Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN NY.

E DENGAN DIAGNOSA NYERI AKUT


PADA LANSIA PENDERITA ASAM URAT
DI PUSKESMAS BATULAYANG PONTIANAK UTARA

Dosen Pengampu:
Ns. Debby Hatmalyakin., M.Kep
Disusun oleh:
Dwi Rahmadani 841204007

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI PONTIANAK
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA NY.E DENGAN DIAGNOSA NYERI AKUT PADA LANSIA
PENDERITA ASAM URAT DI PUSKESMAS BATULAYANG, PONTIANAK UTARA”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Diploma III Jurusan Keperawatan, STIKES YARSI PONTIANAK. Penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini dapat diselesaikan bukan hanya karena usaha penulis sendiri melainkan berkat
bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung
baik secara material maupun moril. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Bapak Ns. Uti Rusdian Hidayat. M.Kep selaku Ketua Stikes Yarsi Pontianak yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun Kaya Tulis Ilmiah ini sebagai
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga Jurusan
Keperawatan
2. Ibu Ns.Nurul Hidayah, M.Kep. selaku ketua Prodi DIII STIKes YARSI Pontianak.
3. Bapak Ns. Debby Hatmalyakin. M.Kep yang telah membantu penulis menyeleasaikan
Karya Tulis Ilmiah ini
4. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberi motivasi, memberi doa serta
dorongan dan semangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini
masih banyak kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Pontianak, 20 November 2022

i
Peneliti

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang......................................................................................................1
B. Batasan masalah……………………………………………………………….. 3
C. Rumusan Masalah................................................................................................4
D. Tujuan..................................................................................................................4
E. Manfaat................................................................................................................4

BAB II. TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep penyakit Asam urat


1. Definisi...........................................................................................................6
2. Etiologi ..........................................................................................................6
3. Manifestasi klinis ..........................................................................................8
4. Patofisiologi...................................................................................................8
5. Pathway .........................................................................................................9
6. Komplikasi.....................................................................................................10
7. Penatalaksanaan ............................................................................................10
8. Pemeriksaan penunjang.................................................................................11
B. Konsep Asuhan keperawatan dasar
1. Pengkajian .....................................................................................................11
2. Diagnosa keperawatan...................................................................................13
3. Perencanaan ..................................................................................................13
4. Implementasi..................................................................................................16
5. Evaluasi .........................................................................................................16

BAB III. METODE PENELITIAN.....................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................21

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai pendahuluan yang dimana terdiri dari latar belakang, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat.

A. Latar Belakang
Menurut WHO (2015) Penyakit asam urat atau penyakit gout merupakan penyakit
yang muncul akibat zat purin yang berlebih dalam tubuh. zat purin ini sebenarnya dapat
di olah tubuh menjadi asam urat. penyakit asam urat mengalami kenaikan jumlah
penderita hingga dua kali lipat antara tahun 1990-2010. Pada orang dewasa di Amerika
Serikat penyakit gout mengalami peningkatan dan mempengaruhi 8.3 juta (4%) orang
Amerika. Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap 100.000
orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di bawah 34 tahun
sebesar 32% dan di atas 34 tahun sebesar 68% (WHO, 2015). Asam urat disebut juga
artritis gout termasuk suatu penyakit degeneratif yang menyerang persendian, dan paling
sering dijumpai di masyarakat terutama dialami oleh lanjut usia (lansia) (Simamora &
Saragih, 2019). Lanjut usia atau lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akir dari fase akir kehidupannya (Ekasari et al., 2019).
Umumnya penyakit asam urat ini menyerang para lansia. Seseorang dikatakan lansia jika
usia nya lebih dari atau sama dengan 60 tahun. Klasifikasi lansia menurut WHO adalah
elderly 60-74 tahun, old 75-89 tahun, Very Old diatas 90 tahun. Lansia secara fisiologis
terjadi kemunduran fungsi-fungsi dalam tubuh yang menyebabkan lansia rentan terkena
gangguan kesehatan (Kuniano, 2015)
Menurut Kemenkes (2013) penyakit sendi di Indonesia sebesar 11,9% dan
berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 24.7%, sedangkan berdasarkan daerah diagnosis
nakes tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa barat 32,1% dan Bali 30%.
Di peroleh data medik di RS Sulawesi tenggara pada tahun 2015 didapatkan data yang
terkena asam urat dari 202 orang dengan jumlah kejadian kasus 62 kasus, pada tahun
2016 dari 186 orang terdapat 91 kasus, sedangkan pada tahun 2017 terdapat 21 kasus
dengan total pemgunjung sebanyak 52 orang. Menurut Riskesdas (2018) penderita asam
urat di Kalimantan Barat 19.738 atau 9,57% orang yang terkena asam urat dan

