Anda di halaman 1dari 142

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI

SISWA KELAS VIII SMP AL-BAYAN MAKASSAR


MELALUI TEKNIK PETA PASANG KATA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:
FITRIANI RACHMAN
NIM: 10533 06509 10

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2014
i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII


SMP AL-BAYAN MAKASSAR MELALUI TEKNIK PETA PASANG
KATA

SKRIPSI

FITRIANI RACHMAN
10533 06509 10

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014

i
ii

MOTO

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.

Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,

kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.

Kemudahan dan kebahagiaan adalah

milik orang-orang yang berserah diri dan bersyukur.

Kupersembahkan

buat: Ibundaku tercinta, saudaraku, dan

sahabatku

Atas keikhlasan dan doanya demi keberhasilan penulis

ii
iii

ABSTRAK

Fitriani Rachman, 2014. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa


Kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui Teknik Peta Pasang Kata. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I H. Tjoddin SB dan
pembimbing II Kamaruddin Moha.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana menerapkan teknik
peta pasang kata untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII
SMP Al-Bayan Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
menulis puisi dengan menggunakan teknik peta pasang kata pada siswa kelas VIII
SMP Al-Bayan Makassar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (class action reaserch)
yang terdiri dari 2 siklus dimana setiap siklus dilaksanakan sebanyak 4 kali
pertemuan. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Al-
Bayan Makassar sebanyak 16 orang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I yang tuntas secara individu
dari 16 orang hanya 5 orang siswa atau 31,3% yang memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) atau berada pada kategori sangat rendah. Secara klasikal belum
terpenuhi karena nilai rata-rata diperoleh sebesar 56,25%. Sedangkan pada siklus II
dimana dari 16 siswa terdapat 14 orang atau 87,5% telah memenuhi KKM dan secara
klasikal sudah terpenuhi yaitu nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 83,13% atau
berada dalam kategori tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan hasil
keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui teknik
peta pasang kata mengalami peningkatan.

Kata Kunci: menulis puisi, teknik peta pasang kata.

iv
iv

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji-syukur ke hadirat Allah swt, atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul

“Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar

melalui Teknik Peta Pasang Kata” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Strata Satu Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tujuan utama tulisan ini adalah mendeskripsikan peningkatan keterampilan

menulis puisi siswa kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui teknik peta pasang

kata, dan bisa bermanfaat dalam dunia pendidikan. Dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini, segala upaya maksimal telah penulis tempuh dengan berbagai hambatan

dan kendala yang dialami, tetapi alhamdulillah berkat upaya dan optimisme penulis

yang didorong oleh kerja keras yang tidak kenal lelah dan semangat yang kuat, serta

bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikannya. Penulis

menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, semua itu tidak lepas dari

kesalahan dan kekurangan akibat keterbatasan pengetahuan serta pengalaman. Oleh

karena itu, penulis berharap kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari semua

pihak terhadap skripsi ini agar kelak dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang

memerlukan.

iv
v

Ada banyak pihak yang memberikan bantuan moril dan materil baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya, tanpa

mengurangi rasa hormat penulis kepada pihak lain, maka secara khusus penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada kedua

orang tua tercinta Ayahanda Alm. Abdul Rahman hayade yang tak sempat melihatku

meraih gelar S1, ayah terima kasih telah berjuang tanpa mengenal lelah hingga akhir

hidup ayah dalam mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam

proses pencarian ilmu begitu pula kepada Ibunda Andi Nur Rahma terima kasih yang

tetap tegar melanjutkan perjuangan ayah untuk bekerja dan berdoa demi keberhasilan

penulis, dan kepada saudara-saudaraku terkhusus kepada Reni dan Cece yang terus

memberikan bantuan secara materil juga motivasi, dan tanteku terkhusus kepada Andi

Aisyah, yang terus memberikan motivasi, dan doa yang tak ternilai.

Melalui kesempatan yang baik ini juga, penulis dengan ketulusan dan

kerendahan hati menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, masukan,

bimbingan serta dorongan moral sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan ini,

ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, penulis sampaikan

kepada Drs. H. Tjoddin SB, M.Pd, selaku pembimbing I dan Drs. Kamaruddin Moha,

M.Pd, selaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan sejak

awal penyusunan proposal hingga selesainya skipsi ini. Penulis juga ucapkan terima

kasih kepada Dr. H. Irwan Akip, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar, Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
v

Ilmu Pendidikan, Dr. Munirah, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia, serta seluruh dosen dan staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan

ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih juga yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada

bapak Drs. Muhammad Kaisar selaku kepala sekolah SMP Al-Bayan Makassar yang

telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut, dan ibu

Sabiroh, S.S, selaku guru bidang studi bahasa Indonesia serta guru-guru SMP Al-

Bayan Makassar dan terkhusus kepada teman-teman seperjuangan yang selalu

menemaniku dalam suka maupun duka, sahabat-sahabatku, serta rekan mahasiswa

angkatan 2010 Bahasa dan sastra Indonesia kelas F atas kebersamaannya sehingga

penulis dapat merampungkan penyelesaian studi.

Akhirnya penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, dan segala partisipasi semua pihak yang telah

membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, semoga memperoleh imbalan yang

berlipat ganda dari Allah swt. Amin.

Makassar, September 2014

Fitriani Rachman
vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
MOTO.......................................................................................................................ii
ABSTRAK................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................vii
DAFTAR BAGAN....................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.....................................................................................................x
DAFTAR GRAFIK...................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................4

C. Tujuan Penelitian................................................................................................4

D. Manfaat Penelitian..............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,


DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Tinjauan Pustaka.................................................................................................6

1. Penelitian Relevan..............................................................................................6
2. Menulis...............................................................................................................7
3. Puisi....................................................................................................................8
4. Teknik Peta Pasang Kata...................................................................................22

B. Kerangka Pikir...................................................................................................25

C. Hipotesis Tindakan............................................................................................26

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian..................................................................................................27

B. Lokasi dan Subjek Penelitian............................................................................28


vii
v

1. Lokasi Penelitian.............................................................................................. 28
2. Subjek Penelitian ............................................................................................. 28

C. Fokus Penelitian............................................................................................... 29

D. Prosedur Penelitian .......................................................................................... 29

1. Tahapan Siklus I .............................................................................................. 31


2. Tahapan Siklus II ............................................................................................. 32

E. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 33

1. Lembar Observasi ............................................................................................ 33


2. Lembar Analisis Keterampilan Menulis Puisi Siswa ...................................... 34

F. Teknik Pengumpulan Data............................................................................... 35

1. Teknik Observasi ............................................................................................. 35


2. Teknik Menggunakan Tes................................................................................ 36
3. Teknik Dokumentasi ........................................................................................ 36

G. Teknik Analisis Data........................................................................................ 36

H. Indikator Keberhasilan..................................................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian....................................................................................................40

1. Siklus I.................................................................................................................40
2. Siklus II................................................................................................................48

B. Pembahasan..........................................................................................................55

1. Aktivitas Siswa....................................................................................................55
2. Hasil Keterampilan Menulis Puisi.......................................................................57
i

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan..............................................................................................................62
B. Saran....................................................................................................................63
Daftar Pustaka...........................................................................................................64
Lampiran-lampiran.....................................................................................................
x

DAFTAR

Bagan Kerangka Pikir...............................................................................................26

Bagan Skema Tahap dan Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis

dan MC. Taggart.......................................................................................................30

x
xi

DAFTAR

Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktifitas Siswa...........................................................33

Tabel 3.2 Format Pedoman Pengskoran Kemampuan Menulis Puisi melalui


Teknik Peta Pasang Kata..........................................................................................34

Tabel 3.3 Standar Kategori Penilaian.......................................................................38

Tabel 3.4 Format Distribusi Frekuensi, Persentase, serta Kategori Keteracapaian


Pembelajara Keterampilan Menulis Puisi melalui Teknik Peta Pasang Kata
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 34 Makassar Pada Siklus I & II...............................38

Tabel 4.1 Pengskoran Kemampuan Keterampilan Menulis Puisi


Siswa melalui Teknik Peta Pasang Kata Siklus I.....................................................45

Tabel 4.2 Persentase Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siswa


melalui Teknik Peta Pasang Kata Siklus I................................................................47

Tabel 4.3 Data Hasil Aktivitas Observasi Siswa yang Relevan


dengan Pembelajaran Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus I.............................47

Tabel 4.4 Pengskoran Kemampuan Keterampilan Menulis Puisi


Siswa melalui Teknik Peta Pasang Kata Siklus II....................................................52

Tabel 4.5 Persentase Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siswa


melalui Teknik Peta Pasang Kata Siklus II...............................................................54

Tabel 4.6 Data Hasil Aktivitas Observasi Siswa yang Relevan


dengan Pembelajaran Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus II............................54

Tabel 4.7 Data Hasil Aktivitas Observasi Siswa yang Relevan


dengan Pembelajaran Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus I & II......................55

Tabel 4.8 Statistik Skor Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siswa


melalui Teknik Peta Pasang Kata Siklus I................................................................57

Tabel 4.9 Deskripsi Ketuntasan Keterampilan Menulis Puisi Siswa


melalui Teknik Peta Pasang Kata Siklus I................................................................58

xi
xii

Tabel 4.10 Statistik Skor Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siswa


melalui Teknik Peta Pasang Kata Siklus II...............................................................59

Tabel 4.11 Deskripsi Ketuntasan Keterampilan Menulis Puisi Siswa


melalui Teknik Peta Pasang Kata Siklus I................................................................59
xiii

DAFTAR

Grafik 4.1 Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siswa melalui


Teknik Peta Pasang Kata Siklus I.............................................................................46

Grafik 4.2 Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siswa melalui


Teknik Peta Pasang Kata Siklus II............................................................................53

Grafik 4.3 Distribusi Nilai Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siswa


melalui Teknik Peta Pasang Kata Berdasarkan Kategori Penilaian Siklus I & II....60

Grafik 4.4 Perbandingan Nilai Rata-Rata Keterampilan Menulis Puisi


melalui Teknik Peta Pasang Kata Siklus I & II........................................................61

Grafik 4.5 Perbandingan Nilai Siklus I & II Keterampilan Menulis Puisi


melalui Teknik Peta Pasang Kata.............................................................................61

xiii
xiv

DAFTAR

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..........................................................................

Daftar Hadir ...............................................................................................................

Lembar Observasi Aktivitas Siswa ............................................................................

Format Pedoman Pengskoran Kemampuan Menulis Puisi

melalui Teknik Peta Pasang Kata...............................................................................

Daftar Nilai.................................................................................................................

Hasil Analisis Data Siswa Siklus I & II .....................................................................

Soal Tes Siklus...........................................................................................................

Hasil Keterampilan Menulis Puisi melalui Teknik Peta Pasang Kata


Siswa Kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar ..............................................................

Dokumentasi ..............................................................................................................

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi kehidupan

manusia. Sebagai alat komunikasi, bahasa digunakan untuk mengomunikasikan

berbagai hal, baik yang dirasakan, dipikirkan, dialami, maupun yang diinginkan

seseorang. Kridalaksana (dalam Sappewali, 2013:2) berpendapat bahwa bahasa

adalah sistem lambang arbitrer yang digunakan untuk bekerja sama, berinteraksi,

atau mengidentifikasi diri. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling

penting bagi manusia karena dengan bahasa manusia dapat mengekpresikan apa

yang ada dalam pikiran atau gagasannya. Bahasa memiliki peran sentral dalam

perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa serta penunjang

keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Bahasa Indonesia sebagai salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah

menengah pertama merupakan alat bagi siswa dalam memproses ujaran,

mengekspresikan diri, mengungkapkan gagasan, dan mengungkapkan

perasaannya. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan menghasilkan siswa

terampil berdasarkan empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan

menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan

menulis.

Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut berdasarkan sifatnya dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang bersifat reseptif meliputi menyimak dan

membaca, yang bersifat produktif yaitu berbicara dan menulis. Menulis

1
2

merupakan pembelajaran bahasa yang menuntut kreatifitas tinggi, sehingga

memerlukan pemberian motivasi yang terus-menerus. Siswa kelas VIII SMP

dapat dikatakan masih bersifat anak-anak, kemampuan berpikir yang bersifat

imajinatif belum berkembang dengan baik, lebih banyak yang bersifat emosional.

Berkaitan dengan kegiatan menulis, sasaran utama pembelajaran sastra

adalah agar siswa mempunyai pengalaman apresiasi dan berekspresi sastra.

Tujuan pengajaran sastra tidak lain agar siswa memperoleh pengalaman dan

memperoleh pengetahuan bersastra. Usaha ke arah kemampuan siswa merespon

pembelajaran sastra, tentu diperlukan rangsangan-rangsangan yang diciptakan

guru dalam proses belajar mengajar. Sastra merupakan pengalaman dan bukan

informasi, dengan demikian siswa harus secara langsung dilibatkan di dalamnya,

bukan hanya memandang dari luar saja. Salah satu aspek yang diajarkan dalam

pembelajaran sastra adalah menulis puisi. Dengan melatih siswa menulis puisi,

seorang guru dapat membantu siswa mencurahkan isi hati, ide, dan

pengalamannya melalui ungkapan bahasa yang indah dan mengandung bahasa

kiasan serta berkonotasi. Hal tersebut dapat melatih kepekaan dan kekayaan

bahasa yang pada akhirnya dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan

siswa dalam berpikir dan bernalar.

Keterampilan menulis puisi wajib dikuasai oleh siswa. Tujuannya adalah

agar siswa dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dan

imajinasinya melalui kegiatan menulis puisi secara kreatif. Proses

pengimajinasian atau pengembangan pengalaman lahir dan batin merupakan awal

dari proses kreatif. Proses kreatif terssebut kemudian dilanjutkan dengan


3

pengekspresian imajinasi ke dalam rangkaian kata-kata yang disebut dengan

istilah puisi.

Pentingnya pembelajaran menulis puisi bagi siswa, sehingga

pembelajaran tersebut perlu mendapatkan perhatian yang sangat besar. Akan

tetapi pada kenyataannya pembelajaran menulis puisi di sekolah masih mengalami

kendala dan cenderung dihindari. Kendala ini disebabkan karena berbagai hal,

salah satunya karena penyajian pembelajaran yang kurang menarik dan tidak

menggunakan teknik yang sesuai dengan keadaan siswa. Pembelajaran menulis

puisi cenderung dihindari karena dianggap sulit. Kalau diajarkan, pembelajaran

dilaksanakan hanya sekadar memenuhi target kurikulum saja.

Berdasarkan kenyataan hasil pengamatan dan observasi sementara di

kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar, pembelajaran bahasa Indonesia dalam hal

pembelajaran keterampilan menulis puisi kurang mencapai hasil yang maksimal,

baik dari segi minat maupun dari segi hasil proses pembelajaran yang diterapkan.

Nilai siswa sangat rendah dengan nilai rata-rata 50 dengan skor ideal 100 (nilai

tertinggi) padahal ketuntasan hasil belajar menulis puisi minimal 70. Kendala

yang dihadapi siswa tersebut ditandai dengan siswa kesulitan menemukan ide,

siswa masih menggunakan kata-kata yang terdapat dalam buku, siswa kesulitan

mengembangkan ide menjadi puisi karena minimnya penguasaan kosa kata, dan

siswa kesulitan menulis puisi karena tidak terbiasa mengemukakan perasaan,

pemikiran, dan imajinasinya ke dalam puisi. Kenyataan yang terjadi pada siswa

yang telah diuraikan di atas, senada dengan pendapat Akhadiah, dkk (1996: 5-6)

bahwa:

Masalah yang sering dilontarkan dalam pengajaran menulis


adalah kurang mampunya siswa menggunakan bahasa Indonesia
4

yang baik dan benar. Hal ini terlihat dari pilihan kata yang
kurang tepat, sukar mengungkapkan gagasan karena kesulitan
memilih kata atau membuat kalimat, bakhan kurang mampu
mengembangkan ide secara teratur dan sistematis.

Melihat kenyataan mengenai pembelajaran menulis puisi yang belum

memenuhi harapan tersebut, perlu ditempuh upaya-upaya untuk meningkatkan

pembelajaran keterampilan menulis puisi di kelas. Dalam hal ini diperlukan suatu

teknik yang dapat membantu siswa mengatasi permasalahan dalam menulis puisi,

maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan

Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui

Teknik Peta Pasang Kata”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis puisi siswa

kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui teknik peta pasang kata?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa

kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui teknik peta pasang kata.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara

teoretis maupun secara praktis:

1. Manfaat Teoretis
5

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang

lebih rinci dan mendalam tentang teknik peta pasang kata dalam pembelajaran

menulis puisi dan sebagai bahan serta rujukan pihak-pihak terkait (dinas

pendidikan, sekolah, guru, dan institusi pendidikan lainnya) dalam mewujudkan

pencapaian tujuan pembelajaran guru.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

a. Bagi siswa, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan antusias,

minat, dan motivasi belajar yang tinggi terhadap siswa; membantu siswa yang

mengalami kesulitan dalam menulis puisi; meningkatkan keterampilan menulis

puisi.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dan

pertimbangan empiris untuk memilih teknik pembelajaran menulis puisi.

c. Bagi sekolah, yaitu dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka

memajukan dan meningkatkan prestasi sekolah yang dapat disampaikan dalam

pembinaan guru ataupun kesempatan lain bahwa pembelajaran menulis

khususnya menulis puisi dapat menggunakan teknik peta pasang kata sebagai

bahan pencapaian hasil belajar yang maksimal.

d. Bagi peneliti lain, berdasarkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan

dalam meneliti dan mengembangkan penelitian lebih lanjut yang ingin

mengangkat judul yang serupa untuk kemudian dikaji lebih dalam serta

diarahkan pada pemecahan masalah yang sifatnya preventif.


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,
DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Tinjauan Pustaka

Keberhasilan sebuah penelitian bergantung pada teori yang

mendasarinya. Teori sesungguhnya merupakan landasan suatu penelitian. Teori

yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai pustaka yang erat

kaitannya dengan masalah yang dibahas. Di dalam usaha menunjang pelaksanaan

dan penggarapan proposal ini, perlu mempelajari pustaka yang ada kaitannya

dengan penelitian ini. Sehubungan dengan uraian di atas, aspek teoretis yang akan

dibicarakan pada tinjauan pustaka ini terbagi dalam beberapa bagian, yaitu

menulis, puisi, dan teknik peta pasang kata.

1. Penelitian Relevan

Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengambil masukan dari

beberapa skripsi penelitian ilmiah yang sesuai dengan materi pembahasannya

diantaranya adalah yang telah dilakukan oleh Wahyuni pada tahun 2013 dengan

judul: Peningkatan Kreativitas Menulis Puisi melalui Media Foto Pada Siswa

Kelas X SMA Negeri 12 Makassar dan Isnanti pada tahun 2012 dengan judul:

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Menggunakan Teknik Peta

Pasang Kata Siswa Kelas V SD Negeri 3 Karanggebang Kecamatan Sambit

Kabupaten Ponorogo.

Wahyuni memilih Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan

media foto dalam mengatasi kesulitan menulis puisi pada siswa, hasil

6
7

penelitiannya membuktikan bahwa nilai rata-rata siswa meningkat. Pada siklus

satu nilai rata-rata keterampilan menulis puisi siswa mencapai 61 dan siklus dua

meningkat menjadi 79. Isnanti memilih teknik peta pasang kata dalam mengatasi

kesulitan menulis puisi, hasil penelitiannya membuktikan bahwa melalui teknik

peta pasang kata, siswa mampu mengembangkan kreativitas mereka dalam

mentransfer materi di antara anggota kelompok belajarnya, sehingga mereka lebih

senang dan aktif belajar di dalam kelompok belajarnya. Hasil belajar menulis

puisi melalui teknik peta pasang kata baik dalam proses maupun penilaian hasil,

ada peningkatan yang signifikan.

Pada penelitian kali ini, peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas.

Setting penelitian baik waktu maupun tempat pelaksanaannya berbeda dengan

penelitian sebelumnya.

2. Menulis

Menurut Tarigan (dalam Munirah, 2007:1) menulis merupakan salah satu

keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Nurgiantoro (dalam

Munirah, 2007:1) berpendapat bahwa menulis merupakan suatu bentuk

manifestasi kemampuan atau keterampilan berbahasa paling akhir dikuasai pelajar

setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca.

Lain halnya dengan Caraka (dalam Munirah, 2007:2) mengemukakan

bahwa menulis berarti menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati dan buah

pikiran secara menarik bagi pembaca. Senada dengan pendapat Caraka, Rimang

(2012:13) pun berpendapat bahwa menulis bagaikan melepaskan kepenatan jiwa,


8

merekreasikan diri dari pekerjaan yang melelahkan dan melatih diri menciptakan

kesabaran. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa menulis adalah suatu bentuk komunikasi yang tidak langsung untuk

menyampaikan gagasan kepada pembaca dengan menggunakan media bahasa.

Kompetensi menulis menutut seorang penulis untuk mampu

menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu

gagasan atau pesan. Kompetensi menulis mencakup berbagai kompetensi,

kompetensi memahami apa yang akan dikomunikasikan, penggunaan unsur-unsur

bahasa, dan juga pemilihan gaya bahasa yang tepat. Menulis paling tidak

mengandung empat unsur. Keempat unsur itu meliputi penulis sebagai penyampai

pesan, pesan atau isi, saluran atau sarana, dan pembaca sebagai penerima pesan.

Berdasarkan beberapa definisi menulis di atas, kegiatan menulis pada

hakikatnya mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai. Menurut Achmad

(1992: 11) tujuan umum pengajaran menulis adalah agar siswa mampu memahami

dan mengomunikasikan serta menerapkan ide dengan baik dan tersusun dalam

bahasa tulis. Oleh karena itu, kegiatan menulis sangat diharuskan untuk siswa

terutama anak-anak yang berusia dini. Hal itu bertujuan untuk mengembangkan

kreativitas dan imajinasi anak, sehingga dari kegiatan tersebut diharapkan dapat

menghasilkan suatu prestasi yang membanggakan bagi si anak.

3. Puisi

a. Pengertian Puisi

Sepanjang zaman puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan.

