Anda di halaman 1dari 54

HUKUM INTERNASIONAL

CATATAN SETELAH UTS

KEDAULATAN

• Kedaulatan : kekuasaan tertinggi atas wilayah, rakyat, ketatanegaraan


• Secara etimologi : superanus yang berarti yang teratas, kekuasaan tertinggi.
Dengan kata lain kekuasaan tertinggi di mana kekuasaan tersebut mutlak dan
tidak terbagi-bagi serta merupakan kekuasaan tak terbatas
• Batasan keadulatan :
1. Kedaulatan itu terbatas pada batas wilayah negara : negara bebas melakukan
apa saja namun terbatas pada batas wilayah negaranya saja
2. Kedaulatan negara berakhir dimana kedaulatan suatu negara dimulai : misal di
batas 12,1 mil maka kapal-kapal boleh mulai diperiksa dokumen-dokumennya.
Sehingga ketika sudah diperiksa maka kedaulatan negara itu telah berakhir
3. Kekuasaan meliputi wilayah darat, laut, dan udara
• Pengertian kedaulatan antara lain :
1. Pengertian positif : kedaulatan memberikan pimpinan yang tertinggi atas rakyat
dan memberi wewenang penuh untuk mengeksploitasi sumber alam yang ada
dinegaranya
2. Pengertian negatif : negara tidak tunduk pada ketentuan HI dan kekuasaan
apapun dan dari manapun datangnya tanpa persetujuan negara. Secara
ekstrem, bahwa berdasarkan kedaulatan negara memiliki kewenangan untuk
menentukan apakah akan tunduk pada HI atau tidak.
3. Kemerdekaan : bila negara berdaulat maka negara tersebut merdeka,
sehingga akan mengutamakan kekuasaan eksklusif dalam melaksanakan
kebijakannya. Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Hakim Max Huber
dalam kasus Island of Palma.
è Dalam kasus Island of Palma : effective occupation dimana spanyol
hanya menemukan saja.
è Kasus Island of Palma dimenangkan Belanda oleh Mahkamah
Internasional karena telah melakukan effective occupation dengan
mendirikan pemerintahan disana
Dikatakan bahwa kedaulatan memiliki 2 ciri penting :
a. Prasyarat hukum adanya suatu negara
b. Menunjukkan negara tersebut merdeka
• Aspek utama kedaulatan menurut Hukum Internasional :
1. Aspek ekstern : hak setiap negara untuk bebas berhubungan dengan negara
lain
2. Aspek intern : hak eksklusif negara untuk menentuan kinerjanya
3. Aspek territorial : kekuasaan penuh dan eksklusif yang dimiliki negara terhadap
individu dan benda yang ada diwilayahnya.
• Dua aspek kedaulatan territorial yaitu :
1. Aspek positif : berkaitan dengan eksklusif kompetensi suatu negara. Setiap
negara bebas untuk menentukan siapa saja yang berhak menjadi
warganegara, bebas untuk menentukan kebijakan dibidang politik, hukum,
pertahanan keamanan, dan melakukan hubungan luar negeri dengan negara
lain
2. Aspek negatif : kewajiban untuk tidak mengganggu negara lain
• Kedaulatan negara bersifat equal (seimbang) sehingga tidak ada istilah negara
maju maupun negara berkembang (dimata hukum)
• Kedaulatan mencakup 3 dimensi yakni wilayah darat, laut, dan udara
• 4 tipe rezim wilayah suatu negara :
1. Wilayah yang tunduk pada kedaulatan teritorial suatu negara. Sebagian besar
wilayah kedaulatan suatu negara sudah jelas batas-batasnya
2. Wilayah yang tidak atau belum berada dibawah kedaulatan suatu negara.
Contohnya wilayah-wilayah mandat yang masih berada dalam pengampuan
perserikatan bangsa-bangsa
è Antara poin 1 dan 2 yakni bertolak belakang
3. Res nullius atau terra nullius : wilayah yang tidak bertuan atau tidak ada yang
memiliki. Namun saat ini sudah tidak ada terra nullius.
4. Res communis : kebalikan dari res nullius. Res communis berarti bahwa
wilayah tersebut merupakan milik bersama diantara bangsa-bangsa di dunia.
Seiring dengan perkembangan, laut bebas tidak lagi dikatakan sebagai res
communis tetapi disebut sebagai domain public international
• Cara-cara memperoleh wilayah à 2 cara suatu kesatuan masyarakat mendapat
kemerdekaannya sebagai negara yaitu :
1. Melalui cara konstitusional
2. Melalui cara non konstitusional
• Cara perolehan wilayah menurut hukum internasional:
1. Occupation (pendudukan)
Cara perolehan wilayah menurut title harus memenuhi 2 unsur yaitu :
a. Penemuan : menemukan suatu wilayah terra nullius dan sebelumnya
memang belum pernah ada yang memiliki atau menguasai.
b. Pengawasan efektif : penemuan tanpa disertai dengan pengawasan efektif
terhadap wilayah tersebut tidak akan ada artinya. Setelah ditemukan maka
harus ada pengaturan secara terus menerus dan efektif yang dilakukan
oleh mereka yang mempunyai otoritas.
è Contoh mengenai hal ini yaitu kasus pulau palma antara amerika serikat
dengan hindia belanda. Amerika serikat sebagai pengganti spanyol
menuntut satu pulau yang terletak di tengah laut yang memisahkan
filipina dengan indonesia. Arbitrator yang memutus perkara tersebut
berpendapat bahwa meskipun hukum internasional telah menagkui
penemuan memberikan hak atas suatu wilayah, tetapi hak tersebut tidak
akan dapat berlangsung terus menerus manakala tidka disertai dengan
tindakan nyata yang menunjukkan kedaulatan atas wilayah tersebut.
c. Harus ada niat dan keinginan untuk menjadi yang berdaulat : hal ini dapat
dilihat dari kasus eastern greenland. Sengketa ini muncul karena tindakan
norwegia yang memproklamirkan pendudukan di wilayah eastern
Greenland. Denmark yang merasa memiliki kedaulatan atas wilayah
tersebut protes dan mengajukan kasus ini di MI. Dalam putusan MI
menyatakan bahwa satu hak yang diperoleh melalui pendudukan
menyangkut dua hal, yaitu niat atau kemauan akan bertindak sebagai yang
berdaulat dan terbukti telah menjalankan kekuasaan sesungguhnya atau
memperlihatkan kekuasaan itu.

NOTE : terkait antartika, seluruh negara-negara melakukan kesepakatan untuk


tidak melakukan klaim atas antartika sebagaimana tertuang dalam Antartica
Treaty 1959.

Ø 2 teori seberapa jauh hak suatu pendudukan :


a. Teori kontinuitas : negara boleh melakukan pendudukan atas suatu
wilayah apabila hal tersebut memang diperlukan untuk pertahanan
keamanan negaranya atau untuk menguasai sumber-sumber
kekayaan alam yang sangat berguna untuk kelangsungan hidup
masyarakatnya
b. Teori kontuguitas : negara boleh melakukan pendudukan ata suatu
wilayah dengan alasan kedekatan secara geografis.
2. Aneksasi/ Annexation (Penaklukan)
è Istilah lain : penaklukan (conquest) dan subjugasi (subjugation)
è Cara perolehan wilayah dengan menggunakan kekerasan bersenjata
è Saat ini hukum internasional sudah membatasi penggunaan kekerasan
bersenjata dalam menyelesaikan suatu sengketa.
è Larangan penggunaan kekerasan : HALAMAN 58 BUKU
1) Briand – kellog pact 1928
2) Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB
3) Pengadilan perang nuremberg
3. Accretion (Akresi/pertambahan)
è Cara perolehan wilayah melalui proses alam dan dalam jangka waktu
yang lama.
è Proses pembentukannya harus secara berangsur-angsur atau evolusi,
bukan revolusi.
è Contoh perolehan wilayah dengan cara akresi adalah pembentukan
delta, pendangkalan tepi sungai, atau secara a contrario, erosi yang
mengakibatkan berkurangnya tanah daratan.
4. Prescription (Preskripsi/Daluarsa)
è Pemilikan wilayah oleh suatu negara yang telah diduduki dalam jangka
waktu yang lama dan dengan sepengetahuan pemiliknya
è Mengenai batas waktu kapan suatu wilayah dapat beralih
kepemilikannya, tidak diatur dalam hukum internasional. Dalam hukum
nasional inggris dan india, preskripsi dapat terjadi setelah jangka waktu
12 tahun. Dan ini menunjukkan bahwa preskripsi sebenarnya terdapat
dalam semua sistem hukum.
è Yang membedakan antara preskripsi dengan pendudukan yaitu apabila
dalam pendudukan yang diduduki adalah wilayah terra nullius (wilayah
tidak bertuan), sedangkan dalam preskripsi yang diduduki adalah
suuatu wilayah yang sudah ada pemiliknya.
è Syarat sahnya preskripsi menurut Fauchille dan Johnson:
1) Dilaksanakan secara a titre de souverain
2) Secara damai dan tidak ada protes
3) Bersifat publik
4) Terus menerus
5. Cession (Penyerahan)
è Cara memindahkan hak atas suatu wilayah dari satu negara kepada
negara yang lain.
è Alasan penyerahan salah satunya yaitu sebagai akibat dari peperangan,
dimana pihak yang kalah akan memberikan sebagian wilayah, atau
wilayah yang dikuasainya kepada pihak yang menang. Selain itu
penyerahan dapat terjadi sebagai akibat dari perundingan secara
damai, atau mungkin pula diberikan cuma-cuma, atau berdasarkan
pertimbangan tertentu, misalnya pada saat Denmark menjual Hindia
Barat yang merupakan daerah jajahannya kepada Amerika Serikat pada
tahun 1916.
è Prinsip perolehan dengan cara penyerahan ini yaitu hak negara yang
mendapatkan wilayah tidak boleh melebihi hak pemilik asalnya.
6. Plebicite (Plebisit)
è Pengalihan suatu wilayah melalui pilihan penduduknya, menyusul
dilaksanakannya pemilihan umum, referendum atau cara-cara lainnya
yang dipilih.
è Misalnya indonesia memperoleh kedaulatan terhadap irian barat melalui
cara ini.
• Kedaulatan negara atas wilayah laut
- Bahwa ada bagian laut yang tunduk pada kedaulatan pantai atau yang disebut
dengan laut territorial, selebihnya merupakan laut bebas yang tidak tunduk
pada kedaulatan negara manapun atau yang biasa disebut laut bebas.
- Pengaturan mengenai kedaulatan negara di laut : Konferensi Kodifikasi Hukum
Internasional oleh Liga Bangsa-Bangsa (LBB) tahun 1930 yang membicarakan
tentang:
1. Nationality
2. Territorial waters
3. Tanggung jawab negara
- Konferensi tersebut tidak menghasilkan suatu konvensi sehingga negara-
negara tidak dapat menentukan batas kedaulatan negara di laut. Namun pada
saat itu dicapai kesepakatan bahwa suatu negara mempunyai kedaulatan
terhadap laut yang ada di dekat wilayah daratnya, yaitu laut territorial.
- Usaha untuk menetapkan batas laut teritorial yang berikutnya adalah pada saat
diadakannya Konferensi Hukum Laut I, di Jenewa pada tahun 1958 yang
menghasilkan 4 konvensi yaitu:
1. Laut territorial dan jalur tambahan : suatu negara memiliki kedaulatan atas
laut teritorialnya, hanya saja tentang sampai dimana batas kedaulatan
negara di laut teritorial tersebut tidak diatur sehingga yang digunakan
sebagai acuan oleh negara-negara adalah hukum kebiasaan yang telah
dianut oleh negara-negara yaitu 3 mil.
2. Laut lepas
3. Landas kontinen
4. Perikanan dan perlindungan sumber kekayaan hayati
- Upaya untuk menetapkan batas laut teritorial baru terlaksana pada saat
diadakannya Konferensi Hukum Laut III yang diadakan di Montego Bay,
Jamaika. Konferensi ini menghasilkan UNCLOS 1982 yang membagi zona-
zona laut sebagai berikut:
1. Perairan pedalaman
2. Laut teritorial : wilayah laut yang terletak disebelah luar base line dan
tunduk pada kedaulatan negara pantai. Kedaulatan di laut teritorial bersifat
vertikal, artinya kedaulatan tersebut dimulai dari wilayah udara, perairan,
water colum sampai dasar laut dan tanah dibawahnya yang masih dapat
dimanfaatkan oleh negara. Di laut teritorial, berdasarkan hukum
internasional kapal-kapal asing dari negara lain memiliki hak untuk lewat,
yang disebut dengan right of innocent passage. Lebar maksimum laut
territorial suatu negara adalah 12 mil laut.
3. Perairan kepulauan
4. Zona tambahan : wilayah laut yang ada disebelah luar laut territorial.
Diwilayah ini tidak berlaku kedaulatan negara pantai. Negara diperbolehkan
memberlakukan peraturan perundang-undangan nasionalnya untuk
masalah-masalah bea cukai, imigrasi, dll. Lebar zona tambahan suatu
negara pantai adalah 24 mil laut.
5. Zona ekonomi eksklusif (ZEE) : wilayah laut yang berdekatan dan diluar
laut territorial suatu negara. diwilayah ini, negara pantai mempunyai
souvereign right atau hak eksklusif utnuk melakukan eksplorai dan
eksploitasi sumber-sumber kekayaan alam di laut. Lebar maksimum ZEE
suatu negara adalah 200 mil laut.
6. Landas kontinen : merupakan regim khusus dari ZEE sehingga prinsip
hukum yang berlaku diwilayah tersebut sama dengan di zona ekonomi
eksklusif yaitu souvereign rights atas sumber-sumber kekayaan laut
7. Laut bebas : tidak satupun negara yang dapat menundukkan kegiatan
manapun di laut bebas dibawah kedaulatannya dan laut bebas hanya
digunakan untuk tujuan-tujuan damai.
8. Area

