan ijin pada petugas kesehatan untuk menyediakan informasi
yang relevan pada klien tentang skor mereka dan risiko yang terkait dan
pengurangan risiko

2. Feedback (umpan balik)


Komponen kunci dalam intervensi singkat. Dengan menggunakan kartu
laporan Umpan balik ASSIST dapat membantu petugas kesehatan dan pasien
untuk fokus. Catat skor ASSIST pasien pada kotak-kotak yang disediakan di
halaman depan. Beri tanda rendah, sedang dan tinggi pada kotak yang
tersedia untuk setiap jenis Napza. Perhatikan skor setiap zat dan nyatakan
apakah penggunaan Napza pasien termasuk risiko rendah, sedang atau
tinggi. Jelaskan atau baca apa arti arti risiko sedang (pada halaman bawah)
dan jelaskan risiko tinggi jika relevan. Pegang kartu agar pasien dapat
melihat. Buka Kartu laporan umpan balik mulai dari jenis Napza dengan skor
tertinggi (setelah rokok/ tembakau). Petugas kesehatan dapat mengatakan
“Karena anda berada pada risiko sedang untuk penggunaan zat, maka hal-hal
yang berkaitan dengan pola penggunaan Napza adalah….” (bacakan risiko
yang ada mulai dari yang paling ringan sampai berat).
Sebuah cara yang sederhana dan efektif pada pemberian umpan balik

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 112


adalah dengan menerima laporan dari pemahaman pasien dan menghormati
hak mereka untuk memilih apa yang dilakukan dengan informasi yang
mencakup tiga langkah: Mendapatkan – Menyediakan – Mendapatkan
§ Mendapatkan kesiapan/ketertarikan untuk informasi, contohnya :
Tanyakan pada pasien apa yang telah mereka ketahui dan apa yang ingin
mereka ketahui. Ini juga bermanfaat untuk mengingatkan pasien bahwa
apa yang mereka lakukan adalah tanggung jawab mereka
Ø “Maukah anda melihat hasil dari kuesioner yang tadi ditanyakan pada
anda? Apa yang akan dilakukan dengan informasi ini terserah anda”
Ø “Apa yang anda ketahui tentang efek amfetamin pada emosi anda?”

§ Menyediakan umpan balik yang netral dan tidak menghakimi.


Ø “Skor anda untuk “putaw” adalah 6, ini berarti bahwa anda berada
pada risiko bermasalah dengan kesehatan berkaitan dengan tingkat
penggunaan “putaw” saat ini”
Ø “Amfetamin mempengaruhi kimiawi otak yang mengatur emosi dan
penggunaan yang regular dapat menyebabkan anda merasa depresi,
ansiatas dan beberapa orang dapat menjadi marah dan melakukan
kekerasan”

§ Mendapatkan pemahaman individu . misalnya : Tanyakan pada pasien


apa yang mereka pikirkan tentang informasi dan yang akan mereka
lakukan. Anda dapat melakukan ini dengan menanyakan beberapa
pertanyaan dibawah ini:
Ø “Bagaimana perasaan anda tentang hal itu?”
Ø “Apa yang akan anda lakuka tentang hal itu?”
Ø “Bagaimana kekhawatiran anda terhadap hal ini?”
Ø “Apa yang paling menkhawatirkan anda?”

3. Advis
Advis adalah tentang menciptakan hubungan antara pengurangan
penggunaan Napza dan pengurangan dampak buruk. Advis adalah
mengatakan kepada pasien bahwa mengurangi atau menghentikan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 113


penggunaan Napza akan mengurangi risiko berbagai masalah saat ini dan
di masa yang akan datang. Pasien sering tidak menyadari hubungan antara
penggunaan Napza mereka dan masalah saat ini atau risiko masalah di
kemudian hari. Advis bukan dengan mengatakan “Anda harus melakukan
sesuatu tentang penggunaan Napza anda” atau “Saya peduli dengan
penggunaan ganja anda.”
Memberikan advis adalah sesederhana dengan mengatakan “Cara terbaik
bagi anda untuk mengurangi risiko dampak buruk terjadi adalah dengan
mengurangi atau menghentikan penggunaan Napza.”

4. Tanggung jawab (responsibility)


Mempertahankan kontrol diri merupakan sebuah faktor penting dalam
perubahan. Pasien bertanggung jawab terhadap keputusan pribadi dan
harus menerima dan menghormati hal tersebut. Hal yang dapat dikatakan
misalnya: “apa yang akan anda lakukan dengan informasi ini terkait
penggunaan Napza adalah tergantung dirimu, saya hanya akan
membiarkan anda tahu tentang berbagai dampak buruk yang berhubungan
dengan pola penggunaan Napza anda saat ini.”

5. Peduli dengan skor ASSIST


Pertanyaan terbuka membuat pasien berpikir dan peduli secara verbal.
Mungkin ini adalah pertama kalinya pasien mengatakan tentang
kepeduliaannya. Perkataan tentang kepedulian akan mengarah pada
perubahan keyakinan dan perilaku (kami meyakini apa yang kami dengar
dari perkataan kami sendiri). Lalu kembali ke halaman depan dan katakan:
“Seberapa pedulinya anda dengan skor Napza-mu?”

6. Hal-hal baik vs hal-hal kurang baik tentang penggunaan Napza


Ajak pasien untuk mulai menimbang pro dan kontra dari penggunaan
Napza mereka, yang merupakan langkah awal untuk merubah perilaku.
Hal ini membangun diskrepansi (atau menciptakan konflik kognitif) antara
apa yang mereka lakukan dan yang diinginkan untuk jadi seperti apa.
Mungkin ini pertama kalinya pasien mempertimbangkan dan mengatakan
tentang pro dan kontra penggunaan. Tanyakan tentang aspek-aspek
Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 114
positif penggunaan Napza, misalnya dengan mengatakan: “Apa hal-hal
yang anda sukai tentang menggunakan Napza?” Setelah pasien selesai
berbicara tentang hal-hal baik, tanyakan tentang aspek-aspek yang kurang
positif dari penggunaan Napza, misal dengan mengatakan: “Apa hal-hal
kurang baik dalam menggunakan Napza untuk anda…?” Jika pasien
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan hal-hal yang kurang baik,
anda dapat mulai dengan bertanya tentang:

- Kesehatan: fisik dan metal


- Sosial: hubungan dengan pasangan, keluarga, teman, rekan kerja
- Hukum: DUI, kecelakaan, kasus hukum
- Finansial: dampak pada keuangan pribadi
- Pekerjaan: kesulitan di pekerjaan, sekolah/kuliah
- Spiritual: harga diri, rasa bersalah, keutuhan diri

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 115


§Benefits of Staying
the Same
§Cost of Change
§Benefits of Change
§Cost of Staying the
Same

Gambar Neraca keseimbangan pengambilan keputusan

Tujuan utama menyimpulkan keuntungan dan kerugian penggunaan Napza akan


membantu pasien menimbang kerugian dan keuntungan untuk menentukan
bagaimana membuat sebuah keputusan. Kedatangan secara sukarela untuk
konseling, menunjukkan bahwa pasien telah mulai menyadari bahwa mereka
ingin membuat sebuah perubahan dalam kehidupan mereka. Mereka mungkin
masih ambivalen. Kesimpulan dan proses prioritas dapat membantu mereka
bergeser dari ambivalensinya.
Ingat: Melakukan aksi atau tidak harus merupakan pilihan pasien.
Tabel Keputusan

Benefits (keuntungan) Costs (kerugian)

Jangka
pendek

Jangka
panjang

7. Kesimpulan dan Mendengar aktif


Tunjukkan pada pasien bahwa anda memahami apa yang telah dikatakannya dan
dapat berempati. Gunakan secara aktif untuk menonjolkan konflik kognitif pasien
dan arahkan pembicaraan ke hal-hal yang kurang baik.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 116


Berikan pertanyaan terbuka setelah refleksi atau kesimpulan, misalnya dengan
mengatakan: “Jadi di satu sisi anda menikmati menggunakan ekstasi dengan
teman-teman dan hal tersebut membuat anda percaya diri dan senang… tapi di
sisi lain, anda menghabiskan lebih banyak uang dan itu menjadi perhatian anda.
Anda juga memperhatikan bahwa anda menjadi marah dan iritabel setelah
menggunakan dan perasaan tersebut menjadi lebih intens dibanding saat
pertama menggunakan ekstasi.”

8. Kepedulian pasien terkait hal-hal kurang baik dari penggunaan Napza


- Pada skala 1-10, seberapa peduli anda dengan penggunaan Napza-mu?
- Pada skala 1-10, seberapa besar komitmen anda untuk berubah?
- Pada skala 1-10, seberapa besar keyakinan anda untuk dapat berubah?

9. Bawa pulang informasi


3-4 hal yang dapat dibawa pulang yaitu: kartu laporan umpan balik pasien, brosur
tentang informasi Napza, petunjuk tentang stategi diri dalam mengurangi atau
menghentikan penggunaan Napza (self-help guide booklet), kartu risiko
menyuntik (bila relevan) dan termasuk informasi tentang menyuntik yang aman
untuk mencegah HIV.

Hendaknya petugas kesehatan tetap menggunakan kalimat yang netral dan


menghargai pasien, missal dengan mengatakan: “Seseorang merasakan buku
petunjuk ini sangat membantu jika mereka berpikir tentang apakah mereka ingin
atau tidak mengurangi penggunaan Napza, dan jika mereka ingin mengurangi,
maka petunjuk ini menyediakan beberapa strategi yang berguna untuk membantu
mereka mengurangi atau menghentikan penggunaan Napza.”