Hal ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu menjadi ketegangan
9

antara konvensi dan pembaharuan (inovasi), Teeuw (dalam Pradopo, 2012:1).

Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep

estetiknya, Riffaterre (dalam Pradopo, 2012:1).

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani “Poem” yang

berarti “membuat” atau “Poeisis” yang berarti “Pembuatan”. Puisi diartikan

“membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah

menciptakan suatu dunia tersendiri yang berisi pesan atau gambaran suasana-

suasana tertentu, baik fisik maupun ilmiah. Puisi adalah pengonsentrasian, yakni

mengonsentrasikan pada dirinya segala kesan perasaan dan pikiran dengan

pengucapan yang padat. Tema dan amanat puisi itu disusun dalam baris-baris.

Setiap baris bertautan atau berkorespondensi dengan baris-baris berikutnya dan

membentuk satu kesatuan yang disebut bait.

Waluyo (1995: 23) menyatakan bahwa puisi adalah bentuk kesusastraan

yang menggunakan pengulangan kata sebagai ciri khasnya, pengulangan kata itu

menghasilkan rima, ritme, dan musikalitas. Reeves (dalam Waluyo, 1995: 23)

memberikan batasan yang berkaitan dengan struktur fisik dan menyatakan bahwa

puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat. Pada waktu kita

masih SMA, puisi biasa didefinisikan sebagai karangan yang terikat,

Wirjosoedarmo (dalam Pradopo, 2012:5) mengemukakan bahwa puisi itu

karangan yang terikat oleh:

1) banyak baris dalam tiap bait;

2) banyak kata dalam tiap baris;

3) banyak suku kata dalam tiap baris;


1

4) rima; dan

5) irama.

Definisi Wirjosoedarmo tersebut sudah tidak cocok lagi dengan wujud

puisi zaman sekarang sebab terkadang seseorang menulis puisi, hanya dengan satu

kata dalam satu baris dan puisi zaman sekarang tidak lagi terikat oleh rima dan

irama. Altenbernd (dalam Pradopo, 2012:5) menyatakan bahwa puisi adalah

pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa

berirama (bermetrum) (as the interpretive dramatization of experience in metrical

language). Menurut Coleridge (dalam Pradopo, 2012:6), puisi adalah kata-kata

yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya

dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simestris, antara satu

unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya, dan sebagainya.

Puisi selalu berkembang dari waktu ke waktu akibat terjadinya evolusi

selera dan perubahan konsep keindahan dari para penyair. Pengertian puisi

menurut pandangan lama, yakni karangan yang terikat oleh bait, baris , jumlah

kata, dan pola persajakan, sedangkan pengertian puisi menurut pandangan puisi

modern itu berdasarkan pada hakikatnya, bukan berdasarkan bentuk formalnya.

Hal ini disebabkan karena bentuk-bentuk formal itu merupakan sarana-sarana

kepuitisan saja, bukan hakikat puisi. Penyair dapat menulis dan mengombinasikan

sarana-sarana kepuitisan yang disukainya, yang penting sarana yang dipilih itu

dapat mengekspresikan pengalaman jiwanya. Jadi, puisi itu mengekspresikan

pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca

indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting,
1

yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan.

Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting,

diubah dalam wujud yang paling berkesan.

b. Ciri-Ciri Puisi

Perulangan bunyi, perulangan kata ataupun perulangan kalimat

memberikan tekanan pada bagian-bagian tertentu dalam puisi. Di antara baris-

baris di dalam puisi terdapat pertautan atau korespondensi yang selanjutnya

membentuk bait-bait. Bait ini bertautan dengan bait yang lain dan membentuk

puisi itu secara keseluruhan. Ciri-ciri puisi sebagai berikut:

1) Puisi terikat oleh adanya persajakan (persamaan bunyi);

2) Puisi terikat oleh adanya bait (couplet);

3) Puisi terikat oleh adanya irama tertentu; dan

4) Puisi terikat oleh adanya pertautan atau korespodensi.

Ciri-ciri tersebut sifatnya tidak mutlak. Hal ini terutama terasa pada

puisi-puisi modern yang hanya mementingkan kepadatan isi atau maksud yang

dikandung. Ciri puisi yang paling mencolok adalah penampilan tipografik. Jika

melihat sebuah teks yang larik-lariknya tidak terus sampai ke tepi halaman,

asumsinya adalah sebuah puisi. Ciri-ciri puisi lama adalah:

1) Anonim yaitu pengarangnya tidak diketahui

2) Terikat jumlah baris, rima, dan irama

3) Merupakan kesustraan lisan

4) Gaya bahasanya statis dan klise

5) Isinya fantastis dan istanasentris


1

Adapun ciri-ciri puisi baru adalah:

1) Pengarangnya diketahui

2) Tidak terikat jumlah baris, rima, dan irama

3) Berkembang secara lisan dan tertulis

4) Gaya bahasanya dinamis (berubah-ubah)

5) Isinya tentang kehidupan pada umumnya

c. Unsur-Unsur Puisi

Dalam menghasilkan sebuah puisi, kita terlebih dahulu harus memahami

unsur-unsur pembangun puisi. Secara umum orang mengatakan bahwa sebuah

puisi dibangun oleh dua unsur penting, yakni bentuk dan isi. Richards (dalam

Jabrohim, dkk, 2009:33) menyamakan bentuk dan isi puisi dengan hakikat dan

metode puisi. Istilah hakikat puisi (yakni unsur hakiki yang menjiwai puisi) yang

dikemukakan Richards disebut struktur batin sedangkan metode puisi (medium

bagaimana hakikat itu diungkapkan) disebutnya struktur fisik. Adapun wujud

konkret hakikat puisi adalah pernyataan batin penyair, sedangkan metode adalah

unsur-unsur pembangun bentuk kebahasaan puisi. Waluyo (dalam Jabrohim,dkk,

2009:34) berpendapat bahwa:

Struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-


sama membangun bait-bait puisi. Bait-bait puisi itu membangun
kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai sebuah
wacana. Struktur fisik ini merupakan medium pengungkapan
struktur batin puisi. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam
strukur fisik puisi adalah diksi, pengimajian, kata konkret,
majas, versifikasi dan tipografi. Adapun struktur batin puisi,
terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat.
1

Unsur-unsur puisi itu tidaklah berdiri sendiri-sendiri tetapi merupakan

sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan kesatuan dan unsur yang satu dengan

unsur lainnya menunjukkan hubungan keterjalinan satu dengan yang lainnya.

Unsur-unsur itu juga menunjukkan diri secara fungsional, artinya unsur-unsur itu

berfungsi bersama unsur lain dan di dalam kesatuan dengan totalitasnya. Untuk

memberikan pengertian yang lebih memadai berikut ini dikemukakan uraian

unsur-unsur pembangun puisi tersebut.

1) Unsur bentuk atau struktur fisik puisi (metode puisi) :

a) Diksi

Penyair hendak mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-

tepatnya seperti yang dialami batinnya. Untuk itu haruslah dipilih kata setepatnya.

Pemilihan kata itulah disebut diksi. Diksi adalah bentuk serapan dari kata diction.

Keraf (dalam Jabrohim, dkk, 2009:35) berpendapat bahwa:

“Diksi disebut pilihan kata. Pilihan kata mempunyai dua


kesimpulan penting. Pertama, pilihan kata atau diksi adalah
kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna
sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai
rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Kedua,
pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh
penguasa sejumlah besar kosa kata bahasa itu.

Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk

mencapai keefektifan dalam penulisan puisi sebab dengan pilihan kata yang tepat

akan mendapatkan kepadatan dalam mengekspresikan pengalaman jiwa penyair.

Barfield (dalam Pradopo, 2012:54) mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilih

dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan atau
1

dimaksudkan untuk menimbulkan imajinasi estetik, maka hasilnya disebut diksi

puitis. Jadi diksi itu untuk mendapatkan kepuitisan atau mendapatkan nilai estetik.

b) Pengimajian

Untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana yang

khusus, membuat hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan, untuk

menarik perhatian, untuk memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair

menggunakan gambaran-gambaran angan. Gambaran-gambaran angan, gambaran

pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya

biasa disebut dengan istilah citra atau imaji (image). Sedangkan cara membentuk

kesan mental atau gambaran sesuatu biasa disebut dengan istilah citraan

(imagery). Hal-hal yang berkaitan dengan citra atau citraan disebut pencitraan

atau pengimajian. Citraan menurut Alternbernd (dalam Jabrohim, dkk, 2009:37),

merupakan unsur yang penting dalam puisi karena dayanya untuk menghadirkan

gambaran yang konkret, khas, menggugah, dan mengesankan.

Citraan dapat dikelompokkan atas tujuh jenis. Pertama, citraan

penglihatan, yang dihasilkan dengan memberi rangsangan indera penglihatan

sehingga hal-hal yang tidak terlihat seolah-olah kelihatan. Kedua, citraan

pendengaran yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara

atau berupa onomatope dan persajakan yang berturut-turut. Ketiga, citraan

penciuman yaitu citraan yang berhubungan dengan indera penciuman (hidung),

kata-kata yang mengandung citraan ini menggambarkan seolah-olah objek yang

dibicarakan berbau harum, busuk, anyir, dan lain-lain. Keempat, citraan

pencecapan yaitu citraan yang melibatkan indera pencecapan (lidah), melalui


1

citraan ini seolah-olah kita dapat merasakan sesuatu yang pahit, asam, manis,

kecut, dan lain-lain. Kelima, citraan rabaan, yakni citra yang berupa rangsangan-

rangsangan kepada perasaan atau sentuhan, keenam, citraan pikiran/intelektual,

yakni citraan yang dihasilkan oleh asosiasi pikiran. Ketujuh citraan gerak

dihasilkan dengan cara menghidupkan dan memvisualkan sesuatu hal yang tidak

bergerak menjadi bergerak.

c) Kata Konkret

Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk

menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk

membangkitkan imaji pembaca. Waluyo (dalam Jabrohim, dkk, 2009:41)

mengatakan bahwa:

Dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat membayangkan


secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh
penyair. Disini penyair berusaha mengkonkretkan kata-kata,
maksudnya kata-kata itu diupayakan agar dapat menyaran
kepada arti yang menyeluruh. Dalam hubungannya dengan
pengimajian, kata konkret merupakan syarat atau sebab
terjadinya pengimajian.

Contoh dari kata konkret adalah jika penyair ingin melukiskan seorang

gadis yang benar-benar pengemis gembel, penyair mempergunakan kata-kata:

gadis kecil berkaleng kecil. Lukisan tersebut lebih konkret jika dibanding dengan:

gadis peminta-minta.

d) Bahasa figuratif

Bahasa figuratif oleh waluyo (dalam Jabrohim, dkk, 2009:42) disebut

pula sebagai majas. Menurut Sujiaman (dalam Jabrohim, dkk, 2009:42),


1

Pengertian bahasa figuratif adalah bahasa yang mempergunakan


kata-kata yang susunan dan artinya sengaja disimpangkan dari
susunan dan artinya yang biasa dengan maksud mendapatkan
kesegaran dan kekuatan ekspresi. Caranya adalah dengan
memanfaatkan perbandingan, pertentangan, atau pertautan hal
yang satu dengan hal yang lain, yang maknanya sudah diketahui
oleh pembaca atau pendengar.

Bahasa figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatis, artinya

memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif pada

dasarnya adalah bentuk penyimpangan dari bahasa normatif, baik dari segi makna

maupun rangkaian katanya, dan bertujuan untuk mencapai arti dan efek tertentu.

Pradopo mengelompokkan bahasa figuratif menjadi enam jenis (dalam Jabrohim,

dkk, 2009:44):

(1) Simile adalah jenis bahasa figuratif yang menyamakan satu hal dengan hal lain

yang sesungguhnya tidak sama, (Jabrohim, dkk, 2009:44). Sebagai sarana

dalam menyamakan tersebut, simile menggunakan kata-kata pembanding:

bagai, sebagai, bak, seperti, seumpama, laksana, serupa, sepantun, dan

sebagainya. Menurut Keraf (dalam Jabrohim, dkk, 2009:44), simile adalah

perbandingan yang bersifat eksplisit. Perbandingan demikian ini dimaksudkan

bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan yang lain. Simile dapat

dikatakan bahasa kiasan yang paling sederhana dan paling banyak digunakan

dalam puisi.

(2) Metafora adalah bentuk bahasa figuratif yang memperbandingkan sesuatu hal

dengan hal lainnya yang pada dasarnya tidak serupa, (Jabrohim, dkk, 2009:45).

Oleh karena itu, di dalam metafora ada dua hal yang pokok, yaitu hal-hal yang

diperbandingkan dan pembandingnya. Metafora membandingkan dua benda


1

atau hal secara implisit atau tidak menggunakan kata-kata pembanding.

Metafora terasa lebih padat, kaya akan asosiasi, dan tidak terganggu oleh kata-

kata seperti, bagai, bagaikan, serupa, laksana, dan sebagainya.

(3) Personifikasi adalah bentuk bahasa figuratif yang mempersamakan benda atau

hal dengan manusia, benda atau hal itu digambarkan dapat bertindak dan

mempunyai kegiatan seperti manusia, (Jabrohim, dkk, 2009:48). Benda atau

hal yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Hal itu

dimaksudkan untuk memberikan kejelasan gambaran, menimbulkan bayangan

angan yang konkret, dan mendramatisasikan suasana dan ide yang ditampilkan.

(4)Epik-simile atau perumpamaan epos adalah perbandingan yang dilanjutkan

atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat

perbandingan lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yang berturut-

turut, (Jabrohim, dkk, 2009:49).

(5) Metonimi adalah pemindahan istilah atau nama suatu hal atau benda ke suatu

hal atau benda lainnya yang mempunyai kaitan rapat, (Jabrohim, dkk,

2009:51). Pradopo (dalam Jabrohim, dkk, 2009:51) menyatakan bahwa

metonimi dapat pula disebut kiasan pengganti nama, misalnya menyebut

sesuatu, orang, atau binatang dengan pekerjaan atau sifat yang dimilikinya.

Sebagai contoh yang terdapat dalam puisi Emha: Sembahyang hati/

sembahyang jiwa/ darah mendetakkanMu/ Allah, Allah, Allah/ Tuhanku/

lingkarilah jiwaku/ dengan cincin kasih-Mu. Bentuk metonimi di atas (yakni

yang diberi garis bawah) mampu menunjukkan atau menerangjelaskan pikiran

serta keyakinan penyairnya. Metonimi di atas dipergunakan sebagai upaya


1

menghadirkan imaji tentang Tuhan. Metonimi ini ditandai dengan pemakaian

huruf kapital pada kata ganti Tuhan.

(6) Sinekdoki adalah bahasa figuratif yang menyebutkan suatu bagian penting dari

suatu benda atau hal untuk benda atau hal itu sendiri, (Jabrohim, dkk, 2009:52).

Sinekdoki ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni pars pro toto dan

totum pro parte. Pars pro toto adalah penyebutan sebagian dari suatu hal untuk

menyebutkan keseluruhan, sedangkan totum pro parte adalah penyebutan

keseluruhan dari suatu benda atau hal untuk sebagiannya, (Jabrohim, dkk,

2009:52).

e) Versifikasi

Versifikasi meliputi irama dan rima. Irama berasal dari kata Yunani reo,

yang berarti riak air. Gerakan-gerakan air, riak air adalah gerakan yang teratur,

terus-menerus tidak putus-putus. Itulah setiap gerak yang teratur disebut reo,

menjadi ritmos, rhythmus, kemudian menjadi rhythm, rhythme, ritme. Irama

dalam bahasa adalah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan

bunyi bahasa dengan teratur. Menurut Pradopo (2012:40):

Irama dibagi menjadi dua macam, yaitu metrum dan ritme.


Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah
tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh jumlah suku
kata yang sudah tetap dan tekanannya yang tetap hingga alun
suara yang menaik dan menurun itu tetap saja. Ritme adalah
irama yang disebabkan pertentangan atau pergantian bunyi
tinggi rendah secara teratur, tetapi tidak merupakan jumlah suku
kata yang tetap, melainkan hanya menjadi gema gendang sukma
penyairnya.

Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada

akhir baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. Rima ini
1

meliputi onomatope (tiruan terhadap bunyi-bunyi), bentuk intern pola bunyi,

intonasi, repetisi bunyi atau kata, dan persamaan bunyi.

f) Tipografi

Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam

membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Karena itu ia merupakan

pembeda yang sangat penting. Dalam prosa baris-baris kata atau kalimat

membentuk sebuah periodisitet. Namun, dalam puisi tidak demikian halnya.

Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah periodisitet yang disebut bait.

Baris-baris puisi tidak diawali dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan.

Tepi sebelah kiri maupun kanan sebuah baris puisi tidak harus dipenuhi oleh

tulisan, tidak seperti halnya jika kita menulis prosa. Peranan tipografi dalam puisi,

selain untuk menampilkan aspek artistik visual juga untuk menciptakan nuansa

makna dan nuansa tertentu.

2) Struktur batin atau hakikat puisi

Struktur batin oleh Richards (dalam Jabrohim,dkk, 2009:65) disebut

sebagai hakikat puisi. Menurut Waluyo (dalam Jabrohim, dkk, 2009:65) struktur

batin mencakup tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap

pembaca, dan amanat. Keempat unsur tersebut menyatu dalam wujud

penyampaian bahasa penyair. Berikut penjelasan mengenai struktur batin atau

hakikat puisi:

a) Tema

Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair melalui

puisinya. Semua karya terkhusus karya sastra pasti memiliki tema yang
2

merupakan pokok permasalahan yang diangkat dalam menulis karya sastra itu.

Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang, (Jabrohim, dkk, 2009:65).

Sesuatu yang menjadi pikiran tersebut dasar bagi puisi yang dicipta oleh penyair.

Sesuatu yang dipikirkan itu dapat bermacam-macam, meliputi berbagai macam

permasalahan hidup. Permasalahan itu oleh penyair disusun dengan baik dan

ditambah dengan ide, gagasan, cita-cita, atau pendirian penyair.

Dengan demikian di dalam tema selain sesuatu yang dipikirkan penyair

juga terbayang pandangan hidup penyair atau bagaimana penyair melihat

permasalahan yang dipikirkannya itu. Penyair tidak pernah menyebut apa tema

puisi yang ditulisnya. Untuk mengetahui tema sebuah puisi, kita harus membaca

keseluruhan puisi tersebut dengan cermat.

b) Perasaan

Perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang

ditampilkannya, (Jabrohim, dkk. 2009:66). Sikap tersebut adalah sikap yang

ditampilkan dari perasaan penyair, misalnya sikap simpati, antipati, senang, tidak

senang, rasa benci, rindu, dan sebagainya. Perasaan penyair ikut terekspresikan

dalam puisi. Oleh karena itu, sebuah tema yang sama akan menghasilkan puisi

yang berbeda jika suasana perasaan penyair yang mencipta puisi itu berbeda.

Contoh konkret hal ini dapat dilihat melalui puisi-puisi Toto Sudarto

Bachtiar dan WS Rendra yang sama-sama menampilkan kehidupan pengemis atau

gelandangan. Toto Sudarto Bachtiar menghadapi “gadis kecil berkaleng kecil”

dengan perasaan iba hati karena rasa belas kasihnya, dan bahkan ia ingin “ikut

gadis kecil berkaleng kecil” itu. Adapun Rendra bersikap sebaliknya. Ia


2

berperasaan benci dan bersikap memandang rendah para pengemis karena dalam

pandangannya pengemis tidak berusaha keras untuk menopang kehidupannya.

c) Nada

Nada adalah sikap penyair kepada pembaca, (Jabrohim, dkk, 2009:66).

Dalam menulis puisi, penyair bisa jadi bersikap menggurui, menasehati,

mengejek, menyindir, atau bisa jadi pula ia bersikap lugas, hanya menceritakan

sesuatu kepada pembaca. Bahkan, ada pula penyair yang hanya bersikap main-

main saja seperti banyak dijumpai pada puisi-puisi mbleing.

Nada mengungkapkan sikap penyair, dari sikap itu terciptalah suasana

puisi. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Ini berarti

sebuah puisi akan membawa akibat psikologis kepada pembacanya. Akibat

psikologis ini terjadi karena nada yang dituangkan penyair dalam puisi.

d) Amanat

Amanat dapat ditemukan setelah mengetahui tema, perasaan, dan nada

puisi. Amanat adalah pesan atau nasehat yang ingin disampaikan oleh penyair.

Amanat adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya,

(Jabrohim, dkk, 2009:67). Waluyo (dalam Jabrohim, dkk, 2009:67) menyatakan

bahwa amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik

tema yang diungkapkan. Cara pembaca menyimpulkan amanat puisi sangat

berkaitan dengan pandangan pembaca terhadap suatu hal. Amanat harus

dibedakan dengan tema. Dalam puisi, tema berkaitan dengan arti, sedangkan

amanat berkaitan dengan makna karya sastra. Arti puisi bersifat lugas, objektif,
2

dan khusus. Makna berhubungan dengan individu, konsep seseorang, dan situasi,

tempat penyair mengimajinasikan puisinya.

d. Langkah-Langkah Menulis Puisi

Dalam menulis puisi ada beberapa langkah yang perlu dipelajari agar

dapat menghasilkan suatu puisi yang indah. Astuti dan Erlin Krisnawati (dalam

Halijah 2010:21) menguraikan langkah-langkah menulis puisi sebagai berikut:

1) Menentukan Tema Puisi

Memilih tema dapat dilakukan dengan cara:

a) Mencatat semua hal yang menarik yang ada di sekitar kita.

b) Mencatat semua benda yang menarik yang ada di sekitar kita.

c) Mencatat semua keinginan kita, baik yang sudah tercapai maupun yang baru

diusahakan.

d) Mencatat semua peristiwa yang berkesan (baik yang menyenangkan maupun

yang tidak) yang pernah kita alami atau pernah kita lihat dan kita dengar (cerita

dari teman).

e) Mencatat semua harapan atau cita-cita kita.

