Anda di halaman 1dari 37

Makalah Hadist Hukum Tentang Prinsip dan Etika Dalam Ekonomi

dan Bisnis

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Hadist Hukum Ekonomi Syariah

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Abu Azam Al Hadi, M.Ag.

Disusun Oleh:

1. Rahmi Eka Ratnani C02217045


2. Nada Miftahir Ro’fah C92217157
3. Yulia Dwi Atikasari C92217183
4. Zaferi Febi Saputri C92217185

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan kita
kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan
judul “Hadis Hukum Tentang Prinsip Dan Etika Dalam Ekonomi Dan Bisnis”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hadis Hukum
Ekonomi Syariah. Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyusun makalah ini, dan kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pembaca, guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan
makalah pada tugas yang lain pada waktu mendatang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, 27 Februari 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................3

BAB 1 : PENDAHULUAN............................................................................................5

A. Latar Belakang.....................................................................................................5
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan Makalah...................................................................................................5

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................................6

A. Redaksi Hadis, Jalur Sanad dan Penilaian Ulama, Tinjauan Bahasa, dan
Ayat-Ayat yang Terkait dengan Hadis............................................................6
1. Redaksi Hadis dan Terjemahan.....................................................................6
2. Jalur Sanad dan Penilaian Ulama Hadis Bukhori 1934.................................9
3. Tinjauan Bahasa...........................................................................................11
4. Ayat-Ayat yang Terkait dengan Hadist........................................................11

B. Pengertian Prinsip dan Etika dalam Ekonomi dan Bisnis Islam.................13


1. Pengertian Prinsip dan Etika dalam Ekonomi dan Bisnis Islam..................13
2. Struktur Prinsip dan Etika dalam Ekonomi dan Bisnis Islam.....................15
3. Manfaat Prinsip dan Etika dalam Ekonomi dan Bisnis Islam......................16
4. Tahapan Kehancuran Bisnis.........................................................................17
5. Prinsip Etika Ekonomi..................................................................................18
6. Prinsip Etika Bisnis Islam............................................................................19
C. Fiqh Hadis Kontemporer Prinsip dan Etika dalam Ekonomi dan Bisnis
Islam..................................................................................................................21
1. Hukum Bisnis yang Sah..............................................................................21
2. Larangan dalam Bisnis................................................................................22
3. Hukum Makelar dalam Bisnis.....................................................................24
4. Hukum Bisnis Syariah.................................................................................25
5. Hukum UndianArisan..................................................................................26

3
D. Fatwa Dewan Syariah Nasional Pasar Modal...............................................28
E. Aplikasi dan Praktikum Prinsip dan Etika dalam Ekonomis dan Bisnis
Islam..................................................................................................................33
F. Problem Etika Bisnis........................................................................................34

BAB III : PENUTUP....................................................................................................36

Kesimpulan...............................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................37

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadis merupakan salah satu sumber hukum Islam yang harus dipahami.
Namun, sejak masa para sahabat hingga sekarang pun banyak hadis palsu
maupun dha’if yang beredar luas di kalangan masyarakat, sehingga banyak
menimbulkan berbagai permasalah yang terkadang sampai menimbulkan
pemahaman-pemahaman yang tidak sesuai dengan syari’at Islam. Sebab itulah
penting bagi setiap muslim memilah-milah hadis yang akan digunakan sebagai
dasar hukum dalam menjalankan syari’at Islam.
Dalam hal ini, yang menjadi permasalahannya adalah banyak orang-orang
Islam yang tidak mampu membedakan dan menentukan antara hadis dha’if,
hasan, maupun shahih. Mereka sering kali tidak mempunyai prinsip dan etika
dalam hal yang dilakukan dalam perekonomian dan bisnis yang sedang mereka
bangun. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang hadis hukum tentang prinsip
dan etika dalam ekonomi dan bisnis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan
diantaranya :
1. Apa redaksi hadisnya dan bagaimana jalur sanad dan penilaian ulama serta
tinjauan bahasanya?
2. Apa pengertian prinsip dan etika dalam ekonomi dan bisnis islam?
3. Bagaimana hukumnya prinsip dan etika dalam ekonomi dan bisnis islam
dalam fiqih muamalah kontemporer
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui redaksi hadisnya, jalur sanad dan penilaian ulama serta
tinjauan bahasanya
2. Untuk mengerti prinsip dan etika dalam ekonomi dan bisnis islam.
3. Untuk memahami bagaimana hukumnya prinsip dan etika dalam ekonomi
dan bisnis islam dalam fiqih muamalah kontemporer

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Redaksi Hadis, Jalur Sanad dan Penilaian Ulama, Tinjauan Bahasa, dan Ayat-
Ayat yang Terkait dengan Hadis
1. Redaksi Hadis dan Terjemahan

‫ف‬ٍ ‫ ِّر‬E َ‫انَ ُم َح َّم ُد بْنُ ُمط‬E ‫َس‬ َّ ‫و غ‬EEُ‫ص ُّي َح َّدثَنَا َأبِي َح َّدثَنَا َأب‬ ِ ‫َار ْال ِح ْم‬
ٍ ‫ير ْب ِن ِدين‬ ِ ِ‫َح َّدثَنَا َع ْمرُو بْنُ ع ُْث َمانَ ْب ِن َس ِعي ِد ب ِْن َكث‬
َ ِ ‫ع َْن ُم َح َّم ِد ْب ِن ْال ُم ْن َك ِد ِر ع َْن َجابِ ِر ْب ِن َع ْب ِد هَّللا ِ قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
‫ ْمحًا ِإ َذا‬EE‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َر ِح َم هَّللا ُ َع ْبدًا َس‬
َ َ‫بَا َع َس ْمحًا ِإ َذا ا ْشتَ َرى َس ْمحًا ِإ َذا ا ْقت‬
‫ضى‬
(IBNUMAJAH - 2194) : Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Utsman
bin Sa'id bin Katsir bin Dinar Al Himshi berkata, telah menceritakan kepada
kami Bapakku berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Ghassan
Muhammad bin Mutharrif dari Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir bin
Abdullah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah
menyayangi seorang hamba yang murah hati jika berjualan, bermurah hati jika
membeli dan bermurah hati jika memutuskan."

‫لِّي‬E‫ص‬َ ُ‫ا نَحْ نُ ن‬EE‫هُ قَالَبَ ْينَ َم‬E‫ض َي هَّللا ُ َع ْن‬


ِ ‫صي ٍْن ع َْن َسالِ ٍم قَا َل َح َّدثَنِي َجابِ ٌر َر‬َ ‫ق بْنُ َغنَّ ٍام َح َّدثَنَا َزاِئ َدةُ ع َْن ُح‬ ُ ‫ط ْل‬
َ ‫َح َّدثَنَا‬
‫صلَّى‬ َ ‫ت ِم ْن ال َّشْأ ِم ِعي ٌر تَحْ ِم ُل‬
َ ‫ط َعا ًما فَ ْالتَفَتُوا ِإلَ ْيهَا َحتَّى َما بَقِ َي َم َع النَّبِ ِّي‬ ْ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ ْذ َأ ْقبَل‬
َ ‫َم َع النَّبِ ِّي‬
‫ت‬ْ َ‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإاَّل ْاثنَا َع َش َر َر ُجاًل فَنَزَ ل‬
} ‫ارةً َأوْ َل ْه ًوا ا ْنفَضُّوا ِإلَ ْيهَا‬
َ ‫{ َوِإ َذا َرَأوْ ا تِ َج‬
(BUKHARI - 1917) : Telah menceritakan kepada kami Tholq bin Ghonnam
telah menceritakan kepada kami Za'idah dari Hushain dari Salim berkata, telah
menceritakan kepada saya Jabir radliallahu 'anhu berkata: "Ketika kami sedang
shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba datang rombongan
dagang dari negeri Syam yang membawa makanan. Maka orang-orang melirik
(dan berhamburan pergi) mendatangi rambongan tersebut, hingga tidak ada
orang yang tersisa bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kecuali hanya dua
belas orang. Maka turunlah ayat ini (QS. Al Jumu'ah ayat 12) yang artinya.:
("Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, maka mereka bubar
untuk menuju kepadanya dan mereka meninggalkan kamu ketika kamu sedang
berdiri menyampaikan berkhuthbah".

6
‫ ِه‬E‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬E ‫ص‬ ِ ‫ َرةَ َر‬E‫ب َح َّدثَنَا َس ِعي ٌد ْال َم ْقب ُِريُّ ع َْن َأبِي هُ َر ْي‬
َ ‫ َي هَّللا ُ َع ْنهُ َع ْن النَّبِ ِّي‬E ‫ض‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا آ َد ُم َح َّدثَنَا ابْنُ َأبِي ِذْئ‬
‫ان اَل يُبَالِي ْال َمرْ ُء َما َأ َخ َذ ِم ْنهُ َأ ِمنَ ْال َحاَل ِل َأ ْم ِم ْن ْال َح َر ِام‬ ‫ْأ‬
ِ َّ‫َو َسلَّ َم قَا َل يَ تِي َعلَى الن‬
ٌ ‫اس َز َم‬
(BUKHARI - 1918) : Telah menceritakan kepada kami Adam telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza'bi telah menceritakan kepada kami
Sa'id Al Maqbariy dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Akan datang suatu zaman pada manusia yang ketika
itu seseorang tidak peduli lagi tentang apa yang didapatnya apakah dari barang
halal ataukah haram".