B. Implementasi Intervensi Singkat berdasarkan skor ASSIST

1. Umpan balik dan informasi pada pengguna Risiko Rendah


Sebagian besar pasien yang diskrining dengan instrumen ASSIST akan
mempunyai skor dengan tingkat risiko rendah untuk semua jenis Napza.
Orang-orang yang mempunyai tingkat risiko rendah tidak membutuhkan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 117


intervensi untuk mengubah penggunaan Napza mereka, tetapi penyediaan
informasi tentang alkohol, rokok dan zat psikoaktif lainnya dengan tingkat
risiko rendah perlu diberikan untuk:
• Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan dan
risiko penggunaan Napza.
• Mendukung pengguna Napza yang berisko rendah untuk tetap
melanjutkan perilaku penggunan Napza yang berisiko rendah .
• Mengingatkan pasien dengan riwayat penggunaan Napza yang berisiko
dan akibatnya bila kembali menggunakan Napza.

Apa yang dilakukan pada pasien yang mengindikasikan skor ASSIST


pada tingkat Risiko Rendah
• Sediakan umpan balik tentang skor ASSIST dan tingkat risikonya.
Contoh umpan balik tentang skor ASSIST dalam tingkat Risiko
Rendah: “Kartu ini memperlihatkan hasil dari kuisener ASSIST yang
baru saja anda selesaikan. Jika anda ingat, pertanyaan tentang
penggunaan Napza apakah anda mempunyai pengalaman dalam
kaitannya dengan penggunaan Napza yang anda gunakan
(perlihatkan kepada pasien halaman depan kartu laporan ASSIST).
Anda dapat melihat bahwa skor anda termasuk dalam tingkat risiko
rendah untuk semua Napza yang pernah anda gunakan. (Balik
halaman kartu laporan ini untuk memperlihatkan kepada pasien
masalah yang berhubungan dengan Napza) Ini berarti bahwa
kemungkinan besar dapat terjadi berbagai masalah kesehatan jika
anda tetap menggunakan Napza seperti saat ini.”
• Tanyakan jika mereka ingin menyampaikan informasi tambahan
tentang Napza yang berhubungan dengan diri mereka maupun
keluarga. Berikan kartu laporan umpan balik kepada pasien untuk
dibawa pulang, serta informasi lain yang mereka inginkan.
• Memperkuat bahwa apa yang mereka lakukan adalah tanggungjawab
mereka dan dorong mereka untuk melanjutkan pola penggunaan
Napza yang saat ini berisiko rendah.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 118


2. Intervensi singkat pada pengguna Napza Risiko Sedang

Pasien yang memiliki skor ASSIST mengindikasikan tingkat risiko sedang dari
masalah yang berkaitan dengan semua jenis Napza yang mereka gunakan
harus ditawarkan Intervensi singkat (lihat skor keterlibatan zat spesifik untuk
masing-masing Napza). Intervensi singkat harus fleksibel dan
memperhitungkan tingkat risiko pasien, masalah yang spesifik, kesiapan untuk
berubah dan juga waktu yang tersedia. Jika kelihatannya mereka setuju anda
dapat katakan pada pasien untuk datang kembali membuat perjanjian
selanjutnya untuk mendiskusi masalah penggunaan Napza secara lebih rinci.
Ini dapat terjadi jika waktunya singkat atau jika anda terutama sekali khawatir
tentang masalah yang berkaitan dengan penggunaan Napza pasien atau jika
pasien sungguh-sungguh ingin melakukan sesuatu tentang penggunaan zat
mereka. Contoh pernyataan umpan balik: “Berikut ini adalah semua Napza
yang saya tanyakan dan masing-masing skor yang kamu berikan. Seperti
kamu lihat, skor rokok 16 berarti risiko sedang, skor alkohol 15 berarti risiko
sedang dan skor ganja 18 berarti risiko sedang juga. Sedangkan Napza
lainnya mendapat skor risiko rendah. Risiko sedang berarti kamu memiliki
risiko terhadap kesehatan dan masalah lainnya terkait pola penggunaan
Napza kamu saat ini dan juga berisiko di masa depan jika kamu tetap
menggunakan Napza.”
Pasien mungkin tidak menyadari hubungan antara penggunaan Napza dan
masalah yang ada ataupun potensial masalah, dan advis adalah mengatakan
kepada pasien bahwa mengurangi atau menghentikan Napza akan
mengurangi risiko masaalah saat ini dan di masa depan. Advis tidak bersifat
menghakimi atau subyektif sesuai opini petugas kesehatan (contoh subyektif
“ kamu benar-benar harus melakukan sesuatu terhadap penggunaan Napza
kamu.”).

Petugas kesehatan perlu menyadari bahwa pasien bertanggung jawab


terhadap keputusannya, hal ini dapat diingatkan setelah pemberian umpan
balik dan advis (nasehat). Contohnya petugas mengatakan “Apa yang kamu
lakukan terhadap informasi tentang penggunaan Napza adalah tergantung

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 119


kamu.... Saya hanya membiarkan kamu tahu bahwa dampak buruk berkaitan
dengan pola penggunaan Napza kamu saat ini.”
Pertanyaan terbuka diberikan untuk pasien berpikir tentang penggunaan
napza mereka dan memulai verbalisasi kepedulian mereka, contohnya:
“Seberapa pedulinya kamu dengan skor Napza milik kamu?”

Contoh refleksi berdasarkan hal-hal baik dan kurang baik dari pasien terkait
penggunaan Napza-nya dengan menekankan pada hal-hal kurang baik:
“Jadi anda menyukai minum alkohol karena dapat membuat anda relaks dan
senang dan aktif bicara ketika bertemu orang... namun anda tidak senang
saat menemukan kesulitan berhenti minum dan berakhir pada argumentasi
bahwa saat minum anda akan mengatakan atau melakukan sesuatu yang
membuat anda menyesal keesokan harinya, termasuk berakhir di rumah sakit
minggu lalu karena anda terluka akibat perkelahian...”

Mengajukan pertanyaan tentang seberapa pedulinya pasien dengan hal-hal


kurang baik yang dialaminya terkait penggunaan napza akan memperkuat
pemikiran pasien tentang perubahan perilaku dan memberi dasar bagi
petugas kesehatan untuk melakukan intervensi singkat lebih lanjut bila waktu
tersedia; contoh pertanyaan: “Apakah hal-hal yang kurang baik menjadi
perhatian anda? Bagaimana?”
Pasien harus menerima salinan kartu laporan umpan balik ASSIST mereka
dan informasi tertulis lainnya yang dapat menguatkan pasien setelah
mendapat intervensi singkat. Informasi tersebut juga dapat dibaca oleh teman
atau keluarga pasien yang mungkin menggunakan Napza.

3. Yang harus dilakukan terhadap pengguna dengan tingkat Risiko Tinggi


atau pengguna dengan cara suntikan

Pasien-pasien yang menggunakan Napza melalui jarum suntik secara teratur


lebih dari 3 bulan terakhir dan atau yang mempunyai skor keterlibatan zat
pada tingkat risiko tinggi untuk setiap jenis Napza membutuhkan pengobatan
intensif. Ini mungkin membutuhkan bentuk pengobatan pada pelayananan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 120


kesehatan, misalnya pemberian farmakoterapi, konseling, detoksifikasi rawat
inap, rehabilitasi residensial atau mungkin rujukan kepada dokter spesialis
kedokteran jiwa/ adiksi, jika tersedia. Intervensi singkat pada pasien-pasien ini
memerlukan waktu sedikitnya 15 menit. Pasien dengan risiko tinggi
memerlukan asesmen lebih lanjut termasuk riwayat penggunaan Napza dan
rujukan terapi lebih lanjut. Selain itu mungkin terdapat hal-hal lain yang
merupakan alasan dasar dalam menggunakan Napza, misalnya nyeri kronis,
masalah kesehatan mental, kesulitan berelasi, tuntutan pekerjaan atau tidak
memiliki rumah. Selain itu penting bagi pasien untuk melakukan tes kesehatan
fisik termasuk darah dan skrining lainnya seperti fungsi hati, hepatitis,
HIV/AIDS dan diberikan informasi tentang meminimalkan dampak buruk
akibat menyuntik seperti yang terdapat pada kartu risiko injeksi. Pasien harus
dibuat menyadari bahwa menyuntik Napza berhubungan dengan
meningkatnya ketergantungan, overdosis, psikosis, infeksi lokal dan sistemik,
abses, ulkus, hepatitis dan HIV/AIDS.

