Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 18 No.

3, Desember 2021: 153-169


p-ISSN 1979-6013
e-ISSN 2502-4221
Terakreditasi RISTEKDIKTI Nomor 200/M/KPT/2020

VALUASI EKONOMI TAMAN WISATA ALAM LEJJA KABUPATEN


SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN
(Economic Valuation of Lejja Natural Tourism Park - Soppeng District,
South Sulawesi Province)

Nur Hayati
Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 16 Makassar, Sulawesi Selatan, Kpde Pos 90243,
Telp.(0411) 554049, Fax (0411) 554058

Diterima 20 April 2017, direvisi 27 Juli 2021, disetujui 13 Desember 2021

ABSTRACT

Lejja Natural Tourism Park (Lejja-NTP) is a conservation area managed by the South Sulawesi Natural
Resources Conservation Agency. Lejja NTP is a natural tourist attractions located in Marioriawa Sub-District,
Soppeng Regency, South Sulawesi Province. The natural potential of Lejja NTP’s among others, as a hot springs,
waterfall, flora-fauna, and the beauty of the natural panorama. The purpose of this study are (1) to determine
the characteristics of visitors to Lejja NTP, (2)to identify the factors that influence the tourism demand, and (3)
to calculate the economic value of environmental service-based tourism. Individual Travel Cost Method (ITCM)
was used to estimate the potential economic value of tourism activity, and linear regression analysis was used
to determine the influence factors of tourism demand. Sampling method was carried out by using a purposive
convenience by interviewing visitors who came to the Lejja NTP. The results showed that the variable of travel
costs, and distance of the residence from Lejja NTP had a significant effect on the level of tourist visits. The value
of Lejja NTP for each visitors per year was Rp..464.476.00 and the total benefits derived by were Rp.838.232.00.
The economic value of Lejja NTP for visitors in year 2013 of at least Rp.92.582.825.754.00. The value of economic
benefits generated from Lejja NTP is expected to be considered by relevant stakeholder to participate in preserving
the area, so it is necessary to coordinate and collaborate with stakeholders in managing of ecotourism in Lejja
NTP.

Keywords: Economic valuation, travel costs, Lejja NTP, Soppeng District.

ABSTRAK

Taman Wisata Alam (TWA) Lejja merupakan salah satu kawasan konservasi yang dikelola oleh Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Selatan. TWA Lejja merupakan obyek wisata alam yang
terletak di Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Potensi alam yang dimiliki
TWA Lejja antara lain sebagai tempat permandian air panas, air terjun, flora dan fauna, serta keindahan panorama
alam. Tujuan penelitian ini (1) mengetahui karakteristik pengunjung TWA Lejja, (2) mengidentifikasi faktor-faktor
yang memengaruhi permintaan pengunjung ke TWA Lejja, dan (3) menghitung nilai ekonomi TWA Lejja. Metode
Biaya Perjalanan Individu dipilih untuk menghitung nilai ekonomi manfaat TWA Lejja, sedangkan faktor-faktor
yang memengaruhi permintaan pengunjung ditentukan dengan analisis regresi linear berganda. Pengambilan sampel
menggunakan metode purposive secara convenience sampling dengan mewawancarai pengunjung yang datang ke
TWA Lejja. Hasil penelitian menunjukkan variabel biaya perjalanan dan jarak rumah dari TWA Lejja berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kunjungan wisatawan. Nilai TWA Lejja yang diungkapkan setiap pengunjung per tahun
sebesar Rp464.476,00. dan total manfaat yang diperoleh pengunjung TWA Lejja sebesar Rp838.232,00. Nilai
manfaat ekonomi TWA Lejja bagi pengunjung pada tahun 2013 minimal sebesar Rp92.582.825.754,00. Besarnya
manfaat ekonomi yang dihasilkan dari TWA Lejja diharapkan menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak terkait
untuk turut menjaga kelestarian kawasan sehingga perlu adanya koordinasi dan kolaborasi para stakeholder dalam
pengelolaan ekowisata di TWA Lejja..

Kata kunci: Valuasi ekonomi, biaya perjalanan,TWA Lejja, Kabupaten Soppeng.

©2021 JPSEK All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. doi: http://dx.doi.org/10.20886/jpsek.2021.18.3.153-169 153
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 18 No.3, Desember 2021: 153-169