1
mengalami peningkatan pada tahun 2018 sebanyak 10,33% (Hudayati & Hidayat, 2022).
Kota Pontianak menjadi kota terbanyak mengalami penyakit asam urat di Kalimantan
Barat yaitu sebanyak 2.649 atau 9,83% orang yang terkena asam urat pada tahun 2018.
Adapun faktor-faktor genetik serta pola hidup seperti aktivitas yang kurang sehat, asupan
makanan yang mengandung purin seperti kacang-kacangan dan buncis (Arjani et al.,
2018). Faktor tersebut menyebabkan kondisi asam urat baik yang memiliki gejala
ataupun tanpa gejala awal.
Salah satu penyebab yang mempengaruhi kadar asam urat adalah olahraga terlalu
berat atau aktivitas fisik yang terlalu berat. Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan
tubuh yang diakibatkan kerja otot rangka dan meningkatkan pengeluaran tenaga serta
energi. Aktivitas ini mencakup aktivitas yang dilakukan di sekolah, di tempat kerja,
aktivitas dalam keluarga atau rumah tangga, aktivitas selama dalam perjalanan dan
aktivitas lain yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang sehari-hari (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Aktivitas yang dilakukan oleh setiap orang erat
kaitanya dengan kadar asam urat dalam darah semakin berat aktivitas yang dilakukan
maka semakin tinggi kadar asam urat seseorang. Semakin berat aktivitas fisik yang
dilakukan dan berlangsung jangka panjang, maka semakin banyak asam laktat yang
diproduksi (Pursriningsih & Panunggal, 2015).
Permasalahan yang muncul pada penyakit asam urat perlu mendapatkan
penanganan sehingga penderita tidak mengalami komplikasi yang membahayakan.
Penanganan asam urat dapat dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi.
Penanganan secara farmakologi menggunakan obat-obatan asam urat berupa Allopurinol,
Urikosurik, dan Kolkisin. Pengobatan farmakologi banyak menyembuhkan asam urat
namun pengobatan ini dapat menimbulkan efek samping seperti gangguan pencernaan,
memicu munculnya ruam kulit, dan berkurangnya jumlaj sel darah putih dan kerusakan
pada hati (Junaidi, 2013). Oleh karena itu metode non farmaklogi menjadi alternatif
pasien dalam mengatasi penyakit asan urat. Beberapa metode non farmaklogi yang dapat
digunakan berupa rendam kaki dengan rebusan air jahe.
Rendam kaki dengan rebusan air jahe merupakan salah satu terapi komplementer
yang dapat digunakan untuk menurunkan rasa nyeri pada penderita asam urat. Rendam
kaki menggunakan air jahe dapat secara efektif mengatasi pasien dengan dibuktikan

2
melalui penelitian. Penelitian yang di lakukan oleh (Haksara & Rahmanti, 2022)
menjelaskan bahwa rendam kaki menggunakan rebusan air jahe dapat menurunkan nyeri
dari skala 8 menjadi skala 3 di Kabupaten Magelang. Penelitian lain yang sama juga
menjelaskan bahwa rendam kaki dengan rebusan air jahe dapat menurunkan nyeri pada
lansia dengan asam urat (Liana, 2019). Dapat disimpulkan bahwa penerapan terapi
rendam kaki menggunakan rebusan air jahe sangat efektif diterapkan untuk penurunan
tingkat nyeri pada pasien asam urat.
Hasil studi sampel dalam penelitian adalah lansia yang mengalami nyeri asam
urat sebanyak 32 orang dengan tekhnik total sampling. Instrument penelitian Numeric
Rating Scale. Uji statistik yang digunakan uji Wilcoxon dan uji Mann whitney U. Hasil
penelitian didapatkan ada perbedaan rerata skor nyeri arthritis gout antara sebelum dan
setelah diberikan terapi rendam kaki dengan jahe hangat p value= 0,000. Ada perbedaan
rerata skor nyeri arthritis gout antara sebelum dan setelah diberikan terapi rendam kaki
dengan air hangat p value= 0,002. Hasil uji statistic dengan uji Mann whitney U
didapatkan tidak ada perbedaan rerata skor nyeri arthritis gout sebelum dan setelah
diberikan terapi rendam kaki dengan jahe hangat dan terapi rendam kaki dengan air
hangat p value= 0,217. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terapi rendam kaki dengan jahe
hangat dan terapi rendam kaki dengan air hangat mempunyai efektifitas yang sama dalam
menurunkan nyeri arthritis gout.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu adanya solusi alternatif yang dapat
membantu pasien dalam mengatasi permasalahan asam urat. Rendam kaki dengan
rebusan air jahe dapat menjadi pilihan dalam mengatasi permasalahan pasien. Peneliti
tertarik untuk menerapkan terapi rendam kaki dengan rebusan air jahe dalam menurunkan
nyeri pada penderita asam urat pada Ny. E di wilayah puskesmas Batulayang, Kalimantan
Barat.
B. Batasan Masalah
Batasan masalah pada laporan ini berupa Penerapan Rendam kaki dengan rebusan air
jahe dalam menurunkan tekanan darah pada Ny. E dengan asam urat di Puskesmas
Batulayang, Kalimantan Barat.

