Anda di halaman 1dari 52

ANALISIS PENERAPAN KODE ETIK GURU DALAM UPAYA MENUMBUHKAN

HUBUNGAN ANTARA GURU DENGAN PESERTA DIDIK DALAM


PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 1 ASTANAJAPURA
Oleh:
Muhamad Rizki Subarkah1, Muhamad Reza Syahrial2
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan – IAIN Syekh Nurjati Cirebon12
Email: 1mrsubarkah05@gmail.com, 2rezasyahrial76@gmail.com

ABSTRAK
Menurut pendapat William Lillie “Etik/etika merupakan suatu ilmu pengetahuan terkait norma
atau aturan tingkah laku dalam kehidupan manusia di masyarakat, ilmu tersebut akan
digunakan untuk mengetahui benar atau salahnya, serta baik manusia”. Pendidikan ini sangat
erat kaitannya dengan guru (pengajar), karena yang menjadi tolak ukur serta keberhasilan
adalah kinerjanya, kinerja dari seorang guru yakni harus sesuai dengan tupoksinya. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Kualitatif merupakan mencari definisi atau
maksud serta esensi yang komprehensif dalam suatu gejala, realita atau fakta. Adapun variabel
dalam penelitian ini yakni analisis penerapan kode etik guru masuk ke variabel bebas (variabel
X), sedangkan menumbuhkan hubungan dengan peserta didik masuk ke variabel terikat
(varibel Y). Dalam pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan teknik simple
random sampling. Kemudian untuk teknik pengumpulan data menggunakan teknik
pengumpulan data angket. Olahan data menggunakan skala likert dan didapat bahwa di sekolah
SMA Negeri 1 Astanajapura untuk data 1 analisa dari kode etik dari mulai hubungan guru
dengan peserta didik, hubungan guru dengan orang tua/wali murid, hubungan guru dengan
teman sejawat dan hubungan guru terhadap profesi memperoleh kategori “Sangat Baik/Sangat
Kuat” sedangkan untuk Hubungan guru dengan masyarakat memperoleh kategori baik. Untuk
data 2 semuanya sempurna masing-masing mendapatkan kategori “Sangat Baik/Sangat Kuat”.
Kemudian pada segi aspek didapat 98,9% (data 1) dan 97% (data 2) yang artinya berkategori
“Sangat baik/Sangat Kuat”, artinya penerapan kode etik pada sekolah SMA Negeri 1
Astanajapura sudah baik dalam menerapkan aspek hubungan guru dengan peserta didik dalam
pembelajaran sudah sangat baik/sangat kuat.

Kata kunci: pendidikan, kode etik, profesi guru


ABSTRACT
The opinion of William Lillie "Ethics/ethics is a science related to norms or rules of behavior
in human life in society, this knowledge will be used to determine right or wrong, as well as
whether humans are good". This education is very closely related to the teacher (teaching),
because the benchmark and success is performance, the performance of a teacher must be in
accordance with his duties and responsibilities. This research uses descriptive qualitative
method. Qualitative is a comprehensive search for definition or intent and essence in a
phenomenon, reality or fact. The variable in this study, namely the analysis of the application
of the teacher's code of ethics, entered the independent variable (variable X), while cultivating
relationships with students entered the dependent variable (variable Y). The sampling was
carried out using simple random sampling technique. Then for data collection techniques using
questionnaire data collection techniques. The data was processed using a Likert scale and it
was found that at SMA Negeri 1 Astanajapura for data 1 analysis of the code of ethics starting
from the teacher-student relationship, the teacher-student relationship, the teacher-colleague
relationship, and the teacher-profession relationship received the category " Very Good/Very
Strong” while the relationship between the teacher and the community is in the good category.
For data 2, everything is perfect, each gets the "Very Good/Very Strong" category. Then in
terms of aspects obtained 98,9% (data 1) and 97% (data 2) which means in the category "Very
good/Very Strong", meaning that the application of the code of ethics at SMA Negeri 1
Astanajapura has been good in implementing aspects of the teacher's relationship with students
in learning is very good/very strong.

Keywords: education, code of ethics, teaching profession

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu aspek kehidupan yang paling penting, baik untuk individu
maupun orang lain, pendidikan juga akan berdampak pada berkembangnya suatu eksistensi
dalam bangsa maupun negara. Pendidikan bisa diartikan juga sebagai sarana yang digunakan
sebagai pembimbing manusia agar dampaknya bisa membangun prestasi dibidang ilmu yang
komprehensif untuk membantu pembangunan bangsa yang lebih baik.