I. PENDAHULUAN Akan tetapi kendala yang dihadapi dalam


Hutan mempunyai banyak manfaat. pengelolaan kawasan wisata tersebut yaitu
Hutan bermanfaat sebagai tempat hidup belum adanya nilai pasti untuk mengetahui
satwa liar, keanekaragaman hayati, wisata seberapa besar nilai ekonomi yang diberikan
dan manfaat lainnya. Ekowisata merupakan oleh wisatawan terhadap objek wisata Lejja
salah satu manfaat intangibel dari hutan. tersebut.
Menurut Sohrabi Saraj B., Yachkaschi A., Valuasi ekonomi sumber daya merupakan
Oladi D., Fard Teimouri S. (2009), kegiatan suatu alat ekonomi (economic tool) yang
ekowisata meningkat selama beberapa tahun menggunakan teknik penilaian tertentu
terakhir, seiring dengan meningkatnya untuk mengestimasi nilai uang dari barang
pertumbuhan kota. Kegiatan ekowisata juga dan jasa yang diberikan oleh sumber daya
akan memengaruhi gaya hidup masyarakat alam dan lingkungan (Fauzi, 2014). Valuasi
di perkotaan. ekonomi ini juga bisa memberikan nilai
Taman Wisata Alam (TWA) Lejja kuantitatif terhadap barang atau jasa yang
merupakan salah satu kawasan konservasi dihasilkan oleh sumber daya alam dan
yang dikelola oleh Balai Besar Konservasi lingkungan, baik atas dasar nilai pasar
Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi (market value) maupun nilai non pasar
Selatan. TWA Lejja ditunjuk sebagai taman (non market value) (Fauzi, 2014;Godari &
wisata alam sesuai surat penunjukan SK Ghiyasi, 2014). Pendekatan yang digunakan
Menteri Kehutanan Nomor: 636/Kpts- untuk menilai (valuation) terhadap sumber
II/1996 tanggal 07 Oktober 1996 tentang daya alam dan lingkungan dengan teknik
Kawasan Pemandian Air Panas Lejja pengukuran tidak langsung (indirect)
termasuk dalam hutan lindung. Luas menggunakan metode biaya perjalanan
kawasan TWA Lejja ± 1.265 hektar terletak (Travel Cost Method/TCM) (Raharjo, 2002).
di Desa BuluE, Kecamatan Marioriawa, Pendekatan biaya perjalanan merupakan
Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi metode valuasi dengan cara mengestimasi
Selatan. Secara astronomis TWA Lejja kurva permintaan barang-barang rekreasi
terletak di Bujur : 119°45' 22"–119°48'50" terutama rekreasi luar (outdoor recreation)
BT, Lintang: 04°48'17'’–04'°09'51" LS. (Premono & Kunarso, 2010; Rathnayake &
TWA Lejja adalah kawasan pelestarian alam Gunawardena, 2011; Loomis & Mcternan,
dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan 2010; Latinopoulos, 2014). Biaya perjalanan
bagi kepentingan pariwisata alam dan digunakan untuk menduga kurva permintaan
rekreasi alam (BBKSDA Sulawesi Selatan, masyarakat terhadap banyaknya kunjungan
2010). wisata di TWA Lejja (Gravitiani, 2010;
TWA Lejja merupakan obyek wisata alam Tazkia & Hayati, 2012).
air panas yang cukup terkenal di Provinsi Valuasi ekonomi ekowisata dengan
Sulawesi Selatan. Potensi alam yang dimiliki model travel cost diharapkan menjadi
TWA Lejja antara lain sebagai tempat salah satu solusi pemerintah dalam
permandian air panas, dengan ketersediaan mempertimbangkan pembuatan kebijakan
air panas yang melimpah sepanjang tahun pada sektor wisata khususnya wisata alam
serta potensi flora dan fauna yang dapat dengan nuansa edukasi atau yang sering
dijumpai di kawasan tersebut. Dilihat dari disebut dengan ekowisata (Purwanto,
potensi kawasan wisata yang begitu besar, 2013;Wilker & Rusche, 2014). Menurut
diharapkan kedepannya Kawasan TWA Lejja Suparmoko (2013), hasil penelitian tentang
menjadi objek wisata unggulan khususnya valuasi ekonomi sangat berguna pada saat
di Kabupaten Soppeng, maka pengelolaan kita harus mempertimbangkan apakah suatu
objek wisata tersebut haruslah lebih baik. daerah itu lebih baik dipertahankan sebagai

154
Valuasi Ekonomi Taman Wisata Alam Lejja Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan .........................................(Nur Hayati)

lingkungan yang alami yang berguna untuk yang menjadikan TWA Lejja sebagai tujuan
tempat rekreasi atau untuk proyek lain yang utama berekreasi.
mungkin akan mendatangkan lebih banyak
C. Jumlah Sampel
manfaat.
Alam secara khusus tidak memegang Jumlah pengunjung yang ditetapkan
harga dalam pasar sehingga harus sebagai responden dihitung berdasarkan
ditemukan alternatif yang dimaksudkan tingkat ketelitian yang diinginkan dan jumlah
untuk memperkirakan nilainya (Pierce et al, pengunjung selama kurun waktu tertentu,
2006), digunakan pendekatan-pendekatan dirumuskan sebagai berikut: (Sevilla, et al.,
untuk mengkuantifikasi nilai ekonomi TWA 2006).
Lejja tersebut dalam satuan moneter. Oleh N .........................................(1)
n=
karena itu telah dilakukan kajian mengenai 1 + Ne 2
valuasi ekonomi TWA Lejja supaya tidak
terjadi tarik menarik (trade-off) dalam dimana:
mengalokasikan suatu sumber daya alam. n : ukuran sampel/jumlah responden
Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk (1) N : ukuran populasi/jumlah wisatawan
mengetahui karakteristik pengunjung TWA dalam waktu tertentu
Lejja, (2) mengidentifikasi faktor-faktor e : nilai kritis (batas ketelitian)
yang memengaruhi permintaan pengunjung Berdasarkan data sekunder jumlah
ke TWA Lejja, dan (3) menghitung nilai pengunjung TWA Lejja pada tahun 2013
ekonomi TWA Lejja berdasarkan analisis sebesar 110.450 orang. Margin error yang
biaya perjalanan pengunjung (travel cost) digunakan dalam penelitian ini adalah 10%,
selama berkunjung ke obyek wisata tersebut. besarnya sampel yang diambil adalah 99,9
atau 100 responden.
II. METODE PENELITIAN D. Analisis Data
A. Tempat dan Waktu Berdasarkan data primer dari lapangan
Penelitian ini dilakukan di TWA Lejja selanjutnya dilakukan estimasi kurva
di Kecamatan Marioriawa, Kabupaten permintaan. Berdasarkan kurva permintaan
Soppeng. Waktu penelitian dilaksanakan tersebut kemudian dihitung nilai surplus
mulai bulan November – Desember 2014. konsumen yang mencerminkan nilai TWA
Lejja pada saat penelitian dilakukan.
B. Sumber dan Pengumpulan Sampel Penaksiran nilai ekonomi TWA Lejja
Data yang digunakan adalah data dilakukan dengan cara mengintegralkan
primer dan data sekunder. Data primer fungsi yang bekerja pada kurva permintaan
diperoleh dari hasil wawancara dengan antara rata-rata banyaknya kunjungan
responden dan pengamatan langsung di ke TWA Lejja per tahun dan biaya total
lapangan dengan menggunakan kuesioner perjalanan kunjungan ke TWA Lejja
terstruktur. Pemilihan sampel menggunakan tertinggi.
metode purposive secara convenience Pendugaan frekuensi kunjungan ke TWA
sampling dilakukan dengan mewawancarai Lejja tiap individu per tahun dilakukan
pengunjung yang datang ke TWA Lejja. menggunakan Metode Biaya Perjalanan
Pemilihan sampel dilakukan dengan terlebih (Travel Cost Method) dengan pendekatan
dahulu menanyakan kepada pengunjung Individual Travel Cost Method (ITCM) (Jala
apakah kunjungan ke obyek TWA Lejja ini & Nandagiri, 2015). ITCM lebih banyak
merupakan tujuan utama atau persinggahan, digunakan mengingat kemajuan teknologi
dan yang dijadikan sampel hanya pengunjung informasi dan kelebihannya karena mampu

