Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

REVOLUSI MENEGAKKAN NEGARA KESATUAN

REBUBLIK INDONESIA

DIsusun Oleh:

01. Cokorda Istri Agung Mirah Darmayanti XI MIPA 1


02. Dewa Ayu Agung Intan Widya Yanti XI MIPA 1
03. Eka Yoga Putra Diamerta XI MIPA 1
04. I Dewa Gede Agung Adi Winata XI MIPA 1

SMA NEGERI 1 SUKAWATI

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

“Om Swastiyastu”

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Revolusi
Menegakkan Kemerdekaan Indonesia” ini tepat pada waktunya memenuhi tugas dari guru pada
bidang studi Sejarah Indonesia.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai materi tentang
“Revolusi Menegakkan Kemerdekaan Indonesia” bagi para pembaca dan juga kami selaku
penulis. Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada Komang Meita Sari,S.M
selaku guru pada bidang studi Sejarah Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagai pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan laporan
makalah ini.

“Om Santih Santih Santih Om”

Sukawati , 27 Mei 2023

Penulis.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Manfaat ............................................................................................................ 2

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2

1.4 Manfaat............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Kondisi Awal Kemerdekaan Indonesia ............................................................................ 3

2.2 Kedatangan Sekutu Dan Belanda (NICA) ....................................................................... 3

2.3 Merdeka Atau Mati .......................................................................................................... 4

2.3.1 Perjuangan Rakyat Semarang dalam Melawan Tentara Jepang ................................ 4

2.3.2 Pengambilan Kekuasaan Jepang Di Yogyakarta ....................................................... 5

2.3.3 Perjuangan Rakyat Surabaya ..................................................................................... 6

2.3.4 Pertempuran Medan Area .......................................................................................... 8

2.3.5 Bandung Lautan Api.................................................................................................. 8

2.3.6 Berita Proklamasi di Sulawesi .................................................................................. 9

2.3.7 Operasi Lintas Laut Banyuwangi – Bali.................................................................. 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 11

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 11

3.2 Saran Dan Kritik............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 bukan titik akhir perjuangan bangsa
Indonesia untuk melepaskan din dari belenggu penjajahan. Belanda yang telah ratusan
tahun untuk merasakan kekayaan Indonesia enggan mengakui kemerdekaan Indonesia.
Sekutu yang telah memenangkan Perang Dunia II merasa memiliki hak atas nasib
bangsa Indonesia. Belanda mencoba masuk kembali ke Indonesia dan menancapkan
kolonialisme dan imperialismenya sementara kondisi sosial ekonomi Indonesia masih
sangat memeprihatinkan, perangkat-perangkat kenegaraan juga baru dibentuk,
Indonesia ibarat bayi baru lahir masih lemah, tetapi merdeka adalah harga mati.
Berbagai upaya bangsa asing untuk menguasai kembali bangsa Indonesia ditentang
dengan berbagai cara. Pertempuran heroik dengan korban ribuan jiwa terjadi di
berbagai daerah di Indonesia. Tidak terhitung jelas berapa jumlah korban jiwa dari
pertempuran mempertahankan bangsa Indonesia tersebut, bahkan banyak pahlawan
tidak dikenal yang berguguran..

Setelah diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus


1945, ternyata tidak serta-merta mengubah situasi dari bangsa yang terjajah menjadi
bangsa yang merdeka seutuhnya. Hal ini dikarenakan berdasarkan perjanjian Postdam,
negara-negara Sekutu yang memenangkan perang bersepakat untuk mengembalikan
wilayah-wilayah yang diduduki Negara yang kalah perang pada koloni sebelumnya
(Saleh, 2000, hlm. 18). Oleh karenanya, Jepang, yang merupakan negara yang kalah
dalam perang, harus memberikan wikayah jajahannya kepada Sekutu.

