Case Report 1 Tia Astriana
Case Report 1 Tia Astriana
Oleh:
Tia Astriana, dr.
130121190514
LAPORAN KASUS
Oleh:
Tia Astriana, dr.
130121190514
LAPORAN KASUS
Abstrak
Abstract
Definisi sepsis secara konsensus didefinisikan sebagai suatu disfungsi organ yang
mengancam nyawa yang disebabkan oleh respon terhadap infeksi yang tidak
teregulasi dengan baik. Disfungsi organ sendiri didefinisikan sebagai perubahan dari
sebagai bagian dari sepsis dimana gengguan sirkulasi dan selular cukup berat
dengan kasus multipel trauma, infark miokardial, dan stroke, pengenalan dini serta
tatalaksana segera serta tepat akan memperbaiki luaran pasien sepsis dan syok septik
sepsis. Konsensus menyatakan terapi antibiotik yang segera dan sesuai dan tindakan
source control merupakan terapi utama untuk tatalaksana sepsis. Tujuan utama
pada pasien dengan infeksi yang berat dan mengancam nyawa, atau pada pasien
infeksi pada pasien sepsis atau syok sepsis dan setiap tindakan source control yang
penyebab syok sepsis harus segera dikendalikan segera setelah resusitasi berhasil
dilakukan.
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. R
Umur : 51 tahun
No RM : 1827xxx
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai
dengan mual dan muntah. BAB hitam sejak 1 hari yang lalu. Keluhan demam tidaka
dirasakan. Pasien memiliki Riwayat penyakit nyeri utut sejak 5 tahun terakhir dan
kerap meminum obat Piroxicam untuk keluhannya tersebut. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi makanan maupun obat-obatan. Pasien tidak pernah dioperasi dan
Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital :
Suhu : 37,1oC
Thoraks : Paru-paru : bunyi vesikular kanan sama dengan kiri, tidak ada
Abdomen : Nyeri tekan seluruh lapang perut (+), defans muscular (+)
Dari hasil rontgen thoraks didapatkan tidak tampak kardiomegali, tidak tampak
Pasien didiagnosis sebagai Sepsis pada pasien peritonitis difuse ec suspek perforasi
Penatalaksanaan Anestesi
Saat dilakukan visit praoperasi ditemukan pasien dalam kondisi sakit berat disertai
tanda-tanda sepsis (qSOFA) yaitu hipotensi dan laju pernadasan yang cepat. Selain
Berdasrkan hasil pemeriksaan tersebut pasien ditemukan dalam kondisi sepsis yang
1500 mg
98/50 mmHg, denyut jantung 105x/menit dengan nadi terisi tetapi tidak kuat.
pemberian cairan Ringer lactate 120 cc/jam. Dilakukan informed consent pada pasien
dan keluarga mengenai operasi yang akan dijalani. Pada keluarga juga dijelaskan
komplikasi yang akan dihadapi terutama akibat tindakan anestesi (ASA IV E).
Pasca resusitasi, kesadaran pasien compos mentis, tekanan darah : 112/76 mmHg
Durante Operasi
Dilakukan induksi dengan Fentanyl 120 mcg, Midazolam 5 mg, dan Atracurium 30
mg. Kemudian dilakukan intubasi dengan ETT no.7. Rumatan dengan Sevofluran
1.5-2 volume % O2 dan Udara, dengan FiO2 50%. Selama operasi dilakukan
dosis titrasi 0.05mcg/kgBB/menit, nadi 96-100 kali per menit, saturasi oksigen 97 -
99% dengan ventilator mode volume control. Perdarahan selama operasi sebanyak
peritoneum bercampur gastric juice sebanyak 300 cc, walling off omentum kearah
Pasca Operasi
Selesai operasi pernafasan pasien spontan dengan volum tidal dan respirasi cukup.
Tekanan darah sistolik berkisar 98-128 mmHg dan tekanan darah diastolik berkisar
mcg/kgbb/menit, nadi 96 – 102 kali per menit, frekuensi nafas 22 – 24 x/mnt, dan
Saturasi O2 97-98 % dengan Non Rebreathing Mask 8 liter per menit. Pasien
lanjut.