- Bagian laut yang merupakan wilayah negara


Internal waters Laut yang terletak pada sisi darat dari garis
pangkal; atau laut yang terletak pada sisi darat
dari garis penutup teluk
Territorial sea Laut yang terletak pada sisi luar (sisi laut) dari
garis pangkal dengan lebar maksimum 12 mil
Archipelagic waters Perairan yang terletak pada sisi darat dari garis
pangkal lurus kepulauan, dan menghubungkan
pulau-pulau dari suatu negara kepulauan.
• Kedaulatan negara atas selat : negara tepi selat mempunyai kedaulatan atas selat
yang bersebelahan dengan wilayah daratan, hanya saja ada hak lintas transit bagi
kapal asing.
• Kedaulatan negara atas ruang udara
- Kedaulatan negara atas ruang udara berasal dari dalil Hukum Romawi yang
berbunyi ”cujus est solum, ejus est usque ad coelom” yang berarti bahwa
barang siapa memiliki sebidang tanah, dengan demikian juga memiliki segala-
galanya yang berada diatas permukaan tanah tersebut sampai ke langit dan
segala apa yang berada didalam tanah.
- Kedaulatan negara di ruang udara baru dirasa penting pada saat meletusnya
Perang Dunia I, pada saat digunakannya bom yang ditembakkan dari pesawat
udara.
- Pengaturan kedaulatan negara atas udara yaitu:
1. Konveni Paris 1919, Pasal 1: negara mempunyai kedaulatan penuh atas
ruang udara diatas wilayah daratan dan laut teritorialnya sampai ketinggian
tidak terbatas.
2. Konvensi Chicago 1944
è Pasal 1 : setiap negara mempunyai kedaulatan penuh dan eksklusif
terhadap wilayah udara diatas wilayahnya
è Pasal 5 : the right of innocent passage
è Dalam konvensi Chicago 1944 disepakati 2 perjanjian yaitu :
1) International Air Services Transit Agreement, 7 Desember 1944
2) International Air transport Agreement, yang berisi 5 kebebasan
diudara, yang meliputi :
a. Fly across foreign territory without landing
b. Land of non traffic puposes
c. Disembark in a foreign country traffic originating in the state of
origin of the aircraft
d. Pick-up in a foreign country traffic destined for the state of origin
of the aircraft
e. Carry traffic between two foreign countries
• Ruang angkasa yaitu ruang diatas ruang udara
- Pada ruang angkasa berlaku prinsip ”res communis”
- Resolusi Majelis Umum PBB 1962 (XVII) yang diadopsi pada tahun 1963
tentang Deklarasi Prinsip Hukum yang mengatur kegiatan negara dalam
mengeksplorasi dan penggunaan antariksa, yang kemudian melahirkan “Outer
Space Treaty 1976)
• Kedaulatan negara atas ruang angkasa
- Resolusi Majelis Umum PBB No. 1962 (XVII):
a. Eksplorasi angkasa untuk semua umat manusia
b. Benda angkasa tidak bisa dimiliki oleh negara
c. Setiap kegiatan harus sesuai dengan hukum internasional dan Piagam PBB
d. Negara bertanggung jawab atas kegiatan di angkasa
e. Yurisdiksi yang berlaku : tempat pendaftaran pesawat
f. Negara wajib menolong astronot yang berada dalam bahaya
- Resolusi Majelis Umum PBB No. 2222 (XXI), 14 Desember 1966:
Treaty on prinsiples governing the activities of states in the exploration and use
of outer space, including the moon and other celestial bodies
- Rescue agreement 1968
- Liability convention 1972
- Regristration convention 1975
- Moon agreement 1980
• Kedaulatan negara atas daerah perbatasan
1. Daerah perbatasan, contoh : kasus the temple (kuil preah vihear)
2. Sungai, tentang hak negara tepi sungai dan negara lain
3 pendapat tentang hak lintas sungai :
a. Terbatas pada masa damai
b. Hak tersebut hanya ada pada negara yang dilewati
c. Hak tersebut tidak terbats
Contoh : Helsinki rules on the use of waters of international rivers, 1966.
• Kenapa ada klasifikasi negara maju, negara berkembang, negara superpower?
è Berdasarkan dimensi politik istilah-istilah tersebut mengacu pada
kekuatan negara untuk mempertahankan kedaulatannya
• Jika kedaulatan merupakan kekuasaan yang tertinggi, kenapa harus tunduk pada
hukum internasional?
è Dalam hukum internasional negara melakukan penundukan terhadap
aturan hukum internasional. misalnya keterikatan Indonesia pada
UNCLOS 1982, karena Indonesia menundukkan diri pada aturan hukum
internasional dengan cara menjadi bagian dari perjanjian tersebut
(menandatangani perjanjian) à membatasi kedaulatan
• Ketika ada negara yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan WTO maka
WTO dapat menyuruh negara tersebut mencabut atau merubah ketentuan-
ketentuan internasional yang dinyatakan bertetangan tadi. Padahal secara konsep
kedaulatan negara dapat membuat aturan sendiri tanpa campur tangan siapapun.
Jadi kenapa WTO menyuruh untuk mencabut ketentuan yang bertentangan tadi?
Karena negara telah melakukan penundukan terhadap aturan-aturan
internasional.