Peranan pendidikan sejak dulu hingga sekarang memiliki peranan penting, karena
tujuannya yakni mencerdaskan generasi bangsa serta membebaskan dari ketidak tahuan.
Umumnya juga manusia dari mulai lahir hingga dewasa secara tidak langsung telah didik
dengan berbagai sumber pengetahuan.

Sektor yang paling pokok dalam kehidupan ialah pendidikan, kerena dengan
pendidikan juga di masa yang akan datang akan menjadi suatu warisan terbesar serta modal
dalam kehidupan. Harapannya dapat menumbuh kembangkan manusia yang memiliki moral
dan akal. Dalam pendidikan nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
bertujuan untuk berkembangnya potensi pendidik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang berdemokrasi serta bertanggungjawab (Larasati et al.,
2020). Hal tersebut merupakan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang tujuan penyelenggaraan
pendidikan nasional yakni pasal 4 ayat 2.

Pendidikan ini sangat erat kaitannya dengan guru (pengajar), karena yang menjadi tolak
ukur serta keberhasilan adalah kinerjanya, kinerja dari seorang guru yakni harus sesuai dengan
tupoksinya. Guru juga menjadi salah satu kunci seseorang akan sukses di masa depan, hampir
kebanyakan peserta didik selalu menirukan tingkah laku atau etika dari gurunya, kaarena di
sekolah yang menjadi orang tua adalah sosok guru. Menurut pendapat William Lillie
“Etik/etika merupakan suatu ilmu pengetahuan terkait norma atau aturan tingkah laku dalam
kehidupan manusia di masyarakat, ilmu tersebut akan digunakan untuk mengetahui benar atau
salahnya, serta baik manusia” (Rahardjo, 2017).

Dalam suatu profesi akan menemukan istilah kode etik. Fungsi kode etik ini nantinya
akan menjadi batasan manusia atau kontrol terkait aktivitas atau profesi yang sedang
dijalankan. Kode etik guru indonesia memiliki fungsi sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku setiap guru dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai seorang pendidik,
baik diluar dan didalam lingkungan sekolah (Suparyanto, 2020). Selain itu, kode etik guru juga
memiliki kedudukan, peran dan fungsi yang sangat sentral dalam menyokong eksistensi dalam
kelangsungan hidup suatu profesi. Bagi para pengembang tugas profesi keguruan akan menjadi
pegangan dalam bertindak serta acuan dasar dalam seluk-beluk perilakunya dalam rangka
memelihara dan menjunjung tinggi martabat dan wibawa (Darmansyah, 2020). Hubungan guru
dengan peserta didik merupakan suatu hal yang sangat menentukan agar terjalinnya hubungan
terdidik dan pendidik yang baik. Implementasi kode etik guru beserta aspek-aspeknya akan
menentukan hubungan peserta didik apakah sudah baik atau belum.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan kode etik guru matematika
serta aspek hubungan guru dengan peserta didik dalam pendidikan di sekolah SMA Negeri 1
Astanajapura.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Kualitatif merupakan mencari


definisi atau maksud serta esensi yang komprehensif dalam suatu gejala, realita atau fakta
(Yusanto, 2020). Realita, fakta, masalah, gejala serta kejadian hanya dapat dipahami bila
peneliti menelusurinya secara menyeluruh dan tidak hanya terbatas dalam kondisi lapangan
saja. Adapun variabel dalam penelitian ini yakni analisis penerapan kode etik guru masuk ke
variabel bebas (variabel X), sedangkan menumbuhkan hubungan dengan peserta didik masuk
ke variabel terikat (varibel Y). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru matematika
SMA Negeri 1 Astanajapura dan untuk sampelnya 2 guru matematika kelas X dan kelas XI di
SMA Negeri 1 Astanajapura. Dalam pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan
teknik simple random sampling, karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan kasta yang ada dalam suatu populasi. Kemudian untuk teknik
pengumpulan data menggunakan teknik pengumpulan data angket.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Implementasi Kode Etik