Kahin (1995, hlm. 179) menyatakan bahwa dalam peta politik dunia saat itu
wilayah Indonesia sebagian besar diserahkan kepada markas besar komando pasukan
Inggris yang bernama South East Asia Command (SEAC) yang berkedudukan di
Kolombo, Srilangka, dibawah pimpinan Lord L. Mountbatten. SEAC memiliki
prioritas utama untuk memulihkan kondisi keamanan dan ketertiban di wilayahwilayah
yang ditinggalkan oleh negara yang kalah dalam Perang Dunia II, dalam hal ini adalah
Jepang. Mengingat luasnya tugas SEAC yang mencakup wilayah Burma, Muangthai,

1
Indo Cina dan Semenanjung Malaya, maka mengenai urusan pendudukan di wiliyah
Hindia Belanda dibentuk satuan khusus yang bernama Allied Forces Netherland East
Indies (AFNEI). Hal tersebut senada dengan pernyataan Saleh (2000, hlm. 57-58) yang
menyatakan bahwa pasukan sekutu yang didalamnya terdiri dari pasukan Inggris dan
Australia baru akan masuk ke wilayah-wilayah yang diduduki Jepang

1.2 Rumusan Manfaat


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Bagaimana Tantangan Awal Kemerdekaan?
2. Bagaimana Peristiwa Antara Perang dan Diplomasi ?
3. Bagaimana Nilai-nilai Kejuangan Masa Revolusi ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui Tantangan Awal Kemerdekaan Indonesia
2. Untuk mengetahui Antara Perang dan Diplomasi
3. Untuk mengetahui Nilai-nilai Perjuangan pada Masa Revolusi
4. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran sejarah indonesia di Kelas XI Mipa 1
SMAN 1 Sukawati

1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat berguna bagi orang lain untuk menambah wawasannya
tentang materi Revolusi Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga
makalah ini dapat dijadikan sarana belajar khususnya bagi kami dan juga orang lain.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Awal Kemerdekaan Indonesia


Secara politis keadaan Indonesia pada awal kemerdekaan belum begitu mapan.
Ketegangan, kekacauan, dan berbagai insiden masih terus terjadi. Pemerintahan
memang telah terbentuk. beberapa alat kelengkapan negara juga sudah tersedia, tetapi
karena baru awal kemerdekaan tentu masih banyak kekurangan. PPKI yang
keanggotaannya sudah disempurnakan berhasil mengadakan sidang untuk
mengesahkan UUD dan memilih Presiden-Wakil Presiden. Bahkan, untuk menjaga
keamanan negara juga telah dibentuk TNI. Kondisi perekonomian negara masih sangat
memprihatinkan sehingga terjadi inflasi yang cukup berat. Hal ini dipicu karena
peredaran mata uang rupiah Jepang yang tak terkendali, sementara nilai tukarnya sangat
rendah. Kemudian pada 1 Oktober 1946 Indonesia mengeluarkan uang RI yang disebut
ORI (Oeang Republik Indonesia). Sementara dalam hal pendidikan, pemerintah mulai
menyelenggarakan pendidikan yang diselaraskan dengan alam kemerdekaan. Menteri
Pendidikan dan Pengajaran juga sudah diangkat.

2.2 Kedatangan Sekutu Dan Belanda (NICA)


Sekutu masuk ke Indonesia diboncengi NICA. Mereka masuk melalui beberapa pintu
wilayah Indonesia terutama daerah yang merupakan pusat pemerintahan pendudukan
Jepang seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Setelah PD II, terjadi perundingan
Belanda dengan Inggris di London yang menghasilkan Civil Affairs Agreement. Isinya
tentang pengaturan penyerahan kembali Indonesia dari pihak Inggris kepada Belanda,
khusus yang menyangkut daerah Sumatra sebagai daerah yang berada di bawah
pengawasan SEAC (South East Asia Command). Louis Mountbatten membentuk
pasukan komando khusus yang disebut AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indiers)
di bawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison. Mereka tergabung di dalam
pasukan tentara Inggris yang berkebangsaan India, yang sering disebut sebagai tentara
Gurkha. Tugas tentara AFNEI sebagai berikut:

a. Menerima penyerahan kekuasaan tentara Jepang tanpa syarat


b. Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu;

3
c. Melucuti dan mengumpulkan orang-orang Jepang untuk dipulangkan ke
negerinya;
d. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai, menciptakan ketertiban, dan
keamanan, untuk kemudian diserahkan kepada pemerintahan sipil; dan
e. Mengumpulkan keterangan tentang penjahat perang untuk kemudian diadili
sesuai hukum yang berlaku.