YURISDIKSI

• Yurisdiksi : wilayah, kedaulatan, kewenangan


• Yurisdiksi adalah refleksi/gambaran dari prinsip dasar kedaulatan negara
• Misalkan ada negara A dan negara B, masing-masing negara ini mempunyai
yurisdiksinya/kedaulatannya masing-masing. Jadi negara A tidak mungkin
memiliki yurisdiksi atas negara B begitu sebaliknya.
• Contoh kasus : warga negara A melakukan suatu tindakan yang melanggar
hukum. negara B tidak bisa melaksanakan yurisdiksinya kepada warga negara A
karena dia tidak memiliki yurisdiksi atas kedaulatan negara A.
• Contoh kasus : misalkan warga negara A pindah ke negara B dan melakukan
tindakan yang melanggar hukum, maka yang memiliki yurisdiksi yaitu negara B
meskipun dia merupakan warga negara A.
• Hans kelsen menjelaskan ”Par in parem non habet imperium”
1. Negara tidak dapat melaksanakan yurisdiksinya melalui pengadilannya
terhadap tindakan dari negara lain, kecuali negara tersebut menyetujuinya
2. Pengadilan yang dibentuk berdasarkan perjanjian internasional tidak dapat
mengadili tindakan suatu negara yang bukan pihak dari perjanjian internasional
tersebut. Misalkan ada perjanjian internasional dan negara B tidak menjadi
pihak dalam perjanjian internasional tersebut sedangkan negara A menjadi
pihak dalam perjanjian internasional tersebut. Isi dari perjanjian tersebut
terdapat amanat mengenai pembentukan pengadilan dalam konteks ini
misalkan ITLOS. Maka ITLOS tidak bisa mengadili negara B karena negara B
tidak menjadi pihak dalam perjanjian internasional tersebut.
3. Pengadilan suatu negara tidak mempersoalkan keabsahan tindakan negara
lain yang dilakukan di dalam wilayah negaranya. Contohnya kasus jamal
khasoggi, pembunuh jamal khassogi akhirnya dikembalikan ke arab saudi
karena arab saudi menyatakan bahwa ia ingin mengadili para pembunuh
tersebut. Dan berdasarkan informasi para pembunuh tersebut telah diadili di
pengadilan arab Saudi sehingga dapat dipahami bahwa arab saudi telah
melaksanakan yurisdiksinya. Namun beberapa saat ada yang melihat salah
satu pembunuh jamal khasoggi jalan jalan ke negara lain. Negara lain tidak
perlu mempersoalkan apakah arab saudi benar benar mengadili para
pembunuh tersebut atau tidak.
• Yurisdiksi berasal dari bahasa latin ”yurisdictio” yang terdiri dari dua suku kata
yaitu ”yuris” yang berarti kepunyaan menurut hukum dan ”dictio” yang berarti
ucapan, firman, sabda, sebutan
• Makna yurisdiksi :
1. Kepunyaan
2. Hak
3. Kekuasaan
4. Kewenangan
- Pada masa Roman Republik makna yurisdiksi yaitu
a. Kekuasaan atau kewenangan atau hak untuk menginterpretasikan atau
menjalankan hukum
b. Dapat melihat batas-batas kekuasaan satu otoritas dengan yang lain
• Yurisdiksi digunakan untuk mendeskripsikan power atau kompetensi dari sebuah
negara untuk menentukan atau menegakkan hukumnya terkait objek-objek
tertentu yang meliputi orang, benda, dan peristiwa hukum yang ada didalam
wilayahnya.
• Jurisdiksi merupakan refleksi dari ;
1. Prinsip dasar kedaulatan negara
2. Kesamaan derajat
3. Prinsip tidak campur tangan
• Menurut Anthony Csabafi dalam bukunya “the concept of state jurisdiction in
international space law” menjelaskan bahwa yurisdiksi negara adalah hak dari
suatu negara untuk mengatur dan mempengaruhi dengan langkah-langkah dan
tindakan yang bersifat legislatif, eksekutif, dan yudikatif atas hak-hak individu,
milik, atau harta kekayaan, perilaku atau peristiwa yang tidak semata-mata
merupakan masalah dalam negeri.
• Menurut Huala Adolf menjelaskan bahwa makna yurisdiksi harus diartikan sebagai
kekuasaan atau kewenangan hukum negara terhadap orang, benda, atau
peristiwa (hukum). Artinya negara mana yang nantinya berhak untuk menjalankan
hukumnya guna menyelesaikan suatu sengketa. Menurut Huala Adolf, yurisdiksi
membuat negara memiliki hak terhadap seseorang, benda, atau peristiwa (hukum)
yang ada dalam suatu negara ataupun di luar negara tersebut.
• Menurut KBBI, yurisdiksi memiliki dua mana yaitu:
1. Kekuasaan mengadili; lingkup kekuasaan kehakiman; peradilan
2. Lingkungan hak dan kewajiban serta tanggung jawab disuatu wilayah atau
lingkungan kerja tertentu; kekuasaan hukum
• Unsur-unsur yurisdiksi:
1. Hak, kekuasaan, dan kewenangan
2. Mengatur (legislatif, eksekutif, dan yudikatif)
3. Obyek (hal, peristiwa, perilaku, orang, dan benda)
4. Tidak semata-mata permasalahan dalam negeri à hukum internasional
sebagai dasar/landasannya
è Hak, kekuasaan, dan kewenangan suatu negara untuk mengatur obyek
yang tidak semata-mata permasalahan dalam negeri.
è Misalnya korporasi asing yang memiliki banyak aset di Indonesia
kemudian pailit atau bangkrut. Maka negara mana yang memiliki
yurisdiksi atas benda-benda yang ditinggalkan korporasi yang telah
pailit tersebut. Lets say korporasi tersebut terdaftar di hukum amerika
namun melaksanakan kerjanya di indonesia dan pemiliknya adalah
orang singapur dimana dia memiliki banyak asetnya di indonesia.
Bagaimana negara mampu melaksanakan kewenangannnya dalam
menyelesaikan sebuah kasus.
• Cakupan yurisdiksi meliputi :
1. The power to prescribe
2. The power to adjudicative
3. The power to enforce
• Macam yurisdiksi:
1. Yurisdiksi perdata : kewenangan hukum pengadilan negara terhadap perkara
keperdataan, baik nasional maupun internasional. Dalam kasus perdata
meskipun merupakan kasus perseorangan tidak menutup kemungkinan
melibatkan unsur-unsur asing sehingga ada istilah perdata internasional.
Misalkan terdapat perkawinan dengan orang asing maka itu merupakan
perdata internasional. Jika dalam perkawinan tersebut keduanya memutuskan
untuk cerai maka kewenangan pengadilan mana atau negara mana yang
memiliki yurisdiksi atas hal tersebut. Dalam hal ini merupakan yurisdiksi
indonesia apabila perkawinan dilakukan oelh 2 orang WNI karena perkara
perkawinan telah diatur oleh pemerintah indonesia melalui BW, UU
Perkawinan, dll.
2. Yurisdiksi pidana : kewenangan hukum pengadilan negara terhadap perkara
kepidanaan, baik nasional maupun asing. Misalkan kapal memiliki
kewarganegaraan dan diibaratkan sebuah negara (memiliki bendera
negaranya). Misalkan di film captain phillips terjadi perompakan dimana
captain Phillips merupakan warga negara amerika dan kapalnya berbendera
amerika yang masuk ke daerah somalia di cegat oleh para perompak dan
ditahan. Singkat cerita kapal tersebut dilumpuhkan yang artinya perompak
tersebut melanggar hukum. Maka negara mana yang punya yurisdiksi atas
perompakan kapal yang dilakukan di somalia tersebut.
• Yurisdiksi negara dalam hukum internasional
- Setiap negara berdaulat pasti memiliki yurisdiksi untuk menunjukan
kedaulatannya kepada negara lain
- Yurisdiksi negara disini maknanya adalah setiap negara memiliki kewenangan
untuk mengatur dan menegakkan hukum terhadap kejadian-kejadian yang
terjadi didalam wilayah teritorialnya dan atas tindakan-tindakan lain yang
merugikan negara tersebut
- Negara belum merdeka à tidak memiliki kedaulatan à tidak memiliki yurisdiksi
- Negara merdeka à memiliki kedaulatan à memiliki yurisdiksi
• Prinsip yurisdiksi menurut hukum internasional
- Prinsip ini digunakan untuk menganalisa negara mana yang memiliki yurisdiksi
dalam menyelesaikan kasus-kasus yang melibatkan banyak negara
- Tidak ada urutan atau prinsip mana yang dianggap utama dalam menganalisa
negara mana yang memiliki yurisdiksi (masing-masing prinsip memiliki derajat
yang sama)
1. Prinsip teritorial : negara memiliki kewenangan terhadap semua persoalan dan
kejadian yang terjadi didalam wilayahnya. Misalnya dalam kasus munir maka
yang memiliki yurisdiksi yaitu singapura karena ketika diracun pesawat
tersebut sedang berada di wilayah singapura. Namun tidak semua kasus dapat
diselesaikan dengan satu pendekatan atau satu prinsip saja.
- Lord macmillan : suatu negara memiliki yurisdiksi terhadap semua
orang, benda, dan perkara pidana atau perdata dalam batas wilayah
sebagai pertanda bahwa negara itu berdaulat
- Granville williams : yurisdiksi dengan wilayah negara memiliki hubungan
yang erat untuk menentukan kewenangan mengadili karena:
a. Negara dimana perbuatan dilakukan biasanya memiliki kepentingan
yang sangat kuat. Misalkan pembunuhan dilakukan oleh warga
negara malaysia di indonesia, maka dalam hal ini indonesia yang
memiliki yurisdiksi atas kasus pembunuhan tersebut karena TKP nya
berada di indonesia.
b. Pelaku berada di negara tempat ia melakukan perbuatan.
c. Pengadilan setempat dimana perbuatan dilakukan karena adanya
alat bukti dan barang bukti yang dapat ditemukan di negara tersebut
d. Fakta bahwa seseorang tidak mungkin tunduk pada lebih dari satu
sistem hukum yang berbeda
NOTE : Keempat poin ini dapat dijadikan dasar analisis dengan
prinsip territorial lah negara memiliki yurisdiksi atas suatu kasus.
- 2 prinsip yurisdiksi teritorial, yaitu :
1) Prinsip yurisdiksi teritorial subyektif : negara memiliki yurisdiksi
terhadap seseorang yang melakukan perbuatan pidana di
wilayahnya à azas locus delicti.
2) Prinsip yurisdiksi teritorial obyektif : negara memiliki yurisdiksi
terhadap seseorang yang memulai perbuatan di satu negara tetapi
diselesaikan (korban) dinegara lain à azas perlindungan atau azas
personal pasif. Misalnya dalam kasus munir ia di racun diwilayah
udara singapura namun dia baru meninggal setelah sampai di
belanda. Maka belanda memiliki yurisdiksi terhadap kasus munir.
- Penerapan yurisdiksi teritorial adalah ”keberadaan pelaku” artinya
negara dimana pelaku berada memiliki kepentingan, fasilitas, dan
otoritas yang kompeten untuk menangani perbuatan pidana.
- Huala adolf menyatakan bahwa yurisdiksi tidak berkaitan erat dengan
wilayah karena negara dapat mengadili perbuatan yang dilakukan di
negara lain, dan ada subyek hukum internasional yang memiliki
kekebalan yurisdiksi.
- Hubungan yurisdiksi negara dengan wilayah dalam perbuatan pidana
dapat ditelaah dalam kasus LOTUS.
- Yurisdiksi negara atas wilayah laut :
1) Wilayah kedaulatan negara, meliputi : negara pantai bebas
melakukan apa saja terhadap kapal kapal asing yang melewati
batas-batas laut.
a. Perairan pedalaman
b. Laut teritorial
- Right of innocent passage di laut territorial
- Pasal II Teritorial see and contiguous zone UNCLOS
- Pasal 27 : yurisdiksi pidana
- Pasal 28 : yurisdiksi perdata
- Pasal 30 : tidak ditaatinya peraturan negara pantai oleh
kapal perang asing. Jadi kapal perang asing boleh masuk
namun harus tetap laporan ke negara pantai.
- Pasal 32 : kekebalan kapal perang terhadap yurisdiksi
negara setempat.
- Teori pulau terapung (the floating island theory)
c. Perairan kepulauan
2) Wilayah yurisdiksi nasional : tidak serta merta dapat melakukan apa
saja karena terdapat perjanjian-perjanjian internasional. Jika ada
kapal asing masuk itu tidak melanggar kedaulatan. Karena diwilayah
ini negara bebas meskplorasi dan mengeksploitasi sumber-sumber
kekayaan alam
a. Jalur/zona tambahan
b. Perairan ZEE
c. Landas kontinen
- Yurisdiksi negara atas wilayah laut:
1) Wilayah luar yurisdiksi nasional, meliputi :
a. Laut bebas
b. Area
2) Semua diukur dari garis pangkal
a. Garis pangkal normal
b. Garis pangkal lurus
c. Garis pangkal kepulauan
- Pemberlakuan prinsip teritorial:
a. Hak lintas damai di laut teritorial negara pantai
b. Kapal berbendera asing di laut territorial
c. Pelabuhan
d. Orang asing
- Pembatasan dari yurisdiksi territorial:
a. Negara dan kepala negara asing à doktrin absolute immunity
b. Perwakilan diplomatik dan konsuler à konvensi wina 1961 dan 1963
c. Kapal pemerintah negara asing
d. Angkatan bersenjata negara asing
e. Organisasi internasional à konvensi new York 1969 tentang misi
khusus
Apabila ke lima pihak ini melintasi kedaulatan negara tertentu maka
dibebaskan. Misalkan ada perwakilan diplomatik dan konsuler dari
indonesia yang melanggar hukum amerika serikat maka tidak dapat
diadili oleh negara amerika serikat. Karena pelanggaran yang
dilakukan oleh perwakilan diplomatik dan konsuler tersebut telah
diatur di konvensi wina 1961 dan 1963.
2. Prinsip personal (Nasionalitas)
- Maknanya adalah suatu negara dapat melaksanakan yurisdiksinya
kepada warga negaranya dimana saja (mengikuti orangnya). Jadi
yurisdiksi suatu negara akan melekat kepada warga negaranya.
- Negara juga memiliki kewenangan untuk melindungi warga negaranya
di luar negeri.
- Prinsip dalam yurisdiksi personal :
1. Prinsip nasional pasif:
a. Oleh warga negara asing
b. Tindak pidana di luar negeri
c. Merugikan warga negara
2. Prinsip nasional aktif
a. Oleh warga negara
b. Tindak pidana di luar negeri
c. Dengan ekstradisi terlebih dahulu : syarat mutlak yang harus
dipunyai negara-negara yang pelakunya menjadi pelaku
kejahatan di luar negeri
è Negara tidak wajib menyerahkan warga negarannya yang
telah melakukan kejahatan diluar negeri (dipegang oleh
semua negara). Misalkan amerika serikat yang selalu
melindungi warga negaranya sehingga dia pasti tidak mau
menyerahkan warga negaranya yang melakukan
kejahatan di luar negeri.
- Bagaimana kita akan menggunakan prinsip personal ini untuk
menyelesaikan suatu kasus?
1. Tergantung pada kualitas orang yang terkait dalam peristiwa hukum
2. Jurisdiction over the extra territorial crime
3. Negara-negara eropa continental : menerapkan secara luas
4. Negara-negara common law : menerapkan secara terbatas, hanya
untuk kejahatan-kejahatan serius
5. Digunakan oleh negara untuk memberi perlindungan kepada warga
negaranya, baik :
a. Sebagai pelaku kejahatan
b. Sebagai korban kejahatan à di luar wilayah negara
è Artinya baik korban atau pelaku dapat digunakan prinsip
personal. Jadi hukum internasional akan mengikuti
orangnya (pelaku atau korban). Contohnya kasus
wartawan kelahiran Palestine yang sudah menjadi warga
negara amerika. Jika mendasarkan kasus tersebut
berdasarkan prinsip personal maka negara amerika yang
memiliki yurisdiksi atas peristiwa tersebut karena
korbannya adalah warga negara amerika, jadi tidak
melihat dimana kejadian tersebut terjadi.
3. Prinsip perlindungan
- Negara memiliki kewenangan untuk melaksanakan yurisdiksinya
terhadap orang asing yang melakukan perbuatan pidana di luar negeri
yang berakibat pada kepentingan, keamanan, integritas, dan
kemerdekaan negara tersebut.
- Suatu negara dapat melaksanakan yurisdiksinya terhadap warga
negara asing yang melakukan kejahatan di luar negeri, yang diduga
dapat mengancam kepentingan keamanan, integritas, ekonomi, dan
kemerdekaan negaranya.
- Dasar penggunaan prinsip perlindungan :
1. Akibat dari kejahatan tersebut mempunyai dampak yang luas bagi
negara
2. Untuk menghindari lolosnya pelaku kejahatan
4. Prinsip universal, yang meliputi yurisdiksi di laut bebas dan yurisdiksi
berkenaan dengan pesawat udara
- Semua negara memiliki yurisdiksi atas perbuatan pidana yang dapat
mengancam dan membahayakan masyarakat internasional (semua
negara memiliki kepentingan)
- Yurisdiksi ini tidak melihat siapa yang melakukan perbuatan dan dimana
perbuatan tersebut dilakukan
- Kejahatan yang diterima dan tunduk pada yurisdiksi universal ini adalah
pembajakan di laut (piracy) dan kejahatan perang (war crimes)
- Setiap negara mempunyai yurisdiksi untuk mengadili tindak kejahatan
tertentu
- Kejahatan tersebut dianggap bertentangan dengan hukum internasional
- Karakteristik yurisdiksi universal diantaranya adalah :
1. Setiap negara berhak untuk melaksanakan yurisdiksi universal.
Frasa ”setiap negara” mengarah hanya pada negara yang merasa
bertanggungjawab untuk turut serta secara aktif menyelamatkan
masyarakat internasional dari bahaya yang ditimbulkan oleh serious
crime. Rasa bertanggung jawab tersebut harus dibuktikan dengan
tidak adanya niat untuk melindungi pelaku dengan memberikan a
safe heaven dalam wilayah negaranya.
2. Setiap negara yang ingin melaksanakan yurisdiksi universal tidak
perlu mempertimbangkan siapa dan berkewarganegaraan apa
pelaku juga korban dan dimana serious crime dilakukan.
è Dengan kata lain dapat dikatakan tidak diperlukan titik
pertautan antar negara yang melaksanakan yurisdiksinya
dengan pelaku, korban dan tempat dilakukannya
kejahatan itu sendiri.
è Satu satunya pertimbangan yang diperlukan adalah
apakah pelaku berada di wilayahnya atau tidak, karena
tidak mungkin suatu negara bisa melaksanakan yurisdiksi
universal bila pelaku tidak berada di wilayahnya
è Akan merupakan pelanggaran hukum internasional bila
negara memaksa menangkap seseorang yang berada di
wilayah negara lain (masih melihat kedaulatan terhadap
suatu negara)
3. Setiap negara hanya dapat melaksanakan yurisdiksi universalnya
terhadap pelaku serious crime atau lazim disebut international crime
è Pemberian status sebagai tindak pidana internasional
sangat tergantung dari 2 faktor, yaitu :
1. Tindakan itu sudah merupakan tindakan pidana yang
sangat membahayakan kepentingan masyarakat
internasional, sehingga setiap negara memiliki
kewenangan untuk mengadili tindakan pidana itu,
tanpa memperhatikan tempat terjadinya tindak pidana
2. Tindak pidana tersebut merupakan wewenang penuh
ICC
- Kejahatan yang tunduk pada yurisdiksi universal yaitu :
1. Piracy : perompakan kapal MV. Sinar Kudus yang terjadi di lepas
pantai Somalia pada 2011 lalu, pada kasus tersebut motif pelaku
juga masalah ekonomi, namun kejadian ini terjadi di laut lepas bukan
laut wilayah. Kapal MV. Sinar Kudus milik PT. Samudera Indonesia
dirompak oleh perompak Somalia di perairan internasional Laut
Arab, sekitar 60 mil dari batas perairan Somalia. Kapal ini
merupakan kapal dagang yang bertujuan ke Rotterdam, Belanda,
tanpa didampingi dengan kapal perang Indonesia (TNI AL).
2. War crime
3. Crime of genocide
4. Slave trade
- Yurisdiksi Statute Roma 1998:
1. Crime of genocide
2. Crimes against humanity
3. War crimes
4. Crime of aggression à Pasal 5 ayat (1)
- Contoh penerapan prinsip universal : terdapat jendral Indonesia yang
melakukan war crime terhadap timor timur, kemudian jendral tersebut
berlibur ke Australia yang kemudian ia ditangkap oleh pemerintah
Australia. Berdasarkan prinsip universal, Australia memiliki kepentingan
untuk menjalankan yurisdiksi universalnya karena menganggap jendral
Indonesia melakukan war crime ke timor timur.
• Yurisdiksi di laut bebas
- Laut bebas merupakan semua bagian laut yang tidak termasuk dalam
ZEE, laut territorial, perairan pedalaman suatu negara, atau perairan
kepulauan suatu negara kepulauan à Pasal 86 UNCLOS 1982
- Pengawasan umum à pemeriksaan kapl
è Yang berhak melakukan : kapal perang
è Pasal 110 UNCLOS 1982 : righ of visit
- Pengawasan khusus :
è Tabrakan kapal à Pasal 97 UNCLOS, berlaku yurisdiksi
negara bendera
è Pemberantasan pengangkutan budak belian à Pasal 99
UNCLOS, berlaku yurisdiksi negara bendera
è Piracy à Pasal 100 – 107 UNCLOS, berlaku asas
universal
• Yurisdiksi berkenaan dengan pesawat udara
- Dasar : ruang gerak pesawat udara adalah transnasional, di dalamnya
terkait berbagai kebangsaan
- Perjanjian internasional yang mengatur ;
1. Convention on offences and certain other acts committed on board
aircraft, Tokyo 14 sept 1963
2. Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft, Den
Haag, 16 Des 1970
3. Convention for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety
of Civil Aviation, Montreal, 23 Jan 1973
• Kesimpulan dari keempat prinsip ini yaitu untuk mencegah agar pelaku kejahatan
ini tidak lolos