2) Mendaftar dan memilih kata yang sesuai dengan tema

Kata yang didaftar merupakan kata yang berhubungan dekat dengan tema

yang sudah dipilih. Kata-kata tersebut diambil dari kata yang bermakna sama atau

sinonim (contoh: harum-wangi, senang-bahagia, susah-sedih), lawan kata (suka-

duka, tua-muda, siang-malam), kata yang bunyinya mirip (serang-terjang), jenis-

jenis warna (putih, merah, hitam), jenis-jenis rasa (manis, pahit, getar, asam),
2

jenis-jenis rabaan (empuk, kasar, keras), benda-benda di sekitar objek puisi

(rumah, halaman, computer, jam dinding, gunung, sungai).

3) Memilih Gaya Bahasa

Kita mengenal banyak gaya bahasa, kita pilih satu atau dua gaya bahasa.

Gaya bahasa yang kita pilih adalah gaya bahasa yang kita kuasai dan pas dengan

maksud kita.

4) Memilih imaji/ daya bayang

Imajinasi seseorang dapat terungkap dalam penulisan puisi. Imajinasi

atau daya bayang dapat terwujud melalui daya bayang penglihatan, pendengaran

dan rabaan yang kita gunakan akan mempermudah pembaca menangkap objek

puisi dan pembaca memahami ungkapan perasaan kita.

5) Memberi judul yang sesuai

Judul puisi boleh ditentukan dari awal penulisan puisi, tetapi boleh juga

ditentukan sesudah puisi tersusun sebagai sebuah puisi. Judul puisi haruslah

mencerminkan isi puisi secara keseluruhan. Bacalah berulang-ulang puisi yang

kita buat dan periksalah apakah judul itu sudah tepat atau perlu diganti. Tidak

perlu ragu untuk mengganti judul.

4. Teknik Peta Pasang Kata

Menurut Ruseffendi (dalam Thamrin dan Rahman Rahim, 2012:35), bahwa:

Teknik adalah penerapan secara khusus metode pembelajaran


yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru,
ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan peserta didik.
Sedangkan metode mengajar adalah cara mengajar secara umum
2

yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, misalnya


mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, dan
sebagainya.

Rimang (2011: 90) teknik peta pasang kata adalah teknik yang berpusat

pada keberanian, dalam memasang-masangkan kata secara bebas tetapi imajinatif.

Disini akan dimunculkan kata-kata baru yang imajinatif pula. Hal ini, kemudian

menjadi hal yang secara potensial dapat dikembangkan menjadi larik yang

menarik. Teknik peta pasang kata ini hanya membutuhkan penguasaan kata yang

benar yang diperkirakan dapat menjadi estetis yang dapat melahirkan sejumlah

kata berdaya, khas, dan padat. Adapun langkah yang dapat ditempuh dalam

memanfaatkan teknik ini dapat dilakukan sebagai berikut:

a) Memilih kata (diksi) sentral yang menggerakkan

Penyair membayangkan sentral kata yang menggerakkannya. Tugas

penyair dalam langkah ini, adalah menyeleksi dari sekian pengalaman dan empati

yang dimilikinya untuk memilih fokus pada diksi tertentu. Inspirasional diksi

yang menggerakkan ini, akan memancing ingatan penyair dalam hal-hal lain yang

sering kali secara tidak sadar akan melahirkan eksplorasi kata yang luar biasa.

b) Memasangkan kata inspiratif tersebut secara acak dan bebas

Mengaitkan kata dengan kata lain (memasangkan kata) membutuhkan

keberanian untuk tidak terjebak pada ketakutan apakah pasangan kata yang telah

dibuat salah atau benar sesuai dengan hukum tata bentuk frase atau tidak. Dalam

menulis puisi tidak dikenal salah atau benar, sebab seorang penyair memiliki

kebebasan untuk menyimpang dari kaidah kebahasaan yang dikenal dengan

licensia poetica.
2

c) Mengembangkan pasangan kata tersebut menjadi larik yang menarik

Larik-larik yang menarik secara sintaksis juga berbeda dengan sintaksis

umumnya. Seorang penyair, memiliki kebebasan dalam membuat pengalimatan

yang tidak terikat oleh sintaksis kebahasaan umumnya. Contoh: aroma luka muara

pada/ mata hati dan mata kaca/ mata luka karena dusta menata/ juga alpa meraja.

d) Mengklasifikasikan ke dalam satu pokok gagasan

Penyair penting untuk mengategorikan larik-larik yang dibuat dalam

tema kecil yang sering disebut subjek matter. Dibutuhkan kemampuan analisis

terhadap isi dan makna larik kemudian merangkai gagasan larik ke dalam

keutuhan bait yang memikat.

e) Menata utuh ke dalam keutuhan puisi

Mengategorikan larik ke dalam kelompok larik yang membangun bait.

Dalam hal ini dibutuhkan kejelian untuk menentukan larik-larik yang memiliki

makna sama, berdekatan, dan bahkan berurutan “pikiran”. Dengan begitu maka

akan sangat membantu dalam mengklasifikasikan larik.

f) Menentukan judul yang menarik

Langkah ini membutuhkan kemampuan dalam mengenali kembali isi

puisi setelah terbangun totalitas makna di dalamnya. Sebuah upaya penting untuk

memikat pembaca adalah judul yang menarik. Judul puisi diharapkan memiliki

“daya bayang”, “daya rangsang”, dan “daya kenang” yang mendalam.

Teknik peta pasang kata ini diciptakan khusus untuk pembelajaran

menulis puisi terutama untuk pemula. Masalah yang lazim dihadapi siswa adalah

takut, tidak tahu harus mulai dari mana, yang akhirnya daya imajinasi siswa tidak
2

berkembang. Dalam teknik ini kelebihan yang utama adalah membangkitkan

keberanian siswa, walaupun hanya dengan mengeluarkan satu kata. Kemudian

siswa secara bertahap ditingkatkan memasangkan kata menjadi kalimat, kalimat

menjadi bait, yang akhirnya terciptalah sebuah puisi.

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan proses tentang alur pikir seseorang dalam

menganalisis dan memecahkan suatu persoalan atau masalah-masalah yang akan

dihadapi, serta memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

dalam perumusan masalah.

Pembelajaran bahasa Indonesia terbagi menjadi empat aspek, yakni

keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan program

pembelajaran menulis di SMP Al-Bayan Makasaar, menulis puisi merupakan

pembelajaran penting yang harus dikuasai oleh setiap siswa, akan tetapi

keterampilan menulis puisi belum tercapai tujuannya. Oleh Karena itu, peneliti

menggunakan teknik peta pasang kata guna mengatasi kesulitan menulis puisi

yang dialami oleh siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang

dimulai dengan perencanaan kemudian pelaksanaan dan diakhiri dengan penilaian

yang dilakuakn dua siklus. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini peneliti

menyusun sebuah kerangka pikir, yakni sebagai berikut:


2

Keterampilan Berbahasa

MENYIMAK BERBICARA MEMBACA MENULIS

KETERAMPILAN
MENULIS PUISI

TEKNIK PETA
PASANG KATA

PERENCANAAN PELAKSANAAN PENILAIAN

SIKLUS I & SIKLUS II

ANALISIS

HASIL
Bagan 2.1 Kerangka Pikir

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan perkiraan atau dugaan yang bersifat teoritik dan

logis atau menjadi jawaban sementara untuk kemudian menjelaskan suatu fakta

dan kejadian. Maka penulis menetapkan hipotesis penelitian ini adalah jika

menggunakan teknik peta pasang kata pada pembelajaran bahasa Indonesia maka

keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar dapat

meningkat.
28

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang diartikan

dengan classroom action research. Penelitian tindakan kelas merupakan langkah

nyata yang dilakukan guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran

dalam kelas. Arikunto, dkk (2012: 2) menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) melalui paparan gabungan definisi tiga kata sebagai berikut:

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, melakukan aturan

metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat

untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi

peneliti;

2. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan, dan

3. Kelas adalah kelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru.

Menurut Umar dan Nurbaya Kaco (2008:4-5), Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan

tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-

praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional. Menurut McNiff (dalam

Umar dan Nubaya Kaco, 2008;3) memandang penelitian tindakan kelas sebagai

bentuk reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat

dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan


28
2

sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya. Dari uraian tersebut

dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan

terjadi dalam sebuah kelas.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan demi perbaikan dan

peningkatan praktik-praktik pembelajaran secara berkesinambungan yang pada

dasarnya melekat pada penuaian misi profesional kependidikan yang diemban

oleh guru. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kegiatan yang langsung

berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Selain itu, penelitian tindakan kelas

dianggap mudah karena hanya melalui empat tahapan yaitu perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMP Al-Bayan Makassar, jalan

Tamalanrea Raya BTP blok M nomor 26, kota Makassar. Lokasi ini dipilih

setelah berbincang-bincang dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia ibu

Sabiroh, S.S. Beliau mengatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia

khususnya keterampilan menulis puisi tidak diminati oleh siswa-siswa. Oleh

karena itu, beliau menyarankan untuk memperbaiki pembelajaran keterampilan

menulis puisi yang belum optimal dan lokasi SMP Al-Bayan Makassar berdekatan

dengan lokasi rumah peneliti.


3

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam PTK ini adalah siswa kelas VIII SMP Al-Bayan

Makassar. Jumlah siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini terdiri dari 16

siswa, semuanya perempuan. Usia siswa berkisar antara 13-14 tahun.

C. Fokus Penelitian

Adapun faktor yang diamati adalah:

1) Proses yaitu terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa

dengan siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan

menggunakan teknik peta pasang kata agar kegiatan belajar mengajar

berlangsung efektif dan efesien.

2) Hasil yaitu menganalisis peningkatan keterampilan menulis puisi pada siswa

setelah menggunakan teknik peta pasang kata yang diukur melalui pelaksanaan

tes pada setiap ahkir siklus yang indikatornya mencapai KKM 70 ke atas.

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Seluruh rangkaian pembelajaran pada Penelitian Tindakan Kelas

dilaksanakan dalam beberapa siklus tindakan. Penelitian Tindakan Kelas ini

dilaksanakan melalui pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap yaitu

merencanakan (plan), melakukan tindakan (action), mengamati (observation), dan

merefleksi (reflective). Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dengan diawali oleh

suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hasil kajian ini

kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses

pelaksanaan rencana yang telah disusun kemudian dilakukan observasi dan


3

evaluasi yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas

apa yang terjadi pada tahapan pelaksanaan. Hasil dari proses refleksi ini kemudian

melandasi upaya perbaikan dan penyempurnaan rencana tindakan berikutnya.

Tahap-tahap di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai

suatu kualitas keberhasilan tertentu tercapai.

Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc. Taggart sangat mudah dipahami oleh guru ketik
2008:21) sebagai berikut:

Pratindakan Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Tindakan

Observasi

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Tindakan

Observasi

Bagan 3.1. Skema Tahap dan Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan
Mc. Taggart Oleh Umar dan Nurbaya Kaco (2008:21)
3

Sebelum melaksanakan empat tahap yang digambarkan di atas, tindakan

atau prosedur PTK ini didahului dengan melaksanakan observasi atau

pengamatan awal terhadap objek yang akan diteliti. Setelah peneliti mengadakan

pengamatan dan wawancara dengan wali kelas, terdapat beberapa masalah yang

mengakibatkan rendahnya keterampilan siswa SMP dalam menulis puisi. Masalah

tersebut diantaranya adalah kurangnya pemahaman dan pengalaman siswa dalam

menulis puisi. Oleh karena itu, peneliti akan mencoba alternatif lain untuk

memecahkan masalah tersebut berupa teknik pembelajaran menulis puisi dengan

menggunakan teknik peta pasang kata. Dengan menggunakan teknik peta pasang

kata peneliti berpendapat bahwa siswa akan terpancing untuk menemukan ide dan

gagasannya untuk dituangkan kembali dalam bentuk tulisan (puisi).

Dari data dan informasi yang diperoleh tersebut selanjutnya peneliti

menetapkan fokus masalah. Kemudian, masalah dianalisis, dan dirumuskan secara

operasional sehingga hasil dan kesimpulan pelaksanaan tindakan dapat diukur

dengan instrumen penilaian yang digunakan. Adapun tahap atau prosedur

penelitian tahap siklus 1 dan 2 adalah :

1. Tahapan Siklus I

Pelaksanaan siklus I berlangsung selama 4 (empat) kali pertemuan, 3

(tiga) kali untuk pelaksanaan tindakan, dan 1 (satu) kali pertemuan untuk

pelaksanaan tes akhir siklus I.

a. Perencanaan Tindakan

Peneliti melakukan konsultasi dengan guru kelas untuk merancang dan

menyusun perangkat pembelajaran, terdiri dari: 1) skenario pembelajaran peta


3

pasang kata yang dituangkan dalam RPP, 2) membuat lembar kerja peta pasang

kata, dan c) mendesain instrumen observasi aktivitas belajar siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Penggunaan teknik peta pasang kata pada mata pelajaran bahasa

Indonesia mengikuti langkah-langkah:

1) Guru melaksanakan apersepsi.

2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

3) Guru menjelaskan materi pokok pelajaran.

4) Guru menjelaskan enam langkah menulis puisi.

5) Guru membimbing siswa menulis puisi bebas dengan memerhatikan langkah-

langkah menulis puisi.

6) Siswa memilih kata (diksi) kemudian membuat kalimat dari kata kunci tersebut

kemudian menyusun menjadi sebuah puisi yang menarik.

7) Siswa menentukan judul yang menarik.

8) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.

9) Guru melakukan evaluasi pembelajaran.

c. Observasi

Melakukan pengamatan terhadap penerapan teknik pembelajaran yang

dilakukan dan mencatat setiap kegiatan serta perubahan yang terjadi saat proses

pembelajaran. Observasi dimaksudkan untuk mengukur proses belajar mengajar

melalui pembelajaran menulis puisi dengan teknik peta pasang kata, sehingga

pada akhir siklus kegiatan diperoleh kesimpulan penelitian.

d. Refleksi
3

Refleksi dimaksudkan untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan

atau mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil

refleksi selanjutnya menjadi dasar pelaksanaan tindakan perbaikan pada siklus

berikutnya.

2. Tahapan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi tindakan yang dilaksanakan pada siklus I,

dilakukan perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Pelaksanaan

tindakan pada siklus II disesuaikan dengan perubahan yang ingin dicapai. Hasil

yang dicapai pada siklus ini dikumpulkan serta dianalisis untuk menetapkan suatu

kesimpulan.

Jadi pelaksanaan siklus II dilakukan setelah pelaksanaan siklus I, setelah

siklus I dilakukan kemudian dilakukan evaluasi untuk memperbaiki kekurangan

yang dilaksanakan pada siklus I sehingga pelaksanaan siklus II lebih baik dari

siklus I. Pelaksanaan siklus II sama halnya dengan pelaksanaan siklus I mulai dari

tahap perencaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh kebenaran yang objektif dalam pengumpulan data

maka diperlukan adanya instrumen yang tepat agar masalah yang diteliti akan

terefleksikan dengan baik. Menurut Arikunto (dalam Riduwan, 2010:51),

Instrumen penelitian adalah alat bantu atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan tersistematis sehingga lebih mudah

diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktifitas siswa seperti

kehadiran siswa, perhatian dan kesungguhan siswa dalam belajar serta keberanian

siswa dalam bertanya dan memberi tanggapan terhadap jawaban dalam proses

pembelajaran.

Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktifitas Siswa

Pertemuan
No Aspek yang diamati Persentase
1 2 3 4
1 Kehadiran siswa T
2 Siswa yang memperhatikan materi E
3 Siswa yang mengajukan pertanyaan S
4 Siswa yang menjawab pertayaan
5 Siswa yang aktif mengerjakan tugas S
individu I
6 Siswa yang melakukan kegiatan lain yang K
tidak relevan dengan pembelajaran L
U
S

2. Lembar Analisis Keterampilan Menulis Puisi Siswa

Lembar analisis keterampilan menulis puisi siswa digunakan untuk

mengukur keberhasilan siswa dalam menulis puisi. Dalam menilai puisi, peneliti

menetapkan kriteria penilaian yang menjadi patokan dalam penskroran

berdasarkan aspek yang dinilai. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Format Pedoman Pengskoran Kemampuan Menulis


Puisi melalui Teknik Peta Pasang Kata

Aspek yang dinilai Kriteria Skor


1. Pencarian ide a. Penemuan ide yang tepat 10
(ilham)/ imajinasi b. Penemuan ide yang kurang tepat 5
c. Tidak menemukan ide sama sekali 0
2. Pemilihan tema a. Pemilihan tema yang sangat menarik 15
puisi yang akan berupa peristiwa yang pernah dialami
dibuat siswa atau lingkungan sekitar tergambar
3

lewat keseluruhan unsur puisi


b. Pemilihan tema yang menarik berupa 10
peristiwa yang pernah dialami siswa
atau lingkungan sekitar tergambar lewat
lima unsur puisi
c. Pemilihan tema yang kurang menarik 5
berupa peristiwa yang pernah dialami
siswa atau lingkungan sekitar tergambar
lewat 3-4 unsur puisi
d. Pemilihan tema yang tidak menarik 0
karena tidak tergambar lewat unsur
puisi
3. Pemilihan diksi a. Menuliskan kata yang tepat 20
(kata) yang padat b. Kadang-kadang menuliskan kata yang 15
dan khas tidak tepat
c. Sering menuliskan kata yang tidak tepat 10
d. Salah menuliskan kata dan 5
sangat terbatas
e. Tidak menulis apa-apa 0
4. Membuat kalimat a. Membuat puisi dari kata kunci dengan 10
menjadi puisi dari tepat
kata kunci b. Membuat puisi dari kata kunci kurang 5
tepat
c. Membuat puisi dari kata kunci tidak 0
tepat
5. Mengurutkan atau a. Mengurutkan pasangan kata menjadi 15
mengembangkan larik yang tepat
pasangan kata b. Mengurutkan pasangan kata menjadi 10
menjadi larik yang larik kurang tepat
menarik c. Mengurutkan pasangan kata menjadi 5
larik yang tidak tepat
6. Menata utuh ke a. Menata utuh ke dalam keutuhan 20
dalam keutuhan puisi yang tepat
puisi b. Menata utuh ke dalam keutuhan puisi 10
yang kurang tepat
c. Menata utuh ke dalam keutuhan 5
puisi yang tidak tepat
7. Penentuan judul a. Penentuan judul yang menarik 10
yang menarik b. Penentuan judul yang kurang menarik 5
c. Penentuan judul yang tidak menarik 0
Jumlah 100
(diadatasi dari Siti Suwadah Rimang)
3

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu cara yang dapat dilakukan dan

ditetapkan oleh peneliti dalam melakukan kegiatan, setelah melakukan instrumen

dalam pengumpulan data yang akan dilakukan. Menurut Riduwan (2010:51),

teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun pengumpulan data dalam penelitian

ini yaitu dengan menggunakan teknik observasi dan tes.

1. Teknik Observasi

Menurut Sudjana (2005: 84) observasi adalah alat untuk mengukur atau

menilai hasil dan proses belajar. Observasi adalah melakukan pengamatan secara

langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan

(Riduwan, 2010: 57). Teknik observasi merupakan teknik pengumpul data yang

dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala

yang diselidiki, observasi dilakukan menurut prosedur dan aturan tertentu

sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti dan hasil observasi dapat ditafsirkan

secara ilmiah.

Bentuk observasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah observasi

langsung, yaitu pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang

terjadi dalam situasi sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat. Observasi

digunakan untuk mengamati latar kelas tempat berlangsungnya pembelajaran

keterampilan menulis puisi. Teknik ini dilakukan dengan mengamati aktivitas

belajar mengajar dan interaksi yang terjadi di dalam kelas selama kegiatan
3

pembelajaran. Instrumen yang digunakan dalam kegiatan observasi adalah lembar

observasi.

2. Teknik Menggunakan Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk

mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok. Bentuk tes yang dipilih dalam penelitian ini

adalah menulis puisi dengan menggunakan teknik peta pasang kata. Instrumen

penelitian bentuk tes digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif berupa

keterampilan menulis puisi siswa. Tes keterampilan menulis puisi digunakan

untuk mengungkapkan kemampuan siswa dalam menulis puisi setelah tindakan

dilaksanakan.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memeroleh data langsung dari

tempat penelitian (Riduwan, 2010:58). Teknik dokumentasi dalam penelitian ini

digunakan untuk pendokumentasian gambar atau pengambilan gambar terhadap

aktifitas kegiatan pembelajaran keterampilan menulis puisi.

G. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah

teknik analisis statistik deskriptif. Menurut Wijaya (2011:7-8), statistik deskriptif

merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga

mudah dipahami dan diinterpretasikan. Deskriptif sifatnya menggambarkan atau

mendeskripsikan suatu kondisi. Statistik deskriptif berfungsi mempelajari tata

cara pengumpulan, pencatatan, penyusunan, dan penyajian data penelitian dalam


3

bentuk tabel frekuensi atau grafik dan selanjutnya dilakukan pengukuran nilai-

nilai statistiknya berupa mean.

