Muhamad Rizki Subarkah (7B) - Muhamad Reza Syahrial (7B)
Muhamad Rizki Subarkah (7B) - Muhamad Reza Syahrial (7B)
ABSTRAK
Menurut pendapat William Lillie “Etik/etika merupakan suatu ilmu pengetahuan terkait norma
atau aturan tingkah laku dalam kehidupan manusia di masyarakat, ilmu tersebut akan
digunakan untuk mengetahui benar atau salahnya, serta baik manusia”. Pendidikan ini sangat
erat kaitannya dengan guru (pengajar), karena yang menjadi tolak ukur serta keberhasilan
adalah kinerjanya, kinerja dari seorang guru yakni harus sesuai dengan tupoksinya. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Kualitatif merupakan mencari definisi atau
maksud serta esensi yang komprehensif dalam suatu gejala, realita atau fakta. Adapun variabel
dalam penelitian ini yakni analisis penerapan kode etik guru masuk ke variabel bebas (variabel
X), sedangkan menumbuhkan hubungan dengan peserta didik masuk ke variabel terikat
(varibel Y). Dalam pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan teknik simple
random sampling. Kemudian untuk teknik pengumpulan data menggunakan teknik
pengumpulan data angket. Olahan data menggunakan skala likert dan didapat bahwa di sekolah
SMA Negeri 1 Astanajapura untuk data 1 analisa dari kode etik dari mulai hubungan guru
dengan peserta didik, hubungan guru dengan orang tua/wali murid, hubungan guru dengan
teman sejawat dan hubungan guru terhadap profesi memperoleh kategori “Sangat Baik/Sangat
Kuat” sedangkan untuk Hubungan guru dengan masyarakat memperoleh kategori baik. Untuk
data 2 semuanya sempurna masing-masing mendapatkan kategori “Sangat Baik/Sangat Kuat”.
Kemudian pada segi aspek didapat 98,9% (data 1) dan 97% (data 2) yang artinya berkategori
“Sangat baik/Sangat Kuat”, artinya penerapan kode etik pada sekolah SMA Negeri 1
Astanajapura sudah baik dalam menerapkan aspek hubungan guru dengan peserta didik dalam
pembelajaran sudah sangat baik/sangat kuat.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu aspek kehidupan yang paling penting, baik untuk individu
maupun orang lain, pendidikan juga akan berdampak pada berkembangnya suatu eksistensi
dalam bangsa maupun negara. Pendidikan bisa diartikan juga sebagai sarana yang digunakan
sebagai pembimbing manusia agar dampaknya bisa membangun prestasi dibidang ilmu yang
komprehensif untuk membantu pembangunan bangsa yang lebih baik.
Peranan pendidikan sejak dulu hingga sekarang memiliki peranan penting, karena
tujuannya yakni mencerdaskan generasi bangsa serta membebaskan dari ketidak tahuan.
Umumnya juga manusia dari mulai lahir hingga dewasa secara tidak langsung telah didik
dengan berbagai sumber pengetahuan.
Sektor yang paling pokok dalam kehidupan ialah pendidikan, kerena dengan
pendidikan juga di masa yang akan datang akan menjadi suatu warisan terbesar serta modal
dalam kehidupan. Harapannya dapat menumbuh kembangkan manusia yang memiliki moral
dan akal. Dalam pendidikan nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
bertujuan untuk berkembangnya potensi pendidik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang berdemokrasi serta bertanggungjawab (Larasati et al.,
2020). Hal tersebut merupakan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang tujuan penyelenggaraan
pendidikan nasional yakni pasal 4 ayat 2.
Pendidikan ini sangat erat kaitannya dengan guru (pengajar), karena yang menjadi tolak
ukur serta keberhasilan adalah kinerjanya, kinerja dari seorang guru yakni harus sesuai dengan
tupoksinya. Guru juga menjadi salah satu kunci seseorang akan sukses di masa depan, hampir
kebanyakan peserta didik selalu menirukan tingkah laku atau etika dari gurunya, kaarena di
sekolah yang menjadi orang tua adalah sosok guru. Menurut pendapat William Lillie
“Etik/etika merupakan suatu ilmu pengetahuan terkait norma atau aturan tingkah laku dalam
kehidupan manusia di masyarakat, ilmu tersebut akan digunakan untuk mengetahui benar atau
salahnya, serta baik manusia” (Rahardjo, 2017).