PENGAKUAN

• 3 hal utama mengenai pengakuan yakni :


1. Pengakuan terhadap negara
- Indonesia sudah mengakui bahwa palestina adalah negara, namun ada
beberapa negara di dunia ini yang masih tidak mengakui palestina
adalah negara yaitu amerika, inggris, australia.
- Tahun 2015, vatikan akhirnya juga mengakui palestina sebagai negara
2. Pengakuan terhadap pemerintahan baru
- Pada awal masa kepemimpinan jokowi, presiden obawa memberikan
selamat kepada jokowi sebagai pemimpin baru indonesia.
3. Pengakuan terhadap belligerent
• Pengakuan : tindakan politik suatu negara untuk mengakui negara baru sebagai
subjek hukum internasional yang mempunyai akibat hukum tertentu.
• Hukum internasional tidak mengharuskan negara untuk mengakui suatu negara
atau pemerintahan lain, sebaliknya bahwa suatu negara atau pemerintahan tidak
mempunyai hak untuk menuntut pengakuan dari negara lain
• Jadi bagi negara yang akan diakui akan berubah statusnya menjadi sama dengan
negara yang mengakuinya yaitu sebagai subyek hukum internasional yang full.
Misalkan vatikan yang telah mengakui palestina sebagai negara, artinya vatikan
telah memberi tempat atau kedudukan yang sama kepada palestina yaitu sama-
sama menjadi subyek hukum internasional
• Fungsi pengakuan : untuk memberikan tempat yang sepantasnya kepada suatu
negara atau pemerintah baru sebagai anggota masyarakat internasional. Makna
dari fungsi memberikan tempat yaitu sebagai jaminan bagi negara yang baru saja
diakui bahwa dia telah diterima sebagai salah satu anggota masyarakat
internasional.
• Kenapa pengakuan ini penting dalam konteks hukum internasional dan hubungan
internasional? Karena jika kita lihat dari kacamata hubungan internasional justru
pengakuan ini menjadi sumber permasalahan. Misalnya vatikan yang telah
mengakui palestina sebagai negara, maka atas tindakannya tersebut ia dikecam
oleh amerika dimana amerika tidak mengakui bahwa palestina adalah negara.
Sedangkan jika dilihat dari hukum internasional pengakuan ini menjadi sangat
berarti bagi palestina, karena dia telah diakui sebagai subyek hukum internasional
dan telah memiliki tempat di komunitas internasional.
• Konsekuensi politik (hubungan internasional) : kedua negara (negara yang
mengakui dan negara yang diakui) berpotensi membuka hubungan diplomatik.
Karena berdasarkan pasal 2 konvensi wina 1961 dan 1963, hanya negara
berdaulat yang bisa membuka hubungan diplomatik dengan catatan harus ada
persetujuan bersamaà jadi kedua negara tersebut keduanya harus negara yang
berdaulat.
• Konsekuensi hukum :
- Bahwa dengan negara memberikan pengakuan terhadap negara lain
maka dapat dikatakan sebagai evidence of the factual situation à
pengakuan negara terhadap negara lain tidak dapat disangkal.
- Kedua negara berpotensi membuka hubungan diplomatik
- Meningkatkan judicial standing bagi negara yang baru saja diakui.
Dalam hukum internasional jika nanti terdapat sengketa dan negara itu
mau membawa sengketa itu ke MI maka syaratnya yaitu hanya negara
dengan negara saja yang mampu beracara di ICJ à Statuta ICJ
• J.B. Moore à makna pengakuan sebagai jaminan bahwa negara baru tersebut
diterima sebagai anggota masyarakat internasional
• Lauterpacht dan chen à pemberian pengakuan merupakan suatu keharusan agar
suatu negara dapat lahir. Karena suatu negara tidak dapat ada sebagai subyek
hukum tanpa adanya pengakuan, maka hukum internasional membebankan
kewajiban-kewajiban kepada negara-negara yang telah ada untuk memberikan
pengakuannya agar negara baru itu ada.
• Ian Brownlie à pengakuan merupakan tindakan publik negara adalah suatu
pilihan (optional) dan politis
• D.J. Haris à suatu negara tetap dianggap negara meskipun belum atau tidak
diakui sama sekali. Karena ketiga unsur konstitutif suatu negara masih ada yaitu
negara, pemerintahan, dan wilayah tanpa pengakuan.
• Pengakuan negara adalah pernyataan dari suatu negara yang mengakui negara
lain sebagai subyek hukum internasional.
- Apabila pengakuan terhadap negara baru dilakukan dengan cara yang
damai seperti swedia dan vatikan yang mengakui palestina sebagai
negara maka tidak akan ada masalah. Namun akan mengakibatkan
suatu permasalahan apabila dilakukan dengan cara yang revolusioner
yaitu dilatarbelakangi peristiwa penjajahan, perang, dll. Sebagai contoh
indonesia dan belanda. Versi indonesia, indonesia menjadi negara
tahun 1945 namun versi belanda, Indonesia menjadi negara tahun
1949. Tenggang waktu dari 1945 hingga 1949 itu merupakan
permasalahan dimana belanda hanya menganggap indonesia sebagai
entitas saja namun indonesia menganggap dirinya adalah negara atau
subyek hukum internasional.
- Teori pemberian pengakuan :
a. Teori konstitutif : bahwa suatu negara menjadi subjek hukum
internasional hanya melalui pengakuan saja.
b. Teori deklaratoir : pengakuan tidak menciptakan suatu negara
karena lahirnya negara semata-mata merupakan suatu fakta murni
dan pengakuan hanyalah berupa penerimaan suatu fakta. Jadi
pengakuan tidak menciptakan suatu negara dan pengakuan bukan
merupakan syarat bagi kelahiran suatu negara.
è Suatu negara atau pemerintah tidak akan mendapatkan
status hukum di negara lain kecuali negara tersebut diakui
oleh negara yang bersangkutan (teori konstitutif). Namun
hal ini tidak berarti bahwa negara atau pemerintah
tersebut tidak ada sama sekali (teori deklaratoir). Jadi,
suatu negara tetap ada meskipun tidak diakui, namun
negara tersebut hanya dapat mengadakan hubungan
dengan negara yang mengakuinya. O contohnya waktu
rezom komunis Cina berkuasa, negara Cina tetap ada
meskipun AS tidak mengakui. Namun negara ini tidak
dapat mengadakan hubungan dengan AS sampai AS
memberikan pengakuan
- Macam-macam pengakuan negara:
a. Pengakuan kolektif : pengakuan ini diwujudkan dalam suatu
perjanjian internasional atau konferensi multilateral. Jadi didalam
forum internasional, terdapat negara yang menundukkan diri
terhadap isi dari multilateral treaty tersebut maka otomatis ada
tindakan pengakuan secara kolektif terhadap negara tersebut
(biasanya diikuti oleh negara-negara kecil).
b. Pengakuan terang-terangan secara individual : pengakuan diberikan
langsung kepada negara baru oleh negara ketiga secara jelas dan
tegas. Bahwa ketika suatu negara memberikan pengakuan maka hal
itu hanya memberikan pengakuan terhadap negaranya saja.
c. Absolute recognition : bahwa pengakuan yang diberikan tidak bisa
di tarik kembali (pengakuan de jure). Namun secara de facto, ada
negara yang seakan akan dia tidak mau mengakui negara yang
sudah diakuinya.
d. Pengakuan bersyarat : pengakuan yang diberikan kepada suatu
negara baru yang disertai dengan syarat syarat tertentu untuk
dilaksanakan oleh negara baru tersebut sebagai imbangan
pengakuan.
• Pengakuan pemerintah baru : suatu pernyataan dari suatu negara yang mengakui
bahwa negara tersebut telah siap dan bersedia berhubungan dengan
pemerintahan yang bari diakui sebagai organ yang bertindak untuk dan atas nama
negaranya.
- Misalnya Aung San Suukyi yang menang menjadi perdana menteri
myanmar, semua negara memberikan selamat kepada Aung San
Suukyi, karena dirinya dianggap sebagai orang yang liberalis dan
demokratis. Sehingga banyak negara yang menganggap bahwa ketika
Myanmar dipimpin oleh Aung San Suukyi maka kondisi Myanmar akan
menjadi lebih baik berkaitan dengan kasus human right di Myanmar.
- Sifatnya hanya formalitas saja
- Akan menjadi sesuatu yang berbahaya apabila pengakuan terhadap
pemerintah baru dilakukan dengan cara-cara yang inskonstitusional.
- Dengan melakukan pengakuan terhadap pemerintahan baru maka akan
berpotensi untuk membuka hubungan diplomatik dengan pemerintahan
yang baru.
• Pengakuan terhadap belligerent : memperlakukan belligerent sebagai subyek
hukum internasional. Jika nanti ada konflik/sengketa antara belligerent dengan
negara maka ketentuan hukum internasional akan berlaku. Contohnya dalam
kasus perang maka akan berlaku hukum internasional. Jika suatu negara perang
dengan belligerent dan mengakui bahwa belligerent merupakan subyek hukum
internasional, maka hukum yang berlaku adalah hukum humaniter internasional.
• Rumus pengakuan :
1. Bahwa pengakuan negara tidak sama dengan otomatis pengakuan terhadap
pemerintah.
2. Pengakuan terhadap negara tidak dapat dicabut kembali (permanen)à factual
situation bahwa suatu negara sudah memberikan pengakuan
3. Pengakuan terhadap pemerintahan baru sama dengan pengakuan terhadap
negara. Jika mengakui pemerintahan baru maka otomatis juga mengakui
negaranya. Dengan kata lain walaupun kita tidak mengakui pemerintahannya
maka negara tersebut tetap menjadi negara sebagai subyek hukum
internasional
4. Pengakuan pemerintahan bisa dicabut sewaktu-waktu.
5. Pengakuan terhadap belligerent maka kita memperlakukan belligerent sebagai
subyek hukum internasional. Jika nanti ada konflik/sengketa antara belligerent
dengan negara maka ketentuan hukum internasional akan berlaku.