‫ْأتِيَ َّن‬E َ‫ا َل لَي‬EEَ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬


َ ‫ب َح َّدثَنَا َس ِعي ٌد ْال َم ْقب ُِريُّ ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَع َْن النَّبِ ِّي‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا آ َد ُم َح َّدثَنَا ابْنُ َأبِي ِذْئ‬
‫ان اَل يُبَالِي ْال َمرْ ُء بِ َما َأ َخ َذ ْال َما َل َأ ِم ْن َحاَل ٍل َأ ْم ِم ْن َح َر ٍام‬
ٌ ‫اس َز َم‬ ِ َّ‫َعلَى الن‬
(BUKHARI - 1941) : Telah menceritakan kepada kami Adam telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza'bi telah menceritakan kepada kami
Sa'id Al Maqbariy dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh pasti akan datang suatu jaman pada
manusia yang ketika itu seseorang tidak peduli lagi tentang apa yang didapatnya
apakah dari barang halal ataukah haram".

‫َؤ ةَ ع َْن‬EEُ‫ ِعي ٍد ع َْن ُم َح َّم ِد ْب ِن يَحْ يَى ْب ِن َحبَّانَ ع َْن لُْؤ ل‬E‫ ْع ٍد ع َْن يَحْ يَى ب ِْن َس‬E‫ْث بْنُ َس‬ ُ ‫ا اللَّي‬EEَ‫ح َأ ْنبََأن‬
ٍ ‫ َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ ُر ْم‬E‫َح‬
‫ق هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬
َّ ‫ق َش‬ َ ‫ضا َّر َأ‬
َّ ‫ض َّر هَّللا ُ بِ ِه َو َم ْن َشا‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫ال َم ْن‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ِ ‫صرْ َمةَع َْن َرس‬ ِ ‫َأبِي‬
(IBNUMAJAH - 2333) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Rumh berkata, telah memberitakan kepada kami Al Laits bin Sa'd dari Yahya
bin Sa'id dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari Lulu'ah dari Abu Shirmah
dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Barangsiapa
berbuat kemadlaratan maka Allah akan memberinya madlarat, dan barangsiapa
membuat kesusahan pada orang lain maka Allah memberinya kesusahan."

َ Eَ‫رْ َمةَ ق‬E‫ص‬


‫ال‬E ِ ‫َؤ ةَ ع َْن َأبِي‬EEُ‫ْث ع َْن يَحْ يَى ع َْن ُم َح َّم ِد ب ِْن يَحْ يَى ب ِْن َحبَّانَ ع َْن لُْؤ ل‬ُ ‫ َّدثَنَا اللَّي‬E‫ ِعي ٍد َح‬E‫ةُ بْنُ َس‬Eَ‫ َّدثَنَا قُتَ ْيب‬E‫َح‬
‫لَّ َم‬E‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع ْن النَّبِ ِّي‬
َ ‫ب النَّبِ ِّي‬ ِ ‫ث ع َْن َأبِي‬
َ َ‫صرْ َمة‬
ِ ‫صا ِح‬ ِ ‫َغ ْي َر قُتَ ْيبَةَ فِي هَ َذا ْال َح ِدي‬
‫ق هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ َ ‫ضا َّر َأ‬
َّ ‫ض َّر هَّللا ُ بِ ِه َو َم ْن َشا‬
َّ ‫ق َشا‬ َ ‫َأنَّهُ قَا َل َم ْن‬

7
(ABUDAUD - 3151) : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah
menceritakan kepada kami Al Laits dari Yahya dari Muhammad bin Yahya bin
Habban dari Luluah dari Abu Shirmah -selain Qutaibah telah menyebutkan
hadits ini dari Shirmah- sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: "Barangsiapa menimpakan
madharat (keburukan) kepada orang lain maka Allah akan menimpakan
madharat kepadanya, dan barangsiapa memperberat orang lain maka Allah akan
memperberat dirinya."

‫َؤ ةَ ع َْن َأبِي‬EEEُ‫ ِعي ٍد ع َْن ُم َح َّم ِد ْب ِن يَحْ يَى ْب ِن َحبَّانَ ع َْن لُْؤ ل‬EEE‫ْث ع َْن يَحْ يَى ْب ِن َس‬ ٌ ‫ َّدثَنَا لَي‬EEE‫ ِعي ٍد َح‬EEE‫ةُ بْنُ َس‬EEEَ‫ َّدثَنَا قُتَ ْيب‬EEE‫َح‬
‫ق هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬
َّ ‫ق َش‬ َ ‫ضا َّر َأ‬
َّ ‫ض َّر هَّللا ُ بِ ِه َو َم ْن َشا‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأنَّهُ ق‬
َ ‫ال َم ْن‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫صرْ َمةَع َْن َرس‬ ِ
(AHMAD - 15195) : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah
menceritakan kepada kami Laits dari Yahya bin Sa'id dari Muhammad bin
Yahya bin Habban dari lu'lu'ah dari Abu Shirmah dari Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam beliau bersabda: "Barangsiapa mendatangkan mara-
bahaya, Allah mendatangkan mara bahaya baginya, dan barangsiapa
menimpakan kesulitan kepada manusia, Allah mendatangkan kesulitan baginya."

ٍ ‫ ةَ ع َْن ا ْب ِن َعبَّا‬E‫ ابِ ٍر ْال ُج ْعفِ ِّي ع َْن ِع ْك ِر َم‬E‫ ٌر ع َْن َج‬E‫ا َم ْع َم‬EEَ‫اق َأ ْنبََأن‬
َ Eَ‫س قَالَق‬
‫ال‬E ِ ‫ َّر َّز‬E‫ ُد ال‬E‫ َّدثَنَا َع ْب‬E‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ يَحْ يَى َح‬
ِ ‫ض َر َر َواَل‬
‫ض َرا َر‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَل‬
َ ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬
(IBNUMAJAH - 2332) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq berkata, telah
memberitakan kepada kami Ma'mar dari Jabir Al Ju'fi dari Ikrimah dari Ibnu
Abbas ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak
boleh berbuat madlarat dan hal yang menimbulkan madlarat."

ِ ‫ ِد هَّللا‬E‫ ابِ ِر ْب ِن َع ْب‬E‫ف قَا َل َح َّدثَنِي ُم َح َّم ُد بْنُ ْال ُم ْن َك ِد ِر ع َْن َج‬
ٍ ‫ش َح َّدثَنَا َأبُو َغسَّانَ ُم َح َّم ُد بْنُ ُمطَ ِّر‬
ٍ ‫َح َّدثَنَا َعلِ ُّي بْنُ َعيَّا‬
‫تَ َرى َوِإ َذا‬E‫اش‬ َ ِ ‫و َل هَّللا‬E‫اَأ َّن َر ُس‬E‫ َي هَّللا ُ َع ْنهُ َم‬E‫ض‬
ْ ‫ا َع َوِإ َذا‬Eَ‫ ْمحًا ِإ َذا ب‬E‫ا َل َر ِح َم هَّللا ُ َر ُجاًل َس‬Eَ‫لَّ َم ق‬E‫ ِه َو َس‬Eْ‫لَّى هَّللا ُ َعلَي‬E‫ص‬ ِ ‫َر‬
َ َ‫ا ْقت‬
‫ضى‬
(BUKHARI - 1934) : Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Ayyasy telah
menceritakan kepada kami Abu Ghossan Muhammad bin Muthorrif berkata,
telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir bin
'Abdullah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

8
bersabda: "Allah merahmati orang yang memudahkan ketika menjual dan ketika
membeli dan juga orang yang meminta haknya".

2. Jalur Sanad dan Penilaian Ulama Hadis Bukhori 1934

Jabir bin 'Abdullah bin


'Amru bin Haram

Muhammad bin Al Munkadir


bin 'Abdullah bin Al
Hudair

Muhammad bin Mutharrif


bin Daud

Ali bin 'Ayyasy bin


Muslim

Jabir bin 'Abdullah bin 'Amru bin Haram

 Nama Lengkap : Jabir bin ULAMA KOMENTAR


'Abdullah bin 'Amru bin Haram
Shahabat
 Kalangan : Shahabat

 Kuniyah : Abu 'Abdullah
 Negeri semasa hidup : Madinah
 Wafat : 78 H

Muhammad bin Al Munkadir bin 'Abdullah bin Al Hudair

 Nama Lengkap : Muhammad bin  ULAMA KOMENTAR


Al Munkadir bin 'Abdullah bin Al
Abu Hatim Tsiqah

9
Hudair
 Kalangan : Tabi'in kalangan
Yahya bin Ma'in Tsiqah
pertengahan
 Kuniyah : Abu 'Abdullah Shahihul Hadits
Ya'kub Ibnu Syaibah
 Negeri semasa hidup : Madinah Jiddan

 Wafat : 131 H Ibnu Hajar al


Tsiqah
'Asqalani

Adz Dzahabi Imam

Muhammad bin Mutharrif bin Daud

 Nama Lengkap : Muhammad bin ULAMA KOMENTAR


Mutharrif bin Daud
Yazid bin Harun Tsiqah
 Kalangan : Tabi'ul Atba' kalangan
tua Ya'kub bin Syu'bah Tsiqah