Dalam suatu profesi akan menemukan istilah kode etik. Fungsi kode etik ini nantinya
akan menjadi batasan manusia atau kontrol terkait aktivitas atau profesi yang sedang
dijalankan. Kode etik guru indonesia memiliki fungsi sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku setiap guru dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai seorang pendidik,
baik diluar dan didalam lingkungan sekolah (Suparyanto, 2020). Selain itu, kode etik guru juga
memiliki kedudukan, peran dan fungsi yang sangat sentral dalam menyokong eksistensi dalam
kelangsungan hidup suatu profesi. Bagi para pengembang tugas profesi keguruan akan menjadi
pegangan dalam bertindak serta acuan dasar dalam seluk-beluk perilakunya dalam rangka
memelihara dan menjunjung tinggi martabat dan wibawa (Darmansyah, 2020). Hubungan guru
dengan peserta didik merupakan suatu hal yang sangat menentukan agar terjalinnya hubungan
terdidik dan pendidik yang baik. Implementasi kode etik guru beserta aspek-aspeknya akan
menentukan hubungan peserta didik apakah sudah baik atau belum.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan kode etik guru matematika
serta aspek hubungan guru dengan peserta didik dalam pendidikan di sekolah SMA Negeri 1
Astanajapura.
METODE PENELITIAN
NO TOPIK JUMLAH %
1 Hubungan guru dengan siswa 86 96
2 Hubungan guru dengan orang tua/wali 26 87
3 Hubungan guru dengan masyarakat 21 70
4 Hubungan guru dengan teman sejawat 39 98
5 Hubungan guru terhadap profesi 30 100
Rata-rata 40.4 90
DATA 1
120
100
80
60
40
20
0
Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Rata-rata
guru dengan guru dengan guru dengan guru dengan guru
siswa orang masyarakat teman terhadap
tua/wali sejawat profesi
1 2 3 4 5
NO TOPIK JUMLAH %
1 Hubungan guru dengan siswa 90 100
2 Hubungan guru dengan orang tua/wali 27 90
3 Hubungan guru dengan masyarakat 27 90
4 Hubungan guru dengan teman sejawat 40 100
5 Hubungan guru terhadap profesi 30 100
Rata-rata 42.8 96
DATA 2
102
100
98
96
94
92
90
88
86
84
Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Rata-rata
guru dengan guru dengan guru dengan guru dengan guru
siswa orang masyarakat teman terhadap
tua/wali sejawat profesi
1 2 3 4 5
Selanjutnya untuk interval data di atas dapat menggunakan rumus skala likert:
(%) Kategori
0% – 10% Sangat Lemah
21% – 40% Lemah
41% – 60% Cukup
61% – 80% Kuat
81% – 100% Sangat Kuat
Dari pembahasan di atas kita dapat membandingkan datanya dengan melihat data 1 dan
data 2, ada kesamaan presentase pada topik hubungan guru dengan profesi memperoleh
presentase yang sama yakni 100% dengan kategori “Sangat Baik/Sangat kuat”. Dari sini dalam
kesamaan data kuesioner bisa ditarik simpulannya, bahwa guru matematika di SMA Negeri 1
Astanajapura menikmati serta mencintai karir profesinya menjadi seorang guru/pendidik.
Sedangkan untuk perbedaan yang mencolok dari data 1 dan data 2 yaitu pada topik hubungan
guru dengan masyarakat yang memperoleh presentase data satu 70% “Baik/Kuat” dan data dua
90% “Sangat Baik/Sangat kuat”. Hal ini dikarenakan dalam pengisian data dua gurunya sudah
senior bisa dipastikan sudah memiliki jam terbang lebih yang akibatnya hubungan dengan
masyarakatnya lebih dekat dibandingan dengan data satu yang gurunya masih junior dan belum
memiliki jam terbang yang lebih.
Jadi dapat disimpulkan masing-masing sub topik dalam hubungan memiliki presentase
“Sangat baik” dan “Baik”, dengan demikian ternyata penerapan kode etik di sekolah sudah
sejalan dengan tupoksi dari seorang guru.
B. Analisa Hubungan Guru dengan Peserta Didik pada Aspek Tugas Guru dan
Pemenuhan Hak Peserta Didik
Dalam mendapatkan data mengenai implementasi kode etik guru, peneliti
menggunakan angket berisikan butir pernyataan terkait hubungan siswa dengan guru.
