Lomba 17 Agustus
Lomba 17 Agustus
ORANG
KANG HWARIN
Untuk pemeran di cerpen kali ini, saya mengambil visualisasi dari artis
KQ Entertaiment. Pertama-tama akan saya kenalkan terlebih dahulu
visualisasinya. Yang pertama Kalandra Leandro Louise nama lokal untuk
Park Seonghwa, kedua Kenzie Hildan nama lokal untuk Kim Hongjoong,
ketiga Arzan Ravindra nama lokal untuk Jeong Yunho, ke-empat Yovie
Radhitya nama lokal untuk Kang Yeosang, kelima Aksan Juniarka nama
lokal untuk Choi San, keenam Ghifari Archelaus Evander nama lokal
untuk Song Mingi, ketujuh Alessandro Juno Raditya nama lokal untuk
Jung Wooyoung, kedelapan Jordan Raffaza nama lokal untuk Choi
Jongho, kesembilan Keenan Mahendra nama lokal untuk Kim Minjae,
kesepuluh Prince Jonathan nama lokal untuk Park Junmin, kesebelas
Calvin Samuel nama lokal untuk Choi Sumin, keduabelas Haris Jeremy
nama lokal untuk Ham Jinsik, ketigabelas Chris Harrison nama lokal
untuk Choi Hyunwoo, keempatbelas Kendrick John nama lokal untuk Kim
Junghoon, kelimabelas Peter Smith nama lokal untuk Park Seeun,
keenambelas Joshua Yasuo nama lokal untuk Jung Yujun, ketujuhbelas
Hayden Narendra, kedelapanbelas Lionel Yoga nama lokal untuk Lee
Yechan. Itulah sang visualisasi di cerpen saya kali ini, semoga tidak
membuat kalian bingung.
“Kala sayang.. itu garis finish nya benerin duluu,” perintah Hildan pada
Kalandra.
Kalandra hanya mengangguki perintah yang Hildan. Dia merasa aneh saat
dipanggil sayang oleh Hildan, seperti ada kupu-kupu yang sedang
beterbangan di perutnya. Kalandra tidak merasakan seperti hal ini
sebelumnya, apa jangan-jangan dia menyukai Hildan yang notabenenya
sahabat?
“Hayooo kakak lagi bengong kenapa nih? Ada kesulitan ngga? Mau Arzan
bantu?”
Kalandra terkejut dengan suara adiknya, Arzan. Dia masih mengira kalau
adiknya ini masih membantu Hildan, tapi mengapa dia tidak melanjutkan
membantu Hildan? Tapi ya sudahlah tidak masalah, setidaknya ada yang
membantu Kalandra.
“Eh, emm … ngga kok kakak ngga sakit, buktinya sehat-sehat aja nih.”
Jawabnya dengan sedikit gugup.
“Hmm … sebenarnya aku ngga percaya sih, soalnya kakak lihat orang
yang kakak suka kan? Orangnya yang disana bukan?” Jari telunjuk Arzan
mengarah ke Hildan yang sedang memberi garis pembatas untuk lomba
balap karung.
“Kak.. bantuin aku dong, boleh ngga? Aku kesulitan nih,” Mahendra
memajukan bibirnya seperti bebek.
“Kenapa kak Hildan diperhatikan terus sama kak Kala? Kalian berdua ada
masalah atau gimana?”