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian dianalisis melalui

penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses analisis data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu lembar observasi

aktifitas siswa dan lembar analisis keterampilan menulis puisi siswa. Hasil

keterampilan menulis puisi siswa dianalisis dengan rumus:

Skor Nilai Akhir: Skor Perolehan X Skor Ideal (100%)


Skor Maksimum
Setelah mendapatkan skor nilai akhir setiap siswa, langkah selanjutnya

adalah mencari nilai mean. Dengan menggunakan rumus mean data kelompok:

∑(𝑡i. ƒi)
𝑥=
∑ƒi

Keterangan:
𝑥 = Mean
ti = Titik Tengah
∑fi = Jumlah Frekuensi
Riduwan, (2010:106)

Data hasil observasi kegiatan belajar siswa dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif sederhana dengan menghitung persentase

peningkatan keterampilan menulis puisi siswa dalam kegiatan belajar mengajar di

kelas. Menurut Sudijono (dalam Sidrah, 2010:22) mencari persentase (%) nilai

rata-rata adalah:

f
P= X
100% N
4

Keterangan: P = angka persentase


ƒ = frekuensi yang dicari persentasenya
N = banyaknya sampel
Semua data yang diperoleh terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan

fokus penelitian, kemudian peneliti menginterpretasikan data yang telah

dikumpulkan. Nilai-nilai dinyatakan dengan menggunakan simbol atau pernyataan

atau rentang skor atau kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan

sangat rendah. Sebagai berikut:

Table 3.3 Standar Kategori Penilaian

No Interval Kategori Hasil Belajar


1 0-59 Sangat Rendah
2 60-69 Rendah
3 70-79 Sedang
4 80-89 Tinggi
5 90-100 Sangat Tinggi
(Depdikbud 2008, dalam Suwarni, 2012: 42)

Tabel 3.4 Format Distribusi Frekuensi, Persentase,


Serta Kategori Ketercapaian Pembelajaran Keterampilan Menulis Puisi
Melalui Teknik Peta Pasang Kata Siswa Kelas VIII SMP Al-Bayan
Makassar Pada Siklus I Dan II

Persentase
Tes Belajar Interval Nilai Kategori Frekuensi
(%)
Nilai 70 ke
Tuntas
Siklus atas
I dan II Nilai 69 ke
Tidak tuntas
bawah

Untuk mempermudah peneliti dalam mengolah data hasil penelitian,

maka digunakan alat bantu analisis berupa SPSS atau yang saat ini lebih dikenal

dengan nama PASW (Predictive Analytic Software) merupakan software interface


4

friendly yang saat ini banyak digunakan dalam mengolah data penelitian (Wijaya,

2010:9).

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan melekat kepada tujuan pembelajaran yang telah

tercapai. Indikator menjawab pertanyaan bagaimana kita dapat mengetahui bahwa

siswa sudah dapat mencapai hasil pembelajaran. Indikator menjelaskan tentang

kinerja siswa yang dapat ditunjukkan melalui tulisan, presentasi, dan kinerja

dalam tes atau tugas yang dihasilkan siswa.

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini menurut standar

klasikal adalah apabila skor rata-rata hasil tes siswa melalui teknik peta pasang

kata mencapai 85% siswa yang memeroleh lebih dari standar KKM minimum 70

dan terjadi perubahan sikap siswa selama mengikuti proses belajar mengajar yang

ditandai dengan peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis puisi,

mengajukan dan menjawab pertanyaan, aktif mengerjakan tugas dan

bertanggungjawab dalam proses pembelajaran.


42

BAB IV
HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dibahas hasil-hasil penelitian setelah pelaksanaan

teknik peta pasang kata pada pembelajaran keterampilan menulis puisi siswa kelas

VIII SMP Al-Bayan Makassar dapat ditingkatkan. Sebelum melaksanakan

penelitian, peneliti melakukan koordinasi dengan kepala sekolah. Pada pertemuan

tersebut kepala sekolah memberikan izin pelaksanaan penelitian dan

mempersilahkan berkonsultasi langsung dengan guru bidang studi bahasa

Indonesia dalam menetapkan rencana penelitian.

A. Hasil Penelitian

1. Siklus I

a. Perencanaan

Sebelum melakukan penelitian terlalu jauh, hal yang pertama yang

dilakukan oleh peneliti adalah bagaimana merencanakan proses pembelajaran

keterampilan menulis puisi dengan menggunakan teknik peta pasang kata. Pada

tahap ini, peneliti menelaah kurikulum siswa kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar

untuk mengetahui standar kompetensi yang ingin dicapai pada materi

keterampilan menulis puisi kemudian menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran, membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran

di kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.

Menata perangkat/instrumen pembelajaran untuk peningkatan

keterampilan menulis puisi melalui teknik peta pasang kata yang terdiri dari

42
4

tempat: ruang kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar, dan perlengkapan : meja,

kursi, buku pelajaran bahasa Indonesia, laptop, white board, spidol, penghapus,

dan lembar kerja menulis puisi dengan menggunakan teknik peta pasang kata

(potongan-potongan karton) serta mendesain alat evaluasi berupa kategori skor

melalui tes keterampilan menulis puisi siswa dengan rubrik penilaian berdasarkan

format yang telah dibuat untuk siswa dengan bentuk kategorisasi tingkat

keterampilan 90-100 dikategorikan sangat tinggi, tingkat keterampilan 80-89

dikategorikan tinggi, tingkat keterampilan 70-79 dikategorikan sedang, tingkat

keterampilan 60-69 dikategorikan rendah, tingkat keterampilan 0-59

dikategorikan sangat rendah.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini merupakan implementasi rencana pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan teknik peta pasang kata yang telah dibuat dari hasil

kolaborasi peneliti dan guru. Diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan guru

menghasilkan materi yang akan diajarkan agar persepsi peneliti dan guru sama.

Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus I ini berlangsung selama 3 kali

pertemuan dengan lama waktu setiap pertemuan adalah 4 x 40 menit. Berikut ini

penjelasan pelaksanaan tindakan:

Pertemuan I pada hari Rabu tanggal 27 Agustus 2014

Pada pertemuan pertama guru bidang studi bahasa Indonesia

memperkenalkan peneliti kepada siswa kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar.

Perkenalan dilakukan agar siswa tidak bingung dengan kehadiran peneliti, selain

itu melalui proses perkenalan peneliti menjelaskan kepada siswa maksud dan

tujuan diadakannya kegiatan penelitian. Kemudian peneliti mengecek kehadiran


4

siswa dengan melihat satu persatu wajah siswa guna mengenal siswa yang

menjadi objek penelitian. Sebelum memberikan materi peneliti terlebih dahulu

menyampaikan prasyarat pengetahuan dari materi yang akan diajarkan sehingga

ada gambaran pada siswa tentang materi pelajaran yang akan dipelajari, setelah

menyampaikan gambaran awal tentang materi menulis puisi dengan menggunakan

teknik peta pasang kata peneliti menyampaikan tujuan mempelajari menulis puisi

sehingga memberikan motivasi siswa untuk belajar. Kemudian peneliti

mengadakan interaksi dengan siswa agar siswa tidak merasa malu dengan

kehadiran peneliti.

Setelah interaksi dengan siswa selesai, mulailah peneliti menyajikan

materi pembelajaran. Peneliti memberikan pemahaman kepada siswa bahwa

proses belajar kali ini akan berbeda dengan proses belajar sebelumnya karena

pada pembelajaran menulis puisi akan dilakukan dengan menggunakan teknik

peta pasang kata. Teknik yang berpusat pada keberanian dalam memasang-

masangkan kata secara acak dan bebas. Kemudian peneliti menyajikan dan

menjelaskan materi pengertian puisi. Peneliti juga memberikan beberapa contoh

puisi, setelah itu peneliti meminta kepada siswa untuk memberikan persepsinya

mengenai pengertian puisi. Dengan memahami pengertian puisi siswa akan lebih

mudah dalam merangkai kata menjadi puisi.

Dari kegiatan tersebut, siswa merespon dengan baik. Hal tersebut

ditandai dengan banyaknya siswa berpartisipasi menyampaikan pendapatnya

mengenai pengertian puisi, ada yang berpendapat bahwa puisi merupakan

kumpulan kata-kata indah yang penuh dengan makna konotasi, ada pula yang
4

yang mengatakan bahwa puisi itu memiliki kata yang sedikit tetapi maknanya luas

dan ada yang berpendapat puisi itu sederetan kata yang berasal dari pemikiran

serta perasaan penyair. Namun berdasarkan hasil pengamatan, masih ada siswa

yang merasa kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar, penyebabnya adalah

kurangnya pemahaman siswa tentang materi puisi. Pada saat jam pelajaran

berakhir peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk banyak membaca puisi

guna memperbanyak kosa kata yang akan membantu dalam menulis puisi

sehingga kesulitan-kesulitan yang menghantui siswa dalam menulis puisi dapat

dihilangkan.

Pertemuan II pada hari Kamis tanggal 28 Agustus 2014

Peneliti mengecek kehadiran siswa dengan menyebutkan namanya satu

persatu agar peneliti bisa mengenali wajah dari para siswa yang menjadi objek

penelitiannya. Sebelum melanjutkan pembelajaran peneliti terlebih dahulu

melakukan apersepsi mengenai materi yang telah diajarkan setelah itu peneliti

melanjutkan materi dengan menjelaskan unsur bentuk/ struktur fisik puisi (metode

puisi) yaitu diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, dan

tipografi . Kemudian peneliti meminta satu persatu siswa menuliskan satu kalimat

di papan tulis dengan pemilihan diksi yang tepat dan menggunakan salah satu

bahasa figuratif. Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa peneliti memberikan

penghargaan kepada siswa yang aktif, siswa yang memberikan pertanyaan yang

berkaitan dengan materi pelajaran, siswa yang menjawab pertanyaan dari peneliti,

dan siswa yang menulis puisi dengan baik dan indah. Bentuk penghargaan yang

diberikan oleh peneliti berupa ancungan jempol, adanya hadiah dan sebagainya.

Pertemuan III pada hari Jumat tanggal 29 Agustus 2014


4

Peneliti mengecek kehadiran siswa dengan menyebutkan namanya satu

persatu agar peneliti bisa mengenali wajah dari para siswa yang menjadi objek

penelitiannya. Sebelum melanjutkan pembelajaran peneliti terlebih dahulu

melakukan apersepsi mengenai materi yang telah diajarkan setelah itu peneliti

melanjutkan materi dengan menjelaskan unsur isi/ struktur batin puisi (hakikat

puisi) meliputi tema, perasaan, nada, dan amanat. Kemudian peneliti juga

menjelaskan langkah-langkah menulis puisi dengan menggunakan teknik peta

pasang kata. Peneliti langsung memberikan contoh implementasi teknik peta

pasang kata dengan menunjuk langsung siswa menuliskan pasangan kata yang

akan dikembangkan menjadi puisi di papan tulis. Dalam kegiatan ini siswa sangat

aktif, beberapa siswa menuliskan pasangan kata di papan tulis, kemudian siswa

yang lain mengembangkannya menjadi kalimat yang menarik. Peristiwa tersebut

menunjukkan bahwa siswa telah memahami teknik peta pasang kata dalam

menulis puisi, dengan begitu tes siklus I siap dilaksanakan.

c. Observasi dan Hasil Belajar

1) Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan

tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Observasi

yang dilakukan dengan mendokumentasikan pengaruh tindakan yang diberikan

selama proses pembelajaran keterampilan menulis puisi melalui teknik peta

pasang kata, yaitu pengamatan terhadap kondisi selama pelaksanaan tindakan

berlangsung. Selama pelaksanaan tindakan peneliti dibantu oleh guru mata

pelajaran mengecek lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya. Adapun

deskripsi aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
4

Tabel 4.1 Data Hasil Aktivitas Observasi Siswa yang Relevan dengan
Pembelajaran Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus I

Pertemuan Rata- Persentase


No Aspek yang diamati
1 2 3 4 rata (%)
1. Kehadiran siswa 14 16 14 14,7 92
Siswa yang memperhatikan T
2. 12 14 14 E 13,3 83
materi
Siswa yang mengajukan S
3. 0 3 1 1,3 8
pertanyaan
Siswa yang menjawab S
4. 2 4 3 I 3 18,7
pertayaan
K
Siswa yang aktif
5. 14 16 14 L 14,7 92
mengerjakan tugas individu
U
Siswa yang melakukan S
6. kegiatan lain yang tidak 2 2 0 1,3 8
relevan dengan pembelajaran I

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diperoleh bahwa dari 16 siswa kelas VIII

SMP Al-Bayan Makassar, kehadiran siswa rata-rata mencapai 92%. Siswa yang

memperhatikan materi mencapai 83%, siswa yang mengajukan pertanyaan rata-

rata 8%, siswa yang menjawab pertanyaan rata-rata 18,7%. Kemudian siswa yang

aktif mengerjakan tugas individu mencapai 92%, dan siswa yang melakukan

kegiatan lain yang tidak relevan dengan pembelajaran 8%.

Dari hasil observasi diperoleh gambaran bahwa minat dan motivasi siswa

selama mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya

keterampilan menulis puisi melalui teknik peta pasang kata cukup baik. Hal ini

diindikasikan oleh gambaran yang diperoleh saat kegiatan pembelajaran

berlangsung.
4

2) Hasil Belajar Siswa

Pada tahap ini juga dilaksanakan evaluasi berupa tes menulis puisi

dengan menggunakan teknik peta pasang kata siklus I. Setelah evaluasi dilakukan

peneliti memberikan nilai pada puisi siswa dengan berpedoman pada pengskoran

kemampuan menulis puisi melalui teknik peta pasang kata yang telah dilampirkan

dalam skripsi ini. Berikut tabel hasil keterampilan menulis puisi siswa melalui

teknik peta pasang kata berdasarkan tujuh aspek yang dinilai.

Tabel 4.2 Pengskoran Kemampuan Menulis Puisi Siswa


melalui Teknik Peta Pasang Kata Siklus I
Aspek yang dinilai
No Nama Siswa Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Ade Winda Irrika 10 5 15 5 5 5 5 50
2. Afiqa Wahdania 10 5 20 10 15 10 5 75
3. Alfiyah 5 0 10 5 10 10 5 45
4. Asrianti Aras 10 5 20 10 10 10 5 70
5. Assahra Quines P 5 5 10 5 5 5 5 40
6. Besse Siti Halima 10 5 15 5 10 10 5 60
7. Eva S 10 5 20 10 15 20 5 85
8. Mujdalifa P 5 5 10 10 15 10 5 60
9. Nalda Fitriani 10 5 20 10 10 10 5 70
10. Nuraisyah Mulianda 5 5 20 10 15 10 5 70
11. Sarah Ashari 10 5 5 0 10 10 5 45
12. Siti Hasbaina Belti 5 0 5 5 10 5 0 30
13. Sri Reskiani B 5 5 5 10 10 10 5 50
14. ST. Srifa 5 5 5 0 5 5 5 30
15. Sulistiawaty 10 5 15 10 10 10 5 65
16. Yuni Alfiah 5 5 15 5 10 10 5 55

Keterangan:
Aspek yang dinilai 1 : pencarian ide/ imajinasi
4

Aspek yang dinilai 2 : pemilihan tema puisi yang akan dibuat


Aspek yang dinilai 3 : pemilihan diksi
Aspek yang dinilai 4 : kesesuaian kalimat dengan pasangan kata
Aspek yang dinilai 5 : pengembangan larik
Aspek yang dinilai 6: keutuhan puisi
Aspek yang dinilai 7 : judul yang menarik
Berikut grafik hasil keterampilan menulis puisi melalui teknik peta

pasang kata pada siklus I.

Grafik 4.1 Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siswa melalui Teknik Peta
Pasang Kata Siklus I

Grafik tersebut menjelaskan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 30

berjumlah 2 orang, siswa yang mendapatkan nilai 40 berjumlah 1 orang,

kemudian yang mendapatkan nilai 45 berjumlah 2 orang siswa begitu pula dengan

nilai 50 yang diraih oleh 2 orang siswa. Nilai 55, 65, 75, 85 masing-masing nilai

tersebut diraih oleh 1 orang siswa. Kemudian siswa yang mendapatkan nilai 60

berjumlah 2 orang siswa dan nilai 70 berjumlah 3 orang siswa.


5

Berdasarkan hasil pengskoran keterampilan menulis puisi siswa melalui

teknik peta pasang kata pada tabel 4.2 maka rangkuman statistik skor hasil

keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui

teknik peta pasang kata sebagai berikut.

Tabel 4.3 Statistik Skor Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas
VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui Teknik Peta Pasang Kata Siklus
I

No Statistik Nilai Statistik


1. Subjek penelitian 16

2. Skor ideal 100

3. Skor maksimum 85

4. Skor minimum 30

5. Rentang skor 55

6. Rata-rata 56,25

Dari tabel 4.3 maka dapat disimpulkan bahwa hasil keterampilan menulis

puisi siswa kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui teknik peta pasang kata

pada siklus I diperoleh skor rata-rata 56,25 dari skor ideal yang mungkin dicapai

100. Skor maksimum 85 dan skor minimum 55.

Kemudian nilai hasil keterampilan menulis puisi siswa yang telah

didapatkan, peneliti mengkategorisasikannya ke dalam standar kategori penilaian.

Kategori skor yang telah ditentukan peneliti sebelumnya adalah:

1. Kategori skor 90 – 100 = Sangat Tinggi

2. Kategori skor 80 – 89 = Tinggi

3. Kategori skor 70 – 79 = Sedang

4. Kategori skor 60 – 69 = Rendah


5

5. Kategori skor 0 – 59 = Sangat Rendah

Apabila skor hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam lima (5)

kategori maka diperoleh distribusi frekuensi skor yang dapat ditunjukkan pada

tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4 Persentase Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas


VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui Teknik Peta Pasang Kata
Siklus I

No Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)


1 0 – 59 Sangat Rendah 8 50
2 60 – 69 Rendah 3 18,7
3 70 – 79 Sedang 4 25
4 80 – 89 Tinggi 1 6,3
5 90– 100 Sangat Tinggi 0 0
Jumlah 16 100

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh bahwa dari 16 orang siswa kelas VIII

SMP Al-Bayan Makassar, terdapat 8 orang (50%) yang hasil keterampilan

menulisnya masuk dalam kategori sangat rendah. 3 orang (18,7%) masuk dalam

kategori rendah. 4 orang (25%) masuk dalam kategori sedang. 1 orang (6,3%)

masuk dalam kategori tinggi dan 0% masuk dalam kategori sangat tinggi.

Dengan demikian bila dikaitkan antara skor rata-rata dengan kategorisasi

skor, maka hasil keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII SMP Al-Bayan

Makassar melalui teknik peta pasang kata siklus I termasuk kategori rendah.

Apabila hasil keterampilan menulis puisi siswa pada siklus I dianalisis maka

persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I ditunjukkan pada tabel 4.5

berikut.
5

Tabel 4.5 Deskripsi Ketuntasan Keterampilan Menulis Puisi


Siswa Kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui
Teknik Peta Pasang Kata Siklus I

Persentase
Skor Kategori Frekuensi
(%)
0-69 Tidak tuntas 11 68,7 %
70-100 Tuntas 5 31,3%
Jumlah 16 100%

Dari tabel 4.5 menunjukkan pada siklus I persentase ketuntasan

keterampilan menulis puisi siswa melalui teknik peta pasang kata sebesar 31,3%

yaitu 5 dari 16 siswa termasuk kategori tuntas dan 11 dari 16 siswa termasuk

kategori tidak tuntas atau 68,7% jumlah siswa yang memerlukan perbaikan dalam

hal ini akan diusahakan pada pembelajaran siklus II.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil analisis kategori skor dipadukan dengan hasil

observasi dan diskusi dengan guru bidang studi bahasa Indonesia. Peneliti

menarik simpulan sementara tentang pelaksanaan siklus I bahwa keterampilan

menulis puisi siswa dengan menggunakan teknik peta pasang kata masih perlu

ditingkatkan lagi, jadi masih perlu di adakan pengulangan proses kegiatan.

2. Siklus II

Langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus II ini merupakan

hasil refleksi dari siklus I. Oleh karena itu, langkah-langkah yang dilakukan relatif

sama dengan siklus I dengan mengadakan beberapa perbaikan dan

penyempurnaan sesuai dengan kenyataan yang telah ditemukan di lapangan.


5

a. Perencanaan

Pada tahapan ini peneliti merancang kembali rencana pelaksanaan

pembelajaran. Seperti halnya pada siklus I, tahap perencanaan siklus II peneliti

membuat instrumen penelitian berupa lembar observasi dan lembar tes

keterampilan menulis puisi dengan menggunakan teknik peta pasang kata beserta

format pedoman pengskorannya.

b. Pelaksanaan Tindakan

Adapun pelaksanaan tindakan pada sikus II ini berlangsung selama 3 kali

pertemuan dengan lama waktu 4 X 40 menit. Pembelajaran keterampilan menulis

puisi dengan menggunakan teknik peta pasang kata sebagai berikut:

Pertemuan I pada hari Kamis tanggal 4 September 2014

Pada awal tatap muka siklus II peneliti kembali mengecek kehadiran

siswa dengan menyebutkan namanya satu persatu agar peneliti bisa mengenali

wajah dari para siswa yang menjadi objek penelitiannya. Setelah membuka

pelajaran serta memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran, peneliti kembali

mengemukakan tujuan pembelajaran kemudian peneliti mengadakan interaksi

dengan siswa mengenai materi pada siklus I yang belum dipahami.

Peneliti mengawali pembelajaran dengan mengadakan apersepsi dan

melanjutkan kembali materi yang sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah

dibuat yaitu materi pembelajaran yang telah dijelaskan pada siklus I setelah itu

siswa diminta untuk menanyakan kembali materi pembelajaran yang belum

dipahami oleh siswa.


5

Pada siklus I nilai keterampilan menulis puisi siswa masih sangat rendah

karena masih kurangnya pemahaman siswa terhadap materi maka peneliti kembali

menjelaskan pengertian puisi, metode, dan hakikat puisi. Setelah peneliti selesai

menjelaskan, peneliti kembali memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya hal-hal yang belum dipahami. Setelah pelajaran selesai peneliti kembali

mengadakan refleksi pada pertemuan I.

Pertemuan II pada hari Jumat tanggal 5 September 2014

Peneliti kembali mengecek kehadiran siswa. Peneliti melakukan

apersepsi mengenai materi yang telah diajarkan. Kemudian peneliti bertanya

kepada siswa hal apa saja yang membuat mereka kesulitan menulis puisi. Satu per

satu siswa menyampaikan keluhannya. Ada yang mengatakan bahwa pemilihan

diksi yang digunakan hanya diksi yang biasa-biasa saja, peneliti memberikan

solusi dan penjelasan kepada siswa bahwa pemilihan diksi memang merupakan

salah satu unsur yang penting dalam menulis puisi, oleh karena itu kita harus

banyak-banyak membaca puisi atau karya sastra lainnya untuk memperbanyak

kosa kata, agar diksi yang digunakan bervariatif bukan itu-itu saja, hal yang mesti

dilakukan adalah menggerakkan imajinasi dalam berpikir, contohnya kata

tenggelam diganti menjadi dipeluk oleh laut, matahari diganti menjadi mentari,

sore diganti menjadi senja. Kata-kata tersebut lahir dari pemikiran imajinasi dalam

eksplorasi kata. Kemudian peneliti menyuruh siswa menuliskan satu kata yang

akan diganti menjadi kata yang imajinasi. Siswa sangat antusias dalam melakukan

kegiatan tersebut.
5

Siswa yang lain menyampaikan keluhannya mengenai bahasa figuratif.