2.3 Merdeka Atau Mati


2.3.1 Perjuangan Rakyat Semarang dalam Melawan Tentara Jepang
Berita tentang proklamasi kemerdekaan terus menyebar ke penjuru tanah air.
Pemindahan kekuasaan dari pendudukan Jepang ke Indonesia terus dilakukan.
Pada tanggal 19 Agustus 1945 berkumandang melalui radio tentang sebuah
pernyataan dan perintah agar pemindahan kekuasaan dari tangan Jepang ke pihak
Indonesia terus dilakukan. Hal tersebut semakin membakar semangat para
pemuda Semarang dan sekitarnya untuk melakukan perebutan kekuasaan.
Wongsonegoro selaku pimpinan pemerintahan di Semarang mengeluarkan
pernyataan atau perintah antara lain sebagai berikut :
a. Mulai tanggal 19 Agustus 1945 pukul 13.00 pemerintah Republik
Indonesia untuk daerah Semarang mulai berlaku.
b. Terhadap segala perbuatan yang menentang pemerintah Republik
Indonesia akan diambil tindakan yang keras.
c. Senjata api, kecuali yang di tangan mereka yang berhak memakainya
harus diserahkan kepada polisi.
d. Hanya bendera Indonesia Merah Putih yang boleh berkibar.
e. Terhadap segala perbuatan yang mengganggu ketenteraman dan
kesejahteraan umum diambil tindakan keras.
f. Semua penduduk hendaknya melakukan pekerjaannya sehari-hari
sebagaimana biasanya.
Jepang tidak menghiraukan seruan pemerintah di Semarang. Pada tanggal 7
Oktober 1945, ribuan pemuda Semarang mengerumuni tangsi tentara Jepang,
Kedobutai di Jatingaleh. Ketegangan kedua belah pihak terus berlanjut dan pada
tanggal 14 Oktober sekitar 400 orang tawanan Jepang dari pabrik gula Cepiring
diangkut oleh para pemuda ke Penjara Bulu, Semarang. Dalam perjalanan

4
tersebut, sebagian para tawanan berhasil melarikan diri dan minta perlindungan
kepada batalion Kedobutai. Tanpa menunggu perintah, para pemuda segera
menyerang dan melakukan perebutan senjata terhadap Jepang. Terjadilah
pertempuran antara rakyat dan pasukan Jepang. Pertempuran tersebut dikenal
dengan Pertempuran Lima Hari di Semarang.
Pada tanggal 14 Oktober 1945, petugas kepolisian Indonesia yang menjaga
persediaan air minum di Wungkal diserang oleh pasukan Jepang. Di Jalan
Peterongan terdengar kabar bahwa air leding di candi telah diracuni oleh Jepang.
Oleh karena itu, rakyat menjadi gelisah. Kepala Laboratorium Dinas Purusara
Semarang, dr. Kariadi ingin mengecek persediaan air tersebut, tetapi dibunuh oleh
tentara Jepang.
Pada tanggal 17 Oktober 1945, tercapai perundingan mengenal gencatan
senjata yang diadakan di Candi Baru. Pada tanggal 19 Oktober pagi hari, belum
ada tanda- tanda semua senjata akan diserahkan kembali kepada Jepang. Jepang
telah bersiap- siap membumihanguskan kota Semarang. Namun, pukul 07.45 ada
berita bahwa tentara Sekutu mendarat di pelabuhan Semarang dengan
menumpang kapal HMS Glenry. Tentara Sekutu tersebut terdiri dari pasukan
Inggris termasuk Gurkha. Tugas mereka adalah untuk melucuti tentara Jepang.
Dengan datangnya tentara Sekutu, telah mempercepat berakhimya pertempuran
antara pejuang Semarang dan tentara Jepang. Untuk mengenang peristiwa
tersebut, di Semarang dibangun sebuah monumen yang terkenal dengan nama
Monumen Tugu Muda.

2.3.2 Pengambilan Kekuasaan Jepang Di Yogyakarta


Di Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara serentak dimulai pada tanggal
26 September 1945. Sejak pukul 10 pagi, semua pegawai instansi pemerintah dan
perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh Jepang mengadakan aksi pemogokan.
Mereka memaksa orang-orang Jepang agar menyerahkan semua kantor mereka
kepada orang Indonesia. Pada tanggal 27 September 1945, KNI Daerah
Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah itu telah berada di tangan
Pemerintahan RI. Kepala Daerah Yogyakarta yang dijabat oleh Jepang (Cokan)
harus meninggalkan kantornya di jalan Malioboro. Tanggal 5 Oktober 1945,
gedung Cokan Kantaiberhasil direbut dan kemudian dijadikan sebagai kantor

