Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN

Februari 2015. Vol. 2. No.1


©2014-2015 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833

OKSIDENTALISME
Yolies Yongky Nata, SH.I, M.Pd.I
Fakultas Agama Islam (Universitas Islam Madura - UIM Pamekasan)
Email: yolies_yongkynata@yahoo.com

Abstrak
Pernyataan sejarawan tersebut, juga dapat dibenarkan bila kita mengkaji pemikiran Hasan
Hanafi tentang gelombang kebangkitan Islam. Menurut Hasan Hanafi, Islam telah
mencatat tiga fase kebangkitan yang masing-masing mempunyai signifikansi tersendiri.
Pada gelombang pertama (mulai abad pertama sampai abad ketujuh Hijriyah), Islam telah
mencapai puncak keemasannya pada abad ke-4 Hijriyah yang ditandai dengan semaraknya
masa tadwin dan tarjamah yang sangat membudaya. Pada gelombang yang kedua (abad
ke-8 sampai abad ke-14) dalam rangka menjaga dan menginventarisasi khazanah keilmuan
serta mengopinikan pemahaman agama kepada khalayak luas, terjadi gerakan budaya
syarh dan hasyiyah. Pada fase ini Islam dinilai demakin ketinggalan kereta
intelektualitasnya. Dan kita sekarang berada pada di awal gelombang ketiga (mulai abd ke-
15). Pada saat ini, timbul gerakan reformasi yang menginginkan Islam kembali merebut
masa keemasannya yang telah lama hilang. Pergantian kalsifikasin tiga gelombang ini
masing-masing terjadi selama 7 abad. Sekalipun demikian, fokus pembahasan pada
makalah ini tidak untuk menguji pernyataan sejarawan tersebut, tetapi lebih pada benturan
peradaban yang menimbulkan penilaian tidak seimbang yang dilakukan oleh superioritas
perdaban yang lebih kuat antara Barat dan Timur (Islam).

Abstract
Statement of historian, also can be agreed when we study idea of Hasan Hanafi about
waving of Islam evocation. According to Hasan Hanafi, Islam have noted three evocation
phase which is each having more separate. For the first wave is start first century until
seventh century of Hijriyah, Islam have reached golden top at the century fourth Hijriyah
marked with as glorious as a period of tadwin and tarjamah which very culture. At the
second wave century of 8 until century of 14 in order to taking care of and stocktaking of
khazanah science and also opinion of understanding in religion to wide, the happened of
cultural movement of and syarh of hasyiyah. At this phase of Islam assessed by demakin
under developed of its idea cart. And we now reside in at the early third wave since start
15. At the moment, arise reform movement wishing Islam again grab a period of his
golden which have old lose. Commutation of this three wave define to each happened
during 7 century. Even if that way, focus solution at this handing out don’t to test
statement of historian, but rather at civilization collision generating uneven assessment
which conducted by stronger between West and East of Islam.