 Kuniyah : Abu Ghassan Yahya bin Ma'in Tsiqah


 Negeri semasa hidup : Syam
Abu Daud laisa bihi ba`s
 Wafat :
An Nasa'i laisa bihi ba`s

disebutkan dalam
Ibnu Hibban
'ats tsiqaat

Ibnu Hajar al
Imam
'Asqalani

Ali bin 'Ayyasy bin Muslim

 Nama Lengkap : Ali bin 'Ayyasy  ULAMA KOMENTAR


bin Muslim
Ibnu Hajar tsiqah tsabat
 Kalangan : Tabi'ut Tabi'in
kalangan biasa An Nasa'i Tsiqah

 Kuniyah : Abu Al Hasan Al 'Ajli Tsiqah


 Negeri semasa hidup : Syam
Ad Daruquthni Hujjah

10
 Wafat : 219 H disebutkan dalam
Ibnu Hibban
'ats tsiqaat

mereka
Adz Dzahabi
mentsiqahkannya

3. Tinjauan Bahasa
a. ‫َس ْمحّا‬ : sikap toleran,ramah dan membuat nyaman kepada partner/klien
ٍ ‫تَ َر‬
b. ‫اض‬ : saling rela atas barang dan nilai jualnya, karena tidak ada yang
dirugikan, aku atau karena saling menguntungkan
c. ‫اَل يُبـَا لِي‬ : mengabaikan atau tidak mempedulikan

4. Ayat-Ayat yang Terkait dengan Hadis


a. An-Nisa ayat 29

‫اض‬ َ Eَ‫ َرةً عَن ت‬E‫ونَ ِت ٰ َج‬EE‫ ِل ِإٓاَّل َأن تَ ُك‬E‫ ٰ َولَ ُكم َب ۡينَ ُكم ِب ۡٱل ٰبَ ِط‬Eۡ‫وا اَل ت َۡأ ُكلُ ٓو ْا َأم‬
ٖ ‫ر‬E
ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
٢٩ ‫ِّمن ُكمۡۚ َواَل ت َۡقتُلُ ٓو ْا َأنفُ َس ُكمۡۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َكانَ ِب ُكمۡ َر ِح ٗيما‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu

b. Al-Baqarah Ayat 282

ُ‫اتِ ۢب‬EE‫ٱكتُبُو ۚهُ َو ۡليَ ۡكتُب ب َّۡينَ ُكمۡ َك‬E ۡ Eَ‫ ٗ ّمى ف‬E‫ ٖل ُّم َس‬E‫د َۡي ٍن ِإلَ ٰ ٓى َأ َج‬Eِ‫دَايَنتُم ب‬Eَ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا ِإ َذا ت‬
ُّ E‫ ِه ۡٱل َح‬E‫ل ٱلَّ ِذي َعلَ ۡي‬E
‫ق‬ ِ ِ‫ هُ ٱهَّلل ۚ ُ فَ ۡليَ ۡكتُ ۡب َو ۡليُمۡ ل‬E‫ا عَلَّ َم‬E‫ب َك َم‬ َ ُ‫اتِبٌ َأن يَ ۡكت‬E‫ب َك‬ َ ‫أ‬Eۡ َ‫د ۚ ِل َواَل ي‬Eۡ ‫بِ ۡٱل َع‬
‫ض ِعيفًا َأ ۡو اَل‬
َ ‫ق َسفِيهًا َأ ۡو‬ ُّ ‫خَس ِم ۡنهُ َش ٗۡ‍ٔي ۚا فَِإن َكانَ ٱلَّ ِذي َعلَ ۡي ِه ۡٱل َح‬ ۡ ‫ق ٱهَّلل َ َربَّهۥُ َواَل يَ ۡب‬ ۡ
ِ َّ‫َوليَت‬
ۡ‫ِإن لَّم‬Eَ‫الِ ُكمۡ ۖ ف‬E‫رِّج‬
َ ‫ ِهيد َۡي ِن ِمن‬E‫وا َش‬ ْ ‫ ِه ُد‬E‫ٱست َۡش‬ ۡ ‫د ۚ ِل َو‬Eۡ ‫ل َولِيُّهۥُ بِ ۡٱل َع‬Eۡ ِ‫يَ ۡست َِطي ُع َأن يُ ِم َّل هُ َو فَ ۡليُمۡ ل‬
‫ َذ ِّك َر‬E ُ‫َض َّل ِإ ۡحد َٰىهُ َما فَت‬ ِ ‫ض ۡونَ ِمنَ ٱل ُّشهَدَٓا ِء َأن ت‬ َ ‫َان ِم َّمن ت َۡر‬ ِ ‫ُل َوٱمۡ َرَأت‬ٞ ‫يَ ُكونَا َر ُجلَ ۡي ِن فَ َرج‬
‫ ِغيرًا َأ ۡو‬E‫ص‬ َ ُ‫وه‬Eُ‫َٔ ُم ٓو ْا َأن ت َۡكتُب‬E‍‫وا َواَل ت َۡس‬E ْ ۚ E‫ا ُد ُع‬EE‫ب ٱل ُّشهَدَٓا ُء ِإ َذا َم‬ َ ‫ِإ ۡحد َٰىهُ َما ٱُأۡل ۡخ َر ٰۚى َواَل يَ ۡأ‬
َ‫ون‬EE‫اب ُٓو ْا ِإٓاَّل َأن تَ ُك‬EEَ‫ ٰهَ َد ِة َوَأ ۡدن ٰ َٓى َأاَّل ت َۡرت‬E ‫لش‬ َّ ِ‫ َو ُم ل‬E‫َكبِيرًا ِإلَ ٰ ٓى َأ َجلِ ِۚۦه ٰ َذلِ ُكمۡ َأ ۡق َسطُ ِعن َد ٱهَّلل ِ َوَأ ۡق‬
ۚۡ‫ايَ ۡعتُم‬EEَ‫ ِه ُد ٓو ْا ِإ َذا تَب‬E ‫ا َوَأ ۡش‬Eۗ Eَ‫س َعلَ ۡي ُكمۡ ُجنَا ٌح َأاَّل ت َۡكتُبُوه‬ َ ‫اض َر ٗة تُ ِديرُونَهَا بَ ۡينَ ُكمۡ فَلَ ۡي‬ ِ ‫تِ ٰ َج َرةً َح‬
ُ ‫وا ٱهَّلل ۖ َ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم ٱهَّلل ۗ ُ َوٱهَّلل‬E
ْ Eُ‫ق بِ ُكمۡ ۗ َوٱتَّق‬ ُ ۢ ‫وا فَِإنَّهۥُ فُسُو‬ ْ ُ‫ۚيد َوِإن ت َۡف َعل‬ٞ ‫ب َواَل َش ِه‬ٞ ِ‫ُضٓا َّر َكات‬ َ ‫َواَل ي‬
٢٨٢ ‫يم‬ٞ ِ‫بِ ُكلِّ َش ۡي ٍء َعل‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan

11
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.
Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan
dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang
lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-
saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu´amalahmu itu),
kecuali jika mu´amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi
saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah
kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu

c. Al-Baqarah Ayat 188

ْ ُ‫أ ُكل‬Eۡ Eَ‫ٓا ِإلَى ۡٱل ُح َّك ِام لِت‬EEَ‫وا بِه‬


‫ ٰ َو ِل‬E ۡ‫ ا ِّم ۡن َأم‬E‫وا فَ ِر ٗيق‬ ْ ُ‫دل‬Eۡ Eُ‫ ِل َوت‬E‫ ٰ َولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِ ۡٱل ٰبَ ِط‬E ۡ‫أ ُكلُ ٓو ْا َأم‬Eۡ Eَ‫َواَل ت‬
١٨٨ َ‫اس بِٱِإۡل ۡث ِم َوَأنتُمۡ ت َۡعلَ ُمون‬ ِ َّ‫ٱلن‬
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui

d. Surat At-Taubah Ayat 24

‫ا‬EEَ‫ ٰ َو ٌل ۡٱقت ََر ۡفتُ ُموه‬Eۡ‫يرتُ ُكمۡ َوَأم‬


َ E‫خ ٰ َونُ ُكمۡ َوَأ ۡز ٰ َو ُج ُكمۡ َوع َِش‬Eۡ ‫ٓاُؤ ُكمۡ َوِإ‬EEَ‫قُ ۡل ِإن َكانَ َءابَٓاُؤ ُكمۡ َوَأ ۡبن‬
ٖ Eَ‫ولِ ِهۦ َو ِجه‬E‫ض ۡونَهَٓا َأ َحبَّ ِإلَ ۡي ُكم ِّمنَ ٱهَّلل ِ َو َر ُس‬
‫اد فِي‬E َ ‫ة ت َۡخ َش ۡونَ َك َسا َدهَا َو َم ٰ َس ِك ُن ت َۡر‬ٞ ‫َوتِ ٰ َج َر‬
٢٤ َ‫ُوا َحتَّ ٰى َي ۡأتِ َي ٱهَّلل ُ بَِأمۡ ِر ۗ ِهۦ َوٱهَّلل ُ اَل يَ ۡه ِدي ۡٱلقَ ۡو َم ۡٱل ٰفَ ِسقِين‬
ْ ‫َسبِيلِ ِهۦ فَت ََربَّص‬

Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum


keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih

12
kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik

e. An-Nur Ayat 37

َّ ‫ة َواَل بَ ۡي ٌع عَن ِذ ۡك ِر ٱهَّلل ِ َوِإقَ ِام‬ٞ ‫ال اَّل تُ ۡل ِهي ِهمۡ تِ ٰ َج َر‬
َ‫افُون‬EEَ‫و ِة يَخ‬Eٰ E‫ٓا ِء ٱل َّز َك‬EEَ‫لَ ٰو ِة َوِإيت‬E ‫ٱلص‬ ٞ ‫ِر َج‬
٣٧ ‫ص ُر‬ َ ٰ ‫يَ ۡو ٗما تَتَقَلَّبُ فِي ِه ۡٱلقُلُوبُ َوٱَأۡل ۡب‬
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual
beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati
dan penglihatan menjadi goncang

f. As-Shaff Ayat 10

١٠ ‫ب َألِ ٖيم‬ ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬


ِ ُ‫وا ه َۡل َأ ُدلُّ ُكمۡ َعلَ ٰى تِ ٰ َج َر ٖة ت‬
ٍ ‫نجي ُكم ِّم ۡن َع َذا‬
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu
perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih

B. Pengertian Prinsip dan Etika dalam Ekonomi dan Bisnis Islam


1. Pengertian Prinsip dan Etika dalam Ekonomi dan Bisnis Islam
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang artinya adat istiadat atau
kebiasaan. Bisa juga dikatakan bahwa etika adalah menafsirkan pengalaman
moral individu dan sosial sehingga menetapkan aturan untuk mengendalikan
perilaku.
Etika berasal dari bahasa perancis Etiquette yang berarti kartu undangan.
Pada saat itu Raja-raja perancis sering mengundang para tamu dengan
menggunakan kartu undangan. Dalam kartu undangan tercantum persyaratan
atau ketentuan untuk menghadiri acara seperti waktu, pakaian, dan sebagainya.
Suatu kegiatan usaha haruslah dilakukan dengan etika atau norma-norma yang
berlaku di masyarakat bisnis. Etika atau norma-norma itu digunakan agar para
pengusaha tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan dan usahanya
dijalankan dengan memperoleh simpati dari berbagai pihak.1
Secara etymology, etika tertuju pada dua hal, yaitu pertama, sifat
individual seseorang, dan kedua, aturan sosial yang menuntut dan membatasi

1
Sri Wigati, M.E.I., Kewirausahaan Islam (Surabaya:UINSA Press, 2014) 175.

13
tindakan-tindakan manusia, khususnya aturan tentang baik dan buruk yang
sering disebut moralitas.2
Etika merupakan pemikiran tentang baik dan buruk. Pemikiran ini
meliputi standar ukuran, sumber, dampak, serta upaya penerapannya. Pemikiran
adalah kerja akal yang dibedakan dengan perbuatan atau ucapan. Pemikiran
belum mencapai hasil, melainkan masih dalam proses. Oleh karena itu, etika
merupakan proses berpikir tentang baik dan buruk. Etika muncul bila ada suatu
hal yang belum mendapatkan nilai. Selain itu, etika juga datang manakala ada
suatu hal yang mengalami anomali nilai, yakni nilai yang ada dianggap kurang
relevan.3
Sedangkan kata bisnis pertukaran barang jasa atau uang yang saling
menguntungkan dan saling memberikan manfaat. Bisnis itu sendiri dalam Islam
mengandung dua makna. Bisnis secara umum dan bisnis secara khusus. Bisnis
cara umum adalah perniagaan antara manusia dengan Allah. Salah satu
contohnya adalah dalam surat al-Baqarah ayat 16 “mereka itulah yang membeli
kesesatan dengan petunjuk maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan
tidaklah mereka mendapat petunjuk.” Untuk bisnis secara khusus adalah
perniagaan antara manusia dengan manusia.
Bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling
menguntungkan atau memberikan manfaat. Menurut arti dasarnya, bisnis
memiliki makna sebagai "the buying and selling of goods and services." Bisnis
berlangsung karena adanya kebergantungan antarindividu, adanya peluang
internasional, usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan standar hidup,
dan lain sebagainya. Bisnis juga dipahami dengan suatu kegiatan usaha individu
(privat) yang terorganisasi atau melembaga, untuk menghasilkan dan menjual
barang atau jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat.4
Maka yang dimaksud dengan etika bisnis adalah pengetahuan tentang
tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memerhatikan norma dan

2
Imroatul Azizah, Perjudian Dan Spekulasi Dalam Bisnis (Surabaya:ALPHA, 2007) 45.
3
Bambang Subandi, M.Ag, Etika Bisnis Islam (Surabaya: IAIN SA Press, 2014) 4.
4
Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc., M.E.I., Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: KENCANA, 2014) 3.

14
moralitas universal dan secara ekonomi atau sosial, di mana penerapan norma
dan moralitas itu menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.5
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis.yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma,
dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil
dan sehat dengan pelanggan mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni
bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan
mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan
termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan
pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan
sikap yang professional.6
Konsep etika bisnis Islam merupakan rangkaian dari konsep etika, bisnis
dan Islam. Masing-masing konsep ini memiliki makna sekaligus pembanding.
Perbandingan ini membawa karater konsep tersendiri.7
2. Struktur Prinsip dan Etika dalam Ekonomi dan Bisnis Islam
Etika Bisnis Islam mengarahkan kegiatan bisnis sesuai dengan koridor
Syari’ah Islam. Penyesuaian ini meliputi dua hal, yaitu etos dan etis. Etos Islam
berkaitan dengan semangat kerja yang dikehendaki Syari’ah. Tidak sedikit teks
al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW yang menampilkan keutamaan bisnis, kerja
mandiri, serta perintah pemanfaatan kekayaan alam. Sementara itu, etika Islam
membatasi gerakan bisnis agar tidak terjerumus pada wilayah yang diharamkan.
Banyak bisnis yang dilegalkan oleh suatu masyarakat namun berada dalam
wilayah yang diharamkan islam. Jadi, bisnis lslam yang etis ditantang untuk
bentuk menggali inovasi bentuk bisnis dari al-Qur'an dan Hadis Nabi serta
mencari solusi atas perkembangan bisnis yang semakin pesat. Kerja demikian ini
memerlukan seperangkat metode pengembangan etika bisnis Islam.

5
Imroatul Azizah, Perjudian Dan Spekulasi Dalam Bisnis (Surabaya:ALPHA, 2007) 45.
6
Sri Wigati, M.E.I., Kewirausahaan Islam (Surabaya:UINSA Press, 2014) 176.
7
Bambang Subandi, M.Ag, Etika Bisnis Islam (Surabaya: IAIN SA Press, 2014) 9.

15
Pengembangan Etika Bisnis Islam dapat menggunakan pendekatan
normatif fikih dan pendekatan empiris bisnis. Antara fikih dan bisnis yang
memiliki metode perkembangan yang berbeda. Fikih lebih normatif-tekstualis,
metode pengembangannya empiris-aplikatif. Dalam khazanah ilmu fikih, ada
dua aliran pemikiran: tekstualis yang hanya berkutat pada teks ayat al-Qur'an
dan matan hadis, serta aliran kontekstualis yang lebih memperhatikan faktor
sosial dalam merumuskan suatu hukum.
Kedua metode fikih di atas digunakan dalam pengembangan Etika Bisnis
Islam. Karenanya, konsep-konsep bisnis bisa digali dari pemahaman teks Al-
Qur’an dan Hadis. Demikian ini akan memunculkan kajian Etika Bisnis Islam
konseptual. Di antara contohnya adalah kajian tentang harta dan penggunaan
menurut al-Qur'an dan Hadis Nabi. Sementara itu, kajian empiris Etika Bisnis
Islam banyak menggunakan metode studi kasus. Berdasarkan kajian atas kasus
bisnis, nilai hukumnya ditelaah dengan parameter Al-Qur’an dan Hadis Nabi.
Misalnya, studi tentang bisnis waralaba dipandang dari hukum Islam. Dengan
demikian, metode fikih bisa mengembangkan kajian Etika Bisnis Islam secara
deduktif maupun induktif.8
3. Manfaat Prinsip dan Etika dalam Ekonomi dan Bisnis Islam
Bisnis di dalam Al-Qur’an selalu bertujuan untuk dua keuntungan, yaitu
keuntungan duniawi dan ukhrawi. Bisnis ataupun yang bersifat duniawi tertuang
dalam beberapa ayat khusus yang membahas tentang perniagaan. Hal ini
mencakup penjelasan tentang jual beli, yaitu apabila dilakukan secara tunai
maka harus atas dasar kerelaan masing-masing pelaku. Dan apabila dilakukan
tidak secara tunai, maka ada tuntunan untuk menuliskan transaksi tersebut,
dengan disertai saksi dan tidak mengurangi jumlah nominal kewajiban yang
harus dibayarkan. Kemudian bisnis ataupun perniagaan ukhrawi banyak
tercantum dalam ayat-ayat umum yang membahas tentang bisnis. Kenyataan ini
menjadi satu poin penting bahwa bisnis dan etika transendental adalah satu hal
yang tidak bisa terpisah dalam bisnis lslam, karena hal tersebut merupakan
manifestasi dari mengingat Allah.9

8
Bambang Subandi, M.Ag, Etika Bisnis Islam (Surabaya: IAIN SA Press, 2014) 6.
9
Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc., M.E.I., Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: KENCANA, 2014) 12.

