Modul 4

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10
berupa trapesium sama kaki trapesium dan sisi bawah bantalan disebut tebal balas d atau 1, Penampang 2. Jarak antara a a a a z 3 2 3 iS B = g a i 2 +20+di) Volume balas = (b + ¢)(t + dy) m?/m jalan rel Batu-batu harus dipadatkan dengan cara dipecok (manual) atau lebih baik dengan alat/ mesin penggetar (tie tamper), khususnya batu-batu di bawah bantalan. 2.3.2. Sub Balas Untuk lebih malindungi tanah bawah asli terhadap rembesan air dari atas (balas), ‘maka antara balas dan tanah bawah itu dapat diadakan lapisan pasir, yang dinamakan sub balas atau tudung pasir (sand cap). Tebal minimum di bawah sumbu sepur dy = 15 cm. Bidang atas sub balas|= bidang bawah balas adalah horizontal. Bidang sisi sub balas miring 1:1,5 dan sebidang dengan sisi tanah tubuh jalan/tanggul. Fungsi sub balas adalah juga agar lebih meratakan serta memperkecil tekanan beban, Sub balas tidak selalu harus diadakan. Jika tanah dasar cukup baik tidak perlu ada sub balas. | | 2.3.3 Tanah Dasar Dari semua komponen jalan rel, tanah dasar merupakan bagian yang paling lunak dan harus menampung semua beban. Jika komponen terdahulu materialnya dapat diatur (artinya: dapat dibuat di pabrik, dipilih, diseleksi/didatangkan dari lain tempat), tanah dasar harus diterima seadanya. Yang masih dapat dilakukan adalah pengaturan bentuk hingga sesuai tujuan, seperti: 1. Menghilangkan lapisan atas: humus, rumput/tanama dsb. 2. Penggalian/ekskavasi 3. Penimbunan dan pembentukan tanggul (dari tanah hasil penggalian) berikut pemadatan (compacting) Bidang atas tanah dasar dibuat landai 1:15 atau 1:25 ke kiri dan ke kanan menurun, agar air, yang masik merembes dari atas (balas dan/atau sub balas), sebanyak mungkin mengalir ke) samping dan keluar masuk parit/selokan. Dengan demikian diharapkan tidak terlalu banyak air masuk ke dalam tanah dasar. Terlalu banyak air akan merubah tanah jadi lumpur dan mengakibatkan batu-batu balas turun, sehingga 4 lama kelamaan rmenippbutkan kantong balas (Gambar 2.23), yaitu suatu legokan tempat air terperangkap. Air ini mendapat tekanan setiap kali rel diinjak roda kereta api, bergolak bercampur tanah tubuh jalan menjadi lumpur, yang mencari jalan keluar cepat, yaitu sebagian besar naik masuk ruang antara batu-batu balas. Setelah roda lewat, air tersebut turun lagi ke kantong balas tetapi tersaring dan tertinggal batir-butir tanah basah di dalam balas. Proses ini berlangsung berulang-ulang, karena setiap hari dilewati oleh belasan atau puluhan Kereta api, masing-masing mempunyai berpuluh-puluh roda, maka seolah- lumpur (mud pumping). derailment). Cara perbaikan yaitu jalan ditertibkan. kantongbalas ' Gambar 2.23 Kantong Balas Akibat Drainase yang Buruk Cara pembangunan jalan kereta api pada suatu kondisi topografi daerah bukivpegunungan diperlihatkan pada Gambar 2.24, Garis tertinggi tubuh jalan (U) yang posisinya di tengah-tengah melalui bidang sumbu sepur (as), merupakan garis, referensi utama. Proyeksi vertikalnya adalah rangkaian garis-garis lurus horizontal atau landai (miring sedikit), masing-masing sepanjang puluhan atau ratusan meter atau lebih. Garis muka tanah, yang melalui as, pada umumnya berliku-liku dan di banyak tempat memotong garis U. Jika garis U berada di bawah muka tanah, maka harus diadakan penggalian tanah (ekskavasi), lengkap dengan parit-parit untuk pembuangan air (@rainase) seperti diperlihatkan pada Gambar 2.24.2. Jika garis U lebih tinggi dari muka tanah, maka harus dibangun sejalur timbunan tanah (tanggul, embankment) dengan kedua sisinya miring 1:1,5 dan bidang atasnya cukup lebar (2k; atau 2k.) untk menampung balas atau sub balas. Tanggul itulah yang disebut tubuh jalan atay badan jalan, 25 ‘Tanggul tersebut perl pemantapan sewaktu dibangun dengan cara tidak sekaligsu ditumpuk, melainkan gelapis demi selapis (tebalnya masing-masing + 25 em) yang dipadatkan (compacting) dengan cara digilas atau alat penggetar. proyekei aris », (@) , kepala rele KR proyekst garie ubun2 tubuhjalan Gambar 2.24 Pembangunan Jalan Rel pada Daerah Galian dan Timbunan Dalam hal tanggul tinggi, maka setiap ketinggian + 3,0-4,0 m harus diberi pelebaran mendatar pada sisi tanggul (berm), sehingga berbentuk trap (tingkat) untuk mempertinggi