Kata Kunci: Oksidentalisme

118
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2015. Vol. 2. No.1
©2014-2015 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
A. Pendahuluan lagi terjadi hilangnya tradisi kita (al-
Fakta sejarah mencatat, bahwa ana) dan menggatinya tradisi barat (al-
peradaban muncul dan tenggelam silih akhar). Dalam hal ini Hasan Hanafi
berganti. Pakar sejarah menyatakan, tampil untuk menjawab problematika
peradaban yang muncul, lalu ini dengan menawarkan konseps
mencapai puncak kejayaannya sampai Oksidentalisme. Konsep ini lahir
kehancurannya terjadi dalam kurun bukan hanya sebagai respon terhadap
waktu 7 abad.1 Meskipun ungkapan ini Orientalisme, lebih dari itu sebagai
perlu untuk diteliti lebih lanjut, tatapi reaksi terhadap maraknya
paling tidak, pernyataan ini mungkin westernaisasi dikalangan umat Islam.
ada benarnya bila kita sedikit Oleh sebab itu, selama masih terjadi
mengamati beberapa peradaban di praktek yang demikian, maka
masa lalu. Semisal, Peradaban Yunani pembahasan Oksidentalisme masih
berdiri selama 7 abad dan peradaban mendapatkan relevansinya.
Islam juga dalam kurun waktu yang
sama.
B. PEMBAHASAN
Dengan demikian, diperlukan
1. Pengertian Oksidentalisme
solusi yang tepat untuk
Istilah Oksidentalisme
menghilangkan sikap inferioritas
dipopulerkan oleh Hasan Hanafi
Timur terhadap Barat, hingga tidak
seorang pemikir Mesir yang
1
Pergantian peradaban dalam kurun waktu 7 membuat karya mega proyek at-
abad, menurut pemakalah sebenarnya agak susah
untuk dibuktikannya, terutama untuk Turats Wa al-Tajdid (Tradisi dan
menyambungkan perjalanan waktu dari suatu Pembaharuan). Oksidentalisme
peradaban ke peradaban yang lain. Ketika
peradaban Yunani menjadi pusat pengetahuan adalah salah satu karya dari mega
dan filsafat selama 7 abad, K. Bertens, Sejarah
Filsafat Yunani (Yoyakarta: Kanisius, 1999) tetapi proyek tersebut dengan judulnya
peradaban yang lain, seperti Mesir, India, China
al-Muqaddimah Fi Ilmi al-
dan peradaban kuno lainnya belum sepenuhnya
hancur. Bagitu juga dengan peradaban Islam yang Istighrab (pengantar menuju
dibangun sejak abad kelima, mencapai puncak
kejayaannya pada abad ke 7/8 sampai Oksidentalisme). Melalui karya
kehancurannya pada abad ke 12, juga belum
sepenuhnya habis ketika peradaban Barat mulai
tersebut, selanjutnya topik
bangkit. Peradaban Islam masih bangkit melalui Oksidentalisme lebih dikenal
dinasti Turki Ustmani, disaat peradaban Barat
mulai mencapai kemajuan. Philip K. Hitti, History sebagai buah karya pemikiran
of The Arabs (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, Cet.
II 2010) Hasan Hanafi. Atas dasar ini,

119
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2015. Vol. 2. No.1
©2014-2015 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
Pembahasan Oksidentalisme a. Vis a vis Westernisasi
dalam makalah ini, penulis lebih Menurut Hasan Hanafi,
berbicara pada Oksidentalisme Oksidentalisme pada dasarnya
Hasan Hanafi. Sekalipun banyak diciptakan untuk menghadapi
orang yang menganggap bahwa, westernisasi yang memiliki
tokoh-tokoh Oksidentalis tidak pengaruh luas tidak hanya
hanya Hasan Hanafi, tetapi budaya dan konsepsi kita
menurut hemat pemakalah di tentang alam, tapi juga
tangan Hasan Hanafi-lah konsep mengancam kemerdekaan
Oksidentalisme lebih jelas, selaim peradaban kita, bahkan
ia seorang yang pertama kali merambah pada gaya hidup
menggagas pemikiran ini. sehari-hari; bahasa, manifestasi
kehidupan umum dan seni
Terminologi Oksidentalisme
2
bangunan.4 Hal ini
berasal dari kata dasar occident,
mengakibatkan hilangnya
yang berarti “barat”. Kemunculan
idntitas dunia Timur
istilah ini, dimaksudkan bagi
(setidaknya bagi orang yang
Hasan Hanafi sebagai respon atas
mengagung-agungkan dunia
maraknya
Barat) yang selama ini dikenal
westernisasi/eurosentrisme dan
mempunyai kearifan lokal
penilaian kaum orientalis yang
tersendiri, solidaritas yang
memandang dunia Timur dalam
kuat, sopan, relegius, dan lain
posisi yang tidak seimbang.3 Oleh
sebagainya. Nilai-nilai luhur
sebab itu, untuk memberikan
ini diwariskan dari masa lalu
pengertian yang tepat terhadap
kita, bukan dari Barat. Tetapi,
istilah Oksidentalisme ini, Hasan
saat ini nilai-nilai ke-timuran
Hanafi mendudukkannya sebagai
malah teracam berganti
lawan dari Westernisasi dan
menjadi, individualistic,
Orientalisme.
amoral, sekuler dan lain
2
Tasmuji, Rekonstruksi Teologi, Oksidentalisme sebaginya.
dan Kiri Islam; Telaah Pemikiran Hasan Hanafi,
http://ush.sunan-ampel.ac.id/?p=1582
3
Hasan Hanafi, Oksidentalisme; Sikap Kita
Terhadap Tradisi Barat terj. M. Najib Buchori
4
(Jakarta: Paramadina, 2000), 13-16. Ibid., 16-17.