155
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 18 No.3, Desember 2021: 153-169

memotret karakteristik sosial ekonomi BP : total biaya kunjungan yang


pengunjung seperti usia, pendapatan, dan dikeluarkan untuk berwisata ke
pendidikan. Informasi ini sulit diperoleh TWA Lejja (Rp/th)
jika menggunakan metode biaya perjalanan JR : jarak dari rumah (Km)
berbasis zona (Blackwell, 2007). Pdptn : pendapatan rumah tangga per
Analisis regresi berganda merupakan tahun (Rp/th)
pengujian untuk melihat hubungan antara Um : umur responden (tahun)
Pddkn : Pendidikan
variabel independen terhadap variabel
Romb : jumlah rombongan (orang)
dependen atau untuk menganalisis faktor-
µ : error term
faktor yang memengaruhi frekuensi
banyaknya kunjungan ke TWA Lejja.
Pengujian ini dilakukan dengan program III. HASIL DAN PEMBAHASAN
SPSS 15. Variabel yang diduga memengaruhi
frekuensi banyaknya kunjungan wisata ke A. Potensi dan daya tarik wisata
TWA Lejja (BK) merupakan modifikasi Kawasan TWA Lejja memiliki potensi
dari hasil penelitian Raharjo, 2002; Hayati, obyek dan daya tarik wisata sebagai berikut:
2012; Tazkia & Hayati, 2012; Priambodo & 1. Sumber air panas
Suhartini, 2016 yaitu total biaya kunjungan
Sumber air panas yang terdapat di dalam
yang dikeluarkan untuk berwisata ke
kawasan TWA Lejja lebih dari 3 sumber
TWA Lejja (BP), jarak dari rumah (JR),
mata air dan semuanya mengalir sepanjang
pendapatan rumah tangga per tahun (Pdptn),
tahun serta memiliki kandungan belerang
umur (Um), pendidikan (Pddkn), dan jumlah
dan suhu yang cukup tinggi dengan suhu
rombongan (Romb).
± 28°C. Mata air untuk keperluan wisata
Agar didapatkan hasil Best Liniear
alam bersumber dari mata air BebbaE yaitu
Unbiased Estimator (BLUE), model
sumber air panas yang mengalir melalui
analisis regresi berganda dilakukan evaluasi
sungai Sumerreng (Balai Besar Konservasi
ekonometri dengan asumsi klasik yaitu uji
Sumber Daya Alam Sulawesi Selatan, 2010).
multikolinieritas, uji heterokedastisitas,
Pemerintah daerah Kabupaten Soppeng
dan uji autokorelasi. Setelah model regresi
melalui Dinas Pariwisata Kabupaten
terbebas dari penyimpangan asumsi klasik,
Soppeng telah membangun beberapa kolam
maka dilakukan uji statistik yang terdiri dari
renang dan kolam rendam dengan berbagai
uji F, uji-t, dan uji koefisien determinasi
fasilitas penunjang lainnya seperti guest
(R2). Parameter-parameter β1, β2, β3, β4, β5,
house, kantin, gazebo, shelter, gedung
β6 pada persamaan di atas dapat dihitung
pertemuan, tempat parkir, ruang ganti
dengan menggunakan metode kuadrat
pakaian, loket penjualan karcis, pintu
terkecil (Ordinary Least Square/OLS).
gerbang, toilet, dan jalan trail di sekitar
Secara ekplisit bentuk fungsi frekuensi
kolam.
kunjungan wisata ke TWA Lejja yang
digunakan adalah. 2. Air terjun
Wisata air terjun sangat menarik untuk
BK= β0 + β1 BP + β2 JR +β3Pdptn+ .....(2) dikunjungi karena keunikannya, yang mana
β4Um + β5 Pddkn + β6Romb +µ
air terjunnya bertingkat dengan tinggi sekitar
dimana: 100 meter. Lokasi air terjun berada cukup
BK : Frekuensi banyaknya kunjungan jauh dari lokasi pusat pemandian air panas.
ke TWA Lejja per orang per Untuk mencapai lokasi air terjun dapat
tahun ditempuh dengan berjalan kaki selama ± 2

156
Valuasi Ekonomi Taman Wisata Alam Lejja Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan .........................................(Nur Hayati)