Peneliti telah berusaha semaksimal mungkin dalam mengambil beberapa data pada
saat kegiatan pengenalan lapangan persekolahan (PLP) di SMA Negeri 1 Astanajapura.
Dalam penelitian secara langsung di lapangan, peneliti telah melihat beberapa hal yang
sejalan dengan kode etik. Dua peneliti masing-masing mendapatkan guru pembimbing atau
guru pamong yang berbeda. Untuk peneliti 1 mengajar dan mendapat guru pamong di kelas
X MIPA, sedangkan peneliti 2 mendapatkan guru pamong yang ada di kelas XI MIPA.
Guru matematika dalam SMA Negeri 1 Astanajapura semaksimal mungkin memenuhi
tupoksinya sebagai guru profesional, hal ini ditandai dengan adanya pembelajaran yang
rutin diadakan sesuai dengan jadwal akademik pelajaran di sekolah. Guru matematika di
sekolah tersebut total ada 5 guru, 2 diantaranya berstatus PNS, 2 PPPK, dan 1 tersisa guru
honorer. Untuk 5 guru tersebut telah mengisi kelas X, XI, XII serta programnya MIPA dan
IIS.
Guru di sekolah tersebut ketika peneliti melihatnya secara langsung atau selama
kami mengemban masa PLP 2022, di sana guru matematika terkadang telat dalam
memasuki kelas, hingga akhirnya apa yang diajarkan akan sebentar dan tentu tidak akan
efektif ilmu yang didapat. Bahkan harus guru PLP yang mengajar yang sebenarnya tidak
masuk dalam kontrak kelas yang didapatnya. Kalau dalam segi wawancara peserta didik
secara langsung memang ada beberapa guru yang dirasa ditakuti dalam kelasnya, karena
mungkin pengajarannya yang tegas dan berambisi. Tetapi kalau dilihat serta ditelaah lebih
dalam oleh peneliti arah atau tujuannya sama saja, namun caranya saja yang berbeda.
Analisa yang peneliti lakukan selama PLP terkait dengan pembelajaran matematika,
bisa dikatakan rendah ini terbukti pada saat pembelajaran hingga diadakannya ujian.
Padahal materi yang diajarkan sudah sesuai dengan kultur serta kurikulum yang beredar
sekarang. Kebanyakan peserta didik memperoleh nilai dibawah KKM, peneliti telah
menganalisa secara langsung di lapangan dan menemukan beberapa faktor antara lain:
kesulitan menerima pembelajaran dan banyaknya tugas yang diberikan dari guru mata
pelajaran lain.
Faktor yang pertama yakni terkendalanya dalam kesulitan belajar, peserta didik
sering bermalas-malasan dalam belajar terutama jikalau pembelajaran matematika, hal ini
akan berdampak pada kesulitan belajar peserta didik dan nilai pun pasti tidak akan baik.
Jika seorang siswa tidak ada motivasi dalam dirinya maka pelajaran pun akan sulit diterima
serta sukar diterima” (Hasibuan, 2015).
Faktor yang kedua peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM salah satunya
yaitu banyaknya tugas yang diberikan dari guru mata pelajaran lain sehingga siswa
kesulitan dalam mengerjakan tugas yang mana terlebih dahulu, adapun Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, Nadiem Makariem meminta kepada Bapak/Ibu guru untuk tidak
memberikan tugas berlebihan kepada peserta didik atau kepada mahasiswa selama masa
belajar di rumah.
Hasil Kuesioner 1 Kode Etik di SMA Negeri 1 Astanajapura

NO TOPIK JUMLAH %
1 Hubungan guru dengan siswa 86 96
2 Hubungan guru dengan orang tua/wali 26 87
3 Hubungan guru dengan masyarakat 21 70
4 Hubungan guru dengan teman sejawat 39 98
5 Hubungan guru terhadap profesi 30 100
Rata-rata 40.4 90
DATA 1
120
100
80
60
40
20
0
Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Rata-rata
guru dengan guru dengan guru dengan guru dengan guru
siswa orang masyarakat teman terhadap
tua/wali sejawat profesi
1 2 3 4 5

Pembahasan dari data pertama angket/kuesioner menunjukkan bahwa telah dipaparkan


masing-masing dari subab kode etik kuesioner yang telah dibagikan. Hasilnya: untuk subab
awal terkait hubungan guru dengan siswa memperoleh presentase hingga 96% dengan kategori
“Sangat Baik/Sangat kuat”, selanjutnya untuk topik hubungan guru dengan orang tua/wali
siswa memperoleh nilai 87% dengan kategori “Sangat Baik/Sangat kuat”, kemudian dalam
hubungan guru dan masyarakat memiliki presentase 70% dengan kategori “Baik/Kuat”,
kemudian dalam rekan seprofesi atau teman sejawat guru di sekolah 98% yang masuk dalam
ketegori “Sangat Baik/Sangat kuat” itu artinya di sini kalau kita melihat angket ada pertanda
bahwa guru sering berdiskusi atau saling bertukar informasi dengan teman sejawat. Kemudian
untuk hubungan guru terhadap profesinya menyentuh angka 100% itu tandanya dalam
kuesioner data pertama guru sangat mencintai profesinya sebai guru/pendidik. Dalam jumlah
rata-rata skor/nilai koesioner data pertama mendapat rata-rata 40.4 dan menyentuh presentse
90% yang masuk dalam kategori “Sangat Baik/Sangat kuat”.