3
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada laporan ini yaitu bagaimana Penerapan Pemberian
kombinasi rendam kaki menggunakan rebusan air jahe dalam menurunkan nyeri pada
pada Ny. E dengan asam urat di puskesmas Batulayamg, Kalimantan Barat?
D. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulisan karya ilmiah akhir Ners (KIAN) ini bertujuan untuk menganalisa
penerapan pemberian kombinasi Progresive muscle relaxation dan aromaterapi
lavender dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi pada pasien
di wilayah kerja Puskesmas Senakin
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep penyakit Asam Urat
b. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
nyeri akut pada asam urat
c. Menjelaskan rancangan penelitian yang akan dilakukan pada lansia
dengan gangguan nyeri akut pada asam urat.
E. Manfaat
Setiap hasil karya tulis harus dapat berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan
penulis itu sendiri, maka terdapat beberapa manfaat dari karya tulis ini, yaitu:
1. Pelayanan kesehatan
Menjadi salah satu alternatif terapi dalam mengatasi permasalahan asam urat
pasien yang mengalami efek samping dari pengobatan.
2. Pendidikan
Sebagai dasar pengembangan dan referensi terkait efektivitas penerapan rendam
kaki dengan rebusan air jahe dalam menurunkan nyeri pada pasien dengan asam
urat.
3. Pasien
Dapat menjadi terapi rutinitas yang dapat dilakukan oleh pasien dalam rangka
menurunkan nyeri pada asam urat.

4
4. Keluarga
Keluarga mengedukasikan terapi ini ke orang lain untuk menurunkan nyeri pada
penderita asam urat.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep penyakit asm urat


1. Definisi
Asam urat merupakan produk akhir dari pemecahan atau penguraian purin
di dalam tubuh. Katabolisme melibatkan proses metabolisme tubuh yang
memecah substrat kompleks menjadi molekul yang lebih kecil. Kadar asam urat
berhubungan erat dengan produksi purin dan asupan purin. Purin yang dipecah
berubah menjadi asam urat di dalam tubuh. Asam urat yang dihasilkan oleh
limbah ini harus dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal melalui urin dan sebagian
kecil melalui feses. Kadar normal asam urat tergantung pada usia dan jenis
kelamin. Pada kondisi tertentu, ginjal tidak dapat mengeluarkan asam urat secara
seimbang sehingga terjadi penumpukan atau kelebihan asam urat dalam darah.
Penumpukan asam urat ini berbentuk kista dan bisa terjadi di persendian atau di
ginjal itu sendiri. Kondisi akumulasi ini disebut drop atau sering drop (Herliana,
2013).
Asam urat merupakan penyakit degeneratif yang prevalensinya meningkat
seiring bertambahnya usia (Lusiana et al., 2019). Dikenal juga sebagai artritis
gout, termasuk penyakit degeneratif pada persendian, asam urat paling banyak
terjadi di masyarakat terutama pada usia lanjut (Simamora & Saragih, 2019).
Lansia atau lanjut usia adalah kelompok usia orang yang telah mencapai tahap
akhir hidupnya (Ekasari et al., 2019). Gout biasanya menyerang orang tua.
Seseorang dianggap lanjut usia jika usianya minimal 60 tahun. Menurut WHO,
lansia diklasifikasikan sebagai usia 60-74, 75-89 dan sangat tua di atas 90 tahun.
Secara fisiologis lansia mengalami penurunan fungsi tubuh yang membuat lansia
rentan terhadap gangguan kesehatan (Kuniano, 2015).
2. Etiologi
(Sutanto et al., 2013), secara garis besar penyebab terjadinya asam urat
(gout arthritis) disebaban oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer

6
99%-nya belum diketahui (idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi
faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme
yang dapat mengakibatkan peningkatan produksi asam urat atau bisa juga
disebabkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Faktor
sekunder, meliputi peningkatan produksi asam urat, terganggunya proses
pembuangan asam urat, dan kombinasi kedua penyebab tersebut.
Faktor resiko yang menyebabkan seseorang mengalami peningkatan kadar
asam urat menurut (Putri, 2017) yaitu penurunan eksresi asam urat, peningkatan
kadar asam urat sehingga produksinya mengalami peningkatan atau bisa juga
terjadi karena kedua nya. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi resiko
terkena nya penyakit Gout Athritis adalah:
a. Usia Bertambahnya umur berpengaruh terhadap penyakit asam urat, hal ini
terjadi karena terjadi karena adanya penurunan proses kerja tubuh.
b. Genetik Riwayat keturunan juga dapat berpotensi terhadap penyakit ini yang
kemudian di tunjang dengan faktor lingkungan lain.
c. Jenis kelamin Jenis kelamin juga dapat menjadi faktor yang memicu terjadinya
hiperurisemia karena pada laki-laki menunjukkan kadar yang lebih tinggi
dibandingkan wanita, hal tersebut dapat terjadi karena hormon esterogen yang
dimiliki wanita mampu mempercepat proses eksresi asam urat.
d. Obesitas Obesitas memiliki keterkaitan dengan penyakit degeneratif bukan
hanya hiperurisemia yang dapat berpotensi pada penderita obesitas namun juga
beberapa penyakit degeneratif lain nya seperti diabetes mellitus tipe II, stroke,
hipertensi, penyakit kardiovaskuler, dislipedemia, dsb.
e. Obat-obatan Seseorang yang menggunakan jenis obat tertentu berpotensi
mengalami hiperurisemia namun beberapa obat memiliki kemampuan untuk
mempercepat proses eksresi. Jenis urikosurik seperti provenesia dan sufipirazon
merupakan contoh obat yang berperan dalam eksresi asam urat. Jenis obat tertentu
juga dapat menghambat eksresi asam urat salah satunya adalah obat jenis aspirin.
f. Latihan fisik dan kelelahan Latihan fisik yang berat akan memperburuk
kondisi keseimbangan tubuh sehingga peran kerja organ tubuh terganggu

7
3. Manifestasi klinis
Gejala penyakit Gout Athritis ditandai dengan adanya nyeri yang terjadi
karena penumpukan endapan kristal monosodium urat pada sendi (Efendi, 2018).
Gout Athritis juga ditandai dengan adanya peradangan pada sendi yang terjadi
pada pangkal ibu jari, kemudian diikuti oleh beberapa gejala lain seperti:
timbulnya nyeri, kulit diatas sendi mengalami kemerahan, dan terjadinya bengkak
(Putri, 2017). Penyakit ini juga dapat terjadi tanpa disertai dengan gejala yang
signifikan walaupun kadar asam urat dalam tubuh meningkat.
4. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat
akan mengasilkan akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon
Inflamasi. Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout
Arthritis salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam
Urat dalam darah. Mekanisme serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui
beberapa fase secara berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium
Urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl.
Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa,
tendon, dan selaputnya. Kristal Urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh
berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil
untuk berespon terhadap pembentukan kristal. Pembentukan kristal menghasilkan
faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit dan selanjutnya akan terjadi
Fagositosis Kristal oleh leukosit (Amin & Hardhi, 2015).
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom dan akhirnya
membran vakuala disekeliling oleh kristal dan membram leukositik lisosom yang
dapat menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi
ikatan hidrogen antara permukaan Kristal membram lisosom. Peristiwa ini

8
menyebabkan robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal
kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Setelah terjadi
kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang
menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan(Amin &
Hardhi, 2015). Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh
lain, maka Asam Urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-
garam urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di
seluruh tubuh, penumpukan ini disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon
inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya
merusak jaringan tetapi juga menyebabkan inflamasi. Serangan Gout Arthritis
Akut awalnya biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi
hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini timbul rasa nyeri berat yang
menyebabkan tulang sendi terasa panas dan merah. Tulang sendi
Metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata
kaki, tumit, lutut dan tulang sendi pinggang. Kadangkadang gejala yang dirasakan
disertai dengan demam ringan (Cahyo, 2020).
Periode Interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama
serangan Gout Arthritis. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua pada
bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut
dengan Poliartikular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun
lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan Gout
Arthritis Akut atau Gout Arthritis Kronik ditandai dengan Polyarthritis yang
berlangsung sakit dengan Tofi yang besar pada kartigo, membrane sinovial,
tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari tangan, kaki, lutut, ulna, helices
pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti ginjal (Cahyo, 2020).
5. Pathway