jam dengan rute jalan yang berbeda dengan ekowisata di TWA Lejja. Dari Gambar 1.
rute jalan menuju permandian. menunjukkan bahwa jumlah pengunjung
3. Wisata budaya aktual TWA Lejja mengalami fluktuasi
sedangkan pada garis tren mengalami
Masyarakat di sekitar kawasan TWA kenaikan. Garis tren ini digunakan untuk
Lejja percaya bahwa di dalam Sungai memproyeksikan bagaimana kemungkinan
PasserengngE terdapat nenek moyang jumlah pengunjung di masa depan. Garis
mereka yang berwujud berupa “Masapi” tren menunjukkan kecenderungan adanya
(Anguilla sp.), sejenis ikan air tawar yang kenaikan jumlah pengunjung TWA Lejja
mirip belut. Setiap selesai panen, diadakan setiap tahunnya.
upacara ritual untuk menghargai “Masapi” Dari hasil pengamatan diperoleh
(Anguilla sp.) tersebut. Ritual ini dapat informasi bahwa TWA Lejja didatangi
dijadikan alternatif wisata di TWA Lejja. lebih banyak pengunjung pada bulan-
4. Keindahan alam bulan yang merupakan liburan sekolah dan
Keanekaragaman flora dan fauna yang liburan hari besar nasional. Pada bulan-
dimiliki TWA Lejja serta ditunjang dengan bulan tersebut, permintaan wisata lebih
hawa yang sejuk, menjadikan kawasan ini besar dibandingkan pada bulan lain. TWA
sebagai tempat peristirahatan yang banyak Lejja menjadi salah satu alternatif wisata
diminati oleh para wisatawan lokal baik keluarga yang menarik dan cukup murah.
yang sekedar berekreasi dengan keluarga Pada tahun 2010 pengunjung TWA Lejja
sambil mandi-mandi, terapi air panas, mengalami kenaikan, hal ini dikarenakan
maupun untuk kegiatan resmi. pada tahun itu pihak pengelola TWA Lejja
melakukan promosi dan penambahan
B. Karakteristik Pengunjung fasilitas seperti guest house dan gazebo dari
Karakteristik pengunjung akan Dinas Pariwisata Kabupaten Soppeng serta
memengaruhi pengembangan ekowisata perbaikan jalan oleh Dinas Pekerjaan Umum
dan permintaan pasar ekowisata. Pengaruh Kabupaten Soppeng. Sedangkan setelah
tersebut merupakan hubungan antara tahun 2010 ada kecenderungan penurunan
kebutuhan wisata dengan kemampuan jumlah pengunjung, hal ini dikarenakan
ekonomi pengunjung. Pengunjung adanya kompetitor objek wisata baru di
merupakan fokus utama dari kegiatan sekitar TWA Lejja yaitu Puncak Bila Sidrap
Tren jumlah pengunjung TWA Lejja
(Trend of visitors number Lejja NTP)

Sumber (Source) : Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (2014) South Sulawesi Natural Resources Conservation Agency
(2014)
Gambar 1. Grafik tren jumlah pengunjung TWA Lejja
Figure 1. Trend Graph of the visitors number of Lejja NTP

157
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 18 No.3, Desember 2021: 153-169

yang mulai beroperasi sejak tahun 2011. Gambar 2. menunjukkan bahwa sebagian
Umur akan memengaruhi partisipasi besar pengunjung yang menjadi responden
seseorang dalam melakukan perjalanan berasal dari kelompok umur 26–36 tahun,
wisata. Semakin tinggi usia pengunjung, yaitu sebanyak 36%. Jika diperhatikan, maka
maka minat kunjungan akan semakin pengunjung pada kelompok umur tersebut
berkurang (Nugroho, 2010), disamping biasanya sudah bekerja dan memiliki
itu umur juga merupakan faktor yang penghasilan sendiri.
menentukan pola pikir seseorang dalam Hasil penelitian menunjukkan
menentukan keputusan pengunjung ternyata sebagian besar responden (71%)
untuk mengalokasikan sebagian dari pengunjung lokal yang berasal dari sekitar
pendapatannya yang akan digunakan untuk TWA Lejja, yaitu berasal dari Kabupaten
berwisata. Jadi secara tidak langsung Soppeng, Sidrap, dan Wajo. Sedangkan
umur akan turut memengaruhi besarnya jarak antara rumah dengan TWA Lejja
permintaan terhadap TWA Lejja. Berikut 49% berkisar antara 20–70 Km. Menurut
sebaran umur responden pengunjung TWA Pérez-Álvarez, et al. (2016), peningkatan
Lejja. jarak rumah pengunjung dengan obyek

Umur responden (tahun)


Age of respondents (years)

Sumber (Source) : Analisis data primer (2014); Primary Data Analysis (2014)
Gambar 2. Persentase umur responden
Figure 2. Age percentage of​​respondents

Jarak rumah dengan TWA Lejja (Km)


Distance home with TWA Lejja (Km)

Sumber (Source) : Analisis data primer (2014), Primary Data Analysis (2014)
Gambar 3. Persentase jarak rumah pengunjung dengan TWA Lejja
Figure 3. Percentage distance of the home visitors with TWA Lejja

158
Valuasi Ekonomi Taman Wisata Alam Lejja Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan .........................................(Nur Hayati)

Jumlah rombongan (orang)


Total group (people)

Sumber (Source) : Analisis data primer (2014), Primary Data Analysis (2014)
Gambar 4. Persentase jumlah rombongan yang dibawa responden
Figure 4. Percentage of the group were brought by the respondents

Pendapatan responden (bulan)


Income of respondents (month)

Sumber (Source) : Analisis data primer (2014), Primary Data Analysis (2014)
Gambar 5. Persentase pendapatan responden per bulan
Figure 5. Income percentage of respondents per month

wisata akan meningkatkan biaya perjalanan responden pelajar/mahasiswa, pendapatan


total sehingga akan mengurangi tingkat dalam hal ini adalah uang saku mereka.
kunjungan. Berikut ini gambaran mengenai Total pendapatan dapat memengaruhi
jarak rumah pengunjung dengan TWA Lejja. permintaan rekreasi karena kegiatan rekreasi
Berdasarkan pengamatan di lapangan, juga merupakan komoditas ekonomi yang
para pengunjung mendatangi TWA Lejja memerlukan uang untuk mendapatkannya.
secara berpasangan. Berikut ini gambaran Menurut Hayati (2012), rekreasi merupakan
mengenai jumlah rombongan yang suatu kebutuhan manusia yang penting
mendatangi TWA Lejja. tetapi hal ini belum menjadi suatu
Pendapatan dalam hal ini adalah kebutuhan hidup. Orang harus lebih dahulu
pendapatan keluarga yang diperoleh dari memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya
suami dan istri atau salah satu dari mereka seperti sandang dan pangan baru kemudian
yang bekerja per bulannya. Sedangkan menyisihkan sebagian besar kelebihan