5
Komite Nasional Indonesia Daerah. Gedung Cokan Kantai kemudian dikenal
dengan Gedung Nasional atau Gedung Agung. Satu hari setelah perebutan gedung
Cokan Kantai,para pejuang Yogyakarta ingin melakukan perebutan senjata dan
markas Osha Butai di Kotabaru. Rakyat dan para pemuda terus mengepung
markas Osha Butai diKotabaru. Rakyat dan para pemuda terdiri dari berbagai
kesatuan, antara lain TKR, Polisi Istimewa, dan BPU (Barisan Penjagaan Umum)
sudah bertekad untuk menyerbu markas Jepang di Kotabaru.
2.3.3 Perjuangan Rakyat Surabaya
Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadir
Jenderal A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya. Mereka mendapat tugas dari
panglima AFNEI untuk melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan interniran
Sekutu. Kedatangan mereka disambut oleh R.M.T.A. Suryo (gubernur Jawa
Timur). Antara wakil-wakil pemerintah Republik Indonesia dan A.W.S. Mallaby
kemudian mengadakan pertemuan yang hasilnya sebagai berikut :
a. Inggris berjanji bahwa kedatangan tentaranya tidak disertai
angkatan perang Belanda.
b. Disetujui kerja sama antara kedua belah pihak untuk menjamin
keamanan dan ketenteraman.
c. Akan segera dibentuk kontak Biro (Contact Bureau) agar kerja sama
terlaksana dengan baik.
d. Inggris hanya akan melucuti senjata tentara Jepang.
Atas kesepakatan tersebut, Inggris diizinkan masuk kota Surabaya.
Ternyata dalam praktiknya Inggris tidak menepati janjinya dan justru berusaha
menguasai Surabaya. Pada tanggal 26 Oktober 1945 malam hari, satu peleton dari
Field Security Section di bawah pimpinan Kapten Shaw menyerbu Penjara
Kalisosok dengan tujuan membebaskan Kolonel Huiyer, seorang kolonel
Angkatan Laut Belanda beserta kawan-kawannya. Keesokan harinya, Inggris
juga menduduki Pangkalan Udara Tanjung Perak, kantor pos besar, Gedung Bank
Internatio, dan objek-objek vital lainnya. Pada tanggal 27 Oktober 1945, pesawat
terbang Inggris menyebarkan pamflet-pamflet yang berisi perintah agar rakyat
Surabaya dan Jawa Timur menyerahkan kembali senjata hasil rampasan dari
Jepang. Pada tanggal 27 Oktober 1945, terjadi kontak senjata antara pasukan
Inggris dan para pejuang di Surabaya. Pada tanggal 28 Oktober 1945, kedudukan

6
Inggris semakin terdesak, tank-tank berhasil dilumpuhkan dan beberapa objek
vital dapat direbut kembali oleh para pemuda Surabaya.
Untuk menyelamatkan pasukan Inggris dari kehancuran, maka pihak
Sekutu segera menghubungi Presiden Soekarno untuk menghentikan
pertempuran. Setelah itu, terjadi perundingan antara Presiden Soekarno, Jenderal
D.C. Hawthorn (atasan Mallaby), Moh. Hatta, Amir Syarifuddin, dan Mallaby.
Perundingan tersebut menghasilkan dua kesepakat- an, yaitu penghentian kontak
senjata dan Inggris mengakui kedaulatan Republik Indonesia.
Agar hasil perundingan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan untuk
menghindari adanya kesalahan pemahaman, dibentuk Kontak Biro yang
anggotanya terdiri dari unsur pemerintah Republik Indonesia di Surabaya dan
tentara Inggris. Seluruh anggota Kontak Biro kemudian mendatangi beberapa
tempat untuk menghentikan kontak senjata. Tempat terakhir yang dikunjungi
adalah Gedung Bank Internatio di Jembatan Merah. Ketika anggota Kontak Biro
tiba, di tempat tersebut sedang terjadi insiden tembak-menembak antara para
pemuda dan pasukan Sekutu. Dalam insiden tersebut, Brigjen A.W.S. Mallaby
terbunuh. Letnan Jenderal Christison selaku panglima AFNEI menuntut atas
kematian Mallaby dan menyuruh agar rakyat Surabaya menyerah, kalau tidak
menyerah Surabaya akan dibumihanguskan. Setelah itu, Inggris mendatangkan
pasukan baru di bawah pimpinan Jenderal E.C. Mansergh. Pada tanggal 9
Oktober 1945, Mansergh mengeluarkan ultimatum agar rakyat Surabaya
termasuk para pemimpin yang bersenjata harus melapor dan menyerahkan
senjatanya kepada Inggris, kemudian semua harus menandatangani dokumen
sebagai tanda menyerah tanpa syarat kepada Inggris dan batas waktu yang
ditentukan adalah pukul 06.00 WIB tanggal 10 November 1945. Kalau ultimatum
tidak diindahkan sampai batas waktu yang ditentukan, Inggris akan mengerahkan
semua kekuatan darat, laut, dan udara untuk menghancurkan Surabaya.
Ultimatum tersebut kemudian dilaporkan kepada presiden, tetapi hanya
berhasil ditemui oleh Menteri Luar Negeri Ahmad Subarjo. Ahmad Subarjo
menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada rakyat Surabaya. Setelah
mendapatkan tanggapan tersebut, pada tanggal 9 November 1945 pukul 22.00
WIB Gubernur Suryo melalui radio menyatakan menolak ultimatum Inggris. Para
pemuda kemudian mulai membuat pertahanan di dalam kota. Komandan