120
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2015. Vol. 2. No.1
©2014-2015 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
b. Dari Orientalisme menuju sebagaimana orientalisme.
Oksidentalisme. Para Oksidentalis hanya ingin
Hasan hanafi merebut kembali ego Timur
memposisikan Oksidentalisme yang telah dibentuk dan
sebagai wajah lain dan direbut Barat.
tandingan bahkan berlawanan
2. Tujuan Oksidentalisme
dengan Orientalisme. Bila
Oksedntsalisme sebagai ilmu
Orientalisme melihat ego
baru yang pertama kali
(Timur) melalui the other
diperkenalkan Hasan Hanafi, tentu
(Barat), maka Oksidentalisme
saja memiliki tujuan-tujuan yang
bertujuan mengurai simpul
ingin dicapai. Oksidentalisme
sejarah yang mendua
tidak lahir dari ruang yang kosong,
(dualisme) antara ego dan the
melainkan sebagai respon terhadap
other, dan dialektika antara
meluasnya westernisasi
kompleksitas inferioritas
(eurosentrisme) dan Orientalisme.
(muraqab al-naqish) pada ego
Oleh karena itu, tujuan yang ingin
dengan kompleksitas
dicapai tentu saja erat kaitannya
superioritas (murakab al-uzma)
dengan kedua hal tersebut.
pada pihak the other.
Sekurang-kurangnya ada 13 belas
Dari penjelasan ini, tujuan yang dirumuskan Hasan
berarti Oksidentalisme dapat hanafi,5 yakni sebagai berikut:
didefinisikan sebagai suatu
a. kontrol atau pembendungan
kajian kebaratan atau suatu
atas kesadaran Eropa dari awal
kajian komprehensif dengan
sampai akhir, sejak kelahiran
meneliti dan merangkum
hingga keterbentukannya.
semua aspek kehidupan
Dengan begitu teror kesadaran
masyarakat Barat. Kendati
Eropa akan berkurang. Karena,
istilah Oksidentalisme adalah
kesadaran Eropa tidak lagi
lawan kata dari Oreantalisme,
menjadi pihak yang berkuasa.
tapi di sini ada perbedaan lain,
Oksidentalisme tidak memiliki
tujuan hegemoni dan dominasi 5
Hanafi, Oksidentalisme; Sikap Kita Terhadap
Tradisi Barat, 51-58.