Beberapa dari pasien yang berada pada tingkat resiko tinggi mungkin tidak
peduli tentang pola penggunaan Napza mereka atau mungkin tidak bersedia
untuk menerima pengobatan yang intensif. Beberapa faktor penting pada
Intervensi singkat dapat digunakan untuk memberikan motivasi, misalnya
pasien mau menerima pengobatan lanjutan:

• Menyediakan umpan balik dari hasil-hasil ASSIST dan tingkat risiko


(halaman 1 dari kartu laporan umpan balik-ASSIST). Diskusikan arti
dari hasil ASSIST dan kaitannya dengan daftar masalah-masalah
spesifik yang ada pada halaman 2-4 pada kartu laporan (dan juga
kartu "risiko penggunaan dengan cara suntikan” jika ada kaitan).
• Menyediakan informasi yang jelas bahwa cara terbaik untuk
mengurangi risiko yang berhubungan penggunaan Napza dan untuk
mengatasi masalah-masalah yang ada saat ini adalah dengan
mengurangi atau menghentikan penggunaan Napza. Jika pasien telah
mencoba namun tidak berhasil untuk mengurangi atau menghentikan
penggunaan Napza pada waktu lampau, diskusikan upaya yang

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 121


dilakukan tersebut. Hal ini dapat membantu pasien mengerti bahwa
mereka membutuhkan pengobatan untuk mengubah penggunaan zat
mereka.
• Hubungkan hasil ASSIST dengan masalah-masalah spesifik yang
dialami pasien
• Dapatkan riwayat singkat penggunaan zat seminggu yang lalu
• Dorong pasien untuk mempertimbangkan positif dan negatif dari
Napza yang mereka gunakan. Anda dapat menggunakan neraca
keseimbangan pengambilan keputusan (decision balance) atau tabel
untuk melihat keuntungan dan biaya yang digunakan bila tidak
menggunakan Napza. Hal ini untuk membantu pasien memikirkan hal
tersebut. Bertanya dengan pertanyaan terbuka juga merupakan teknik
yang cukup efektif ;
- "Coba ceritakan pada saya sesuatu yang baik atau bermanfaat yang
anda rasakan bila menggunakan....(Napza)”
- "Dapatkan anda mengatakan kepada saya mengenai aspek yang
kurang baik dirasakan bila menggunakan.... (Napza)”

• Mendorong pasien untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang


dan jangka pendek penggunaan Napza. (lihat halaman 2-4 dari
kartu respon ASSIST).
• Diskusikan tingkat kepedulian atau kekhawatiran pasien tentang Napza
yang mereka gunakan dengan menggunakan “penggaris kesiapan”.
Hal ini untuk membantu pasien dapat melihat seberapa penting arti
serta kesiapan pasien bila perilaku penggunaan Napza pasien berubah.
• Menyediakan informasi tentang apa saja yang tercakup dalam
pengobatan dan bagaimana mendapatkan akses ke pengobatan.
• Menyediakan dukungan dan jaminan tentang keefektifan dari
pengobatan
• Memberikan materi-materi tertulis misalnya leaflet, buku panduan yang
berkaitan dengan masalah NAPZA dan strategi untuk mengurangi
penggunaannya.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 122


Intervensi yang lebih panjang ditujukan bagi pasien dengan penggunaan
multipel Napza, khususnya rokok, alkohol dan kanabis biasanya juga sering
digunakan pada mereka yang menggunakan golongan ATS (amphetamine
type stimulants), kokain atau opioid. Umpan balik diberikan pada semua
Napza dengan skor antara risiko sedang sampai tinggi, dengan fokus
intervensi pada jenis zat yang paling sering menyebabkan masalah pada
pasien atau yang paling menjadi perhatian pasien. Selain itu pasien juga
mendapat informasi mengenai risiko akibat penggunaan zat lainnya melalui
buku petunjuk yang diberikan di akhir sesi intervensi.

C. Mengenali Resistensi
Resistensi (“sikap melawan”) pasien dapat dikenali saat mereka mendebat,
menginterupsi, gagal membuat hubungan (antara masalah dan penggunaan),
tidak peduli dengan berbagai masalah, gagal untuk terlibat. Saat pasien tidak
ingin merubah perilaku mereka, mereka akan menunjukkan resistensi melalui
perilaku mereka. Mereka akan berargumen dengan anda dan atau tidak setuju
dengan yang anda katakan. Saat anda mencoba mengatakan sesuatu,
mereka akan menginterupsi karena tidak ingin mendengar kata-kata anda.
Mereka akan mengatakan bahwa masalah-masalah yang dihadapi tidak ada
hubungannya dengan penggunaan Napza. Atau mereka akan menyangkal
masalah-masalah tersebut seolah-olah tidak ada. Akhirnya mereka akan
memilih tidak berbicara atau tidak datang lagi pada anda. Hal ini adalah
sebuah sinyal penyangkalan.
Dalam proses konseling, sikap-sikap di atas sangat umum terjadi. Untuk itu
konselor perlu mencermati timbulnya resistensi klien dan tidak terjebak pada
perdebatan panjang dengan klien. Perdebatan tidak dapat lagi dianggap
sebagai konseling, bahkan menjadi kontraproduktif dalam perubahan perilaku.
Resistensi adalah tanda bahwa konselor perlu merubah arah dengan lebih
mendengarkan klien secara hati-hati. Prinsip dasar dalam mengatasi
resistensi adalah:

- Hindari argumentasi

- Tidak bersikap menghakimi dan tetap menghargai klien

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 123


- Mendorong klien untuk tetap mengemukakan pendapatnya dan bertahan
dalam proses perubahan

Mengurangi Resistensi dapat dilakukan dengan cara:


Terdapat banyak metode untuk merespon resistensi yang dapat mengurangi
hal tersebut, berupa rolling with resistance, shifting the focus, reframing,
emphasizing personal choice and control, and stopping providing solutions.

1. Rolling with resistance

Petugas kesehatan menghadapi resisten saat pasien argumentasi, interupsi


atau menentang saran petugas kesehatan. Penting untuk tidak menguatkan
resistensi dengan meneruskan ketidak-setujuan. “Bergulir dengan resistensi”
berarti tidak mengkonfrontasi pasien. Terdapat beragam tehnik yang dapat
digunakan. Contohnya kalimat: “Saat ini anda tidak tampak siap untuk
mengubah perilaku.” Hal ini merupakan refleksi sederhana dari sudut pandang
pasien. Mendengar relektif melibatkan pemahaman bahwa pasien memiliki
ambivalensi. Petugas medis dapat mengatakan, “Saya dapat melihat bahwa
hal ini membingungkan anda. Di satu sisi anda prihatin tentang penggunaan
Napza, tapi di sisi lain anda merasa bahwa anda tidak menggunakan Napza
lebih banyak dari teman-teman dan mereka tidak tampak memiliki masalah”.
Tujuannya adalah untuk membuat pasien mempertimbangkan informasi dan
perspektif baru tentang penggunaan Napza mereka.

2. Shift the focus

Memindahkan fokus pembicaraan dengan mengalihkan energi dan perhatian


klien dari yang awalnya hanya memikirkan hambatan dan tantangan, menjadi
lebih memperhatikan potensi dan kekuatan yang dimiliki. Hal ini dapat menjadi
cara yang baik untuk menyampaikan atau setidaknya menunda
ketidakcocokan saat berhadapan dengan masalah-masalah yang sulit. Untuk

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 124


memindahkan fokus pembicaraan, petugas kesehatan dapat bergeser pada
masalah-masalah yang lebih siap untuk dibahas.

3. Reframing

Cara lain untuk menghadapi perilaku resisten adalah dengan mengubah


kerangka pikir dari apa yang disampaikan pasien. Pendekatan ini
menawarkan interpretasi baru dan positif dari informasi negatif yang
disediakan klien. Terimalah validitas persepsi klien seberapapun subyektifnya,
tetapi di saat yang bersamaan, tawarkan persepsi baru pada klien agar dapat
ia pertimbangkan. Masalah-masalah yang penting diperlihatkan dalam cara
berbeda untuk membuat mudah dalam mempertimbangkan perubahan
perilaku..

4. Menekankan pada pilihan dan kontrol personal

Resistensi kadang muncul dari fenomena reaktivasi psikologis. Saat orang


merasa kebebasan memilihnya terancam, mereka cenderung bereaksi
dengan mempertahankan kebebasan (misal “tidak seorangpun dapat
menyuruh saya melakukan sesuatu!”). Hal ini reaksi yang umum dan alami
terhadap ancaman kehilangan pilihan. Sebuah solusi yaitu meyakinkan pasien
hal yang sebenarnya bahwa pada akhirnya pasien menentukan apa yang
akan terjadi. kembali ingatkan klien bahwa diri merekalah yang paling
bertanggungjawab dalam membuat pilihan. Bangunlah efikasi diri (keyakinan
diri) klien untuk mampu membuat keputusan. Contoh kalimat:

Pasien: Bagaimana jika saya mengatakan menyukai merokok dan saya tidak
ingin berhenti?

Petugas kesehatan: Anda bebas melakukan hal yang anda senangi; itu
adalah pilihanmu. Saya tidak dapat memutuskan untuk anda bahkan jika saya
menginginkannya.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 125


5. Berhenti memberikan solusi

Jika sudah mencoba berbagai metode untuk mengurangi resistensi namun


belum berhasil, maka petugas harus berhenti menyediakan berbagai solusi.

Jika pasien memutuskan untuk tidak membuat keputusan saat ini, hal yang
penting adalah menerima keputusan pasien. Petugas kesehatan harus
berempati dengan kesulitan pasien dalam merasa ambivalensi. Petugas dapat
bertanya pada pasien jika dia memiliki sebuah rencana untuk mengatur
berbagai konsekuensi dari tidak membuat sebuah keputusan dan apakah ada
hal yang perlu pasien butuhkan untuk membuat keputusan, seperti lebih
banyak waktu, lebih banyak informasi, atau lebih banyak dukungan.