16
Manfaat praktis lainnya adalah memperoleh pemahaman yang baik
tentang masyarakat bisnis. Bisnis membutuhkan masyarakat dan masyarakat
membutuhkan bisnis. Karena itu, kebutuhan bisnis dalam aspek kehidupannya
tidak terlepas dari eksistensi keseluruhan masyarakat dengan seluruh atribut dan
simbol-simbol yang melekat pada masyarakat. Jadi, studi etika bisnis lslam juga
bermanfaat dalam memandang masyarakat secara menyeluruh, sehingga
diperoleh pemahaman yang baik tentang masyarakat. Contoh untuk hal ini
adalah melihat sisi kebaikan dan keburukan dari setiap mitra bisnis. Boleh jadi
mitra akan diajak kerja sama memiliki keburukan yang tidak dianggap
membahayakan serta bisa ditutupi oleh kebaikan mitra yang lain. Standar
penilaian ini diperoleh setelah pemakaian etika bisnis Islam. Dalam bisnis,
keburukan berarti kelemahan dan kerugian, sedangkan kebaikan adalah
keunggulan dan keuntungan.
Selain manfaat praktis, etika bisnis lslam juga memberikan manfaat
secara teoritis. Konsep-konsep terlalu abstrak, sehingga mudah disalahgunakan.
Konsep "anti korupsi”, misalnya, dapat dinyatakan oleh siapapun: pegiat anti
korupsi, pejabat bersih, bahkan koruptor bisa menyatakannya. Namun, ketika
ditelaah beberapa indikator korupsi, terdapat pemisah yang jelas antara
perbuatan korupsi dan bukan korupsi. Setelah mengetahui indikator ini, orang
yang menyalahgunakan jabatannya untuk memperkaya orang lain, walaupun ia
sendiri tidak mengambil sedikit pun, dapat dikategorikan sebagai koruptor.10
4. Tahapan Kehancuran Bisnis
a. Persangkaan buruk. Sikap ini ditimbulkan oleh dugaan tanpa pembuktian
serta menyamakan beberapa bisnis yang berbeda.
b. Kecurigaan. Mula-mula, keburukan dan kesalahan orang lain digali dan
dicari. Selanjutnya, keburukan dan kesalahan tersebut dijadikan fokus.
c. Penyebaran gosip. Tahapan ini melihat dirinya lebih tinggi dan melihat
orang lain lebuh rendah. Dalam hal ini, kelebihan dirinya diungkapkan
dengan menyembunyikan kekurangannya. Sebaliknya, kekurangan orang
lain diungkapkan tanpa melihat sisi kelebihannya.

10
Bambang Subandi, M.Ag, Etika Bisnis Islam (Surabaya: IAIN SA Press, 2014) 8.

17
d. Permusuhan. Dalam tahapan ini, hubungan komunikasi bisnis diputus serta
menyimpan kebencian dan dendam.
e. Pertikaian, tahapan ini menjadi luapan emosi. Caci –maki, penghianatan,
pelemparan, penganiayaan, dan tindakan negatif lainnya, menjadi
pelampiasannya.
f. Kehancuran. Kebangkrutan adalah akhir dari perjalanan bisnis, mengingat
stokholder mulai meninggalkan dan beralih ke pebisnis yang lain.11
5. Prinsip Etika Ekonomi
Jika bisnis memiliki etika, maka muncullah sebuah pertanyaan tentang
prinsip-prinsip etika yang berlaku dalam kegiatan bisnis. Prinsip-prinsip itu
adalah sebagai berikut:
a. Prinsip otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak
berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik
untuk dilakukan. Orang yang otonom adalah orang yang sadar akan apa
yang menjadi kewajibannya dalam dunia bisnis.
Untuk bertindak secara otonom, perlu ada dua faktor, yakni,
pertama, perlu ada kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan keputusannya itu dan kedua tanggung jawab.12
b. Prinsip kejujuran
Nilai kejujuran sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan
pihak-pihak yang terkait. Dalam dunia bisnis, kejujuran menemukan
wujudnya dalam berbagai aspek. Kepercayaan adalah aset yang sangat
berharga dalam urusan bisnis.
c. Prinsip Tidak Berbuat Jahat (Non-Maleficence) dan Prinsip Berbuat Baik
(Beneficence)
Perwujudan prinsip ini mengambil dua bentuk, pertama, menuntut
agar secara aktif dan maksimal berbuat hal yang baik bagi orang lain, dan
kedua, dalam wujudnya yang minimal dan pasif. Sikap ini menuntut untuk
tidak berbuat jahat kepada orang lain. Yang diharapkan adalah bahwa
dalam situasi apapun, hendaknya melakukan tindakan yang baik
11
Bambang Subandi, M.Ag, Etika Bisnis Islam (Surabaya: IAIN SA Press, 2014) 54-55.
12
Imroatul Azizah, Perjudian Dan Spekulasi Dalam Bisnis (Surabaya:ALPHA, 2007) 57.

18
(menguntungkan) bagi orang lain. Tapi kalau situasinya tidak
memungkinkan untuk itu, maka paling kurang batas minimal dianggap etis
adalah tidak melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
d. Prinsip Keadilan.
Prinsip ini menuntut agar kita memperlakukan orang lain sesuai
dengan haknya. Dalam konteks bisnis yang beretika berarti keadilan
diperutukkan bagi semua pihak yang terkait dan memberikan kontribusi
langsung maupun tidak terhadap keberhasilan bisnis. Mereka harus
mendapat akses positif dan sesuai dengan peran yang diberikannya kepada
bisnis.
e. Prinsip Hormat kepada sendiri
Prinsip ini sama sekali bukan bersifat egoistis, namun lebih
merupakan benteng pertahanan diri; tidak etis jika kita membiarkan diri
kita diperlakukan secara tidak adil, tidak jujur, ditindas dan diperas.
Sebagaimana kita sepantasnya tidak boleh memperlakukan orang lain
secara tidak adil (dan sebagainya), kita pun berhak memperlakukan diri
kita dan diperlakukan secara baik.13
6. Prinsip Etika Bisnis Islam
a. Keesaan
Seperti direfleksikan dalam konsep tauhid, merupakan dimensi
vertical islam. Konsep keesaan ini menggabungkan kedalam sifat
homogeny semua aspek yang berbeda-beda dalam kehidupan seorang
muslim yakni: ekonomi, politik, agama dan masyarakat, serta menekankan
gagasan mengenai konsistensi dan keteraturan.
b. Keseimbangan
Keseimbangan atau kesejajaran (Equilibrium) menggambarkan
dimensi horizontal ajaran islam, dan berhubungan dengan harmoni segala
sesuatu di alam semesta. Sifat keseimbangan ini lebih dari sekedar
karakteristik alam, dimana ia merupakan karakter yang harus
diperjuangkan oleh setiap muslim dalam kehidupannya. Kebutuhan akan
keseimbangan dan kesetaraan ditekankan allah ketika ia menyebut kaum

13
Imroatul Azizah, Perjudian Dan Spekulasi Dalam Bisnis (Surabaya:ALPHA, 2007) 60.

19
muslim sebagai ummutun wasatun. Untuk menjaga keseimbangan antara
mereka yang berpunya dan mereka yang tak berpunya, allah menekankan
arti penting sikap saling memberi dan tidak berperilaku yang berlebih-
lebihan. Pada keseimbangan merupakan konsep yang menunjukkan adanya
keadilan sosial.
c. Kehendak bebas
Kehendak bebas (Free Will) yakni manusia mempunyai suatu potensi
dalam menentukan pilihan-pilihan yang beragam, karena kebebasan
manusia tidak dibatasi. Tetapi dalam kehendak bebas yang diberikan Allah
kepada manusia haruslah sejalan dengan prinsip dasar diciptakannya
manusia yaitu sebagai khalifah di bumi. Sehingga kehendak bebas itu
harus sejalan dengan kemaslahatan kepentingan individu telebih lagi pada
kepentingan umat.
d. Tanggung jawab
Tanggung Jawab (Responsibility) terkait erat dengan tanggung jawab
manusia atas segala aktifitas yang dilakukan kepada Tuhan dan juga
tanggung jawab kepada manusia sebagai masyarakat. Karena manusia
hidup tidak sendiri dia tidak lepas dari hukum yang dibuat oleh manusia
itu sendiri sebagai komunitas sosial. Tanggung jawab kepada Tuhan
tentunya diakhirat, tapi tanggung jawab kepada manusia didapat didunia
berupa hukum-hukum formal maupun hukum non formal seperti sangsi
moral dan lain sebagainya.
e. Kebajikan (ihsan)
Ihsan adalah kehendak untuk melakukan kebaikan hati dan
meletakkan bisnis pada tujuan berbuat kebaikan. Kelima prinsip tersebut
secara operasional perlu didukung dengan suatu etika bisnis yang akan
menjaga prinsip-prinsip tersebut dapat terwujud.14