7
Pertahanan Kota Sungkono telah mengundang semua unsur kekuatan rakyat yang
terdiri dari TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar, Polisi Istimewa, BBI, PTKR, dan
TKR Laut untuk berkumpul di Markas Pregolan 4. Sungkono membagi Surabaya
dalam tiga sektor pertahanan. Sektor barat dipimpin oleh Kunkiyat, sektor tengah
dipimpin oleh Kretaro dan Marhadi, serta sektor timur dipimpin oleh Kadim
Prawirodiharjo, sedangkan dari Jalan Mawar Nomor 4, Bung Tomo membakar
semangat juang rakyat melalui radio.
Batas ultimatum berakhir dan pecahlah pertempuran antara pasukan
Indonesia dan Inggris pada tanggal 10 November 1945. Terjadinya Pertempuran
10 November 1945 ink menunjukkan kegigihan bangsa Indonesia dalam
mempertahankan kemerdekaannya. Untuk memperingati kepahlawanan rakyat
Surabaya, pemerintah Republik

2.3.4 Pertempuran Medan Area


Tim dari RAPWI telah mendatangi kamp-kamp tawanan di Pulu Berayan,
Saentis, Rantau Prapat, Pematang Siantar dan Berastagi untuk membantu
membebaskan para tawanan dan dikirim ke Medan atas persetujuan Gubernur M.
Hasan. Ternyata kelompok itu langsung dibentuk menjadi Medan Batalion KNIL.
Mereka bersikap congkak karena merasa sebagai pemenang atas perang. Sikap
ini memancing timbulnya berbagai insiden yang dilakukan secara spontan oleh
para pemuda.

2.3.5 Bandung Lautan Api


Pada tanggal 17 Oktober 1945, tentara Sekutu yang diboncengi NICA
memasuki kota Bandung. Pada waktu itu, para pemuda dan pejuang kota Bandung
sedang melaksanakan pemindahan kekuasaan dan melucuti senjata atau peralatan
perang dari tentara Jepang. Tentara Sekutu menuntut agar para pemuda dan
pejuang menyerahkan senjata yang diperoleh dari Jepang. Namun, para pemuda
dan pejuang tidak mengindahkan ultimatum tersebut. Akibatnya, sering terjadi
insiden antara pejuang Indonesia dan tentara Sekutu. Para pemuda kita melaku-
kan penyerobotan terhadap kendaraan-kendaraan Belanda yang berlindung di
bawah Sekutu. Oleh karena merasa tidak aman, pada tanggal 23 Maret 1946 pihak
Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua. Isi ultimatum adalah agar TRI
mengosongkan seluruh kota Bandung dan mundur keluar kota dengan jarak 11

8
km. Untuk menghindari penderitaan rakyat dan kehancuran kota Bandung,
pemerintah Republik Indonesia menyetujui untuk mengosongkan kota Bandung.

TRI di bawah pimpinan Kolonel A.H. Nasution bersama rakyat Bandung


mematuhi perintah pemerintah Republik Indonesia. A.H. Nasution selaku
Panglima Divisi III TRI, menyiarkan perintah sebagai berikut :

a. Semua pegawai dan rakyat harus keluar kota sebelum pukul 24.00
WIB.
b. Tentara melakukan bumi hangus terhadap semua bangunan yang
ada.
c. Sesudah matahari terbenam, supaya Bandung Utara diserang dan
juga dilakukan bumi hangus sebisa-bisanya.