Akan tetapi, pastikan bahwa selalu terbuka untuk membantu. Petugas


kesehatn dapat mengatakan “Sebagai kesimpulan, tampaknya pada saat ini
anda tidak mau mengubah perilaku ini, namun jika suatu saat anda ingin
berbicara tentang hal tersebut atau memutuskan bahwa hal tersebut adalah
penyebab berbagai masalah anda, silahkan datang dan bertemu dengan saya
dan kita akan diskusikan hal ini lebih lanjut…”

Contoh INTERVENSI SINGKAT berdasarkan ASSIST

Bagian 1. Intervensi singkat (3-5 menit)

Pasien 22 tahun, perempuan, skor ASSIST risiko sedang untuk ATS, rokok dan
kanabis. Zat lain mendapat skor rendah. Untuk contoh kasus ini petugas kesehatan
hanya fokus pada penggunaan ATS. Intervensi yang lebih panjang dapat juga
diberikan terkait zat lain yang digunakan (kanabis dan rokok)

PK: Apakah anda ingin melihat hasil kuesioner yang sudah anda kerjakan? (Asking)

P : Ya, silahkan

PK: (menunjukkan skor pada halaman pertama kartu laporan umpan balik ASSIST):
Ini adalah skor anda utntuk setiap jenis zat yang sudah kita bicarakan. Skor rokok 21
artinya risiko sedang, skor kanabis 6 dan 14 untuk ATS artinya juga risiko sedang.
Anda memiliki risiko rendah untuk jenis zat lainnya. Risiko sedang artinya anda

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 126


berisiko mendapat masalah kesehatan dan masalah lainnya akibat penggunaan
Napza anda saat ini. Bahkan jika anda merasa belum mengalami masalah saat ini,
skor pada risiko sedang bermakna bahwa anda membangun masalah kesehatan dan
lainnya di masa yang akan datang. (Umpan balik)

PK: (membuka booklet dan menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan ATS):
Karena risiko anda terhadap dampak buruk amfetamin adalah sedang, maka
beberapa hal yang berkaitan dengan penggunaan saat ini yaitu kesulitan tidur, hilang
nafsu makan, dehidrasi, sakit kepala dan nyeri otot. Mood swing seperti cemas,
depresi dan panik atau paranoid, khususnya sehari setelah memakai, yang sudah
anda sebutkan saat mengisi kuesioner. Karena ATS bersifat stimulan terhadap
susunan saraf pusat maka zat tersebut menstimulus anda sehingga anda merasakan
tremor, detak jantung tidak teratur dan nafas pendek. Beberapa orang dapat menjadi
agresif dan melakukan kekerasan saat menggunakan amfetamin dan lainnya
mengalami psikosis. Selain itu ATS juga dapat mgakibatkan kerusakan sel otak
permanen, kerusakan liver dan stroke. (Umpan balik)

PK: Jalan terbaik agar anda dapat mengurangi hal-hal tersebut terjadi adalah dengan
mengurangi atau menhentikan penggunaan amfetamin. (Advis)

Apa yang akan anda lakukan dengan informasi ini adalah tergantung diri anda. Saya
hanya ingin agar anda memahami hubungan antara pola penggunaan saat ini dan
berbagai dampak buruk yang dapat timbul. (Tanggung jawab)

PK: (kembali ke halaman depan booklet dan menunjukkan skor amfetamin): Apakah
skor amfetamin ini menjadi perhatian anda? Bagaimana? (Kepedulian)

P: Ya, itu menjadi perhatian saya sedikit. Saya tidak menyadari saya akan mendapat
skor tinggi untuk amfetamin dan saya dapat berisiko terhadap berbagai masalah
kesehatan. Saya rasa saya berpikir untuk mengurangi sementara waktu karena
menyebabkan perasaan depresi dan uring-uringan selama beberapa hari setelah
penggunaan dan rasanya tidak berarti bila menggunakan lagi. Namun zat tersebut
membuat saya merasa nyaman saat digunakan, jadi saya betul-betul tidak tahu…

Akhiri sesi intervensi pendek dengan memberikan buku petunjuk/booklet untuk


pasien bawa pulang

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 127


Bagian 2. Intervensi singkat berlanjut (10-15 menit)

PK: Jadi..apa hal-hal baik tentang menggunakan amfetamin bagi anda? (Hal-hal
baik)

P: Saya menikmati bahwa saya dapat terjaga sepanjang malam dan pesta dengan
teman-teman saat menggunakan dan mereka membuat saya merasa lebih hidup dan
bahagia.

PK: Bagaimana dengan hal-hal yang kurang baik tentang menggunakan amfetamin,
apa yang anda alami? (Hal-hal kurang baik)

P: Tentu saja perasaan depresi dan iritabel saat bekerja dan bersama pasangan. Dia
tidak menyukai saya menggunakan shabu dan hal tersebut menyebabkan beberapa
problem di antara kami. Saya juga kuatir efek ini berkepanjangan karena saya
merasa lebih iritabel dibanding dahulu.

PK: Jadi hal-hal baik tentang pemakaian shabu adalah hal tersebut membuat anda
merasa aktif dan dapat pesta semalaman dengan teman-teman dan merasa senang,
namun di sisi lain anda merasa depresi (tertekan) dan anda mengetahui bahwa anda
merasa lebih “moody” dan iritabel dibanding sebelumnya dan hal tersebut
menimbulkan masalah dengan pasangan, khususnya berkaitan dengan iritabel dan
mood swing. (Kesimpulan dan Refleksi)

PK: Apakah hal-hal kurang baik terkait menggunakan amfetamin menjadi perhatian
anda? Bagaimana? (Kepedulian)

P: Ya, saya rasa saya peduli dengan efek terhadap mood saya. Hal tersebut juga
membuat saya kuatir jika mengarah ke sesuatu gangguan, karena saya betul-betul
tidak menyukai perasaan depresi.

PK: Anda dapat membawa kartu laporan umpan balik ini dan saya juga memberikan
informasi tentang amfetamin. Saya berikan juga booklet tentang Strategi menolong
diri untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan Napza. Banyak pasien
menemukan hal ini berguna bagi mereka untuk memutuskan apakah mgurangi zat
atau tidak. Bila anda memutuskan untuk mengurangi atau menghentikan, buku
petunjuk ini menyediakan beberapa strategi yang berguna bagi anda. Anda juga

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 128


dapat membuat perjanjian berikutnya untuk membahas tentang hal ini jika anda
inginkan, tapi itu tergantung anda. (Membawa pulang informasi/booklet)

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 129


Lampiran 1.
LATIHAN 1
Materi Inti 1: PENGETAHUAN GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA
Petunjuk:

1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok


a. Kelompok I : Opioid
b. Kelompok II : Sedatif
c. Kelompok III: Amphetamine Type Stimulant (ATS)
d. Kelompok IV: Halusinogen
e. Kelompok V : Kanabis
2. Masing-masing kelompok menentukan ketua dan penyaji
3. Fasilitator membagikan amplop yang berisi potongan-potongan kertas yang
bertuliskan contoh/nama lain zat dan efek zat kepada tiap-tiap kelompok
4. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk:
a. Mencari potongan kertas yang bertuliskan contoh zat/nama lain zat
sesuai dengan nama kelompok masing-masing (Opioid, Sedatif, ATS,
Halusinogen, Kanabis)
b. Mencari potongan kertas yang bertuliskan efek zat sesuai dengan
nama kelompok masing-masing (Opioid, Sedatif, ATS, Halusinogen,
Kanabis)
c. Kelompok satu dengan yang lain dapat saling bertukar potongan kertas
d. Menempelkan hasil kerja kelompok di kertas meta plan/flipchart
e. Mempresentasikan hasl penugasan dan kelompok lain menanggapi
• Penyaji kelompok I, moderator kelompok II
• Penyaji kelompok II, moderator kelompok III
• Penyaji kelompok III, moderator kelompok IV
• Penyaji kelompok IV, moderator kelompok V
• Penyaji kelompok V, moderator kelompok I
5. Fasilitator melakukan klarifikasi dan menyimpulkan hasil penugasan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 130


Lampiran 2.
LATIHAN 2
Materi Inti 2: PRINSIP PENATALAKSANAAN GANGGUAN
PENGGUNAAN NAPZA

1. Sediakan 2 lembar Flowchart dan tempelkan di dinding.


• Flipchart 1 àDiberi label : Rawat Jalan
• Flipchart 2 àDiberi Label : Rawat Jalan
2. Pilih 4 orang pesertauntukmenjadipasien :
a. Pasien dengan penggunaan ganja rekreasional
b. Pasien dengan penggunaan ekstasi setiap akhir pecan
c. Pasien dengan penggunaan heroin suntik (ketergantungan)
d. Pasien dengan alcohol yang merugikan
Setiap orang pasien diberikan selembar kertas kosong
3. Bagi sisa peserta menjadi 6 kelompok
a. Kelompok 1 àDetoksifikasi
b. Kelompok 2 àTerapi Simptomatik
c. Kelompok 3 àTerapi Rumatan
d. Kelompok 4 àTerapi Komorbiditas
e. Kelompok 5 àKelompok Psikoterapi
f. Kelompok 6 àKelompok Konseling
4. Empat orang pasien tersebut masuk ke dalam kelas dan menghampirike -6
kelompok tersebut. Pada setiap kelompok yang merasa perlu untuk
mengobati pasien tersebut ,memberikan tandatangan dan nama kelompoknya
di kertas pasien.Pastikan apa yang dibutuhkan oleh pasien sesuai dengan
terapi yang diberikan/sesuai dengan kebutuhan klien
5. Setelah pasien selesai, tempelkan kertas pasien pada flipchart di dinding,
apakah rawat jalan atau rawat inap

DISKUSIKAN HASIL YANG DI DAPAT

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 131


Lampiran 3.
LATIHAN 3
Materi Inti 3: PENGENALAN KONSEP SKRINING DAN INSTRUMEN
ASSIST
Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok.
2. Masing-masing kelompok menentukan ketua dan penyaji.
3. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk:
• berdiskusi tentang persamaan dan perbedaan layanan bagi penyalahguna
napza antara yang tersedia di wilayah masing-masing anggota.
• Berdiskusi tentang modalitas (cara) identifikasi masalah penyalahgunaan
napza yang ada di fasyankes di wilayah kerja
• Membuat bahan presentasi hasil diskusi (waktu u/ butir pertama s/d ketiga
10’)
• Mempresentasikan hasil diskusi, kelompok lain menanggapi (waktu u/ masing-
masing kelompok 10’), dengan ketentuan:
o Penyaji kelompok 1, moderator kelompok 2
o Penyaji kelompok 2, moderator kelompok 3
o Penyaji kelompok 3, moderator kelompok 1
4. Fasilitator melakukan klarifikasi dan menyimpulkan hasil penugasan

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 132


Lampiran 4.