C. Fiqh Hadis Kontemporer Prinsip dan Etika dalam Ekonomi dan Bisnis
Islam
1. Hukum Bisnis yang Sah

14
Muhammad, Etika Bisnis Islam, 2004, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusaan YKPN.

20
Syarat adalah sesuatu yang menjadikan sahnya perkara dan sesuatu
itu berada di luar perkara tersebut. Rukun adalah sesuatu yang menjadikan
sahnya perkara dan sesuatu itu ada di dalam perkara tersebut. Sebagai
contoh, bisnis dimulai saat terjadi transaksi. Dalam transaksi, termuat
subyek, obyek dan akad. Sebelum obyek dimasukkan dalam transaksi. Ia
harus halal zatnya sebagai syarat yang harus dipenuhi dahulu. Persyaratan
ini berada di luar transaksi, Baik syarat maupun rukun memiliki ketentuan
yang saling berkaitan satu sama lain. Karenanya, pembahasan keduanya
tidak bisa dipisahkan.
Rukun bisnis ada tiga macam, yaitu: al-‘Aqid (orang yang
melakukan transaksi sebagai penjual maupun pembeli), al-‘Aqd (transaksi),
dan al-Ma’ qud ‘Alaih (objek transaksi yang mencakup barang atau uang).
Ketiga rukun ini dapat diuraikan lagi dalam enam rukun, yaitu: penjual,
pembeli, akad penetapan, akad pemerimaan, obyek dan harga. Masing-
masing rukun tersebutmemuat syarat yang harus dipenuhi. Bila syarat tidak
terpenuhi, maka bisnis menjadi batal. Bisnis yang batal oleh agama akan
menghasilkan keuntungan yang haram.
Pihak penjual dan pembeli harus terpenuhi beberapa persyaratan
yaitu merdeka, berakal normal, dan baligh atau mumayyiz, yakni seseorang
yang indah dapat membedakan baik atau buruk, najis atau suci: serta
mengerti perhitungan harga. Selain itu, penjual dan pembeli harus saling
ridha, berkehendak sendiri, dan tidak ada unsur keterpaksaan dari pihak
manapun, meskipun tidak diungkapkan
Sebagaimana penjual dan pembeli sebagai subyek, barang atau jasa
yang menjadi obyek bisnis juga mengandung bebrapa persyaratan.
a. Barang harus dalam keadaan baik atau tidak cacat.
b. Barang atau jasa harus memberikan manfaat yang dibenarkan hukum
Allah.
c. Barang atau jasa milik sendiri atau sudah mempunyai izin dari pemilik
untuk dijual.
d. Barang itu dapat diserahkan. Tidak sah menjual sesuatu barang yang
tidak kepada yang membeli.

21
e. Kadar timbangan suatu barang telah diketahui.
f. Barang harus diketahui oleh si penjual dan si pembeli.
g. Brang bukan najis
h. Barang bukan yang diharamkan oleh Allah dan Nabi Muhammad.
i. Harga barang diketahui oleh pembeli dan penjual.
j. Cara transaksi barang, melalui uang atau barter, harus diketahui oleh
kedua belah pihak, agar tidak terjadi kesalahpahaman antar keduanya.15
2. Larangan dalam Bisnis
a. Menyembunyikan harga sebenarnya
Dalam hal ini Rasulullah bersabda yang artinya:
“dari Thowus, dari Ibnu Abbas RA berkata: Bersabda Rasullullah SAW
“Janganlah kamu menjemput para pedagang yang membawa dagangan
mereka sebelum diketahui harga pasaran dan janganlah orang kota
menjual barang yang diketahui orang desa”.Aku bertanya kepada Ibnu
Abbas: “Apa yang dimaksud dari sabda Rosul? Jawab Ibnu
Abbas,”Maksudnya,janganlah orang kota menjadi perantara bagi orang
desa”.
b. Riba
Dalam berbisnis hendaklah harus bersih dari unsur-unsur riba
yang telah jelas-jelas dilarang oleh Allah.sebaliknya menggalakkan
jual beli dan investasi.
c. Menipu
Islam mengharamkan penipuan dalam semua aktivitas
manusia,termasuk dalm kegiatan bisnis dan jual beli.memberikan
informasi yang tidak benar, mencampur barang yang baik dengan
buruk termasuk dalam kategori penipuan.

d. Mengurangi timbangan dan takaran


Salah satu cermin keadilan adalah menyempurnakan timbangan
dan takaran.inilah yang sring diulang dalan Al-Quran”Dan
sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar,dan timbanglah

15
Bambang Subandi, M.Ag, Etika Bisnis Islam (Surabaya: IAIN SA Press, 2014) 143-146.

22
dengan neraca yang benar itulah lebih utama bagimu dan baik
akibatnya.”
e. Mengukur Pembayaran Utang
Islam yang mewajibkan sikap adil dengan melunasi utang jika
sudah sanggup membayarnya,agar terlepas tanggungjawabnya.Jika
seseorang mampu membiayai utang tetapi ia tidak melakukannya
maka ia bertindak zalim.
f. Menjual Belikan yang Haram
Barang yang diperjual belikan haruslah barang yang halal baik
zat maupun sifat-sifatnya,bukan memperdagangkan barang-barang
yang telah diharamkan oleh Allah.
g. Ihtikar
Islam memberikan jaminan kebebasan pasar dan kebebasan
individu untuk melakukan bisnis,namun islam melarang perilaku
mementingkan diri sendiri,mengeksploitasi keadaan yang umumnya
didorong oleh sifat tamak sehingga menyulitkan dan menyusahkan
orang banyak.
h. Memakai sistem ijon

Akad jual beli yang mengandung unsur-unsur gharar dapat


menimbulkan perselisihan,karena barang yang diperjualbelikan tidak
diketahui dengan baik sehingga dapat dimungkinkan mengandung
unsur penipuan16

3. Hukum Makelar dalam Bisnis


a. Haram
1) Menjadi mediator/calo penjualan barang yang dibawa oleh
penduduk kampung ke pasar/kota tidak dibenarkan oleh Islam. Hal
ini berdasarkan hadits riwayat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhu berikut:
“Tidaklah dibenarkan bagi penduduk kota untuk menjualkan
barang milik penduduk desa.” Aku (Thawus, yaitu murid Ibnu

16
Dr. Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: PUSTAKA AL-KAUSTAR, 2001) 125.

23
Abbas) bertanya kepada Ibnu Abbas: “Apa yang dimaksud dengan
sabda beliau: ‘Penduduk kota menjualkan barang milik penduduk
desa’?” Beliau menjawab: “Yaitu tidak menjadi calo/mediator
penjualan.”(Muttafaqun ‘alaih)
2) Percaloan yang dilakukan oleh sebagian orang yang upahnya
diambilkan dari pembayaran/harga jual, tanpa sepengetahuan
pembeli. Dan ini tentu bertentangan dengan firman Allah Ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu.” (An Nisa’: 29)
3) Bila percaloan dilakukan oleh seorang pejabat negara atau pegawai
perusahaan yang bertugas untuk menangani masalah pengadaan
barang atau jasa atau lainnya, sedangkan atas pekerjaan dan
tugasnya itu, ia telah mendapatkan imbalan berupa gaji dari negara
atau perusahaan tersebut. Pada kasus semacam ini, tidak halal bagi
pegawai tersebut untuk meminta atau menerima fee dari
pelaksanaan tugas yang menjadi kewajiban atau berkaitan dengan
tugasnya tersebut.
b. Halal
Percaloan selain ketiga jenis di atas, insya Allah halal, selama
dilakukan dengan kesepakatan antara pemilik barang dan calo, atau
antara pembeli dan calo, atau antara mereka bertiga. (Jawaban ini
selaras dengan fatwa Komite Tetap Untuk Riset Ilmiyyah dan Fatwa
Kerajaan Saudi Arabia no: 19637 & 19912).

4. Hukum Bisnis Syariah

Hukum bisnis syariah juga diciptakan untuk menjamin keadilan dan


kepastian, serta diharpkan dapat berperan untuk menjamin ketenraman
warga masyarakat dalam mewujudkan tujuan tujuan hidupnya. Salah satu

24
aspek terpenting dalam uya mempertahankan eksistensi manusia dalam
masyarakat adalah membangun sistem perekkonomian yang dapt
mendukung upaya mewujudkan tujuan hidup itu.17
Sistem bisnis yang sehat seringkali bergantung pada sistem
perdagangan yang ssehat pula, sehingga masyarakat membutuhkan
seperangkat aturann yang dengan pasti dapat diberlakukan untuk menjamin
terjadinya sistem perdagangan tersebut.
Aturan-atuaran hukum hukum itu dibutuhkan karena :
a. Pihak-pihak yang terlibat dalam persetujuan bisnis itu membutuhkan
sesuatu yang lebih kuat dari pada sekedar janji serta itikad baik saja.
b. Adanya kebutuhan unuk menciptakan upaya-upaya hukum yang dapat
digunakan seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan
kewajibannya tidak memenuhi janjinya.
Sumber Hukum Bisnis Syariah adalah Al-Qur’an, Hadits (As-
Sunnah), ijma’, dan Ijtihad atau Qiyas. Asas Hukum Bisnis Syariah
meliputi, Asas Ilahiah atau Asas Tauhid, Asas Kebolehan (Mabda al-
Ibahah), Asas keadilan ( Al’Adalah ), Asas persamaan atau Kesetaraan,
Asas Kejujuran dan Kebenaran (Ash Shidiq), Asas Tertulis (Al Kitabah),
Asas Iktikad Baik (Asas Kepercayaan), Asas Kemanfaatan dan
Kemaslahatan, tidak terdapat ketentuan dalam AL-Quran dan Al-Hadist,
Asas Keseimbangan Prestasi, Asas Kepribadian (personalitas).
Nilai etika,moral,susila atau ahklak adalah nilai-nilai yang
mendorong manusia menjadi pribadi yang utuh seperti kejujuran,kebenaran,
keadilan,kemerdekaan, kebahagiaan dan cinta kasih. Apabila nilai etik ini
dilaksanakan akan menyempurnakan hakikat manusia seutuhnya.
Ada dua hal penting dalam kehidupan yang sejatinya tidak boleh
lepas yang satu dari yang lain, yaitu aktivitas bisnis dan aturan hukum.
Bisnis merupakan bagian dari aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Rasanya idaklah mungkin, dlam komunitas manusia, lepas dari
aktivitas bisnis ini, dimanapun dan kapanpun saja. Hanya saja,
bagaimanapun saja aktivita bisnis tidak boleh lepas dari kendali hukum