Kemudian peneliti menjelaskan bahasa figuratif dengan membagikan lembar puisi

siswa pada siklus I secara acak dan menyuruh siswa menemukan bahasa figuratif

yang terkandung dalam puisi temannya. Melalui kegiatan tersebut siswa akan

mengamati, berpikir dan menalar dalam menganalisis puisi temannya sehingga

siswa akan lebih mengerti materi yang diberikan jika dibandingkan siswa menjadi

pendengar setia.

Pertemuan III pada hari Rabu tanggal 10 September 2014

Peneliti kembali mengecek kehadiran siswa. Peneliti melakukan

apersepsi mengenai materi yang telah diajarkan. Kemudian peneliti kembali

membagikan lembar puisi secara acak dan menyuruh siswa menemukan hakikat

puisi berupa tema, perasaan, nada beserta amanatnya. Siswa sangat antusias dalam

kegiatan ini. Setelah itu peneliti mengambil kembali lembar puisi siswa dan

memaparkan hal-hal yang perlu siswa perbaiki dalam menulis puisi. Hal tersebut

bertujuan agar siswa mengetahui hal-hal yang perlu dibenahi guna menghasilkan

puisi yang menarik. Melalui pengkritikan dan saran peneliti kepada siswa

membuat siswa tidak berkecil hati tetapi membuat mereka sangat bersemangat

dan antusias dalam menulis puisi lagi. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa

siswa tidak lagi menjadikan menulis puisi sebagai beban, dengan begitu tes siklus

II siap dilaksanakan.
5

c. Observasi dan Hasil Belajar

1) Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Seperti halnya pada siklus I, pada tahap ini dilaksanakan proses observasi

terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah

dibuat. Observasi yang dilakukan dengan mendokumentasikan pengaruh tindakan

yang diberikan selama proses pembelajaran keterampilan menulis puisi melalui

teknik peta pasang kata, yaitu pengamatan terhadap kondisi selama pelaksanaan

tindakan berlangsung. Selama pelaksanaan tindakan peneliti dibantu oleh guru

mata pelajaran mengecek lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya.

Adapun deskripsi aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut

ini.

Tabel 4.6 Data Hasil Aktivitas Observasi Siswa yang Relevan


dengan Pembelajaran Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus
II

Pertemuan Rata- Persentase


No Aspek yang diamati 1 2 3 4 rata (%)
1. Kehadiran siswa 15 16 16 15,7 98,1
Siswa yang memperhatikan T
2. materi 15 16 16 E 15,7 98,1
Siswa yang mengajukan S
3. pertanyaan 2 1 2 1,7 10,6
Siswa yang menjawab S
4. pertayaan 3 2 5 I 3,3 20,6
5. Siswa yang aktif mengerjakan K
15 16 16 L 15,6 97,5
tugas individu
Siswa yang melakukan U
6. kegiatan lain yang tidak 0 1 0 S 0,3 1,9
relevan dengan pembelajaran
II

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas diperoleh bahwa dari 16 siswa kelas VIII

SMP Al-Bayan Makassar, kehadiran siswa rata-rata mencapai 98,1%. Siswa yang
5

memperhatikan materi mencapai 98,1%, siswa yang mengajukan pertanyaan rata-

rata 10,6%, siswa yang menjawab pertanyaan rata-rata 20,6%. Kemudian siswa

yang aktif mengerjakan tugas individu mencapai 97,5%, dan siswa yang

melakukan kegiatan lain yang tidak relevan dengan pembelajaran 1,9%.

Dari hasil observasi diperoleh gambaran bahwa minat dan motivasi siswa

selama mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia sangat baik. Hal ini

diindikasikan oleh gambaran yang diperoleh saat kegiatan pembelajaran

berlangsung.

2) Hasil Belajar Siswa

Pada tahap ini juga dilaksanakan evaluasi berupa tes menulis puisi

dengan menggunakan teknik peta pasang kata siklus II. Setelah evaluasi dilakukan

peneliti memberikan nilai pada puisi siswa dengan berpedoman pada pengskoran

kemampuan menulis puisi melalui teknik peta pasang kata yang telah dilampirkan

dalam skripsi ini. Berikut tabel hasil keterampilan menulis puisi siswa melalui

teknik peta pasang kata berdasarkan tujuh aspek yang dinilai.

Tabel 4.7 Pengskoran Kemampuan Menulis Puisi Siswa


melalui Teknik Peta Pasang Kata Siklus II

Aspek yang dinilai


No Nama Siswa Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Ade Winda Irrika 10 10 20 10 15 10 5 80
2. Afiqa Wahdania 10 5 20 10 15 20 5 85
3. Alfiyah 10 5 15 10 10 10 5 65
4. Asrianti Aras 10 5 20 10 10 20 10 85
5

5. Assahra Quines P 10 5 20 10 15 20 10 90
6. Besse Siti Halima 10 15 20 10 15 10 10 90
7. Eva S 10 5 20 10 15 20 10 90
8. Mujdalifa P 10 5 20 10 15 20 5 85
9. Nalda Fitriani 10 10 20 10 15 10 5 80
10. Nuraisyah Mulianda 10 10 20 10 15 20 10 95
11. Sarah Ashari 10 10 20 10 15 10 5 80
12. Siti Hasbaina Belti 10 5 20 10 15 20 10 90
13. Sri Reskiani B 5 5 15 10 15 10 5 65
14. ST. Srifa 10 5 15 10 15 10 5 70
15. Sulistiawaty 10 10 20 10 15 20 10 95
16. Yuni Alfiah 10 5 20 10 15 20 5 85

Keterangan:
Aspek yang dinilai 1 : pencarian ide/ imajinasi
Aspek yang dinilai 2 : pemilihan tema puisi yang akan dibuat
Aspek yang dinilai 3 : pemilihan diksi
Aspek yang dinilai 4 : kesesuaian kalimat dengan pasangan kata
Aspek yang dinilai 5 : pengembangan larik
Aspek yang dinilai 6: keutuhan puisi
Aspek yang dinilai 7 : judul yang menarik

Berikut grafik hasil keterampilan menulis puisi melalui teknik peta

pasang kata pada siklus II.


5

Grafik 4.2 Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siswa melalui Teknik Peta
Pasang Kata Siklus II

Grafik tersebut menjelaskan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 65

berjumlah 2 orang, siswa yang mendapatkan nilai 70 berjumlah 1 orang, siswa

yang mendapatkan nilai 80 berjumlah 3 orang, kemudian yang mendapatkan nilai

85 berjumlah 4 orang siswa begitu pula dengan nilai 90 yang diraih oleh 4 orang

siswa dan nilai 95 yang merupakan nilai tertinggi diraih oleh 2 orang siswa.

Berdasarkan hasil pengskoran keterampilan menulis puisi siswa melalui

teknik peta pasang kata pada tabel 4.7 maka rangkuman statistik skor hasil

keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui

teknik peta pasang kata siklus II sebagai berikut.

Tabel 4.8 Statistik Skor Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas
VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui Teknik Peta Pasang Kata Siklus
II

No Statistik Nilai Statistik


1. Subjek penelitian 16

2. Skor ideal 100


6

3. Skor maksimum 95

4. Skor minimum 65

5. Rentang skor 30

6. Rata-rata 83,13

Dari tabel 4.8 maka dapat disimpulkan bahwa hasil keterampilan menuli

puisi siswa kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui teknik peta pasang kata

pada siklus II diperoleh skor rata-rata 83,13 dari skor ideal yang mungkin dicapai

100. Skor maksimum 95 dan skor minimum 65.

Kemudian nilai hasil keterampilan menulis puisi siswa yang telah

didapatkan, peneliti mengkategorisasikannya ke dalam standar kategori penilaian.

Kategori skor yang telah ditentukan peneliti sebelumnya adalah:

1. Kategori skor 90 – 100 = Sangat Tinggi

2. Kategori skor 80 – 89 = Tinggi

3. Kategori skor 70 – 79 = Sedang

4. Kategori skor 60 – 69 = Rendah

5. Kategori skor 0 – 59 = Sangat Rendah

Apabila skor hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam lima (5)

kategori maka diperoleh distribusi frekuensi skor yang dapat ditunjukkan pada

tabel 4.9 di bawah ini:

Tabel 4.9 Persentase Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas


VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui Teknik Peta Pasang Kata
Siklus II

No Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 0 – 59 Sangat Rendah 0 0
6

2 60 – 69 Rendah 2 12,5
3 70 – 79 Sedang 1 6,3
4 80 – 89 Tinggi 7 43,7
5 90– 100 Sangat Tinggi 6 37,5
Jumlah 16 100

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh bahwa dari 16 orang siswa kelas VIII

SMP Al-Bayan Makassar, terdapat (0%) yang hasil keterampilan menulisnya

masuk dalam kategori sangat rendah. 2 orang (12,5%) masuk dalam kategori

rendah. 1 orang (6,3%) masuk dalam kategori sedang. 7 orang (43,7%) masuk

dalam kategori tinggi dan 6 orang (37,5%) masuk dalam kategori sangat tinggi.

Dengan demikian bila dikaitkan antara skor rata-rata dengan kategorisasi

skor, maka hasil keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII SMP Al-Bayan

Makassar melalui teknik peta pasang kata siklus II termasuk kategori tinggi.

Apabila hasil keterampilan menulis puisi siswa pada siklus II dianalisis maka

persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II ditunjukkan pada tabel

4.10 berikut:

Tabel 4.10 Deskripsi Ketuntasan Keterampilan Menulis


Puisi Siswa Kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui
Teknik Peta Pasang Kata Siklus II

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)


0-69 Tidak tuntas 2 12,5 %
70-100 Tuntas 14 87,5%
Jumlah 16 100%
Dari tabel 4.10 menunjukkan pada siklus II persentase ketuntasan

keterampilan menulis puisi siswa melalui teknik peta pasang kata sebesar 87,5%

yaitu 14 dari 16 siswa termasuk kategori tuntas dan 2 dari 16 siswa termasuk

kategori tidak tuntas atau 12,5%.


6

d. Refleksi

Berdasarkan hasil analisis kategori skor dipadukan dengan hasil

observasi dan diskusi dengan guru bidang studi bahasa Indonesia. Peneliti

menarik simpulan bahwa pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa keterampilan

menulis puisi melalui teknik peta pasang kata meningkat. Hasil yang diperoleh

mengalami peningkatan.

3. Perbandingan Siklus I dan II

Dari awal penelitian berlangsung hingga berakhirnya siklus I dan II

tercatat sejumlah perubahan yang terjadi pada siswa dapat ditunjukkan pada tabel

4.11 di bawah ini.

Tabel 4.11 Data Hasil Aktivitas Observasi Siswa yang Relevan dengan
Pembelajaran Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus I & II

Siklus I Siklus II
No Aspek yang diamati Rata- Persentase Rata- Persentase
rata (%) rata (%)
1 Kehadiran siswa 14,7 92 15,7 98,1
2 Siswa yang
13,3 83 15,7 98,1
memperhatikan materi
3 Siswa yang mengajukan
1,3 8 1,7 10,6
pertanyaan
4 Siswa yang menjawab
3 18,7 3,3 20,6
pertanyaan
Siswa yang aktif
5 mengerjakan tugas 14,7 92 15,6 97,5
individu
Siswa yang melakukan
6 kegiatan lain yang tidak
1,3 8 0,3 1,9
relevan dengan
pembelajaran
Jumlah 48,3 301,7 % 52,3 326,8%
6

Tabel 4.11 menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II,

kehadiran rata-rata siswa pada siklus I 92% meningkat meningkat menjadi 98,1%,

siswa yang memperhatikan materi juga mengalami peningkatan yang pada siklus I

hanya 83% meningkat menjadi 98,1%. Pada sisklus I siswa yang mengajukan

pertanyaan hanya 8% kemudian meningkat menjadi 10,6% hal tersebut juga

sebanding dengan siswa yang menjawab pertanyaan yang pada siklus I hanya

18,7% meningkat pada siklus II menjadi 20,6%. Siswa yang aktif mengerjakan

tugas individu pada siklus I 92% meningkat menjadi 97,5%. Aktivitas siswa yang

mengalami penurunan adalah siswa yang melakukan kegiatan lain yang tidak

relevan dengan pembelajaran pada siklus I 8% menurun menjadi 1,9%. Hal

tersebut menunjukkan hal yang positif dalam pembelajaran.

Kemudian hasil belajar siswa berupa menulis puisi dengan menggunakan

teknik peta pasang kata pada siklus I dan II yang telah dikategorikan dalam

standar kategori penilaian dapat dilihat perbandingannya pada grafik di bawah ini.

Grafik 4.3 Distribusi Nilai Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siswa


Kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui Teknik Peta Pasang
Kata Berdasarkan Standar Kategori Penilaian Siklus I & II

8
6
4
2
siklus I
siklus II
0
sangat rendah sedang tinggi sangat
rendah tinggi
0-59 60-69 70-79 80-89 90-100
6

Berdasarkan grafik tersebut terjadi pergeseran nilai keterampilan menulis

puisi siswa melalui teknik peta pasang kata dari siklus pertama ke siklus kedua.

Peningkatan nilai kategori sedang ke tinggi diikuti penurunan nilai kategori sangat

rendah sehingga puncak nilai bergeser ke kategori tinggi. Terjadi peningkatan

nilai rata-rata hasil keterampilan menulis puisi siswa melalui teknik peta pasang

kata 56,25 pada siklus pertama menjadi 83,13 pada siklus kedua. Perbandingan

nilai rata-rata kedua siklus dapat dilihat pada grafik 4.4 berikut :

Grafik 4.4 Perbandingan Nilai Rata-Rata Keterampilan Menulis Puisi Siswa


melalui Teknik Peta Pasang Kata Siklus I & II

NILAI RATA-RATA

100
80
60
NILAI RATA-RATA
40
20
0
SIKLUS I SIKLUS II

Grafik 4.5 Perbandingan Nilai Siklus I & II Keterampilan Menulis Puisi


Siswa melalui Teknik Peta Pasang Kata

100

80

60 SIKLUS I
SIKLUS II
40
20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
6

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa setiap individu yang

menjadi subjek penelitian, perolehan skor atau bobot dalam penelitian ini yaitu

kemampuan menulis puisi melalui teknik peta pasang kata mengalami

peningkatan secara signifikan sehingga penambahan siklus –n tidak dilaksanakan

lagi. Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa setiap siswa mengalami

peningkatan pemerolehan skor. Oleh karena itu, pembelajaran menulis puisi siswa

kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui teknik peta pasang kata mengalami

peningkatan.

B. Pembahasan

1. Aktivitas Siswa

Hasil observasi aktivitas siswa diperoleh data dari pengamatan guru dan

peneliti pada saat pembelajaran berlangsung dan tugas yang telah diberikan.

Dalam hal ini yang menjadi fokus pengamatan adalah sikap, kesungguhan dan

tanggapan-tanggapan siswa. Dari awal penelitian berlangsung hingga berakhirnya

siklus II, tercatat sejumlah perubahan pada siswa dalam proses pembelajaran.

Perubahan tersebut merupakan data kualitatif yang diperoleh dari lembar

observasi pada setiap pertemuan yang dicatat pada tiap siklus. Adapun perubahan

yang dimaksud adalah:

a. Kehadiran dan perhatian siswa pada saat proses pembelajaran dari siklus I ke

siklus II memperlihatkan adanya peningkatan dengan semakin banyaknya

siswa yang memperhatikan pemberian suatu materi. Dalam hal ini ditandai

dengan kuantitas siswa yang bertanya meningkat pada siklus I 8% menjadi


6

10,6% begitu pula dengan kuantitas siswa yang menjawab pertanyaan pada

siklus I 18,7% meningkat menjadi 20,6%.

b. Meningkatnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini

ditandai dengan antusiasnya siswa menuliskan pasangan kata lalu

mengubahnya menjadi larik di papan tulis, antusiasnya siswa dalam

memberikan pendapat mengenai puisi yang telah dikerjakan temannya pada

siklus I.

c. Kesungguhan siswa dalam menuliskan puisi melalui teknik peta pasang kata

juga mengalami peningkatan. Dalam hal ini ditandai dengan siswa bersemangat

dalam menuliskan puisi, jika dibandingkan dengan siklus I siswa masih

menjadikan menulis puisi sebagai beban sehingga hasil menulis puisi siswa

tidak mencapai hasil maksimal. Siswa hanya mengerjakan untuk memenuhi

kewajibannya saja. Pada siklus II siswa telah menjadikan kegiatan menulis

puisi sebagai suatu kegiatan melepaskan kepenatan jiwa dan merekreasikan diri

dari pekerjaan yang melelahkan, hal tersebut tergambar dari tidak adanya lagi

keluhan kesulitan dalam menuliskan sebuah puisi karena siswa telah

menganggap menulis puisi sama dengan melepaskan beban yang ada di hati

mereka.

d. Berkurangnya jumlah siswa yang melakukan suatu aktivitas yang tidak relevan

dengan pembelajaran. Pada siklus I ada 8% siswa yang melakukan kegiatan

lain di luar pembelajaran, pada pertemuan pertama seorang siswa tidur saat

proses pembelajaran berlangsung dan seorang siswa yang lain menulis diary

saat teman-temannya serius memperhatikan peneiliti menjelaskan. Kemudian


6

pada pertemuan kedua ada dua orang yang bercerita saat proses pembelajarn

berlangsung. Hal tersebut tidak terjadi lagi saat pertemuan selanjutnya. Pada

siklus II hanya ada 1 orang atau 1,9% siswa yang melakukan aktivitas yang

tidak relevan dengan pembelajaran.

Perubahan-perubahan yang terjadi setiap hari menunjukkan hal yang

positif sehingga pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis

puisi dengan menggunakan teknik peta pasang kata mampu mengubah sikap

belajar siswa dan dapat meningkatkan kreativitas dan aktifitas belajar siswa yang

relevan dengan pembelajaran. Pada pelaksanaan siklus I siswa sudah mulai

antusias dan termotivasi mengikuti kegiatan pembelajaran dengan mengkonstruksi

dan menemukan sesuatu yang baru melalui menulis puisi dengan menggunakan

teknik peta pasang kata. Walaupun dari kegiatan tersebut masih terdapat beberapa

siswa yang kurang ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Pada siklus II siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran yang

ditandai dengan jumlah siswa yang berani mengajukan pertanyaan, menjawab

pertanyaan dan menyampaikan pendapatnya. Selain itu, sebagian besar siswa

sudah mampu memahami pelajaran yang telah mereka pelajari dan merefleksikan

penerapannya pada kehidupan yang nyata. Siswa menjadikan menulis puisi

sebagai bagian dari aktivitas sehari-hari mereka.

2. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis puisi

melalui teknik peta pasang kata mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-

rata siswa adalah 56,25 menjadi 83,13 pada siklus II. Terjadi pergeseran nilai

keterampilan menulis puisi siswa melalui teknik peta pasang kata dari siklus

pertama ke siklus kedua berdasarkan standar kategori penilaian yang telah


6

ditentukan sebelumnya, peningkatan nilai kategori sedang ke tinggi diikuti

penurunan nilai kategori sangat rendah sehingga puncak nilai bergeser ke kategori

tinggi. Pada siklus I skor minimum siswa yaitu 30 dan skor maksimum yaitu 85

meningkat pada siklus II menjadi 95 skor maksimum dan 65 skor minimum.

Setiap individu yang menjadi subjek penelitian, perolehan skor atau

bobot dalam penelitian ini yaitu kemampuan menulis puisi melalui teknik peta

pasang kata mengalami peningkatan secara signifikan dan ketuntasan belajar dari

siklus I ke siklus II dari 31,3% menjadi 87,5%. Hal ini berarti bahwa indikator

keberhasilan terpenuhi yaitu standar ketuntasan klasikal 85% siswa yang

memeroleh lebih dari standar KKM minimum 70. Dengan demikian terjadi

peningkatan hasil belajar keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII SMP Al-

Bayan Makassar tahun pelajaran 2014/2015 dengan menggunakan teknik peta

pasang kata.
69

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, maka dapat disimpulkan

bahwa hasil keterampilan menulis puisi siswa melalui teknik peta pasang kata

pada setiap siklus mengalami peningkatan, yaitu siklus I rata-rata hasil belajar

siswa sebesar 56,25% dan menjadi 83,13% pada siklus II, ini berarti terjadi

peningkatan.

Pada siklus I yang tuntas secara individu dari 16 orang hanya 5 orang

siswa atau 31,3% yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) atau

berada pada kategori sangat rendah dan siklus II meningkat menjadi 14 orang dari

16 siswa atau 87,5% telah memenuhi KKM dan secara klasikal sudah terpenuhi

yaitu berada dalam kategori tinggi.

Dari hasil observasi aktivitas belajar siswa yang relevan dengan

pembelajaran memperlihatkan peningkatan. Pada siklus I kehadiran siswa 92%

meningkat menjadi 98,1% pada siklus II, siswa yang memperhatikan materi pada

siklus I 83% meningkat menjadi 98,1%, siswa yang mengajukan pertanyaan pada

siklus I 8% meningkat menjadi 10,6% pada siklus II, siswa yang menjawab

pertanyaan pada siklus I 18,7% meningkat menjadi 20,6% pada siklus II, dan

siswa yang aktif mengerjakan tugas pada siklus I 92% meningkat menjadi 97,5%

pada siklus II. Kemudian siswa yang mengerjakan kegiatan lain yang tidak

relevan dengan kegiatan lain pada siklus I 8% menurun menjadi 1,9% pada siklus

II.