121
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2015. Vol. 2. No.1
©2014-2015 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
b. Mempelajari kesadaran Eropa ini, Oksidentalisme juga dapat
dalam kapasitas sebagai mengembalikan kebudayaan
sejarah bukan sebagai dan peradaban Barat ke
kesadaran yang berada di luar wilayah geografis dan
sejarah. Sekalipun kesadaran historisnya.
Eropa adalah sejarah yang d. Menghapus mitos “kebudayaan
terbentuk melalui beberapa kosmopolit”; dengan
fase, tetapi perjalan fase tidak melakukan langkah-langkah
hanya milik Eropa. Lebih tepat sebagai brikut; pertama
dikatakan, kesadaran Eropa menemukan spesifikasi bangsa
terbentuk melalui fase sejarah di seluruh dunia, dan bahwa
yang panjang kesadaran setiap bangsa memiliki tipe
manusia yang dimulai dari peradaban serta kesadaran
Mesir, Sina, dan peradaban- sendiri, bahwa ilmu fisika dan
peradaban Timur kuno. teknologi tersendiri seperti
c. Mengembalikan Barat ke batas yang terjadi di India, Cina,
alamiahnya, mengakhiri Afrika dan Amerika Latin.
perang kebudayaan, Kedua, menerapkan metode
menghentikan ekspansi tanpa sosiologi ilmu pengetahuan
batas, mengembalikan filsafat dan antropologi peradaban
Eropa ke lingkungan di mana pada kesadaran Eropa yang
ia dilahirkan, sehingga selama ini diterapkan
partikulasi Barat akan terlihat. produsennya pada kesadaran
Hasan Hanafi memandang, non Eropa. Hasan Hanafi
bahwa selama ini partikulasi memandang kedua langkah ini
itu diuniversalkan melalui merupakan satu penemuan
media imperialisme, kontrol yang sangat berharga yang
media informasi di saat ego orisinal dan tidak pernah
melemah dan mengalami fase terjadi sebelumnya.
imitasi terhadap the other e. Membuka jalan bagi
(westernisasi) serta masih terciptanya inovasi bangsa non
mengalami penjajahan Eropa dan membebaskannya
kebudayaan. Dalam konteks dari “akal” Eropa yang

122
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2015. Vol. 2. No.1
©2014-2015 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
menghalangi nuraninya, h. Permulaan filsafat baru yang
sehingga bangsa non Eropa dimulai dari angin Timur. Hal
dapat berpikir dengan “akal” ini sesuai dengan
dan kerangka lokalnya sendiri. ditemukannya siklus peradaban
f. Menghapus rasa rendah diri dan hukum evolusinya yang
yang terjadi pada bangsa non lebih komprehensif dan
Eropa ketika berhadapan universal dibanding yang ada
dengan bangsa Eropa dan di lingkungan Eropa, dan
memacu mereka menuju tahap tinjuan ulang terhadap posisi
inovator setelah sebelumnya bangsa Timur sebagai
hanya berperan sebagai permulaan sejarah seperti
konsumen kebudayaan, ilmu dikatakan Herder, Kant, dan
pengetahuan dan kesenian, Hegel. Hasan Hanafi
bahkan tidak mustahil akan menegaskan bahwa, peradaban
dapat melampaui Eropa. Rasa manusia yang dulunya berasal
rendah diri boleh jadi berubah dari Timur dan berpindah ke
menjadi sikap superioritas. Barat, akan kembali lagi ke
g. Melakukan penulisan ulang Timur.
sejarah agar semaksimal i. Mengakhiri Orientalisme
mungkin dapat mewujudkan dengan mengubah Timur dari
persamaan bagi seluruh bangsa obyek menjadi subyek dan
di dunia yang sebelumnya meluruskan hukum-hukum
menjadi korban perampas yang diterapkan Barat ketika
kebudayaan yang dilakukan berada di puncak
bangsa Eropa. Menurut Hasan kebangunanya kepada
Hanafi, penulisan ulang ini peradaban Timur yang sedang
juga dapat memperlihatkan berada dalam keterlelapan
andil peradaban-peradaban tidur dan kealpaannya.
dunia yang selama ini Alasannya, menurut Hasan
dimanipulasi dengan cara Hanafi Orientalisme lebih
“persekongkolan diam”, dalam banyak mengungkap ciri “akal
membangun peradaban Barat. Eropa” dan pandangannya

