Revolusi Menegakkan Negara Kesatuan
Revolusi Menegakkan Negara Kesatuan
REBUBLIK INDONESIA
DIsusun Oleh:
“Om Swastiyastu”
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Revolusi
Menegakkan Kemerdekaan Indonesia” ini tepat pada waktunya memenuhi tugas dari guru pada
bidang studi Sejarah Indonesia.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai materi tentang
“Revolusi Menegakkan Kemerdekaan Indonesia” bagi para pembaca dan juga kami selaku
penulis. Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada Komang Meita Sari,S.M
selaku guru pada bidang studi Sejarah Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagai pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan laporan
makalah ini.
Penulis.
ii
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat............................................................................................................................. 2
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kahin (1995, hlm. 179) menyatakan bahwa dalam peta politik dunia saat itu
wilayah Indonesia sebagian besar diserahkan kepada markas besar komando pasukan
Inggris yang bernama South East Asia Command (SEAC) yang berkedudukan di
Kolombo, Srilangka, dibawah pimpinan Lord L. Mountbatten. SEAC memiliki
prioritas utama untuk memulihkan kondisi keamanan dan ketertiban di wilayahwilayah
yang ditinggalkan oleh negara yang kalah dalam Perang Dunia II, dalam hal ini adalah
Jepang. Mengingat luasnya tugas SEAC yang mencakup wilayah Burma, Muangthai,
1
Indo Cina dan Semenanjung Malaya, maka mengenai urusan pendudukan di wiliyah
Hindia Belanda dibentuk satuan khusus yang bernama Allied Forces Netherland East
Indies (AFNEI). Hal tersebut senada dengan pernyataan Saleh (2000, hlm. 57-58) yang
menyatakan bahwa pasukan sekutu yang didalamnya terdiri dari pasukan Inggris dan
Australia baru akan masuk ke wilayah-wilayah yang diduduki Jepang
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui Tantangan Awal Kemerdekaan Indonesia
2. Untuk mengetahui Antara Perang dan Diplomasi
3. Untuk mengetahui Nilai-nilai Perjuangan pada Masa Revolusi
4. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran sejarah indonesia di Kelas XI Mipa 1
SMAN 1 Sukawati
1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat berguna bagi orang lain untuk menambah wawasannya
tentang materi Revolusi Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga
makalah ini dapat dijadikan sarana belajar khususnya bagi kami dan juga orang lain.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
c. Melucuti dan mengumpulkan orang-orang Jepang untuk dipulangkan ke
negerinya;
d. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai, menciptakan ketertiban, dan
keamanan, untuk kemudian diserahkan kepada pemerintahan sipil; dan
e. Mengumpulkan keterangan tentang penjahat perang untuk kemudian diadili
sesuai hukum yang berlaku.
4
tersebut, sebagian para tawanan berhasil melarikan diri dan minta perlindungan
kepada batalion Kedobutai. Tanpa menunggu perintah, para pemuda segera
menyerang dan melakukan perebutan senjata terhadap Jepang. Terjadilah
pertempuran antara rakyat dan pasukan Jepang. Pertempuran tersebut dikenal
dengan Pertempuran Lima Hari di Semarang.
Pada tanggal 14 Oktober 1945, petugas kepolisian Indonesia yang menjaga
persediaan air minum di Wungkal diserang oleh pasukan Jepang. Di Jalan
Peterongan terdengar kabar bahwa air leding di candi telah diracuni oleh Jepang.
Oleh karena itu, rakyat menjadi gelisah. Kepala Laboratorium Dinas Purusara
Semarang, dr. Kariadi ingin mengecek persediaan air tersebut, tetapi dibunuh oleh
tentara Jepang.
Pada tanggal 17 Oktober 1945, tercapai perundingan mengenal gencatan
senjata yang diadakan di Candi Baru. Pada tanggal 19 Oktober pagi hari, belum
ada tanda- tanda semua senjata akan diserahkan kembali kepada Jepang. Jepang
telah bersiap- siap membumihanguskan kota Semarang. Namun, pukul 07.45 ada
berita bahwa tentara Sekutu mendarat di pelabuhan Semarang dengan
menumpang kapal HMS Glenry. Tentara Sekutu tersebut terdiri dari pasukan
Inggris termasuk Gurkha. Tugas mereka adalah untuk melucuti tentara Jepang.