t t m n
GDS Na K Laktat
PEMBAHASAN
Definisi sepsis secara konsensus didefinisikan sebagai suatu disfungsi organ yang
mengancam nyawa yang disebabkan oleh respon terhadap infeksi yang tidak
teregulasi dengan baik. Pada tahun 2016, Survival Sepsis Campaign mengeluarkan
dengan waktu perawatan di ICU dan risiko kematian yang meningkat. Konsensus ini
peningkatan kadar laktat walaupun telah diberikan cairan resusitasi dan penggunaan
Implikasi dari definisi baru ini adalah pengenalan dari respon tubuh yang
berlebihan dalam patogenesis dari sepsis dan syok septik, peningkatan skor SOFA ≥
2 untuk identifikasi keadaan sepsis dan penggunaan quick SOFA (qSOFA) untuk
sirkulasi dan selular/ metabolik yang terjadi dapat menyebabkan kematian secara
signifikan. Kriteria klinis untuk mengidentifikasi septik syok adalah adanya sepsis
dengan hipotensi persisten yang membutuhkan vasopressor untuk menjaga mean
menunjukan mortalitas infeksi intra abdominal rerata 7,7 % bila disertai dengan
3.1 Patofisiologi
Sepsis sekarang dipahami sebagai keadaan yang melibatkan aktivasi awal dari respon
yang akan menyebabkan hipoksia jaringan sistemik atau syok.11 Presentasi pasien
dengan syok dapat berupa penurunan kesadaran, takikardia, dan anuria. Syok
Patofisiologi keadaan ini dimulai dari adanya reaksi terhadap infeksi. Hal ini
antiinflamasi, dimulai dengan aktivasi selular monosit, makrofag dan neutrofil yang
berinteraksi dengan sel endotelial. Respon tubuh selanjutnya meliputi mobilisasi dari
isi plasma sebagai hasil dari aktivasi selular dan disrupsi endotelial. Isi Plasma ini
meliputi sitokin-sitokin seperti tumor nekrosis faktor, interleukin, caspase, protease,
leukotrien, kinin, reactive oxygen species, nitrit oksida, asam arakidonat, platelet
activating factor, dan eikosanoid.9 Sitokin proinflamasi seperti tumor nekrosis faktor
modulator penting dari rantai koagulasi dan inflamasi yang akan meningkatkan
terjadi dan sebagai hasilnya akan terjadi cedera mikrovaskular, trombosis, dan
kebocoran kapiler. Semua hal ini akan menyebabkan terjadinya iskemia jaringan.
Gangguan endotelial ini memegang peranan dalam terjadinya disfungsi organ dan
penting dalam penanganan sepsis. Tingkat kematian akan meningkat dengan adanya
dan identifikasi sumber penularan kuman.14 Hal ini sebaiknya dilakukan sesegera
adalah cairan kristaloid dengan dosis 30 ml/kgBB dan diberikan dengan melakukan
variabel dinamis (perubahan tekanan nadi, variasi volume sekuncup) atau statik
(tekanan nadi, laju nadi).7 Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Bernard et al ,
kematian pada pasien dengan sepsis. Protein C yang teraktivasi akan menghambat
ditandai dengan qSOFA 2, yaitu hipotensi dan pernapasan yang cepat kemudian
peningkatan tekanan darah serta penurunan laju nadi dan laju napas. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil penurunan kadar laktat. Pasien
propofol secara lambat, atau dosis natrium tiopenton yang dititrasi. Sebagian besar
pasien dengan gangguan hemodinamik atau sakit kritis. Opioid kerja pendek seperti
induksi anestesi. Resusitasi volume lanjutan dan infus vasopressor sangat membantu
untuk menetralkan efek hipotensi agen anestesi dan ventilasi tekanan positif.
Ada pasien ini digunakan midazolam sebagai agen sedasi, analgetik dengan
0.5 mg/kgbb. Pada durante operasi terjadi hipotensi, diberikan fluid challenge dan
mcg/kgbb/menit.
pasien stabil dengan pemberian vasopressor 0.1 mcg/kgbb/menit, nadi 96 – 100 kali
per menit, respirasi 20 – 22 per menit dengan saturasi oksigen 97-98% dengan Non
Didapatkan hasil leukositosis, penurunan serum ureum, kreatinin, dan laktat. Pasien
mendapatkan terapi analgetik dengan Fentanyl 25 mcg/jam. Pasien kemudian di
KESIMPULAN
Pada Pasien dengan sepsis dibutuhkan resusitasi dan optimalisasi keadaan pasien
untuk dapat meminimalkan risiko-risiko yang bisa terjadi pada pasien. Source
control dapat bersifat emergensi, pada kondisi ini dan harus segera dilakukan
1. Matta BF, Menon DK, Turner JM. Textbook of neuroanaesthesia and critical
2. Komala TAK, Suarjaya IPP, Sinardja IK. Manajemen Anestesi pada Pasien
2014;3(2):88–95.
2011;28(8):1371–99.
6. Cottrell JE, Young WL. Cottrell and Young’s neuroanesthesia. Elsevier Health
Sciences; 2016.
2015. p. 405–14.
10. Rao GSU. Anaesthetic and intensive care management of traumatic cervical