9
6. Komplikasi
Penyakit Ginjal dapat terjadi pada klien Gout Arthitis yang tidak di
tangani. Kristal urat menumpuk di jaringan interstisial ginjal. Kristal asam urat
juga terbentuk dalam tubula pengumpulan pelvis, ginjal, dan ureter, dan
membentuk batu. Batu dapat memiliki ukuran yang beragam dari butiran pasir
sampai struktur manif yang mengisi ruang ginjal. Batu asam urat dapat berpotensi
mengobtruksi aliran urin dan menyebakan gagal ginjal akut (ALVANDO et al.,
2022).
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Amin & Hardhi, 2015). Penanganan Gout Arthritis biasanya
dibagi menjadi penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada
beberapa tahapan dalam terapi penyakit ini :
1. Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.
2. Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat pada
jaringan, terutama persendian
3. Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
4. Terapi non-farmakologi, merupakan strategi esensial dalam penanganan Gout
Arthritis, seperti istirahat yang cukup, menggunakan rendam kaki menggunakan
rebusan air jahe, modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan
berat badan.
5.Terapi Farmakologi, Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan
serangan akut dan penanganan serangan kronis.
a. Serangan akut Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya
Indometasin 200 mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini
pertama dalam menangani serangan Gout Arthritis Akut, asalkan tidak ada kontra
indikasi terhadap NSAID.

10
b. Serangan Kronis Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan faktor
penting untuk mencegah terjadinya serangan Gout Arthritis Akut, Gout
Tophaceous Kronis, keterlibatan ginjal dan pembentukan batu Asam Urat. Kapan
mulai diberikan obat penurun kadar Asam Urat masih kontroversi.

8. Pemeriksaan penunjang
Dalam pemeriksaan kadar asam urat dapat dilakukan melalui 3 metode, yaitu
(Novia, 2020)
a. Metode kimia, memiliki presisi yang lebih baik, lebih sensitive dan lebih
akurat namun harganya cenderung lebih mahal.
b. Metode enzimatik, merupakan metode pemeriksaan dengan cara asam urat
dioksidasi oleh uricase menjadi allatoin dan hydrogen peroksida, metode ini
memiliki kelebihan lebih spesifik, tetappi dibutuhkan pengondisian yang tidak
mudah.
c. Metode stik, dilakukan dengan menggunakan alat UA Sure Blood Uric Meter.
Strip pemeriksaan dirancang dengan sedemikian rupa, sehingga saat darah
diteteskan pada zona reaksi dari strip, katalisator asam urat memicu oksidasi asam
urat dalam darah tersebut.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DASAR


1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam
mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang
diharapakan dari klien (Iqbal & Wahyuni, 2015)
Fokus pengkajian pada Lansia dengan Gout Arthritis:
1) Identitas Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.
2) Keluhan Utama Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri
dan terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.
3) Riwayat Penyakit Sekarang Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot
sendi. Sifat dari nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik

11
dan nyeri yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan
sendi, umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri yang
dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi, keluhan
biasanya dirasakan sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan pada Gout
Arthritis Kronis didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar
4) Riwayat Penyakit Dahulu Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah
keluhan penyakit Gout Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat
pertolongan sebelumnya dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan
Hipertensi.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.
6) Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien dalam
lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan individu dengan
rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya
sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan
akan program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik
akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap
konsep diri yang maladaptif.
7) Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi Purin.
8) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut
hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi dilakukan
dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati daerah keluhan
klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam.
Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti
benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan
pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan
serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal.

12
9) Pemeriksaan Diagnosis
(1) Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.
(2) Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).
(3) Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.
(4) Pemeriksaan Radiologi.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti
tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan
masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran
tentang masalah dan status kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun yang
mungkin terjadi (potensial) (Iqbal & Wahyuni, 2015).

Menurut (Nanda et al., 2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout
Arthritis yang telah disesuaikan dengan (PPNI, 2017) adalah:

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).

3) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (D.0074).

3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Iqbal &
Wahyuni, 2015).