kemantapan maupun untuk petugas pejalan kaki/bersepeda. Jika tidak diberi trap (tingkat), maka sudut lereng sisi diperkecil menjadi 1:1%, kemudian 1:2 (Gambar 2.25). Gambar 2.25|Pemantapan Lereng pada Daerah Timbunan Tinggi 26 2.3.4 Sistim Drainase Pada Tubuh Jalan 1. Drainase Melintang (Lateral Drain) Dikedua sisi lereng tubuh jalan harus diadakan saluran-saluran berisikan batu-batu kali dibungkus ijuk setiap 6,0 m selang seling (Gambar 2.26). Penyempurnaan saluran diperlihatkan pada Gambar 2.26.b. Kesemuanya itu meluluskan air ke parit ‘memanjang sejajar dengan jalan rel. pengdpang Gambar 2.26 Drainase Melintang (Lateral! rain) 2. Drainase Memanjang (Longitudinal Drain) Baik pada timbunanitanggul beserta drainase melintangnya, maupun dalam galian, harus diadakan saluran (selokan, paret) sejajar dengan sumbu sepur di sebelah kiri dan kanannya, dekat kakil tanggul, atau kaki balas. Jka jalan rel ada di dasar galian fungsinya untuk menampung semua air dari balas, tubuh jalan, dan drainase ‘melintangnya, maupun dari tebing jika jalan rel letaknya didalam galian. Dasar paret itu harus selalu landai dan jika berupa galian di dalam tanah saja, lazimnya sekitar 1:50 atau 1:100 untuk menghindari penggerusan dinding tanah paret oleh air. Jika terpaksa harus curam, dinding paret ditembok atau dibeton dalam hal jalan rel letaknya pada dasar galian yang dalam, jadi lereng tebing adalah panjang, ‘maka dari situ patut dikhawatirkan banyak rembesan air tanah dapat membasahi terus ‘menerus tanah dasar dan balas dengan segala akibatnya. Untuk membatasi gejala itu, maka sepanjang lereng tebing diadakan penampungan air rembesan berupa paret, lazimnya cukup sebuah atau dua buah. Kalau lebih, berarti 27 | galian sangat dalam schingga biaya terlalu mahal dan mungkin lebih murah membuat terowongan atau memilih trase lain. Semua lereng tubuh jalan maupun tebing harus ditanami rumput guna lebih memantapkan tanah dengan mengisap sebagian air tanah (Gambar 2.27). Lobang sua, derist kerikil + (weep hole) pasir parit i enangicap Rinteseeptor) Gambar 2.27 Penampang Melintang Jalan Rel pada Galian yang Dalam dengan Sistim Drainase Memanjang 2.3.5 Tubuh Jalan Berupa Bangunan Hikmat Arti bangunan hikmgt adalah bangunan non alami, buatan manusia (artificial structure). Beberapa diantaranya yang terpenting dan banyak diterapkan ialah dinding penahan tanah (retaining wall), viadukt, dan terowongan di bawah tanah kota (subway). Jika ruang terbatas/sempit untuk alas tubuh jalan yang lebar, maka bagian bawahnya dapat dipancung dan ditanah dengan dinding/tembok dari pasangan batu atau beton (Gambar 2.28). Gambar 2.28 Tembok Penahan Tanah 28 Didalam kota-kota whe dengan lalu lintas jalan raya umum yang sangat padat, diusahakan mengurangi kemacetan dan Kecelakaan, maka dihindari_perlintasan sebidang (level crossing) antara jalan rel kereta api dan jalan raya umum. Jalan rel seluruhnya di bangun| di atas muka tanah, menjadi jalan layang (elevated track), konstruksinya menjad} sejenis jembatan, yaitu pilar-pilar dan gelagar-gelagar dari beton bertulang atau |pratekan, mungkin juga dari baja. Kota-kota dunia seperti London, Paris, Moscow, Tokyo, New York dil, telah lama memiliki jalan rel kereta api layang, Di Jakarta pun sejak tahun 1988 sudah mulai dibangun elevated double track sebagai pengganti j (Gambar 2.29). segmen gelagar beton non pra-tekan rs ) prefab wg Gambar 2.29 Jalan Rel Layang Di kota-kota dunia juga dibangun Subway/Metro karena elevated track saja masih belum memenuhi kebutuhan angkutan massal penumpang. Kota demikian dinamakan metropolis. Kesulitan, utama adalah memproycksikan trase tanpa mengganggu pondasi gedung-gedung besar/tinggi yang sudah ada. 29 2.4 Sambungan Rel Rel karena alasan trapsportasi menuju ke lokasi biasanya dari pabrik pembuat rel dipotong menjadi rel] dengan panjang 25 m, Untuk meningkatkan kenyamanan penggunaan kereta api yang berjalan diatasnya maka rel tersebut disambung. ‘Sambungan pada rel dapat dibuat dengan dua cara yaitu sambungan dengan baut dan las termit. 2.4.1 Pelat Penyambung Rel (Fishplate) Pada sambungan ini digunakan suatu penyangga yang disebut sebagai fish plate yang dibaut pada kedua rel yang disambung (Gambar 2.30). Dengan sambungan yang

Anda mungkin juga menyukai