Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM 2 IMUNOSERULOGI

PEMERIKSAAN VDRL

(VENEREAL DISEASE RESEARCH LABORATORY)

ZAHIRA NUR KHAIRUNISA


NIM.P07134122047

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI DIPLOMAIII
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2023
Hari, tanggal : Selasa, 8 Agustus 2023

No. Praktikum :2

Judul Praktikum : Pemeriksaan VDRL

Tujuan : VDRL carbon antigen digunakan pada non treponema secara


kulilitatif dan semi kuantitatif dalam mendeteksi sifilis dengan
menggunakan serum dan plasma

Metode : Tes Slide Aglutinasi

Prinsip : Reaksi flokulasi secara imunologis yang terjadi antara


antibodi-non treponemal (reagen) yang terdapat dalam
serum/plasma pasien dengan antigen lipoid yang terdapat pada
reagen VDRL yang mengandung mikro partikel karbon.

Dasar Teori :

Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Treponema


pallidum yang menyerang manusia. Nama lain dari sifilis penyakit raja singa. Penyakit
ini mempunyai beberapa sifat, yaitu perjalanan penyakitnya sangat kronis, dapat
menyerang semua organ tubuh, dapat menyerupai macam-macam penyakit,
mempunyai masa laten, dapat kambuh kembali (rekuren), dan dapat ditularkan dari ibu
ke janinnya sehingga menimbulkan sifilis kongenital. Selain melalui ibu ke janinnya
dan melalui hubungan seksual, sifilis bisa juga ditularkan melalui luka, transfusi dan
jarum suntik .

Diagnosis serologis biasanya memakan waktu enam minggu, dimana pada


keadaan ini uji flokulasi seperti reaksi Wasserman atau VDRL akan positif. Karena
banyak penyakit misalnya patek dapat memberikan reaksi Wasserman yang positif,
maka disiapkan suatu uji imobilisasi Treponema pallidum (TPI).
Berdasarkan cara penularannya, sifilis dibagi menjadi 2 macam:

1. Sifilis Kongenital (Bawaan) Sifilis dapat ditularkan oleh ibu pada janinnya saat
persalinan, namun sebagian besar kasus sifilis kongenital merupakan akibat
penularan in utero.
2. Sifilis Akuisita (didapat) Sifilis yang ditularkan melalui hubungan seksual,
luka, transfusi darah dan jarum suntik.

Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan:

1. Stadium Primer

Terbentuk Chancre pada tempat infeksi sekitar 3 minggu setelah infeksi yang

berukuran beberapa mm sampai 2 cm. Chancre ini bersifat soliter, nyeri,

mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia, mulut dan anus (Wilson,

2001).

Kebanyakan chancre muncul pada penis, anus, dan rektum pada pria,

sedangkan pada wanita pada vulva, leher rahim dan antara vagina dan anus

(perineum). Selain itu dapat terbentuk di bibir, tangan, atau mata. Luka di

vagina dan anus mungkin tak terdeteksi kecuali jika dilihat oleh seorang dokter.

2. Stadium Sekunder

Gejala klinis pada stadium ini biasanya terjadi 6 minggu setelah pecahnya
Chancre atau selambat-lambatnya 6 bulan setelah infeksi. Penderita sering
mengalami demam.Semua jaringan tubuh dapat diserang terutama kulit dan
selaput lendir. Kulit dapat mengalami kelainan yang tidak gatal berupa makula,
papula, pustula (Wilson, 2001).

3. Stadium Laten

Pada stadium ini disebut fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala-
gejala klinik sifilis sekunder dan tersier ini berlangsung antara beberapa bulan
sampai bertahun-tahun. Bakteri tetap aktif dalam kelenjar getah bening dan
limpa. Stadium ini bisa bertahan 3-30 tahun dan mungkin tidak berlanjut ke
sifilis tersier. Sekitar 30% dari orang yang terinfeksi bertahan dalam keadaan
laten.

4. Stadium Tersier

Stadium tersier dapat terjadi bertahun-tahun setelah gejala-gejala sifilis


sekunder menghilang. Muncul kelainan-kelainan yang terjadi akibat reaksi
alergi. Kelainan yang terjadi berupa rusaknya organ dalam seperti otak, syaraf,
mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan persendian.

Alat dan bahan :

A. Alat:

1. Kertas slide berlatar putih

2. Tisu

3. Tip mikropipet

4. Batang Pengaduk

5. Mikropipet 50μ

B. Bahan:
1. Sampel serum

2. Kontrol positif

3. Kontrol negatif

4. Karbon

5. Alkohol

Prosedur Kerja :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Teteskan antigen negatif dan antigen positif pada lingkaran 2 dan 3.
3. Tambahkan satu tetes karbon pada lingkaran 1,2,3.
4. Sampel serum ditambahkan pada lingkaran 1 satu tetes.
5. Homogenkan dengan tangkai pengaduk.
6. Lalu rotator atau diputar-putar.
7. Baca hasil pemeriksaan jika terjadi aglutinasi pada sampel serum dan kontrol
positif maka hasil positif, namun jika terjadi aglutinasi dikontrol negatif maka
reagen yang digunakan sudah rusak. Dan hasil merupakan hasil positif palsu.

Hasil
Sampel serum terjadi aglutinasi pada kontrol positif yang menandakan bahwa sampel
serum positif mengandung T. pallidum dan pada kontrol negatif tidak terjadi
aglutinasi menandakan bahwa reagen masih layak digunakan sehingga hasil yang
keluaradalah hasil valid.

Pembahasan :

Berdasakan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui infeksi penyakit


sifilis dengan mendeteksi adanya T. pallidum dengan metode aglutinasi didapatkan
hasil pemeriksaan menunjukan hasil positif (+) mengidap penyakit sifilis, adanya
kristal-kristal VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) berwarna abu kehitaman
pada hasil pengamatan. Hasil pemeriksaan menggunakan metode VDRL tidak selalu
akurat, sehingga menyebabkan hasil menjadi positif atau negatif palsu. Adapun
beberapa faktor yang menyebabkan hasil positif atau negatif palsu, yaitu:

1. Pasien mengidap penyakit lain seperti HIV, malaria, tuberkulosis, dsb

2. Mengonsumsi obata-obatan tertentu

3. Pasien sedang hamil

Kesimpulan : Sampel serum yang diuji mengandung T. pallidum

sehingga positif (+) mengidap penyakit sifilis.

Anda mungkin juga menyukai