HUKUM INTERNASIONAL 7 NOVEMBER 2022 (SUKSESI)

• Dasar hukum suksesi :


1. Konvensi vienna 1978 à aturan-aturan tentang suksesi negara dan berlakunya
tahun 1996.
2. Konvensi vienna tahun 1983
3. Customary International law
• Menurut J.G. Starke à suksesi negara yaitu perpindahan hak dan kewajiban dari
negara sebelumnya ke negara yang baru dalam hal kedaulatan (tanggung jawab)
atas suatu wilayah dalam hubungan internasional. Hak dan kewajiban disini yaitu
hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum internasional. Misalkan sebeluma
adanya timor leste, australia dapat berhubungan dengan Indonesia. Setelah
adanya timor leste mak Australia juga dapat berhubungan dengan timor leste.
• Suksesi adalah pengalihan hak-hak dan kewajiban negara-negara yang telah
berubah atau kehilangan identitasnya kepada negara-negara atau kesatuan-
kesatuan lain, perubahan atau kehilangan identitas terjadi terutama apabila
berlangsung perubahan, baik secara keseluruhan atau sebagian kedaulatan atas
bagian-bagian wilayahnya.
• Misalnya uni soviet berubah menjadi rusia dan terdapat negara negara kecil
seperti kazakhstan. Selain itu negara yugoslavia yang saat ini pecah menjadi 7
negara yaitu serbia, montenegro, kosovo, dsb.
• Selain perpindahan hak dan kewajiban juga terkait properti, utang, aset akan
berubah (diwariskan ke negara yang baru)
• Secara sederhana, suksesi negara adalah suatu keadaan dimana terjadi
perubahan atau pergantian kedaulatan dalam suatu negara sehingga terjadi
semacam ”pergantian negara” yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat
kompleks.
• Negara yang lama atau negara yang “digantikan” disebut sebagai Predecessor
State. Sedangkan negara yang baru atau negara yang menggantikan disebut
sebagai Successor State.
• Teori suksesi negara :
1. Teori common doctrine : teori yang diterima oleh banyak negara yang
menyatakan bahwa suksesi negara menggambarkan terdapat pergantian hak
dan kewajiban dari predecessor state ke successor state.
2. Teori clean state doctrine : harus dimaknai bahwa suksesi itu pasti diawali
dengan munculnya negara baru kemudian baru terdapat pergantian hak dan
kewajiban.
3. The third theory is found in the 1978 vienna convention on succession of state
• Pihak suksesi negara yaitu negara lama dan negara baru. Negara lama ini bisa
jadi hilang bisa juga negara yang pindah identitas dan kemudian diikuti oleh
pergantian hak dan kewajiban serta properti, aset, utang, dll.
• Menurut konvensi wina 1978 terdapat 5 jenis suksesi :
1. Artikel 15 à suksesi universal : terdapat pergantian kedaulatan yang
menyeluruh. Misalkan negara A berubah menjadi negara B sehingga
identitasnya yang dulu itu hilang namun kedaulatan/wilayahnya tidak berubah
karena dalam hal ini hanya identitas/namanya yang berubah.
2. Artikel 2 ayat 1 à negara merdeka baru : bila negara pengganti yang beberapa
waktu sebelum terjadinya suksesi negara merupakan wilayah yang tidak bebad
yang dalam hubungan internasional berada dibawah tanggung jawab negara
negara yang digantikan. Misalkan sebelum tahun 1999 timor leste merupakan
satu wilayah dengan indonesia, namun pada tahun 1999 akhirnya timor leste
merdeka. Proses merdekanya timor leste ini berdasarkan pasal 2 ayat 1
konvensi wina 1978 bisa dikategorikan sebagai newly independent state dan
diperolehnya dengan cara konstitusional.
3. Ketika terdapat 2 negara yang bergabung menjadi 1 (menjadi negara :
misalkan negara jerman timur dan jerman barat, dulu keduanya merupakan
negara yang berbeda. Kemudian sekarang bergabung menjadi satu negara
yang dikenal dengan negara jerman.
4. Pasal 30 ayat 1 : suksesi negara yang terjadi sebagai akibat dari bergabungnya
dua wilayah atau lebih menjadi satu negara merdeka. Suksesi negara yang
terjadi sebagai akibat dari bergabungnya dua wilayah atau lebih menjadi suatu
negara serikat.
5. Pasal 34 ayat 1 : suksesi negara terjadi sebagai akibat terpecah-pecahnya
suatu negara-negara menjadi beberapa negara baru, misalkan sebagai akibat
dari peristiwa alam.
- Terlepas dari bentuk suksesi negara, dengan adanya mutasi teritorial maka
tidak berakibat bahwa unsur konstitutif (penduduk, wilayah, pemerintahan)
menjadi hilang. Unsur konstitutif ini terdapat dalam Pasal 1 dan Pasal 3
konvensi montesvideo 1933. Misalkan negara A dianggap negara maka
unsur konstitutifnya sudah ada atau sudah terpenuhi. Ketika terdapat
suksesi satu negara menjadi 2 negara baru maka terjadi mutasi teritori
namun unsur konstitutifnya tidak hilang.
- Jika terjadi suksesi maka akan ada perpindahan teritorial dari A (indonesia)
menjadi A (indonesia) dan B (timor leste), sehingga seakan akan terjadi
mutasi teritori atau pembagian teritori. Namun mutasi teritori tersebut harus
dimaknai bahwa mutasi tersebut tetap utuh. Teritori negara A (indonesia)
menjadi teritori negara A (indonesia) dan teritori negara B (timor leste)
menjadi teritori negara B (timor leste). Walaupun awalnya teritori tersebut
hanya teritori negara A saja yang kemudian teritori tersebut dianggap
pecah.
- Logikanya negara baru yaitu A dan B ini dianggap negara maka tolak
ukurnya yaitu konvensi montesvideo 1933 yaitu harus ada wilayah,
penduduk, pengakuan, dan pemerintah. Sehingga meskipun terdapat
mutasi teritori maka unsur konstitutif negara A dan B dalam hal ini wilayah
tidak akan hilang.
• Suksesi negara mengurangi kedaulatan negara
• Faktor-faktor yang menyebabkan suksesi negara : perang, peristiwa alam,
peristiwa internal dalam negeri, dll.
• Akibat hukum suksesi negara :
1. Terkait dengan perjanjian internasional bahwa apapun yang berhubungan
dengan perjanjian internasional akan bergeser ke successor state atau negara
pengganti (akan menjadi tanggung jawab negara pengganti). Satu aspek
penting dalam suksesi negara adalah pengaruh pergantian kedaulatan
terhadap hak-hak dan kewajiban yang muncul dari suatu perjanjian. Pasal 17
dan 24 Konvensi Wina 1978 menetapkan bahwa perjanjian tidak beralih pada
suksesor kecuali ditentukan lain dalam devolution agreement. Dalam hal
perjanjian yang isinya semata-mata merupakan kodifikasi dari prinsip-prinsip
yang sudah dikenal dalam kebiasaan internasional maka negara suksesor
akan terikat pada prinsip-prinsip tersebut sebagaimana negara-negara lai
2. Terkait dengan public property, maka negara baru mewarisi properti-properti
yang dimiliki negara lama.
3. Terkait dengan private property, secara konsep akan berpindah namun tidak
otomatis akan berpindah ke sucessor state. Namun ketika successor state
ingin mengambil alih private property tersebut maka negara tersebut harus
menyediakan kompensasi kepada orang yang memiliki property tersebut.
4. Terkait dengan arsip negara, berdasarkan pasal 21 konvensi wina 1984
menetapkan bahwa arsip dari negara predecessor beralih pada successor
state pada saat terjadi suksesi. Misalkan Indonesia terpecah menjadi negara
jawa, negara sumatera, negara kalimantan. Di indonesia terdapat candi
borobudur, apabila terjadi suksesi maka candi borobudur tersebut beralih
menjadi milik negara jawa karena candi borobudur terdapat di wilayah jawa.
5. Terkait kewarganegaraan, masyarakat diberikan pilihan negara mana yang
akan mereka tuju. Biasanya hal ini dilatar belakangi oleh religion background,
cultural background, dll.
6. Terkait keanggotaan organisasi internasional, UN menentukan bahwa
keanggotaan negara-negara didalam UN tidak akan berhenti karena terjadinya
perubahan atau pergantian konstitusi atau perbatasan.
7. Terkait kontrak-kontrak konsensional, apabila predecessor state memiliki
utang, maka utang tersebut akan berpindah ke successor state dan semua
successor state berkewajiban untuk membayarkan utangnya. Negara
pengganti dianggap berkewajiban untuk menghormati kontrak-kontrak yang
dibuat oleh negara yang digantikan dengan pihak pemegang konsesi
(konsesionaris).
• Suksesi pemerintahan, didalam suksesi pemerintahan terdapat prinsip kontinuitas.
- Bahwa walaupun terjadi perubahan pemerintahan yang namanya negara
tetap dianggap ada
- Terkait dengan pengakuan, jika nanti terjadi suksesi negara yang negara
lamanya hilang dan pecah menjadi beberapa negara maka pengakuan
terhadap negara lamanya secara otomatis hilang
• Perolehan suksesi nasional dapat dengan konstitusional dan inkonstitusional.