69
7

Dari persentase yang telah didapatkan menghasilkan simpulan bahwa

kehadiran dan perhatian siswa pada saat proses pembelajaran dari siklus I ke

siklus II memperlihatkan adanya peningkatan dengan semakin banyaknya siswa

yang memperhatikan pemberian suatu materi dalam hal ini ditandai dengan

kuantitas siswa yang bertanya meningkat, meningkatnya partisipasi siswa dalam

proses belajar mengajar, kesungguhan siswa dalam menuliskan puisi melalui

teknik peta pasang kata juga mengalami peningkatan. Dalam hal ini ditandai

dengan siswa bersemangat dalam menuliskan puisi, jika dibandingkan dengan

siklus I siswa masih menjadikan menulis puisi sebagai beban sehingga hasil

menulis puisi siswa tidak mencapai hasil maksimal.

Dari hasil observasi dan tes di atas berarti pembelajaran keterampilan

menulis puisi melalui penggunaan teknik peta pasang kata dapat membantu guru

dalam meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa, hal ini berdasarkan hasil

penelitian yang dilaksanakan pada SMP Al-Bayan Makassar.

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, saran yang dapat disajikan penulis adalah

1. Siswa hendaknya meningkatkan penguasaan kosakata dengan cara banyak

membaca dan memiliki keberanian dalam belajar di kelas terutama dalam

menulis puisi dengan menggunakan teknik peta pasang kata agar mendukung

penilaian pembelajaran bahasa Indonesia.

2. Guru hendaknya senantiasa melaksanakan refleksi proses pembelajaran yang

telah dilaksanakan sehingga mengetahui kelemahan dan kekurangan teknik

pembelajaran yang digunakan selama ini.


7

3. Teknik peta pasang kata hendaknya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi

kepala sekolah dalam rangka memajukan dan meningkatkan prestasi sekolah

yang dapat disampaikan dalam pembinaan guru ataupun kesempatan lain

bahwa pembelajaran menulis khususnya menulis puisi dapat menggunakan

teknik peta pasang kata sebagai bahan pencapaian hasil belajar yang maksimal.

4. Peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan dan menindak lanjuti hasil

penelitian ini demi kemajuan pendidikan nasional.


72

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, D.S. 1992. Aku Pandai Mengarang. Surabaya: Enumedia Ahira, Anne.
2009. Mengenal Syair (Online),
(http://www.anneahira.com/puisi/syair.htm, diakses pada tanggal 21
Mei 2014)

Akhadiah, S, dkk. 1996. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.


Jakarta: Erlangga.

Arikunto, dkk. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Halijah. 2010. Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VI SD Inpres Borongunti


Bajeng. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Isnanti. 2012. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Dengan Menggunakan


Teknik Peta Pasang Kata Siswa Kelas V SD Negeri 3 Karanggebang
Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo. Skripsi tidak diterbitkan.
Ponorogo (Online), (http://Respositori.ac.id , diakses pada tanggal 21
Mei 2014).

Jabrohim, dkk. 2009. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Munirah. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Diktat. Makassar:

Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Riduwan. 2010. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Rimang, Siti Suwadah. 2011. Kajian Sastra Teori dan Praktik. Yogyakarta: Aura
Pustaka.

--------------- 2012. Menulis Seindah Bernyanyi. Yogyakarta: Aura Pustaka.

Sappewali. 2013. Analisis Tindak Tutur Musyawarah Adat Kajang Ammatoa


Kabupaten Bulukumba Melalui Pendekatan Sosiolinguistik. Skripsi
tidak diterbitkan. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Sidrah. 2010. Penerapan Metode Menceritakan Ulang (Storrytelling) Terhadap


Peningkatan Keterampilan Berbicara Murid Kelas V SDN 30
Manggalung Kecematan Mandalle Kabupaten Pangkep. Skripsi tidak
diterbitkan. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
72
73

Sudjana. 2005. Pengantar Statistik. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suwarni. 2012. Peningkatan Keterampilan Membaca Cepat melalui Penggunaan


Metode Word Square pada Siswa Kelas X NHTP1.2 Negeri 3 Takalar.
Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Universitas Muhammadiyah
Makassar

Thamrin & Rahman Rahim. 2012. Bunga Rampai Pembelajaran. Makassar:


Membumi Publishing.

Umar, Alimin & Nurbaya Kaco. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Makassar:
Badan Penerbit UNM.

Wahyuni. 2013. Peningkatan Kreativitas Menulis Puisi Melalui Media Foto Pada
Siswa Kelas X SMA Negeri 12 Makassar. Skripsi tidak diterbitkan.
Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Wijaya, Toni. 2011. Cepat Menguasai SPSS 19 untuk Olah Data & Interpretasi.
Yogyakarta: Cahaya Atma.
LAMPIRAN

 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


 Daftar Hadir
 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
 Format Pedoman Pengskoran Kemampuan Menulis Puisi melalui
Teknik Peta Pasang Kata
 Daftar Nilai
 Hasil Analisis Data Siswa Siklus I & II
 Soal Tes Siklus
 Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siswa melalui Teknik Peta Pasang
Kata
 Dokumentasi
Lampiran I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Satuan Pendidikan : SMP Al Bayan Makassar


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/ 1 ( Ganjil )
Pertemuan : I (Pertama)
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Menulis
16. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas

B. Kompetensi Dasar
16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai

C. Indikator
a. Kognitif
 Proses : mampu memahami puisi.
 Produk : mampu mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.

b. Afektif
 Karakter : - Jujur - Kreatif - Kerja sama
- Aktif - Komunikatif
- Inovatif - Tanggung jawab
 Sosial : - Menghormati guru
- Bertanya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
- Menjadi pendengar yang baik

c. Psikomotor
 Mampu menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.
D. Tujuan Pembelajaran
a. Kognitif
 Proses : siswa dapat memahami puisi.
 Produk: siswa dapat mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.
b. Afektif
 Karakter : selama proses pembelajaran, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
dengan memperhatikan kemajuan dan berperilaku seperti jujur, kreatif,
inovatif, komunikatif, dan bertanggung jawab.
 Sosial : siswa terlibat dalam pembelajaran dengan memperlihatkan rasa
hormat kepada guru dan memperlihatkan kemajuan dan keterampilan
bertanya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar serta menjadi
pendengar yang baik.
c. Psikomotor
 Siswa dapat menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.

E. Materi Pembelajaran
Pengertian Puisi dan Ciri-ciri Puisi

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani “Poem” yang berarti

“membuat” atau “Poeisis” yang berarti “Pembuatan”. Puisi diartikan “membuat” dan

“pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia

tersendiri yang berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun

ilmiah. Puisi adalah pengonsentrasian, yakni mengonsentrasikan pada dirinya segala

kesan perasaan dan pikiran dengan pengucapan yang padat.

Waluyo menyatakan bahwa puisi adalah bentuk kesusastraan yang

menggunakan pengulangan kata sebagai ciri khasnya, pengulangan kata itu

menghasilkan rima, ritme, dan musikalitas. Reeves menyatakan bahwa puisi adalah

ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat.


Menurut Coleridge, puisi adalah kata-kata yang terindah dalam susunan

terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya,

misalnya seimbang, simestris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat

hubungannya, dan sebagainya.

Puisi selalu berkembang dari waktu ke waktu akibat terjadinya evolusi selera

dan perubahan konsep keindahan dari para penyair. Pengertian puisi menurut

pandangan lama, yakni karangan yang terikat oleh bait, baris , jumlah kata, dan pola

persajakan, sedangkan pengertian puisi menurut pandangan puisi modern itu

berdasarkan pada hakikatnya, bukan berdasarkan bentuk formalnya. Hal ini disebabkan

karena bentuk-bentuk formal itu merupakan sarana-sarana kepuitisan saja, bukan

hakikat puisi. Penyair dapat menulis dan mengombinasikan sarana-sarana kepuitisan

yang disukainya, yang penting sarana yang dipilih itu dapat mengekspresikan

pengalaman jiwanya. Jadi, puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan

perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.

Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan,

dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan

interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling

berkesan. Adapun ciri-ciri puisi lama adalah:

1. Anonim yaitu pengarangnya tidak diketahui

2. Terikat jumlah baris, rima, dan irama

3. Merupakan kesustraan lisan

4. Gaya bahasanya statis dan klise

5. Isinya fantastis dan istanasentris

Adapun ciri-ciri puisi baru adalah:


1. Pengarangnya diketahui

2. Tidak terikat jumlah baris, rima, dan irama

3. Berkembang secara lisan dan tertulis

4. Gaya bahasanya dinamis (berubah-ubah)

5. Isinya tentang kehidupan pada umumnya

F. Teknik Pembelajaran
Teknik : Peta Pasang Kata

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Waktu Karakter


Kegiatan Awal 10 Menit
1. Mengucapkan salam dan berdoa. Religius
2. Peneliti memperkenalkan diri
3. Absensi. Jujur
4. Menyiapkan psikologi siswa
untuk belajar.
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti 60 Menit
1. Peneliti menjelaskan materi yang akan Aktif
diajarkan yaitu pengertian puisi dan Jujur
cirri-cirinya. Rasa Ingin
2. Peneliti memberikan beberapa contoh Tahu
puisi kepada siswa Kreatif
Kegiatan Akhir 10 Menit
1. Peneliti memberikan evaluasi.
2. Peneliti bersama siswa menyimpulkan Mandiri
atau merangkum materi pembelajaran. Aktif
3. Peneliti merefleksi kegiatan
pembelajaran (meghargai
prestasi). Religius
4. Peneliti menutup pembelajaran dan
menyampaikan pesan-pesan moral.

H. Alat/Sumber Belajar
 Alat : Papan tulis, spidol dan kertas evaluasi dan potongan-potongan karton kecil
 Sumber : Buku paket Santun Berbahasa Indonesia SMP & MTS Kelas
VII, Suyanto dan Sekar Galuh Endah Pinuji, Mediatama.
Buku Kajian Sastra, Sitti Suwadah Riang, Aura Pustaka.
Buku Cara Menulis Kreatif, Jabrohim dkk, Pustaka Pelajar.
Buku Pengkajian Puisi, Rachmat Djoko Pradopo, UGM.

I. Penilaian dan Program Tindak Lanjut


1. Prosedur penilaian : penilaian dilakukan dari awal-akhir proses
pembelajaran
2. Bentuk Instrumen : lembar observasi dan lembar analisis keterampilan menulis
puisi siswa
Makassar, 27 Agustus 2014

Guru Bahasa Indonesia Peneliti

Sabiroh, S.S Fitriani Rachman


NIP: Nim: 105330650910
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Satuan Pendidikan : SMP Al Bayan Makassar


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/ 1 ( Ganjil )
Pertemuan : II (Kedua)
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Menulis
16. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas

B. Kompetensi Dasar
16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai

C. Indikator
a. Kognitif
 Proses : mampu memahami puisi.
 Produk : mampu mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.

b. Afektif
 Karakter : - Jujur - Kreatif - Kerja sama
- Aktif - Komunikatif
- Inovatif - Tanggung jawab
 Sosial : - Menghormati guru
- Bertanya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
- Menjadi pendengar yang baik

c. Psikomotor
 Mampu menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.
D. Tujuan Pembelajaran
a. Kognitif
 Proses : siswa dapat memahami puisi.
 Produk: siswa dapat mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.
b. Afektif
 Karakter : selama proses pembelajaran, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
dengan memperhatikan kemajuan dan berperilaku seperti jujur, kreatif,
inovatif, komunikatif, dan bertanggung jawab.
 Sosial : siswa terlibat dalam pembelajaran dengan memperlihatkan rasa
hormat kepada guru dan memperlihatkan kemajuan dan keterampilan
bertanya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar serta menjadi
pendengar yang baik.
c. Psikomotor
 Siswa dapat menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.

E. Materi Pembelajaran
Metode Puisi/ Struktur Fisik Puisi

1. Diksi

Penyair hendak mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-

tepatnya seperti yang dialami batinnya. Untuk itu haruslah dipilih kata setepatnya.

Pemilihan kata itulah disebut diksi. Diksi adalah bentuk serapan dari kata diction. Diksi

disebut pilihan kata.

Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai

keefektifan dalam penulisan puisi sebab dengan pilihan kata yang tepat akan

mendapatkan kepadatan dalam mengekspresikan pengalaman jiwa penyair. Barfield

mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian

rupa hingga artinya menimbulkan atau dimaksudkan untuk menimbulkan imajinasi

estetik, maka hasilnya disebut diksi puitis. Jadi diksi itu untuk mendapatkan kepuitisan

atau mendapatkan nilai estetik.


2. Pengimajian

Gambaran-gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan

visual dan bahasa yang menggambarkannya biasa disebut dengan istilah citra atau imaji

(image). Sedangkan cara membentuk kesan mental atau gambaran sesuatu biasa disebut

dengan istilah citraan (imagery). Hal-hal yang berkaitan dengan citra atau citraan

disebut pencitraan atau pengimajian. Citraan merupakan unsur yang penting dalam puisi

karena dayanya untuk menghadirkan gambaran yang konkret, khas, menggugah, dan

mengesankan.

Citraan dapat dikelompokkan atas tujuh jenis. Pertama, citraan penglihatan,

yang dihasilkan dengan memberi rangsangan indera penglihatan sehingga hal-hal yang

tidak terlihat seolah-olah kelihatan. Kedua, citraan pendengaran yang dihasilkan dengan

menyebutkan atau menguraikan bunyi suara atau berupa onomatope dan persajakan

yang berturut-turut. Ketiga, citraan penciuman yaitu citraan yang berhubungan dengan

indera penciuman (hidung), kata-kata yang mengandung citraan ini menggambarkan

seolah-olah objek yang dibicarakan berbau harum, busuk, anyir, dan lain-lain.

Keempat, citraan pencecapan yaitu citraan yang melibatkan indera pencecapan

(lidah), melalui citraan ini seolah-olah kita dapat merasakan sesuatu yang pahit, asam,

manis, kecut, dan lain-lain. Kelima, citraan rabaan, yakni citra yang berupa rangsangan-

rangsangan kepada perasaan atau sentuhan, keenam, citraan pikiran/intelektual, yakni

citraan yang dihasilkan oleh asosiasi pikiran. Ketujuh citraan gerak dihasilkan dengan

cara menghidupkan dan memvisualkan sesuatu hal yang tidak bergerak menjadi

bergerak.
3. Kata Konkret

Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk

menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk

membangkitkan imaji pembaca. Dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat

membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Disini

penyair berusaha mengkonkretkan kata-kata, maksudnya kata-kata itu diupayakan agar

dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Dalam hubungannya dengan

pengimajian, kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian.

Contoh dari kata konkret adalah jika penyair ingin melukiskan seorang gadis

yang benar-benar pengemis gembel, penyair mempergunakan kata-kata: gadis kecil

berkaleng kecil. Lukisan tersebut lebih konkret jika dibanding dengan: gadis peminta-

minta.

4. Bahasa figuratif

Pengertian bahasa figuratif adalah bahasa yang mempergunakan kata-kata yang

susunan dan artinya sengaja disimpangkan dari susunan dan artinya yang biasa dengan

maksud mendapatkan kesegaran dan kekuatan ekspresi. Caranya adalah dengan

memanfaatkan perbandingan, pertentangan, atau pertautan hal yang satu dengan hal

yang lain, yang maknanya sudah diketahui oleh pembaca atau pendengar.

Bahasa figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan

banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif pada dasarnya adalah bentuk

penyimpangan dari bahasa normatif, baik dari segi makna maupun rangkaian katanya,

dan bertujuan untuk mencapai arti dan efek tertentu. Pradopo mengelompokkan bahasa

figuratif menjadi enam jenis (dalam Jabrohim, dkk, 2009:44):


a. Simile adalah jenis bahasa figuratif yang menyamakan satu hal dengan hal lain yang

sesungguhnya tidak sama. Sebagai sarana dalam menyamakan tersebut, simile

menggunakan kata-kata pembanding: bagai, sebagai, bak, seperti, seumpama,

laksana, serupa, sepantun, dan sebagainya. Simile adalah perbandingan yang bersifat

eksplisit. Perbandingan demikian ini dimaksudkan bahwa ia langsung menyatakan

sesuatu sama dengan yang lain. Simile dapat dikatakan bahasa kiasan yang paling

sederhana dan paling banyak digunakan dalam puisi.

b. Metafora adalah bentuk bahasa figuratif yang memperbandingkan sesuatu hal dengan

hal lainnya yang pada dasarnya tidak serupa. Oleh karena itu, di dalam metafora ada

dua hal yang pokok, yaitu hal-hal yang diperbandingkan dan pembandingnya.

Metafora membandingkan dua benda atau hal secara implisit atau tidak

menggunakan kata-kata pembanding. Metafora terasa lebih padat, kaya akan

asosiasi, dan tidak terganggu oleh kata-kata seperti, bagai, bagaikan, serupa, laksana,

dan sebagainya.

c. Personifikasi adalah bentuk bahasa figuratif yang mempersamakan benda atau hal

dengan manusia, benda atau hal itu digambarkan dapat bertindak dan mempunyai

kegiatan seperti manusia. Benda atau hal yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki

sifat kemanusiaan. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan kejelasan gambaran,

menimbulkan bayangan angan yang konkret, dan mendramatisasikan suasana dan ide

yang ditampilkan.

d. Epik-simile atau perumpamaan epos adalah perbandingan yang dilanjutkan atau

diperpanjang, yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingan lebih

lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yang berturut-turut.


e. Metonimi adalah pemindahan istilah atau nama suatu hal atau benda ke suatu hal

atau benda lainnya yang mempunyai kaitan rapat. Metonimi dapat pula disebut

kiasan pengganti nama, misalnya menyebut sesuatu, orang, atau binatang dengan

pekerjaan atau sifat yang dimilikinya. Sebagai contoh yang terdapat dalam puisi

Emha: Sembahyang hati/ sembahyang jiwa/ darah mendetakkanMu/ Allah, Allah,

Allah/ Tuhanku/ lingkarilah jiwaku/ dengan cincin kasih-Mu. Bentuk metonimi di

atas (yakni yang diberi garis bawah) mampu menunjukkan atau menerangjelaskan

pikiran serta keyakinan penyairnya. Metonimi di atas dipergunakan sebagai upaya

menghadirkan imaji tentang Tuhan. Metonimi ini ditandai dengan pemakaian huruf

kapital pada kata ganti Tuhan.

f. Sinekdoki adalah bahasa figuratif yang menyebutkan suatu bagian penting dari suatu

benda atau hal untuk benda atau hal itu sendiri. Sinekdoki ini dapat dibedakan

menjadi dua macam, yakni pars pro toto dan totum pro parte. Pars pro toto adalah

penyebutan sebagian dari suatu hal untuk menyebutkan keseluruhan, sedangkan

totum pro parte adalah penyebutan keseluruhan dari suatu benda atau hal untuk

sebagiannya.

5. Versifikasi

Versifikasi meliputi irama dan rima. Irama berasal dari kata Yunani reo, yang

berarti riak air. Gerakan-gerakan air, riak air adalah gerakan yang teratur, terus-menerus

tidak putus-putus. Itulah setiap gerak yang teratur disebut reo, menjadi ritmos,

rhythmus, kemudian menjadi rhythm, rhythme, ritme. Irama dalam bahasa adalah

pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan

teratur.
Irama dibagi menjadi dua macam, yaitu metrum dan ritme. Metrum adalah

irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini

disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap dan tekanannya yang tetap hingga

alun suara yang menaik dan menurun itu tetap saja. Ritme adalah irama yang

disebabkan pertentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur, tetapi tidak

merupakan jumlah suku kata yang tetap, melainkan hanya menjadi gema gendang

sukma penyairnya.

Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir

baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. Rima ini meliputi

onomatope (tiruan terhadap bunyi-bunyi), bentuk intern pola bunyi, intonasi, repetisi

bunyi atau kata, dan persamaan bunyi.

6. Tipografi

Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam

membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Karena itu ia merupakan pembeda

yang sangat penting. Dalam prosa baris-baris kata atau kalimat membentuk sebuah

periodisitet. Namun, dalam puisi tidak demikian halnya. Baris-baris dalam puisi

membentuk sebuah periodisitet yang disebut bait.

Baris-baris puisi tidak diawali dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan. Tepi

sebelah kiri maupun kanan sebuah baris puisi tidak harus dipenuhi oleh tulisan, tidak

seperti halnya jika kita menulis prosa. Peranan tipografi dalam puisi, selain untuk

menampilkan aspek artistik visual juga untuk menciptakan nuansa makna dan nuansa

tertentu.

F. Teknik Pembelajaran
Teknik : Peta Pasang Kata
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Waktu Karakter


Kegiatan Awal 10 Menit
1. Mengucapkan salam dan berdoa. Religius
2. Absensi.
3. Menyiapkan psikologi siswa Jujur
untuk belajar.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti 60 Menit


1. Peneliti menjelaskan materi yang Aktif
akan diajarkan yaitu metode puisi/ Jujur
struktur fisik puisi. Rasa Ingin
2. Peneliti menjelaskan enam langkah Tahu
menulis puisi dengan Kreatif
menggunakan teknik peta pasang
kata.
3. Peneliti meminta beberapa siswa untuk
menuliskan pasangan kata di papan tulis.
4. Siswa yang lain mengembangkan
pasangan kata menjadi larik yang
menarik
5. Semua siswa bersama-sama menyusun
larik tersebut menjadi bait dan
menyusun bait menjadi satu keutuhan
puisi.
6. Siswa bersama-sama memberikan judul
yang menarik.
Kegiatan Akhir 10 Menit
1. Peneliti memberikan evaluasi.
2. Peneliti bersama siswa menyimpulkan Mandiri
atau merangkum materi pembelajaran. Aktif
3. Peneliti merefleksi kegiatan pembelajaran
(meghargai prestasi).
4. Peneliti menutup pembelajaran dan Religius
menyampaikan pesan-pesan moral.

H. Alat/Sumber Belajar
 Alat : Papan tulis, spidol dan kertas evaluasi dan potongan-potongan karton kecil
 Sumber : Buku paket Santun Berbahasa Indonesia SMP & MTS
Kelas VII, Suyanto dan Sekar Galuh Endah Pinuji,
Mediatama. Buku Kajian Sastra, Sitti Suwadah Riang, Aura
Pustaka.
Buku Cara Menulis Kreatif, Jabrohim dkk, Pustaka Pelajar.
Buku Pengkajian Puisi, Rachmat Djoko Pradopo, UGM.