159
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 18 No.3, Desember 2021: 153-169

pendapatannya untuk bepergian. Gambar perjalanan, digunakan sebagai acuan untuk


5 menunjukkan persentase pendapatan menyusun kurva permintaan guna menduga
responden per bulan berdasarkan UMR nilai ekonomi wisata alam (Premono &
Sulawesi Selatan tahun 2014 sebesar Kunarso, 2010). Penilaian wisata di TWA
Rp1.800.000,00. Lejja dilakukan menggunakan metode
Pendidikan menunjukkan pendidikan biaya perjalanan (travel cost method/TCM)
formal yang pernah ditempuh seseorang. yang menunjukkan kesediaan membayar
Menurut Susilowati (2009) tingkat untuk memperoleh manfaat rekreasi. TCM
pendidikan yang lebih tinggi berpengaruh adalah metode terbaik untuk mengevaluasi
terhadap pemahaman seseorang terhadap dan menentukan WTP dari daerah wisata
kebutuhan psikologis dan rasa ingin tahu (Sohrabi et al., 2009; Zekri, Mbaga, & Fouzai,
tentang obyek wisata dibandingkan dengan 2011). Menurut Fauzi (2014) nilai yang
seseorang yang tingkat pendidikan yang diberikan seseorang pada lingkungan dapat
lebih rendah. Gambar 6. menunjukkan disimpulkan dari biaya yang dikeluarkan
bahwa 55% responden berpendidikan SMA. ke lokasi yang dikunjungi, karena biaya
Frekuensi kunjungan yang dilakukan perjalanan dapat menggambarkan kesediaan
oleh responden rata-rata selama satu tahun membayar dari konsumen, merupakan biaya
terakhir adalah tiga kali, dengan minimum yang harus dikorbankan konsumen untuk
frekuensi kunjungan sebanyak satu kali dan mendapatkan jasa rekreasi alam tersebut
maksimum sebanyak delapan kali dalam (Premono & Kunarso, 2010).
satu tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Dari hasil perhitungan diperoleh model
TWA Lejja merupakan tujuan wisata yang permintaan wisata adalah sebagai berikut Y
menarik karena pengunjung sudah pernah = 4,391-0,0000085BP–0,006JR, dimana Y=
berkunjung ke TWA Lejja sebelumnya. fekuensi banyaknya kunjungan ke wisata
Berikut frekuensi banyaknya kunjungan TWA Lejja per orang per tahun, BP=biaya
responden di TWA Lejja pada tahun 2013. total yang dikeluarkan pengunjung untuk
berwisata ke TWALejja (Rp), JR=Jarak rumah
C. Nilai Ekonomi PemanfaatanWisata di
pengunjung ke TWA Lejja (Km), dengan
TWA Lejja
koefisien determinasi (R2) 22,1%. Nilai ini
Persaman regresi yang merupakan fungsi menunjukan bahwa 22,1% variasi variabel
permintaan produk wisata terhadap biaya

Jumlah rombongan (orang)


Total group (people)

Sumber (Source) : Analisis data primer (2014), Primary Data Analysis (2014)
Gambar 6. Persentase pendapatan responden per bulan
Figure 6. Income percentage of respondents per month

160
Valuasi Ekonomi Taman Wisata Alam Lejja Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan .........................................(Nur Hayati)

Banyaknya kunjungan setahun


Number of visits one year

Gambar 7. Persentase banyaknya kunjungan setahun


Figure 7. Percentage of the number of visits in one year

independen yang berupa biaya perjalanan, tersebut yaitu sebesar 0,00000085 kali/
jarak dari rumah, pendapatan, pendidikan, th. Begitu juga jarak rumah pengunjung
umur dan jumlah rombongan mampu dari TWA Lejja berkorelasi negatif dengan
menjelaskan variasi variabel dependen banyaknya kunjungan, artinya semakin
(banyaknya kunjungan). Dapat juga jauh jarak rumah pengunjung menuju
dikatakan bahwa 77,9% variasi banyaknya tempat wisata TWA Lejja semakin jarang
kunjungan dijelaskan oleh variabel-variabel pengunjung berkunjung ke TWA Lejja
lain selain ke enam variabel independen tersebut. Jarak merupakan sesuatu yang
tersebut yang tidak termasuk dalam model. sangat berpengaruh terhadap pemilihan
R2 yang diperoleh ini tergolong rendah, ini tempat wisata (Becker et al., 2005).
terjadi karena digunakan observasi secara Jarak tempuh menuju lokasi wisata
individual bukan data yang dikelompokkan berpengaruh terhadap keputusan seseorang
(Hayati, 2008). Menurut Seller, Stoll, & untuk mengadakan suatu perjalanan
Chavas(1985), tidak masalah karena studi baik berkaitan dengan ketersediaan
tempat rekreasi lain yang menggunakan waktu maupun ketersediaan anggaran.
observasi individual juga menghasilkan R2 Pengunjung cenderung lebih menyukai
yang kecil. Sedangkan menurut Muhammad tempat wisata yang lebih dekat dengan
(2008), secara umum R2 untuk data silang tempat tinggal mereka (Zulpikar, Prasetiyo,
(crossection) relatif rendah dikarenakan Shelvatis, Komara, & Pramudawardhani,
adanya variasi yang besar antara masing- 2017). Sedangkan menurut (Pratama,
masing pengamatan. 2016), semakin jauh jarak yang ditempuh
Dari model tersebut dapat dijelaskan wisatawan, maka probabilitas minat
bahwa biaya perjalanan berwisata ke TWA wisatawan untuk berkunjung ke ojek
Lejja berkorelasi negatif dengan banyaknya wisata tersebut akan menurun. Jika faktor
kunjungan yang artinya semakin mahal yang lain tetap, setiap bertambah jarak
biaya perjalanan menuju tempat wisata rumah pengunjung dari TWA Lejja sejauh
semakin jarang kunjungan yang dilakukan. 1 kilometer akan menyebabkan penurunan
Jika faktor yang lain tetap setiap kenaikan kunjungan ke obyek wisata tersebut yaitu
biaya perjalanan Rp1 akan menyebabkan sebesar 0,006 kali/th.
penurunan kunjungan ke obyek wisata Pendugaan nilai ekonomi wisata di

