Anda di halaman 1dari 8

Askep teoritis lansia menjelang ajal

A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap nama panggilan, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin,
status, agama, bahasa yang digunakan, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat,
sumber dana/ biaya serta identitas orang tua
b. Riwayat kesehatan :
1. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah dirawat dengan penyakit yang sama dan penyakit yang
pernah diderita klien
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama
b. Alasan masuk rumah sakit
3. Riwayat kesehatan keluarga
Dihubungkan dengan kemungkinan adanya penyakit keturunan, kecenderungan,
alergi dalam satu keluarga, penyakit menular akibat kontak langsung maupun tidak
langsung
c. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : biasanya tidak responsif
b. Kesadaran : biasanya koma
c. Vital sign : mengalami perubahan sewaktu-waktu
d. Mata : biasanya pupil dilatasi, tidak ada respon terhadap cahaya
e. Hidung : pernapasan irreguler dan dangkal, stidor
f. Mulut : rahang cenderung jatuh
g. Tonus otot : kehilngan reflek, perlahan-lahan kehilangan refleks
h. Sirkulasi : sirkulasi melambat dan ekstremitas dingin padahal suhu tinggi, sianosis
pada ekstremitas
d. Perasaan Takut
Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang tidak terkendalikan yang
begitu sering diasosiasikan denga keadaan sakit terminal, terutama apabila keadaan itu
disebabkan oleh penyakit yang ganas. Perawat harus menggunakan pertimbangan yang
sehat apabila sedang merawat orang sakit terminal. Perawat harus mengendalikan rasa
nyeri pasien dengan cara yang tepat.
Perasaaan takut yang muncul mungkin takut terhadap rasa nyeri, walaupun secara
teori nyeri tersebut dapat diatasi dengan obat penghilang nyeri, seperti aspirin,
dehidrokodein, dan dektromoramid. Apabila orang berbicara tentang perasaan takut
mereka terhadap maut, respons mereka secara tipikal mengcakup perasaan takut tentang
hal yang tidak jelas, takut meninggalkan orang yang dicintai, kehilangan martabat, urusan
yang belum selesai.
Kematian merupakan berhentinya kehidupan. Semua orang akan mengalami kematian
tersebut. Dalam menghadapi kematian ini, pada umumnya orang merasa takut dan cemas.
Ketakutan dan kecemasan terhadap kematian ini dapat membuat pasien tegang dan
stress.
e. Emosi
Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang kematian, antara lain mencela dan
mudah marah.

f. Tanda vital
Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu badan, denyut nadi,
pernafasan dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang mengaturnya berkaitan satu
sama lain. Setiap perubahan yang berlainan dengan keadaan yang normal dianggap
sebagai indikasi yang penting untuk megenali keadaan kesehatan seseorang.
g. Kesadaran
Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas waspada yang merupakan
ekspresi tentang apa yang dilihat, didengar, dialami, dan perasaan keseimbangan, nyeri,
suhu, raba, getar, gerak, gerak tekan dan sikap, bersifat adekuat, yaitu tepat dan sesuai.
Koma : keadaan pingsan lama disertai dengan penurunan daya reaksi (keadaan tidak
sadar walaupun dirangsang dengan apapun/tidak dapat disadarkan).
h. Fungsi Tubuh
Fungsi tubuh melambat
B. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas b.d. ancaman terhadap kematian
2. Distress spiritual b.d. menjelang ajal
3. Penyangkalan tidak efektif b. d. ketakutan terhadap kematian

C. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Slki Siki


1 Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1. Identifikasi saat tingkat
selama 3x24 jam ansietas berubah (mis. kondisi,
diharapkan Tingkat waktu, stressor)
Ansietas menurun, dengan 2. Identifikasi kemampuan
Kriteria Hasil : mengambil keputusan
1. Verbalisasi khawatir 3. Monitor tanda-tanda ansietas
akibat kondisi yang (verbal dan nonverbal)
dihadapi menurun Terapeutik :
2. Perilaku tegang 1. Ciptakan suasana terapeutik
menurun untuk menumbuhkan
3. Tremor menurun kepercayaan
4. Konsentrasi Membaik 2. Temani pasien untuk
5. Pola tidur Membaik mengurangi kecemasan, jika
6. Frekuensi pernapasan memungkinkan
Membaik 3. Pahami situasi yang membuat
7. Frekuensi nadi ansietas
Membaik 4. Dengarkan dengan penuh
8. Perasaan keberdayaan perhatian
Membaik 5. Gunakan pendekatan yang
9. Tekanan darah tenang dan meyakinkan
Membaik 6. Tempatkan barang pribadi
10. Kontak mata Membaik yang memberikan kenyamanan
7. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
8. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
2. Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, Jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengelihatan
untuk mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu,
2 Distress spiritual Status Spiritual Dukungan Spiritual
Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1. Identifikasi perasaan
selama 3x24 jam khawatir, kesiapan dan
diharapkan : Status ketidakberdayaan
Spiritual membaik , dengan 2. Identifikasi pandangan
kriteria hasil : tentang hubungan antara
1. Verbalisasi makna dan spiritual dan kesehatan
tujuan hidup meningkat 3. Identifikasi harapan dan
2. Verbalisasi kepuasan kekuatan pasien
terhadap makna hidup 4. Identifikasi ke taatan
meningkat dalam beragama
3. Verbalisasi perasaan Edukasi
keberdayaan meningkat 1. Berikan kesempatan
4. Verbalisasi penerimaan mengekspresikan perasaan
meningkat tentang penyakit dan kematian
5. Perilaku marah pada 2. Berikan kesempatan
Tuhan menurun mengekspresikan dan
6. Verbalisasi perasaan meredakan marah secara cepat
bersalah menurun 3. Yakinkan bahwa perawat
7. Mimpi buruk menurun bersedia mendukung selama
8. Perasaan takut masa ketidakberdayaan
menurun 4. Sediakan privasi dan waktu
tenang untuk aktivitas
spiritual
5. Diskusikan keyakinan tentang
makna dan tujuan hidup jika
perlu
6. Fasilitasi melakukan kegiatan
ibadah
Kolaborasi
1. Anjurkan berinteraksi
dengan keluarga, teman,
dan atau orang lain
2. Anjurkan berpartisipasi
dalam kelompok
pendukung
3. Anjurkan metode relaksasi,
meditasi, dan imajinasi
terbimbing
3 Penyangkalan Penerimaan Promosi Kesadaran Diri
tidak efektif Setelah dilakukan Tindakan
intervensi keperawatan Observasi
selama 3x24 jam 1. Identifikasi keadaan emosional
diharapkan : Penerimaan saat ini
meningkat, dengan kriteria 2. Identifikasi respons yang
hasil : ditunjukkan berbagai situasi
1. Verbalisasi penerimaan Terapeutik
meningkat 1. Diskusikan nilai-nilai yang
2. Verbalisasi perasaan berkontribusi terhadap konsep
yang dialami diri
meningkat 2. Diskusikan tentang pikiran,
3. Perilaku sesuai perilaku atau respon terhadap
perasaan yang dialami kondisi
meningkat 3. Diskusikan dampak penyakit
4. Kemampuan pada konsep diri
menghargai diri sendiri 4. Ungkapkan penyangkalan
meningkat tentang kenyataan
5. Kemampuan 5. Motivasi dalam meningkatkan
menyesuaikan diri kemampuan belajar
meningkat Edukasi
6. Pembuatan keputusan 1. Anjurkan mengenali pikiran
meningkat dan perasaan tentang diri
7. Marah menurun 2. Anjurkan menyadari bahwa
setiap orang unik
3. Anjurkan mengungkapkan
perasaan (mis. marah atau
depresi)
4. Anjurkan meminta bantuan
orang lain, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengubah
pandangan diri sebagai korban
6. Anjurkan mengidentifikasi
perasaan bersalah
7. Anjurkan mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
8. Anjurkan mengevaluasi
kembali persepsi negatif
tentang diri
9. Anjurkan dalam
mengekspresikan diri tentang
kelompok sebaya
10. Ajarkan cara membuat
prioritas hidup
11. Latih kemampuan positif diri
yang dimilik
1.

D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah
kategori dari perilaku dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tindakan dari
manajemen nyeri pada pasien gastritis yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi
keperawatan yang di kembangkan untuk mengatasi nyeri epigastrium akur adalah teknik
relaksasi nafas dalam dan pemberian aromaterapi untuk mengurangi mual yang di rasakan
pasien. Setelah rencana dikembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pasien,
perawat melakukan intervensi keperawatan spesifik yang mencakup tindakan
keperawatan.Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien secara mandiri maupun
kolaborasi dan rujukan (Potter& Perry, 2013).
E. Evaluasi keperawatan
Komponen kelima dari proses keperawatan ialah evaluasi. Evaluasi didasarkan pada
bagaimana diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencederah fisiologis yang di
lakukan oleh perawat didapatkan keluhan nyeri menurun, pasien tidak tampak meringis,
pasien bersikap protektif, pasien tidak tampak gelisa, tekanan darah menurun, nadi menurun.
Evaluasi diagnosa nausea berhubungan dengan iritasi lambung yang dilakukan oleh perawat
keluhan mual menurun, perasaan ingin muntah menurut, perasaan asam dimulut menurun,
sensasi panas menurun, sensasi dingin menurun, frekuensi menelan menurun, deaforesis
menurun dan jumlah saliva menurun. Dari data evaluasi yang di dapatkan nyeri akut pada
pasien menurun dan mual yang dialami berkurang. Evaluasi merupakan proses
berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang perawat memperbaharui rencana asuhan
keperawatan (Maglaya, 2019).

Sumber :
PPNI 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
PPNI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
PPNI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai