Anaerobic Bacteria For Biogas Production Through An Organic Waste Bioremediation
Anaerobic Bacteria For Biogas Production Through An Organic Waste Bioremediation
Bioremediation
1 1 2
Maya SHOVITRI ), N.D. KUSWYTASARI ), Rachmasari )
1)
Staf Pengajar Jurusan Biologi-FMIPA-ITS
2)
Mahasiswa S1 Jurusan Biologi-FMIPA-ITS
Abstract
One potential future energy is biogas. It is mainly from a bacterial bioremediation. This study explored the potency
of anaerobic septic tank bacteria in producing biogas through an organic waste biorem ediation. The anaerobic
isolation was done by adapting a Hungate method with a thioglycolate medium without bacterial characterization.
The produced biogas under anoxic condition was identified and measured with a gas chromatograph. This study
was able to isolate 7 anaerobic isolates even they were not in a pure culture and coded as BT 1, BT 2, BT 3, BG 1,
BG 2, BG 3 and BG 4. Their ability to produce biogas was detected by inoculating and incubating them in an organic
waste containing bioreactor for 18 days, each in dark and light condition. The gas chromatographic peaks indicated
that produced gasses were only O2 and N2 which were unexpected biogas under anoxic condition. Even biogas was
not detected it didn’t mean that the isolate was not biogas producer. Several factors may interfere the results; abiotic
factor for optimum bacterial growth and gas production or available standard gas and gas carrier for example.
Keywords: anaerobic bacteria; septic tank; organic waste water; bioremediation; biogas; chromatography gas;
1. Pendahuluan
Bahan bakar minyak (BBM) merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2006 menuntut dilakukannya
berbagai usaha untuk mencari sumber energi alternatif pengganti BBM. Salah satu sumber
energi alternatif tersebut adalah biogas metan (CH4) dan hidrogen (H2) (Pambudi, 2008). Biogas
dapat dihasilkan dari limbah organik oleh metabolisme suatu mikroorganisme. Proses ini juga
disebut dengan bioremediasi. Salah satu mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai agen
bioremediasi limbah organik adalah bakteri dalam tinja. Bakteri tinja ini didominasi golongan
Coliform, salah satunya adalah Escherichia coli yang mampu menghasilkan H2 (William, 2005).
H2 merupakan gas yang paling ringan, tidak berwarna, dan tidak berbau. H2 merupakan energi
masa depan karena dapat diperbaharui dan juga tidak menimbulkan polusi dimana
pembakarannya hanya menghasilkan uap air (Hansel, 1998). H2 melepaskan energi yang besar
dalam satuan unitnya dan mudah dikonversikan menjadi listrik melalui fuel cell sebagai bahan
bakar (Miyamoto, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri anaerob dari
tangki septik dan mengetahui kemampuan isolat bakteri anaerob menghasilkan biogas dari
proses bioremediasi limbah organik.
2. Tinjauan Pustaka
Mikroorganisme anaerob merupakan mikroorganisme yang tidak menggunakan
oksigen (O2) sebagai elektron aseptor terakhir pada respirasinya (Nelson et al., 2004), seperti
bakteri anaerob. Bakteri anaerob memiliki kemampuan memanfaatkan bahan organik sebagai
sumber energi, sumber karbon dan elektron aseptor terakhir pada respirasinya. Kemampuan
bakteri anaerob tersebut dapat dimanfaatkan sebagai agen bioremediasi di alam. Bioremediasi
merupakan bagian dari bioteknologi lingkungan yang memanfaatkan proses alami biodegradasi
dengan menggunakan aktivitas mikroba yang dapat memulihkan lahan tanah, air dan sedimen
dari kontaminasi terutama senyawa organik (Cookson, 1995).
Salah satu sumber bakteri anaerob adalah tangki septik. Tangki septik merupakan
tempat penampungan sementara limbah organik berupa tinja yang secara alami akan
mengalami proses biodegradasi dalam kondisi anaerob oleh mikroorganisme dalam tangki
septik (Anonim1, 2011). Diantara bakteri anaerob yang mampu menghasilkan biogas H2 adalah
Entrobacter, Baccillus, dan Clostridium melalui proses fermentasi gelap (Mahyudin, 2006).
Selain itu CH4 dihasilkan pada tahapan akhir dari proses anaerobic digestion dihasilkan oleh
beberapa bakteri methanogen seperti Methanobacterium formicum dan M. mobilis. Sedangkan
M. propionicum selain mampu menghasilkan CH4 juga mampu menghasilkan Acetate, CO2 dan
H2 (Kalia, 2007).
3. Metodologi Penelitian
Produksi biogas
Isolat bakteri anaerob yang didapatkan kemudian diuji kemampuannya dalam
menghasilkan biogas dari medium limbah organik cair. Isolat yang berbeda secara morfologi
kemudian diuji dengan memasukkan 10 µl isolat bakteri anaerob ke dalam 10 ml medium limbah
organik dalam tabung reaksi, kemudian udara dibagian head space diganti dengan gas N2
selama 3 menit dan ditutup dengan rubber stopper. Tabung reaksi selanjutnya diinkubasi dalam
keadaan gelap dan terang selama 18 hari pada suhu ruang. Setelah masa inkubasi biogas
diukur dengan kromatografi gas.
Produksi Biogas
Pertumbuhan ke-7 isolat bakteri anaerob dalam medium limbah organik cair diukur
berdasarkan kerapatan selnya setelah masa inkubasi 18 dan 19 hari. Dari Tabel 2 terlihat bahwa
ke-7 isolat bakteri anaerob mampu tumbuh di dalam medium limbah organik cair, walaupun nilai
OD relatif rendah. Kalia (2007) menyebutkan bahwa beberapa jenis bakteri anaerob memiliki
waktu pembelahan yang berbeda-beda. Bakteri yang mampu menghasilkan biogas dalam
kondisi anaerob misalnya bakteri bakteri asetogenis memiliki waktu pertumbuhan yang sangat
lambat yaitu dengan waktu pembelahan sel sekitar 14 hari dan bakteri metanogen asetolastik
dengan waktu pembelahan sel 2 hingga 6 hari (Kalia, 2007).
Tabel 2. Pertumbuhan isolat bakteri anaerob dalam medium limbah organik cair berdasarkan nilai optical
density (OD) pada panjang gelombang 600 nm
3
No Kode Isolat Nilai OD (Nilai OD*10 )
-3
(10 )
1 BT1 0.002 2
2 BT2 0.002 2
3 BT3 0.002 2
4 BG1 0.003 3
5 BG2 0.002 2
6 BG3 0.003 3
7 BG4 0.002 2
8 Kontrol medium 0 0
limbah organik cair
Selanjut dari Gambar 4 terlihat bahwa komponen biogas yang terdeteksi dari ke-7 isolat
bakteri hanyalah gas O2 dan N2. Kedua gas tersebut bukan merupakan biogas yang diharapkan
dalam penelitian ini. Hal ini dapat terjadi karena beberapa factor, diantaranya :
1. Isolat bakteri anaerob bukan bakteri yang mampu menghasilkan biogas.
2. Nutrisi dan sumber energi dalam medium kurang mendukung bakteri untuk memproduksi
gas. Karena pada beberapa bakteri penghasil biogas memerlukan ketersediaan nutrisi dan
sumber energi tertentu (Mahyudin, 2006).
3. Alat gas kromatografi kurang sensitive mendeteksi biogas. Hal ini berkaitan dengan jenis
detektor, penggunaan gas standar dan gas pembawa. Berdasarkan persentase gas N2 di
Gambar 4 terlihat ketidakstabilan deteksi gas antara isolat bakteri. Pada tabung reaksi
isolate bakteri anaerob BT 1, BT 3 dan BG 4, persentase N2 relatif sama dengan kontrol
negative. Ini menunjukkan bahwa N2 berasal dari proses pergantian udara dengan N2 pada
head space tabung reaksi. Sedangkan pada isolat BT 2, BG 1 dan BG 2 terlihat relatif lebih
rendah, walau tabung reaksi dalam keadaan rapat tertutup dan anaerob. Di sisi lain, belum
pernah dilaporkan bahwa bakteri anaerob ada yang mampu memfiksasi secara langsung
gas N2.
Persentase Biogas
80
60
oksigen
40
nitrogen
20
0
BT 1 BT 2 BT 3 BG 1 BG 2 BG 3 BG 4 kontrol
Kode Isolat
5. Kesimpulan
Penelitian ini berhasil mengisolasi 7 isolat bakteri anaerob yang berasal dari tangki
septik. Ke-7 isolat bakteri anaerob dikode sebagai BT 1, BT 2 dan BT 3 yang merupakan bakteri
anaerob dari inkubasi terang serta isolat BG 1, BG 2, BG 3 dan BG 4 yang berasal dari inkubasi
gelap. Tidak satupun dari isolat tersebut yang dapat menghasilkan biogas, kecuali hanya gas O2
dan N2. Kedua gas tersebut bukan merupakan biogas yang diharapkan dalam penelitian ini.
Daftar Pustaka
[1] Anonim1, Pengelolaan Limbah Industri Pangan, Direktorat Jenderal Industri Kecil
Menengah Departemen Perindustrian,
www.kemenperin.go.id/asp/pelatihan_ikm/.../cleaner-production.pdf (12 Juni 2011).
[2] Anonim2, Thioglycollate Medium with Resazurin, Biokar diagnostics, 2010, France
[3] Arnosti, C dan D. J. Repeta., Extracellular Enzyme Activity in Anaerobic Bacterial
Cultures: Evidence of Pullulanase Activity among Mesophilic Marine Bacteria, Applied
And Environmental Microbiology, p. 840-846, 1994
[4] Cookson J.T., Bioremediation engineering: Design and application, McGraw-Hill Inc.,
Toronto. 1995
[5] Hansel, A dan P. Lindblad., Toward Optimization Of Cyanobacteria As Biotechnologically
Relevant Producers Of Molecular Hydrogen, A Clean And Renewable Energy Source.
Appl Microbiol Biotechnol 50:153–160, 1998
[6] Henk, J. Nanninga dan Jan C. Gottschal., Properties of Desulfovibrio carbinolicus sp. nov.
and Other Sulfate-Reducing Bacteria Isolated from an Anaerobic-Purification Plant.
Department of Microbiology, University of Groningen, Kerklaan 30, 9751 NN Haren, 1986
[7] Kalia, V.C., Applied Microbiology : Microbial Treatment of Domestic and Industrial Wastes
for Bioenergy Production. Microbial Biotechnology and Genomics, Institute of Genomics
and Integrative Biology, 2007
th
[8] Madigan, M. T dan J. M. Martinko., Brock; Biology Of Microorganism, 8 edition., Pearson
Prentice Hall, USA, 1997
[9] Mahyudin, A. R dan Koesnandar., Biohydrogen Production: Prospects And Limitations To
Practical Application, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bioindustri BPPT, 2006
[10] Miyamoto, K., Renewable Biological Systems For Alternative Sustainable Energy
Production. FAO - Food and Agriculture Organization of the United Nations, 1997
[11] Moodie, H. L dan D. R. Woods, Isolation of Obligate Anaerobic Faecal Bacteria Using an
Anaerobic Glove Cabinet. Department of Botany and Microbiology, Rhodes University,
Grahamstown, GP, 1973