123
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2015. Vol. 2. No.1
©2014-2015 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
terhadap pihak lain dari pada setiap orang yang mengambil
obyek yang dikajinya. sikap terhadap orang lain
j. Menciptakan Oksidentalisme disebut filosuf.6
sebagai ilmu pengetahuan yang m. Membebaskan ego dari
akurat. Karena gejala kekuasaan the other pada
Oksidntalisme sebanarnya tingkat peradaban agar ego
telah ada dalam generasi kita. dapat memposisikan diri
Hanya saja gejala tersebut sebagai dirinya sendiri. Dalam
tidak mampu menghasilkan konteks ini, Hasan Hanafi
sebuah disiplin ilmu. memandang, bahwa
k. Membentuk peneliti-peneliti Oksidentalisme mampu
tanah air yang mempelajari melakukan pembebasan
peradabannya dari kacamata dengan landasan otologisnya,
sendiri dan mengkaji bukan landasan
peradaban lain secara netral epistemologinya.
dari kajian yang pernah n. Tujuan terakhir, adalah dengan
dilakukan Barat terhadap Oksidentalisme manusia akan
peradaban lain. Dengan begitu mengalami era baru di mana
menurut Hasan Hanafi, akan tidak ada lagi penyakit
lahir sains dan peradaban tanah rasialisme terpendam seperti
air, serta akan terbangun yang terjadi selama
sejarah tanah air. pembentukan kesadaran Eropa
l. Dimulainya generasi pemikir yang akhirnya menjadi bagian
baru yang dapat disebut dari strukturnya.
sebagai filosuf, pasca generasi 3. Epistemologi Oksidentalisme
pelopor di era kebangkitan. Menurut Hasan Hanafi,
Hal ini dimaksudkan untuk Oksidentalisme bukan merupakan
menjawab pertanyaan yang wacana baru, sebab hubungan
sering meluncur seputar,
apakah kita memiliki filosuf? 6
Hasan Hanafi memposisikan Al-Farobi dan Ibn
Menurut Hasan Hanfi setiap Rusyd sebagai filosuf yang tidak hanya mampu
menganotasi pemikiran Aristoteles, melainkan
interaksi dengan Barat dalam juga merekonstruksinya. Hasan Hanafi, Islamologi
2: Dari Rasionalisme Ke Empirisme terj. Miftah
konteks ini disebut filsafat dan Faqih (Yogyakarta: LKiS, Cet. II 2007), 59-224.

124
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2015. Vol. 2. No.1
©2014-2015 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
Timur dan Barat bukan produk belakang sebelum Islam adalah
generasi sekarang, tetapi dimulai Mesir, Kan’an, Asyuria, Babilonia,
jauh sebelum itu, yaitu sejak Persia, India, Cina. Agama Yahudi
lahirnya peradaban ego (al-ana) dan Timur pun masuk dalam
yang diwakili tradisi Islam selama kategori akar peradaban Timur.11
14 abad atau lebih.7 Hasan Hanafi Oleh karena itu, Islam, Kristen,
meletakkan akar hubungan dan Yahudi bersumber dari akar
tersebut, terjadi pada masa peradaban yang sama. Hal ini juga
penterjemahan ilmu Yunani ke diakui oleh Hegel, bahwa
dalam Islam. Hubungan yang permulaan sejarah berawal dari
dimaksud tentu saja, ketika Asia dan Berakhir di Barat.12
peradaban Yunani berada dalam tetapi, pelacakan Oksidentalisme
posisi menjadi obyek kajian Islam. tidak dimulai dari akarnya. Hasan
Hanafi memandang akar
Yunani menurut Hasan
Oksidentalisme terjadi sejak masa
Hanafi, adalah bagian dari Barat
penterjemahan peradaban Yunani
ditinjau dari segi geografis, sejarah
ke dalam Islam.13
maupun peradabannya.8 Yunani
dan Romawi merupakan sumber 4. Tujuan Dialektika Ego dan The
9 10
kesadaran Eropa. Sedangkan Other
Timur bila melihat jauh ke Sikap kritik terhadap tradisi