LATIHAN 4
Materi Inti 4: CARA MENGGUNAKAN DAN MELAKUKAN SKORING
ASSIST

Buatlah menjadi beberapa kelompok berpasangan (dua orang), satu menjadi


pewawancara dan satu orang lagi menjadi pasien dan lakukan bermain peran sesuai
kasus yang diberikan.

Aturan bermain peran :

1. Pewawancara : memegang kuesioner ASSIST yang kosong, memberikan


introduksi ASSIST seperti yang tertera di halaman depan kuesioner dan
menjelaskan isinya. Selanjutnya memberikan kartu respons pada pasien.
2. Pasien : menjawab Pertanyaan sesuai dengan sekenario yang ada dan tidak
mengubah isi script supaya tidak terjadi kesalahan koding dan skoring
3. Setelah selesai wawancara ASSIST, maka pewawancara harus menghitung
skoring akhir dan mencatatnya pada kotak terakhir di formulir ASSIST.

Catatan khusus :
Pada skenario yang ada akan ada jawaban dalam tanda kurung, dimana
seharusnya pertanyaan ini tidak ditanyakan lagi oleh pewawancara. Namun
bila ditanyakan tetap dijawab oleh pemeran pasien, dan setelah wawancara
maka sampaikan umpan balik bahwa seharusnya pertanyaan itu tidak
ditanyakan kembali.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 133


KASUS BIAN, laki-laki 27 tahun

Pertanyaan 1

Dalam kehidupan anda, zat apa saja saja dibawah ini yang
pernah digunakan? (HANYA PENGGUNAAN NON MEDIS)

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing tobacco, Iya, rokok


cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e-cigar/vape, dll) kretek

b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits, vodka, tequila, Iya, bir


tuak, cap tikus, topi miring/tomi, sopi, sake, ciu, dll) ,anggur dan
pernah vodka

c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass, hash, dll) Iya

d. Kokain (coke, crack, dll) Tidak

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi, ice, dll) Iya, ekstasi

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent, spray, dll) Tidak

g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, flunitrazepam, dll) Iya,


alprazolam

h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur ajaib, PCP, Special


Tidak
K, kecubung, dll)
i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol, buprenorfin, dll) Tidak

j. Napza lain – Spesifik: contoh : DMP, THP, CTM, Carisoprodol, Khat,


Tidak
Kanabis sintetis (Gorilla, hanoman,sun go kong), dll

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 134


Pertanyaan 2

Selama tiga bulan terakhir, seberapa sering anda pernah menggunakan zat
seperti yang anda katakan
(ZAT PERTAMA, ZAT KEDUA, DLL)?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing


Tiap hari, paling banyak dua
tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e-
bungkus
cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits, Tiap minggu pasti
vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi miring/tomi, minum…rata-rata 2 kali,
minimal minum bir
sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass,
Satu atau dua kali
hash, dll)
d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah pakai kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi,


Kurang lebih sekali seminggu
ice, dll)
f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent,
(tidak pernah pakai inhalan)
spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, Tidak mengkonsumsi
flunitrazepam, dll) alprazolam dalam 3 bulan
terakhir.

h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur (tidak pernah coba


ajaib, PCP, Special K, kecubung, dll) halusinogen)

i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol,


(tidak pernah coba opioid)
buprenorfin, dll)
j. Napza lain – Spesifik: THP (tidak pernah pakai zat lain)

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 135


Pertanyaan 3
Selama tiga bulan terakhir , seberapa sering anda mempunyai keinginan
yang kuat untuk menggunakan (ZAT PERTAMA, ZAT KEDUA, DLL)?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing


Tiap hari pasti harus ada
tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e-
rokok di kantong saya
cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits, Ada keinginan untuk minum
vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi miring/tomi, tapi keinginan tidak terlalu
kuat…yah, dalam 3 bulan
sopi, sake, ciu, dll) terakhir ini tidak pernah
rasa seperti sugest itu.

c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass, Tidak ada merasakan


hash, dll) itu..biasa saja

d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah pakai kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi, Mungkin bisa dibilang ada
ice, dll) keinginan yang kuat untuk
pakai ekstasi…ada satu atau
dua kali dalam 3 bulan
terakhir ini.

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent,


(tidak pernah pakai inhalan)
spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, (tidak mengkonsumsi dalam
flunitrazepam, dll) 3 bulan terakhir)

h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur (tidak pernah coba


ajaib, PCP, Special K, kecubung, dll) halusinogen)

i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol,


(tidak pernah coba opioid)
buprenorfin, dll)
j. Napza lain – Spesifik: THP (tidak pernah pakai zat lain)

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 136


Pertanyaan 4

Selama tiga bulan terakhir , seberapa sering obat yang anda gunakan dari (ZAT
PERTAMA, ZAT KEDUA, DLL) yang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan,
sosial, hukum dan masalah keuangan?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing Ada satu atau dua kali saya pernah
tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, merasa nafas agak sesak terutama kalau
habis naik sepeda sama teman-teman.
e-cigar/vape, dll) Terpikir mungkin karena saya merokok
sudah lama.

b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, Saya mengalami mabuk yang berat rata-
spirits, vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi rata satu sampai dua kali setiap bulan
dalam 3 bulan terakhir.
miring/tomi, sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot,
Tidak pernah ada masalah
grass, hash, dll)
d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah pakai kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, Saya pernah kehabisan uang sebanyak
dua kali dalam 3 bulan terakhir karena
ekstasi, ice, dll)
ke diskotik, beli ekstasi dan saya harus
pinjam uang ke teman untuk membayar
tagihannya.

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat,


(tidak pernah pakai inhalan)
solvent, spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, (tidak mengkonsumsi dalam 3 bulan
alprazolam, flunitrazepam, dll) terakhir)

h. Halusinogen (LSD, acid, magic


mushrooms/jamur ajaib, PCP, Special K, (tidak pernah coba halusinogen)
kecubung, dll)
i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein,
(tidak pernah coba opioid)
tramadol, buprenorfin, dll)
j. Napza lain – Spesifik: THP (tidak pernah pakai zat lain)

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 137


Pertanyaan 5

Selama tiga bulan terakhir , seberapa sering anda gagal melakukan hal-hal yang
biasa anda lakukan disebabkan karena penggunaan dari (ZAT PERTAMA, ZAT KEDUA,
DLL )?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing


tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e-
cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits,
vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi miring/tomi, Tidak pernah
sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass,
Tidak pernah masalah
hash, dll)
d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah pakai kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi,


Tidak pernah masalah
ice, dll)
f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent,
(tidak pernah pakai inhalan)
spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, (tidak mengkonsumsi dalam 3 bulan
flunitrazepam, dll) terakhir)

h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur


(tidak pernah coba halusinogen)
ajaib, PCP, Special K, kecubung, dll)
i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol,
(tidak pernah coba opioid)
buprenorfin, dll)
j. Napza lain – Spesifik: THP (tidak pernah pakai zat lain)

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 138


Pertanyaan 6
Pernahkah teman, keluarga atau seseorang lainnya yang mengungkapkan kepedulian
mereka tentang penggunaan dari (zat pertama, zat kedua, dll) ? (zat PERTAMA, KEDUA,
DLL)?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing Pernah.., dokter saya sudah


tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e- menyuruh saya berhenti merokok
sekitar setahun yang lalu, tapi tidak
cigar/vape, dll) saya belum bisa berhenti.

b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits,


Pernah orang tua saya menegur,
vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi miring/tomi,
tapi tidak dalam 3 bulan terakhir
sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass, Tidak pernah ada ,keluarga saya
hash, dll) tidak tahu saya pakai cimeng

d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah pakai kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi, Iya, pacar saya sudah mengingatkan
ice, dll) saya sekitar sebulan yang lalu

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent,


(tidak pernah pakai inhalan)
spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, Iya, tapi tidak dalam 3 bulan
flunitrazepam, dll) terakhir

h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur


(tidak pernah coba halusinogen)
ajaib, PCP, Special K, kecubung, dll)
i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol,
(tidak pernah coba opioid)
buprenorfin, dll)
j. Napza lain – Spesifik: THP (tidak pernah pakai zat lain)

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 139


Pertanyaan 7
Apakah anda pernah mencoba dan gagal untuk mengontrol, mengurangi,
atau menghentikan penggunaan (ZAT PERTAMA, ZAT KEDUA, DLL.)?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing Iya, 3 bulan terakhir saya


tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e- sudah kurangi rokok..paling
banyak 1 bungkus sehari.
cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits,
Tidak pernah mencoba
vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi miring/tomi,
berhenti minum
sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass, Tidak pernah terpikir karena
hash, dll) saya tidak candu dan
pakainya jarang sekali

d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah pakai kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi, ice,