NO TOPIK JUMLAH %
1 Hubungan guru dengan siswa 90 100
2 Hubungan guru dengan orang tua/wali 27 90
3 Hubungan guru dengan masyarakat 27 90
4 Hubungan guru dengan teman sejawat 40 100
5 Hubungan guru terhadap profesi 30 100
Rata-rata 42.8 96
DATA 2
102
100
98
96
94
92
90
88
86
84
Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Rata-rata
guru dengan guru dengan guru dengan guru dengan guru
siswa orang masyarakat teman terhadap
tua/wali sejawat profesi
1 2 3 4 5

Selanjutnya untuk interval data di atas dapat menggunakan rumus skala likert:

(%) Kategori
0% – 10% Sangat Lemah
21% – 40% Lemah
41% – 60% Cukup
61% – 80% Kuat
81% – 100% Sangat Kuat

Pembahasan dari data kedua angket/kuesioner menunjukkan bahwa telah dipaparkan


masing-masing dari subab kode etik kuesioner yang telah dibagikan. Hasilnya: untuk topik
awal terkait hubungan guru dengan siswa memperoleh presentase hingga 100% dengan
kategori “Sangat Baik/Sangat kuat” yang berarti guru tersebut memiliki cara mengajar yang
sangat baik sehingga siswa paham pada pelajaran tersebut, selanjutnya untuk subab hubungan
guru dengan orang tua/wali siswa memperoleh nilai 90% dengan kategori “Sangat Baik/Sangat
kuat”, kemudian dalam hubungan guru dan masyarakat memiliki presentase 90% dengan
kategori “Sangat Baik/Sangat kuat”, kemudian dalam rekan seprofesi atau teman sejawat guru
di sekolah mendapat presentasi 100% yang masuk dalam ketegori “Sangat Baik/Sangat kuat”
itu artinya di sini kalau kita melihat angket ada pertanda bahwa guru sering berdiskusi atau
saling bertukar informasi dengan teman sejawat. Kemudian untuk hubungan guru terhadap
profesinya menyentuh angka 100% itu tandanya dalam kuesioner data kedua guru sangat
mencintai profesinya sebagai guru/pendidik. Dalam jumlah rata-rata skor/nilai koesioner data
kedua mendapat rata-rata 42.8 dan menyentuh presentse 96% yang masuk dalam kategori
“Sangat Baik/Sangat kuat

Dari pembahasan di atas kita dapat membandingkan datanya dengan melihat data 1 dan
data 2, ada kesamaan presentase pada topik hubungan guru dengan profesi memperoleh
presentase yang sama yakni 100% dengan kategori “Sangat Baik/Sangat kuat”. Dari sini dalam
kesamaan data kuesioner bisa ditarik simpulannya, bahwa guru matematika di SMA Negeri 1
Astanajapura menikmati serta mencintai karir profesinya menjadi seorang guru/pendidik.
Sedangkan untuk perbedaan yang mencolok dari data 1 dan data 2 yaitu pada topik hubungan
guru dengan masyarakat yang memperoleh presentase data satu 70% “Baik/Kuat” dan data dua
90% “Sangat Baik/Sangat kuat”. Hal ini dikarenakan dalam pengisian data dua gurunya sudah
senior bisa dipastikan sudah memiliki jam terbang lebih yang akibatnya hubungan dengan
masyarakatnya lebih dekat dibandingan dengan data satu yang gurunya masih junior dan belum
memiliki jam terbang yang lebih.

Jadi dapat disimpulkan masing-masing sub topik dalam hubungan memiliki presentase
“Sangat baik” dan “Baik”, dengan demikian ternyata penerapan kode etik di sekolah sudah
sejalan dengan tupoksi dari seorang guru.