I. Penilaian dan Program Tindak Lanjut


1. Prosedur penilaian : penilaian dilakukan dari awal-akhir proses
pembelajaran
2. Bentuk Instrumen : lembar observasi dan lembar analisis keterampilan menulis
puisi siswa
Makassar, 28 Agustus 2014

Guru Bahasa Indonesia Peneliti

Sabiroh, S.S Fitriani Rachman


NIP: Nim: 105330650910
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Satuan Pendidikan : SMP Al Bayan Makassar


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/ 1 ( Ganjil )
Pertemuan : III (Ketiga)
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Menulis
16. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas
B. Kompetensi Dasar
16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai
C. Indikator
a. Kognitif
 Proses : mampu memahami puisi.
 Produk : mampu mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.
b. Afektif
 Karakter : - Jujur - Kreatif - Kerja sama
- Aktif - Komunikatif
- Inovatif - Tanggung jawab
 Sosial : - Menghormati guru
- Bertanya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
- Menjadi pendengar yang baik

c. Psikomotor
 Mampu menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.

D. Tujuan Pembelajaran
a. Kognitif
 Proses : siswa dapat memahami puisi.
 Produk: siswa dapat mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.
b. Afektif
 Karakter : selama proses pembelajaran, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
dengan memperhatikan kemajuan dan berperilaku seperti jujur, kreatif,
inovatif, komunikatif, dan bertanggung jawab.
 Sosial : siswa terlibat dalam pembelajaran dengan memperlihatkan rasa
hormat kepada guru dan memperlihatkan kemajuan dan keterampilan
bertanya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar serta menjadi
pendengar yang baik.
c. Psikomotor
 Siswa dapat menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.

E. Materi Pembelajaran
Hakikat Puisi/ Struktur Batin Puisi

1. Tema

Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair melalui

puisinya. Semua karya terkhusus karya sastra pasti memiliki tema yang merupakan

pokok permasalahan yang diangkat dalam menulis karya sastra itu. Tema adalah sesuatu

yang menjadi pikiran pengarang|. Sesuatu yang menjadi pikiran tersebut dasar bagi puisi

yang dicipta oleh penyair. Sesuatu yang dipikirkan itu dapat bermacam-macam,

meliputi berbagai macam permasalahan hidup. Permasalahan itu oleh penyair disusun

dengan baik dan ditambah dengan ide, gagasan, cita-cita, atau pendirian penyair.

Dengan demikian di dalam tema selain sesuatu yang dipikirkan penyair juga

terbayang pandangan hidup penyair atau bagaimana penyair melihat permasalahan yang

dipikirkannya itu. Penyair tidak pernah menyebut apa tema puisi yang ditulisnya. Untuk

mengetahui tema sebuah puisi, kita harus membaca keseluruhan puisi tersebut dengan

cermat.

2. Perasaan
Perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang

ditampilkannya. Sikap tersebut adalah sikap yang ditampilkan dari perasaan penyair,

misalnya sikap simpati, antipati, senang, tidak senang, rasa benci, rindu, dan

sebagainya. Perasaan penyair ikut terekspresikan dalam puisi. Oleh karena itu, sebuah

tema yang sama akan menghasilkan puisi yang berbeda jika suasana perasaan penyair

yang mencipta puisi itu berbeda.

Contoh konkret hal ini dapat dilihat melalui puisi-puisi Toto Sudarto Bachtiar

dan WS Rendra yang sama-sama menampilkan kehidupan pengemis atau gelandangan.

Toto Sudarto Bachtiar menghadapi “gadis kecil berkaleng kecil” dengan perasaan iba

hati karena rasa belas kasihnya, dan bahkan ia ingin “ikut gadis kecil berkaleng kecil”

itu. Adapun Rendra bersikap sebaliknya. Ia berperasaan benci dan bersikap memandang

rendah para pengemis karena dalam pandangannya pengemis tidak berusaha keras untuk

menopang kehidupannya.

3. Nada

Nada adalah sikap penyair kepada pembaca. Dalam menulis puisi, penyair bisa

jadi bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bisa jadi pula ia

bersikap lugas, hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Bahkan, ada pula penyair

yang hanya bersikap main-main saja seperti banyak dijumpai pada puisi-puisi mbleing.

Nada mengungkapkan sikap penyair, dari sikap itu terciptalah suasana

puisi. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Ini berarti sebuah

puisi akan membawa akibat psikologis kepada pembacanya. Akibat psikologis ini

terjadi karena nada yang dituangkan penyair dalam puisi.

4. Amanat
Amanat dapat ditemukan setelah mengetahui tema, perasaan, dan nada puisi.

Amanat adalah pesan atau nasehat yang ingin disampaikan oleh penyair. Amanat adalah

hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-

kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. Cara pembaca

menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan pandangan pembaca terhadap

suatu hal. Amanat harus dibedakan dengan tema. Dalam puisi, tema berkaitan dengan

arti, sedangkan amanat berkaitan dengan makna karya sastra. Arti puisi bersifat lugas,

objektif, dan khusus. Makna berhubungan dengan individu, konsep seseorang, dan

situasi, tempat penyair mengimajinasikan puisinya.

F. Teknik Pembelajaran
Teknik : Peta Pasang Kata

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Waktu Karakter


Kegiatan Awal 10 Menit
1. Mengucapkan salam dan berdoa. Religius
2. Absensi.
3. Menyiapkan psikologi siswa untuk Jujur
belajar.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti 60 Menit


1. Peneliti menjelaskan materi yang akan Aktif
diajarkan yaitu hakikat puisi/ struktur Jujur
batin puisi. Rasa Ingin
2. Peneliti menjelaskan enam langkah Tahu
menulis puisi dengan menggunakan Kreatif
teknik peta pasang kata.
3. Peneliti meminta beberapa siswa untuk
menuliskan pasangan kata di papan
tulis.
4. Siswa yang lain mengembangkan
pasangan kata menjadi larik yang
menarik.
5. Semua siswa bersama-sama menyusun
larik tersebut menjadi bait dan
menyusun bait menjadi satu keutuhan
puisi.
6. Siswa bersama-sama memberikan judul
yang menarik.
Kegiatan Akhir 10 Menit
1. Peneliti memberikan evaluasi.
2. Peneliti bersama siswa menyimpulkan Mandiri
atau merangkum materi pembelajaran. Aktif
3. Peneliti merefleksi kegiatan pembelajaran
(meghargai prestasi).
4. Peneliti menutup pembelajaran dan Religius
menyampaikan pesan-pesan moral.

H. Alat/Sumber Belajar
 Alat : Papan tulis, spidol dan kertas evaluasi dan potongan-potongan karton kecil
 Sumber : Buku paket Santun Berbahasa Indonesia SMP & MTS
Kelas VII, Suyanto dan Sekar Galuh Endah Pinuji,
Mediatama. Buku Kajian Sastra, Sitti Suwadah Riang, Aura
Pustaka. Buku Cara Menulis Kreatif, Jabrohim dkk, Pustaka
Pelajar. Buku Pengkajian Puisi, Rachmat Djoko Pradopo,
UGM.
I. Penilaian dan Program Tindak Lanjut
1. Prosedur penilaian : penilaian dilakukan dari awal-akhir proses
pembelajaran
2. Bentuk Instrumen : lembar observasi dan lembar analisis keterampilan menulis
puisi siswa

Makassar, 29 Agustus 2014

Guru Bahasa Indonesia Peneliti

Sabiroh, S.S Fitriani Rachman


NIP: Nim: 105330650910
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Satuan Pendidikan : SMP Al Bayan Makassar


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/ 1 ( Ganjil )
Pertemuan : V (Kelima)
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Menulis
16. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas

B. Kompetensi Dasar
16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai

C. Indikator
a. Kognitif
 Proses : mampu memahami puisi.
 Produk : mampu mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.

b. Afektif
 Karakter : - Jujur - Kreatif - Kerja sama
- Aktif - Komunikatif
- Inovatif - Tanggung jawab
 Sosial : - Menghormati guru
- Bertanya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
- Menjadi pendengar yang baik

c. Psikomotor
 Mampu menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.
D. Tujuan Pembelajaran
a. Kognitif
 Proses : siswa dapat memahami puisi.
 Produk: siswa dapat mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.
b. Afektif
 Karakter : selama proses pembelajaran, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
dengan memperhatikan kemajuan dan berperilaku seperti jujur, kreatif,
inovatif, komunikatif, dan bertanggung jawab.
 Sosial : siswa terlibat dalam pembelajaran dengan memperlihatkan rasa
hormat kepada guru dan memperlihatkan kemajuan dan keterampilan
bertanya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar serta menjadi
pendengar yang baik.
c. Psikomotor
 Siswa dapat menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.

E. Materi Pembelajaran
Pengertian Puisi dan Ciri-ciri Puisi

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani “Poem” yang berarti

“membuat” atau “Poeisis” yang berarti “Pembuatan”. Puisi diartikan “membuat” dan

“pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia

tersendiri yang berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun

ilmiah. Puisi adalah pengonsentrasian, yakni mengonsentrasikan pada dirinya segala

kesan perasaan dan pikiran dengan pengucapan yang padat.

Waluyo menyatakan bahwa puisi adalah bentuk kesusastraan yang

menggunakan pengulangan kata sebagai ciri khasnya, pengulangan kata itu

menghasilkan rima, ritme, dan musikalitas. Reeves menyatakan bahwa puisi adalah

ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat.


Menurut Coleridge, puisi adalah kata-kata yang terindah dalam susunan

terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya,

misalnya seimbang, simestris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat

hubungannya, dan sebagainya.

Puisi selalu berkembang dari waktu ke waktu akibat terjadinya evolusi selera

dan perubahan konsep keindahan dari para penyair. Pengertian puisi menurut

pandangan lama, yakni karangan yang terikat oleh bait, baris , jumlah kata, dan pola

persajakan, sedangkan pengertian puisi menurut pandangan puisi modern itu

berdasarkan pada hakikatnya, bukan berdasarkan bentuk formalnya. Hal ini disebabkan

karena bentuk-bentuk formal itu merupakan sarana-sarana kepuitisan saja, bukan

hakikat puisi. Penyair dapat menulis dan mengombinasikan sarana-sarana kepuitisan

yang disukainya, yang penting sarana yang dipilih itu dapat mengekspresikan

pengalaman jiwanya. Jadi, puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan

perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.

Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan,

dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan

interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling

berkesan. Adapun ciri-ciri puisi lama adalah:

1. Anonim yaitu pengarangnya tidak diketahui

2. Terikat jumlah baris, rima, dan irama

3. Merupakan kesustraan lisan

4. Gaya bahasanya statis dan klise

5. Isinya fantastis dan istanasentris


Adapun ciri-ciri puisi baru adalah:

1. Pengarangnya diketahui

2. Tidak terikat jumlah baris, rima, dan irama

3. Berkembang secara lisan dan tertulis

4. Gaya bahasanya dinamis (berubah-ubah)

5. Isinya tentang kehidupan pada umumnya

F. Teknik Pembelajaran
Teknik : Peta Pasang Kata

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Waktu Karakter


Kegiatan Awal 10 Menit
1. Mengucapkan salam dan berdoa Religius
2. Absensi.
3. Menyiapkan psikologi siswa Jujur
untuk belajar.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti 60 Menit


1. Peneliti menjelaskan materi yang Aktif
akan diajarkan yaitu pengertian puisi Jujur
dan cirri-cirinya. Rasa Ingin
2. Peneliti memberikan beberapa contoh Tahu
puisi kepada siswa Kreatif
Kegiatan Akhir 10 enit
1. Peneliti memberikan evaluasi.
2. Peneliti bersama siswa menyimpulkan Mandiri
atau merangkum materi pembelajaran. Aktif
3. Peneliti merefleksi kegiatan
pembelajaran (meghargai
prestasi). Religius
4. Peneliti menutup pembelajaran dan
menyampaikan pesan-pesan moral.
H. Alat/Sumber Belajar
 Alat : Papan tulis, spidol dan kertas evaluasi dan potongan-potongan karton kecil
 Sumber : Buku paket Santun Berbahasa Indonesia SMP & MTS Kelas
VII, Suyanto dan Sekar Galuh Endah Pinuji, Mediatama.
Buku Kajian Sastra, Sitti Suwadah Riang, Aura Pustaka.
Buku Cara Menulis Kreatif, Jabrohim dkk, Pustaka Pelajar.
Buku Pengkajian Puisi, Rachmat Djoko Pradopo, UGM.

I. Penilaian dan Program Tindak Lanjut


1. Prosedur penilaian : penilaian dilakukan dari awal-akhir proses
pembelajaran
2. Bentuk Instrumen : lembar observasi dan lembar analisis keterampilan menulis
puisi siswa
Makassar, 4 September 2014

Guru Bahasa Indonesia Peneliti

Sabiroh, S.S Fitriani Rachman


NIP: Nim: 105330650910
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Satuan Pendidikan : SMP Al Bayan Makassar


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/ 1 ( Ganjil )
Pertemuan : VI (Keenam)
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Menulis
16. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas

B. Kompetensi Dasar
16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai

C. Indikator
a. Kognitif
 Proses : mampu memahami puisi.
 Produk : mampu mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.

b. Afektif
 Karakter : - Jujur - Kreatif - Kerja sama
- Aktif - Komunikatif
- Inovatif - Tanggung jawab
 Sosial : - Menghormati guru
- Bertanya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
- Menjadi pendengar yang baik

c. Psikomotor
 Mampu menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.
D. Tujuan Pembelajaran
a. Kognitif
 Proses : siswa dapat memahami puisi.
 Produk: siswa dapat mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.
b. Afektif
 Karakter : selama proses pembelajaran, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
dengan memperhatikan kemajuan dan berperilaku seperti jujur, kreatif,
inovatif, komunikatif, dan bertanggung jawab.
 Sosial : siswa terlibat dalam pembelajaran dengan memperlihatkan rasa
hormat kepada guru dan memperlihatkan kemajuan dan keterampilan
bertanya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar serta menjadi
pendengar yang baik.
c. Psikomotor
 Siswa dapat menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.

E. Materi Pembelajaran
Metode Puisi/ Struktur Fisik Puisi

1. Diksi

Penyair hendak mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-

tepatnya seperti yang dialami batinnya. Untuk itu haruslah dipilih kata setepatnya.

Pemilihan kata itulah disebut diksi. Diksi adalah bentuk serapan dari kata diction. Diksi

disebut pilihan kata.

Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai

keefektifan dalam penulisan puisi sebab dengan pilihan kata yang tepat akan

mendapatkan kepadatan dalam mengekspresikan pengalaman jiwa penyair. Barfield

mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian

rupa hingga artinya menimbulkan atau dimaksudkan untuk menimbulkan imajinasi

estetik, maka hasilnya disebut diksi puitis. Jadi diksi itu untuk mendapatkan kepuitisan

atau mendapatkan nilai estetik.


2. Pengimajian

Gambaran-gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan

visual dan bahasa yang menggambarkannya biasa disebut dengan istilah citra atau imaji

(image). Sedangkan cara membentuk kesan mental atau gambaran sesuatu biasa disebut

dengan istilah citraan (imagery). Hal-hal yang berkaitan dengan citra atau citraan

disebut pencitraan atau pengimajian. Citraan merupakan unsur yang penting dalam puisi

karena dayanya untuk menghadirkan gambaran yang konkret, khas, menggugah, dan

mengesankan.

Citraan dapat dikelompokkan atas tujuh jenis. Pertama, citraan penglihatan,

yang dihasilkan dengan memberi rangsangan indera penglihatan sehingga hal-hal yang

tidak terlihat seolah-olah kelihatan. Kedua, citraan pendengaran yang dihasilkan dengan

menyebutkan atau menguraikan bunyi suara atau berupa onomatope dan persajakan

yang berturut-turut. Ketiga, citraan penciuman yaitu citraan yang berhubungan dengan

indera penciuman (hidung), kata-kata yang mengandung citraan ini menggambarkan

seolah-olah objek yang dibicarakan berbau harum, busuk, anyir, dan lain-lain.

Keempat, citraan pencecapan yaitu citraan yang melibatkan indera pencecapan

(lidah), melalui citraan ini seolah-olah kita dapat merasakan sesuatu yang pahit, asam,

manis, kecut, dan lain-lain. Kelima, citraan rabaan, yakni citra yang berupa rangsangan-

rangsangan kepada perasaan atau sentuhan, keenam, citraan pikiran/intelektual, yakni

citraan yang dihasilkan oleh asosiasi pikiran. Ketujuh citraan gerak dihasilkan dengan

cara menghidupkan dan memvisualkan sesuatu hal yang tidak bergerak menjadi

bergerak.
3. Kata Konkret

Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk

menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk

membangkitkan imaji pembaca. Dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat

membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Disini

penyair berusaha mengkonkretkan kata-kata, maksudnya kata-kata itu diupayakan agar

dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Dalam hubungannya dengan

pengimajian, kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian.

Contoh dari kata konkret adalah jika penyair ingin melukiskan seorang gadis

yang benar-benar pengemis gembel, penyair mempergunakan kata-kata: gadis kecil

berkaleng kecil. Lukisan tersebut lebih konkret jika dibanding dengan: gadis peminta-

minta.

4. Bahasa figuratif

Pengertian bahasa figuratif adalah bahasa yang mempergunakan kata-kata yang

susunan dan artinya sengaja disimpangkan dari susunan dan artinya yang biasa dengan

maksud mendapatkan kesegaran dan kekuatan ekspresi. Caranya adalah dengan

memanfaatkan perbandingan, pertentangan, atau pertautan hal yang satu dengan hal

yang lain, yang maknanya sudah diketahui oleh pembaca atau pendengar.

Bahasa figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan

banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif pada dasarnya adalah bentuk

penyimpangan dari bahasa normatif, baik dari segi makna maupun rangkaian katanya,

dan bertujuan untuk mencapai arti dan efek tertentu. Pradopo mengelompokkan bahasa

figuratif menjadi enam jenis (dalam Jabrohim, dkk, 2009:44):


a. Simile adalah jenis bahasa figuratif yang menyamakan satu hal dengan hal lain yang

sesungguhnya tidak sama. Sebagai sarana dalam menyamakan tersebut, simile

menggunakan kata-kata pembanding: bagai, sebagai, bak, seperti, seumpama,

laksana, serupa, sepantun, dan sebagainya. Simile adalah perbandingan yang bersifat

eksplisit. Perbandingan demikian ini dimaksudkan bahwa ia langsung menyatakan

sesuatu sama dengan yang lain. Simile dapat dikatakan bahasa kiasan yang paling

sederhana dan paling banyak digunakan dalam puisi.

b. Metafora adalah bentuk bahasa figuratif yang memperbandingkan sesuatu hal dengan

hal lainnya yang pada dasarnya tidak serupa. Oleh karena itu, di dalam metafora ada

dua hal yang pokok, yaitu hal-hal yang diperbandingkan dan pembandingnya.

Metafora membandingkan dua benda atau hal secara implisit atau tidak

menggunakan kata-kata pembanding. Metafora terasa lebih padat, kaya akan

asosiasi, dan tidak terganggu oleh kata-kata seperti, bagai, bagaikan, serupa, laksana,

dan sebagainya.

c. Personifikasi adalah bentuk bahasa figuratif yang mempersamakan benda atau hal

dengan manusia, benda atau hal itu digambarkan dapat bertindak dan mempunyai

kegiatan seperti manusia. Benda atau hal yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki

sifat kemanusiaan. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan kejelasan gambaran,

menimbulkan bayangan angan yang konkret, dan mendramatisasikan suasana dan ide

yang ditampilkan.

d. Epik-simile atau perumpamaan epos adalah perbandingan yang dilanjutkan atau

diperpanjang, yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingan lebih

lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yang berturut-turut.


e. Metonimi adalah pemindahan istilah atau nama suatu hal atau benda ke suatu hal

atau benda lainnya yang mempunyai kaitan rapat. Metonimi dapat pula disebut

kiasan pengganti nama, misalnya menyebut sesuatu, orang, atau binatang dengan

pekerjaan atau sifat yang dimilikinya. Sebagai contoh yang terdapat dalam puisi

Emha: Sembahyang hati/ sembahyang jiwa/ darah mendetakkanMu/ Allah, Allah,

Allah/ Tuhanku/ lingkarilah jiwaku/ dengan cincin kasih-Mu. Bentuk metonimi di

atas (yakni yang diberi garis bawah) mampu menunjukkan atau menerangjelaskan

pikiran serta keyakinan penyairnya. Metonimi di atas dipergunakan sebagai upaya

menghadirkan imaji tentang Tuhan. Metonimi ini ditandai dengan pemakaian huruf

kapital pada kata ganti Tuhan.

f. Sinekdoki adalah bahasa figuratif yang menyebutkan suatu bagian penting dari suatu

benda atau hal untuk benda atau hal itu sendiri. Sinekdoki ini dapat dibedakan

menjadi dua macam, yakni pars pro toto dan totum pro parte. Pars pro toto adalah

penyebutan sebagian dari suatu hal untuk menyebutkan keseluruhan, sedangkan

totum pro parte adalah penyebutan keseluruhan dari suatu benda atau hal untuk

sebagiannya.

5. Versifikasi

Versifikasi meliputi irama dan rima. Irama berasal dari kata Yunani reo, yang

berarti riak air. Gerakan-gerakan air, riak air adalah gerakan yang teratur, terus-menerus

tidak putus-putus. Itulah setiap gerak yang teratur disebut reo, menjadi ritmos,

rhythmus, kemudian menjadi rhythm, rhythme, ritme. Irama dalam bahasa adalah

pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan

teratur.
Irama dibagi menjadi dua macam, yaitu metrum dan ritme. Metrum adalah

irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini

disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap dan tekanannya yang tetap hingga

alun suara yang menaik dan menurun itu tetap saja. Ritme adalah irama yang

disebabkan pertentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur, tetapi tidak

merupakan jumlah suku kata yang tetap, melainkan hanya menjadi gema gendang

sukma penyairnya.

Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir

baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. Rima ini meliputi

onomatope (tiruan terhadap bunyi-bunyi), bentuk intern pola bunyi, intonasi, repetisi

bunyi atau kata, dan persamaan bunyi.

6. Tipografi

Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam

membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Karena itu ia merupakan pembeda

yang sangat penting. Dalam prosa baris-baris kata atau kalimat membentuk sebuah

periodisitet. Namun, dalam puisi tidak demikian halnya. Baris-baris dalam puisi

membentuk sebuah periodisitet yang disebut bait.

Baris-baris puisi tidak diawali dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan. Tepi

sebelah kiri maupun kanan sebuah baris puisi tidak harus dipenuhi oleh tulisan, tidak

seperti halnya jika kita menulis prosa. Peranan tipografi dalam puisi, selain untuk

menampilkan aspek artistik visual juga untuk menciptakan nuansa makna dan nuansa

tertentu.

F. Teknik Pembelajaran
Teknik : Peta Pasang Kata
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Waktu Karakter


Kegiatan Awal 10 Menit
1. Mengucapkan salam dan berdoa. Religius
2. Absensi.
3. Menyiapkan psikologi siswa Jujur
untuk belajar.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti 60 Menit


1. Peneliti menjelaskan materi yang Aktif
akan diajarkan yaitu metode puisi/ Jujur
struktur fisik puisi. Rasa Ingin
2. Peneliti menjelaskan enam langkah Tahu
menulis puisi dengan Kreatif
menggunakan teknik peta pasang
kata.
3. Peneliti meminta beberapa siswa untuk
menuliskan pasangan kata di papan tulis.
4. Siswa yang lain
mengembangkan pasangan kata
menjadi larik yang menarik
5. Semua siswa bersama-sama menyusun
larik tersebut menjadi bait dan
menyusun bait menjadi satu keutuhan
puisi.
6. Siswa bersama-sama memberikan judul
yang menarik.
Kegiatan Akhir 10 Menit
1. Peneliti memberikan evaluasi.
2. Peneliti bersama siswa Mandiri
menyimpulkan atau Aktif
merangkum materi
pembelajaran.
3. Peneliti merefleksi kegiatan Religius
pembelajaran (meghargai
prestasi).
4. Peneliti menutup pembelajaran dan
menyampaikan pesan-pesan moral.

H. Alat/Sumber Belajar
 Alat : Papan tulis, spidol dan kertas evaluasi dan potongan-potongan karton kecil
 Sumber : Buku paket Santun Berbahasa Indonesia SMP & MTS
Kelas VII, Suyanto dan Sekar Galuh Endah Pinuji,
Mediatama. Buku Kajian Sastra, Sitti Suwadah Riang, Aura
Pustaka.
Buku Cara Menulis Kreatif, Jabrohim dkk, Pustaka Pelajar.
Buku Pengkajian Puisi, Rachmat Djoko Pradopo, UGM.

I. Penilaian dan Program Tindak Lanjut


1. Prosedur penilaian : penilaian dilakukan dari awal-akhir proses
pembelajaran
2. Bentuk Instrumen : lembar observasi dan lembar analisis keterampilan menulis
puisi siswa

Makassar, 5 September 2014

Guru Bahasa Indonesia Peneliti

Sabiroh, S.S Fitriani Rachman


NIP: Nim: 105330650910
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Satuan Pendidikan : SMP Al Bayan Makassar


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/ 1 ( Ganjil )
Pertemuan : VII (Ketujuh)
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Menulis
16. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas
B. Kompetensi Dasar
16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai
C. Indikator
a. Kognitif
 Proses : mampu memahami puisi.
 Produk : mampu mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.
b. Afektif
 Karakter : - Jujur - Kreatif - Kerja sama
- Aktif - Komunikatif
- Inovatif - Tanggung jawab
 Sosial : - Menghormati guru
- Bertanya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
- Menjadi pendengar yang baik

c. Psikomotor
 Mampu menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.

D. Tujuan Pembelajaran
a. Kognitif
 Proses : siswa dapat memahami puisi.
 Produk: siswa dapat mendata objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.
b. Afektif
 Karakter : selama proses pembelajaran, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
dengan memperhatikan kemajuan dan berperilaku seperti jujur, kreatif,
inovatif, komunikatif, dan bertanggung jawab.
 Sosial : siswa terlibat dalam pembelajaran dengan memperlihatkan rasa
hormat kepada guru dan memperlihatkan kemajuan dan keterampilan
bertanya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar serta menjadi
pendengar yang baik.
c. Psikomotor
 Siswa dapat menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.

E. Materi Pembelajaran
Hakikat Puisi/ Struktur Batin Puisi

1. Tema

Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair melalui

puisinya. Semua karya terkhusus karya sastra pasti memiliki tema yang merupakan

pokok permasalahan yang diangkat dalam menulis karya sastra itu. Tema adalah sesuatu

yang menjadi pikiran pengarang|. Sesuatu yang menjadi pikiran tersebut dasar bagi puisi

yang dicipta oleh penyair. Sesuatu yang dipikirkan itu dapat bermacam-macam,

meliputi berbagai macam permasalahan hidup. Permasalahan itu oleh penyair disusun

dengan baik dan ditambah dengan ide, gagasan, cita-cita, atau pendirian penyair.

Dengan demikian di dalam tema selain sesuatu yang dipikirkan penyair juga

terbayang pandangan hidup penyair atau bagaimana penyair melihat permasalahan yang

dipikirkannya itu. Penyair tidak pernah menyebut apa tema puisi yang ditulisnya. Untuk

mengetahui tema sebuah puisi, kita harus membaca keseluruhan puisi tersebut dengan

cermat.

2. Perasaan
Perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang

ditampilkannya. Sikap tersebut adalah sikap yang ditampilkan dari perasaan penyair,

misalnya sikap simpati, antipati, senang, tidak senang, rasa benci, rindu, dan

sebagainya. Perasaan penyair ikut terekspresikan dalam puisi. Oleh karena itu, sebuah

tema yang sama akan menghasilkan puisi yang berbeda jika suasana perasaan penyair

yang mencipta puisi itu berbeda.

Contoh konkret hal ini dapat dilihat melalui puisi-puisi Toto Sudarto Bachtiar

dan WS Rendra yang sama-sama menampilkan kehidupan pengemis atau gelandangan.

Toto Sudarto Bachtiar menghadapi “gadis kecil berkaleng kecil” dengan perasaan iba

hati karena rasa belas kasihnya, dan bahkan ia ingin “ikut gadis kecil berkaleng kecil”

itu. Adapun Rendra bersikap sebaliknya. Ia berperasaan benci dan bersikap memandang

rendah para pengemis karena dalam pandangannya pengemis tidak berusaha keras untuk

menopang kehidupannya.

3. Nada

Nada adalah sikap penyair kepada pembaca. Dalam menulis puisi, penyair bisa

jadi bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bisa jadi pula ia

bersikap lugas, hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Bahkan, ada pula penyair

yang hanya bersikap main-main saja seperti banyak dijumpai pada puisi-puisi mbleing.

Nada mengungkapkan sikap penyair, dari sikap itu terciptalah suasana

puisi. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Ini berarti sebuah

puisi akan membawa akibat psikologis kepada pembacanya. Akibat psikologis ini

terjadi karena nada yang dituangkan penyair dalam puisi.


4. Amanat

Amanat dapat ditemukan setelah mengetahui tema, perasaan, dan nada puisi.

Amanat adalah pesan atau nasehat yang ingin disampaikan oleh penyair. Amanat adalah

hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-

kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. Cara pembaca

menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan pandangan pembaca terhadap

suatu hal. Amanat harus dibedakan dengan tema. Dalam puisi, tema berkaitan dengan

arti, sedangkan amanat berkaitan dengan makna karya sastra. Arti puisi bersifat lugas,

objektif, dan khusus. Makna berhubungan dengan individu, konsep seseorang, dan

situasi, tempat penyair mengimajinasikan puisinya.

F. Teknik Pembelajaran
Teknik : Peta Pasang Kata

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Waktu Karakter


Kegiatan Awal 10 Menit
1. Mengucapkan salam dan berdoa. Religius
2. Absensi.
3. Menyiapkan psikologi siswa Jujur
untuk belajar.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti 60 Menit


1. Peneliti menjelaskan materi yang akan Aktif
diajarkan yaitu hakikat puisi/ struktur Jujur
batin puisi. Rasa Ingin
2. Peneliti menjelaskan enam langkah Tahu
menulis puisi dengan menggunakan Kreatif
teknik peta pasang kata.
3. Peneliti meminta beberapa siswa untuk
menuliskan pasangan kata di papan tulis.
4. Siswa yang lain mengembangkan
pasangan kata menjadi larik yang
menarik.
5. Semua siswa bersama-sama menyusun
larik tersebut menjadi bait dan
menyusun bait menjadi satu keutuhan
puisi.
6. Siswa bersama-sama memberikan judul
yang menarik.
Kegiatan Akhir 10 Menit
1. Peneliti memberikan evaluasi.
2. Peneliti bersama siswa Mandiri
menyimpulkan atau merangkum Aktif
materi pembelajaran.
3. Peneliti merefleksi kegiatan
pembelajaran (meghargai Religius
prestasi).
4. Peneliti menutup pembelajaran
dan menyampaikan pesan-pesan
moral.

H. Alat/Sumber Belajar
 Alat : Papan tulis, spidol dan kertas evaluasi dan potongan-potongan karton kecil
 Sumber : Buku paket Santun Berbahasa Indonesia SMP & MTS
Kelas VII, Suyanto dan Sekar Galuh Endah Pinuji,
Mediatama. Buku Kajian Sastra, Sitti Suwadah Riang, Aura
Pustaka. Buku Cara Menulis Kreatif, Jabrohim dkk, Pustaka
Pelajar. Buku Pengkajian Puisi, Rachmat Djoko Pradopo,
UGM.
I. Penilaian dan Program Tindak Lanjut
1. Prosedur penilaian : penilaian dilakukan dari awal-akhir proses
pembelajaran
2. Bentuk Instrumen : lembar observasi dan lembar analisis keterampilan menulis
puisi siswa
Makassar, 10 September 2014

Guru Bahasa Indonesia Peneliti

Sabiroh, S.S Fitriani Rachman


NIP: Nim: 105330650910
Lampiran II

DAFTAR HADIR SISWA SMP AL-BAYAN KELAS VIII SIKLUS I

Siklus I

Nama Siswa
Rabu/ 27-8- Kamis/ 28- Jumat/ 29-8- Rabu/ 3-9-
2014 8-2014 2014 2014
Ade Winda Irrika   S 
Afiqa Wahdania    
Alfiyah    
Asrianti Aras    
Assahra Quines P S   
Besse Siti Halima S   
Eva S    
Mujdalifa P    
Nalda Fitriani   S 
Nuraisyah Mulianda    
Sarah Ashari    
Siti Hasbaina Belti    
Sri Reskiani B    
ST. Srifa    
Sulistiawaty    
Yuni Alfiah    
DAFTAR HADIR SISWA SMP AL-BAYAN KELAS VIII SIKLUS II

Siklus II
Nama Siswa
Jumat/ 5-9- Kamis/ 11-9-
Kamis/ 4-9-2014 Rabu/ 10-9-2014
2014 2014

Ade Winda Irrika S   


Afiqa Wahdania    
Alfiyah    
Asrianti Aras    
Assahra Quines P    
Besse Siti Halima    
Eva S    
Mujdalifa P    
Nalda Fitriani    
Nuraisyah Mulianda    
Sarah Ashari    
Siti Hasbaina Belti    
Sri Reskiani B    
ST. Srifa    
Sulistiawaty    
Yuni Alfiah    
Lampiran

Lembar Observasi Aktivitas Siswa SMP Al-Bayan Kelas VII


Siklus I

Pertemuan
Rata- Persentase
No Aspek yang diamati
1 2 3 4 rata (%)
1. Kehadiran siswa 14 16 14 14,7 92%
T
2. Siswa yang memperhatikan materi 12 14 14 E 13,3 83%
3. Siswa yang mengajukan pertanyaan 0 3 1 S 1,3 8%
4. Siswa yang menjawab pertayaan 2 4 3 3 18,7%
Siswa yang aktif mengerjakan tugas
5. 14 16 14 14,7 92%
individu
Siswa yang melakukan kegiatan
6. lain yang tidak relevan dengan 2 2 0 1,3 8%
pembelajaran

Lembar Observasi Aktivitas Siswa SMP Al-Bayan Kelas


VII Siklus II

Pertemuan
Rata- Persentase
No Aspek yang diamati
1 2 3 4 rata (%)
1. Kehadiran siswa 15 16 16 15,7 98,1%
T
2. Siswa yang memperhatikan materi 15 16 16 E 15,7 98,1%
3. Siswa yang mengajukan pertanyaan 2 1 2 S 1,7 10,6%
4. Siswa yang menjawab pertayaan 3 2 5 3,3 20,6%
Siswa yang aktif mengerjakan tugas
5. 15 16 16 15,6 97,5%
individu
Siswa yang melakukan kegiatan
6. lain yang tidak relevan dengan 0 1 0 0,3 1,9%
pembelajaran
Lampiran

Format Pedoman Pengskoran Kemampuan Menulis


Puisi melalui Teknik Peta Pasang Kata

Aspek yang dinilai Kriteria Skor


1. Pencarian ide a. Penemuan ide yang tepat 10
(ilham)/ imajinasi b. Penemuan ide yang kurang tepat 5
c. Tidak menemukan ide sama sekali 0
2. Pemilihan tema puisi a. Pemilihan tema yang sangat menarik berupa 15
yang akan dibuat peristiwa yang pernah dialami siswa atau
lingkungan sekitar tergambar lewat
keseluruhan unsur puisi
b. Pemilihan tema yang menarik berupa peristiwa 10
yang pernah dialami siswa atau lingkungan
sekitar tergambar lewat lima unsur puisi
c. Pemilihan tema yang kurang menarik berupa 5
peristiwa yang pernah dialami siswa atau
lingkungan sekitar tergambar lewat 3-4 unsur
puisi
d. Pemilihan tema yang tidak menarik karena 0
tidak tergambar lewat unsur puisi
3. Pemilihan diksi (kata) a. Menuliskan kata yang tepat 20
yang padat dan khas b. Kadang-kadang menuliskan kata yang tidak tepat 15
c. Sering menuliskan kata yang tidak tepat 10
d. Salah menuliskan kata dan sangat terbatas 5
e. Tidak menulis apa-apa 0
4. Membuat kalimat a. Membuat puisi dari kata kunci dengan tepat 10
menjadi puisi dari b. Membuat puisi dari kata kunci kurang tepat 5
kata kunci c. Membuat puisi dari kata kunci tidak tepat 0
5. Mengurutkan atau a. Mengurutkan pasangan kata menjadi larik 15
mengembangkan yang tepat
pasangan kata b. Mengurutkan pasangan kata menjadi larik 10
menjadi larik yang kurang tepat
menarik c. Mengurutkan pasangan kata menjadi larik 5
yang tidak tepat
6. Menata utuh ke a. Menata utuh ke dalam keutuhan puisi yang tepat 20
dalam keutuhan puisi b. Menata utuh ke dalam keutuhan puisi yang
kurang tepat 10
c. Menata utuh ke dalam keutuhan puisi yang tidak
tepat 5
7. Penentuan judul yang a. Penentuan judul yang menarik 10
menarik b. Penentuan judul yang kurang menarik 5
c. Penentuan judul yang tidak menarik 0
Jumlah 100
Lampiran

DAFTAR NILAI SISWA SMP AL-BAYAN KELAS VIII SIKLUS I

Aspek yang dinilai


No Nama Siswa Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Ade Winda Irrika 10 5 15 5 5 5 5 50


2. Afiqa Wahdania 10 5 20 10 15 10 5 75
3. Alfiyah 5 0 10 5 10 10 5 45
4. Asrianti Aras 10 5 20 10 10 10 5 70
5. Assahra Quines P 5 5 10 5 5 5 5 40
6. Besse Siti Halima 10 5 15 5 10 10 5 60
7. Eva S 10 5 20 10 15 20 5 85
8. Mujdalifa P 5 5 10 10 15 10 5 60
9. Nalda Fitriani 10 5 20 10 10 10 5 70
10. Nuraisyah Mulianda 5 5 20 10 15 10 5 70
11. Sarah Ashari 10 5 5 0 10 10 5 45
12. Siti Hasbaina Belti 5 0 5 5 10 5 0 30
13. Sri Reskiani B 5 5 5 10 10 10 5 50
14. ST. Srifa 5 5 5 0 5 5 5 30
15. Sulistiawaty 10 5 15 10 10 10 5 65
16. Yuni Alfiah 5 5 15 5 10 10 5 55
DAFTAR NILAI SISWA SMP AL-BAYAN KELAS VIII SIKLUS II

Aspek yang dinilai


No Nama Siswa Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Ade Winda Irrika 10 10 20 10 15 10 5 80
2. Afiqa Wahdania 10 5 20 10 15 20 5 85
3. Alfiyah 10 5 15 10 10 10 5 65
4. Asrianti Aras 10 5 20 10 10 20 10 85
5. Assahra Quines P 10 5 20 10 15 20 10 90
6. Besse Siti Halima 10 15 20 10 15 10 10 90
7. Eva S 10 5 20 10 15 20 10 90
8. Mujdalifa P 10 5 20 10 15 20 5 85
9. Nalda Fitriani 10 10 20 10 15 10 5 80
10. Nuraisyah Mulianda 10 10 20 10 15 20 10 95
11. Sarah Ashari 10 10 20 10 15 10 5 80
12. Siti Hasbaina Belti 10 5 20 10 15 20 10 90
13. Sri Reskiani B 5 5 15 10 15 10 5 65
14. ST. Srifa 10 5 15 10 15 10 5 70
15. Sulistiawaty 10 10 20 10 15 20 10 95
16. Yuni Alfiah 10 5 20 10 15 20 5 85
Lampiran VI

Hasil Analisis Data Siklus I & II (dengan menggunakan SPSS)


Statistics
nilai_siklus_1
Valid 16
Missing 0
Mean 56.25
Median 57.50
Mode 70
Std. Deviation 15.969
Minimum 30
Maximum 85
Sum 900

nilai_siklus_1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
30 2 12.5 12.5 12.5
40 1 6.3 6.3 18.8

45 2 12.5 12.5 31.3

50 2 12.5 12.5 43.8

55 1 6.3 6.3 50.0


60 2 12.5 12.5 62.5

65 1 6.3 6.3 68.8

70 3 18.8 18.8 87.5

75 1 6.3 6.3 93.8

85 1 6.3 6.3 100.0


Total 16 100.0 100.0
Statistics
nilai_siklus_2

Valid 16
Missing 0
Mean 83.13
Median 85.00
Mode 85a
Std. Deviation 9.465
Minimum 65
Maximum 95
Sum 1330

nilai_siklus_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

65 2 12.5 12.5 12.5


70 1 6.3 6.3 18.8

80 3 18.8 18.8 37.5

85 4 25.0 25.0 62.5

90 4 25.0 25.0 87.5

95 2 12.5 12.5 100.0


Total 16 100.0 100.0
Lampiran VII

Soal Tes
Siklus

Tulislah sebuah puisi berdasarkan peristiwa yang pernah kalian alami atau lingkungan

sekitar!

Ikutilah langkah-langkah berikut dalam menulis puisi:

A. Pikirkanlah peristiwa yang pernah kamu alami atau lingkungan sekitar.

B. Pilihlah kata (diksi) sentral dalam menulis puisi.

C. Pasangkanlah kata inspiratif (diksi sentral) secara acak dan bebas.

D. Kembangkanlah pasangan kata tersebut menjadi larik yang menarik.

E. Kelompokkanlah larik tersebut menjadi satu pokok gagasan.

F. Susunlah larik tersebut menjadi bait hingga menjadi puisi yang utuh.

Tentukanlah judul yang sesuai dengan puisi yang telah dibuat.


Lampiran VIII

DOKUMENTASI

Gambar I Gambar II

Gambar I dan II merupakan proses mengajar yang dilakukan oleh peneliti

Gambar III Gambar IV

Gambar III merupakan proses menulis puisi dengan menggunakan teknik peta pasang
kata, siswa sedang menyusun potongan kertas yang telah dituliskan larik dan gambar IV
merupakan proses membimbing siswa yang belum mengerti menulis puisi dengan menggunakan
teknik peta pasang kata.
Gambar V Gambar VI

Gambar V siswa-siswa memperlihatkan hasil keterampilan menulis puisi mereka


dengan menggunakan teknik peta pasang kata dan gambar VI siswa sedang serius mengerjakan
puisi dengan menggunakan teknik peta pasang kata.

Gambar VII

Gambar VII peneliti dan siswa kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar foto bersama pada siklus I
Gambar VIII

Gambar VIII peneliti dan siswa kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar foto bersama pada siklus II

Gambar IX

Gambar IX merupakan guru-guru SMP Al-Bayan Makassar


Gambar X
Gambar X peneliti foto bersama dengan guru-guru SMP Al-Bayan Makassar

Gambar XI

Gambar XI merupakan lingkungan sekolah Al-Bayan Makassar


RIWAYAT HIDUP

Fitriani Rachman, lahir di Makassar pada tanggal 7 April 1992. Anak

kelima dari delapan bersaudara yang merupakan buah kasih sayang dari

pasangan Alm. Abdul Rachman Hayade dan Andi Nur Rahma. Penulis

menempuh pendidikan di SD Inpres Paccerakkang pada tahun 1998 dan

tamat pada tahun 2004.

Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke

jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 34 Makassar dan tamat pada

tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan lagi ke jenjang Sekolah Menengah Atas

(SMA) pada SMA Negeri 6 Makassar mulai dari tahun 2007 sampai dengan 2010. Pada

tahun yang sama penulis diterima di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Program Strata Satu

(S1). Akhirnya, tahun 2014 penulis dapat menyelesaikan studinya di Universitas

Muhammadiyah Makassar dengan menyusun karya ilmiah yang berjudul Peningkatan

Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP Al-Bayan Makassar melalui Teknik

Peta Pasang Kata.

Anda mungkin juga menyukai