TANGGUNG JAWAB NEGARA

• Tanggung jawab : kewajiban memberikan jawaban yang merupakan perhitungan


atas suatu hal yang terjadi dan kewajiban untuk memberikan pemulihan atas
kerugian yang ditimbulkannya.
• Karakteristik tanggung jawab negara:
1. Adanya suatu kewajiban hukum internasional yang berlaku antara dua negara
tertentu.
2. Adanya perbuatan atau kelalaian yang melanggar kewajiban hukum
internasional
3. Adanya kerusakan/kerugian
è Ketiga karakteristik ini sifanya kumulatif, jadi untuk menggambarkan
bagaiamana situasi negara dapat dimintai pertanggungjawaban itu harus
memuat 3 karakteristik tersebut. Terdapat norma dimana norma tersebut
dilanggar atau norma tersebut diabaikan dan adanya kerusakan atau
kerugian yang ditimbulkan dari pelanggaran norma tersebut.
• Didalam konteks hukum internasional, merespons adanya kerusakan atau
kerugian yang muncul dapat dilakukan melalui 2 bentuk yaitu satisfaction dan
reparation. Kedua bentuk pemulihan ini bisa bersifat kumulatif dan atau alternatif.
1. Satisfaction : bentuk permintaan maaf yang sungguh-sungguh dan janji utnuk
tidak mengulang perbuatan yang sama dikemudian hari. Contohnya raja
belanda dan perdana menterinya akhrinya meminta maaf ke indonesia atas
peristiwa lampau yang terjadi karena pada waktu itu belanda menjajah
Indonesia dan mengakibatkan banyak korban. Dalam kondisi tertentu belanda
memutuskan untuk meminta maaf kepada rakyat indonesia. Artinya terdapat
gambaran bahwa pemerintah belanda dulunya dia melanggar ketentuan
hukum internasional, yang kedua adanya kerusakan atau kerugian atas
tindakan yang dilakukan belanda. Sehingga dalam konteks
pertanggungjawaban negara, ketika negara sudah memberikan permintaan
maaf kita dapat melihat bentuk pertanggungjawaban negara.
2. Pecuniary reparation : manakalah timbul kerugian materiil dari tindakan
negara, tersebut, maka tanggung jawab menjadi bertambah satu lagi, yaitu
memberikan sejumlah ganti rugi.
• Dalam kondisi apa saja negara bisa dimintai pertanggung jawaban:
1. Tanggung jawab atas perbuatan melawan hukum, dapat timbul karena
a. Eksplorasi ruang angkasa
- Pasal 2 liability convention 1972 secara garis besar mengatur tetang
tanggung jawab negara terkait dengan bagaimana dia
memanfaatkan udara dan angkasa.
- Dalam konvensi liability 1972 menyatakan bahwa negara peluncur
mutlak bertanggung jawab untuk membayar kompensasi untuk
kerugian di permukaan bumi atau pada pesawat yang sedang dalam
penerbangan. Contohnya dalam konteks telekomunikasi, negara
pasti memiliki satelit. Pada beberapa tahun yang lalu indonesia
pernah meluncurkan satelit miliknya sendiri dengan meminjam
fasilitas milik amerika. Misalkan pada saat sudah diluncurkan
terdapat gagal sistem sehingga roket tersebut jatuh dan
mengakibatkan korban jiwa. Maka berdasarkan liability convention
1972, indonesia wajib memberikan tanggung jawab (memberikan
kompensasi) terhadap peristiwa itu dan pertanggung jawaban
tersebut mutlak.
b. Eksplorasi nuklir: negara bertanggung jawab terhadap setiap kerusakan
yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan dalam bidang eksplorasi nuklir
dan sistem pertanggung jawabannya adalah absolut. Jadi dalam hal ini
tidaklah penting apakah negara tersebut sebelumnya yang telah melakukan
tindakan-tindakan pencegahan tetapi kerugian tetap terjadi.
c. Kegiatan-kegiatan lintas batas nasional, contohnya laut cina selatan jika
kita melihat garisnya itu irisannya dengan laut teritorial dengan beberapa
negara. Beberapa tahun lalu cina mengeluarkan gambar yang ada di
paspor cina dengan gambar garis laut cina selatan yang baru dimana hal
tersebut tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disepakati oleh
negara-negara. Dengan cina melakukan self claim terhadap garis laut cina
selatan maka menimbulkan kontroversi.
2. Tanggung jawab atas pelanggaran perjanian, timbul karena:
a. Pelanggaran suatu perjanjian-perjanjian terhadap pacta sunt servanda
b. Pelanggaran kontrak negara tidak bertanggungjawab atas segala tindakan
yang dilakukan oleh perorangan yang tidak bertindak atas nama
negaranya.
3. Tanggung jawab atas hutang negara
Starke, ada 3 teori :
a. Teori Lord Palmerston
b. Teori Drago
c. Teori yang paling banyak diterima

Pengecualian tanggung jawab negara

a. Ada persetujuan negara yang dirugikan


b. Upaya yang sah menurut hukum internasional
c. Force majeure
d. State of necessity
e. Self defence
4. Tanggung jawab atas konsensi
- Konsesi adalah pemberian hak, izin, atau tanah oleh pemerintah,
perusahaan, individu, atau entitas legal lain
- Klausula Calvo
- Exhaustion of local remedies: sebelum diajukan tuntutan ke pengadilan
internasional, langkahlangkah penyelesaian sengketa (local remedies)
yang tersedia oleh negara yang bersangkutan harus terlebih dahulu
ditempuh (exhausted)
- Prinsip-prinsip diterapkannya exhaustion of local remedies:
a. Local remedies tidak perlu digunakan jika tidak ada ganti rugi
b. Jika tidak ada local remedies
c. Jika kerugian disebabkan oleh tindakan eksekutif pemerintah
yang tidak tunduk pada yurisdiksi pengadilan setempat
d. Local remedies tidak diam-diam
5. Tanggung jawab atas ekspropriasi
- Ekspropriasi à pencabutan hak milik perorangan untuk kepentingan
umum yang disertai dengan pemberian ganti rugi
- Syarat sahnya ekspropriasi :
a. Tidak dilaksanakannya hak-hak kepemilikan perusahaan olah
negara yang bersangkutan
b. Untuk kepentingan umum (public purposes)
c. Ganti rugi yang pantas (appropriate compensation)
è prompt, adequate, effective
è fair compensation ( kasus Tembakau Bremen)
è Non-diskrimimasi
6. Tanggung jawab atas kejahatan internasional
- Pelanggaran kewajiban internasional negara
- Doktrin ‘imputability’ :
è Kejahatan yang dilakukan oleh petugas negara atau orang yang
bertindak untuk dan atas nama negaranya, bila:
è Perbuatan yang dilakukan merupakan pelanggaran kewajiban
yang ditetapkan oleh hukum internasional
è Hukum internasional membebankan kejahatan itu kepada
negaranya
7. Tanggung jawab atas lingkungan
- Negara bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang
mengakibatkan kerugian negara lain

• Tanggung jawab negara dan teori fault


- Teori obyektif/ teori resiko -> tanggung jawab negara bersifat mutlak
(strict) -> strict liability
- Teori subyektif/ teori kesalahan (fault) -> ditentukan adanya unsur
kesalahan atau kelalaian -> liability based on fault

• Menentukan ‘internationally wrongful acts of a State’


- Suatu negara bertanggung jawab jika suatu tindakan (acts) atau
kelalaian (omissions)
- Yang dapat dipertautkan (attributable) pada negara tsb
- Merupakan pelanggaran atas suatu kewajiban internasional
- Baik yang lahir dr perjanjian internasional maupun dari ketentuan HI
lainnya
• ILC MENGADOPSI ARSIWA
- ILC: mengadopti Draft Articles on Responsibility of States for
Internationally Wrongful Acts (ARSIWA)
- Draft ini sebagai titik kulminasi dari negosiasi yang panjang dan
melelahkan karena topiknya yang membingungkan dan tidak jelas,
seperti dikatakan oleh, FV Garcia Amador: ‘a topic beset with greater
confusion and uncertainty’
• Art 2 ARSIWA
- Unsur tanggung jawab negara:
è Ada perbuatan atau kelalaian (act or omission) yang dapat
dipertautkan (attributable) pd suatu negara (mnrt HI)
è Perbuatan atau kelalaian itu merupakan suatu pelanggaran (a
breach)terhadapsuatu kewajiban internasional (lahir dari
perjanjian atau ketentuan HI lainnya)
• Corfu Channel Case
- Meledaknya kapal Inggris yang disebabkan ranjau yang ada di selat
corfu (Corfu channel) yang berada di wilayah perairan laut Abania pada
22 Oct 1946.
- Inggris mendalilkan bahwa Albania gagal dalam menjalankan kewajiban
(internasional) nya untuk memberikan notifikasi (pengumuman) kepada
seluruh kapal yang datang dan masuk selat Corfu, dan sebagai
akibatnya, Albania bertanggung jawab atas tindakannya tsb.
- ICJ: found that Albania did nothing to notify Britain of the mines and
“these grave omissions involve the international responsibility of
Albania’
• Unsur Kerugian
- Sampai akhir abad 20: untuk adanya tanggung jawab negara, tidak
cukup dua unsur tsb melainkan harus ada unsur kerusakan atau
kerugian (damage or loss) pada pihak atau negara lain
- Saat ini tidak perlu ada unsur kerugian. Misalnya pelanggaran thdp
HAMà Pasal 24 Konvensi HAM Eropa setiap neg peserta
diperbolehkan mengajukan keberatan tanpa hrs ada kerugian
• Art 3 ARSIWA : Menghapus/meniadakan syarat kerugian dalam setiap definisinya
mengenai perbuatan yang dapat dipersalahkan menurut hukum internasional

• Imputability

- Imputability ini penting, karena merupakan syarat mutlak adanya


tanggung jawab negara baik itu merupakan suatu perbuatan atau
kelalaian yang melanggar HI
- Imputability dianggap ada jika perbuatan atau kelalaian tsb dilakukan
oleh organ negara atau pihak yang memperoleh status sebagai organ
negara E.g.
- Under international law…in order that a State may incur responsibility it
is necessary that an unlawful international act be imputed to it, that is,
that there exist a violation of a duty imposed by an international juridical
standard
- US vs Mexico (1931) RIAA 1 (the Dickson Car wheel Company Case):
- International responsibility does not arise if a state breaches an
obligation towards its own people,
- Although in some circumstances breaches of obligations owed to one’s
citizens may lead to a breach of international HR obligations

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL- POLITIK

• Jenis penyelesaian sengketa internasional :