Rakyat dan TRI segera melaksanakan perintah Panglima TRI dengan


penuh semangat dan jiwa pengorbanan. Sebelum meninggalkan kota, tentara
mulai membakar sendiri markas, asrama, dan bangunan yang ada di Bandung
Selatan. Gerakan bumi hangus tersebut dengan cepat melahap kota Bandung.
Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 24 Maret 1946 dan dikenal dengan
peristiwa "Bandung Lautan Api".

Setelah Bandung Selatan dibumihanguskan, maka rakyat mengungsi keluar


kota. Sampai bulan April 1946 masih sering terjadi kontak senjata. Para pemuda
berhasil menghancurkan gudang mesiu dengan alat peledak di Dayeuh Kolot,
Bandung Selatan. Dalam peristiwa tersebut, gugur Mohammad Toha yang
meninggal ketika meledakkan gudang mesiu NICA. Peristiwa meninggalnya
Muhammad Toha difilmkan dengan judul Toha Pahlawan Bandung Selatan.
Peristiwa yang dikenal sebagai Bandung Lautan Api tersebut oleh seniman Ismail
Marzuki diabadikan dengan suatu lagu perjuangan yang sangat terkenal, yaitu
Halo-Halo Bandung.

2.3.6 Berita Proklamasi di Sulawesi


Berita proklamasi kemerdekaan yang dibacakan Soekarno-Hatta sampai
juga di Sulawesi. Sam Ratulangi yang pada waktu itu menjabat sebagai gubernur
Sulawesi yang berkedudukan di Makassar mendapat tugas dari PPKI untuk
menyusun Komite Nasional Indonesia. Para pemuda Sulawesi memperbanyak

9
teks proklamasi dan disebarluaskan ke seluruh pelosok penjuru. Atas inisiatif
Manai Shopian dan kawan-kawan, dibuat plakat proklamasi di rumah A.
Burhanuddin dan di Kantor Pewarta Celebes, yang kemudian diganti dengan
Soeara Indonesia.

Setelah berita proklamasi kemerdekaan tersebar ke seluruh penjuru


Sulawesi, sejak itu pula bendera Merah Putih mulai berkibar menjadi lambang
Indonesia merdeka. Cita-cita yang diinginkan rakyat pun terwujud. Seperti di
Sulawesi Tenggara, bendera Merah Putih dikibarkan pada 17 September 1945
dengan dipimpin oleh D. Andi Kasim. Di Lasusua bendera Merah Putih
dikibarkan pada tanggal 5 Oktober 1945 yang dihadiri oleh kepala distrik
Patampanua dan beberapa pimpinan pemuda Republik Indonesia dari Luwu.

2.3.7 Operasi Lintas Laut Banyuwangi – Bali


Operasi lintas Laut Banyuwangi-Bali merupakan operasi gabungan dan
pertempuran laut pertama sejak berdirinya negara Republik Indonesia, peristiwa
itu dimulai dengan kedatangan Belanda dengan membonceng Sekutu, mendarat
di Bali dengan jumlah pasukan yang cukup besar, tanggal 3 Maret 1946. Hal ini
dimaksudkan Bali sebagai batu loncatan untuk menyerbu Jawa Timur yang dinilai
sebagai lumbung pangan untuk kemudian mengepung pusat kekuasaan RI. Bali
juga dapat dijadikan penghubung ke arah Australia.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa saat indonesia setelah
merdeka, keadaan awal indonesia pada saat itu seperti bayi yang baru lahir, yang harus
memulai kenegaraannya dari titik baru titik dimana indonesia sudah mulai mendapat
pengakuan de facto sebagai negara. Namun dalam pembangunan konteks negara,
Indonesia masih saja dijajah oleh bangsa Belanda yang mencoba masuk ke Indonesia
dengan membawa pasukan yaitu yang disebut dengan AFNEI. Kedatangannya yang
dibonceng juga oleh NICA menimbulkan kecurigaan terhadap indonesia dan bersikap
anti Belanda.

3.2 Saran Dan Kritik


Demikian pembahasan kami, adapun saran yang ingin kami sampaikan semoga
makalah ini dapat member manfaat untuk semuanya. Penulisan makalah ini tidak luput
dari kesalahan dan kekeliruan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi menyempurnakan makalah ini sangat diharapkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

a. https://youtu.be/A-SGfPNGoVA
b. Sumber buku paket Sejarah Indoensia kurikulum 2013 hal. 128-131
c. Sumber buku LKS Sejarah Indonesia kurikulum 2013 hal. 55-60

12

Anda mungkin juga menyukai