Tidak pernah terpikir
dll)
f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent,
(tidak pernah pakai inhalan)
spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, Saya memang biasa minum
alprazolam dan sudah
flunitrazepam, dll)
mencoba berhenti, jadi ada 5
bulan saya sudah tidak
minum alprazolam.

h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur (tidak pernah coba


ajaib, PCP, Special K, kecubung, dll) halusinogen)

i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol,


(tidak pernah coba opioid)
buprenorfin, dll)
j. Napza lain – Spesifik: (tidak pernah pakai zat lain)

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 140


Pertanyaan 8

Apakah anda pernah menggunakan zat


dengan cara menyuntik? Tidak pernah
(HANYA PENGGUNAAN NON MEDIS)

CATATAN PENTING:

Pasien yang pernah menggunakan napza dengan cara menyuntik dalam 3 bulan
terakhir, harus ditanyakan tentang pola menyuntik yang mereka lakukan selama
periode ini untuk menentukan tingkat risiko dan intervensi yang tepat

POLA MENYUNTIK PEDOMAN INTERVENSI

4 hari perbulan, secara rata-rata, Intervensi singkat termasuk


selama 3 bulan terakhir menyampaikan kartu“risiko
menyuntik”

Lebih dari 4 hari tiap bulan, asesmen lebih lanjut dan


secara rata-rata, selama 3 bulan pengobatan yang lebih intensif
terakhir

BAGAIMANA CARA MENGHITUNG SKOR KETERLIBATAN ZAT YANG SPESIFIK .

Untuk masing-masing zat (a sampai j) jumlahkan semua skor yang didapat dari pertanyaan
2 sampai 7. Jangan jumlahkan hasil dari masing-masing P1 atau P8 didalam skor ini.

Contoh, Skor untuk Kanabis (ganja) dapat dijumlahkan dari pertanyaan: P2c + P3c + P4c
+ P5c + P6c + P7c

Catat bahwa P5 untuk tembakau tidak diberi kode, dan yang dijumlahkan hanya
pertanyaan: P2a + P3a + P4a + P6a + P7a

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 141


KASUS DADE, laki-laki 35 tahun

Pertanyaan 1

Dalam kehidupan anda, zat apa saja saja dibawah ini yang
pernah digunakan? (HANYA PENGGUNAAN NON MEDIS)

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing tobacco, Iya, saya nge


cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e-cigar/vape, dll) rokok kretek

b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits, vodka, tequila, Iya, bir dan
kadang-
tuak, cap tikus, topi miring/tomi, sopi, sake, ciu, dll)
kadang wine

c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass, hash, dll) Iya

d. Kokain (coke, crack, dll) Tidak

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi, ice, dll) Iya, pakai
shabu

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent, spray, dll) Tidak

g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, flunitrazepam, dll) Tidak

h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur ajaib, PCP, Special


Iya, LSD
K, kecubung, dll)
i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol, buprenorfin, dll) Iya, putaw

j. Napza lain – Spesifik: contoh : DMP, THP, CTM, Carisoprodol, Khat, Iya, pernah
Kanabis sintetis (Gorilla, hanoman,sun go kong), dll mencoba THP

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 142


Pertanyaan 2

Selama tiga bulan terakhir, seberapa sering anda pernah menggunakan zat
seperti yang anda katakan
(ZAT PERTAMA, ZAT KEDUA, DLL)?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing


Tiap hari, setengah sampai
tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e-
sebungkus sehari
cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits,
vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi miring/tomi, Satu atau dua kali
sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass,
2 sampai 3 linting tiap hari
hash, dll)
d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah pakai kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi, Tidak nyabu lagi selama 3
ice, dll) bulan terakhir, sebelumnya
juga jarang sekali

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent,


(tidak pernah pakai inhalan)
spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, (tidak pernah pakai pil
flunitrazepam, dll) penenang)

h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur Pernah coba LSD dalam 3


ajaib, PCP, Special K, kecubung, dll) bulan terakhir ini (sekitar dua
kali)

i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol, Saya menjadi addict dengan
putaw ..sudah lama sekali
buprenorfin, dll)
dan mencoba beberapa kali
supaya bisa stop dan
akhirnya bisa stop sekitar 2
tahun yang lalu – jadi 3
bulan terakhir ini sudah tidak
pakai lagi.

j. Napza lain – Spesifik: THP Cuma pernah coba THP


setahun yang lalu, tapi tidak
pernah berlanjut

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 143


Pertanyaan 3
Selama tiga bulan terakhir , seberapa sering anda mempunyai keinginan
yang kuat untuk menggunakan (ZAT PERTAMA, ZAT KEDUA, DLL)?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing


Tiap hari harus merokok
tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e-
terutama sehabis makan
cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits,
vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi miring/tomi, Tidak ada, biasa aja
sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass, Tiap hari, kalau ngga ada
barang rasanya gelisah
hash, dll)
sekali dan tidak bisa tidur

d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah coba kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi, (Tidak pakai shabu selama
ice, dll) 3 bulan terakhir)

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent,


(tidak pernah pakai inhalan)
spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, (tidak pernah pakai pil
flunitrazepam, dll) penenang)

h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur Tidak pernah sampai ingin


ajaib, PCP, Special K, kecubung, dll) pakai lagi

i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol, (tidak pakai dalam 3 bulan
buprenorfin, dll) terakhir ini)

j. Napza lain – Spesifik: THP (tidak pakai dalam 3 bulan


terakhir ini)

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 144


Pertanyaan 4
Selama tiga bulan terakhir , seberapa sering obat yang anda gunakan dari (ZAT
PERTAMA, ZAT KEDUA, DLL) yang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan,
sosial, hukum dan masalah keuangan?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing Beberapa kali saya terbangun karena


batuk-batuk keras..sekitar satu dua kali
tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan,
tiap minggu. Saya mengalami ini sekitar
e-cigar/vape, dll) 1 tahun terakhir ini.

b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur,


spirits, vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi Tidak pernah ada masalah
miring/tomi, sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, Bulan lalu saya sudah diancam istri saya
grass, hash, dll) kalau masih nge-cimeng mau dilaporkan
dia ke polisi

d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah coba kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, (Tidak pakai shabu selama 3 bulan
ekstasi, ice, dll) terakhir)

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat,


(tidak pernah pakai inhalan)
solvent, spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam,
(tidak pernah pakai pil penenang)
alprazolam, flunitrazepam, dll)
h. Halusinogen (LSD, acid, magic
mushrooms/jamur ajaib, PCP, Special K, Tidak pernah ada masalah
kecubung, dll)
i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein,
(tidak pakai dalam 3 bulan terakhir ini)
tramadol, buprenorfin, dll)
j. Napza lain – Spesifik: THP (tidak pakai dalam 3 bulan terakhir ini)

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 145


Pertanyaan 5
Selama tiga bulan terakhir , seberapa sering anda gagal melakukan hal-hal yang
biasa anda lakukan disebabkan karena penggunaan dari (ZAT PERTAMA, ZAT KEDUA,
DLL )?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing


tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e-
cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits,
Tidak pernah sampai mengganggu
vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi miring/tomi,
tugas-tugas saya
sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass, Bulan yang lalu saya lupa kalaiu di
rumah ada acara kumpul keluarga
hash, dll)
dari istri karena saya di rumah teman
yang biasanya pake cimeng bersama
dan seharian itu memang pake
cimeng sama 2 orang teman.

d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah coba kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi, (Tidak pakai shabu selama 3 bulan
ice, dll) terakhir)

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent,


(tidak pernah pakai inhalan)
spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam,
(tidak pernah pakai pil penenang)
flunitrazepam, dll)
h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur Tidak pernah masalah waktu coba
ajaib, PCP, Special K, kecubung, dll) LSD

i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol, (tidak pakai dalam 3 bulan terakhir
buprenorfin, dll) ini)

j. Napza lain – Spesifik: THP (tidak pakai dalam 3 bulan terakhir


ini)

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 146


Pertanyaan 6
Pernahkah teman, keluarga atau seseorang lainnya yang mengungkapkan kepedulian
mereka tentang penggunaan dari (zat pertama, zat kedua, dll) ? (zat PERTAMA, KEDUA,
DLL)?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing


Iya, tapi tidak dalam 3 bulan
tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e-
belakangan ini
cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits,
vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi miring/tomi, Tidak pernah ada
sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass, Iya, sekitar 6 bulanan yang lalu istri
hash, dll) sudah marah-marah terus

d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah coba kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi, Tidak pernah karena saya jarang
ice, dll) sekali pakai shabu

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent,


(tidak pernah pakai inhalan)
spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam,
(tidak pernah pakai pil penenang)
flunitrazepam, dll)
h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur
Tidak pernah
ajaib, PCP, Special K, kecubung, dll)
i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol, Iya, sudah lama mereka ajak saya
buprenorfin, dll) berobat…ada sekitar 3 tahun yang
lalu

j. Napza lain – Spesifik: THP Tidak pernah

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 147


Pertanyaan 7
Apakah anda pernah mencoba dan gagal untuk mengontrol, mengurangi,
atau menghentikan penggunaan (ZAT PERTAMA, ZAT KEDUA, DLL.)?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing Iya, saya sudah mencobanya


tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e- sekitar 2 bulan yang lalu
namun gagal terus.
cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits, Tidak pernah terpikir karena
vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi miring/tomi, buat saya jarang-jarang juga
saya minum
sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass, Saya tidak pernah terpikir
hash, dll) apalagi mencoba stop

d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah coba kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi, ice, Tidak pernah ada problem,
dll) tidak pakai juga tidak apa-
apa

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent,


(tidak pernah pakai inhalan)
spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, (tidak pernah pakai pil
flunitrazepam, dll) penenang)

h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur Tidak pernah berpikir stop


ajaib, PCP, Special K, kecubung, dll) karena hanya coba dua kali
itu .

i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol, Iya, saya pernah coba
berhenti berkali-kali dulu.
buprenorfin, dll)
Tidak dalam 3 bulan terakhir
ini.

j. Napza lain – Spesifik: THP Tidak pernah , hanya coba


sekali itu saja

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 148


Pertanyaan 8
Iya, saya biasanya inject putaw
Apakah anda pernah menggunakan zat (hanya awalnya saja saya nge-
dengan cara menyuntik? drag). Tapi 3 bulan ini saya
(HANYA PENGGUNAAN NON MEDIS) sudah stop.