1. Penyelesaian Sengketa Secara damai
2. Penyelesaian Sengketa Secara non damai : bentuknya intervensi, blockade,
perang.
• Ruang lingkup :
Sengketa :
è Luas : sengketa antara subyek-subyek hukum internasional
è Sempit : sengketa antar negara (fokus pembahasan)
• Sengketa : perselisihan fakta, perselisihan hukum, atau perselisihan politik dimana
tuntutan atau pernyataan salah satu pihak ditolak, dituntut balik atau diingkari
pihak lawan. Misalnya negara tergabung dalam perjanjian internasional dimana
dalam perjanjian internasional itu mengatur hak dan kewajiban negara. Apabila
kewajiban tersebut diingkari atau tidak dijalankan maka hal tersebut dapat disebut
dengan sumber sengketa
• Sengketa internasional : bila perselisihan tersebut melibatkan pemerintah,
lembaga, juristic persons (badan hukum) atau individu dalam bagian dunia yang
berlainan (berbeda yurisdiksi).
• Bagaimana jika sengketa hanya terjadi di satu negara atau satu yurisdiksi saja
namun melibatkan lembaga, pemerintah maupun badan hukum? Itu bukan
termasuk sengketa internasional meskipun mengandung unsur-unsur asing. Jadi
tidak semua sengketa bisa disebut sebagai sengketa internasional.
• Jenis-jenis sengketa dan penyelesaiannya
Negara berkewajiban untuk menyelesaikan sengketa secara damai : Pasal 33 ayat
1 UN Charter. Jadi sebisa mungkin negara dipaksa menyelesaikan sengketa
secara damai. Berdasarkan Pasal 33 ayat 1 UN Charter penyelesaian sengketa
internasional dapat diselesaikan melalui 2 jalur yakni :
1. Melalui jalur politis : melalui 3 jalur yaitu negara, pbb, organisasi internasional
Bentuknya berupa negosiasi, mediasi, konsiliasi, inquiry
2. Melalui jalur yuridis (hukum) : melalui mahkamah internasional dan arbitrase
• Penyelesaian sengketa internasional melalui perang merupakan salah satu cara
yang dapat diambil namun tidak menjustifikasi bahwa perang dapat diambil,
karena sesuai pasal 33 un charter harus menggunakan cara damai.
• Penyelesaian secara damai
- Dasar hukum : Pasal 1 konvensi tentang penyelesaian sengketa secara damai,
den haag 1907 à sudah mengatur bahwa penyelesaian secara damai bersifat
imperaktif. Namun pasca itu yaitu perang dunai I dan perang dunia II terjadi,
faktanya di tahun itu apakah hukum internasional sudah berkerja secara efektif
sebagai jembatan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang ada.
- Pasal 2 (3) UN Charter jo pasal 2 (4) à secara operasional pasal 33 UN
Charter
- Deklarasi Manila tentang penyelesaian sengketa internasional secara damai,
15 Nov 1982.
è Dalam dasar hukum tadi secara normatif mengatur bahwa sebisa
mungkin negara-negara harus mengambil cara damai untuk
menyelesaikan sengketa internasional.
- Prinsip-prinsip penyelesaian sengketa internasional
1. Negara tidak akan menggunakan ancaman kekerasan : Faktanya semua
prinsip ini tidak ada sesuai. Misalnya negara tidak akan menggunakan
ancaman kekerasan. Namun prinsip ini dilanggar, negara iran dengan
palestin masih menggunakan ancaman kekerasan.
2. Non intervensi : faktanya saat ini tidak ada negara yang tidak melakukan
intervensi. Misalkan negara besar yang memiliki hak veto merupakan salah
satu bentuk intervensi.
3. Persamaan hak dan menentukan nasib sendiri : somehow sering kali
dichallenge oleh negara-negara besar. Misalnya sejarah afrika, justru harus
bisa dilihat sebagai bentuk perlawanan bahwa seharusnya sengketa-
sengketa ini tidak muncul. Maksudnya tidak akan muncul persamaan hak
dan menentukan nasib sendiri ketika tidak ada sengketa internasional.
4. Persamaan kedaulatan negara
5. Kemerdekaan, kedaulatan dan integritas teritorial suatu negara
6. Itikad baik dalam hubungan internasional
7. Keadilan dan hukum internasional.
è Prinsip ini menjadi guidance/panduan negara untuk menyelesaikan
sengketa internasional, namun faktanya tidak seperti ini. Misalkan
negara tidak akan menggunakan ancaman kekerasan, prinsip ini selalu
dilanggar oleh negara-negara yang misalkan dalam kasus israel dengan
palestina. Negara-negara itu tetap menggunakan kekerasan dalam
menyelesaikan sengketa internasional.
• Perbedaan sengketa internasional hukum dengan sengketa internasional politik
- Sengketa hukum (legal dispute) : kondisi negara yang mendasarkan
tuntutannya atas dasar ketentuan yang ada dalam perjanjian atau sumber-
sumber yang telah diakui HI. Jadi sengketa internasional muncul akibat
perjanjian perjanjian yang dilanggar atau ketentuan-ketentuan yang diakui oleh
hukum internasional yang dilanggar (seperti customary law yang dilanggar dan
lain sebagainya).
è Penyelesaian berupa keputusan mengikat kedua negara dan
membatasi kedaulatan negara-negara karena didasarkan pada prinsip-
prinsip HI. Muaranya di Mahkamah Internasional, jika kedua negara
bersepakat untuk maju di MI (ICJ) maka akibatnya akan besar salah
satunya yaitu negara yang kalah akan bisa kehilangan sebagian
kedaulatannya. Contohnya lipadan dan sigitan, indonesia menjadi
kehilangan kedaulatan atas kedua wilayah tersebut sehingga yang
memiliki kedaulatan atas kedua wilayah tersebut yakni malaysia.
- Sengketa politik : sengketa dimana negara mendasarkan tuntutannya atas
pertimbangan non yuridis. Negara A dan B silang pendapat, hal tersebut
merupakan sengketa politik. Selain itu mengenai perbedaan penafsiran fakta
mengenai teritori suatu wilayah, patokan X bergeser kemudian negara X
menuduh negara Y yang menggeser patokan tersebut, hal ini merupakan
sengketa politik.
è Penyelesaian hanya berupa usul-usul tidak mengikat dan tetap
memperhatikan kedaulatan negara-negara pihak (dapat berupa
negosiasi, mediasi, dll). Penyelesaian sengketa dengan jalur politis
hanya diatas kertas saja namun setelah itu sengketa akan terus
berjalan.
- Bagaimana success level dari masing-masing penyelesaian diatas?
• Penyelesaian sengekat secara damai melalui jalur politis terdiri dari :
1. Kerangka antar negara
è Perundingan diplomatik :
a. Langsung antar 2 negara (negosiasi)
Ø Pertemuan tertutup wakil-wakil negara (menlu, dubes, atau
yang ditugaskan khusus). Apakah level presiden pernah ikut
dalam penyelesaian sengketa internasional? Sangat
dimungkinkan bahwa presiden ikut dalam penyelesaian
sengketa internasional namun kembali lagi tergantung bobot
dari sengketa tersebut.
Ø Diplomasi ad hoc (bilateral-multilateral)
Ø Campur tangan pihak ketiga
Ø Internasionalisasi à positif bagi eksistensi masyarakat
internasional tetapi bertentangan dengan pendapat dalam
negeri. Maksudnya apabila suatu sengketa apabila levelnya
sudah internasional maka negara-negara akan concern
terhadap negara yang bersengketa tersebut sehingga akan
berdampak positif bagi eksistensi masyarakat internasional.
b. Good offices (Jasa-jasa baik) dan mediasi : ada pihak ketiga
Ø Konsep mediasi dalam lingkup nasional maupun internasional
sama saja bahwa seorang mediator harus memiliki
karakteristik tertentu.
Ø Dalam hal apa negara boleh melibatkan pihak ketiga dalam
menyelesaikan sengketa internasional? yaitu ketika dua
negara dalam melaksanakan negosiasi tidak mendapat jalan
keluar atau kedua negara tidak sepakat, maka langkah yang
dapat diambil yaitu melibatkan pihak ketiga.
Ø Diatur dalam konvensi den haag 1899 dan 1907
Ø Negosiasi buntu maka dibutuhkan pihak ketiga, yang
menunjuk pihak ketiga yaitu negara pihak yang bersengketa.
Sehingga harus ada kesepakatan 2 negara untuk menunjuk
mediator /pihak ketiga à mediator tidak boleh mengajukan
diri untuk membantu menyelesaikan sengketa internasional.
Ø Namun dalam pergaulan internasional, biasanya negara
ketiga boleh mengajukan diri apabila sengketanya sudah ada
dilevel paling panas.
Ø Jasa-jasa baik (good offices) : intervensi negara ketiga yang
merasa dirinya wajar untuk membantu penyelesaian
sengkata antar dua negara. Negara ketiga ini tidak ikut
mengusulkan dasar-dasar perundingan atau poin poin
perdamaian. à merangkul para pihak agar mau
menyelesaikan sengketa.
Ø Mediasi : campur tangan yang lebih nyata (negara ketiga juga
mengusulkan dasar-dasar perundingan atau poin poin
perdamaian)
- Putusannya tidak mengikat dan tidak ada konsekuensi hukumnya, somehow
tidak menyelesaikan masalah namun beberapa saat juga dapat menyelesaikan
masalah.
è Angket, survei, referendum
Ø Teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan
tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden
Ø Bertujuan memberikan dasar yang kuat bagi perundingan à
data-data obyektif penyebab konflik
Ø Kasus timor leste merupakan salah satu contoh bagaimana
model penyelesaian sengketa melalui angket ini bekerja. Semua
responden diberikan angket yang berisikan bahwa masyarakat
timor leste ingin stay di indonesia atau keluar dari Indonesia. Dan
pada waktu itu hasilnya banyak masyarakat yang meminta untuk
keluar dari Indonesia.
Ø Bersifat fakultatif (tidak wajib), baik penggunaannya maupun sifat
keputusannya.
Ø Misalnya skotland tidak jadi pisah dengan inggris karena
rakyatnya masih pro dengan inggris.
è Konsiliasi
Ø Usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk
mencapai persetujuan dan penyelesaian
Ø Merupakan perkembangan komisi angket
Ø Diatur oleh konvensi à konsiliasi wajib. Negara- negara yang
nanti akan mengambil langkah konsiliasi maka syaratnya harus
ada perjanjian yang berasal dari konsiliasi.
Ø Prosedur konsiliasi adalah prosedur politik, solusi yang diajukan
tidak mengikat, dapat juga mengajukan sengketa melalui
prosedur yurisdiksional
Ø Komisi adalah tetap, dibentuk setelah berlakunya konvensi (ada
panitianya). Jadi konsiliasi dapat berjalan setelah adanya komisi
atau panitianya.
Ø Penyelesaian melalui konsiliasi tidak mengikat tapi ini kontra
karena konsiliasi didasari pada konvensi dimana apabila negara
telah tunduk pada konvensi atau perjanjian internasional maka
negara tersebut terikat pada konvensi tersebut (pacta sunt
servanda). Selain itu juga tidak memberikan kepastian hukum
dan tidak mengurangi kedaulatan suatu negara .
2. Kerangka PBB melalui :
a. PBB akan melakukan observasi pendahuluan terkait dengan sengketa
yang ada. Dan PBB harus menekankan kepada negara bahwa harus
menyelesaikan sengketa dengan jalur damai sesuai dengan Pasal 2 (3)
piagam : penyelesaian secara damai sehingga keadilan tidak terancam.
b. Intervensi PBB : sengketa internasional yang ada jalurnya harus masuk ke
SC (Dewan Keamanan). Komposisi dari dewan keamanan yaitu negara-
negara yang selalu melakukan veto yaitu cina, rusia, amerika serikat,
perancis, dan inggris à dewan keamanan tetap (Pasal 23 UN Charter).
Namun ada juga dewan keamanan yang tidak tetap namun hal ini tidak
signifikan dalam menyelesaikan sengketa internasional. Sengketa
internasional jika sudah masuk ke dewan keamanan maka resikonya
adalah di veto apalagi menyangkut kepentingan anggota tetap dewan
keamanan. Jika sudah terjadi seperti itu maka sengketa akan tetap jalan
dan banyak masyarakat menjadi korban. Maka dari itu ada intervensi dari
GA (Majelis Umum)
c. Intervensi GA (Majelis Umum) : jika sengketa di dewan keamanan macet,
perlu dilakukan intervensi Majelis Umum. Tugas GA :
a) Membuat rekomendasi ke anggota atau Dewan keamanan (Pasal 10
UN Charter)
b) Berkaitan dengan perdamaian dunia (Pasal 11 (3) UN Charter) à RISE
UP. Apabila sengketa di dewan keamanan macet maka perlu dilakukan
intervensi Majelis Umum atau GA yang didasarkan pada Pasal 11 (3)
UN Charter yaitu berkaitan dengan perdamaian dunia sehingga
sengketa itu harus diselesaikan. OLEH KARENA ITU TETAP TIDAK
MEMBERIKAN KEPASTIAN HUKUM.
d. Wewenang General Secretary PBB à yang melakukan RISE UP
Pasal 99 UN Charter ”Sekretaris Jenderal dapat meminta perhatian Dewan
Keamanan mengenai sesuatu hal yang menurut pendapatnya dapat
membahayakan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional”
3. Kerangka organisasi internasional (Regional)
Misalnya seperti ASEAN, apabila mereka menawarkan mekanisme
penyelesaian sengketa antar negara anggotanya maka harus sesuai dengan
Pasal 33 UN Charter. ASEAN berusaha semaksimal mungkin untuk
menjembatani kasus rohingya.
è Pasal 33 UN Charter
a. Pihak-pihak yang tersangkut dalam suatu pertikaian. Pertama-tama
harus mencari jalan penyelesaian. Penyelesaian menurut hukum
melalui badan-badan atau pengaturan regional
b. Bila dianggap perlu, SC (Dewan keamanan) meminta kepada pihak-
pihak yang bersangkutan untuk menyelesaikan pertikaiannya
dengan cara-cara yang serupa itu.
Menganalisa penyelesaian sengketa yang efektif
• Penyelesaian sengketa internasional melalui jalur politis tidak memberikan
kepastian hukum sehingga jika sudah dilakukan penyelesaian sengketa maka
tetap ada kemungkinan bahwa sengketa itu akan tetap berjalan. Lain hal nya jika
sengketa telah masuk ke ICJ maka akan memberikan kepastian hukum dan
putusannya akan mengikat negara yang bersengketa serta akan mengurangi
kedaulatan negara yang kalah beracara di ICJ.

HUKUM INTERNASIONAL 28 NOVEMBER 2022 (PENYELESAIAN SENGKETA


INTERNASIONAL – HUKUM)