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


keperawatan hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan
berhubungan asuhan pengkajian nyeri
dengan agen keperawatan secara
cedera biologis diharapkan nyeri komprehensif

13
(D.0077). hilang atau termasuk lokasi,
terkontrol dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil : 1. frekuensi dan
Melaporkan Bahwa kualitas nyeri.
Nyeri Berkurang 2.Pantau kadar
Dengan Mengguna asam urat.
Kan Manajemen 3.Observasi reaksi
Nyeri. nonverbal dari
2. Mampu ketidaknyamanan.
Mengenali Nyeri 4.Ajarkan teknik
(Skala, Intensitas, non farmakologi
Frekuensi Dan rileksasi napas
Tanda Nyeri). dalam.
3. Menyatakan 5.Posisikan klien
Rasa Nyaman agar merasa
Setelah Nyeri nyaman, misalnya
Berkurang. sendi yang nyeri
diistarahatkan dan
diberikan bantalan.
6.Kaloborasi
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri yang
tidak berhasil.
2 Gangguan Setelah dilakukan .1 Monitor vital sign
mobilitas fisik asuhan sebelum dan
berhubungan keperawatan sesudah latihan.
dengan nyeri diharapkan klien 2.Kaji tingkat
persendian mampu melakukan mobilisasi klien.
(D.0054). rentan gerak aktif 3. Bantu klien untuk
dan ambulasi melakukan rentan

14
secara perlahan gerak aktif maupun
dengan kriteria rentan gerak pasif
hasil : pada sendi.
1. Klien meningkat 4. Lakukan
dalam aktivitas ambulasi dengan
fisik. alat bantu (misalnya
2. Mengerti tujuan tongkat, kursi roda,
dari peningkatan walker, kruk).
mobilisasi. 5. Latih klien dalam
3.Memperagaan pemenuhan
penggunaan alat kebetuhan ADLs
bantu secara mandiri
sesuai kemampuan.
3 Gangguan rasa Setelah dilakukan .1 Identifikasi
nyaman asuhan tingkat kecemasan.
berhubungan keperawatan 2. Gunakan
dengan gejala diharapkan status pendekatan yang
terkait penyakit kenyamanan menenangkan.
(D.0074). meningkat dengan 3. Temani klien
kriteria hasil : untuk memberikan
1. Mampu keamanan dan
mengontrol mengurangi takut.
kecemasan. 4 .Dengarkan
2. Status dengan penuh
lingkungan yang perhatian.
nyaman. 5. Dorong klien
3. Dapat untuk
mengontrol nyeri. mengungkapkan
4. Kualitas tidur perasaan, ketakutan,
dan istirahat persepsi.
adekuat. 6. Instruksikan klien

15
menggunakan
teknik rileksasi.
7. Kaloborasi
pemberian obat
untuk mengurangi
kecemasan.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Perry et al., 2013).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008).

16
BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas tentang pendekatan yang akan digunakan dalam menyelenggarakan
studi kasus.

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk melakukan suatu
penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian (Dharma-Wardana et al., 2015).
Desain penelitian adalah pendoman atau prosedur serta teknik dalam perencanaan penelitian
yang sebagai panduan untuk membangun strategi yang menghasilkan model atau blue print
penelitian (Siyoto & Sodik, 2015).

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian pendekatan
studi kasus yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah atau fenomena dengan batasan
terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber
informasi serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa dan aktivitas individu. Studi kasus pada
penelitian ini adalah anak dengan Asam urat.

B. Batasan Istilah

Dalam batasan masalah ini peniliti dapat menjabarkan hasil studi kasus tentang Asuhan
keperawatan pada Ny. E dengan nyeri akut pada lansia penderita penyakit asam urat dengan cara
melakukan pendekatan dan wawancara pada partisipan.

Asam urat merupakan produk akhir dari pemecahan atau penguraian purin di dalam tubuh.
Katabolisme melibatkan proses metabolisme tubuh yang memecah substrat kompleks menjadi
molekul yang lebih kecil. Kadar asam urat berhubungan erat dengan produksi purin dan asupan
purin. Purin yang dipecah berubah menjadi asam urat di dalam tubuh. Asam urat yang dihasilkan
oleh limbah ini harus dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal melalui urin dan sebagian kecil
melalui feses. Kadar normal asam urat tergantung pada usia dan jenis kelamin.

17
C. Partisipan

Partisipan yang akan diambil oleh peneliti pada penelitian ini adalah dengan karakteristik pada
lansia yang mengalami asam urat yang berusia 60 tahun dan keluarga yang mendampingi selama
masa perawatan di Puskesmas Batulayang, Pontianak Utara

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Studi kasus ini akan dilakukan di Puskesmas Batulayang, Pontianak Utara dalam jangka waktu
dari bulan Oktober sampai dengan perkiraan di bulan November 2022.

E. Pengumpulan Data

Pada penelitian ini peneliti akan melakukan pengumpulan data dengan metode pengumpulan
data yang sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah suatu perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari
adanya rangsangan. Dalam penelitian pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang
antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah taraf aktivitas tertentu atau
situasi tertentu yang ada hubunganya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2012)

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode observasi pastisipatif yaitu dengan
melakukan asuhan keperawatan pada asam urat.

2. Metode Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk pengumpulan data, dimana peneliti
mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian
(Notoatmodjo, 2012).

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data riwayat kesehatan masa lalu dan data subyektif
terkait kondisi anak saat dikaji.

3. Studi Dokumentasi

18
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa bertentu tulisan,
gambar, atau karya-karya dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya seperti
catatan harian, kebijakan, sejarah kehidupan, kriteria, peraturan, dan biografi. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif (Sugiyono, 2014).

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan studi dokumentasi dengan cara mendapatkan
data dari rekam medis, catatan asuhan keperawatan dan hasil pemeriksaan laboratorium.

F. Analisa Data

Pada penelitian ini dengan studi kasus, partisipan akan diambil data dengan hasil wawancara,
observasi, dan dokumentasi yaitu dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Diambil dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.

2. Mereduksi Data

Data hasil dari wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan dalam satu
bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan
hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.
Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari klien.

4. Kesimpulan

Data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian
terdahulu dan secara teoritis. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang
dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

G. Etika Penelitian

Pertimbangan etik yang digunakan dalam studi kasus ini berdasarkan pada pedoman etik
penelitian, yaitu (Nursalam et al., 2015) :

19
1. Informed Consent (pesetujuan menjadi klien)

Informed Consent adalah informasi secara lengkap tentang tujuan riset yang akan dilaksanakan
dan mempunyai kebebasan dalam berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Responden
diberikan lembar persetujuan beserta penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian. Jika
menandatangani lembar persetujuan tersebut berarti bersedia, tetapi jika subjek tidak besedia
menjadi responden maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghargai haknya. Dalam penelitian
ini, persetujuan diwakilkan kepada orang tua.

2. Anonymity (tanpa nama)

Anonymity adalah kerahasiaan identitas atau biodata responden. Untuk menjaga kerahasiaan
responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan
memberi nomor kode (nama inisial) pada masing-masing lembar untuk menjaga privasi.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality adalah kerahasiaan informasi kelompokdata tertentu sebagai hasil riset. Segala
informasi yang diperoleh dari responden peneliti bersedia menjamin kerahasiaannya, hanya pada
kelompok data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

4. Beneficience (berbuat baik)

Beneficience berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan
kebaikan menjadi konflik dengan otonomi (Mangara et al., 2021).

5. Non maleficience (tidak merugikan)

Non malaficience dimana prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak
menimbulkan bahaya/cedera secara fisik dan psikologik (Mangara et al., 2021).

20
DAFTAR PUSTAKA

ALVANDO, A., Hermansyah, H., Riyadi, A., & Mardiani, M. (2022). Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Keluarga Ny. S Penyandang Gout Arthritis Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2022. Poltekkes Kemenkes
Bengkulu.

Amin, N., & Hardhi, K. (2015). Nanda Nic-Noc Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction.

Arjani, I. A., Mastra, N., & Merta, I. W. (2018). Gambaran Kadar Asam Urat dan Tingkat
Pengetahuan di Desa Samsam Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan. Meditory
Jurnal Poltekkes Denpasar, 6(1), 46–55.

Asmadi, N. S. (2008). Konsep dasar keperawatan.

Cahyo, N. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN. S DENGAN GOUT


ARTHRITIS DI DESA KEBAGUSAN KECAMATAN AMPELGADING KABUPATEN
PEMALANG. Universitas Pekalongan.

Dharma-Wardana, M. W. C., Amarasiri, S. L., Dharmawardene, N., & Panabokke, C. R. (2015).


Chronic kidney disease of unknown aetiology and ground-water ionicity: study based on Sri
Lanka. Environmental Geochemistry and Health, 37(2), 221–231.

Efendi, S. (2018). Pengaruh Kombinasi Rebusan Daun Salam dan Jahe terhadap Penurunan
Kadar Asam Urat pada Penderita Gout Arthritis. Universitas Airlangga.

