Anda di halaman 1dari 5

NAMA : NI PUTU IDA NATHA NOVITA

NPM : 202033121196
KELAS : D5 AKUNTANSI
MATKUL : TEORI AKUNTANSI

A. FENOMENA ATAU MASALAH


Kualitas laporan keuangan yang baik dan bagus, menimbulkan kecurigaan tentang
keakuratan laporan keuangan suatu perusahaan. Karena menyadari pentingnya laporan
keuangan bagi perusahaan, para manajer termotivasi untuk membuat laporan keuangan
sebaik mungkin dan hal ini dapat memicu untuk timbulnya kecurangan dalam pembuatan
laporan keuangan. Salah satu yang memicu pihak perusahaan melakukan kecurangan
laporan keuangan adalah Financial distress atau kesulitan keuangan yang dialami oleh
perusahaan. Akibatnya laporan keuangan menjadi tidak relevan dan dapat menyesatkan
pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan khususnya bagi pihak eksternal.
Dalam keadaan seperti ini pihak eksternal merasa sangat dirugikan karena laporan
keuangan disajikan tidak material dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya.
 Contoh Kasus yang lebih spesifik tentang Kecurangan pada Laporan
Keuangan di Indonesia :
Kementerian Keuangan mengumumkan sanksi yang dijatuhkan pada Akuntan
Publik Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto,
Fahmi, Bambang & Rekan atas kesalahan audit pada Laporan Keuangan PT Garuda
Indonesia Tbk tahun buku 2018. Laporan Keuangan Tahunan Garuda tersebut
dinyatakan cacat setelah ditemukan fakta bahwa Garuda Indonesia mengakui
pendapatan terkait kerjasama yang dilakukan dengan PT Mahata Aero Teknologi
atas pembayaran yang akan diterima Garuda setelah penandatanganan perjanjian
sehingga hal tersebut berdampak pada Laporan Laba Rugi Garuda. Melihat hal ini,
dua komisaris Garuda tidak turut menandatangani Laporan Keuangan 2018
tersebut. Kementerian Keuangan menemukan telah terjadi pelanggaran atas
Standar Audit (SA) – Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA 315, SA 500,
dan SA 560 yang dilakukan oleh Auditor dari KAP yang berpengaruh pada opini
Laporan Auditor Independen (LAI). Isu kedua adalah KAP yang bersangkutan
belum menerapkan sistem pengendalian mutu secara optimal terkait konsultasi
dengan pihak eksternal.

B. PENJELASAN MENGENAI TEORI DENGAN FENOMENA


1) Teori Agency.
Teori agensi merupakan suatu hubungan kerja sama didalam organisasi atau
perusahaan antara pemegang saham ( principle) dengan agen perusahaan untuk
mememuhi kontrak yang telah disepakati oleh keduanya (Meckling, 1976)..
Principle memberikan wewenang kapada manajer yang merupakan perwakilan atau
agen dari pemegang saham dalam pengambilan keputusan, namun ketika adanya
kepentingan yang berbeda antara manajer dengan pemilik, maka keputusan yang
diambil lebih diprioritaskan oleh manajer dibandingkan dengan pemilik
Pengelola perusahaan biasanya lebih banyak mengetahui tentang informasi
internal perusahaan dibandingkan pemegang saham (principle). Oleh karena itu,
para pengelola berkewajiban untuk menyampaikan informasi operasional
perusahaan kepada pemegang saham sebagai tanggungjawab yang dilakukan oleh
pengelola. Pemegang saham menilai kinerja manajer perusahaan dalam
menjalankan operasional sesuai dengan kontrak yang telah disetujui bersama.
Manajer akan terus berusaha untuk memenuhi permintaan dari principle. Namun,
kadang ada hal-hal yang sengaja dilakukan oleh pengelola perusahaan contohnya
seperti memberikan informasi yang bukan sebenarnya, manipulasi laporan
keuangan yang dilakukan oleh pengelola dan manajer
Hal tersebut yang bisa menimbulkan konfilk antara kedua pihak. Adanya
perbedaan atau ketidaksesuaian informasi antara principle dan agen maka principle
harus memonitor dan mengontrol lebih ketat lagi sehingga meminimalisir
kecurangan yang akan dilakukan oleh pengelola perusahaan.
Menurut teori keagenan, konflik antara prinsipal dengan agen dapat
dikurangi dengan mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Agen dan
prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun prinsipal
memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat
informasi yang disembunyikan yang dapat digunakan untuk keuntungan diri
sendiri.
Menurut Eisenhardt (1989) terdapat tiga dasar jenis asumsi sifat dasar
manusia didalam agency theory yaitu :
a) Manusia pada umumnya egois atau mementingkan diri sendiri dan tidak
melihat kepentingan orang lain (selft interest).
b) Manusia memiliki intelek terbatas mengenai pemahaman pada masa yang
akan datang (bounded rationality).
c) Manusia akan selalu menghindari risiko (risk averse). Melihat dari tiga
asumsi sifat dasar manusia dalam agency theory tersebut maka para
pengelola akan selalu mementingkan kepentingan pribadinya untuk
mendapatkan keuntungan dan bonus dari perusahaan dengan cara yang
tidak benar atau manipulasi laporan keuangan atau tidak memberikan
informasi yang sebenarnya kepada pemegang saham (Meckling, 1976).
Dan menurut saya hubungan antara masalah kecurangan atau adanya
manipulasi dengan laporan keuangan dalam suatu perusahaan sangat relevan antara
teori dengan fenomena. Karena dijelaskan dalam teori agensi bahwa ada dua pihak
yang bekerja sama dalam suatu perusahaan yaitu pihak principle dan agen. Pihak
agen lah yang lebih mempunyai informasi yang spesifik mengenai laporan
keuangan perusahaan, sehingga apabila ada kepentingan sendiri maka rentan bisa
terjadinya kecurangan atau fraud dalam laporan keuangan.
Misal dalam fenomena dijelaskan salah satu yang menyebabkan adanya
fraud atau kecurangan dalam pembuatan laporan keuangan adalah adanya financial
distress atau kesulitan keuangan perusahaan. Dengan adanya masalah tersebut,
pihak agen atau perusahaan tentunya tidak mau kehilangan atau membuat investor
(pihak principle) hilang, maka pihak agen melakukan kecurangan dengan
memperbaiki tampilan posisi keuangannya karena didorong dengan keadaan
perusahaan yang tengah mengalami kondisi keuangan kritis atau masalah financial
distress. Karena pada saat perusahaan mengalami financial distress maka tidak ada
investor yang tertarik pada perusahaan tersebut. Karena adanya hubungan antara
teori agensi dengan fenomena atau masalah yang ada, maka dapat dikatakan bahwa
teori agensi relevan dengan fenomena atau masalah yang terjadi.