B. Analisa Hubungan Guru dengan Peserta Didik pada Aspek Tugas Guru dan
Pemenuhan Hak Peserta Didik
Dalam mendapatkan data mengenai implementasi kode etik guru, peneliti
menggunakan angket berisikan butir pernyataan terkait hubungan siswa dengan guru.
Peneliti menganalisa 18 pernyataan yang diajukan dalam kuesioner, peneliti juga
memasukan beberapa sub hubungan guru dengan peserta didik kedalam 2 aspek,
yakni tugas guru dan pemenuhan hak peserta didik. Berikut kuesioner/angket yang
diberikan pada guru di sekolah SMA Negeri 1 Astanajapura:
Hubungan Guru dengan Siswa
3
1
5 4 (Kadang 2
No Pernyataan (Tidak
(Selalu) (Sering) - (Jarang)
Pernah)
Kadang)
Saya berprilaku secara profesional
dalam mengajar, membimbing,
1. mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi hasil pembelajaran.

Saya membimbing siswa untuk


memahami dan mengamalkan
2. hakhak dan kewajiban siswa
sebagai individu, warga sekolah,
dan anggota masyarakat.
Saya memberikan layanan
pembelajaran dengan
3.
menyesuaikan karakteristik siswa
yang berbeda-beda
Saya menghimpun informasi
tentang siswa dan menggunakannya
4.
untuk kepentingan proses
pembelajaran.
Saya memperhatikan kebutuhan
5.
siswa dalam proses pembelajaran.
Saya berusaha mengembangkan
suasana sekolah yang aktif, kreatif,
6. dan menyenangkan sebagai
lingkungan belajar yang efektif dan
efisien bagi siswa.
Saya menjalin hubungan dengan
siswa yang dilandasi rasa kasih
7.
sayang dan menghindarkan diri dari
tindak kekerasan fisik
Saya berusaha mencegah setiap
8.
gangguan yang dapat memberikan
pengaruh negatif terhadap
perkembangan siswa
Saya membantu siswa dalam
9. mengembangkan kepribadiannya,
dan kemampuannya untuk berkarya

Saya menjunjung tinggi harga diri,


10. integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat siswa
Saya memandang dan
11. memperlakukan siswa secara adil
dan tidak membeda-bedakan
Saya menghormati dan
memperhatikan kebutuhan dan hak-
12.
hak siswa selama proses
pembelajaran.
Saya terpanggil untuk memberikan
13. perhatian pada perkembangan
siswa.
Saya melindungi siswa dari kondisi-
kondisi yang menghambat proses
14. belajar, menimbulkan gangguan
kesehatan, dan keamanan.

Saya tidak membuka rahasia pribadi


siswa untuk alasan-alasan yang
15. tidak ada kaitannya dengan
kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
Saya tidak memperlakukan siswa
16. dengan cara-cara yang melanggar
norma sosial, moral, dan agama
Saya tidak memanfaatkan
hubungan dengan siswa untuk
17.
memperoleh keuntungan
pribadi/kelompok
Saya berperilaku baik agar bisa
18. menjadi contoh dan teladan yang
baik bagi siswa
Angket/kuesioner penelitian diberikan kepada 2 guru di SMA Negeri 1
Astanajapura, sekaligus 2 guru tersebut merupakan guru matematika kelas X dan kelas
XI program MIPA. Adapun hasil dari pengisian kuesioner sebagai berikut:

Butir pernyataan
No Responden Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Guru 1 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 86
2 Guru 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 90

Untuk memudahkan olahan angket kuesioner/angket di atas, peneliti akan membagi


butir pernyataannya menjadi 2 aspek, yakni aspek terkait tugas guru dan aspek pemenuhan
peserta didik:
1. Aspek tugas guru : yang terdiri atas butir pernyataan nomor 1, 2, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 18
2. Aspek pemenuhan hak peserta didik : yang terdiri atas butir pernyataan nomor 3, 4, 5, 6, 7,
12, 15, 16, 17

Aspek Tugas Guru


6

0
Nomor 1 Nomor 2 Nomor 8 Nomor 9 Nomor 10 Nomor 11 Nomor 13 Nomor 14 Nomor 18
Nomor Butir Pernyataan

Responden 1 Responden 2

Data kuesioner akan dianalisa lebih lanjut dengan mengunakan skala likert. Agar lebih
mudah, perhitungan skala likert dilakukan dengan tabel di bawah ini:
Aspek Tugas Guru
Jumlah skor
Jumlah rata – rata
No Item Skor F Presentase (%)
Item (F × Skor)
85
Selalu (5) 17 85 × 100 = 95,5%
89
No 1, No 2, No
Sering (4) 1 4 4
8, No 9, No 10, × 100 = 4,5%
9 89
No 11, No 13,
No 14, No 18 Kadang – Kadang (3) 0 0 0
Jarang (2) 0 0 0
Tidak Pernah (1) 0 0 0
Jumlah 18 89 100 %