CATATAN PENTING:

Pasien yang pernah menggunakan napza dengan cara menyuntik dalam 3 bulan
terakhir, harus ditanyakan tentang pola menyuntik yang mereka lakukan selama
periode ini untuk menentukan tingkat risiko dan intervensi yang tepat

POLA MENYUNTIK PEDOMAN INTERVENSI

4 hari perbulan, secara rata-rata, Intervensi singkat termasuk


selama 3 bulan terakhir menyampaikan kartu“risiko
menyuntik”

Lebih dari 4 hari tiap bulan, asesmen lebih lanjut dan


secara rata-rata, selama 3 bulan pengobatan yang lebih intensif
terakhir

BAGAIMANA CARA MENGHITUNG SKOR KETERLIBATAN ZAT YANG SPESIFIK .

Untuk masing-masing zat (a sampai j) jumlahkan semua skor yang didapat dari pertanyaan
2 sampai 7. Jangan jumlahkan hasil dari masing-masing P1 atau P8 didalam skor ini.

Contoh, Skor untuk Kanabis (ganja) dapat dijumlahkan dari pertanyaan: P2c + P3c + P4c
+ P5c + P6c + P7c

Catat bahwa P5 untuk tembakau tidak diberi kode, dan yang dijumlahkan hanya
pertanyaan: P2a + P3a + P4a + P6a + P7a

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 149


KASUS DINDA, wanita 19 tahun

Pertanyaan 1

Dalam kehidupan anda, zat apa saja saja dibawah ini yang
pernah digunakan? (HANYA PENGGUNAAN NON MEDIS)

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing tobacco, Iya, rokok


cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e-cigar/vape, dll) putih

b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits, vodka, tequila,


Tidak pernah
tuak, cap tikus, topi miring/tomi, sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass, hash, dll) Iya

d. Kokain (coke, crack, dll) Tidak

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi, ice, dll) Iya, shabu

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent, spray, dll) Tidak

g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, flunitrazepam, dll) Iya, xanax

h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur ajaib, PCP, Special


Tidak
K, kecubung, dll)
i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol, buprenorfin, dll) Tidak

j. Napza lain – Spesifik: Gorilla Ya

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 150


Pertanyaan 2

Selama tiga bulan terakhir, seberapa sering anda pernah menggunakan zat
seperti yang anda katakan
(ZAT PERTAMA, ZAT KEDUA, DLL)?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing


Tiap hari, sekitar satu
tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e-
bungkus
cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits,
(Tidak pernah minum
vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi miring/tomi,
alkohol)
sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass, Satu sampai dua kali tiap
hash, dll) minggu

d. Kokain (coke, crack, dll) (Tidak pernah pakai kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi, Tidak pakai, dulu hanya
ice, dll) pernah coba shabu beberapa
kali dari kakak. Lebih dari 3
bulan yang lalu.

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent,


(tidak pernah pakai inhalan)
spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, Tidak mengkonsumsi Xanax
flunitrazepam, dll) lagi dalam 3 bulan terakhir.

h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur (tidak pernah coba


ajaib, PCP, Special K, kecubung, dll) halusinogen)

i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol,


(tidak pernah coba opioid)
buprenorfin, dll)
j. Napza lain – Spesifik: ‘Gorilla’ Dua sampai tiga kali tiap
minggu

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 151


Pertanyaan 3
Selama tiga bulan terakhir , seberapa sering anda mempunyai keinginan
yang kuat untuk menggunakan (ZAT PERTAMA, ZAT KEDUA, DLL)?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing Tiap hari ,sering tidak bisa


tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e- menolak keinginan untuk
merokok
cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits,
(Tidak pernah minum
vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi miring/tomi,
alkohol)
sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass, Tidak ada merasakan
hash, dll) itu..biasa saja

d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah pakai kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi, (tidak mengkonsumsi dalam


ice, dll) 3 bulan terakhir)

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent,


(tidak pernah pakai inhalan)
spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, (tidak mengkonsumsi dalam
flunitrazepam, dll) 3 bulan terakhir)

h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur (tidak pernah coba


ajaib, PCP, Special K, kecubung, dll) halusinogen)

i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol,


(tidak pernah coba opioid)
buprenorfin, dll)
j. Napza lain – Spesifik: ‘Gorilla’ Sering, dua sampai tiga kali
tiap minggu

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 152


Pertanyaan 4
Selama tiga bulan terakhir , seberapa sering obat yang anda gunakan dari (ZAT
PERTAMA, ZAT KEDUA, DLL) yang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan,
sosial, hukum dan masalah keuangan?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing


tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, Tidak pernah ada masalah
e-cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur,
spirits, vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi (Tidak pernah minum alkohol)
miring/tomi, sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, Rata-rata satu kali dalam satu bulan saya
grass, hash, dll) pasti ribut dengan ibu, karena ketahuan
ada ganja di tas.

d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah pakai kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, (tidak mengkonsumsi dalam 3 bulan


ekstasi, ice, dll) terakhir)

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat,


(tidak pernah pakai inhalan)
solvent, spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, (tidak mengkonsumsi dalam 3 bulan
alprazolam, flunitrazepam, dll) terakhir)

h. Halusinogen (LSD, acid, magic


mushrooms/jamur ajaib, PCP, Special K, (tidak pernah coba halusinogen)
kecubung, dll)
i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein,
(tidak pernah coba opioid)
tramadol, buprenorfin, dll)
j. Napza lain – Spesifik: ‘Gorilla’ Rata-rata satu kali dalam satu minggu
saya pasti ribut dengan ibu gara-gara
saya pasti pulang subuh kalau pakai
‘Gorilla’ di rumah teman

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 153


Pertanyaan 5
Selama tiga bulan terakhir , seberapa sering anda gagal melakukan hal-hal yang
biasa anda lakukan disebabkan karena penggunaan dari (ZAT PERTAMA, ZAT KEDUA,
DLL )?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing


tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e-
cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits,
vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi miring/tomi, (Tidak pernah minum alkohol)
sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass,
Tidak pernah masalah
hash, dll)
d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah pakai kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi,


Tidak pernah masalah
ice, dll)
f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent,
(tidak pernah pakai inhalan)
spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, (tidak mengkonsumsi dalam 3 bulan
flunitrazepam, dll) terakhir)

h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur


(tidak pernah coba halusinogen)
ajaib, PCP, Special K, kecubung, dll)
i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol,
(tidak pernah coba opioid)
buprenorfin, dll)
j. Napza lain – Spesifik: ‘Gorilla’ Pernah dua kali terlambat ke tempat
shooting karena pakai ‘Gorilla’ lebih
banyak dari biasanya (3-4 linting) dan
honor saya dipotong.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 154


Pertanyaan 6
Pernahkah teman, keluarga atau seseorang lainnya yang mengungkapkan kepedulian
mereka tentang penggunaan dari (zat pertama, zat kedua, dll) ? (zat PERTAMA, KEDUA,
DLL)?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing


tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, Tidak pernah
e-cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur,
spirits, vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi (Tidak pernah minum alkohol)
miring/tomi, sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, Pernah, waktu itu saya masih pakai
ganja rutin tiap hari dan ibu serta abang
grass, hash, dll)
saya berusaha membawa saya berobat,
tapi gagal

d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah pakai kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth,


Tidak pernah
ekstasi, ice, dll)
f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat,
(tidak pernah pakai inhalan)
solvent, spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, Iya, dulu ...ada 1 tahunan yang lalu ibu
alprazolam, flunitrazepam, dll) menegur saya karena sering mengambil
xanax miliknya (Ibu mendapat resep
xanax dari dokter)

h. Halusinogen (LSD, acid, magic


mushrooms/jamur ajaib, PCP, Special K, (tidak pernah coba halusinogen)
kecubung, dll)
i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein,
(tidak pernah coba opioid)
tramadol, buprenorfin, dll)
j. Napza lain – Spesifik: ‘Gorilla’ Ibu dan pacar sudah seringkali
memperingatkan saya dan memaksa
saya untuk berobat, terutama sejak
bulan lalu.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 155


Pertanyaan 7
Apakah anda pernah mencoba dan gagal untuk mengontrol, mengurangi,
atau menghentikan penggunaan (ZAT PERTAMA, ZAT KEDUA, DLL.)?

