Opini 1
Opini 1
Pengaruhnya menyentuh begitu banyak sektor, termasuk dalam dinamika religiusitas. Karena
itulah tahun ini, bagi umat Kristiani, peringatan kelahiran Yesus Kristus bakal dirayakan
secara berbeda. Tentu jangan dibandingkan dengan kemeriahan pada saat sebelum virus
korona baru menyerang. Sekitar dua ribu tahun lalu Yesus juga dilahirkan dalam suasana
keprihatinan. Dia lahir di kandang domba di Betlehem, tanah Palestina. Lahir dengan status
rakyat biasa, perjalanan kehidupannya kemudian ternyata memberi pengaruh luar biasa.
Keyakinan itu juga jangan luruh saat dunia menghadapi bencana kesehatan seperti saat ini.
Bencana itu tidak hanya mengoyak banyak tatanan yang dianggap sudah baku, tetapi juga
menimbulkan banyak korban. Tidak sedikit orang yang kemudian meninggal dunia setelah
memunculkan kebijakan yang membatasi aktivitas masyarakat. Efeknya tidak sedikit orang
yang pendapatannya berkurang. Bahkan banyak juga yang pendapatannya habis karena
kehilangan pekerjaan.
Kondisi seperti itu tidak hanya memunculkan efek ekonomi, tetapi juga psikis.
Dampak krisis memang luar biasa, yang penyelesaiannya membutuhkan keterlibatan personal
dan kolektif. Selain bertindak secara fisik, kita juga harus menyerahkan diri kepada Tuhan.
Lewat peringatan Natal kita disadarkan pada keagungan Tuhan, yang akan selalu menolong
kita. Pertolongan lewat kehadiran Yesus, misalnya, mewujud dalam seruan cinta kasih.
Semangat tersebut makin menemukan aksentuasinya dalam kondisi krisis, bahkan ketika
bencana kesehatan mulai menemukan titik balik dengan vaksinasi yang sudah dimulai di
beberapa negara. Indonesia juga sudah menjadwalkan program tersebut. Prosesnya akan
dimulai pada bulan depan, melibatkan lebih dari 20 ribu vaksinator. Vaksinasi bagai cahaya
1|Page
di ujung terowongan. Namun, pemenuhan kebutuhan vaksin menjadi tantangan yang tidak
ringan. Distribusi vaksin seakan merupakan ujian pada umat manusia untuk tidak hanya
stok demi kepentingan warganya. Keinginan itu bisa dilakukan karena produsen vaksin relatif
Pandemi memang menjadi ujian baru, karena kita disadarkan akan kerapuhan, baik itu
secara personal maupun kolektif. Ego bisa muncul dalam banyak bentuk, termasuk berbalut
Yesus menyerukan cinta kepada sesama, sesuatu yang saat ini begitu dibutuhkan. Dengan
kebersamaan akan muncul sinergi, sebagai kekuatan mengatasi pandemi Covid-19 dan
2|Page