Skor Maksimal 5 x 2 x 9 = 90

89
Presentase Rata – Rata × 100 = 98,9%
90

Aspek Pemenuhan Hak Peserta Didik


Jumlah skor
Jumlah rata – rata
No Item Skor F Presentase (%)
Item (F × Skor)
75
Selalu (5) 15 75 × 100 = 86%
87
No 3, No 4, No
Sering (4) 3 12 12
5, No 6, No 7, × 100 = 14%
9 87
No 12, No 15,
No 16, No 17 Kadang – Kadang (3) 0 0 0
Jarang (2) 0 0 0
Tidak Pernah (1) 0 0 0
Jumlah 18 87 100 %

Skor Maksimal 5 x 2 x 9 = 90

87
Presentase Rata – Rata × 100 = 97%
90

Data di atas merupakan suatu kalkulasi yang disertai kategori, dalam data tersebut ada
dua aspek yakni aspek tugas guru dan aspek pemenuhan hak peserta didik. Total semua 18 item
yang telah dihitung dan mendapatkan presentasenya. Pada aspek tugas guru mendapatkan
presentase rata-ratanya mendapat 98,9% yang berkategori “Sangat Baik/Sangat Kuat”
sedangkan pada aspek pemenuhan hak terhadap peserta didik memiliki presentase rata-rata
sempurna yakni 97% “Sangat Baik/Sangat Kuat”. Itu artinya semua aspek dalam hubungan
guru dan peserta didik sudah “sangat baik/sangat kuat”.
SIMPULAN

Dalam penelitian ini peneliti akhirnya mendapat simpulannya, bahwa di sekolah SMA
Negeri 1 Astanajapura untuk data 1 analisa dari kode etik dari mulai hubungan guru dengan
peserta didik, hubungan guru dengan orang tua/wali murid, hubungan guru dengan teman
sejawat dan hubungan guru terhadap profesi memperoleh kategori “Sangat Baik/Sangat Kuat”
sedangkan untuk Hubungan guru dengan masyarakat memperoleh kategori baik. Untuk data 2
semuanya sempurna masing-masing mendapatkan kategori “Sangat Baik/Sangat Kuat”.
Kemudian pada segi aspek didapat 98,9% (data 1) dan 97% (data 2) yang artinya berkategori
“Sangat baik/Sangat Kuat”, artinya penerapan kode etik pada sekolah SMA Negeri 1
Astanajapura sudah baik dalam menerapkan aspek hubungan guru dengan peserta didik dalam
pembelajaran sudah sangat baik/sangat kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Darmansyah, D. (2020). Penerapan Kode Etik Guru Untuk Meningkatkan Profesionalisme


Guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Model Palu. Jurnal Al-Qiyam, 1(1), 29–37.

Hasibuan, I. (2015). Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bentuk Aljabar Di Kelas VII Smp
Negeri 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Peluang, 4(1), 5–11.

Larasati, A. R., Ramadhan, M. Y., Tarbiyah, F., Islam, A., & Iain, N. (2020). Pengaruh
Penerapan Kode Etik Guru Terhadap Kedisiplinan Mengajar Di Smkn 2 Rejang Lebong.
Nuansa: Jurnal Studi Islam dan Kemasyarakatan, 13(2), 151–158.

Rahardjo, S. dan A. S. K. (2017). Pelaksanaan Kode Etik Profesi Guru Bimbingan dan
Konseling SMP/MTS Kabupaten Kudus. Jurnal Konseling Gusjigang, 3(2), 185–196.

Suparyanto, R. (2015. (2020). Implementasi Kode Etik Guru Dalam Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 1 Sukodadi Lamongan. Suparyanto dan
Rosad (2015, 5(3), 248–253.

Yusanto, Y. (2020). Ragam Pendekatan Penelitian Kualitatif. Journal of Scientific


Communication (Jsc), 1(1), 1–13. https://doi.org/10.31506/jsc.v1i1.7764
LAMPIRAN

1. Pengisian kode etik dari guru pamong Sri Rahayu, S.Pd.


2. Pengisian kode etik dari guru pamong
3. Hasil Turnitin 28%

Anda mungkin juga menyukai