Dengan datangnya tentara Sekutu, telah mempercepat berakhimya pertempuran
antara pejuang Semarang dan tentara Jepang. Untuk mengenang peristiwa
tersebut, di Semarang dibangun sebuah monumen yang terkenal dengan nama
Monumen Tugu Muda.
5
Komite Nasional Indonesia Daerah. Gedung Cokan Kantai kemudian dikenal
dengan Gedung Nasional atau Gedung Agung. Satu hari setelah perebutan gedung
Cokan Kantai,para pejuang Yogyakarta ingin melakukan perebutan senjata dan
markas Osha Butai di Kotabaru. Rakyat dan para pemuda terus mengepung
markas Osha Butai diKotabaru. Rakyat dan para pemuda terdiri dari berbagai
kesatuan, antara lain TKR, Polisi Istimewa, dan BPU (Barisan Penjagaan Umum)
sudah bertekad untuk menyerbu markas Jepang di Kotabaru.
2.3.3 Perjuangan Rakyat Surabaya
Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadir
Jenderal A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya. Mereka mendapat tugas dari
panglima AFNEI untuk melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan interniran
Sekutu. Kedatangan mereka disambut oleh R.M.T.A. Suryo (gubernur Jawa
Timur). Antara wakil-wakil pemerintah Republik Indonesia dan A.W.S. Mallaby
kemudian mengadakan pertemuan yang hasilnya sebagai berikut :
a. Inggris berjanji bahwa kedatangan tentaranya tidak disertai
angkatan perang Belanda.
b. Disetujui kerja sama antara kedua belah pihak untuk menjamin
keamanan dan ketenteraman.
c. Akan segera dibentuk kontak Biro (Contact Bureau) agar kerja sama
terlaksana dengan baik.
d. Inggris hanya akan melucuti senjata tentara Jepang.
Atas kesepakatan tersebut, Inggris diizinkan masuk kota Surabaya.
Ternyata dalam praktiknya Inggris tidak menepati janjinya dan justru berusaha
menguasai Surabaya. Pada tanggal 26 Oktober 1945 malam hari, satu peleton dari
Field Security Section di bawah pimpinan Kapten Shaw menyerbu Penjara
Kalisosok dengan tujuan membebaskan Kolonel Huiyer, seorang kolonel
Angkatan Laut Belanda beserta kawan-kawannya. Keesokan harinya, Inggris
juga menduduki Pangkalan Udara Tanjung Perak, kantor pos besar, Gedung Bank
Internatio, dan objek-objek vital lainnya. Pada tanggal 27 Oktober 1945, pesawat
terbang Inggris menyebarkan pamflet-pamflet yang berisi perintah agar rakyat
Surabaya dan Jawa Timur menyerahkan kembali senjata hasil rampasan dari
Jepang. Pada tanggal 27 Oktober 1945, terjadi kontak senjata antara pasukan
Inggris dan para pejuang di Surabaya. Pada tanggal 28 Oktober 1945, kedudukan
6
Inggris semakin terdesak, tank-tank berhasil dilumpuhkan dan beberapa objek
vital dapat direbut kembali oleh para pemuda Surabaya.
Untuk menyelamatkan pasukan Inggris dari kehancuran, maka pihak
Sekutu segera menghubungi Presiden Soekarno untuk menghentikan
pertempuran. Setelah itu, terjadi perundingan antara Presiden Soekarno, Jenderal
D.C. Hawthorn (atasan Mallaby), Moh. Hatta, Amir Syarifuddin, dan Mallaby.
Perundingan tersebut menghasilkan dua kesepakat- an, yaitu penghentian kontak
senjata dan Inggris mengakui kedaulatan Republik Indonesia.