Peneliti menganalisa 18 pernyataan yang diajukan dalam kuesioner, peneliti juga
memasukan beberapa sub hubungan guru dengan peserta didik kedalam 2 aspek,
yakni tugas guru dan pemenuhan hak peserta didik. Berikut kuesioner/angket yang
diberikan pada guru di sekolah SMA Negeri 1 Astanajapura:
Hubungan Guru dengan Siswa
3
1
5 4 (Kadang 2
No Pernyataan (Tidak
(Selalu) (Sering) - (Jarang)
Pernah)
Kadang)
Saya berprilaku secara profesional
dalam mengajar, membimbing,
1. mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi hasil pembelajaran.
Butir pernyataan
No Responden Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Guru 1 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 86
2 Guru 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 90
0
Nomor 1 Nomor 2 Nomor 8 Nomor 9 Nomor 10 Nomor 11 Nomor 13 Nomor 14 Nomor 18
Nomor Butir Pernyataan
Responden 1 Responden 2
Data kuesioner akan dianalisa lebih lanjut dengan mengunakan skala likert. Agar lebih
mudah, perhitungan skala likert dilakukan dengan tabel di bawah ini:
Aspek Tugas Guru
Jumlah skor
Jumlah rata – rata
No Item Skor F Presentase (%)
Item (F × Skor)
85
Selalu (5) 17 85 × 100 = 95,5%
89
No 1, No 2, No
Sering (4) 1 4 4
8, No 9, No 10, × 100 = 4,5%
9 89
No 11, No 13,
No 14, No 18 Kadang – Kadang (3) 0 0 0
Jarang (2) 0 0 0
Tidak Pernah (1) 0 0 0
Jumlah 18 89 100 %
Skor Maksimal 5 x 2 x 9 = 90
89
Presentase Rata – Rata × 100 = 98,9%
90
Skor Maksimal 5 x 2 x 9 = 90
87
Presentase Rata – Rata × 100 = 97%
90
Data di atas merupakan suatu kalkulasi yang disertai kategori, dalam data tersebut ada
dua aspek yakni aspek tugas guru dan aspek pemenuhan hak peserta didik. Total semua 18 item
yang telah dihitung dan mendapatkan presentasenya. Pada aspek tugas guru mendapatkan
presentase rata-ratanya mendapat 98,9% yang berkategori “Sangat Baik/Sangat Kuat”
sedangkan pada aspek pemenuhan hak terhadap peserta didik memiliki presentase rata-rata
sempurna yakni 97% “Sangat Baik/Sangat Kuat”. Itu artinya semua aspek dalam hubungan
guru dan peserta didik sudah “sangat baik/sangat kuat”.
SIMPULAN
Dalam penelitian ini peneliti akhirnya mendapat simpulannya, bahwa di sekolah SMA
Negeri 1 Astanajapura untuk data 1 analisa dari kode etik dari mulai hubungan guru dengan
peserta didik, hubungan guru dengan orang tua/wali murid, hubungan guru dengan teman
sejawat dan hubungan guru terhadap profesi memperoleh kategori “Sangat Baik/Sangat Kuat”
sedangkan untuk Hubungan guru dengan masyarakat memperoleh kategori baik. Untuk data 2
semuanya sempurna masing-masing mendapatkan kategori “Sangat Baik/Sangat Kuat”.
Kemudian pada segi aspek didapat 98,9% (data 1) dan 97% (data 2) yang artinya berkategori
“Sangat baik/Sangat Kuat”, artinya penerapan kode etik pada sekolah SMA Negeri 1
Astanajapura sudah baik dalam menerapkan aspek hubungan guru dengan peserta didik dalam
pembelajaran sudah sangat baik/sangat kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, I. (2015). Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bentuk Aljabar Di Kelas VII Smp
Negeri 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Peluang, 4(1), 5–11.
Larasati, A. R., Ramadhan, M. Y., Tarbiyah, F., Islam, A., & Iain, N. (2020). Pengaruh
Penerapan Kode Etik Guru Terhadap Kedisiplinan Mengajar Di Smkn 2 Rejang Lebong.
Nuansa: Jurnal Studi Islam dan Kemasyarakatan, 13(2), 151–158.
Rahardjo, S. dan A. S. K. (2017). Pelaksanaan Kode Etik Profesi Guru Bimbingan dan
Konseling SMP/MTS Kabupaten Kudus. Jurnal Konseling Gusjigang, 3(2), 185–196.