17
Djakfar, Muhammad. Hukum Bisnis, (Malang : Malang Press 2009) hal 10

25
yang mengatur atau memberi rambu-rambu yang harus ditaati oleh para
pelaku. Karena bisnis tanpa aturn yang jelas pasti aan terjadi distorsi
kehidupan yang merugikan masyarakat. Keterpurukan ekonomi nasional
pada prinsipnya karena supremasi hukum di Indonesia sangat lemah. Para
pelaku ekonomi (bisnis) melaksanakan profesinya seakan-akan lebih banyak
dipandu oleh keinginan masing-masing.18

5. Hukum Undian/Arisan

Undian berhadiah dikenal pula dengan lotere. Maksud lotere


menurut Ibrahim Husen adalah salah satu cara untuk menghimpun dana
yang dipergunakan untuk proyek kemanusiaan dan kegiatan social.
Undian berhadiah merupakan suatu pekerjaan yang sangat banyak
dilakukan oleh mayarakat kita pada umumnya. Karena aktifitas itu memang
mampu membuat seseorang terlena dengan promosi hadiah yang begitu
menarik. Adapun mengenai hukumnya, jika undian berhadih itu dilakukan
dengan niat mengharapkan hadiah dan disertai dengan cara taruhan atau
mengundi nasib, kalah atau menang maka hal itu hukumnya adalah haram.
Akan tetapi, jika undian berhadiah dilakukan hanya karena untuk
kepentingan umum dan demi kemaslahatan umat, dalam hal ini menurut
beberapa ulama undian berhadiah boleh-boleh saja dilakukan.19
Jika undian berhadiah diartikan sama dengan lotere yang di
dalamnya ada ungsur-unsur mengundi nasib, maka jelas hukumnya adalah
haram. Semua taruhan yang dengan cara mengadu nasib, yang sifatnya
untung-untungan dilarang keras oleh agama, sebagaimana dalam firman
Allah surah Al-Maidah ayat 90 yang berbuyi:

‫صابُ َو ْاالَ ْزالَ ُم ِرجْ سُ ِم ْن َع َم ِل ال ّش ْيطَا ِن فَا جْ تَنِبُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم‬


َ ‫ياَا يُّهَا الَّ ِذ ْينَ اَ َمنُوْ ااِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َمي ِْس ُر َو ْاالَ ْن‬
َ‫تُ ْفلِحُوْ ن‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,

18
Ali Hasan Manajemen Bisnis Syariah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2009) hal 59
19
Hendi Suhend Fiqh Muamalah (Jakarta : PT Raja Gravindo Persuda 2005) hal 317

26
adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maidah : 90)
Menurut beberapa ulama’ tentang hukum undian berhadiah atau lotere
adalah:
1. Menurut A. Hasan Bangil
Di dalam buku A. Hasan yang berjudul Soal Jawab tentang
Berbagai Masalah Agama dijelaskan bahwa kebanyakan para ulama’
mengharamkan lotre sekalipun hasil lotere tersebut digunakan untuk
derma(membangun sekolah, pesantren, madrasah diniyah, rumah jompo,
asrama yatim piatu, dan lain sebagainya). Pasalnya, menurut kebanyakan
ulama’, derma yang diberikan ini tidak atas dasar keikhlasan, sedangkan
dalam konteks islam, ikhlas merupakan salah satu masalah yang
dianggap pokok. Pada bait berikutnya A. Hasan menjelaskan bahwa
mengadakan (penyelenggaran lotere) adalah haram dan membelinya
adalah perbuatan yang dilarang (diharamkan).
2. Muhammad  Abduh 
Sebagai pengarang kitab tafsir al Manar berpendapat bahwa
umat Ilam diharamkan menerima uang hasil undian, baik secara
individual maupun secara kolektif. Alasannya ialah karena hal itu
termasuk memakan harta orang lain dengan cara yang bathil
3. Fuad Mohd. Fachruddin
Berpendapat bahwa lotere tidak termasuk salah satu perbuatan
judi (maisir) yang diharamkan karena illat judi atau maisir tidak terdapat
dalam lotere. Kemudian dikatakan  bahwa pembeli atau pemasang lotere
apabila bermaksud dan bertujuan hanya menolong dan mengharapkan
hadiah, maka tidaklah terdapat dalam perbuatan itu satu perjudian.
Apabila seseorang bertujuan semata-mata ingin memperoleh hadiah,
menurut Muhammad Fachruddin perbuatan itupun tidak termasuk
perjudian sebab ada perjudian keduabelah pihak berhadap-hadapan dan
masing-masing menghadapi kemenangan atau kekalahan.
4. A. Hasan

27
Berpendapat bahwa berdasarkan kaidah syara’, setiap sesuatu
yang dihasilkan (didapatkan) dari cara yang haram, haram pula benda
yang dihasilkannya. Jika dilihat dari sisi ini, maka penerimaan uang hasil
lotere adalah haram.20

D. Fatwa Dewan Syariah Nasional Pasar Modal

Fatwa DSN Nomor 40/DSN-MUI/X/2002 Tentang Pasar Modal dan Pedoman


Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal

BAB I

KETENTUAN UMUM PASAL 1

Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:

1. Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum


dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
2. Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum.

3. Efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan


perundang-undangan di bidang pasar modal yang akad, pengelolaan
perusahaan, maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah.
4. Shariah Compliance Officer (SCO) adalah pihak atau pejabat dari suatu
perusahaan atau lembaga yang telah mendapat sertifikasi dari DSN-MUI
dalam pemahaman mengenai prinsip-prinsip syariah di Pasar Modal.
5. Pernyataan Kesesuaian Syariah adalah pernyataan tertulis yang dikeluarkan
oleh DSN-MUI terhadap suatu efek syariah bahwa Efek tersebut sudah
sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah.
6. Prinsip-prinsip Syariah adalah prinsip-prinsip yang didasarkan atas ajaran
Islam yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI, baik ditetapkan dalam
fatwa ini maupun dalam fatwa terkait lainnya.

20
ibid hal 321

28
BAB II
PRINSIP-PRINSIP SYARIAH DI BIDANG PASAR MODAL
Pasal 2 : Pasar Modal
1. Pasar Modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai
emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagannya
dipandang telah sesuai dengan Syariah apabila telah memnuhi prinsip-
prinsip syariah.
2. Suatu efek dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila telah
memperoleh Pernyataan Kesesuaian Syariah.

BAB III
EMITEN YANG MENERBITKAN EFEK SYARIAH
Pasal 3 : Kriteria Emiten atau Perusahaan Publik
1. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara
pengelolaan perusahaan Emiten atau perusahaan Publik yang menerbitkan
Efek Syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 angka 1 di atas, antara lain:
a. Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
b. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional,
c. Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang
haram,
d. Produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa
yang merusak moral dan bersifat mudharat.
e. Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi
tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi
lebih dominan dari modalnya;
3. Emiten atau perusahaan publik yang bermaksud menerbitkan efek syariah
wajib untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai
dengan syariah atas efek syariah yang dikeluarkan.

29
4. Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah wajib
menjamin bahwa kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip syariah dan
memiliki syariah compliance officer.
5. Dalam hal emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah
sewaktu-waktu tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas, maka efek
yang diterbitkan dengan sendirinya sudah bukan sebagai efek syariah.

BAB IV
KRITERIA DAN JENIS EFEK SYARIAH
Pasal 4 : Jenis Efek Syariah
1. Efek syariah mencakup saham syariah, obligasi syariah, reksa dana
syariah, kontrak investasi kolektif efek baragun aset (KIKEBA) Syariah,
dan surat berharga lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Saham syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang
memenuhi kriteria sebagaimana tercantum dalam pasal 3, dan tidak
termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa.
3. Obligasi syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo.
4. Reksa dana syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan
dan prinsip Syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai
pemilik harga (shahib al-mal/rabb al-mal) dengan manajer investasi, begitu
pula pengelolaan dana investasi sebagai wakil shahib al mal, maupun
antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan penggunaan
investasi.
5. Efek beragun aset syariah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak
investasi kolektif EBA syariah yang berportofolio-nya terdiri dari aset
keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial,
tagihan yang timbul di kemudian hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh
lembaga keuangan, efek bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah,

30
sarana peningkatan investasi/arus kas serta aset keuangan setara yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
6. Surat berharga komersial syariah adalah surat pengakuan atas suatu
pembiayaan dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah.