2) Fraud Triangle Theory (Teori Segitiga Kecurangan)


Fraud Triangle Theory Donald R. Cressey adalah orang pertama yang
mengutarakanteori Fraud Triangle, salah satu mahasiswa program doktoral
kriminologi di University of Indian. Cressey mewawancarai 200 tahanan yang
dihukum karena penipuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang fenomena tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini, Cressey
merumuskan hipotesis akhir yang dikenal dengan istilah fraud triangle.
Teorinya adalah bahwa ada korelasi antara kecerdasan seseorang dan
kemampuan mereka untuk mempelajari informasi baru dan memanfaatkannya
untuk kepentingannya sendiri dan cenderung merugikan pihak lain. Fraud Triangle
terdiri dari tiga faktor mendasar terjadinya kecurangan yaitu adanya tekanan
(pressure), peluang (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization)
Terdapat tiga kondisi saat terjadi kecurangan laporan keuangan menurut
(Ansar, 2014) :
a) Tekanan (Pressure) yaitu adanya tekanan yang terdorong karena kebutuhan
yang sangat mendesak. Adanya suatu tekanan dapat membuat orang
melakukan kecurangan laporan keuangan. Tekanan disini yaitu tuntutan
gaya hidup, adanya isentif (uang tambahan), dan ketidakpuasan kerja.
b) Peluang (Opportunity) yaitu kesempatan untuk melakukan kecurangan atau
situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk
melakukan tindakan kecurangan dalam pelaporan keuangan. Adanya
kelonggaraan aturan bisa saja sebagai hal yang dimanfaatkan oleh pihak
perusahaan untuk melakukan fraud.
c) Rasionalisasi (Razionalization) yaitu pembenaran atas apa yang dilakukan
dengan maksud untuk menentramkan diri sendiri. Pihak pembuat laporan
merasa benar bahwa dia tidak melanggar aturan dalam pembuatan laporan
keuangan. Membenarkan dirinya sendiri bahwa yang di laporkan adalah hal
yang wajar dan tidak termasuk dalam fraud
Dan menurut saya hubungan teori pendukung yaitu fraud triangle theory
dengan masalah kecurangan pada pembuatan laporan keuangan adalah dalam teori
ini menjelaskan bahwa ada tiga kondisi dimana kecurangan tersebut bisa terjadi,
yaitu adanya tekanan, peluang dan rasionalisasi. Pemicu kecurangan yang pertama
yaitu adanya tekanan. Tekanan ini menurut saya datang dari pihak investor dengan
pihak manager dalam perusahaan. Tekanan yang dimaksud adalah adanya pressure
dari investor yang pastinya meginginkan kondisi keuangan perusahaan yang baik
dan menguntungkannya, apabila sebaliknya pihak investor tentu akan hilang atau
mencabut investasinya apabila perusahaan yang ia investasikan ternyata
mempunyai masalah keuangan. Karena adanya tekanan yang tidak ingin kehilangan
investor, maka pihak agen sangat rentan melakukan kecurangan dalam
memanipulasi laporan keuangan untuk tetap mempertahankan investor yang ada.
Pemicu yang kedua yaitu adanya peluang. Adanya peluang atau kesempatan
ini akan menimbulkan terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh pihak agen.
Karena jika tidak ada peluang, maka pihak agen tentu tidak dapat memanipulasi
atau mencurangi tentang suatu laporan keuangan perusahaan. Jadi dapat ditarik
kesimpulan mengenai hubungan antara fenomena dengan teori pendukung yaitu
fraud triangle theory dengan masalah kecurangan pada pembuatan laporan
keuangan adalah relevan dan teori ini mendukung fenomena yang ada.

Anda mungkin juga menyukai