Agar hasil perundingan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan untuk
menghindari adanya kesalahan pemahaman, dibentuk Kontak Biro yang
anggotanya terdiri dari unsur pemerintah Republik Indonesia di Surabaya dan
tentara Inggris. Seluruh anggota Kontak Biro kemudian mendatangi beberapa
tempat untuk menghentikan kontak senjata. Tempat terakhir yang dikunjungi
adalah Gedung Bank Internatio di Jembatan Merah. Ketika anggota Kontak Biro
tiba, di tempat tersebut sedang terjadi insiden tembak-menembak antara para
pemuda dan pasukan Sekutu. Dalam insiden tersebut, Brigjen A.W.S. Mallaby
terbunuh. Letnan Jenderal Christison selaku panglima AFNEI menuntut atas
kematian Mallaby dan menyuruh agar rakyat Surabaya menyerah, kalau tidak
menyerah Surabaya akan dibumihanguskan. Setelah itu, Inggris mendatangkan
pasukan baru di bawah pimpinan Jenderal E.C. Mansergh. Pada tanggal 9
Oktober 1945, Mansergh mengeluarkan ultimatum agar rakyat Surabaya
termasuk para pemimpin yang bersenjata harus melapor dan menyerahkan
senjatanya kepada Inggris, kemudian semua harus menandatangani dokumen
sebagai tanda menyerah tanpa syarat kepada Inggris dan batas waktu yang
ditentukan adalah pukul 06.00 WIB tanggal 10 November 1945. Kalau ultimatum
tidak diindahkan sampai batas waktu yang ditentukan, Inggris akan mengerahkan
semua kekuatan darat, laut, dan udara untuk menghancurkan Surabaya.
Ultimatum tersebut kemudian dilaporkan kepada presiden, tetapi hanya
berhasil ditemui oleh Menteri Luar Negeri Ahmad Subarjo. Ahmad Subarjo
menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada rakyat Surabaya. Setelah
mendapatkan tanggapan tersebut, pada tanggal 9 November 1945 pukul 22.00
WIB Gubernur Suryo melalui radio menyatakan menolak ultimatum Inggris. Para
pemuda kemudian mulai membuat pertahanan di dalam kota. Komandan
7
Pertahanan Kota Sungkono telah mengundang semua unsur kekuatan rakyat yang
terdiri dari TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar, Polisi Istimewa, BBI, PTKR, dan
TKR Laut untuk berkumpul di Markas Pregolan 4. Sungkono membagi Surabaya
dalam tiga sektor pertahanan. Sektor barat dipimpin oleh Kunkiyat, sektor tengah
dipimpin oleh Kretaro dan Marhadi, serta sektor timur dipimpin oleh Kadim
Prawirodiharjo, sedangkan dari Jalan Mawar Nomor 4, Bung Tomo membakar
semangat juang rakyat melalui radio.
Batas ultimatum berakhir dan pecahlah pertempuran antara pasukan
Indonesia dan Inggris pada tanggal 10 November 1945. Terjadinya Pertempuran
10 November 1945 ink menunjukkan kegigihan bangsa Indonesia dalam
mempertahankan kemerdekaannya. Untuk memperingati kepahlawanan rakyat
Surabaya, pemerintah Republik
8
km. Untuk menghindari penderitaan rakyat dan kehancuran kota Bandung,
pemerintah Republik Indonesia menyetujui untuk mengosongkan kota Bandung.
a. Semua pegawai dan rakyat harus keluar kota sebelum pukul 24.00
WIB.
b. Tentara melakukan bumi hangus terhadap semua bangunan yang
ada.
c. Sesudah matahari terbenam, supaya Bandung Utara diserang dan
juga dilakukan bumi hangus sebisa-bisanya.
9
teks proklamasi dan disebarluaskan ke seluruh pelosok penjuru. Atas inisiatif
Manai Shopian dan kawan-kawan, dibuat plakat proklamasi di rumah A.
Burhanuddin dan di Kantor Pewarta Celebes, yang kemudian diganti dengan
Soeara Indonesia.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa saat indonesia setelah
merdeka, keadaan awal indonesia pada saat itu seperti bayi yang baru lahir, yang harus
memulai kenegaraannya dari titik baru titik dimana indonesia sudah mulai mendapat
pengakuan de facto sebagai negara. Namun dalam pembangunan konteks negara,
Indonesia masih saja dijajah oleh bangsa Belanda yang mencoba masuk ke Indonesia
dengan membawa pasukan yaitu yang disebut dengan AFNEI. Kedatangannya yang
dibonceng juga oleh NICA menimbulkan kecurigaan terhadap indonesia dan bersikap
anti Belanda.
11
DAFTAR PUSTAKA
a. https://youtu.be/A-SGfPNGoVA
b. Sumber buku paket Sejarah Indoensia kurikulum 2013 hal. 128-131
c. Sumber buku LKS Sejarah Indonesia kurikulum 2013 hal. 55-60
12