BAB V
TRANSAKSI EFEK
Pasal 5 : Transaksi Yang Dilarang
1. Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta
tidak diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang didalamnya
mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan
kezhaliman.
2. Transaksi yang mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah,
maksiat dan kezhaliman sebagaimana dimaksud ayat 1 di atas meliputi:
a. Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu.
b. Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (Efek
Syariah) yang belum dimiliki (short selling);
c. Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam bentuk
memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang;
d. Menimbulkan informasi yang menyesatkan,
e. Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah dengan
fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian
pembelian efek syariah tersebut; dan
f. Ikhtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan
pengumpulan suatu efek syariah untuk menyebabkan perubahan harga
efek syariah, dengan tujuan mempengaruhi pihak lain,
g. Dan transaksi-transaksi lain yang mengandung unsur-unsur diatas.

Pasal 6 : Harga Pasar Wajar

Harga pasar dari efek syariah harus mencerminkan nilai valuasi kondisi
yang sesungguhnya dari aset yang menjadi dasar penerbitan efek tersebut

31
dan/atau sesuai dengan mekanisme pasar yang teratur, wajar dan efisien serta
tidak direkayasa.

BAB VI
PELAPORAN DAN KETERBUKAAN INFORMASI
Pasal 7

Dalam hal DSN-MUI memandang perlu untuk mendapatkan informasi, maka


DSN-MUI berhak memperoleh informasi dari Bapepam dan pihak lain dalam
rangka penerapan prinsip-prinsip syariah di pasar modal.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8

1. Prinsip-prinsip syariah mengenai pasar modal dan seluruh mekanisme


kegiatan terkait di dalamnya yang belum di atur dalam fatwa ini akan
ditetapkan lebih lanjut dalam fatwa atau keputusan DSN-MUI.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diperbaiki dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 16 Sya’ban 1423 H

23 Oktober 2002 M

E. Aplikasi dan Praktikum Prinsip dan Etika dalam Ekonomi dan Bisnis
Islam

Adapun penerapan etika bisnis dapat dilakukan pada tiga tingkatan,


yaitu; individual, organisasi, dan sistem. Pertama, pada tingkat individual, etika
bisnis mempengaruhi  pengambilan keputusan seseorang atas tanggungjawab
pribadinya dan kesadaran sendiri, baik sebagai penguasa maupun manajer.
Kedua, pada tingkat organisasi, seseorang sudah terikat kepada kebijakan
perusahaan  dan persepsi perusahaan tentang tanggungjawab sosialnya. Ketiga,

32
pada tingkat sistem, seseorang menjalankan kewajiban atau tindakan
berdasarkan sistem etika tertentu.

Realitasnya, para pelaku bisnis sering tidak mengindahkan etika. Nilai


moral yang selaras dengan etika bisnis, misalnya toleransi, kesetiaan,
kepercayaan, persamaan, emosi atau religiusitas hanya dipegang oleh pelaku
bisnis yang kurang berhasil dalam berbisnis. Sementara para pelaku bisnis
yang sukses memegang prinsip-prinsip bisnis yang tidak bermoral, misalnya
maksimalisasi laba, agresivitas, individualitas, semangat persaingan, dan
manajemen konflik.

Contoh nyata praktek etika bisnis islam adalah sebagai berikut:

Seorang penjual sayuran, dimana penjual tersebut membedakan antara


sayuran yang sudah tidak segar/lama dengan sayuran yang masih baru. Hal ini
terlihat jelas bahwa etika bisnis islam mengajarkan tentang mutu barang yang
dijual belikan. Sayuran yang sudah layu/lama dengan sayuran yang masih
segar akan tentunya berbeda mutu sehingga berbeda pula harganya. Makadari
itu penjual tidak boleh mencampurkan sayuran yang sudah layu dengan yang
masih segar kemudian dijual sesuai dengan harga sayuran segar.

Selain itu contohnya adalah seorang pedagang beras. Dalam berjualan


seorang pedagang harus membedakan beras sesuai dengan jenis dan harganya.
Beras dengan jenis yang berbeda tidak boleh dicampur jadi satu dan dijual
dengan harga yang sama. Begitu juga dengan penjual minyak goreng (minyak
kelapa). Pedagang minyak goreng selalu membedakan antara minyak goreng A
dengan minyak goreng B dan biasanya harganya juga berbeda sesuai dengan
jenisnya. Mereka tidak mencampur minyak tersebut dan menjualnya dengan
harga satu jenis.

F. Problem Etika Bisnis

Secara umum masalah-masalah yang sering di jumpai dalam pelanggaran


etika bisnis dapat diklasifikasikan dalam lima kategori. Klasifikasi masalah
tersebut yaitu :

33
1. Suap (Bribery) Barangsiapa menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia
mengetahui atau patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau janji
itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu
dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya
yang menyangkut kepentingan umum, dipidana karena menerima suap
dengan pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) tahun atau denda
sebanyak-banyaknya Rp.15.000.000.- (lima belas juta rupiah) (Pasal 3 UU
3/1980).
2. Paksaaan (Coercion) Pemaksaan adalah praktek memaksa pihak lain untuk
berperilaku dengan cara spontan (baik melalui tindakan atau tidak
bertindak) dengan menggunakan ancaman, intimidasi, penipuan, atau
bentuk lain dari tekanan atau kekuatan. Tindakan seperti itu digunakan
sebagai leverage, untuk memaksa korban untuk bertindak dengan cara
yang dikehendaki. Pemaksaan mungkin melibatkan hukuman fisik yang
sebenarnya sakit / cedera atau kerusakan psikologis dalam rangka untuk
meningkatkan kredibilitas dari sebuah ancaman. Ancaman bahaya lebih
lanjut dapat menyebabkan kerjasama atau ketaatan orang yang dipaksa.
Penyiksaan adalah salah satu contoh yang paling ekstrem yaitu pemaksaan
sakit parah yang diderita korban untuk mengekstrak informasi yang
dikehendaki dari partai disiksa.
3. Penipuan (Deception) Pasal 378 KUHP di atas, maka R. Sugandhi (1980 :
396-397) mengemukakan pengertian penipuan bahwa : Penipuan adalah
tindakan seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, nama
palsu dan keadaan palsu dengan maksud menguntungkan diri sendiri
dengan tiada hak. Rangkaian kebohongan ialah susunan kalimat-kalimat
bohong yang tersusun demikian rupa yang merupakan cerita sesuatu yang
seakan-akan benar.
4. Pencurian (Theft) Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur -
unsurnya dirumuskan dalam pasal 362 KUHP, adalah berupa rumusan
pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi : "Barang siapa
mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain,
dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena

34
pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling
banyak Rp. 900,00".
5. Diskrimi-nasi tidak jelas (Unfair Discrimination) Adalah perlakuan tidak
adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh
ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama.

BAB III

Penutup

Kesimpulan
Etika bisnis adalah pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memerhatikan norma dan moralitas universal dan secara
ekonomi atau sosial, di mana penerapan norma dan moralitas itu menunjang
maksud dan tujuan kegiatan bisnis. Etika Bisnis Islam mengarahkan kegiatan

35
bisnis sesuai dengan koridor Syari’ah Islam. Penyesuaian ini meliputi dua hal,
yaitu etos dan etis. Etos Islam berkaitan dengan semangat kerja yang
dikehendaki Syari’ah. Tidak sedikit teks al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW yang
menampilkan keutamaan bisnis, kerja mandiri, serta perintah pemanfaatan
kekayaan alam. Sementara itu, etika Islam membatasi gerakan bisnis agar tidak
terjerumus pada wilayah yang diharamkan. Jadi, bisnis lslam yang etis ditantang
untuk bentuk menggali inovasi bentuk bisnis dari al-Qur'an dan Hadis Nabi serta
mencari solusi atas perkembangan bisnis yang semakin pesat.
Adapun prinsip etika ekonomi yaitu prinsip otonomi, prinsip kejujuran,
prinsip tidak berbuat jahat (non-maleficence) dan prinsip berbuat baik
(beneficence), prinsip keadilan, prinsip hormat kepada diri sendiri. Sedangkan
prinsip etika bisnis dalam islam yaitu : keesaan, keseimbangan, kehendak bebas,
tanggung jawab, dan kebajikan.
Didalam fiqih muamalah kontemporer prinsip dan etika dalam ekonomi
dan bisnis islam dalam dibagi menjadi lima yaitu: Hukum Bisnis yang Sah,
Larangan dalam Bisnis, Hukum Makelar dalam Bisnis, Hukum Bisnis Syariah,
Hukum Undian atau Arisan.
Adapun penerapan etika bisnis dalam kehidupan sehari-hari dapat
dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu; individual, organisasi, dan sistem.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Mustaq. 2001 Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: PUSTAKA AL-
KAUSTAR
Azizah,Imroatul. 2007. Perjudian Dan Spekulasi Dalam Bisnis. Surabaya:
ALPHA

Djakfar, Muhammad. 2009. Hukum Bisnis. Malang: Malang Press.

36
Fauzia, Ika Yunia Fauzia. 2014. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: KENCANA

Hasan, Ali. 2009. Manajemen Bisnis Syariah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhammad. 2004. Etika Bisnis Islam. Yogyakarta: Akademi Manajemen


Perusaan YKPN.

Subandi, Bambang. 2014. Etika Bisnis Islam. Surabaya: IAIN SA Press

Suhendi, Hendi. 2005. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Gravindo Persuda

Wigati, Sri. 2014. Kewirausahaan Islam. Surabaya: UINSA Press

37

Anda mungkin juga menyukai