a. Produk-produk tembakau (cigarettes, chewing


Saya tidak merasa perlu
tobacco, cigars/cerutu, tembakau kemenyan, e-
untuk berhenti merokok
cigar/vape, dll)
b. Minuman-minuman beralkohol (bir, anggur, spirits,
(Tidak pernah minum
vodka, tequila, tuak, cap tikus, topi miring/tomi,
alkohol)
sopi, sake, ciu, dll)
c. Kanabis ( ganja, mariyuana, cimeng, pot, grass,
Tidak pernah terpikir
hash, dll)
d. Kokain (coke, crack, dll) (tidak pernah pakai kokain)

e. Stimulan jenis amfetamin (speed, meth, ekstasi, ice, Tidak pernah terpikir karena
dll) saya hanya coba beberapa
kali saja

f. Inhalan (nitrat, lem, bensin, thiner cat, solvent,


(tidak pernah pakai inhalan)
spray, dll)
g. Sedativa atau pil-pil tidur (diazepam, alprazolam, Iya, sejak setahun terakhir
karena saya sulit curi Xanax
flunitrazepam, dll)
lagi dan rasanya tidak perlu
lagi

h. Halusinogen (LSD, acid, magic mushrooms/jamur (tidak pernah coba


ajaib, PCP, Special K, kecubung, dll) halusinogen)

i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, tramadol,


(tidak pernah coba opioid)
buprenorfin, dll)
j. Napza lain – Spesifik: ‘Gorilla’ Belum berpikir untuk
mengurangi apalagi stop,
tanpa ‘Gorilla’ saya tidak bisa
tidur, tidak bisa makan dan
tidak mampu tampil baik
pada saat shooting.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 156


Pertanyaan 8

Apakah anda pernah menggunakan zat


dengan cara menyuntik? Tidak pernah
(HANYA PENGGUNAAN NON MEDIS)

CATATAN PENTING:

Pasien yang pernah menggunakan napza dengan cara menyuntik dalam 3 bulan
terakhir, harus ditanyakan tentang pola menyuntik yang mereka lakukan selama
periode ini untuk menentukan tingkat risiko dan intervensi yang tepat

POLA MENYUNTIK PEDOMAN INTERVENSI

4 hari perbulan, secara rata-rata, Intervensi singkat termasuk


selama 3 bulan terakhir menyampaikan kartu“risiko
menyuntik”

Lebih dari 4 hari tiap bulan, asesmen lebih lanjut dan


secara rata-rata, selama 3 bulan pengobatan yang lebih intensif
terakhir

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 157


Lampiran 5
LATIHAN
Materi Inti 5: PRINSIP WAWANCARA MOTIVASIONAL

1. Peserta dibagi dalam 3 (tiga) kelompok


2. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mempraktekkan Wawancara
Motivasional dengan kasus kertas, dengan cara bermain tiga peran ( 1 orang
menjadi pasien, 1 orang menjadi petugas kesehatan, dan 1 orang sebagai
observer).
3. Masing-masing kelompok mempersiapkan presentasi.
4. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pembahasan dan
kelompok lain menanggapi.
5. Fasilitator mengklarifikasi dan menyimpulkan hasil diskusi.
6. Lembar penugasan :

a. Kasus 1 :
Tn. B, 39 tahun, sudah menyalahgunakan heroin sejak 10 tahun yang
lalu dengan cara suntik. Saat ini dia juga sudah dideteksi terinfeksi HIV,
sudah pernah direhabilitasi sebanyak 3 kali dan tidak pernah sampai
akhir program. Sempat berhenti selama hampir setahun, kambuh lagi
setelah tahu status HIV. Klien juga masih tetap menyuntik meskipun
sudah mengikuti program pengobatan Buphrenorphine. Kadangkala ia
juga masih menghisap ganja 2 sampai 3 kali seminggu. Klien ingin
berhenti dari penggunaan heroinnya dan tidak tahu program
pengobatan apa yang sesuai buat dirinya. Keluarga sudah tidak peduli
dengan kondisinya saat ini.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 158


b. Kasus 2 :
Tn. P, 25 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak sudah selama
3 bulan. Selama ini diobati dengan obat batuk bebas yang dijual di
warung dan tidak sembuh-sembuh. Selera makan terganggu, sehingga
Tn. P memutuskan untuk datang ke puskesmas kecamatan. Tn. P
perokok aktif, setiap hari menghabiskan kurang lebih 1 bungkus rokok.
Tn. P merasa bahwa jika tidak merokok akan menjadi panik, gelisah,
dan tidak bisa berpikir jernih. Tn. P membuka warung rokok di depan
rumahnya yang sering dijadikan tempat nongkrong pemuda di
kampungnya.

c. Kasus 3 :
Nn. S, 20 th, bekerja sebagai pramugari di salah satu maskapai
nasional. Datang ke klinik kandungan diantar oleh pacarnya, dengan
keluhan terlambat menstruasi sejak 4 minggu. Tes kehamilan yang
dilakukan di klinik, didapatkan hasil positif. Hal ini membuat pasien
terpikir untuk menggugurkan kandungan, namun masih ragu. Pacar
pasien mau untuk bertanggung jawab, namun pasien belum ingin
menikah dan masih ingin bekerja. Keluarga pasien belum tahu jika
pasien sedang hamil. Pasien mengenal Inex setahun terakhir dari
pacarnya, biasanya pasien pakai bersama pacar saat tidak ada jadwal
terbang, sekitar 2-3x/minggu. Setelah itu pasien melakukan hubungan
seksual bersama pacar. Sebelumnya pasien hanya menggunakan 1/2
tablet namun beberapa bulan terakhir pasien mengkonsumsi 1-2 butir.
Saat ini pasien tinggal bersama teman-temannya di apartemen milik
perusahaan, kadang-kadang jika off, pasien pulang ke rumah
orangtuanya. Pasien mengku tidak ada konflik dengan ibu, namun
sering bersitegang dengan ayahnya.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 159


Lampiran 6
LATIHAN 6
Materi Inti 6: INTERVENSI SINGKAT BERDASARKAN ASSIST

1. Pembahasan Kasus (60 menit)


Peserta dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang, maksimum 6
kelompok. Berikan Intervensi Singkat berdasarkan skor ASSIST yang sudah
dibuat (contoh kasus pada MI.2). Hasil diskusi masing-masing kelompok
ditulis dan dipresentasikan di depan kelas (tunjukkan langkah-langkah
Intervensi Singkat dalam script).

2. Bermain Peran dan Pembahasan kasus (120 menit)


Peserta dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang, maksimum 6
kelompok. 2 orang berperan sebagai petugas kesehatan, 1 orang sebagai
pasien, lainnya sebagai observer.
Tugas petugas kesehatan adalah melakukan intervensi singkat berdasarkan
ASSIST. Tugas pasien adalah berperan sebagai pasien dengan kasus yang
ada, yang dipelajari terlebih dahulu dan dapat dikembangkan dalam proses
wawancara berikutnya. Observer akan menilai apakah keterampilan intervensi
singkat yang diberikan oleh petugas kesehatan sudah diterapkan secara
benar. Setelah 15 menit berganti peran untuk mengasah ketrampilan
intervensi singkat mereka. Hasil diskusi masing-masing kelompok ditulis dan
dipresentasikan di depan kelas,









Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 160
Contoh Kasus :

Kasus 1:

Nn.S, perempuan usia 27 tahun datang dengan keluhan jantung sering berdebar-
debar, gelisah dan cemas. Terobsesi dengan keinginan memperoleh badan yang
kurus. Saat ini dengan tinggi 165 cm, beratnya 60 kg (awalnya 70 kg). Nn.S ingin
sekali menurunkan berat badan hingga 50 kg dan untuk itu Sudah setahun
belakangan ini mengkonsumsi shabu bersama teman-temannya untuk mengurangi
nafsu makan. Ia juga mempunyai kebiasaan merokok untuk menghindari kebiasaan
ngemil.. Menurutnya upaya menggunakan shabu ini berperan besar dalam
mengurangi berat badannya dan membuatnya semangat bekerja. Namun Nn.S juga
heran mengapa 3 bulan belakangan ini ia seringkali tidak tenang dan kadang timbul
pikiran paranoid. Nn.S ragu untuk menghentikan pemakaian shabu karena merasa
ada manfaat baginya. Hasil skor (ASSIST) 15 untuk Metamfetamin dan skor 20 untuk
rokok.

Kasus 2:

Tn.Y, 30 tahun Seorang karyawan swasta datang berobat dengan keluhan sakit
kuning. Pemeriksaan SGPT/SGOT menunjukkan peningkatan. Gejala mual, muntah
dan berat badan menurun. Minum bir sejak 3 tahun belakangan ini, dimana jumlah
penggunaan terakhir kadangkala mencapai 3 botol sehari, terutama pada akhir
minggu. Beberapa kali bolos kerja dengan alasan sakit. Teman sekerja sudah
mengeluh atas perilaku Tn.Y yang belakangan menjadi temperamental dan sering
pelupa. Tn.Y merasa penggunaan alkoholnya sangat wajar, karena hanya
mengandung alkohol 5%. Tn.Y juga memakai Ganja sejak setahun yang lalu, ganja
dirasakan membuat dia tenang. Beberapa bulan ini Tn.Y juga merasa sering cemas,
sulit fokus dan kesulitan menyelesaikan tugas-tugasnya. Hasil skrining ASSIST
diperoleh skor Alkohol 22 dan skor Ganja 10. Tn.Y menyangkal bahwa berbagai
masalah muncul akibat penggunaan Napza dan menunjukkan resistensi saat
wawancara.

Modul Pelatihan Skrining Penyalahgunaan Napza Dengan Menggunakan ASSIST 161

Anda mungkin juga menyukai