161
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 18 No.3, Desember 2021: 153-169

TWA Lejja menggunakan model tersebut dan surplus konsumen yaitu sebesar: Total
dilakukan pada variabel biaya perjalanan, Benefit = Rp373.756,00 + Rp464.476,00 =
variabel yang lainnya dianggap tetap dengan Rp838.232,00.
menggunakan nilai rata-rata. Sehingga Jika jumlah pengunjung di TWA Lejja
terbentuk persamaan baru menjadi Y = pada tahun 2013 sebanyak 110.450 orang,
3,94058-0,0000085BP. maka nilai wisata di TWA Lejja secara
Pendugaan nilai ekonomi wisata agregat per tahun sebesar: Total Benefit
menggunakan model tersebut yaitu Y = agregat = 110.450 x Rp838.232,00 =
3,94058-0,0000085BP. Secara grafis kurva Rp92.582.825.754,00. Hasil penelitian
permintaannya digambarkan seperti pada menunjukkan bahwa keberadaan TWA
Gambar 8. Lejja memiliki dampak positif terhadap
Dari kurva permintaan dapat dihitung peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
surplus konsumen rata-rata yang diperoleh Banyak masyarakat yang mendapatkan
tiap pengunjung pertahun sebesar penghasilan baik langsung maupun tidak
463597 , 6 −006 langsung dari sektor pariwisata. Masyarakat
Surplus Konsumen = ∫133009 , 4 (3,94058 − 8,5 E BP ) dBP
banyak yang bekerja sebagai tukang sewa
= Rp464.476,00 peralatan renang, guide, dan jasa sewa toilet.
Hal ini berarti bahwa jika dilihat manfaat Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah
untuk setiap orang per tahun, maka nilai (UMKM) terutama kerajinan tangan, lebah
atau benefit yang diungkapkan pengunjung madu hutan, dan warung makan juga
wisata di TWA Lejja sebesar Rp464.47600; tumbuh dengan baik. Menurut Zaei (2013),
Total expenditure (TE) = Rp133.009,4 x pariwisata merupakan sektor ekonomi
2,81= Rp373.756,00. yang mampu memberikan kontribusi
Nilai yang diberikan oleh pengunjung yang signifikan terhadap pertumbuhan
di TWA Lejja, terdiri atas biaya perjalanan ekonomi suatu daerah dan pasar tenaga

Sumber (Source) : Hayati, Wahab,& Buana (2014)


Gambar 8. Kurva permintaan wisata di TWA Lejja, Sulawesi Selatan
Figure 8. Tourism demand curve inLejja NTP, South Sulawesi

162
Valuasi Ekonomi Taman Wisata Alam Lejja Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan .........................................(Nur Hayati)

kerja, serta menciptakan peluang pekerjaan Rp464.476,00 dan total manfaat yang
baik langsung dan tidak langsung melalui diperoleh pengunjung TWA Lejja
penyediaan barang dan jasa yang diperlukan sebesar Rp838.232,00. Nilai ekonomi
untuk kegiatan wisata. TWA Lejja pada tahun 2013 diperoleh
Dari hasil perhitungan diperoleh manfaat minimal bagi pengunjung sebesar
kesediaan membayar terhadap manfaat Rp92.582.825.754,00.
wisata adalah sebesar Rp838.232,00 orang/ B. Saran
tahun. Nilai yang dibayarkan Rp373.756,00/
individu/tahun dan surplus konsumen Dalam upaya pengembangan TWA
Rp464.476,00/individu/tahun. Dengan rata- Lejja perlu memperhatikan karakteristik
rata frekuensi kunjungan 2,81 individu/ pengunjung sebagai bahan pertimbangan
tahun dan rata-rata biaya perjalanan sebesar dalam perencanaan dan penentuan strategi
Rp76.788,00/individu/tahun maka kesediaan pengembangan TWA Lejja sebagai
membayar masyarakat untuk berwisata di objek wisata unggulan di Kabupaten
TWA Lejja jauh lebih besar daripada nilai Soppeng. Disamping itu stakeholder
yang dibayarkan. Hal ini berarti objek yang terkait (BBKSDA Sulawesi Selatan,
TWA Lejja memberikan manfaat yang lebih Dinas Pariwisata Kabupaten Soppeng,
besar dari apa yang ditawarkan kepada para pedagang, dan masyarakat sekitar)
pengunjung dan juga dari biaya yang harus perlu memperhatikan dampak dari
mereka keluarkan agar dapat menikmati kegiatan ekowisata yang ditimbulkan,
keindahan alam TWA Lejja. Becker et al. misalnya adanya penimbunan sampah oleh
(2005), menyatakan bahwa biaya yang pengunjung di kawasan TWA Lejja, sehingga
dikeluarkan individu dalam mengunjungi perlu pengelolaan sampah atau limbah dari
suatu lokasi wisata mencerminkan batas kegiatan ekowisata secara terpadu.
bawah kesediaan seseorang untuk datang ke Perlu pemeliharaan dan peningkatan
suatu lokasi wisata. kualitas sarana prasana yang telah tersedia
untuk memberikan kenyamanan bagi
IV. KESIMPULAN DAN SARAN pengunjung serta perlu adanya koordinasi
dan kolaborasi dalam pengelolaan taman
A. Kesimpulan wisata alam Lejja antara pihak-pihak yang
Karakteristik pengunjung TWA Lejja terkait.
69% tergolong usia muda yaitu berkisar Hasil perhitungan nilai ekonomi TWA
antara 15–36 tahun, 62% responden jarak Lejja ini dapat dijadikan pertimbangan
rumah dengan objek wisata relatif dekat bagi para pemegang kebijakan dalam
yaitu <70 Km, 61% responden datang secara pengambilan keputusan untuk menjaga,
rombongan (>3 orang), 58% responden melestarikan, dan mengoptimalkan fungsi
berpendapatan di atas UMR, dan 55% kawasan TWA Lejja sebagai daerah
responden berpendidikan SMA. resapan air dan objek wisata tanpa merusak
Permintaan pengunjung ke TWA Lejja lingkungan dan berkelanjutan. Hal ini
dipengaruhi oleh biaya perjalanan yang ini dikarenakan TWA Lejja mempunyai
dikeluarkan pengunjung selama berwisata nilai yang sangat penting bagi Kabupaten
dan jarak rumah pengunjung ke objek wisata Soppeng yang merupakan daerah wisata
tersebut. alam yang sangat menarik dengan panorama
Nilai atau manfaat untuk setiap yang indah, dan mempunyai sumber mata
pengunjung TWA Lejja per tahun air panas yang tidak dijumpai di daerah lain.
yang diungkapkan pengunjung sebesar