7
ego dan the other, menurut Hasan
Hanafi, Oksidentalisme; Sikap Kita Terhadap
Tradisi Barat, 59. Hanafi dimaksudkan untuk
8
Dalam konteks ini, K. Bertens berbeda dengan
Hasan Hanafi. K. Bertens memposisikan
merealisasikan beberapa tujuan.
peradaban Yunani sebagai peradaban Timur, Setidaknya terdapat 4 tujuan yang
karena dilihat dari letaknya lebih dekat dengan
Asia. Bahkan di masa lalu Yunani adalah Asia
minur. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani,.3-4.
9 11
Makna kesadaran di sini adalah sebagaimana Ibid., 60.
12
yang dijelaskan oleh Hasan Hanafi, bahwa muatan Hegel memandang sejarah berjalan linear dari
kesadaran bukan hembusan dari langait (yang Timur ke Barat, yakni dari Asia dan berakhir di
hanya menjalaskan dalam bentuk eksisitensi), (Eropa) Jerman. Yang terjadi saat ini hanyalah
melainkan pantulan realitas aktual yang bentuk pengulangan yang tidak akan pernah
dihidupkan oleh kesadaran, dirasakan oleh jiwa, selesai dari penyadaran rasio dari rasio obyektif
dan definitif di dalam sikap. Hasan Hanafi, (peradaban Asia dan Yunani) ke rasio subyektif
Islamologi 3: Dari Teosintrisme ke (peradaban Romawi) sampai pada ruh absolut
Antroposentrisme terj. Miftah Faqih (Yogyakarta: (Jerman). GWF. Hegel, Filsafat Sejarah
LkiS, Cet. I 2004), 10. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I 2001), 1-153.
10 13
Hasan Hanafi, Oksidentalisme; Sikap Kita Hanafi, Oksidentalisme; Sikap Kita Terhadap
Terhadap Tradisi Barat, 59. Tradisi Barat, 60.

125
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2015. Vol. 2. No.1
©2014-2015 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
dirumuskan Hasan Hanafi, yakni kemudian
sebagai beriku:14 menyempurnakannya.
d. Hilangnya kebiasaanya
a. Menghapus dualisme tradisi
semacam ini, yaitu
lokal dan tradisi pendatang
menggunakan akal dalam teks
guna mewujudkan persatuan
dan realitas, memaksa kita
tanah air dan kepribadian
mengutamakan hasil temuan
nasional agar para pembaca
orang lain menjadi tahap
tahu bahwa kebudayaan kita
pendahuluan sebelum
adalah satu. Kita hanya
dilakukan kajian langsung
memiliki satu kebudayaan
sebagaimana yang dilakuksan
meskipun ada kesamaan
oleh para penerjemah di masa
kondisi dalam dua masyarakat
lalu sebelum masa
yang berbeda.
pensyarahan. Sehingga
b. Memodernisir tradisi lokal
lingkungan kita terbiasa
secara spontan dan alami
melakukan kajian semacam ini
dengan mempertahankan
dengan meminjam lisan orang
substansi dan ruh, dan
lain, dan fungsi ego hanya
mengubah bentuk format. Hal
sebagai penjaja dari produk
ini yang dilakukan pendahulu
orang lain.
kita ketika memodernisasi
5. Keraguan dan Protes terhadap
tradisi leluhur melalui
Oksidentalisme
kebudayaan Yunani.
a. Keraguan
c. Hilangnya rasa takut dan
Ketika kita terbiasa
rendah diri di hadapat Barat
membaca sikap yang pertama
agar dapat berinteraksi dengan
(tradisi masa lalu), akan
mereka sebagai pihak yang
muncul keraguan dan
sederajat. Bahkan kita dapat
kekhawatiran yang dilontarkan
mengkritik dan menjelaskan
menanggapi munculnya sikap
arah yang dituju Barat, dan
terhadap tradisi Barat. Hasan
Hanafi merumuskan keraguan