Ekasari, M. F., Riasmini, N. M., & Hartini, T. (2019). Meningkatkan kualitas hidup lansia
konsep dan berbagai intervensi. Wineka Media.

Haksara, E., & Rahmanti, A. (2022). PENERAPAN TERAPI RENDAM KAKI DENGAN AIR
JAHE HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN ARTHRITIS
GOUT DI PUSKESMAS MUNGKID KABUPATEN MAGELANG. Jurnal Ilmu
Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia, 2(1), 11–21.

Herliana, E. (2013). Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Cetakan Pertama, H, 32.

Hudayati, H., & Hidayat, F. R. (2022). Efektifitas Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Kadar
21
Asam Urat Pada Lansia Di Posyandu Lansia Jonggon Jaya Kutai Kartanegara. Borneo
Student Research (BSR), 3(3), 2788–2792.

Iqbal, M. F., & Wahyuni, I. (2015). Prediksi Kunjungan Pasien Baru Perbangsal Rawat Inap
Tahun 2015 dengan Metode ARIMA di BLUD RSU Banjar. Jurnal Manajemen Informasi
Kesehatan Indonesia (JMIKI), 3(1).

Junaidi, I. (2013). Rematik dan asam urat.

Kuniano, D. (2015). Menjaga Kesehatan di Usia Lanjut. Jorpres (Jurnal Olahraga Prestasi), 11
(2), 19–30.

Liana, Y. (2019). Efektifitas Terapi Rendam Kaki Dengan Air Jahe Hangat Terhadap Nyeri
Arthritis Gout Pada Lansia. Proceeding Seminar Nasional Keperawatan, 4(1), 199–206.

Lusiana, N., Widayanti, L. P., Mustika, I., & Andiarna, F. (2019). Korelasi usia dengan indeks
massa tubuh, tekanan darah Sistol-Diastol, kadar Glukosa, Kolesterol, dan Asam Urat.
Journal of Health Science and Prevention, 3(2), 101–108.

Mangara, A., Lismawati, L., & Julianto, J. (2021). PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO
INFEKSI STH (SOIL TRANSMITTED HELMINTHS) PADA ANAK SEKOLAH
DASAR. Jurnal Keperawatan Tropis Papua, 4(2), 56–61.

Nanda, A., Brown, J. M., Berger, S. H., Lewis, M. M., Barr Fritcher, E. G., Gores, G. J., Keilin,
S. A., Woods, K. E., Cai, Q., & Willingham, F. F. (2015). Triple modality testing by
endoscopic retrograde cholangiopancreatography for the diagnosis of cholangiocarcinoma.
Therapeutic Advances in Gastroenterology, 8(2), 56–65.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan.

Novia, W. (2020). PERBEDAAN KADAR ASAM URAT SEBELUM DAN SESUDAH


PEMBERIAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KADER PKK
KELURAHAN DANUKUSUMAN. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional.

Nursalam, N., Wijaya, A., Abu, B., & Ferry, E. (2015). Indonesian nursing students in caring
behavior. Journal of Nursing and Health Care (JNHC), 2(2), 45–48.

Perry, A. G., Potter, P. A., & Ostendorf, W. (2013). Clinical nursing skills and techniques.

22
Elsevier Health Sciences.

PPNI, T. P. S. D. P. P. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia.

Pursriningsih, S. S., & Panunggal, B. (2015). Hubungan asupan purin, vitamin C dan aktivitas
fisik terhadap kadar asam urat pada remaja laki-laki. Diponegoro University.

Putri, N. K. S. (2017). PENGUKURAN KADAR ASAM URAT PADA PEREMPUAN USIA≥ 40


TAHUN (Studi Warga Dusun Jatimenok RT 01 RW 05 Desa Rejosopinggir Kecamatan
Tembelang Kabupaten Jombang). STIKES Insan Cendekia Medika Jombang.

Simamora, R. H., & Saragih, E. (2019). Penyuluhan kesehatan masyarakat: Penatalaksanaan


perawatan penderita asam urat menggunakan media audiovisual. JPPM (Jurnal Pendidikan
Dan Pemberdayaan Masyarakat), 6(1), 24–31.

Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar metodologi penelitian. literasi media publishing.

Sutanto, J., Palme, E., Tan, C.-H., & Phang, C. W. (2013). Addressing the personalization-
privacy paradox: An empirical assessment from a field experiment on smartphone users.
MIS Quarterly, 1141–1164.

23
24
25

Anda mungkin juga menyukai