163
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 18 No.3, Desember 2021: 153-169

UCAPAN TERIMA KASIH cost and contingent valuation methods. Aquatic


(ACKNOWLEDGEMENT) Procedia, 4, 1315–1321.
Latinopoulos, D. (2014). The impact of economic
Penulis menyampaikan terima kasih recession on outdoor recreation demand  :
kepada Balai Besar Konservasi Sumber An application of the travel cost method in
Daya Alam Sulawesi Selatan yang telah Greece. Journal of Environmental Planning and
mendukung pendanaan dalam kegiatan Management, 57(2), 254–273. http://doi.org/
http://dx.doi.org/10.1080/09640568.2012.7386
penelitian ini. Terima kasih juga kami 02.
sampaikan kepada Bapak Nur Buana, S.Hut. Loomis, J., & Mcternan, J. (2014). Economic value
dan Ibu Dwi Apriani Wahab, S.Hut. serta of instream flow for non-commercial whitewater
teman-teman Polisi Kehutanan di TWA Lejja boating using recreation demand and contingent
yang telah membantu dalam pengumpulan valuation methods. Environmental Management,
53, 510–519. http://doi.org/10.1007/s00267-
data di lapangan. 014-0232-z
Nugroho, P. S. (2010). Valuasi wisata pantai glagah
dengan pendekatan biaya perjalanan (travel
DAFTAR PUSTAKA cost) di desa Glagah Kecamatan Temon
Kabupaten Kulon Progo. Universitas Sebelas
(BBKSDA Sulawesi Selatan. (2010). Laporan Maret Surakarta.
inventarisasi dan identifikasi potensi Pérez-Álvarez, R., Saúl Torres-Ortega, Díaz-
pemanfaatan air kawasan konservasi Taman Simal, P., Husillos-Rodríguez, R., & Luis-
Wisata Alam Lejja dan Sidrap. Makassar. Ruiz, J. M. De. (2016). Economic valuation of
Becker, N., Inbar, M., Bahat, O., Choresh, Y., Ben- mining heritage from a recreational approach:
Noon, G., & Yaffe, O. (2005). Estimating the Application to thecase of El Soplao Cave in
economic value of viewing griffon vultures Spain (Geosite UR004). Sustainability, 8(2),
gyps fulvus: A travel cost model study at gamla 185. http://doi.org/10.3390/su8020185.
nature reserve, Israel. Oryx, 39(4), 429–434. Pratama, A. A. (2016). Valuasi Ekonomi Pariwisata
Blackwell, B. (2007). The value of a recreational dengan Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost
beach visit: An application to mooloolaba beach Method) di Pantai Nglambor Gunungkidul.
and comparisons with other outdoor recreation Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
sites. Economic Analysis & Policy, 37(1), 77– Premono, B. T., & Kunarso, A. (2010). Valuasi
98. Ekonomi Taman Wisata Alam Punti Kayu
Fauzi, A. (2014). Valuasi ekonomi dan penilaian Palembang. Jurnal Penelitian Hutan dan
kerusakan sumber daya alam dan lingkungan. Konservasi Alam, 7(1), 13–23.
Bogor: IPB Press. Priambodo, O., & Suhartini. (2016). Valuasi ekonomi
Godari, A., & Ghiyasi, S. (2014). Economic evaluation Kusuma Agrowisata Kota Batu , Jawa Timur.
of delfard region by travel cost method. J. Appl. Jurnal Habitat, 27(3), 122–132. http://doi.
Environ. Biol. Sci, 4(3), 273–277. org/10.21776/ub.habitat.2016.027.3.14
Gravitiani, E. (2010). Aplikasi individual travel cost Purwanto. (2013). Valuasi ekonomi ekowisata dengan
method di area publik. Jurnal Ekonomi Dan model travel cost dan dampaknya terhadap
Studi Pembangunan, 11(1), 30–37. usaha kecil pariwisata. Jurnal Manajemen
Hayati, N. (2008). Valuasi ekonomi wana wisata dan Kewirausahaan, 15(1), 89–102. http://doi.
Kopeng Kecamatan Getasan Kabupaten org/10.9744/jmk.15.1.89-102.
Semarang Jawa Tengah. (Tesis Program Raharjo, A. (2002). Menaksir nilai ekonomi
Magister Sains dan Ilmu-Ilmu Ekonomi). Taman Hutan Wisata Tawangmangu: Aplikasi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. individual travel cost method. Jurnal Manusia
Hayati, N. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi dan Lingkungan, 9(2), 79–88.
kujungan wisatawan di Wana Wisata Kopeng. Rathnayake, R. M. W., & Gunawardena, U. A. D.
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi P. (2011). Estimation of recreational value of
Kehutanan, 9(3), 140–148. horton plains national park in Sri Lanka : A
Hayati, N., Buana, N., & Wahab, D. A. (2014). decision making strategy for natural resources
Laporan hasil penelitian valuasi ekonomi TWA management. Journal of Tropical Forestry and
Lejja di Kabupaten Soppeng. Makassar. Environment, 01(01), 71–86.
Jala, & Nandagiri, L. (2015). Evaluation of Seller, C., Stoll, J. R., & Chavas, J. P. (1985).
economic value of pilikula lake using travel Validation of empirical measures of walfare