14
Hanafi, Oksidentalisme; Sikap Kita Terhadap
Tradisi Barat, 97.

126
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2015. Vol. 2. No.1
©2014-2015 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
tersebut menjadi 5 bagian,15 3) Oksidentalisme lebih
yakni sebagai berikut: pantas disebut ideologi
daripada ilmu pengetahuan,
1) dengan mengacu pada
lebih dekat ke emosi
pembahasan agenda
daripada rasio, lebih dekat
pertama, pembahasan
ke antusiasme daripada
agenda kedua mengalami
analisa ilmiah yang baik,
kemunduran. Seperti
lebih dekat ke diskursus
diketahui agenda pertama
psolitik daripada analisa
mencoba membaca masa
sosial dan diskripsi
lalu dari kacamata masa
sejarah.Oksidentalisme
kini. Sedangkan agenda
hanya mencerminkan krisis
kedua mengalami langkah
pihak yang kalah, dan
mundur ketika menolak the
keinginan seorang hamba
other dan menghalaunya.
untuk membebaskan diri
2) Seringkali digunakan
dari tuannya.
argumentasi yang
4) Ada yang beranggapan,
memojokkan dan sulit
bahwa Oksidentalisme
dijawab. Dan seandainya
hanya angan-angan bangsa
dijawab, maka penolak
yang baru saja merdeka
argumentasi akan dianggap
untuk menyusul peradaban
anti modernitas, menolak
Barat dan mempertahankan
aksioma dan realitasnya.
identitas diri. Ia juga
Dengan kata lain, menolak
merupakan reaksi atas fase
Barat berarti menolak ilmu
imperealisme dan sebagai
pengetahuan, teknologi,
bagian dari upaya
dan temuan modern yang
mendapatkan peran dalam
digunakan manusia setiap
sejarah dengan cara
hari, seperti listrik, alat
menyingkirkan penjajah di
elektronik, sarana
masa lalu sesuai dengan
transportasi, sarana
dialektika tuan dan hamba.
komunikasi dan lain-lain.
Ia hanyalah mimpi orang
15
Ibid., 101-109. tertindas.

127
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2015. Vol. 2. No.1
©2014-2015 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
5) Keraguan yang lain, banyak membuat mata kita silau
Oksidentalisme dalam melihatnya. Hasan Hanafi
penjelasan teoritis menjadi menganggap kemajuan Barat
ilmu ijtihad murni yang mempunyai akar sama, yakni
lebih menyerupai niat bersumber dari peradaban Timur.
ketimbang Sehingga, Oksidentalisme
perealisasiannya. Ia bermaksud untuk merebut kembali
sekedar penjelasan teoritis ego yang direbut Barat menjadi the
yang lebih banyak other. Untuk membentuk peradaban
memberi kesan dari pada baru, tidak cukup didasarkan atas
berargumentasi, dan lebih sikap kita terhadap tradisi Barat.
banyak berasumsi dari Sebelum Oksidentalisme terlebih
pada menetapkan. dahulu Hasan Hanafi melakukan
b. Sanggahan-Sanggahan atau kritik terhadap ego di masa lalu
Kritik Oksidentalisme, Jika yang hingga kini membentuk
keraguan dan kekhawatiran di kelompok anti Barat. Karena masa
atas berkaitan dengan gagasan lalu adalah bagaian dari ego dimana
proyek ini sebagai satu kita berdiri saat ini. Sederhanya
kesatuan, maka sanggahan dan sebelum mengkritk pihak lain, maka
reaksi atas Oksidentalisme terlebih dulu kritik harus diarahkan
berkutat di seputar kemampuan pada diri sendiri. Sehingga, kedua
merealisasikan gagasan kritik ini akan membentuk proses
tersebut. dialektis (peleburan cakrawalan;
Dari uraian singkat di atas, fusion of horizon) antara masa lalu
kita mendapatkan gambaran yang dan Barat untuk dimanfaatkan untuk
cukup jelas. Oksdientaslime adalah membentuk peradaban baru.
bagian dari disiplin ilmu baru
Untuk lebih jelasnya, pemakalah
(setidaknya menurut Hasan Hanafi)
mengilustrasikannya dalam bentuk
dalam membentuk peradaban baru.
segi tiga di bawah ini
Peradaban di mana kita berpijak
pada realitas kini, bukan peradaban
yang di bangga-banggakan di masa
lalu atau peradaban Barat yang