• Pasti ada pengurangan kedaulatan apabila suatu negara maju ke ICJ


• Karakteristik :
1. Menghasilkan keputusan mengikat : negara2 harus melaksanakan putusan,
namun tetap tidak ada jaminan bahwa sengketa itu selesai karena akan ada
kemungkinan-kemungkinan sengketa lain akan muncul
2. Didasarkan aturan hukum : MI dalam menyelesaikan sengketa harus
didasarkan oleh aturan hukum (legal basis) berbeda dengan mediasi dan
negosiasi dimana keduanya didasarkan pada jalur jalur diplomatis ataupun
politis
3. Berakibat pada pengurangan kedaulatan negara
4. Bersifat fakultatif : sukarela, negara boleh mengambil langkah mediasi terlebih
dahulu sebelum maju ke ICJ
5. Meliputi arbitrase dan mahkamah internasional : para pihaknya negara-negara
6. Peradilan internasional lainnya dibawah PBB, misalkan ICC, ITLOS, ICTY,
ICTR. ICC pihaknya non negara.
• Penyelesaian sengketa internasional secara damai melalui jalur hukum
1. Arbitrase internasional :
è Pengertian luas : Cara penyelesaian sengketa secara damai untuk
sengketa-sengketa internasional yang dirumuskan dalam bentuk suatu
keputusan oleh arbitror yang dipilih oleh para pihak, dimana
sebelumnya telah menerima sifat mengikat keputusan tersebut.
è Pengertian sempit : keputusan mengikat dan didasarkan atas ketentuan
hukum.
è Perbedaan antara arbitrase internasional dengan pengadilan
Internasional (Mahkamah Internasional) yaitu jika arbitrase internasional
para pihak memilih arbiter (hakim) sedangkan jika pengadilan
internasional para pihak tidak bisa memilih hakimnya. Kemudian nanti
ada orang-orang yang terkualifikasi sebagai arbiter internasional.
Misalnya jika konteksnya Indonesia, terdapat BANI Arbitration Center
yaitu tempat arbiter indonesia yang tersertifikasi. Penunjukan arbiter
harus disetujui oleh kedua belah pihak.
è Bentuknya non institusional :
a. Dibentuk sendiri oleh negara yang bersengketa
b. Dipilih suatu peradilan yang ada atau keputusan kepala
negara/pemerintah asing
c. Adanya kebebasan memilih hakim-hakim, didirikan setelah timbul
sengketa, bubar bila sengketa selesai. Tidak ada kantor perwakilan
tertentu karena bentuknya non institusional. Sehingga dalam
menyelesaikan sengketa dapat menumpang di forum negara
lainnya.
è Dasar keputusan berdasarkan konsideran hukum dan konsideran
politik. Nuansa mediasi maupun negosiasi masih ada namun itu semua
dikerjakan oleh arbiter. Artinya selain ada aturan-aturan hukum yang
dirujuk terdapat fakta-fakta politik juga (konsideran politik) yang diambil.
è Arbitrase : di beberapa referensi menyebutkan bahwa arbitrse ini
menjadi cikal bakal pembentukan lembaga yudisial permanen. Artinya
arbitrase dinilai lahir terlebih dahulu daripada model pengadilan yang
sifatnya konstitusional.
è Keuntungan : diberikan pilihan beberapa cara menyelesaikan sengketa
internasional. Karena selain hasil keputusan mengikat dia tidak
mengurangi kedaulatan negara (karena ada nuansa politik). Namun
bentuk putusannya yaitu mengikat negara-negara
è Negara indonesia sering memanfaatkan putusan melalui forum
arbitrase internasional.
2. Mahkamah internasional (ICJ)
è Tugas dan fungsi : mahkamah ini adalah untuk mengadili dan
menyelesaikan sengketa antar negara-negara (contentious case)
dan memberikan pendapat-pendapat (advisory opinion) bersifat
nasihat kepada organ-organ resmi dan badan khusus PBB. à ada di
Statuta Mahkamah Internasional.
è Fungsi ajudikasi dalam mengadili dan menyelesaikan sengketa antar
negara-negara (Artikel 34 ICJ Statute)
Ø Pasal 36 ayat (1) Statuta MI : Terdapat prinsip umum mengenai
penyelesaian sengketa internasional yang dilakukan oleh ICJ
yaitu meliputi semua perkara (perbatasan, yurisdiksi, kedaulatan
negara, dll) dan harus ada common consent. Jadi negara-negara
yang akan maju ke ICJ harus ada common consent. Common
consent nya yaitu harus bersepakat bahwa kasus tersebut harus
diselesaikan di ICJ.
Ø Hanya negara yang dapat menjadi pihak dalam kasus-kasus
pertikaian di ICJ
Ø Individu, perusahaan, negara bagian (federal state), LSM, organ
PBB dan self-determination groups dikecualikan dari partisipasi
langsung dalam kasus-kasus yang diajukan di ICJ.
Ø Namun ICJ dapat menerima informasi dari organisasi
internasional publik. Dalam artian, ICJ boleh menerima informasi
tentang sengketa yang terjadi.
NOTE :
Organisasi internasional publik : PBB, UNICEF, WHO à dibawah
naungan PBB.
Organisasi internasional privat : FIFA, FIBA, ASEAN
Ø Prinsip Common Consent : bagaimana negara-negara ini
berperkara di depan MI
Agreement (Artikel 36.1)
1. Harus ada compromisnya (special agreement): metode dasar
untuk men-challenge kewenangan ICJ. Jadi setelah para
pihak bersepakat maka harus ada special agreement, apakah
ICJ punya kewenangan untuk menyelesaikan sengketa
tersebut.
2. Compromissory clause (di perjanjian internasional) : misalkan
ada banyak negara yang tergabung dalam perjanjian
internasional dan salah satu klausul nya menyatakan bahwa
jika terjadi apa apa dikemudian hari maka akan melalui
Mahkamah Internasional. Hal ini dapat dijadikan rujukan atau
consent yang dipakai negara untuk maju ke pengadilan
internasional.
3. Special treaties
4. Forum prorogatum (implicit consent): contohnya kasus corfu
case

Unilateral Declaration (Artikel 36.2)

1. Reciprocity (Artikel 36 ayat 3)


2. Reservations
è Fungsi sebagai lembaga yang memberikan pendapat-pendapat
(Advisory Opinion) namun hal ini terbatas hanya pada UN Organs dan
UN related organizations (Artikel 65 ICJ Statute), misalnya WHO,
UNICEF.
Ø Isi dari Advisory Opinion yaitu misalkan ada pihak yang
bersengketa ingin menerjemahkan aturan yang ada di hukum
internasional, maka dia meminta advisory opinion.
Ø Advisory opinion dapat disebut juga dengan fungsi konsultatif
(Pasal 96 ayat 1 ICJ Statute)
Ø Bukan keputusan hukum dan tidak mengikat
Ø Mengenai semua hal
Ø Yang dapat meminta : GA (Majelis Umum PBB) dan SC (Dewan
Keamanan); organ lain PBB dan badan khususnya harus melalui
GA (Majelis Umum PBB)
è Yurisdiksi / Kewenangan ICJ
1) Dasar hukum : artikel 36 ayat 2
2) Yaitu terkait dengan :
a. Meninterpretasikan perjanjian internasional : biasanya negara-
negara yang berperkara memiliki pandangan yang berbeda/ cara
menginterpretasikan perjanjian internasional yang berbeda.
Sehingga ICJ memiliki kewenangan untuk menginterpretasikan
perjanjian internasional tersebut.
b. Semua pertanyaan mengenai public internasional law dan ICJ
memiliki kewenangan untuk menjawab. Misalkan terkait subjek
hukum internasional, hal itu dapat ditanyakan kepada ICJ dan
ICJ memili kewenangan untuk menjawab.
c. Ketika kasus itu sudah berproses sampai kasus itu diputuskan,
kalo kasus itu mengandung unsur tanggungjawab negara
misalnya kompensasi negara maka ICJ memiliki kewenangan
mengenai besarnya tanggungjawab negara (kompensasi)
tersebut

Catatan : preliminary objections (jika di Indonesia sama dengan


eksepsi)
1. Bahwa itu bukan menjadi yurisdiksi ICJ untuk menyelesaikan
suatu sengketa. Misalkan ada sebuah negara yang akan maju
dan menyatakan sudah bersepakat untuk maju ke ICJ namun
faktanya itu hanya kesepakatan satu pihak saja. Sehingga ICJ
tidak memiliki kewenangan untuk menyelesaikan sengketa
tersebut karena untuk maju ke ICJ harus kesepakatan kedua
belah pihak. Selain itu pihak yang tidak bersepakat untuk maju
ke ICJ dapat menggunakan alasan ini untuk menyampaikan
eksepsinya.
2. Penuntut tidak memiliki standing/ dasar untuk melanjutkan suatu
kasus ke ICJ. Misalkan consent responsibility terhadap
penggunaan lahan (sewa lahan), maka penyelesaiannya harus
lewat exhaustion of local remedies terlebih dahulu. Apabila hal
tersebut tidak diambil maka para pihak tersebut tidak memiliki
standing untuk maju ke ICJ. Dengan tidak memiliki exhaustion of
local remedies maka dapat dijadikan eksepsi.
è Prosedur dan Komposisi :
1. 15 hakim + 2 hakim ad hoc (harus ganjil)
2. Bahasa resmi : perancis dan inggris (Pasal 39 statuta)
3. Mahkamah dapat mengambil tindakan sementara. Misalkan di
dalam persidangan atau didalam proses penyelesaian sengketa
ketika dirasa mahkamah ingin menghentikan kasusnya sementara
maka mahkamah dapat melakukannya
4. Ketidakhadiran negara tidak menghalangi mahkamah mengambil
keputusan
5. Keputusan mahkamah dengan suara mayoritas hakim yang hadir
6. Penyampaian dissenting opinion : jadi jika ada dissenting opinion
maka dissenting opinion harus dibacakan. Dissenting opinion adalah
pendapat atau putusan yang ditulis oleh seorang hakim atau lebih
yang tidak setuju dengan pendapat mayoritas majelis hakim yang
mengadili suatu sengketa.
7. Pemaksaan keputusan mahkamah oleh dewan keamanan (menjadi
catatan buruk karena putusan hanya berupa paper saja). Misalnya
eksekusi terhadap putusan tersebut dilakukan oleh dewan
keamanan maka nuansa politiknya terlalu kental, karena negara-
negara dewan keamanan merupakan negara-negara yang memiliki
veto. Sehingga jika sudah tercampur dengan politik maka akan
susah untuk memaksakan keputusan mahkamah internasional.
3. Mahkamah peradilan tetap/permanent court
è Bentuk lebih sempurna
è Didirikan sebelum sengketa timbul
è Komposisi dan tata kerja peradilan telah ditentukan sebelumnya
è Bebas dari kehendak negara-negara yang bersengketa
è Hanya dapat berkembang dalam masyarakat yang tergabung dalam
organisasi internasional
è Lahirnya peradilan tetap dimulai dengan pembentukan Mahkamah
Arbitrase Tetap (Permanent Court of Arbitration) berdasarkan Konvensi
Den Haag 1899 dan 1907
è Mahkamah tetap bukan dalam arti sebenarnya (bukan yang
konstitusional), jadi ada daftar nama hakim untuk menjalankan fungsi
arbitrase tetap dan kantor secretariat di Den Haag.
• Perbedaan penting antara PCIJ dan ICJ:
- ICJ merupakan bagian integral dari PBB; PCIJ terpisah dengan PBB
- Anggota PBB otomatis juga anggota ICJ; PCIJ tidak demikian
- ICJ lebih bersifat universal; PCIJ tidak. ICJ lebih bersifat universal karena
negara-negara lebih trust karena mayoritas anggota PBB otomatis juga
anggota ICJ.
• Sengketa terkait UNCLOS
Pasal 287 ayat (1) UNCLOS, terdapat beberapa cara untuk menyelesaikan
sengketa :
1. ITLOS di Hamburg, Jerman
2. ICJ di Den Haag, Belanda
3. Ad hoc arbitrase (sesuai dengan Annex VII UNCLOS)
4. Arbitrase khusus yang dibentuk utnuk kategori sengketa tertentu.

Namun penyelesaian melalui arbitrase sesuai Annex adalah yang disarankan,


sesuai Pasal 287 ayat (3) UNCLOS

• Selain itu terdapat badan lainnya untuk menyelesaikan sengketa, antara lain :
1. WTO
- Penyelesaian sengketa WTO diatur oleh nota kesepakatan yang
ditandatangani di Marakesh pada 1994 setelah negosiasi Uruguay
- Memorandum menempatkan penekanan pada konsultasi dan
menetapkan tanggat waktu yang ketat untuk menyelesaikan sengketa.
WTO berbasis di Jenewa, Swiss
2. Permanent Court of Arbitration (PCA)
- PCA merupakan lembaga global tertua untuk penyelesaian sengketa
internasional antara negara-negara, organisasi internasional, atau pihak
swasta yang timbul dari perjanjian internasional.
- PCA merupakan organisasi antarpemerintahan yang terletak di Den
Haag, Belanda
3. Pengadilan Ad-Hoc / Pengadilan Tidak Tetap
- Berkaitan dengan kasus International Criminal Tribunal for Rwanda
(ICTR) dan International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia
(ICTY).
- Diciptakan untuk mengadili orang yang dianggap bertanggung jawab
atas kejahatan perang di Balkan selama konflik pada 1990-an à ICTY
- Diciptakan untuk orang-orang yang dianggap bertanggungjawab atas
tindakan genosida dan pelanggaran serius atas hukum humaniter
internasional yang dilakukan di wilayah Rwanda antara 1 Januari dan
31 Desember 1994.
4. International Criminal Court (ICC)
- Yurisdiksi : untuk menuntut individu apabila melakukan kejahatan
internasional seperti genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan,
kejahatan perang, dan kejahatan agresi. Jadi hanya terbatas dalam 5
kejahatan saja diluar itu bukan merupakan kewenangan ICC
- Dasar hukum : Statuta Roma
- Bukan bagian dari UN Organ à namun dapat menerima kasus dari UN
SC (dewan keamanan)
- ICC hanya bertindak ketika negara-negara yang bersangkutan tidak
mampu atau tidak mau untuk menyelidiki atau menuntut pelaku
kejahatan atas hukum kemanusiaan internasional

Anda mungkin juga menyukai