164
Valuasi Ekonomi Taman Wisata Alam Lejja Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan .........................................(Nur Hayati)

change: A comparison of nonmarke techniques. Zaei, M. E. (2013). The impacts of tourism industry
Land Economics, 61(2), 156–175. http://doi. on host community. European Journal of
org/10.2307/3145808. Tourism Hospitality and Research, 1(2), 12–21.
Sohrabi Saraj B. , Yachkaschi A., Oladi D., Fard Zekri, S., Mbaga, M., Fouzai, A., & Al-Shaqsi, S.
Teimouri S., L. H. (2009). The recreational (2011). Recreational value of an Oasis in Oman.
valuation of a natural forest park using travel Environmental Management, 48, 81–88. http://
cost method in Iran. Journal of Biogeosciences doi.org/10.1007/s00267-011-9678-4.
and Forestry, 2, 85–92. http://doi.org/10.3832/ Zulpikar, F., Prasetiyo, D. E., Shelvatis, T. V., Komara,
ifor0497-002. K. K., & Pramudawardhani, M. (2017). Valuasi
Suparmoko, M. (2013). Ekonomi sumber daya alam ekonomi objek wisata berbasis jasa lingkungan
dan lingkungan (4 Revisi). Yogyakarta: BPFE. menggunakan metode biaya perjalanan di Pantai
Susilowati, M. I. (2009). Valuasi ekonomi manfaat Batu Karas Kabupaten Pangandaran. Journal
rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda of Regional and Rural Development Planning,
dengan Menggunakan pendekatan travel cost 1(1), 53–63.
method. Institut Pertanian Bogor.
Tazkia, F. O., & Hayati, B. (2012). Analisis permintaan
obyek wisata pemandian air panas kalianget,
Kabupaten Wonosobo dengan pendekatan travel
cost. Diponegoro Journal Of Economic, 1(1),
1–10.
Wilker, J., & Rusche, K. (2014). Economic valuation
as a tool to support decision-making in
strategic green infrastructure planning. Local
Environment, 19(6), 702–713. http://doi.org/10
.1080/13549839.2013.855181.

165
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 18 No.3, Desember 2021: 153-169

Lampiran

Lampiran 1. Statistik Deskritif

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N


Banyaknya kunjungan_ 2.8100 1.58716 100
Biaya perjalanan 76788.50 50879.01418 100
Jarak dari rumah 75.0700 66.29004 100
Pendapatan 3106783 2747111.930 100
Umur 31.5000 9.90409 100
pendidikan 3.0700 .85582 100
Jumlah Rombongan 7.3200 8.52552 100

Sumber (Source) : Data analisis, 2014

Lampiran 2. Anova

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 55.187 6 9.198 4.405 .001a
Residual 194.203 93 2.088
Total 249.390 99
a. Predictors: (Constant), Jumlah Rombongan, Jarak dari rumah, pendidikan,
Pendapatan, Biaya perjalanan, Umur
b. Dependent Variable: Banyaknya kunjungan_

Sumber (Source) : Data analisis, 2014

166
Valuasi Ekonomi Taman Wisata Alam Lejja Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan .........................................(Nur Hayati)

Lampiran 3. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Autokorelasi
Dari tabel di atas didapatkan nilai Durbin-Watson (DW hitung) sebesar 1,955. Berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan DW hitung berada diantara -2 dan 2, yakni -2 ≤ 2 ≤ 2 maka
ini berarti tidak terjadi autokorelasi. Sehingga kesimpulannya adalah Uji Autokorelasi
terpenuhi.
2. Uji multikolonieritas
Dari hasil output data didapatkan bahwa nilai semua nilai VIF<10 ini berarti tidak terjadi
multikolonieritas dan menyimpulkan bahwa uji multikolonieritas terpenuhi.

167
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 18 No.3, Desember 2021: 153-169

3. Normalitas
Dari analisis kurva di bawah ini dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar diagram dan
mengikuti model regresi sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diolah merupakan
data yang berdistribusi normaul sehingga uji normalitas terpenuhi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Dari gambar dibawah ini dapat diketahui bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas sebab tidak
ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.
sehingga dapat dikatakan uji heteroskedastisitas terpenuhi

Sumber (Source) : Data analisis, 2014

Sumber (Source) : Data analisis, 2014

168
Valuasi Ekonomi Taman Wisata Alam Lejja Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan .........................................(Nur Hayati)

Lampiran 4. Perhitungan Nilai Ekonomi

Persamaan pendugaan nilai ekonomi wisata

Y = 3,94058-0,0000085BP

Y= fekuensi banyaknya kunjungan ke wisata TWA Lejja per orang per tahun,
BP=biaya total yang dikeluarkan pengunjung untuk berwisata ke TWA Lejja (Rp)
Jika Y = 0, maka
0 = 3,94058-0,0000085BP
BP = 3,94058/0,0000085
BP = 463.597,6

Jika BP = 0
Y = 3,94058-0,0000085BP
Y = 3,94058-0,0000085(0)
Y = 3,94

Rata-rata frekuensi kunjungan 2,81 individu/tahun, maka:

Y = 3,94058-0,0000085BP
2,81 = 3,94058-0,0000085BP
BP = 1,13058/0,0000085
BP = 133,0009,4

169

Anda mungkin juga menyukai