128
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2015. Vol. 2. No.1
©2014-2015 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
Dialektika dalam bentuk segi berbagai bentuk penelaian, seperti
tiga di atas dapat diurut dalam bentuk diapresiasi, diragukan, dikritik, atau
linear. Tradisi masa lalu (kesejarahan bahkan ditolak. Namun demikian,
ego), realitas saat ini dan tradisi menurut penulis sebagai orang Timur,
mendatang (Barat). Artinya, kemajuan Oksidentalisme masih sebagai gerakan
Barat adalah yang dituju oleh mega pemikiran yang harus disempurnakan
proyek Hasan Hanfi sebagaimana dalam bentuk sikap dan prilaku sehari-
disebutkan at-Turats wa al-Tajdid hari.
(tradisi dan pembaharuan). Tetapi
DAFTAR PUSTAKA
bukan menjadi Barat, malainkan
berdiri setara. Bukan pula merebut Bertens, K. Sejarah Filsafat Yunani.
kekuasaan barat, melainkan sama- Yoyakarta: Kanisius, 1999.
sama berkuasa.
Gadame, Hans George. Truth and Method.
New York: The Seabury Press, 1965.

C. Penutup Hambali, M. Ridwan. “Hasan Hanafi:


Oksidentalisme lahir untuk Dari Islam “Kiri”,
sebagai respon terhadap maraknya Revitalisasi Turats, Hingga
westernisasi dan penilaian yang tidak Oksidentalisme”, dalam
seimbang oleh Orientalisme. Ilmu Islam Garda Depan,
baru ini bertujuan salah satunya untuk Muzaik Pemikiran Islam
memutar balikkan Barat yang Timur Tengah. Bandung:
sebelumnya menjadi subyek Mizan, 2001.
(Orientalisme) dirubah menjadi obyek
Hanafi, Hasan. Dari Akidah Ke Revolusi:
yang dikaji. Begitu juga Timur yang
Sikap Kita Terhadap
sebelumnya menjadi obyek dirubah
Tradisi Lama. Jakarta:
menjadi subyek. Hanya dengan begitu
Paramadina, 2003.
kita akan berdiri setara dengan Barat.
____________. Islamologi 1: Dari
Sebagai ilmu baru,
Teologi Statis Ke Anarkis
Oksidentalisme hadir ke ruang publik
terj. Miftah Faqih.
yang sangat beragam. Sehingga, mau
Yogyakarta: LKiS, Cet. II
tidak mau, ia harus pula menerima
2007.

129
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2015. Vol. 2. No.1
©2014-2015 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
____________. Islamologi 2: Dari Hitti, Philip K. History of The Arabs.
Rasionalisme Ke Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, Cet. II
Empirisme terj. Miftah 2010.
Faqih. Yogyakarta: LKiS,
Said, Edward W. Orientalisme:
Cet. II 2007.
Menggugat Hegemoni
____________. Islamologi 3: Dari Barat dan Mendudukkan
Teosintrisme ke Timur Sebagai Subyek terj.
Antroposentrisme terj. Achmad Fawaid.
Miftah Faqih. Yogyakarta: Yogyakarta: Pustaka
LkiS, Cet. I 2004. Pelajar, 2010.

____________. Oksidentalisme; Sikap Tasmuji. Rekonstruksi Teologi,


Kita Terhadap Tradisi Oksidentalisme dan Kiri
Barat terj. M. Najib Islam; Telaah Pemikiran
Buchori. Jakarta: Hasan Hanafi.
Paramadina, 2000. http://ush.sunan-
ampel.ac.id/?p=1582
Harb, Ali. Kritik Nalar al-Qur’an.
Yogyakarta: LKiS, 2003.

Hardiman, Francisco Budi. Kritik


Ideologi: Pertautan
Pengetahuan dan
Kepentingan. Yoyakarta:
Kanisius, 1990.

Hidayat, Komaruddin. “Oksidentalisme:


Dekontruksi Terhadap
Barat” dalam
Oksidentalisme: Sikap Kita
terhadap Tradisi Barat.
Jakarta, Paramadina, 2000.

130

Anda mungkin juga menyukai